Anda di halaman 1dari 17

DIET DAN TEKHNIK PEMBERIAN MAKAN PADA PASIEN STROKE

DISUSUN OLEH :

1. PRASOJO (106113041)

2. NUNKY PANDU K. (106113048)

3. SETIONO (106113049)

4. HILDA PUTRI NUR AINI (106113063)

5. NURUL FAJAR M. (106113067)

6. UMIYATUN (106113071)

7. HASNA FAHMIE RIZKIANA (106113075)

D-3 KEPERAWATAN 2B

STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP

TAHUN AJARAN 2013/2014


BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan


fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam
atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vascula. Stroke perdarahan intraserebral atau perdarahan intraserebral primer adalah
suatu sindroma yang ditandai adanya perdarahan spontan ke dalam substansi otak
(Gilroy, 2000).

Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian
otak tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan
serangkaian reaksi bio-kimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel otak.
Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh
jaringan itu. Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga di Amerika Serikat dan
banyak negara industri di Eropa (Jauch, 2005). Bila dapat diselamatkan, kadang-
kadang si penderita mengalami kelumpuhan pada anggota badannya, hilangnya
sebagian ingatan atau kemampuan bicaranya. Untuk menggarisbawahi betapa
seriusnya stroke ini, beberapa tahun belakangan ini telah semakin populer istilah
serangan otak. Istilah ini berpadanan dengan istilah yang sudah dikenal luas,
"serangan jantung". stroke terjadi karena cabang pembuluh darah terhambat oleh
emboli. emboli bisa berupa kolesterol atau mungkin udara.

Stroke adalah sindrom berupa klinis yang awal timbulnya mendadak,


progresi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/atau global, yang berlangsung 24
jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan
oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Bila gangguan peradaran darah
otak ini berlangsung sementara, beberapa detik hingga beberapa jam (kebanyakan 10-
20 menit), tapi kurang dari 24 jam, disebut sebagai serangan iskemia otak sepintas
(transient ischaemia attack = TIA) (Arif Mansjoer, 2000).

B. PATOFISIOLOGI

Kebanyakan kasus PIS terjadi pada pasien dengan hipertensi kronik. Keadaan
ini menyebabkan perubahan arteriosklerotik pembuluh darah kecil, terutama pada
cabang-cabang arteri serebri media, yang mensuplai ke dalam basal ganglia dan
kapsula interna. Pembuluh-pembuluh darah ini menjadi lemah, sehingga terjadi
robekan dan reduplikasi pada lamina interna, hialinisasi lapisan media dan akhirnya
terbentuk aneurisma kecil yang dikenal dengan aneurisma Charcot-Bouchard. Hal
yang sama dapat terjadi pembuluh darah yang mensuplai pons dan serebelum.
Rupturnya satu dari pembuluh darah yang lemah menyebabkan perdarahan ke dalam
substansi otak (Gilroy,2000; Ropper, 2005).

Pada pasien dengan tekanan darah normal dan pasien usia tua, PIS dapat
disebabkan adanya cerebral amyloid angiopathy (CAA). Keadaan ini disebabkan
adanya akumulasi protein β-amyloid didalam dinding arteri leptomeningen dan
kortikal yang berukuran kecil dan sedang. Penumpukan protein β-amyloid ini
menggantikan kolagen dan elemen-elemen kontraktil, menyebabkan arteri menjadi
rapuh dan lemah, yang memudahkan terjadinya resiko ruptur spontan. Berkurangnya
elemen-elemen kontraktil disertai vasokonstriksi dapat menimbulkan perdarahan
masif, dan dapat meluas ke dalam ventrikel atau ruang subdural. Selanjutnya,
berkurangnya kontraktilitas menimbulkan kecenderungan perdarahan di kemudian
hari. Hal ini memiliki hubungan yang signifikan antara apolipoprotein E4 dengan
perdarahan serebral yang berhubungan dengan amyloid angiopathy (Gilroy, 2000;
Ropper, 2005; O'Donnel, 2000).

Suatu malformasi angiomatous (arteriovenous malformation/AVM) pada otak dapat


ruptur dan menimbulkan perdarahan intraserebral tipe lobular. Gangguan aliran
venous karena stenosis atau oklusi dari aliran vena akan meningkatkan terjadinya
perdarahan dari suatu AVM (Caplan,2000; Gilroy,2000; Ropper, 2005).

C. KLASIFIKASI STROKE

Secara umum stroke dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu :

1. Stroke Hemoragik ( Perdarahan otak)

Stroke perdarahan disebabkan paerdarahan suatu arteri serebralis yang disebut


hemoragi, yang terdiri dari 2 jenis, yaitu :

a) Perdarahan Intraserebral

Yaitu pecahnya pembuluh darah intrserebral sehingga darah keluar dari


pembuluh darah dan kemudian masuk ke dalam jaringan otak atau sering disebut
dengan perdarahan langsung ke dalam otak.

b) Perdarahan sub Archnoid

Yaitu masuknya darah ke ruang sub arachnoid baik dari tempat lain maupun
berasal dari rongga sub arachnoid itu sendiri.

2. Stroke non Perdarahan

Stroke non perdarahan adalah cedera pada jaringan otak yang disebabkan oleh
terhambat atau terhentinya suplai darah dan nutrisi (02) ke otak.

a) Transcient Ischemic Attack (TIA)

Yaitu serangan iskemik sepintas yang berlangsung hanya dalam hitungan


menit sampai sehari penuh ( misalnya kelumpuhan lengan, tungkai, atau keduanya
pada sisi yang sama, tetapi 15 menit kemudian pulih kembali).
b) Trombosis Serebral

Dapat terjadi akibat proses penyempitan (arteriosclerosis) pembuluh nadi otak


dengan derajat sedang atau berat. Keadaan ini sangat berhubungan erat dengan usia,
tetapi dapat pula ditimbulkan oleh tekanan darah tinggi dan disertai factor resiko lain
seperti diabetes mellitus serta kadar lemak, termasuk kolesterol yang tinggi di dalam
darah. Jika pembuluh nadi sakit, aliran serta sifat darah akan mengalami perubahan
dan trombosis akan terjadi. Hal ini disebabkan karena keeping-keping darah
(trombosit) aktifitasnya meningkat dan melekat pada suatu daerah yang kasar di
sebelah dalam pembuluh nadi. Kemudian semakin banyak trombosit melekatt, dan di
dalam cairan darah yang disebut plasma, yang kemudian terjadi sejumlah perubahan
sampai akhirnya terbentuk suatu thrombus (bekuan darah), dimana proses ini dikenal
sebagai peristiwa koagulasi. Trombosis yang melekat pada dinding arteri dapat
mengakibatkan sumbatan yang lebih berat lagi, hingga hal inilah yang menyebabkan
seseorang terserang stroke.

c) Embolisme Cerebral

Yakni bekuan darah yang terbentuk di tempat lain (misalnya dalam jantung
atau dalam salah satu pembuluh nadi utama yang memperdarahi otak) terlepas dari
tempatnya melekat, kemudian membentuk embolus, terbawa darah ke dalam otak,
dan akhirnya macet di dalam salah satu pembuluh nadi otak (Thomas, 1995). Emboli
merupakan fragmen thrombus yang terlepas dari dinding arteri dan ikut bersama
aliran darah hingga mencapai arteri kecil dan terjebak di sana sehingga tidak bias
lepas dan menyebabkan timbulnnya sumbatan / terhentinya darah danpada nantinya
dapat menyebabkan stroke (Iskandar J, 2004).

Mayoritas pasien mengalami nyeri kepala akut dan penurunan kesadaran yang
berkembang cepat sampai keadaan koma. Pada pemeriksaaan biasanya di dapati
hipertensi kronik. Gejala dan tanda tergantung lokasi perdarahan. Pasien usia tua
dengan tekanan darah normal yang mengalami PIS atau perdarahan intraserebellar
karena amyloid angiopathy biasanya telah menderita penyakit Alzheimer atau
demensia progresif tipe Alzheimer dan dalam perjalanannnya perdarahan dapat
memasuki rongga subarakhnoid.(Gilroy,2000).

a. Serangan mendadak, cepat/akut dalam beberapa menit/jam (3-6 jam)

b. Defisit/ kelainan fungsi susunan saraf pusat sebagai akibat gangguan


(penyumbatan/perdarahan) pembuluh darah.

c. Kesemutan atau gangguan sensibilitas dan kelemahan dari angggota gerak seisi
termasuk wajah.

d. Gangguan bicara/pelo (aphasia)

e. Gangguan penglihatan pada satu atau kedua mata.

f. Kesulitan makan (disfagia).

g. Muka Lidah menceng sebagian

h. Penurunan kesadaran (koma)

i. Kematian mendadak (dalam jam/minggu/hari, dst)

D. PENGATURAN DIET

Pemberian makanan pada penderita stroke disesuaikan dengan keadaan


penderita, antara lain apakah kesadaran penderita menurun atau tidak, dan ada
tidaknya gangguan fungsi menelan. Pada pasien stroke iskemik biasanya kesadaran
tidak menurun dan tidak ada gangguan fungsi menelan. Sedangkan pada stroke
hemoragik kesadaran sering kali menurun sampai terjadi koma dan ditemukan
disfagia (gangguan menelan). Selain itu, pasien stroke juga mngalami gangguan
mengunyah, dan saluran cerna lain seperti tukak stres. Sekitar 30 - 40% pasien
mengalami disfagia, dan sekitar 18% mengalami tukau stres pada penderita stroke
iskemik, dan sekitar 48% pada penderita stroke hemoragik.

Untuk mencegah penurunan status gizi dan mencapai gizi yang optimal,
diperlukan penatalaksanaan asupan gizi yang tepat pada penderita stroke. Jalur
pemberian zat gizi dapat melalui mulut (per oral), enteral (melalui sonde), melalui
pipa (NGT) maupun parenteral (dengan selang infus) berdasarkan kondisi penderita.
Namun, terkadang penyulit yang timbul pada pemberian nutrisi melalui infus
(parenteral) berkepanjangan menimbulkan komplikasi phlebitis (radang pembuluh
vena) sehingga juga menghambat kegiatan fisioterapi penderita. Kesulitan menelan
pada penderita, terutama yang berbentuk cairan, perlu latihan menelan dengan
bantuan gel atau guarcol. Guarcol ini tidak berbau dan tidak memiliki rasa, rendah
kalori dan tinggi akan gum yang dapat digunakan untuk mengentalkan cairan,
makanan dan minuman.

E. TAHAPAN PEMBERIAN MAKANAN DAN MINUMAN

1. Pada tahap akut (24-48 jam)

Bila kesadaran penderita menurun atau tidak sadar, diberikan makanan


parenteral (makanan intravena) melalui selang infung, dan dilanjutkan dengan
makanan lewat pipa (NGT). Pemberian makanan perlu hati-hati untuk memonitor
kebutuhan gizi dan cairan yang diperlukan. Kelebihan cairan dan peningkatan gula
darah di dalam darah dapat menyebabkan edema serebri. Energi yang diberikan
sesuai kebutuhan basal tubuh, protein diberikan sampai dengan 1,5 g/ kg berat badan/
hari, dan lemak sampai 2,5 g/ kg berat bedan/ hari dan dekstrosa maksimal 7 g/ kg
berat badan/ hari. Para peneliti memberi rekomendasi agar kadar gula darah
dipertahankan pada level 150-200 mg % pad afase akut stroke.
2. Pada tahap pemulihan

· Bila pasien sadar dan tidak disfagia, dapat diberikan makanan melalui mulut
(oral) secara bertahap seperti makanan lunak, saring hingga berupa bentuk makanan
yang biasa dengan porsi kecil dan sering.

· Bila terjadi disfagia, jalur pemberian makanan diberikan bertahap mulai


parenteral, kemudian ¼ bagian mulut (per oral) dan ¾ bagian melalui pipa (NGT),
selanjutnya ½ bagian per oral (semi padat dan semi cair melalui NGT) dan diet
lengkap (makanan dan minuman oral).

· Bila penderita mengalami tukak stres akibat asam lambung dan gastrin
meningkat, diberikan makanan secara bertahap juga dimulai dengan makanan enteral
(bila tidak ada perdarahan diberikan melalui selang infus (parenteral) sampai
perdarahan berhenti.

Pada penderita dengan gangguan menelan, pemberian makanan disesuaikan juga


sebagai berikut :

a. Bila penderita mengalami kesulitan menelan, diet yang diberikan yaitu :

 Makanan dengan aroma dan rasa yang tajam dengan tujuan untuk merangsang
dapat menelan semaksimal mungkin.
 Makanan dengna suhu hangat/dingin untuk merangsang dapat menelan
semaksimal mungkin.
 Makanan yang semi padat untuk menghindari obstruksi (penyumbatan).
 Potongan makanan yang tidak terlalu besar untuk menghindari obstruksi.
 Makanan porsi kecil dan sering agar asupan makanan optimal.
b. Bila sensasi (rasa) di mulut menurun, maka sebaiknya dipertimbangkan :

 Letakkan makanan di area paling sensitif, suhu makanan dingin, makanan


dengan aroma dan rasa yang tajam agar penderita mendapatkan rasa yang
maksimal.
 Tidak mencampur makanan dengan berbagai tekstur agar memudahkan
menelan.

c. Bila koordinasi otot mulut melemah, maka dipertimbangkan :

 Makanan semi padat agar ke otot mulut minimal.


 Hindari makanan yang licin untuk menghindari masuk ke saluran nafas.
 Makanan porsi kecil dan sering agar asupan makanan optimal.

d. Bila porsi elevasi laring menurun, sebaiknya :

 Makanan kental dan lembut untuk mencegah menempelnya makanan pada


laring.
 Hindari potongan makanan yang besar untuk mencegah obstruksi.

e. Bila pita suara yang menutup optimal, sebaiknya cairan yang diberikan tidak
terlalu encer untuk mencegah cairan masuk ke saluran pernafasan.

F. JENIS DIET

Pemberian jenis makanan sebaiknya disesuian dengan faktor-faktor risiko


yang ada pada penderita. Pada prinsipnya, diet yang diberikan adalah diet seimbang
dengan modifikasi yang disesuaikan dengan penyakit penyerta lain yang dialami
penderita. Misalnya, penderita stroke dengan hipertensi, sebaiknya diberikan menu
diet seimbang dengan jumlah garam yang dibatasi. Seeorang dnegan penyakit
Diabetes mellitus, asupan gula dalam diet harus dibatasi. Bagi penderita stroke
dengan peninggian asam urat, maka diet yang dianjurkan untuk membatasi asupan
purin. Pengaturan diet merupakan hal yang penting, karena merupakan salah satu
upaya untuk mencegah stroke berulang. Oleh karena itu, keluarga terdekat perlu
sekali mengetahui jenis yang tepat untuk perawatan penderita di rumah dengan
menanyakan pada dokter/ahli gizi sebelum pasien kembali dari rumah sakit.

Tujuan Diet

a). Memberikan asupan cukup untuk memenuhi kebutuhan zat gizi pasien dengan
memperhatikan kondisi fisik/klinis dan komplikasi penyakit yang ada.

b). Memberikan makanan dengan kandungan zat gizi yang adekuat untuk mencapai
status gizi yang optimal dan mencapai berat badan normal.

c). Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

d). Membantu menurunkan tekanan darh penderita hingga mencapai normal.

e). Membantu mengurangi retensi garam atau air dalam jaringan tubuh.

f). Mengurangi bdan mencegah komplikasi lanjut]

g). Membantu mengurangi keluhan pasien

Prinsip Diet

a). Rendah garam

b). Rendah Kolesterol

Syarat Diet

a) Energi diberikan sesuai kebutuhan berdasarkan umur, jenis kelamin, tinggi


badan, aktifitas fisik, dan factor stress untuk memnuhi kebutuhan gizi pasien
sehingga mencapai status gizi tetap normal.
b) Protein diberikan sebesar 1 gr/kgBBI/hr karena pasien dalam keadaan status gizi
baik.

c) Lemak diberikan cukup sebesar 20% dari total kebutuhan enrgi total, diutamakan
sumber lemak tak jenuh ganda untuk mencegah dislipidemia sebagai pncetus CVA.

d) Karbohidrat diberikan sebesar 65% dari total kebutuhan energi, terutama


digunakan jenis karbohidrat kompleks.

e) Diberikan diet rendah garam II yaitu 600-800 mg Na atau ¼ sendok the garam
dapur untuk mengurangi retensi cairan dan menurrunkan tekanan darah.

f) Serat diberikan cukup, yaitu 25 g/hr agar tidak terlalu memberatkan kerja organ
pencernaan.

g) Kolesterol dibatasi < 300 mg sehari.

h) Vitamin dan mineral cukup untuk menunjang proses metabolisme dalam tubuh.

i) Cairan cukup, yaitu 6-8 gelas untuk mencegah dehidrasi.

j) Makanan diberika dengan konsistensi lunak yaitu nasi tim dikarenakan kondisi
pasien saat itu masih lemah dan giginya sudah tidak lengkap.

k) Makanan yang tidak dianjurkan yaitu produk olahan yang dibuat dengan garam
dapur, baking soda, kue-kue yang terlalu manis dan gurih.

l) Sayuran yang disarankan dimakan adalah sayuran berserat sedang, yaitu bayam,
labu siam, kacang panjang, tomat, taoge, wortel. Kangkung.

m) Sayuran yang tidak disarankan adalah sayuran yang menimbulkan gas, seperti
sawi, kol, kembang kol dan lobak :sayuran berserat tinggi seperti daun singkong,
daun katuk, daun melinjo, dan sayuran mentah.
n) Sumber protein nabati yang tidak dianjurkan yaitu pindakas dan semua kacnag-
kacangan yang diawet dengan natrium atau digoreng.

o) Bahan makanan yang tidak disarankan adalah daging ayam, dan daging sapi
yang berlemak, jerohan,dendeng, abon, kornet, daging asap, ikan sarden, ikan asin,
ebi, uadang kering, telur asin, es krim, keju, susu full cream.

p) Buah yang perlu dibatasi adalah buah yang mnenimbulkan gas seperti nangka,
durian, dan buah yang diawet dengan natriumseperti biah kaleng dan asinan.

q) Sumber lemak yang perlu dibatasi adalah minyak kelapa, minyak kelapa sawit,
margarine dana mentega biasa, santan kental, krim dan produk gorengan.

r) Bumbu yan perlu dibatasi adalah bumbu yang tajam seperti cabe, merica dan
cuka yang mengandung bahan pengawet garam natrium seperti vetsin, kecap asin,
kecap manis, petis, saos tomat, terasi, soda, baking powder.

G. DIET KHUSUS PADA PENDERITA STROKE

1. Protein cukup yaitu 0,8-1 g/kg BB. Apabila pasein berada dalam keadaan gizi
kurang, protein diberikan 1,2-1,5 g/kg BB. Apabila penyakit disertai komplikasi
gagal ginjal kronik protein diberikan rendah yaitu 0,6 g/kg BB.

2. Energi yang cukup yaitu 25-45 kkal/kg BB. Pada fase akut nergi diberikan 1100-
1500 kkal/ hari.

3. Lemak cukup yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total. Utamakan sumber lemak
tidak jenuh ganda, batasi sumber lemak jenuh yaitu 10 % dari kebutuhan energi total.
Kolesterol dibatsi 300 mg.

4. Karbohidrat cukup yaitu 60-70% dari kebutuahn energi total. Untuk pasien dengan
diabetes mellitus diutamalan karbohidrat kompleks.
5. Vitamin cukup, terutama vitamin A, riboflavin B6, asam folat, B12, C dan vitamin
E.

6. Mineral cukup, terutama kalsium, magnesium dan kalium. Penggunaan natrium


dibatasi dengan memberikan garam dapur maksimal 1 ½ sendok teh/ hari (setara
dengan kira-kira 5 gram garam dapur atau 2 gram natrium).

7. Serat cukup, untuk membantu menurunkan kadar kolesterol darah dan mencegah
konstipasi.

8. Cairan cukup yaitu 6-8 gelas/hari, kecuali pada keadaan edema dan aistes, cairan
dibatasi. Minuman hendaknya diberikan setelah selesai makan agar porsi makanan
dapat dihabiskan. Untuk pasien dengan disfagia, cairan diberikan secara hati-hati.
Cairan dapat dikentalkan dengan gel atau guarcol.

9. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan pasien.

10. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering

Bahan makanan yang dianjurkan untuk penyakit stroke :

1. Sumber Karbohidrat : Beras, kentang, ubi, singkong, hunkwe, tapioka, sagu,


biskuit, bihun.

2. Sumber protein hewani : Daging sapi dan ayam tanpa kulit, ikan, telur ayam,
susu skim.

3. Sumber protein nabati : Semua kacang-kacangan dan produk olahan (Tahu,


tempe).

4. Sayuran : Bayam, wortel, kangkung, kacang panjang, labu


siam, tomat, taoge.
5. Buah-buahan : Buah segar, di jus ataupun di olah dengan cara di
setup. Seperti pisang, papaya, mangga, jambu biji, melon, semangka.

6. Sember lemak : minyak jagung dan minyak kedelai; margarine dan


mentega dikonsumsi dalam jumlah terbatas, Santan encer.

Bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk penderita stroke :

1. Sumber Karbohidrat : Mie, soda (Baking powder), kue-kue yang terlalu


manis.

2. Sumber protein hewani : Daging sapi dan ayam yang berlemak, jeroan, keju,
protein hewani yang diawetkan.

3. Sumber protein nabati : Pindakas, Produk kacang-kacangan olahan yang


diawetkan.

4. Sayuran : Sayur-sayuran yang mengandung gas seperti kol,


sawi, kembang kol, lobak.

5. Buah-buahan : Buah-buahan yang mengandung gas seperti durian,


nangka, dan buah-buah yang diawetkan (Buah kaleng).

6. Sember lemak : santan kental dan produk goreng-gorengan.


BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit stroke merupakan sosok penyakit yang sangat menakutkan. Bahkan


sekarang ini di Indonesia penyakit stroke menempati urutan pertama sebagai
penyebab kematian.

Penyakit stroke sering dianggap sebagai penyakit monopoli orang tua. Dulu
memang penyakit - penyakit tersebut diderita oleh orang tua terutama yang berusia 60
tahun ke atas, karena usia juga merupakan salah satu faktor risiko terkena penyakit
stroke. Namun sekarang ini ada kecenderungan juga diderita oleh pasien di bawah
usia 40 tahun. Hal ini bisa terjadi karena adanya perubahan gaya hidup, terutama pada
orang muda perkotaan modern.
BAB III

PENUTUP

Penyakit stroke merupakan sosok penyakit yang sangat menakutkan. Bahkan


sekarang ini di Indonesia penyakit stroke menempati urutan pertama sebagai
penyebab kematian.

Pemberian makanan pada penderita stroke disesuaikan dengan keadaan


penderita, antara lain apakah kesadaran penderita menurun atau tidak, dan ada
tidaknya gangguan fungsi menelan. Pada pasien stroke iskemik biasanya kesadaran
tidak menurun dan tidak ada gangguan fungsi menelan. Sedangkan pada stroke
hemoragik kesadaran sering kali menurun sampai terjadi koma dan ditemukan
disfagia (gangguan menelan). Selain itu, pasien stroke juga mngalami gangguan
mengunyah, dan saluran cerna lain seperti tukak stres. Sekitar 30 - 40% pasien
mengalami disfagia, dan sekitar 18% mengalami tukau stres pada penderita stroke
iskemik, dan sekitar 48% pada penderita stroke hemoragik.
DAFTAR PUSTAKA

http://ekaretnosariiii.blogspot.com/

http://leena-gizi.blogspot.com/2012/04/penatalaksanaan-terapi-nutrisi-pasien.html

http://penyakitstroke.net/diet-penyakit-stroke/

http://www.academia.edu/7635025/KONSEP_GIZI_THERAPY_DAN_DIIT_untuk_
penderita_STROKE

Anda mungkin juga menyukai