KAJIAN TEORI
2.1. Struktur Sosial
Istilah struktur sosial sebagaimana ungkapan Redcliffe Brown adalah
sebagai pengaturan kontinu atas orang-orang dalam kaitan hubungan yang
ditentukan atau dikendalikan oleh institusi, yakni norma atau pola perilaku yang
dimapankan secara sosial10. Dalam memberikan pengertiannya Redcliffe Brown11
mengemukakan bahwa struktur sosial adalah suatu rangkaian kompleks dari
relasi-relasi sosial yang berwujud dalam suatu masyarakat.
Teori lain telah melakukan konseptualisasi tentang struktur sosial secara
berbeda, seperti Evans Pritchard mengemukakan bahwa struktur sosial adalah
konfigurasi kelompok-kelompok yang mantap; dan menurut Talcot Parsons, suatu
sistem harapan atau ekspektasi normatif (normative expectations); Leach mengatakannya sebagai seperangkat norma atau aturan ideal; sedangkan Levi-Strauss
berpendapat bahwa struktur sosial adalah model12. H. P. Fairchild (1975)
mengemukakan bahwa struktur sosial diartikan sebagai pola yang mapan dari
organisasi internal setiap kelompok sosial.
Struktur sosial sangat erat kaitannya dengan kebudayaan. Eratnya dua
fenomena ini digambarkan J. B. A. F. Mayor Polak (1966) lewat pendapat bahwa
antara kebudayaan dan struktur dalam suatu masyarakat terjadi keadaan saling
mendukung dan membenarkan. Ini berarti bahwa apabila terjadi perubahan dalam
10
Kaplan dan Manner. Teori Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2000 Hal.139
Garna, Judistira K. Ilmu-Ilmu Sosial: Dasar-Konsep-Posisi, Bandung: Universitas Padjadjaran.
1996 Hal :150
12
Kaplan Dan Manner. loc. cit. hal 139
11
17
strukturalis-sosial
berupaya
menjelaskan
struktur
13
18
Koentjaraningrat16
bahwa
Radcliffe
Brown
dalam
19
Martodirdjo, Haryo S. Orang Tugutil Di Halmahera Struktur Dan Dinamika Sosial Masyarakat
Penghuni Hutan. Bandung: Disertasi: Program Pascasarjana Unpad. 1991 hal. 41
20
ini didasari oleh sebuah logika berpikir bahwa kondisi atau kategori-kategori
sosial, dalam konteks kehidupan masyarakat sehubungan dengan adanya
kecenderungan pembawaan manusia untuk selalu membedakan memisahkan
mengelompokkan dan kemudian menginterpretasikan. Lebih lanjut Martodirdjo 18
mengungkapkan bahwa berdasarkan beberapa konsep dasar dari Durkheim dan
Mauss itulah Brown mengembangkan konsep-konsep dan teori-teori struktur
sosialnya yang diwarnai oleh prinsip fungsional. Prinsip ini memandang bahwa
tiap-tiap bagian atau elemen kehidupan masyarakat ditempatkan berada dalam
suatu keseluruhan yang terintegrasi.
Dalam struktural fungsionalisme ada kaidah yang bersifat mendasar bagi
suatu antropologi yang berorientasi pada teori, yakni diktum metodologis bahwa
kita harus mengekplorasi ciri sistemik budaya, artinya harus mengetahui
bagaimana perkaitan antara institusi-institusi atau struktur-struktur suatu
masyarakat sehingga membentuk suatu sistem yang bulat. Karena itu, memahami
struktur sosial suatu masyarakat menjadi sangat penting, sebab masyarakat tidak
bisa lepas dari keberadaan strukturnya sebagai jaringan kerjasama anatar individu
yang terorganisasikan secara teratur dan idividu-individu tersebut sadar bahwa
mereka adalah suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang jelas19.
Struktur sosial memang bersifat abstrak, karena hal tersebut merupakan
suatu gagasan atau bentuk pikiran-pikiran dari agregat individu dalam suatu
kesatuan sosial. Konsepsi atau pemikiran-pemikiran tersebut terbentuk atas dasar
18
19
21
21
mengatakan
bahwa struktur sosial suatu masyarakat dibangun untuk memungkinkan anggotaanggotanya memenuhi kebutuhan individualnya, sebab masyarakat dibentuk
sebagai hasil persetujuan kontraktual yang dirembuk oleh orang-orang yang
mereka
masing-masing
berusaha
mengejar
kebutuhannya
sendiri
serta
20
22
24
23
serta wewenang dan kekuasaan. Di dalam tiap-tiap masyarakat ada cara berbuat,
merasa dan berpikir yang hidup dalam kesadaran anggota masyarakat itu,
sehingga dalam kehidupan bermasyarakat dikenal suatu sistem umum dari aksi
manusia yang mencakup empat sub sistem, yaitu organisme, kepribadian, sistem
sosial dan kebudayaan. Subsistem tersebut merupakan perangkat mekanisme yang
saling berkaitan yang mengendalikan aksi manusia, karena itu, menurut Soekanto
bahwa kebutuhan fisiologi, motivasi psikologis, norma-norma sosial dan nilainilai budaya membimbing dan mengendalikan aksi manusia.
Dalam upaya memahami struktur sosial suatu masyarakat, maka pengungkapan gejala organisasi sosial merupakan salah satu langka yang relevan. Antara
organisasi sosial dan struktur sosial terdapat hubungan pengertian dan hubungan
substansial yang sangat erat, keduanya saling menjelaskan dan saling melengkapi.
Struktur merupakan aspek pokok yang statis, organisasi sosial merupakan aspek
yang dinamis dalam struktur sosial.
. Bentuk-bentuk
24
Hal yang paling esensial dalam organisasi sosial adalah proses pembentukan kelompok sosial serta sistem dan fungsi interelasi yang terkandung di
dalamnya. Organisasi sosial adalah penyusunan dari aktivitas dari dua orang atau
lebih yang disesuaikan untuk menghasilkan kesatuan aktivitas yang merupakan
satu kerjasama. Garna29 menjabarkan organisasi sosial sebagai:
1) Suatu tindakan yang tertata melalui aktivitas sosial, tindakan itu terkait
satu sama lainnya;
2) Susunan kerja suatu masyarakat atau dapat dikatan proses penyusunan
suatu tindakan dan hubungannya menurut tujuan sosial yang dapat
diterima oleh umum atau masyarakat; dan
3) Aspek kerjasama yang mendasar yang menggerakkan tingkah laku
individu pada tujuan sosial dan ekonomi tertentu.
29
25
30
30
26
34
27
Dalam Soekanto, Soerjono. Max Weber: Konsep-Konsep Dasar Dalam Sosiologi, Seri
Pengenalan Sosiologi I, Jakarta: CV. Rajawali. 1985 hal. 53
38
Soekanto, Soerjono. Op. cit hal. 54
39
Soekanto, Soerjono. loc. cit hal. 54
28
Soekanto40
mengemukakan
bahwa
hubungan
sosial
40
29
41
30
42
43
Syani. Abdul. Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial, Jakarta: Fajar Agung. 1987 hal. 31
Syani. Abdul. Op. cit. hal. 37
31
44
Paloma, Margaret M. Sosiologi Kontemporer, Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2000 Hal. 255
32
interaksi para aktor yang terorganisir dan terpola di dalam berbagai situasi-situasi
sosial yang saling berinteraksi antara satu dengan lainnya.
Di zaman kejayaan aliran fungsional tekanan yang diberikan dalam hal
kelompok sosial (bukan individual) dan pada realitas obyektif (bukan subyektif).
Hanya Herbert Blumer seorang murid Mead yang tetap menghidupkan konsep
yang
dikembangkan
oleh
Mead.
Blumer45
mengemukakan
bahwa
disempurnakan disaat
berlangsung
Selanjutnya Blumer46 mengemukakan bahwa interaksionisme-simbolik
mengandung sejumlah ide-ide dasar yang diringkas oleh Paloma sebagai berikut:
1. Masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi. Kegiatan tersebut
saling bersesuaian melalui tindakan bersama, membentuk apa yang
dikenal sebagai oraganisasi atau struktur sosial.
2. Interaksi terdiri dari berbagai kegiatan manusia yang berhubungan
dengan kegiatan manusia lain. Interaksi-interaksi nonsimbolis
mencakup stimulus respon yang sederhana. Interaksi simbolis
mencakup penafsiran tindakan.
3. Obyek-obyek tidak mempunyai makna yang intrinsik; makna lebih
merupakan produk interaksi simbolis. Obyek-obyek dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yang luas: (a) obyek fisik,
obyek sosial, dan (c) obyek abstrak berupa nilai-nilai, hak dan
peraturan.
4. Manusia tidak hanya mengenal obyek eksternal, mereka dapat melihat
dirinya sebagai obyek. Pandangan terhadap diri sendiri ini,
45
46
33
34
terjadi pada satu bagian akan membawa perubahan pula pada bagian yang lain.
Asumsi dasarnya bahwa setiap struktur dalam sistem sosial, fungsional terhadap
yang lain. Sebaliknya, kalau tidak fungsional struktur itu tidak akan ada atau akan
hilang dengan sendirinya47.
Perspektif struktural-fungsional yang berkembang pada beberapa dakade
terakhir ini, sebenarnya dipengaruhi dari pengembangan teori oleh sosiolog dan
antropolog terdahulu. Tokoh-tokoh sosiolog diantaranya Auguste Comte (17981857), Herbert Spencer (1820-1903), dan Emile Durkheim (1858-1917). Tokoh
antropolog yang menyumbangkan pemikirannya untuk bidang sosiologi adalah
Malinowski (1884-1942) dan Radcliffe-Brown (1881-1955)48.
Auguste Comte yang mencurahkan perhatiannya pada ketertiban dan
keharmonisan masyarakat mengatakan bahwa sosiologi studi tentang statika
(struktur) atau strata sosial dan dinamika sosial (proses/fungsi). Dalam membahas
struktur masyarakat, Comte menerima premis bahwa masyarakat laksana
organisme
hidup.
Perspektif
organik
Comte,
memperlakukan
atau
47
Ritzer, George. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Alih Bahasa Alimandan,
Jakarta: Rajawali Pers. 1992 hal. 25
48
Paloma, Margaret M. op. cit. hal. 23-26
49
Paloma, Margaret M. op. cit. hal. 25
35
tidak benar-benar
50
36
suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling tergantung satu sama
lain51.
Lahirnya aliran struktural-fungsional dalam sosiologi memperoleh
dorongan yang kuat melalui karya-karya Emile Durkheim. Durkheim memandang
masyarakat modern adalah merupakan keseluruhan organis yang memiliki realitas
tersendiri. Keseluruhan tersebut memiliki seperangkat kebutuhan atau fungsifungsi tertentu yang harus dipenuhi oleh bagian-bagian yang menjadi anggota
agar dalam keadaan normal, tetap langgeng. Keadaan normal menunjuk pada
keseimbangan (equilibrium) atau sebagai suatu sistem yang seimbang. Bila
kebutuhan tertentu tidak dipenuhi maka akan berkembang suatu keadaan yang
bersifat patologis (ketidakseimbangan atau perubahan sosial)52. Sumbangan
pemikiran Durkheim terhadap aliran struktural-fungsional cukup besar, dengan
menekankan kepada konsep; kesatuan moral dan keseimbangan sistem sosial serta
fungsi dari fakta sosial.
Sumber utama analisis Durkheim adalah mengenai tipe-tipe yang berbeda
dalam solidaritas dan sumber-sumber struktur sosial. Durkheim menggunakan
istilah solidaritas mekanik dan organik untuk menganalisa masyarakat
keseluruhannya. Solidaritas mekanik didasarkan pada suatu keadaan kolektif
bersama, kepercayaan, sentimen-sentimen bersama, ruang lingkup dan kerasnya
hukum-hukum yang bersifat menekan (repressive). Keadaan tersebut terjadi pada
masyarakat yang homogen yang merupakan ciri khas solidaritas mekanik.
Sedangkan solidaritas organis adalah merupakan hasil evolusi dari solidaritas
51
52
37
fungsi.
Radcliffe-Brown
38
voluntaristik yang didasarkan pada sintesanya dari teori Alfred Marshall, Vilfredo
Pareto, Emile Durkheim, dan Max Weber56. Konsepsi sistem yang dipergunakan
untuk menganalisa masyarakat sebagai sistem sosial, yang di dalamnya terdapat
tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan tertentu, baik secara individu maupun
secara kolektif dalam suatu kelompok, lembaga dan masyarakat.
Perspektif fungsional Parsons mengenai sistem sosial didasarkan pada
teori tindakan sosial dalam sistem sosial sebagai unit analisis. Konsep masyarakat
sebagai sistem sosial digunakan oleh Talcot Parsons dan pengikut-pengikutnya
melalui pendekatan struktural-fungsional, memberikan pengertian tentang sistem
sosial, ialah proses interaksi diantara pelaku sosial (actor), sedangkan yang
merupakan struktur sistem sosial adalah struktur relasi antara pelaku sebagaimana
yang terlibat dalam proses interaksi. Sistem sosial dapat diartikan sebagai suatu
perangkat peran sosial yang berinteraksi atau kelompok sosial yang memiliki
nilai, norma, dan tujuan yang sama57.
Keluarga yang merupakan lembaga paling kecil dalam masyarakat
mempunyai prinsip-prinsip serupa sebagaimana menurut pandangan aliran
struktural-fungsional. Parsons yang mengembangkan pendekatan strukturalfungsional dalam kehidupan keluarga, mengakui adanya keragaman dalam
kehidupan sosial. Parsons menjelaskan pula bahwa satuan utama dari sistem sosial
terdiri atas kolektivitas dan peranan58.
56
39
Martin Roderick
59
Lauer, Robert H. Perspektif Tentang Perubahan Sosial, Jakarta: Rineka Cipta. 1993 hal 43
Paloma, Margaret M. Op. cit. hal. 12-13
61
Johnson, Doyle Paul. Op. cit. hal. 214-216
60
40
41
64
65
42
Subsistem Organisme
Individu
Subsistem
Kepribadian
Latent Pattern
Maintenance (L)
Gambar 2.1
Integration (I)
Subsistem Sosial
Subsistem
Kebudayaan
66
67
Johnson, Doyle Paul. Op. cit. hal. 134 dan Soekanto, Soerjono. Op. cit. hal 47
Soekanto, Soerjono. loc. cit. hal 48-51
43
68
69
kekuasaan
(kemampuan untuk
Johnson, Doyle Paul. Op. cit. hal. 134 dan Soekanto, Soerjono. loc. cit. hal 48
Johnson, Doyle Paul. Op. cit. hal. 130 dan Soekanto, Soerjono. Op. cit. hal 51
44
kepribadian
individu
ialah
menyangkut
aspek-aspek
70
45
sebagai
46