Anda di halaman 1dari 50

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

STIMULASI PERSEPSI SENSORI PADA


PASIEN RESIKO PRILAKU KEKERASAN

Disusun oleh:

Riski Wahyudi J2214901081

Rismayatul Faridah J2214901001

Risna Siti Nuramanah J2214901019

Risti Supriatiningsih J2214901090

Rivan Fadlur Rohman J2214901023

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2023
A. LATAR BELAKANG

Manusia adalah makhluk sosial, yang terus menerus


membutuhkan adanya orang lain di sekitarnya. Salah satu
kebutuhan manusia untuk melakukan interaksi dengan sesama
manusia. Interaksi ini dilakukan tidak selamanya memberikan
hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh individu,
sehingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap kemampuan
individu untuk interaksi dengan orang lain.

Kelompok adalah kumpulan individu yang memilih


hubungan satu dengan yang lain. Anggota kelompok mungkin
datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai
dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif,
kesamaan ketidaksamaan, kesukaan dan menarik diri.

Terapi kelompok adalah suatu psikoterapi yang dilakukan


oleh sekelompok penderita bersama-sama dengan jalan diskusi
satu sama lain yang dipimpin, diarahkan oleh terapis/petugas
kesehatan yang telah dilatih. Terapi aktivitas kelompok itu
sendiri mempermudah psikoterapi dengan sejumlah pasien
dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas kelompok
yaitu agar pasien dapat belajar kembali bagaimana cara
bersosialisasi dengan orang lain,
sesuai dengankebutuhannya memperkenalkan
dirinya.

Menanyakan hal-hal yang sederhana dan memberikan


respon terhadap pertanyaan yang lain sehingga pasien dapat
berinteraksi dengan orang lain dan dapat merasakan arti
berhubungan dengan orang lain.

Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi


tambahan. Wilson dan Kneisl menyatakan bahwa terapi aktivitas
kelompok adalah manual, rekreasi, dan teknik kreatif untuk
memfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan repon
social dan harga diri.

Pada pasien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung


untuk melakukan kerusakan atau mencederai diri, orang lain, atau
lingkungan. Perilaku kekerasan tidak jauh dari kemarahan.
Kemarahan adalah perasaanjengkel yang timbul sebagai respon
terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. Ekspresi
marah yang segera karena suatu sebab adalah wajar dan hal ini
kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah yang
tidak diperbolehkan. Oleh karena itu, marah sering diekspresikan
secara tidak langsung.

Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan


mempersulit diri sendiri dan mengganggu hubungan
interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan
tidak konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan
membantu mengetahui tentang respon kemarahan seseorang dan
fungsi positif marah.

Atas dasar tersebut, maka dengan terapi aktivitas kelompok


(TAK) pasien dengan perilaku kekerasan dapat tertolong dalam
hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Tentu saja pasien
yang mengikuti terapi ini adalah pasien yang mampu mengontrol
dirinya dari perilaku kekerasan sehingga saat TAK pasien dapat
bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok lain.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan

2. Tujuan Khusus

a. Pasien dapat mengenal perilaku kekerasan


yang biasadilakukan
b. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui
kegiatanfisik
c. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan
dengan cara social

d. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan


kegiatanspiritual
e. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan
cara patuhminum obat.
C. TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku seseorang


yang menunjukkan bahwa ia dapat membahayakan diri
sendiri atau orang lain atau lingkungan, baik secara fisik,
emosional, seksual, dan verbal (NANDA, 2016). Risiko
perilaku kekerasan terbagi menjadi dua, yaiturisiko perilaku
kekerasan terhadap diri sendiri (risk for self-directed
violence) dan risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain
(risk for other-directed violence).

2. Penyebab perilaku kekerasan

Menurut (Keliat, 2011) penyebab Risiko Perilaku Kekerasan


ada duafaktor antara lain:
a. Faktor Predisposisi

1) Psikologis

Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi


yang kemudian dapat timbul agresif, masa kanak-kanak
yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina,
dan dianiaya. Seseorang yang mengalami hambatan
dalam mencapai tujuan/keinginan yang diharapkannya
menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan
cemas. Jika tidak mampu mengendalikan frustasi tersebut
maka, dia meluapkannya dengan cara kekerasan.
2) Perilaku

Reinforcement yang diterima pada saat melakukan


kekerasan, sering melihat kekerasan di rumah atau di luar
rumah, semua aspek ini memancing individu mengadopsi
perilaku kekerasan.
3) Sosial budaya

Budaya tertutup dan membalas secara diam


(pasifagresif) dan kontrol social yang tidak pasti terhadap
perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah
perilaku kekerasan diterima (permisive).

4) Bioneurologis

Banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik,


lobusfrontal, Lobustemporal dan ketidakseimbangan
neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku
kekerasan.

b. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dapat bersumber dari pasien,


lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi
pasien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik),
keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang
dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian
pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan
yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang
dicintai/pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor
penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan
konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.
Hilangnya harga diri juga berpengaruh pada
dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama
untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi
akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah
diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas
marah, dan sebagainya. Harga diri adalah penilaian
individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilakusesuai dengan ideal diri. Dimana
gangguan harga
diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap
diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan.

3. Rentang respon marah

Respon kemarahan dapat di fluktuasi dalam rentang


adaptif-mal adaptif. Rentang respon kemarahan dapat
digambarkan sebagai berikut:

Respon Adaptif Respons Maladaptif


Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Gambar. Rentang Respons Perilaku Kekerasan


Sumber: Keliat (1999)

Keterangan:

a. Asertif: individu dapat mengungkapkan marah tanpa


menyalahkan oranglain dan memberikan
ketenangan.
b. Frustasi: individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah
dan tidakdapat menemukan alternatif
c. Pasif: individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya

d. Agresif: perilaku yang menyertai marah

e. Kekerasan: perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta


hilangnyakontrol

Tabel. Perbandingan antara perilaku asertif, pasif dan


agresif/kekerasan
Pasif Asertif Agresif
Isi Negatif dan Positif dan Menyombongkan
Pembicaraan merendahkan diri, menawarkan diri, diri, merendahkan
contohnya contohnya orang lain, contoh
perkataan: perkataan: perkataan:
“Dapatkah saya?” “Saya dapat…” “Kamu selalu…”
“Dapatkah “Saya akan…” “Kamu tidak
kamu?” pernah…”
Tekanan suara Cepat lambat, Sedang Keras dan ngotot

mengeluh
Posisi badan Menundukkan Tegap dan santai Kaku, condong ke
kepala depan
Jarak Menjaga jarak Mempertahankan Siap dengan jarak
dengan sikap jarak yang aman akan menyerang
acuh/mengabaikan orang lain
Penampilan Loyo, tidak Sikap tenang Mengancam,
dapat tenang posisi menyerang
Kontak mata Sedikit/samasekali Mempertahankan Mata melotot dan
tidak kontak mata dipertahankan
sesuai dengan
hubungan
Sumber: Keliat (1999)

4. Gejala marah

Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang


menimbulkan pengrusakan, tetapi ada juga yang hanya diam
seribu bahasa. Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang
timbul pada pasien dalam keadaan marah diantaranya sebagai
berikut:
a. Fisik

Mata melotot,/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang


mengatup, wajah memerah dan tegang, serta postur
tubuh kaku.
b. Verbal

Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor,


berbicara dengan nada keras, kasar dan ketus.
c. Emosi

Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa


terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan,
mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
d. Intelektual

Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan


dan tidak jarang mengeluarkan kata-kata bernada
sarkasme.
e. Spiritual

Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan,


tidakbermoral, dan kreativitas terhambat.
f. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan,
ejekan, dansindiran.
g. Perhatian

Bolos, melarikan diri, dan melakukan


penyimpangan seksual

5. Perilaku marah

Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara


lain:

a. Menyerang atau menghindar (fight of flight)

Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena system


syaraf otonom bereaksi terhadap sekresi
b. Menyatakan secara asertif (assertiveness)

Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam


mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku
pasif, agresif, dan asesif. Perilaku asertif adalah cara
yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena
individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa
menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. Di
samping itu perilaku ini dapat juga untuk
mengembangkan diri pasien.
c. Memberontak (acting out)

Perilaku yang muncul basanya disertai akibat konflik


perilaku“acting out” untuk menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan

Tindakan kekerasan atau amuk yang


ditujukan kepada diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan
6. Mekanisme koping

Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan


pada penatalaksanaan stres, termasuk upaya penyelesaian
masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan
untuk melindungi diri. Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa
cemas yang timbul karena adanya ancaman. Beberapa
mekanisme koping yang dipakai pada pasien marah untuk
melindungi diri antara lain:

a. Sublimasi: menerima suatu pengganti yang mulia artinya


dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami
hambatan penyaluran secara normal. Misalnya seseorang
yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada
obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok,
dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi
ketagangan akibat rasa marah.
b. Proyeksi: menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya
atau keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang
wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai
perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik
menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu,
mencumbunya.
c. Resepsi: mencegah pikiran yang menyakitkan atau
membahayakan masuk kealam sadar. Misalnya: seseorang
anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurutajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua
merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan,
sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia
dapat melupakannya.
d. Reaksi formasi: mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan
perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada teman
suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan
kasar.
a. Displacement: melepaskan perasaan yang tertekan
bisaanya bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu
berbahaya seperti yang pada mulanya
membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia
4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman
dari ibunya karena menggambar di dinding
kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan
dengan temannya.

D. JADWAL KEGIATAN

Pelaksanaan kegiatan terapi aktivitas kelompok


pada pasien denganRisiko perilaku kekerasan,
yaitu
1. Hari/Tanggal: Kamis, 11 Mei 2023

2. Waktu: Pkl. 07.30 – 08.10

3. Alokasi waktu :

a. Perkenalan dan pengarahan (5 menit)

b. Terapi kelompok (30 menit)

c. Penutup (5 menit)

4. Tempat: Ruang Perkutut

E. SESI YANG DIGUNAKAN

SESI 1 : Mengenal Prilaku Kekerasan Yang Biasa Dilakukan


F. PESERTA TAK

1. Kriteria pasien

a. Pasien yang bisa kooperatif dan tidak


menggangguberlangsungnya Terapi Aktifitas
Kelompok
b. Kondisi fisik dalam keadaan baik

c. Mau mengikuti kegiatan terapi aktifitas

2. Proses seleksi

a. Mengobservasi pasien yang masuk kriteria.

b. Mengidentifikasi pasien yang masuk kriteria.

c. Mengumpulkan pasien yang masuk kriteria.

d. Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut


TAK, meliputi: menjelaskan tujuan TAK pada
pasien, rencana kegiatan kelompok dan aturan main
dalam kelompok.

G. ANTISIPASI MASALAH

1. Penanganan terhadap pasien yang tidak aktif dalam aktivitas

a. Memanggil pasien

b. Memberi kesempatan pada pasien untuk


menjawab sapaanperawat atau pasien lain
2. Bila pasien meninggalkan kegiatan tanpa izin

a. Panggil nama pasien

b. Tanyakan alasan pasien meninggalkan kegiatan

3. Bila pasien lain ingin ikut

a. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini


ditujukan kepada pasienyang telah dipilih
b. Katakan pada pasien bahwa ada kegiatan
lain yang mungkindiikuti oleh pasien
tersebut.

H. URAIAN TUGAS DAN SUSUNAN PELAKSANA

Berikut merupakan uraian tugas dari terapis baik sebagai


leader, observer, dan fasilitator.

a. Leader

Uraian tugas:
a) Mengkoordinasi seluruh kegiatan

b) Memimpin jalannya terapi kelompok

c) Memimpin diskusi

d) Menyampaikan uraian materi

b. Observer

Uraian tugas:

a) Mengamati semua proses kegiatanyang berkaitan


denganwaktu, tempat dan jalannya acara
b) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan
semuaangota kelompok dengan evaluasi kelompok
c. Fasilitator
Uraian Tugas :
1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
2) Memotivasi anggota dalam ekspresi
perasaan setelah kegiatan.
3) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan
untuk melaksanakan kegiatan.
4) Membimbing kelompok selama permainan
diskusi.
5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
6) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi
masalah.

Nama-Nama Tim Terapis


Leader : Risti Supriatingingsih
Observer : Risna Siti Nuramanah
Fasilitator 1 : Rismayatul Faridah
Fasilitator 2 : Riski Wahyudi
Fasilitator 3 : Rivan Fadlur Rohman

I. RENCANA PELAKSANAAN

a. Memilih pasien yang mengikuti TAK sesuai dengan


kriteria yang telah ditetapkan di Ruangan Perkutut Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.
b. Peserta TAK 5 orang.
c. Persiapan waktu yang akan digunakan ada dalam Tabel 1.
Tabel 1. Tabel Rincian Alokasi Waktu TAK (Kamis, 11 Mei 2023)

No. Kegiatan Alokasi Keterangan

waktu
1. Tahap orientasi:

 Memberi salam
terapeutik: salam dari 5 menit Dipimpin oleh Leader
terapis kepada klien

 Perkenalkan nama dan


panggilan terapis (Pakai
Papan nama).

 Menanyakan nama dan


panggilan semua klien
(beri papan nama )
• Evaluasi/validasi:
 Menanyakan perasaan
klien saat ini
 Menanyakan masalah
yang dirasakan
• Kontrak
 Menjelaskan tujuan
kegiatan, yaitu
mengenal perilaku
kekerasan yang bisa
dilakukan
 Menjelaskan aturan main
berikut :
 Jika ada klien yang
ingin meninggalkan
kelompok, harus
minta izin kepada
terapis
 Lama kegiatan 45
menit
 Setiap klien
mengikuti kegiatan
dari awal sampai
selesai
2. Tahap kerja:
30 menit Dipimpin oleh Leader
a. Mendiskusikan penyebab
marah

 Tanyakan pengalaman
tiap klien

 Tulis di papan
tulis/flipchart/whiteboa
rd.

b. Mendiskusikan tanda dan


gejala yang dirasakan klien
saat terpapar oleh penyebab
marah sebelum perilaku
kekerasan terjadi.

 Tanyakan perasaan
tiap klien saat terpapar
oleh penyebab (Tanda
dan gejala)

 Tulis di papan
tulis/flipchart/whiteboa
rd.
c. Mendiskusikan perilaku
kekerasan yang pernah
dilakukan klien (verbal,
merusak lingkungan,
mencederai/memukul orang
lain, dan memukul diri
sendiri).

 Tanyakan perilaku
yang dilakukan saat
marah

 Tulis di papan
tulis/flipchart/whiteboa
rd.

d. Membantu klien memilih


salah satu prilaku
kekerasan yang paling
sering dilakukan untuk di
peragakan

e. Melakukan bermain
peran/simulasi untuk
perilaku kekerasan yang
tidak berbahaya (Terapis
sebagai sumber penyebab
dan klien yang melakukan
perilaku kekerasan).

f. Menanyakan perasaan klien


setelah selesai bermain
peran /simulasi.
g. Mendiskusikan dampak/
akibat perilaku kekerasan

 Tanyakan akibat
perilaku kekerasan

 Tulis di papan
tulis/flipchart/whiteboa
rd.

h. Memberikan reinforcement
pada peran serta klien.

i. Dalam menjalankan a
sampai h, upayakan semua
klien terlibat.

j. Beri kesimpulan penyebab;


tanda dan gejala; perilaku
kekerasan; dan akibat
perilaku kekerasan.

k. Menanyakan kesediaan
klien untuk mempelajari
cara baru yang sehat untuk
menghadapi kemarahan

3. Tahap terminasi:
5 menit Dipimpin oleh Leader
a. Evaluasi

 Terapis menanyakan
perasaan klien setelah
mengikuti TAK

 Memberika
Reinforcement positif
terhadap perilaku klien
yang positif.

b. Tindak lanjut

 Menganjurkan klien
menilai dan
mengevaluasi jika
terjadi penyebab
marah, yaitu tanda
dan gejala; perilaku
kekerasan yang
terjadi; serta akibat
perilaku kekerasan.

 Menganjurkan klien
mengingat
penyebab; tanda dan
gejala; perilaku
kekerasan dan
akibatnya yang
belum di ceritakan.

c. Kontrak yang akan datang

 Menyepakati belajar
cara baru yang
sehat untuk
mencegah perilaku
kekerasan

 Menyepakati waktu
dan tempat TAK
berikutnya.
d. Setting Tempat

Keterangan :

= Leader

= Observer

= Fasilitator

= Pasien

J. PROSES PELAKSANAAN

Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan

a. Tujuan :
1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab
kemarahannya
2. Klien dapat menyebutkan respons yang dirasakan
saat marah (tanda dan gejala marah)
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan
saat marah (perilaku kekerasan)
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku
kekerasan

b. Setting :

1. Terapis dan klien duduk bersama


dalam lingkaran.

2. Ruangan nyaman dan tenang.

c. Alat :

1. Papan tulis/ flipchart/ whiteboard I

2. Kapur/ spidol

3. Buku catatan dan pulpen

d. Metode :

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Bermain peran atau simulasi


e. Langkah Kegiatan :

1. Persiapan

a. Memilih klien perilaku kekerasan


yang sudah kooperatif
b. Membuat kontrak dengan klien

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a. Salam teraupetik
1) Salam dari terapis kepada klien.

2) Perkenalkan nama panggilan terapis


kepeda klien(pakai papan nama).

3) Menanyakan nama panggilan semua klien


(beripapan nama).
b. Evaluasi /validasi

1) Menanyakan perasaan klien saat ini

2) Menanyakan masalah yang dirasakan

3) Kontrak

a) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu


mengenal perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan
b) Menjelaskan aturan main berikut :

 Jika ada klien yang ingin


meninggalkan kelompok, harus
minta izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.

 Setiap klien mengikuti kegiatan


dari awal sampai selesai.
3. TahapKerja

a. Mendiskusikan penyebab marah

1) Tanyakan pengalaman tiap klien marah

2) Tulis di papan tulis/flipchart/whiteboard

b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan


klien saat terpapar oleh penyebab marah sebelum
perilaku kekerasan terjadi.
1) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar
oleh penyebab (tanda dan gejala)
2) Tulis di papan tulis
tulis/flipchart/whiteboard

c. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah


dilakukan klien (verbal, merusak lingkungan,
menciderai/memukul orang lain, dan memukul
diri sendiri)
1) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat
marah

2) Tulis di papan tulis


tulis/flipchart/whiteboard
d. Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan

1) Tanyakan akibat perilaku kekerasan

2) Tuliskan di papan tulis /flipchart/whiteboard

e. Memberikan reinforcement pada peran serta klien

f. Dalam menjalankan a sampai h, upayakan


semua klien terlibat

g. Beri kesimpulan penyebab, tanda dan gejala,


perilaku kekerasan, danakibat perilaku
kekerasan
h. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari
cara baru yang sehatmenghadapi kemarahan
4. Tahap Terminasi

a. Evaluasi

1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah


mengikutiTAK.
2) Memberikan reinforcement positif terhadap
perilaku klien yang positif.
b. Tindak lanjut

1) Menganjurkan klien memulai dan


mengevaluasi jika terjadi penyebab marah,
yaitu tanda dan gejala, perilaku kekerasan
yang terjadi, serta akibat perilaku kekerasan.
2) Menganjurkan klien mengingat penyebab,
tanda dan gejala perilaku kekerasan dan
akibatnya yang belum diceritakan.
c. Kontrak yang akan datang

1) Menyepakati belajar cara baru yang sehat


untuk mencegah perilaku kekerasan.
2) Menyepakati waktu dan tempat TAK
berikutnya.

f. Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung,


khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi
adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 1,
kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui
penyebab perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku
kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan.
Formulir evaluasi sebagai berikut :
Sesi 1 TAK Stimulasi perilaku Kekerasan

No. Nama klien Penyebab Memberi Tanggapan Tentang


Marah Tanda & PK yang Akibat PK
Gejala Marah Dilakukan
1. Tn. Hanif

2. Tn. Hendra
Gunawan
3. Tn. Dedi Tahadi

4. Tn. Rudi
Budiman
5. Tn. Supyadin

6. Tn. Asep
Sagimin
7. Tn. Ahmad
Sulaiman
Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui


penyebab perilaku kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan,
perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan,
serta mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
nafas dalam. Beri tanda (√) jika mampu dan beri tanda (-) jika
tidakmampu.
 Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien


saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap
klien.Contoh : Klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulus
persepsi perilaku kekerasan.Klien mampu menyebutkan
penyebab perilaku kekerasannya (disalahkan dan tidak
diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang dirasakan
(”gregeten” dan ”deg-degan”), perilaku kekerasanyang
dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan
(tangan sakit dan dibawa ke rumah sakit jiwa), dan cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan tarik
nafas dalam.

SESI 2 : Mencegah Perilaku Kekerasan Secara Fisik

1. Tujuan:

a. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang


biasa dilakukan klien

b. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat


mencegah perilaku kekerasan.
c. Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang
dapatmencegah perilaku kekerasan
2. Setting:

a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkungan.

b. Ruangan nyaman dan tenang

3. Alat:

a. Kasur / kantong tinju/ gendang

b. Papan tulis/ flipchart/ witheboard


c. Buku catatan dan pulpen

d. Jadwal kegiatan klien

4. Pengorganisasian :

a. Leader

b. Observer

c. Fasilitator

5. Metode:

a. Dinamika kelompok

b. Diskusi dan tanya jawab

c. Bermain peran/ stimulasi

6. Langkah kegiatan:

a. Persiapan

1) Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 1

2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

b. Orientasi

1) Salam terapeutik

a) Salam dari terapis pada pasien

b) Klien dan terapis pakai papan nama.

2) Evaluasi /validasi

a) Menanyakan perasaan klien saat ini

b) Menyanyakan apakah ada kejadian


perilaku kekerasan: penyebab; tanda dan gejala;
perilaku kekerasan serta akibatnya.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu secara
fisik untuk mencegah perilaku kekerasan
2) Menjelaskan aturan main berikut :

a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan


kelompok, harus minta izin kepada
terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit

c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal


sampai selesai.

3. Tahap Kerja

a. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh


klien

1) Tanyakan kegiatan : rumah tangga, harian, dan


olahraga yang biasa dilakukan klien
2) Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard

b. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk


menyalurkan kemarahan secara sehat : tarik napas dalam,
menjemur/memukul kasur/bantal, menyikat kamar mandi,
main bola, senam, memukul bantal pasir tinju, dan
memukul gendang.

c. Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat


dilakukan.

d. Bersama klien mempraktikan dua kegiatan yang dipilih

1) Terapis mempraktikan

2) Klien melakukan redemonstrasi

e. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikan cara


penyaluran kemarahan
f. Upayakan semua klien berperan aktif
4. Tahap Terminasi

a. Evaluasi

1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah


mengikuti TAK

2) Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah


perilaku kekerasan
b. Tindak lanjut

1) Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah


dipelajari jika stimulus penyebab perilaku kekerasan
2) Menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang
telah dipelajari
3) Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien

c. Kontrak yang akan datang

1) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu


interaksisosial yang asertif
2) Meyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya


pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien
sesuai dengan tujuanTAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku
kekerasan Sesi 2, kemampuan yang di harapkan adalah 2 kemampuan
mencegah perilaku kekerasan secara fisik.Formulir evaluasi sebagai
berikut :

Sesi 2:
Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan

Kemampuan Mencegah Perilaku Kekerasan

Fisik

N Nama Menyebutkan cara fisik Mempraktekkan cara menarik


o Klien mencegah perilaku kekerasan napas dalam
1. Tn. Hanif

2. Tn. Hendra
Gunawan
3. Tn. Dedi Tahadi

4. Tn. Rudi
Budiman
5. Tn. Supyadin

6. Tn. Asep
Sagimin
7. Tn. Ahmad
Sulaiman
Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan


mempraktekkan 2 cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan.
Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (-) jika klien tidak
mampu.

 Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada
catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 2
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan, klien mampu
mempraktekkan tarik nafas dalam, tetapi belum mampu
mempraktekkan pukul kasur dan bantal. Anjurkan dan bantu klien
mempraktekkan di ruang rawat (buat jadwal).

Sesi 3 : Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Cara Interaksi Sosial


Asertif (Cara Verbal)

1. Tujuan :

a. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan


tanpa memaksa

b. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati


tanpa kemarahan
2. Seting :

a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran

b. Ruangan nyaman dan tenang

2. Alat :

1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis

2. Buku catatan dan pulpen

3. Jadwal kegiatan harian klien

4. Metode :

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Bermain peran / simulasi


5. Langkah kegiatan :

a. Persiapan

1) Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 2

2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

b. Orientasi

1) Salam terapeutik

a) Salam dari terapis kepada klien

b) Klien dan terapis pakai papan nama

2) Evaluasi /Validasi

a) Menanyakan perasaan klien saat ini

b) Menanyakan apakah ada penyebab marah,tanda


dan gejala marah, serta perilaku kekerasan

c) Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk


mencegah perilaku kekerasan sudah
dilakukan

c. Kontrak

1) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu cara sosial


untuk mencegah perilaku kekerasan

2) Menjelaskan aturan main berikut:

a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok,


harus meminta izin kepada terapis.

b) Lama kegiatan 45 menit.

c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai


selesai.

d. Tahap kerja

1) Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin


meminta sesuatu dari orang lain.

2) Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.

3) Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu


tanpa paksaan yaitu,” Saya perlu/ingin/minta...., yang
akan saya gunakan untuk. ”.

4) Memilih dua orang klien secara bergilir


mendemonstrasikan ulang cara pada poin c.

5) Ulangi sampai semua klien mencoba.

6) Memberikan pujian pada peran serta klien.

7) Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan


menyampaikan rasa sakit hati pada orang lain,
yaitu,”Saya tidak dapat melakukan...” atau ”Saya
tidak menerima dikatakan ” atau ”
Saya kesal dikatakan seperti ”.
Memilih dua orang klien secara bergilir
mendemonstrasikan ulang cara pada poin d.
8) Ulangi h sampai semua klien mencoba.

9) Memberikan pujian pada peran serta klien.

e. Tahap terminasi

1) Evaluasi

a) Terapis menanyakan perasaan klien


setelah melakukan TAK.

b) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku


kekerasan yang telah dipelajari.

c) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban


yang benar.
1) Tindak lanjut

a) Menganjurkan klien menggunakn kegiatan fisik


dan interaksi sosial yang asertif, jika stimulus
penyebab perilaku kekerasan terjadi.

b) Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan


interaksi sosial yang asertif secara teratur.

c) Memasukkan interaksi sosial yang asertif pada


jadwal kegiatan harian pasien.

2) Kontrak yang akan datang

a) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain,


yaitu kegiatan ibadah.

b) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

f. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses Tak berlangsung, khususnya
pada tahapkerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien
sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan sesi 3, kemampuan klien yang diharapkan
adalah mencegah perilaku kekerasan secara sosial. Formulir
evaluasi sebagai berikut:

Sesi 3: TAK
Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan Kemampuan Mencegah Perilaku
Kekerasan Social

No. Nama Klien Memperagakan Cara Memperagakan Memeperagakan


Meminta Cara Menolak Cara
dengan Baik Mengungkapkan
Marah yang
Baik
1. Tn. Hanif

2. Tn. Hendra
Gunawan
3. Tn. Dedi
Tahadi
4. Tn. Rudi
Budiman
5. Tn. Supyadin

6. Tn. Asep
Sagimin
7. Tn. Ahmad
Sulaiman
Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan


pencegahan perilaku kekerasan secara social : meminta tanpa
paksa, menolak dengan baik, mengungkapkan kekesalan dengan
baik. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (х) jika klien
tidak mampu.

 Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat


TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh :
klien mengikuti Sesi 3 TAK stimulasi persepsi perilaku
kekerasan. Klien mampu memperagakan cara meminta tanpa
paksa, menolak dengan baik dan mengungkapkan kekerasan.
Anjurkan klien mempraktikkan di ruang rawat (buat jadwal).

Sesi 4 : Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Cara Spiritual

1. Tujuan

Klien dapat melakukan mencegah prilaku kekerasan dengan


cara spiritual.

2. Setting

a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.

b. Ruangan nyaman dan tenang.

3. Alat

a. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis


b. Buku catatan dan pulpen

c. Jadwal kegiatan harian klien

4. Metode

a. Dinamika kelompok

b. Diskusi dan tanya jawab

c. Bermain peran/ stimulasi

5. Langkah kegiatan

a. Persiapan

1) Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah


ikut sesi.

2) Menyiapkan alat dan tempat.

b. Orientasi

1) Salam terapeutik

a) Salam dari terapis kepada klien

b) Klien dan terapis pakai papan nama

2) Evaluasi/ validasi

a) Menanyakan perasaan klien saat ini.

b) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda


dan gejalamarah, serta perilaku kekerasan.
c) Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial
yang asertif untuk mencegah perilaku kekerasan
sudah dilakukan.
3) Kontrak

a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah


untukmencegah perilaku kekerasan
b) Menjelaskan aturan main berikut:

 Jika ada klien yang akan meninggalkan


kelompok,harus meminta izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.

 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal


sampaiselesai.
c. Tahap kerja

1) Menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien.

2) Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa


dilakukanmasingmasing klien.
3) Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien.

4) Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah.

5) Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang


dipilih.

6) Memberikan pujian pada penampilan klien.


d. Tahap terminasi

1) Evaluasi

a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah


mengikutiTAK.

b) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku


kekerasanyang telah dipelajari.

c) Memberikan pujian dan penghargaan atas


jawaban yangbenar.
e. Tindak lanjut

1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik,


interaksi sosial yang asertif, dan kegiatan ibadah
jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
2) Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik,
interaksi sosial yang asertif, dan kegiatan ibadah
secara teratur.
3) Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan
harian klien.

f. Kontrak yang akan datang

1) Menyepakati untuk balajar cara baru yang lain,


yaituminum obat teratur.
2) Menyepakati waktu dan tempat pertemuan
berikutnya.

f. Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK


berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai
dengantujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan Sesi 4, kemampuan klien yang
diharapkan adalah perilaku 2 kegiatan ibadah untuk
mencegah kekerasan. Formulir evaluasi sebagai
berikut.
Sesi 4 : TAK
Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan Kemampuan Mencegah
Perilaku Kekerasan Dengan Kegiatan Spiritual
Mempraktikkan kegiatan Mempraktikkan kegiatan
No Nama klien
ibadah pertama ibadah kedua
1. Tn. Hanif

2. Tn. Hendra
Gunawan
3. Tn. Dedi Tahadi

4. Tn. Rudi
Budiman
5. Tn. Supyadin

6. Tn. Asep
Sagimin
7. Tn. Ahmad
Sulaiman

Petunjuk:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien

2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan


pencegahan perilaku kekerasan secara social : meminta tanpa paksa,
menolak dengan baik, mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri
tanda (√) jika klien mampu dan tanda (х) jika klien tidak mampu.

 Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat
TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh :
klien mengikuti Sesi 4, TAK stimulasi persepsi perilaku
kekerasan. Klien mampu memperagakan dua cara ibadah.
Anjurkan klien melakukannya secara teratur di ruangan (buat
jadwal).
Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Patuh Mengonsumsi
Obat

1. Tujuan

a. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat

b. Klien dapat menyebutkan akibat/ kerugian tidak


patuh minum obat

c. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat

2. Setting

a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.

b. Ruangan nyaman dan tenang.

3. Alat

a. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis

b. Buku catatan dan pulpen

c. Jadwal kegiatan klien

d. Beberapa contoh obat

4. Metode

a. Dinamika kelompok

b. Diskusi dan tanya jawab

5. Langkah kegiatan

a. Persiapan

1) Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah


ikut sesi 4.

2) menyiapkan alat dan tempat pertemuan

b. Orientasi
1) Salam terapeutik

a) Salam dari terapis kepada klien

b) Klien dan terapis pakai papan nama

c. Evaluasi/ validasi

1) Menanyakan perasaan klien saat ini.

2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda


dan gejalamarah, serta perilaku kekerasan.
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi
sosial yang asertifuntuk mencegah perilaku
kekerasan sudah dilakukan.
d. Kontrak

1) Menjelaskan tujuan kegiatan,


yaitu petuh minum obat
untukmencegah perilaku
kekerasan
2) Menjelaskan aturan main berikut:

a) Jika ada klien yang akan


meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit.

c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari


awal sampai selesai.

e. Tahap kerja

1) Mendiskusikan macam obat yang dimakan


klien : nama danwarna (upayakan tiap klien
menyampaikan).
2) Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa
dilakukan klien.
3) Tuliskan di whiteboard hasil a dan b.
4) Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu
benar obat, benarwaktu minum obat, benar
orang yang minum obat, benar cara minum obat,
benar dosis obat.
5) Minta klien menyebutkan lima benar cara
minum obat secara bergiliran.
6) Berikan pujian pada klien yang benar.

7) Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum


obat(catat di whiteboard).
8) Menjelaskan keuntungan patuh minum
obat, yaitu salah satucara mencegah
perilaku kekerasan/ kambuh.
9) Menjelaskan akibat/ kerugian jika
tidak patuh minum obat,yaitu kejadian
perilaku kekerasan/ kambuh.
10) Minta klien menyebutkaa kembali
keuntungan patuh minumobat dan
kerugian tidak patuh minum obat.
11) Memberikan pujian setiap kali klien
dapat menyebutkan secara benar.

f. Tahap terminasi

1) Evaluasi

a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah


mengikuti TAK.

b) Menanyakan jumlah cara pencegahan


perilaku kekerasan yang telah dipelajari.

c) Memberikan pujian dan penghargaan atas


jawaban yangbenar.
2) Tindak lanjut
a) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik,
interaksi sosial asertif kegiatan ibadah, dan patuh
minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan.
b) Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan
harian klien.

3) Kontrak yang akan datang

Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan


dan disepakati jika klien perlu TAK yang lain.

f. Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya


pada tahapkerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien
sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan sesi 5, kemampuan yang diharapkan adalah
mengetahui lima benar cara minum obat, keuntungan minum
obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Formulir evaluasi
sebagai berikut.

Sesi 5: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan dengan patuh minum obat
No. Nama Klien Menyebutkan Lima Menyebutkan Menyebutkan
Benar Minum Obat Keuntungan Akibat Tidak
Minum Obat Patuh Minum
Obat
1. Tn. Hanif

2. Tn. Hendra
Gunawan
3. Tn. Dedi
Tahadi
4. Tn. Rudi
Budiman
5. Tn. Supyadin

6. Tn. Asep
Sagimin
7. Tn. Ahmad
Sulaiman

Petunjuk:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien

2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan


mempraktikkan pencegahan perilaku kekerasan secara
sosial: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik,
mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda (√) jika
klien mampu dan tanda (х) jika klien tidak mampu.

 Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi
5, TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu
menyebutkan keuntungan minum obat, belum dapat
menyebutkan keuntungan minum obat dan akibat tidak minum
obat. Anjurkan klien mempraktikkan lima benar cara minum
obat, bantu klien merasakan keuntungan minum obat, dan
akibat tidak minum obat.
DAFTAR PUSTAKA

Anna Keliat, B. (2014) Terapi Aktifitas Kelompok. Edited by B. Angelina.


Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai