TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Sanitasi menurut WHO adalah : “Upaya pengendalian faktor fisik yang
dapat memberikan pengaruh berbahaya terhadap perkembangan jasmani, kesehatan
dan kelangsungan hidup manusia.
Vektor adalah binatang, dapat berupa serangga, tikus, anjing, kucing, keong atau
hewan lain yang dapat menularkan atau memindahkan atau dapat menjadi sumber
penularan penyakit. (Pranoto, 1993).
Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk
menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga vektor di suatu wilayah
atau menghindari kontak masyarakat dengan vektor sehingga penularan
penyakit tular vektor dapat dicegah (PMK No. 374/Menkes/Per/III/2010 tentang
Pengendalian Vektor).
Jadi yang dimaksud Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu adalah semua
kegiatan dan tindakan untuk menurunkan populasi hewan yang dapat menularkan
penyakit, mengganggu, dan menyerang manusia, hewan maupun bintang sehingga
dapat mencegah penularan penyakit.
2.2.2 Konsep Dasar Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu
Berdasarkan uraian diatas maka konsep dasar pengendalian vektor dan binatang
pengganggu adalah:
1. Menitikberatkan pada kebijakan pengendalian vektor terpadu melalui
suatu pendekatan pengendalian vektor dengan menggunakan satu atau
kombinasi beberapa metode pengendalian vektor dan binatang
pengganggu.
Ada 7 faktor penting yang terkait dengan keberhasilan pengendalian vektor dan
binatang pengganggu yaitu (Pranoto, 1993):
1. Pengenalan vektor dan binatang pengganggu
Agar pengendalian vektor dan binatang pengganggu terarah kepada sasaran
yang tepat, maka terlebih dahulu harus mengenal jenisnya yang menimbulkan
masalah disuatu wilayah. Caranya adalah dengan mengidentifikasi vektor dan
binatang penggangu yang ditemukan di wilayah yang akan dikendalikan.
c) Pengendalian alami
Yaitu pengendalian dengan memanfaatkan potensi alam, misalnya dengan
cara menanam tumbuh-tumbuhan yang bersifat anti serangga atau pengusir
serangga (repellent) seperti tanaman lavender, akar wangi, geranium, zodia
dan suren. Dibidang pertanian misalnya dengan mengatur tata tanam
sehingga mengacaukan siklus dan mencegah perkembiakan hama.
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam pengendalian vector dan binatang
pengganggu, (Adang Iskandar, dkk, 1993) yaitu:
Mata lalat dapat mengindra getaran cahaya 330 kali per detik. Ditinjau
dari sisi ini, mata lalat enam kali lebih peka daripada mata manusia. Pada
saat yang sama, mata lalat juga dapat mengindra frekuensi-frekuensi
ultraviolet pada spektrum cahaya yang tidak terlihat oleh kita. Perangkat
ini memudahkan lalat untuk menghindar dari musuhnya, terutama di
lingkungan gelap.
Gambar 2.2.8.1
Beberapa jenis lalat dapat menyerang suatu peternakan. Namun 95% jenis
lalat yang sering ditemukan dipeternakan ialah lalat rumah (Musca
domestica) dan little house fly (Fanny canicularis). Jenis lalat lainnya
seperti lalat buah (Lucilia sp.), lalat sampah berwana hitam (Ophyra
aenescens) maupun lalat pejuang (soldier flies) juga sering mengganggu
lingkungan peternakan.
Siklus hidup semua lalat terdiri dari 4 tahapan, yaitu telur, larva, pupa dan lalat
dewasa. Lalat dewasa akan menghasilkan telur berwarna putih dan berbentuk
oval. Telur ini lalu berkembang menjadi larva (berwarna coklat keputihan) di
feses yang lembab (basah). Setelah larva menjadi dewasa, larva ini keluar dari
feses atau lokasi yang lembab menuju daerah yang relatif kering untuk
berkembang menjadi pupa. Dan akhirnya, pupa yang berwarna coklat ini berubah
menjadi seekor lalat dewasa. Pada kondisi yang optimal (cocok untuk
perkembangbiakan lalat), 1 siklus hidup lalat tersebut (telur menjadi lalat dewasa)
hanya memerlukan waktu sekitar 7-10 hari dan biasanya lalat dewasa memiliki
usia hidup selama 15-25 hari.
Gambar 2.2.8.2
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari terutama pada pagi hingga sore hari.
Serangga ini sangat tertarik pada makanan manusia sehari – hari seperti gula,
susu, makanan olahan, kotoran manusia dan hewan, darah serta bangkai binatang.
Tempat yang disenangi adalah tempat yang basah seperti sampah basah, kotoran
manusia dan binatang, tumbuh – tumbuhan busuk, kotoran yang menumpuk
secara kumulatif (dikandang).
a. Kotoran Hewan
Tempat perindukan lalat rumah yang paling utama adalah pada kotoran
hewan yang lembab dan masih baru (normalnya lebih kurang satu minggu).
c. Kotoran Organik
Kotoran organik seperti kotoran hewan, kotoran manusia. Sampah dan
makanan ikan adalah merupakan tempat yang cocok untuk berkembang
biaknya lalat.
d. Air Kotor
Lalat rumah berkembang biak pada permukaan air kotor yang terbuka.
Dengan memahami ekologi lalat kita dapat menjelaskan peranan lalat sebagai
karier penyakit dan dapat pula membantu kita dalam perencanaan pengawasan.
Lalat dewasa aktif pada siang hari dan selalu berkelompok. Pada malam hari
biasanya istirahat walaupun mereka dapat beradaptasi dengan cahaya lampu yang
lebih terang.
a. Tempat Peristirahatan
Pada waktu hinggap lalat menngeluarkan ludah dan tinja yang membentuk
titik hitam. Tanda – tanda ini merupakan hal yang penting untuk mengenal
tempat lalat istirahat. Pada siang hari lalat tidak makan tetapi beristrahat di
lantai dinding, langit – langit, rumput – rumput dan tempat yang sejuk. Juga
menyukai tempat yang berdekatan dengan makanan dan tempat perkembang
biakan, serta terlindung dari angin dan matahari yang terik. Didalam rumah,
lalat istirahat pada pinggiran tempat makanan, lewat listrik dan tidak aktif
pada malam hari. Tempat hinggap lalat biasanya pada ketinggian tidak lebih
dari 5 (lima) meter.
a) Desentri
Bibit penyakit desentri dibawa oleh lalat rumah yang berasal dari sampah,
kotoran manusia / hewan terutama melalui bulu – bulu badannya, kaki dan
bagian tubuh yang lain dari lalat dan bila lalat hinggap dimakanan oleh
manusia, akhirnya timbul gejala pada manusia yaitu sakit pada bagian perut,
lemas.
b) Diare
Cara penyebarannya sama dengan desetri dengan gejala sakit pada bagian
perut, lemas dan pencernaan terganggu.
c) Typhoid
Cara penyebarannya sama dengan desetri dengan gejala sakit pada usu, sakit
pada bagian perut, sakit kepala, berak darah dan demam tinggi.
d) Cholera
Cara penyebarannya sama dengan desetri dengan gejala muntah – muntah,
demam, dehydrasi.
5. Cara fisik
Cara pemberantasan secara fisik adalah cara yang mudah dan aman tetapi
kurang efektif apabila lalat dalam kepadatan yang tinggi. Cara ini hanya
cocok untuk digunakan pada skala kecil seperti di rumah sakit, kantor,
hotel, supermarket dan pertokoan lainnya yang menjual daging, sayuran,
serta buah – buahan. Beberapa cara fisik untuk memberantas lalat, yaitu :
a. Perangkap lalat ( Fly Trap)
Lalat dalam jumlah yang besar / padat dapat ditangkap dengan alat
ini. Cara ini hany cocok digunakan di luar rumah .
b. Umpan kertas berbentuk pita / lembaran (Stick Tapes)
Dipasaran tersedia alat ini, menggantung diatap, menarik lalat karena
kandungan gulanya. Lalat hinggap pada alat ini akan terperangkap
oleh lem. Alat ini dapat berfungsi beberapa minggu bila tidak tertutup
sepenuhnya oleh debu atau lalat yang terperangkap.
c. Perangkap dan pembunuh elektronik (Light Trap With Electrocutor)
Lalat yang tertarik pada cahaya akan terbunuh setelah kontak dengan
jeruji yang bermuatan listrik yang menutupi. Sinar bias dan ultraviolet
menarik lalat hijau (Blow Flies) tetapi tidak terlalu efektif untuk lalat
rumah metode ini hanya diuji dibawah kondisi setempat sebelum
investasi selanjutnya dibuat.
d. Pemasangan kasa kawat / plastik pada pintu dan jendela serta lubang
angin / ventilasi.
e. Membuat pintu du lapis, daun pintu pertama kearah luar dan lapisan
kedua merupakan pintu kasa yang membuka dan menutup sendiri.
6. Cara Kimia
Pemberantasan lalat dengan insektisida harus dilakukan hanya untuk
periode yang singkat apabila sangat diperlukan karena menjadi resisten
yang cepat.
Aplikasi yang efektif dari pestisida dapat secara sementara memberantas
lalat dengan cepat, yang aman diperlukan pada KLB Cholera, Desentri.
Penggunaan pestisida ini dapat dilakukan melalui cara umpan (baits),
penyemprotan dengan efek residu (residual spraying) dan pengasapan
(space spraying).
TABEL 2.2.6.7.2
CARA PENYEMPROTAN DENGAN EFEK RESIDU
(RESIDUAL SPRAYING) UNTUK LALAT
TABEL 2.2.6.7.3
CARA PENGASAPAN (SPACE SPRAYING) UNTUK LALAT
Tabel 2.2.6.7.4
Formula Pembuatan
Insect Repellents dan Fly Paper
Insect Repellents
Bahan Berat (g) Bagian Cara pembuatan
White petroleum jelly 57 8 Campurkan bahan - bahan
Oil of Citronella 14 2 tersebut sehingga menjadi
Spirit of Camphor 7 1 Cream dan oleskan pada
Cedar wood oil 7 1 kulit
Oil of Citronella 28 2 Campurkan bahan – bahan
tersebut sehingga menjadi
Spirit of Camphor 28 2
lotion dan oleskan pada
Cedar wood oil 14 1 kulit
Oil of Citronella 28 1 Campurkan bahan – bahan
tersebut sehingga menjadi
Liquid petroleum 113 4 lotion dan oleskan pada
kulit
Oil of Citronella 85 12 Campurkan bahan – bahan
Spirit of Camphor 28 4 tersebut sehingga menjadi
Oil of tar 28 4 lotion dan oleskan pada
Oil of Pennyroyal 2 7 1 kulit, untuk kulit yang
Castor oil or tallow 113 16 sensitive, castor oil
ditinggikan menjadi 170 g
Sumber : Data Senkuder
Fly Paper
Bahan Berat (g) Bagian Cara pembuatan
Rosin 907 1 Panaskan kedua bahan ini
sampai berwarna seperti
Molasses, sementara masih
panas kuas / sapukan pada
Castrol Oil 4732 5 bagian dari semua jenis
kertas, letakkanlah
beberapa Fly paper tersebut
dalam ruangan
Sumber : Data Senkuder
Keterangan : Akan mengusir nyamuk dan lalat, bahan kimia dengan kadar
repellent yang tinggi adalah Deet dan tetapi terlalu mahal
untuk digunakan pada low income sett;ement atau sejenis oil
lainnya yang cocok
Tikus dan mencit termasuk familia Muridae dari kelompok mamalia (hewan
menyusui). Para ahli zoologi (ilmu hewan) sepakat untuk menggolongkannya
kedalam ordo Rodensia (hewan yang mengerat), subordo Myomorpha,famili
Muridae, dan sub famili Murinae. Untuk lebih jelasnya, tikus dapat
diklasifikasikan sbb :
Dunia : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Subklas : Theria
Ordo : Rodentia
Sub ordo : Myomorpha
Famili : Muridae
a. R. Norvegicus
Menggali lubang, berenang dan menyelam, menggigit benda-benda
keras seperti kayu bangunan, aluminium dsb. Hidup dalam rumah,
toko makanan dan gudang, diluar rumah, gudang bawah tanah, dok dan
saluran dalam tanah/riol/got.
b. R. ratus diardii
Sangat pandai memanjat, biasanya disebut sebagai pemanjat yang
ulung, menggigit benda-benda yang keras. Hidup dilobang pohon,
tanaman yang menjalar. Hidup dalam rumah tergantung pada cuaca.
c. M. Musculus
Termasuk rondensia pemanjat, kadang-kadang menggali lobang,
menggigit hidup didalam dan diluar rumah.
2. Menyentuh
Rasa menyentuh sangat berkembang dikalangan rodensia komensal, ini
untuk membantu pergerakannya sepanjang jejak dimalam hari.
Sentuhan badan dan kibasan ekor akan tetap digunakan selama
menjelajah, kontak dengan lantai, dinding dan benda lain yang dekat
sangat membantu dalam orientasi dan kewaspadaan binatang ini
terhadap ada atau tidaknya rintangan didepannya.
3. Mendengar
Rodensia sangat sensitif terhadap suara yang mendadak. Disamping itu
rondesia dapat mendengar suara ultra. Mengirim suara ultrapun dapat.
4. Melihat
Mata tikus khusus untuk melihat pada malam hari, Tikus dapat
mendekteksi gerakan pada jarak lebih dari 10 meter dan dapat
membedakan antara pola benda yang sederhana dengan obyek yang
ukurannya berbeda-beda. Mampu melakukan persepsi/perkiraan pada
jarak lebih 1 meter, perkiraan yang tepat ini sebagai usaha untuk meloncat
bila diperlukan.
5. Mengecap
Rasa mengecap pada tikus berkembang sangat baik. Tikus dan mencit dapat
mendekteksi dan menolak air minum yang mengandung
phenylthiocarbamide 3 ppm, pahit. Senyawa racun.
b. Kemampuan fisik
1. Menggali
R. norvegicus adalah binatang penggali lubang. Lubang digali untuk
tempat perlindungan dan sarangnya. Kemampuan menggali dapat
mencapai 2-3 meter tanpa kesulitan.
2. Memanjat
R. komensal adalah pemanjat yang ulung. Tikus atap atau tikus rumah
yang bentuk tubuhnya lebih kecil dan langsing lebih beradaptasi untuk
memanjat dibandingkan dengan tikus riol/got. Namun demikian kedua
spesies tersebut dapat memanjat kayu dan bangunan yang permuka-
annya kasar. Tikus riol/got dap memanjat pipa baik di dalam maupun di
luar.
4. Menggerogoti
Tikus menggerogoti bahan bangunan/kayu, lembaran almunium maupun
campuran pasir, kapur dan semen yang mutunya rendah.
Perangkap yang belum berisi tikus dibiarkan sampai tiga malam untuk
memberi kesempatan pada tikus yang ada untuk memasuki perangkap
dan diperiksa setiap pagi harinya untuk mengumpulkan hewan yang
tertangkap.
Perangkap bekas terisi tikus dan mencit harus dicuci dengan air
dan sabun dan dikeringkan segera.
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Culicidae
Genus : Aedes sp, Anopheles sp, Culex sp
1. Nyamuk Aedes sp
2. Nyamuk Anopheles sp
3. Nyamuk Culex sp
1. Nyamuk Aedes sp
a. Telur
Telur nyamuk Aedes berbentuk lonjong, berwarna hitam dan
terdapat gambaran seperti anyaman (saranglebah) telur
diletakkan oleh nyamuk betina secara terpisah-pisah ditengah
atau di tepi permukaan air jernih yang tenang. Nyamuk betina
ini akan di genangan air jernih baik di d alam rumah
maupun di luar rumah. Tempat-tempat ini dikenal sebagai
tempat perindukan biasanya terlindung dari pancaran sinar
matahari secara langsung dan mengandung air jernih. Telur ini
akan berumur 1 – 2 hari yang kemudian menetas, apabila
kondisi memungkinkan yaitu terdapat genangan air, namun
pada keadaan kering telur dapatbertahan lama bahkan dapat
bertahan sampai bertahun-tahun.
b. Larva (jentik-jentik)
larva nyamuk berbentik seperti cacing, aktif bergerak dengan
gerakan – gerakan naik ke permukaan dan turun ke dasar secara
berulang – ulang. Larva ini makan mikroba di dasar genangan
dan disebut sebagai pemakan di dasar (ground feeder).
c. Pupa / kepompong
Pupa Aedes aegypti mempunyai ciri morfologi yang khas yaitu
seperti koma, bersifat aktif dan sensitif terhadap gerakan dan
cahaya. Biasanya pupa terbentukpada sore hari dan umurnya
hanya dua hari untuk segera menjadi nyamuk dewasa
(Wulandari,2001).
d. Nyamuk Dewasa
Setelah keluar dari kepompong, nyamuk beristirahat di kulit
kepompong untuk sementara waktu, setelah sayapnya kuat ia
mulai terbang untuk mencari mangsa/makanan. Nyamuk betina
menghisap darah yang diperlukan untuk mematangkan telur agar
dapat menetas dan apabila dibuahi oleh nyamuk jantan. Proses
pencarian darah biasanya pada siang hari.
e. Nyamuk Anopheles sp
a. Telur
Setiap bertelur setiap nyamuk dewasa mampu menghasilkan 50-
200 buah telur. Telur langsung diletakkan di air dan terpisah
(tidak bergabung menjadi satu). Telur ini menetas dalam 2-3 hari
(pada daerah beriklim dingin menetas dalam 2-3 minggu).
b. Larva
Larva terbagi dalam 2 instar, dan salah satu dari cirri khas yang
membedakan dengan larva nyamuk yang lain adalah posisi larva
saat istirahat adalah sejajar di dengan permukaan perairan, karena
mereka tidak mempunyai siphon (alat bantu pernafasan). Lama
hidup kurang lebih 7 hari, dan hidup dengan memakan algae,
bakteri dan mikroorganisme lainnya yang terdapat dipermukaan.
c. Pupa (kepompong)
Bentuk fase pupa adalah seperti koma, dan setelah beberapa hari
pada bagian dorsal terbelah sebagai tempat keluar nyamuk.
d. Dewasa
Nyamuk dewasa mempunyai proboscis yang berfungsi untuk
menghisap darah atau makanan lainnya (misalnya, nectar atau
cairan lainnya sebagai sumber gula). Nyamuk jantan bias hidup
sampai dengan satu minggu, sedangkan nyamuk betina bias
mencapai satu bulan. Perkawinan terjadi disekitar rawa. Untuk
membantu pematangan telur, nyamuk menghisap darah, dan
beristirahat sebelum bertelur. Salah satu cirri khas nyamuk
Anopheles adalah pada saat posisi istirahat menungging.
f. Nyamuk Culex sp
a. Telur
Seekor nyamuk betina mampu meletakkan 100-400 butir telur.
Setiap spesies nyamuk mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda.
Nyamuk Culex sp meletakkan telurnya diatas permukaan air
secara bergerombolan dan bersatu membentuk rakit sehingga
mampu untuk mengapung.
b. Larva
Setelah kontak dengan air, telur akan menetas dalam waktu 2-3
hari. Pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh
factor temperature, tempat perindukan dan ada tidaknya hewan
predator. Pada kondisi optimum waktu yang dibutuhkan mulai
dari penetasan sampai dewasa kurang lebih 5 hari.
c. Pupa
Pupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di
dalam air, pada stadium ini tidak memerlukan makanan dan
terjasi pembentukan sayap hingga dapat terbang, stadium
kepompong memakan waktu lebih kurang satu sampai dua hari.
Pada fase ini nyamuk membutuhkan 2-5 hari untuk menjadi
nyamuk, selama fase ini pupa tidak akan makan apapun dan akan
keluar dari larva menjadi nyamuk yang dapat terbang dan keluar
daria air.
d. Dewasa
Setelah muncul dari pupa nyamuk jantan dan betina akan kawin
dan nyamuk betina yang sudah dibuahi akan menghisap darah
waktu 24-36 jam. Darah merupakan sumber protein yang
essensial untuk mematangkan telur. Perkembangan telur hingga
dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari.
2.2.8.4 Penyakit yang Ditularkan Nyamuk
b. Kontrol Lingkungan
Jika jenis nyamuk tersebut ialah Aedes Agypti dapat dilakukan
manipulasi lingkungan dengan memeriksa drainase instalasi
penyediaan air, dan penyimpanan air. Karena nyamuk ini menyukai
air bersih mska diharapkan pengelola kebersihan dapat
melaksanakan program 3M dalam Pembersihan Sarang Nyamuk
(PSN) yang pada dasarnya bertujuan untuk mengatasi jentik atau
mencegah agar nyamuk tidak dapat berkembang biak, PSN ini
dapat dilakukan dengan :
1. Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan air sekurang-
kurangnya seminggu sekali. Ini dilakukan dengan pertimbangan
bahwa perkembangan telur menjadi nyamuk selama 7-10 hari.
2. Menutup rapat tempat penampungan air seperti drum dan tempat air
lain
3. Mengganti air pada vas bunga dan dll.
Jika jenis nyamuk tersebut ialah Culex maka dapat dilakukan
dengan membersihkan tempat-tempat hidup dan perkembangbiakan
arthropoda yakni membersihkan, menguras, mengubur dan
memberikan bubuk abate untuk mengendalikan populasinya. Selain
itu jika jenis nyamuk tersebut ialah anopheles dapat dilakukan
dengan cara mencegah pengaliran air yang menggenang, secepatnya
harus dikeringkan / air diharapkan dapat bergerak mengalir, cara
yang lain dapat dengan cara menghindari pembengkakan gunungan
sampah dari yang dihasilkan, maka harus secepatnya sampah yang
terdapat di TPS dilakukan pengankutan ke TPA secara berkala.lalu
dapat dilakukan pembersihan atau pemeliharaan sarana fisik agar
tidak berbentuk tempat perindukan.
c. Kontrol Biologi
Jika jenis nyamuk tersebut Aedes Agypti maka kami menyarankan
dan merekomendasikan umtuk menggunakan preparat biologi dalam
pengendalian vektor terutama pada tahap larvanya, contohnya :
dengan menggunakan Ikan sebagai pemangsa larva (gambusia
Affinis dan Pacilia retreulata), caranya ikan tersebut dikumpulkan
didalam air/ kolam yang ada disekitar Mal Blok M, adapun jenis
ikan/ predator yang dapat digunakan sebagai pemangsa jentik ialah
: ikan cupang, ikan tampalo, ikan gabus, ikan guppy dll.
Jika jenis nyamuk tersebut adalah Anopheles dapat dilakukan
dengan cara mengandalkan golongan nematode bakteri , protozoa,
jamur dan virus sebagai pengendalian larva nyamuk.selain itu jika
larva nyamuk berukuran besar dapat menggunakan predator Cacing
Romanomermis iyengari dan Romanomermis culiciforax. Dua
spesies tersebut telah banyak digunakan untuk mengendalikan larva
Anopheles. Cara pengendalian dari Culex tidak jauh berbeda dengan
Aedes Agypti dan Anopheles.
d. Kontrol Kimia
Jika jenis nyamuk tersebut Aedes Agypti, dapat menerapkan
insektisida berupa penggunaan larvasida seperti : temephos atau
abate selain itu dapat melakukan pengasapan (foogging) dengan
insektisida golongan organo fosfat, misalnya malathion , fenithotion
dan perinifos metal, penyemprotan insektisida ini dilakukan dengan
interval satu minggu. Jika jenis nyamuk adalah anopheles, kami
menyarankan menuangkan solar atau minyak tanah di permukaan
tempat perindukan sehingga larva tidak dapat mengambil oksigen
dari udara, cara lain adalah penggunaan residual spray untuk
nyamuk dewasa. Jenis nyamuk Culex secara umum mempunyai cara
pengendalian yang sama yakni dengan penggunakan insektisida.
Cara pengendalian menggunakan bahan kimia tentunya harus
mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan dan organisme
bukan sasaran termasuk mamalia. Disamping itu penentuan jenis
insektisida, dosis, dan metode aplikasi merupakan syarat yang
penting untuk dipahami dalam kebijakan pengendalian vektor,
karena aplikasi insektisida yang berulang di satuan ekosistem akan
menimbulkan terjadinya resistensi pada nyamuk.
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Superordo : Dictyoptera
Ordo : Blattodea
Polyphagidae, Nocticolidae
2.2.9.2 Siklus Hidup Kecoa
Gambar 2.2.9.2
Siklus hidup kecoa
“Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi,
atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
dengan sendirinya” (Chandra, 2006:111).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sampah adalah bahan
buangan yang tidak dipakai, tidak digunakan, tidak disenangi, atau sesuatu yang
dibuang yang berasal dari kegiatan manusia sehari-hari atau proses alam yang
berbentuk padat.
Sampah yang secara alami mudah terurai (degradable) dan sampah yang sukar
terurai (non degradable) adalah pengolongan sampah didasarkan sifat mengurai.
Berdasarkan mudah tidak terbakar, maka sampah dibagi menjadi sampah yang
mudah terbakar atau Combustible dan sampah yang sulit terbakar atau non
Combustible.
1. Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah mebusuk dan dapt terurai dengan
cepat, khususnya jika cuaca panas. proses pembusukan sering kali
menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini dapat ditemukan di tempat
permukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar, dan sebagainya.
2. Rubbish, terbagi menjadi dua :
a. Rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, misalnyakertas,kayu,
karet, daun kering, dan sebagainya.
b. Rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat anorganik, misalnya
kaca, kaleng dan sebagainya.
3. Ashes, Semua sisa pembakaran dari indrustri.
4. Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin atau
manusia.
5. Dead animal, bangkai binatang besar (Anjing, Kucing, dansebagainya) yang
mati akibat kecelakaan atau secara alami.
6. House hold refuse, atau sampah campuran ( Garbage, Ashes, Rubbish) yang
berasal dari perumahan.
7. Abandoned vehicle, berasal dari bangkai kendaraan.
8. Demolision waste, berasal dari sisa-sisa pembuangan gedung. Contruktions
waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung, seperti tanah, batu,
dan kayu.
9. Sampah indrustri, berasal dari pertanian, peerkebunan, dan indrustri.
10. Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang biasanya berupa
zat organik, pada pintu masuk pusat pengolahan limbah cair.
11. Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan khusus seperti
kaleng dan zat radioaktif.
2.3.4 Sumber Sampah
Sumber sampah pada umumnya berhubungan erat dengan penggunaan tanah dan
pembagian daerah untuk berbagai kegunaan. Menurut Depkes RI (SPPH, 1987:7)
sumber sampah dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori sebagai berikut :
1. Permukiman Penduduk
Pada tempat permukiman biasanya sampah dihasilkan oleh suatu keluarga
tunggal atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau
asrama. beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama
biasanya terdapat di kota atau daerah sub urban.
Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan, dan bahan-bahan sisa
sari pengelohan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering
(rubbish), dan sampah khusus.
5. Pertanian
Sampah yang dihasilkan dari tanaman atau binatang. Dari daerah pertanian ini
misalnya sampah dari kebon, kandang, ladang atau sawah. Sampah yang
dihasilkan dapat berupa bahan-bahan makanan yang mebusuk, sampah
pertanian, pupuk maupun bahan pembasmi serangga tanaman.
1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk bergantung kepada aktivitas dan kepadatan penduduk.
Semakin padat penduduk, sampah semakin menumpuk karena tempat atau
ruang untuk menampung sampah kurang. Semakin meningkat aktivitas
penduduk, sampah yang dihasilkan semakin banyak, misalnya pada aktivitas
pembangunan, perdagangan, indrustri dan sebagainya.
4. Faktor Geografis
Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegunungan, lembah,pantai,
atau daratan rendah.
5. Faktor Waktu
Bergantung pada faktor harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. jumlah
sampah perhari bervariasi menurut waktu. Contoh, jumlah sampah di siang
hari lebih banyak dari pada jumlah sampah di pagi hari, sedangkan sampah di
perdesaan tidak begitu bergantung pada faktor waktu.
8. Kebiasaan Masyarakat
Contoh, jika seseorang suka mengkonsumsi satu jenis makanan, sampah
makanan itu akan meningkat.
9. Kemajuan Teknologi
Akibat kemajuan teknologi, jumlah sampah dapat meningkat. Contoh, plastik.
kardus, rongsokan, AC, TV, kulkas dan sebagainya.
10. Jenis Sampah
Makin maju tingkat kebudayaan masyarakat, semakin kompleks macam dan
jenis sampahnya.
2.3.6 Permasalahan yang Ditimbulkan Oleh Sampah
2. Sampah, baik bersifat organik dan anorganik akan menjadi sarang penyakit
yang dampaknya akan sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat dan
lingkungannya.Selain itu sampah biasanya mengundang anjing, kucing, dan
tikus untuk berebut makanan, sehingga infestasi penyakit semakin meluas.
3. Sampah organik akan membusuk dan akan menimbulkan bau yang akan
mencemari udara, terutama cemaran bau dan kotoran debu penyakit.
4. Sampah yang terkena air dan membusuk juga akan mencemari air
sekelilingnya baik dengan bau, warna, penyakit,dan mikroorganisme patogen.
pencemaran melalui aliran sungai akan cepat menyebar ke daerah-daerah
berikutnya di arah hilir.
5. Sampah kering akan menjadi bertebangan bila diterpa angin, dan ini
akan potensial untuk menimbulakn bahaya kebakaran terutama di daerah yang
padat penduduknya.
Penyimpanan Sementara
Pengumpulan
Pembuangan
1. Tahapan Penampungan
1. Harus kedap air, ada tutp dan selalu dalam keadaan tertutup, mudah
dibersihkan, sehingga mencegah timbulnya pencemaran maupun
masalah lalat, tikus dan binatang pengganggu lainnya.
2. Volume bak atau kontainer mampu menampung sampah dari pemakai
yang dilayani untuk waktu 3 hari.
3. Tidak berbau dari perumahan terdekat.
4. tidak ada sampah berserakan disekitar bak atau kontainer.
5. tidak terletak pada tempat yang mudah terkena luapan air atau banjir.
6. harus dilakukan pengamatan terhadap lindi
7. Pengosongan sampah di TPS harus dilakukan minimum 1 kali dalam
1 hari.
8. bila di TPS kepadatan lalat lebih dari 20 ekor per blok grill atau tikus
terlihat pada siang hari, harus dilakukan pengendalian.
b. Tahap Pengangkutan
Jenis alat angkut yang digunakan untuk mengangkut sampah dari sumber
sampah maupun lokasi atau tempat pengumpulan sampah menurut buku
Pembuangan sampah Sekolah Pembantu Pemilik Hygiene (SSPH) (198 :
51) dapat berupa :
a) Gerobak sampah
b) Truk dengan bak sampah berpintu/bertutup.
c) Truk kompaktor
d) Truk pembawa kontainer.
Berdasarkan UU No.18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah (pasal 19, 20,
21, dan 22) yang meliputi kegiatan pengurangan dan penanganan sampah, sebagai
berikut :
Pasal 19
Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga
terdiri atas :
a. Pengurangan sampah
b. Penanganan sampah
Pasal 20
1) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a meliputi
kegiatan :
a. Pembatasan timbulan sampah
b. Pendaur ulang sampah; dan/atau
c. Pemanfaatan kembali sampah
2) Pemerintah dan pemerintahan daerah wajib melakukan kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sebagaimana berikut :
a. Menetapkan target penempatan sampah secara bertahap dalm jangka
waktu tertentu;
b. Memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan;
c. Memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan;
d. Memfasilitasi kegiatan menggunakan ulang dan mendaur ulang;
e. Memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.
3) Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud ada ayat
(1) menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, dan/atau mudah diurai
oleh proses alam.(4) Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan
sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan bahan yang dapat
diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.(5)
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengurangan sampah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur dengan
peraturan pemerintah.
Pasal 21
1) Pemerintah memberikan :
a. Insentif pada semua orang yang melakukan pengurangan sampah dan;
b. Disinsentif kepada setiap orang yang tidak melakukan pengurangan
sampah.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, bentuk, dan tata cara pemberian
insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan peraturan pemerintah.
Pasal 22
1) Kegiatan penanganan sampah sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 huruf b
meliputi :
a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;
b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu;
c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau
dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat
pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemprosesan akhir;
d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan
jumlah sampah; dan/atau
e. pemprosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau
residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secaram
aman.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penanganan sampah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan atau berdasarkan peraturan pemerintaan atau
dengan peraturan daerah sesuai dengankewenangannya.
Beberapa pengolahan dan pemanfaatan sampah organik menurut tim penulis
PS (2010), yaitu sebagai berikut :
a. Kompos
Cara pengomposan merupakan cara sederhana dapat menghasilkan
produk kompos atau pupuk yang mempunyai nilai ekonomi. Sampah
organik secara biologis berlangsung dalam suasana aerobik dan
anaerobik. Dekomposisi sampah dengan bantuan bakteri diperoleh
kompos atau humus.
b. Pupuk Cair
Selain kompos, sampah terutama limbah got dapat dibuat pupuk cair.
Pupuk cair dibuat dengan cairan ekstrak bahan organik yang dibusukan
dalam kondisi anaerobik.
c. Briket
Briket adalah padatan yang umumnya berasal dari limbah pertanian.
Dalam aplikasi produk, ada beragam jenis briket antara lain: briket
serbuk gergaji dan sekam, serta briket kotoran sapi.
d. Gas Bio
Gas bio adalah bahan bakar yang diperoleh, termaksud kotoran manusia,
hewan, sisa-sisa pertanian, ataupun campuran melalui proses fermentasi
dan pembusukan oleh bakteri anaerobik pada alat yang dinamakan
penghasil gas bio. Proses tersebut harus dalam kondisi yang baik antara
lain : Kelembaban, suhu yang tetap, keasaman tau kebasahan yang netral.
Karena merupakan bahan bakar, maka gas bio mempunyai nilai sebagai
sumber energi.
e. Batako
Diantara materi yang dihasilkan pada limbah got adalah pasir.
Karakteristik yang batako yang dibuat dari air limbah got adalah
bentuknya padat dan keras, tidak berbau, bentuk fisiknya tidak berbeda
dengan batako-batako yang ada di pasaran. Selain itu, pori-pori batako
tampak lebih padat, tidak mudah rapuh atau pecah, tidak berbahaya bagi
lingkungan, serta dapat digunakan untuk bangunan rumah, kantor, dan
jenis bangunan lainnya.
b. Reduce (Mengurangi)
Yaitu mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan timbulanya
sampah.Contoh Kegiatan reduce :
1. Pilih produk dengan pengemasan yang dapat di daur ulang.
2. Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan
sampah dalam jumlah besar.
3. Gunakan produk yang dapat diisi ulang.
4. Kurangi bahan yang sekali pakai.
5. Gunakan kedua sisi kertas untuk penulisan dan fotokopi.
6. Gunakan alat tulis yang dapat diisi kembali.
Air bersih adalah “ air yang digunakan untuk keperluan sehari – hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak.”
Menurut Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 122 Tahun 2005
Tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik di Provinsi DKI Jakarta., Bab 1 Pasal
1 yaitu :
Air limbah adalah “ air yang berasal dari sisa kegiatan proses produksi dan usaha
lainnya yang tidak dimanfaatkan kembali.”
“Syarat air bersih yaitu secara kualitas air harus memenuhi syarat kesehatan yang
meliputi persyaratan mikrobiologi, fisika, kimia, dan radioaktif.”
Dari siklus hidrologi, maka sumber asal air dapat dikelompokkan menjadi :
a. Air atmosfer : air hujan, air salju
b. Air permukaan : sungai , telaga alam, telaga buatan
c. Air tanah : mata air, sumur dangkal / dalam, air artesis
1) Air Hujan
Dalam pemanfaatan hujan sebagai sumber dari air bersih, individu
perorangan/ berkelompok/ pemerintah biasanya membangun bendungan dan
tandon air yang mahal untuk menyimpan air bersih di saat bulan-bulan musim
kering dan untuk menekan kerusakan musibah banjir.
2) Air Laut
Adalah air dari laut atau samudera. Air laut memiliki kadar garam karena
bumi dipenuhi dengan garam mineral yang terdapat di dalam batu-batuan dan
tanah. Contohnya natrium, kalium, kalsium, dll. Apabila air sungai mengalir
ke lautan, air tersebut membawa garam. Ombak laut yang memukul pantai
juga dapat menghasilkan garam yang terdapat pada batu-batuan. Lama-
kelamaan air laut menjdai asin karena banyak mengandung garam.
3) Air Permukaan
Yang dimaksud air permukaan adalah semua air yang terdapat pada
permukaan tanah seperti antara lain air sungai, air danau, mata air.
4) Air Tanah
Adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di
bawah permukaan tanah. . Air tanah juga berarti air yang mengalir di lapisan
aquifer di bawah water table. Terkadang berguna untuk membuat perbedaan
antara perairan di bawah permukaan yang berhubungan erat dengan perairan
permukaan dan perairan bawah tanah dalam di aquifer (yang kadang-kadang
disebut dengan "air fosil".
Menurut Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 122 Tahun 2005
Tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik di Provinsi DKI Jakarta., Bab V
Pasal 7 Ayat 2 yaitu :
Menurut Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 122 Tahun 2005
Tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik di Provinsi DKI Jakarta., Bab VI
Pasal 11 Ayat 2 yaitu :
“Pengolohan air limbah harus memenuhi ketentuan tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik dan mengacu pada Pedoman Umum tentang sistem pengolahan
air limbah domestik.”
Ayat 3
“Air Limbah yang akan dibuang ke saluran umum kota wajib memenuhi
ketentuan tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.”
Pengertian Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman menurut Anwar, dkk, 1989 :
7, adalah sebagai berikut : “ salah satu upaya untuk mengamankan makanan dari
kemungkinan risiko gangguan penyakit bawaan makanan terutama yang
disebabkan oleh mikroba.
Menurut Depkes RI, 2004 prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman yaitu:
1. Pemilihan Bahan Makanan
Pemilihan bahan makanan haruslah yang sehat, bersih dan tidak ada
kontaminasi bakteri. Usahakan dicuci terlebih dahulu agar bakteri atau
mikroorganisme yang menempel pada bahan akan terlepas dari bahan-bahan
makanan yang mentah tersebut.
3. Pengolahan Makanan
Tujuan adanya pengolahan makanan untuk membunuh kontaminant yang ada
sehingga makanan cukup aman untuk dikonsumsi. Dalam proses pemanasan,
harus memperhatikan suhu panas sekitar 60˚C.
6. Penyajian Makanan
Makanan harus diatur semenarik mungkin agar mengundang selera untuk
dimakan. Tetapi tidak lupa juga untuk menjaga kebersihan makanan yang
akan disajikan.
Hal yang penting untuk diperhatikan pada tahap ini adalah dosis penggunaan
deterjen, untuk mencegah pemborosan dan terdapatnya residu deterjen pada
peralatan akibat penggunaan deterjen yang berlebihan.
pengertian Penyehatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu proses, cara,
perbuatan menyehatkan.
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi
bumi.Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan.Kualitas dari udara
yang telah berubah komposisinya dari komposisi udara alamiahnya adalah udara
yang sudah tercemar sehingga tidak dapat menyangga kehidupan.Udara merupakan
komponen kehidupan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia
maupun makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan.Tanpa makan dan
minum kita bisa hidup untuk beberapa hari tetapi tanpa udara kita hanya dapat
hidup untuk beberapa menit saja (Fardiaz, 1992).
Jadi Penyehatan Udara adalah suatu proses atau cara yang dapat menyehatkan
campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi.
Debu atau partikel basah atau lembab lainnya dapat memancarkan sinar yang
dapat terlihat dalam kamar gelap.
Debu ialah partikel yang dihasilkan oleh proses mekanis seperti penghancuran
batu, pengeboran, peledakan yang dilakukan pada tambang timah putih,
tambang besi, tambang batu bara, dan sebagainya.
2.6.2.2 Macam-Macam Debu
Pembagian debu ada yang didasarkan pada sifatnya dan ada yang didasrkan
pada efeknya. Secara garis besar ada tiga macam debu yaitu:
Debu yang masuk kesaluran pernapasan tergantung dari ukuran partikel debu
tersebut
a. Debu berukuran 5-10 mikron akan ditahan oleh cilia pada jalan
pernafasan sebelah atas
b. Debu berukuran 3-5 mikron ditahan oleh bagian tengah jalan
pernafasan
c. Debu berukuran 1-3 mikron dapat masuk sampai alveoli paru-paru
d. Debu berukuran 0,1-1 mikron tidak mudah hinggap dipermukaan
alveoli oleh karena debu-debu ukuran demikian ini tidak mudah
mengendap
Menurut Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 551 Tahun 2001,
tentang Penetapan Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Tingkat Kebisingan
di Provinsi DKI Jakarta, maka standart Debu (TSP) sebesar 230 µg/m3.
2.6.2.4 Gangguan Akibat Debu
a. Sillikosis
Penyebabnya ialah silica bebas (SiO2), yang terdapat pada debu yang
terhirup waktu bernafas dan timbunan dalam paru 0- paru. Debu silica
bebas ini mempunyai kecenderungan menyebabkan fibrosis paru dan
dapat berkembang menjadi noduli (gumpalan) di paru – paru.
Penyakit silokosis terdapat pada pekerja pabrik semen, keramik, gurinda
dipabrik besi dan baja. Bagi karyawan yang menindap penyakit TBC,
maka gejala akan lebih hebat lagi, keadan demikian inidisebut dengan
Sillicotuberculosis.
b. Asbestosis
c. Anthrakosis
Penyebabnya adalah debu arang batu. Penyakit ini terdapat pada pekerja
tambang arang batu dan sedikit menderita silikosis, tetapi lebih banyak
menderita anthrakosis.Masa inkubasi penyakit ini antara 2 – 4 tahun.
d. Berrylliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam
murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat
menyebabkan penyakit saluran pernapasan yang disebut
beriliosis.Penyebabnya ialah menghirup debu yang mengandung
berrylium. Penyakit ini terdapat pada pekerja perusahaanmembuat
aliansi berrylium tembaga, pada pembuat tabung radio, pembuatan
tabung fluorescent, penggunaannya sebagai sumber tenaga atom.Selain
dari itu, pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng (dalam bentuk
silikat) dan juga mangan, dapat juga menyebabkan penyakit beriliosis
yang tertunda atau delayed berryliosis yang disebut juga dengan
beriliosis kronis.
a. Pencahayaan Alami
Menurut Satwiko (2005: 88), cahaya alami adalah cahaya yang bersumber
dari alam, misalnya matahari, lahar panas, fosfor di pohon-pohon, kilat,
kunang-kunang, dan bulan yang merupakan sumber cahaya alami skunder,
karena sebenarnya bulan hanya memantulkan cahaya matahari.
b. Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan (artificial light) adalah segala bentuk cahaya yang
bersumber dari alat yang diciptakan oleh manusia, seperti: lampu pijar,
lilin, lampu minyak tanah. Pecahayaan buatan adalah pencahayaan yang
dihasilkan dari usaha manusia seperti lampu pijar. (Lasa, 2005: 170).
Dasar pemikiran untuk konsep perancangan sistem penerangan
pencahayaan adalah pemenuhan tingkat intensitas terang yang memenuhi
syarat untuk tiap-tiap ruang.
b) Sakit kepala