Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“PRAKTIK EVIDENCE BASED MIDWIFERY”

Di Susun Oleh:

Selvi Safita

P00312017039

Politeknik Kesehatan Kendari

Jurusan D-IV Kebidanan

Tahun 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ” Evidence Based dalam
Praktik Persalinan”.

Dalam menyusun makalah ini kami sangat terbantu dengan kecanggihan dunia
teknologi utamanya dalam mencari informasi- informasi yang menjadi referensi dan acuan
kami dalam menyelesaikan makalah ini baik melalui internet,buku,artikel & jurnal,sehingga
makalah yang kami buat bisa di selesaikan.

Kami juga menyadari bahwa banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah


ini.Untuk penyempurnaan kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.

Kendari,07 November 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ..................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 3

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 3


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 3
C. Tujuan ..................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 4

A. Praktek yang Merugikan ....................................................................................... 4


1. Mobilisasi/Pembatasan Gerak ................................................................... 4
2. Mencukur Bulu Pubis secara Rutin........................................................... 5
3. Lavement................................................................................................... 5
4. Episiotomi secara Rutin ............................................................................ 6
5. Kateterisasi ................................................................................................ 7
B. Praktek yang Direkomendasikan .......................................................................... 8
1. IMD ..................................................................................................... 9
2. Posisi Persalinan ..................................................................................... 10
3. Mobilisasi Dini........................................................................................ 11

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 12

A. Kesimpulan ................................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 13


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2005, bahwa
setiap tahunnya wanita yang bersalin meninggal dunia mencapai lebih dari 500.000 orang
(Wiknjosastro, 2005). Di Indonesia sendiri masih banyak ditemukan permasalahan saat
persalinan, diantaranya adalah partus lama yang merupakan salah satu dari beberapa
penyebab kematian ibu dan bayi baru lahir. Pada proses persalinan melewati empat kala,
pada kala satu dibagi ke dalam dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif. Pada fase laten
merupakan periode dari awal persalinan hingga titik ketika pembukaan mulai berjalan
secara progresif. Fase aktif merupakan periode waktu awal dari kemajuan aktif
pembukaan hingga pembukaan menjadi komplit (Hellen varney, 2002).

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja praktek evidence based yang merugikan?
2. Apa saja praktek evidence based yang direkomendasikan

C. Tujuan
1.Menyelesaikan tugas yang di berikan kepada dosen
2.Mengetahui praktik yang merugikan dalam evidence based
3.Mengetahui praktik yang direkomendasikan dalam evidence based
BAB II

PEMBAHASAN

A. Praktik Yang Merugikan


1. Mobilisasi/Membatasi Gerak

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas,


mudah,teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting
untuk kemandirian (Barbara Kozier, 1995). Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah
suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu
sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh
berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring
(Susan J. Garrison, 2004).
Pembatasan gerak dalam persalinan sangat mempengaruhi proses persalinan
ibu.Hal ini di karenakan dengan adanya imobilisasi dapat menghambat penurunan
kepala bayi dan berakibat pada kala I yang panjang.Namun ada saatnya ibu tidak
boleh berajak dari tempat tidurnya yaitu:
1. Ketika ketuban pecah, janin berukuran kecil (di bawah 2000 gram), presentasi
kaki atau bokong atau letak melintang. Pada keadaan seperti ini,muncul resiko
prolapsus tali pusat yang meningkat ketika ibu dalam posisi berdiri. Bahkan
posisi telentang dengan kepala berada di atas tempat tidur, yang ditinggikan
dengan bantal lebih dari 20 sampai 30 derajat akan semakin meningkatkan
resiko prolapsus tali pusat.
2. Ketika ibu mendapat pengobatan dengan obat yang membuat ibu pusing atau
membuat kakinya tidak stabil ketika berdiri.
3. Selama persalinan yang kemajuannya cepat.
4. Ketika ibu mengalami komplikasi obstetrik atau medis yang mengharuskan
ibu tetap di tempat tidur

Pembatasan gerak yang dilakukan pada ibu bersalin akan menimbulkan stress
pada ibu dalam menjalani masa bersalinnya yang menyebabkan persalinan akan
berlangsung tidak fisiologis seperti persalinan lama.

Berdasarkan jurnal yang kami temukan tidak menyebutkan adanya dampak


yang posisif dari pembatasan gerak pada persalinan normal sehingga tidak ada
anjuran untuk melakukan pembatasan gerak pada persalinan normal kecuali ada
indikasi seperti yang disebut di atas.

Pada jurnal tersebut dilakukan penelitian mengenai perlakuan aktif birth pada
ibu dalam masa persalinan dibandingan dengan ibu yang tidak dilakukan aktif birth
dalam masa persalinannya. Aktif birth itu sendiri yaitu asuhan yang diberikan kepada
ibu dalam masa persalinan dimana ibu akan diberikan kesempatan untuk memilih
posisi yang dianggapnya nyaman dan memiliki efek nyeri minimal. Dalam penelitian
jurnal tersebut diperoleh hasil bahwa ibu yang diberikan perlakuan akan merasakan
nyeri yang lebih minimal daripada ibu yang tidak diberi perlakuan.

Dikatakan pula bahwa pembatasan gerak pada ibu bersalin dapat


menimbulkan ketegangan yang berefek pada nyeri yang di rasakan ibu.setiap ibu
memiliki tingkat nyeri yang berbeda-beda pada saat bersalin dengan mobilisasi yang
membuat ibu terasa nyaman seperti posisi duduk,tidur miring kanan atau miring kiri
sesuai dengan rasa nyaman ibu mengurangi tingkat nyeri yang di rasakanya.

2. Mencukur Rambut Pubis secara Rutin

Menurut Dr Cate Bell seorang bidan dan praktisi hipnobirthing di Sussex,


seperti yang dilansir di Baby Center, Anda tidak perlu mencukur bulu kemaluan
sebelum melahirkan karena:

a. Dapat menimbulkan iritasi yang apabila di tambah suhu lembab dan hangat
akan mendatangkan resiko berkembangnya bakteri patogen yang dapat
menybabkan penyakit lain.
b. 60 persen wanita mengalami komplikasi kesehatan karena mencukur rambut
kemaluan yaitu luka epidermal dan rambut tumbuh kedalam yang
menyebabkan timbulnya benjolan di sekitar pubis.Walaupun hal ini tidak
menjadi penyakit yang serius karena akan hilang dengan sendirinya namun
menyebabkan ketidaknyamanan di area genitalia.
c. Folikel rambut yang tertinggal habis mencukur dapat menyebabkan infeksi.
d. Menyebabkan rasa tidak nyaman pada saat pertumbuhan rambut karena
gatal,kemerahan dan lecet.
Kalaupun ibu hamil ingin mencukur rambut pubisnya harus dengan cara yang
benar dan menggunakan alat yang sekali pakai.selain itu juga apabila ingin
mencukurnya sebelum persalinan lakukan 2 hari sebelumnya.

3. Lavement
Lavement adalah suatu prosedur yang di lakukan untuk memasukan cairan ke
dalam kolon melalui anus.Hal ini di lakukan untuk mengeluarkan feses dan
membersihkan kolon.Larutan yang di gunakan adalah larutan sabun dan gliserin.Pada
saat persalinan pemberian obat enema ini dapat menyebabkan beberapa efek samping:
a. Resiko dehidrasi sama dengan diare apabila pengeluaran feses terlalu banyak
dan tidak dapat terkontrol maka cairan tubuh ibu dapat banyak berkurang
sehingga dapat juga mempengaruhi kekuatan ibu dalam meneran dan ibu akan
merasa lemas.
b. Terjadi infeksi mukosa kolon,bila cairan sabun yang dimasukan kedalam
kolon terlalu banyak dan ini menambah penyakit lain bagi ibu bersalin
c. Apabila lavement sering di gunakan maka dapat terjadi kerusakan refleks
defekasi normal.Karena kebiasaan memakai obat pencahar yang akan
mengeluarkan feses dengan sendirinya maka tubuh tidak akan dapat merespon
lagi untuk buang air besar secara fisiologi.Namun hal ini sangat jarang di
jumpai apa lagi pada ibu hamil.
d. Jika cairan yang dimasukkan kedalam kolon terlalu dingin maka akan
menyebabkan kram dan apabila terlalu hangat maka akan membakar mukosa
usus.Suhu normal larutan yang biasanya di berikan adalah 40,5-43°C.
e. Jika ibu hamil atau klien memiliki kontrol sfingter yang buruk tidak akan
mampu menahan larutan enema.
4. Episiotomi secara rutin
Episiotomi secara rutin tidak boleh di lakukan pada proes persalinan karena:
a. Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan karena episiotomy yang dilakukan
terlalu dini, yaitu pada saat kepala janin belum menekan perineum akan
mengakibatkan perdarahan yang banyak bagi ibu. Ini merupakan “perdarahan
yang tidak perlu”.
b. Episiotomi dapat enjadi pemacu terjadinya infeksi pada ibu. Karena luka
episiotomi dapat enjadi pemicu terjadinya infeksi, apalagi jika status gizi dan
kesehatan ibu kurang baik.
c. Episiotomi dapat menyebabkan rasa nyeri yang hebat pada ibu.
d. Episiotomi dapat menyebabkan laserasi vagina yang dapat meluas menjadi
derajat tiga dan empat.
e. Luka episiotomi membutuhkan waktu sembuh yang lebih lama.
5. Kateterisasi
Kateterisasi adalah suatu prosedur yang di lakukan dengan memasukan selang
kateter kedalam kandung kemih melalui uretra.Hal ini di lakukan untuk membantu
pengosongan urin.Pada ibu hamil dengan persalinan normal kateterisasi tidaklah di
perlukan karena adanya kerugian bagi ibu setelah post partum.kerugian tersebut
berupa:
a. Pemakaian kateter dapat menimbulkan infeksi atau septis.infeksi yang sering
terjadi adalah ISK.Hal ini dikarenakan bagian uretra sangat berdekatan dengan
bagian perineum.Bakteri yang sering menyebabkan ISK adalah E.coli dan
P.aeruginase,bakteri-bakteri ini aktif apalagi pasa saat post partum.Kebersihan
pada saat postpartum sangat mempengaruhi tingkat ibu terkenanya infeksi.
b. Menimbulkan rasa sakit
c. Memungkinkan luka pada saluran kemih.Pasa saat ibu meneran terjadi
gesekan yang dapat menimbulkan luka.

B. Praktik yang di rekomendasikan


1. IMD ( Inisiasi Menyusui Dini)
IMD adalah suatu langkah penting untuk memudahkan bayi menyusui dengan
meletakannya di atas dada sang ibu.IMD sangat bermanfaat bagi ibu dan bayinya
yaitu:
a. Meningkatkan kesempatan bayi memperoleh kolostrum
Kolostrum adalah tetes ASI pertama ibu yang kaya nutrisi dan
membantu mencegah penyakit. Cairan pertama dari ASI ini biasanya berwarna
kuning, sangat kental dan hanya sebanyak kira-kira satu sendok teh.
b. Mendukung keberhasilan ASI eksklusif
Inisiasi menyusui dini diketahui menunjang keberhasilan ASI eksklusif
hingga setidaknya bayi berusia 4 bulan. Pemberian ASI eksklusif dianjurkan
hingga bayi berusia 6 bulan, namun boleh dilanjutkan hingga anak berusia 2
tahun.
c. Memperkuat hubungan ibu dan bayi
Bukti menunjukkan bahwa kulit bayi yang bersentuhan langsung
dengan kulit ibunya (skin-to-skin contact) segera setelah lahir,dapat
menciptakan keintiman yang lebih dalam dengan sang ibu. Lebih jauh, kulit
tubuh bayi yang bersentuhan langsung dengan kulit tubuh ibunya merupakan
cara efektif untuk menenangkan bayi sakit, yang dapat dilakukan kapan saja.
Hal ini juga membuat sang ibu lebih nyaman.
d. Meningkatkan kesehatan bayi
Inisiasi menyusui dini dapat mengurangi angka kematian bayi baru
lahir. Selain itu, dapat meningkatkan kesehatan, tumbuh kembang, dan
membantu membangun daya tahan tubuh bayi. Kemudian, ASI juga sangat
baik untuk kesehatan sistem pencernaan bayi.
2. Posisi Persalinan
Adapun posisi yang dianjurkan pada proses persalinan antara lain :
a. Setengah duduk atau duduk

Posisi setengah duduk juga posisi melahirkan yang umum diterapkan


di berbagai rumah sakit atau klinik bersalin di Indonesia. Posisi ini
mengharuskan ibu duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan
paha dibuka ke arah samping.
Keuntungan : Posisi ini membuat ibu merasa nyaman karena membantu ibu
untuk beristirahat diantara kontarksi, alur jalan lahir yang perlu ditempuh
untuk bisa keluar lebih pendek, suplai oksigen dari ibu ke janin berlangsung
optimal, dan gaya grafitasi membantu ibu melahirkan bayinya.
Kekurangan : Posisi ini bisa menyebabkan keluhan pegal di punggung dan
kelelahan, apalagi kalau proses persalinannya lama.
b. Lateral (miring)

Posisi ini mengharuskan ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan.


Salah satu kaki diangkat sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Biasa
dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat. Normalnya posisi ubun-ubun
bayi berada di depan jalan lahir, menjadi tidak normal bila posisi ubun-ubun
berada di belakang atau samping. Miring ke kiri atau ke kanan tergantung
posisi ubun-ubun bayi. Jika di kanan, ibu diminta miring ke kanan dengan
harapan bayinya akan memutar. Posisi ini juga bisa digunakan bila persalinan
berlangsung lama dan ibu sudah kelelahan dengan posisi lainnya.
Keuntungan : Peredaran darah balik ibu mengalir lancar, pengiriman oksigen
dalam darah ibu ke janin melalui plasenta tidak terganggu, karena tidak terlalu
menekan, proses pembukaan berlangsung perlahan-lahan sehingga persalinan
relatif lebih nyaman, dan dapat mencegah terjadinya laserasi.
Kekurangan : Posisi ini membuat dokter atau bidan sedikit kesulitan
membantu proses persalinan, kepala bayi lebih sulit dipegang atau diarahkan,
bila harus melakukan episiotomi pun posisinya lebih sulit.
c. Berdiri atau jongkok
Beberapa suku di Indonesia Timur, mulai Lombok Timur hingga
Papua, wanitanya mempunyai kebiasaan melahirkan dengan cara jongkok.
Keuntungan : Posisi ini menguntungkan karena pengaruh gravitasi tubuh, ibu
tak harus bersusah-payah mengejan, bayi akan keluar lewat jalan lahir dengan
sendirinya (membantu mempercepat kemajuan kala dua), memudahkan dalam
pengosongan kandung kemih, dan mengurangi rasa nyeri. Pada posisi jongkok
berdasarkan bukti radiologis dapat menyebabkan terjadinya peregangan
bagian bawah simfisis pubis akibat berat badan sehingga mengakibatkan 28%
terjadinya perluasan pintu panggul.
Kekurangan : Bila tidak disiapkan dengan baik, posisi ini sangat berpeluang
membuat kepala bayi cedera, sebab bayi bisa “meluncur” dengan cepat.
Supaya hal ini tidak terjadi, biasanya sudah disiapkan bantalan yang empuk
dan steril untuk menahan kepala dan tubuh bayi. Dokter atau bidan pun sedikit
kesulitan bila harus membantu persalinan melalui episiotomi atau memantau
perkembangan pembukaan.
d. Merangkak
Posisi meragkak sangat cocok untuk persalinan dengan rasa sakit pada
punggung. Keuntungan : ibu merasa lebih nyaman dan efektif untuk meneran,
mempermudah janin dalam melakukan rotasi, membantu ibu mengurangi
nyeri punggung, dan peregangan pada perinium berkurang. 5. Menungging
Keuntungan : Mendorong kepala bayi keluar dari panggul selama kontraksi ,
kadang – kadang dianjurkan pada persalinan dini jika kontraksi sering terjadi
dan untuk mengurangi nyeri pinggang , serta mengurangi tekenan pada leher
rahim yang bengkak.
e. Berjalan-jalan
Posisi ini hanya dapat dilakukan bila ketuban belum pecah dan bila
ibunya masih mampu untuk melakukannya. Posisi ini dapat menyebabkan ibu
cepatmenjadilelah.
Keuntungan : Menyebabkan terjadinya perubah sendi panggul , dapat
mmempercepat turunnya kepala janin.
3. Mobilisasi Dini
Manfaat dam Keuntungan dari pelaksanaan mobilisasi dini adalah :
a. Dapat mengurangi kejadian komplikasi kandung kemih, konstipasi,
trombosis vena puerperalis, dan emboli pulmonal (Bahiyatun, 2009).
b. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat.
c. Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.
d. Lebih sesuai dengan keadaan di Indonesia (lebih ekonomis)
e. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan pada ibu mengenai
cara merawat bayinya (Sulistyawati, 2009)
f. Keuntungan mobilisasi dini adalah :
g. Ibu merasa lebih sehat dan kuat.
h. Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik.
i. Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu.
j. Mencegah trombosis pada pembuluh tungkai.
k. Sesuai dengan keadaan indonesia, sosial ekonomis (Nugroho
Taufan,2014).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pentingnya seorang bidan mengetahui Evidence Based terbaru dan dapat
menerapkanya dalam praktik kerjanya.Diketahui bahwa evidence based harus selalu di
perbaharui untuk menurunkan angka infeksi baik pada ibu maupun bayi.Hal ini di karena
seiring perkembangan waktu akan ada ilmu pengetahuan yang akan menggantikan suatu
metode dengan yang lebih baru dimana metode ini bersifat efektif dan tepat.
Evidence Based juga banyak yang direkomendasikan karena banyak membantu
ibu seperti mengurangi rasa sakit,infeksi,menjalin erat hubungan ibu dan
bayi,melancarkan persalinan dan masih banyak ilmu-ilmu pengetahuan lainya.
Seorang bidan juga dapat menemukan cara atau metode baru untuk
memperbaharui keterampilanya dengan melakukan penelitian.

B. Saran
Saya menyadari dalam menyusun makalah ini banyak mengalami kekurang baik
dalam bentuk maupun isinya.Oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk menjadikan makalah ini lebih baik laik.
DAFTAR PUSTAKA

Junizaf H. Infeksi Saluran Kemih Pada Wanita. Jakarta: Balai Pustaka; 1994. 2.
Nguyen H. Bacterial Infection of Genitourinary Tract. In: Tanagho E, JW M, editors.
Smith's General Urology. New York: Lange Medical Book; 2004. 3. Koos B, Moore
P. Maternal Physiology During Pregnancy. In: Nathan L, editor. Current Obstetric and
Ginecologis Diagnosis an Treatment. 9 ed. Connecticut: Appleton&Lange; 2003. 4.
MacLean A. Urinary Tract Infection in Pregnancy. International Journal of
Antimicrobial Agent. 2001. 5. Cahyono D. Infeksi Traktus Urinarius pada Kehamilan.
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2005. 6

Anda mungkin juga menyukai