Anda di halaman 1dari 24

PENDIDIKAN KESEHATAN IBU HAMIL POST NATAL CARE

NORMAL DAN RISIKO

MATERNITAS

TK II/REG I KELOMPOK 10 :
HESTY ASMA SAFITRI (1814401025)
NI WAYAN AYUDYA SARASWATI (1814401026)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
rahmat dan karunia yang telah diberikan,sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah tentang “Pendidikan Kesehatan Ibu Hamil Post Natal Care Normal Dan Risiko”
Pembuatan makalah tentang “Pendidikan Kesehatan Ibu Hamil Post Natal Care
Normal Dan Risiko” ini, dimaksudkan untuk membantu para mahasiswa dalam mencapai
tujuan mata ajar, sehingga memahami dan dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan
bagi para mahasiswa.
Penulisan makalah ini masuuh jauh dari kesempurnaan serta masih peprlu
dikembangkan lebih lanjut lagli sebagaimana mestinya. Oleh karena itu saran dan kritik yang
memmbangun sangat diharapkan dari semua pihak, guna untuk perbaikan dan kesempurnaan
isi dari makalah ini. Semogoa makalah tentang Pendidikan Kesehatan Ibu Hamil Post Natal
Care Normal Dan Risiko ini mampu memberikan konstribusi positif dan bermakna dalam
proses pembelajaran.
Akhir kata sebagai penulis mengucapkan terimakasih bagi semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Bandar Lampung, 18 Januari 2020

kelompok
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 TUJUAN PENULISAN
1.3 METODE PENULISAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN NUTRISI
2.2 MANFAAT NUTRISI BAGI IBU HAMIL
2.3 FAKTOR2 YANG MEMPENGARUHI NUTRISI BAGI IBU HAMIL
2.4 KEBUTUHAN NUTRISI BAGI IBU HAMIL
2.5 GIZI SEIMBANG BAGI IBU HAMIL
2.6 TANDA & KECUKUPAN GIZI IBU HAMIL
2.7 DAAMPAK KEKURANGAN GIZI BAGI IBU HAMIL
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan dan kelahiran dianggap sebagai suatu kejadian fisiologis yang pada sebagaian
besar wanita berakhir dengan normal dan tanpa komplikasi (Departmen of Health, 1993).
Pada akhir masa puerperium, pemulihan persalinan secara umum dianggap telah lengkap.
Pandangan ini mungkin optimis. Bagi banyak wanita, pemulihan adalah sesuatu yang
berlangsung terjadi dan menjadi seorang ibu adalah proses fisiologis yang normal.
Namum beberapa studi terbaru mengungkapkan bahwa masalah-masalah kesehatan
jangka panjang yang terjadi setelah melahirkan adalah masalah yang banyak ditemui(Hillan,
1992b:glazener et al. 1993; bick dan MacArthur, 1995a), dapat berlangsung dalam waktu
lama. Pengetahuan menyeluruh tentang perubahan fisiologis dan psikologis pada masa
puerperium adalah sangat penting jika bidan menilai status kesehatan ibu secara akurat dan
memastikan bahwa pemulihan sesuai dengan standar yang diharapkan. Hal yang sama
pentingnya adalah menyadari potensi morbiditas pascapartum dalam jangka panjang dan
factor-faktor yang berhubungan dengannya seperti obstetric, anestesi dan factor social.
Masa nifas akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada organ reproduksi.
Begitupun halnya dengan kondisi kejiwaan (psikologis) ibu, juga mengalami
perubahan. Menjadi orang tua merupakan suatu krisis tersendiri dan ibu harus mampu
melewati masa transisi. Secara psikologis, seorang ibu akan merasakan gejala-gejala
psikiatrik setelah melahirkan. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh seorang wanita dalam
menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada beberapa minggu atau bulan
pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun psikis.

B. Tujuan
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui  mengenai adaptasi
fisiologis & psikologis ibu nifas lebih dalam lagi agar dapat menambah pengetahuan penulis
ataupun pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN

POST NATAL CARE


A.    Definisi Post Partum
Post partum atau puerpurium (masa nifas) adalah masa penyesuaian fisik dan fisiologis
tubuh kembali mendekati sebelum hamil. Masa puerpurium atau masa nifas dimulai setelah
selesainya partus dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu atau 40 hari, pada periode ini tubuh
terus mengalami perubahan dan pemulihan kembali ke keadaan sebelum hamil.
Periode dibagi menjadi 3 yaitu:

1.      Immediately post partum      : 4 jam pertama


2.      Early post partum                 : Minggu pertama
3.      Late post partum                   : Minggu kedua sampai dengan minggu keenam

Nifas juga dibagi dalam 3 periode yaitu:


1.      Puerpurium dini
Kepulihan dimana telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam
dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2.      Puerpurium intermedial
Kepulihan menyeluruh  alat-alat genitalia yang lamanya 6 – 8 minggu
3.      Remote Puerpurium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau
waktu peralihan mempunyai komplikasi waktu untuk sehat sempurna bila berminggu-
minggu, bulanan atau tahunan.

B.     Tujuan PNC


1.       Memantau adaptasi fisiologis dan psikologis
2.       Meningkatkan pemulihan fungsi tubuh
3.       Meningkatkan istirahat dan kenyamanan
4.       Meningkatkan hubungan orang tua dan bayi
5.       Meningkatkan peluang merawat bayi
6.       Teaching self care dan bayi.
C.    Involusi
Setelah bayi dilahirkan kemudian placenta uterus menjadi keras karena kontraksi dan
relaksasi otot-ototnya.
1.      Tinggi funsus uteri
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uteri
Bayi lahir Setinggi pusat 1000gram
Placenta lahir 2 jari dibawah pusat Pertengahan 750 gram
1 minggu pusat simpisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas simpisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 80 gram

Uteri menyerupai suatu buah advokat gepeng berukuran panjang lebih kurang 15 cm,
lebar lebih kurang 12 cm, dan tebal lebih kurang 10 cm, dinding uterus lebih kurang 5 cm.
Bekas inplantasi placenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol kedalam cavum
uteri segera setelah pesalinan,  penonjolan tersebut diameternya ± 7,5 cm setelah 2 minggu
diameter 3,5 cm dan pada 6 minggu mencapai 2,4 mm.
Pada keadaan normal berat uterus lebih kurang 30 gram, perubahan ini berhubungan
erat dengan keadaan momentum yang mengalami perubahan yang bersifat proteolisis. Otot-
otot jelas berkontraksi segera pada post partum, pembuluh-pembuluh darah yang berada
diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan
setelah plasenta lahir.
2.      Serviks
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks adalah setelah postpartum bentuk
serviks agak menganga seperti corong, bentuk ni disebabkan oleh korpus uteri yang dapat
mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah dan pada
perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks merah
kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah, konsis-tensinya lunak.
·         Setelah janin lahir : Dapat dimasukkan tangan pemeriksa
·         Setelah 2 jam postpartum : 2 – 3 jari pemeriksa
·         Setelah 1 minggu : 1 jari pemeriksa
Pada saat post partum pinggir ostium eksternum tidak rata tapi retak-retak karena
robekan pada saat persalinan. Pada akhir minggu pertama lingkaran retraksi berhubungan
bagian atas dari canalis servikalis, oleh karena hyperplasia dan retraksi serviks, robekan
serviks menjadi sembuh, tapi masih terdapat retakan pada pinggir ostium eksternum. Vagina
pada minggu ke-3 post partum mulai kembali normal.
3.      Endometrium
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi
dan nekrosis terutama ditempat implantasi placenta.
·         Pada hari I tebalnya 2 – 5 mm, pemukaan kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin.
·         Setelah 3 hari permukaan mulai rata akibat lepasnya sel-sel dan bagian yang
mengalami degenerasi sebagian besar endometrium terlepas.
·         Regenerasi endometrium terjadi dan sisa-sisa sel desidua basalis yang memakan waktu
2 – 3 minggu, jaringan-jaringan di tempat implantasi placenta mengalami proses yang sama
ialah degenerasi dan kemudian terlepas. Pelepasan jaringan berdegenerasi ini berlangsung
lengkap. Dengan demikian tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas impalntasi
placenta.
4.      Ligamentum-ligamentum, diafragma pelvis, fascia berangsur-angsur Cepat kembali
seperti semula.
Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendur mengakibatkan uterus jatuh ke belakang.
Tidak jarang pula wanita mengeluh ‘ kandungannya turun’, setelah melahirkan oleh karena
ligamentum fascia jaringan penunjang alat desidua tersebut juga otot-otot dinding perut
dengan dasar panggul dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada hari ke-2
post partum setelah dapat diberikan fisioterapi.
5.      Luka-luka jalan lahir
Luka-luka jalan lahir seperti episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina dan serviks
umumnya bila tidak seberapa luas akan sembuh permanent, kecuali bila terdapat infeksi,
infeksi mungkin mengakibatkan salulitis yang dapat menjalar ke sentral terjadi keadaan
sepsis.

D.    Hemokonsentrasi
Pada masa hamil didapt hubungan pendek yang dikenal sebagai shunt antara sirkulasi
ibu dan plasenta, setelah melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah pada
ibu relative akan bertambah, keadaan ini menimbulkan beban pada jantung, sehingga dapat
menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitium kordis, keadaan ini dapat diatasi
dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah
kembali seperti sedia kala. Hal ini terjadi pada hari-hari ke-3 sampai 15 hari post partum.
E.     Laktasi
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-kelenjar
mamma untuk menghadapi laktasi ini, perubahan yang terdapat pada kedua mammae antara
lain sebagai berikut. Proliferasi jaringan terutama kelenjar-kelenjar dan alveolus mammae
dan lemak. Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan
berwarna kuning (kolostrum). Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun pada
bagian dalam mammae, pembuluh vena berdilatasi dan tampak dengan jelas. Setelah partus,
permukaan menekan estrogen dan progesterone terhadap hipofisis hilang, timbul pengaruh
hormone-hormon hipofisis kembali, antara lain laktogenik hormone (prolaktin) yang akan
mengakibatkan kelenjar-kelenjar terisi air susu pengaruh hormone oksitosin mengakibatkan
miophthelium kelenjar-kelenjar susu berkontraksi sehingga terjadi pengeluaran susu.
Umumnya produksi air susu baru berlangsung benar pada hari ke-2 sampai ke-3 post
partum. Pada hari-hari pertama air susu mengandung kolostrum yang merupakan cairan
kuning lebih kental daripada air susu, mengandung banyak protein, albumin dan globulin dan
benda-benda kolostrum dengan diameter 0,001–0,025 mm. Karena mengandung banyak
protein dan mudah dicerna maka sebaiknya kolostrum jangan dibuang. Selain pengaruh
hormonal tersebut, salah satu rangsangan terbaik untuk mengeluarkan air susu adalah dengan
menyusui bagi ibu sendiri.
Kadar prolaktin akan meningkat dengan perangsangan fisik pada putting mammae
sendiri dan gonadotropin menurun pada laktasi, tetapi meningkat lagi pada waktu frekuensi
menetekkan.Rangsangan psikis merupakan refleks dari mata ibu ke atas, mengakibatkan
oksitosin dihasilkan sehingga air susu dapat dikeluarkan dan pula, sebagai efek sampingan.
Memperbaiki involusi uterus. Keuntungan lain menyusui bayi sendiri ialah akan
menjelmanya rasa kasih saying sehingga bertumbuh suatu pertalian yang intim antara ibu dan
anak. Air susu ibu (ASI) mempunyai sidat melindungi bayi terhadap infeksi seperti
gastroenteritis, radang jalan pernapasan dan paru-paru, ototos media. Sambungan air susu ibu
mengandung lactoferin, lysozyme, dan immuno globulin A.

F.     Perubahan lain Saat Nifas


1.      After pain atau mules-mules sesudah partus akibat kontraksi uterus, kadang-kadang
sangat menganggu selama 2 -3 hari post partum, perasaan mules ini lebih terasa bila wanita
tersebut sedang menyusui, perasaan sakit ibu pun timbul bila masih terdapat sisa-sisa dan
selaput ketuban, sisa placenta atau gumpalan darah di dalam kavum uteri.
2.      Vital Sign
Suhu
a) Saat partus lebih 37,2 °C
b) Sesudah partus naik 0,5 °C
c) 12 jari pertama suhu kembali normal
d) Suhu lebih 38 °C mungkin ada infeksi.
Nadi
a) 60 – 80 kali/menit
b) Segera setelah partus bradikardi.
Tekanan darah
Tekanan darah meningkat karena upaya persalinan dan keletihan, hal ini akan normal
kembali dalam waktu 1 jam.

3.       Pengeluaran per vaginam


Lokhea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
·         Hari 1 – 3 : lokhea rubra
Terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks
kaseosa, lanugo dan mekonium. Dalam keadaan abnormal; bekuan banyak, bau agak busuk,
mengganti pembalut terus menerus.
·         Hari 3 – 7 : lokhea sanguinolenta
Berwarna merah kuning, berisi darah dan lender.
·         Hari 7 – 14 : lokhea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi.
·         Setelah 2 minggu : lokhea alba
Cairan putih, bau agak sedikit amis.
Keadaan abnormal dari pengeluaran lokhea yaitu:
a. Perdarahan berkepanjangan
b. Pengeluaran lokhea tertahan (lokheastatis)
c. Lokhea purulenta, berisi nanah, dan berbau busuk
d. Rasa nyeri yang berlebihan
e. Dengan memperhatikan bentuk perubahan, dapat diduga
f. Terdapat sisa plasenta yang merupakan sumber perdarahan
g. Terjadi infeksi intrauteri.
4.      Vital sign setelah kelahiran anak
·         Temperature
Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 38 °C (100,4°F) disebabkan oleh
efek dehidrasi dari persalinan, kerja otot yang berlebihan selama kala II dan fluktuasi
hormone. Setelah 24 jam wanita keluara dari febris.
·         Nadi
Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiac output, sisa kenaikan pada jam
pertama atau demikian setelah melahirkan anak. Kemudian mulai berkurang rata-rata yang
tidak diketahui. Dalam 8 sampai 10 minggu setelah kelahiran anak, harus turun ke rata-rata
sebelum hamil.
·         Pernapasan
Pernapasan akan jauh ke dalam keadaan normal wanita sebelum persalinan.
·         Tekanan darah
Tekanan darah berubah rendah semua. Atosiatik hipotensi adalah indikasi merasa
pusing atau pusing tiba-tiba setelah bangun, dapat terjadi 48 jam pertama dihasilkan oleh
spraichnic engorgement yang mungkin terjadi setelah persalinan.

G.    Perawatan Post Partum


1.      Mobilisasi
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Ibu harus istirahat , tidur terlentang
selama 8 jam pasca persalinan kemudian boleh miring-miring kekiri dan kekanan untuk
mencegah adanya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk dan
latihan-latihan senam, hari ke-3 jalan-jalan, hari ke-4 atau 5 boleh dipulangkan. Mobolisasi
diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya
luka-luka.
2.      Diet
Makanan harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan-makanan
yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
3.      Miksi
Berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri. Kadang-kadang wanita
mengalami sulit kencing karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh
iritasi m.sphincter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung kemih
yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing
sebaiknya dilakukan kateterisasi.
4.      Defekasi
Dorong air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air
besar dan terjadi obstipasi apalagi  berak merah dapat diberikan obat laksans per oral atau per
rectal. Bila masih belum bisa dilakukan klisma.
5.      Perawatan Mammae
Kedua mammae harus sudah dirawat selama kehamilan, areolam mammae dan
putting susu dicuci teratur dengan sabun dan diberi minyak atau cream, agar tetap lemas,
jangan sampai mudah lecet atau pecah-pecah sebelum menyusui mamae harus dibuat lemas
dengan melakukan massage secara menyeluruh. Setelah areola mammae dan putting susu
dibersihkan, barulah bayi dususui, bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara :
a. Pembalutan mammae sampai tertekan
b. Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan periodel,
etomocryptin sehingga pengeluaran LH berlebihan

H. Pendidikan Kesehatan

1. Nutrisi ibu menyusui

Pada masa nifas diet perlu mendapatkan perhatian khusus karena dengan nutrisi yang
baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu.
Diet yang di berikan harus bermutu bergizi tinggi,cukup kalori,tinggi protein,dan banyak
mengandung cairan.

2. Kebersihan pada ibu dan bayi

Pada masa nifas,ibu sangat rentan dengan infeksi.oleh Karena itu, kebersihan diri sangat
penting untuk mencegah infeksi.kebersihan tubuh ,pakaian

,tempat tidur , dan lingkungan sangat penting untuk di jaga. Kebersihan kulit bayi perlu
di jaga.walaupun mandin dengan membasahi seluruh tubuh tidak harus di lakukan setiap
hari tetapi bagian bagian seperti muka,bokong dan tali pusat perlu di bersihkan secara
teratur sebaiknya mencuci tangan terlebih dahulu sebelum memegang bayi.Untuk
menjaga bayi tetap bersih hangat dan kering setelah BAK popok bayi harus segera di
ganti atau ganti pempers minimal 4 – 5 kali perhari.

3. Istirahat dan tidur


Anjurkan ibu istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
saran kan ibu untuk melakukan kembali kegiatan rumah tangga secara bertahap,tidur
siang atau segera istirahat ketika bayi tertidur.

4. Latihan atau senam nifas

Senam nifas bertujuan untuk memulihkan dan mengencangkan keadaan didnding


oerut yang sudah tidak indah lagi.untuk itu beri penjelasan untuk ibu tentang beberapa
hal berikut :

a. diskusikan pentingnya mengembalikan fungsi otot otot perut dan

panggul kembali normal.ibu akan merasa lebih kuat dan otot perut nya menjadi
kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.

b. Jelaskan bahwa latihan tertentu selama beberapa menit setiap hari sangat
membantu yaitu dengan : tidur terlentang dan lengan di samping,tarik otot perut
sambil menarik nafas,tahan nafas dalam,angkat dagu ke dada, tahan mulai
hitungan 1 – 5 rilex dan ulangi sebyak 10 kali.

c. Berdiri dengan tungkai di rapatkan kencangan otot bokong dan pinggul

tahan sampai 5 hitungan relaksasi otot dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.

5. Pemberian asi

Untuk mendapatkan asi yang banyak,sebaiknya ibu sudah mengkonsumsi


sayuran hijau,kacang kacangan dan minum sedikitnya 8 gelas sehari,sejak si bayi
dalam kandungan.karena ini merupakan awal untuk mendapatkan asi yang banyak ,
jangan lupa perawatan menggunakan baby oil dan massage dan sekitar payudara selama
hamiljuga dapat membantu puting yang mendelep.

Ada sebagian ibu menyusui yang takut untuk memompa


asinya,karena asi akan terbuang dan berkurang,padahal teori yang betul adalah semakin
sering asi di pompa akan semakin banyak asi berproduksi untk memompa
asi,sebaliknya langsung massage payudara dengan menggunakan tangan kiri daripada
memompa dengan menggunakan alat , karena dengan menggunakan tangan asi akan
semakin terangsang untuk dapat berproduksi . hasil yang di dapatkan pun akan lebih
banyak dengan menggunakan tangan di bandingkan dengan menggunakan alat
pompanya .

6. Perawatan Payudara

a. Menjaga payudara agar tetap kering.

b. Menggunakan bra atau BH yang menyongkong payudara

c. Bila lecet sangat berat,dapat di istirahatkan selama 24 jam .asi di keluarkan


dan di minumkan dengan menggunakan sendok.

d. Untuk menghilangkan nyeri dapat minum paracetamol 1 tablet setiap 4 – 6 jam.

7. Hubungan seksual

Secara fisik,aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah berhenti
memasukan 1 atau 2 jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.begitu darah berhenti dan ibu
tidak merasakan ketidak nyamanan,inilah saat aman untuk memulai melakukan
hubungan suami istri kapan saja ibu siap banyak budaya tradisi menunda hubungan
suami istri sampai waktu tertentu misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu

8.Keluarga Berencana

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil
kembali. Setiap pasangan menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin
merencanakan tentang keluarganya.

9. Tanda tanda bahaya

Yang perlu di perhatikan ialah :

a. Demam tinggi melebihi 38 °

b. Perdarahan vagina luar biasa atau tiba tiba tambah banyak ( lebih dari perdarahan
haid atau bila memerlukan penggantian pembalut 2 kali dalam setengah jam )
c. Nyeri perut hebat atau rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
serta ulu hati.
d. Sakit kepala parah atau terus menerus pandangan rabun atau masalah penglihatan

e. Pembengkakan wajah jari atau tangan

f. Rasa sakit, merah atau bengkak dibagian betis atau kaki.

g. Payudara membengkak,kemerahan,lunak di sertai demam h.


Kehilangan hawa nafsu dalam waktu lama

i. Merasa sangat sedih tidak mampu mengasuh bayinya sendiri.

I. Pemeriksaan Post Natal


Ada kebiasaan atau kepercayaan bahwa wanita bersalin baru boleh keluar rumah
setelah habis nifas yaitu 40 hari. Bagi wanita dengan persalinan normal ini baik dan
dilakukan pemeriksaan kembali 6 minggu setelah persalinan normal bagi wanita dengan
persalinan luar biasa harus kembali untuk control seminggu kemudian. Pemeriksaan post
natal antara lain meliputi:
a) Pemeriksaan umum: tekanan darah, nadi, keluhan dan sebagainya.
b) Keadaan umum: suhu badan, selera makan, dan lain-lain.
c) Payudara: ASI dan putting susu.
d) Dinding perut apakah ada hernia
e) Keadaan perineum
f) Kandung kemih, apakah ada sistokel dan uretrokel.
g) Rectum, apakah ada rektrokel dan pemeriksaan tonus muskulus spingter ani
h) Adanya flour albus
i) Keadaan serviks, uterus dan adneksa.
Nasehat untuk ibu post natal:
a) Fisioterapi postnatal sangat baik bila diberikan
b) Sebaiknya bayi disusui
c) Kerjakan gymnastic (senam nifas)
d) Untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarga sebaiknya melakukan KB untuk
menjarangkan anak.
e) Bawalah bayi anda untuk memperoleh informasi.
J. Fase-fase transisi:
1.      Fase antisipasi kehamilan
Fase antisipasi menjadi orang tua, membuat keputusan dan harapan membagi
pekerjaaan dalam keluarga.
2.      Fase bulan madu (periode post partum)
Kontak lebih lama dan rutin, menggali keadaan anggota keluarga yang baru. Menurut
Rubin, fase adaptasi ibu        :
1.      Taking In
·         Dependent, kelelahan
·         Pasif
·         Focus pada diri sendiri
·         Perlu tidur dan makan
Taking in ini timbul pada jam pertama kelahiran sampai 1-2 hari
2.      Taking Hold
·         Dependent
·         Independence
·         Focus melibatkan bayi
·         Melakukan perawatan diri sendiri
·         Waktu yang baik untuk penyuluhan
·         Dapat menerima tanggung jawab
3.      Letting Go
·         Independent pada pecan yang baru
·         Letting go terganti pada hari-hari terakhir pada minggu pertama persalinan

K. Diagnosa Keperawatan, Tujuan, Intervensi dan Rasional


1.      Nyeri berhubungan dengan episiotomi, trauma jalan lahir, after pain, ketidanyamanan
payudara.
Tujuan : Nyeri hilang/berkurang
Intervensi :
a.       Kaji adanya lokasi dan sifat nyeri
R/ mengidentifikasi kebutuhan khusus dan intervensi yang tepat.
b.      Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi, perhatikan edema, ekimosis, nyeri tekan
local, eksudat purulent.
R/ dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal dan atau terjadinya
komunikasi yang memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.
c.       Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan episiotomi.
R/ penggunaan pengencangan gluteal saat duduk menurunkan stress dan tekanan langsung
pada perineum.
d.      Kaji nyeri tekan uterus, tentukan adanya dan frekuensi/intensitas afterpaint.
R/ selama 12 jam pertama post partum kontraksi uterus kuat dan regular, dan ini berlanjut
selama 2–3 hari selanjutnya, meskipun frekuensi dan intensitas-nya berkurang.
e.       Anjurkan klien berbaring tengkurap dengan kontak dibawah abdomen dan melakukan
aktivitas persalinan.
R/ meningkatkan kenyamanan, meningkatkan rasa control dan kembali memfokuskan
perhatian.
f.       Inspeksi payudara dan jaringan putting, kaji adanya pembesaran dan atau putting pecah-
pecah.
R/ pada 24 jam post partum, payudara harus lunak dan tidak penuh, dan puting harus bebas
dari pecah-pecah atau area kemerahan, pembesaran payudara, nyeri tekan putting atau adanya
pecah-pecah pada putting dapat terjadi hari ke-2 sampai ke-3 postpartum.
g.      Anjurkan menggunakan penyokong
R/ mengangkat payudara ke dalam dan kedepan mengakibatkan posisi lebih nyaman.
h.      Berikan analgetik 30 – 60 menit sebelum menyusui
R/ memberikan kenyamanan, khususnya selama laktasi, bila afterpaint paling hebat karena
pelepasan oksitosin, bila klien bebas dari ketidaknyamanan ia dapat memfokuskan pada
perawatannya sendiri dan bayinya dan pada pelaksanaan tugas –tugas mengenai ibu.

2.      Menyusui tak efektif berhubungan dengan isapan bayi kurang, tingkat pengetahuan
pengalaman.
Tujuan : Menyusui menjadi efektif
Intervensi :
a.       Kaji pengetahuan dan pengalamam klien tentang menyusui sebelumnya
R/ membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini dan mengembangkan rencana
perawatan.
b.      Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenal fisiologi dan keuntungan menyusui,
perawatan putting dan payudara, kebutuhan diet khusus, dan factor-faktor yang memudahkan
atau mengganggu keberhasilan menyusui.
R/ membantu menjamin kandungan susu adekuat, mencegah putting pecah dan luka,
memberikan kenyamanan dan membuat peran ibu menyusui.
c.       Demonstrasikan dan tinjau ulang teknik-teknik menyusui
R/ posisi yang tepat biasanya mencegah luka putting tanpa memperhatikan lamanya
menyusui.
d.      Kaji putting klien ; anjurkan klien melihat putting setiap habis menyusui
R/ identifikasi dan intervensi dini dapat mencegah / membatasi terjadinya luka atau pecah
putting, yang dapat merusak proses menyusui
e.       Anjurkan klien untuk mengeringkan putting dengan udara selama 20–30 menit,
instruksikan klien menghindari penggunaan sabun atau penggunaan bantalan bra berlapis
elastic dan mengganti pembalut bila bosan atau lembab.
R/ pemajanan pada udara atau panas membantu mengencangkan putting, sedangkan sabun
dapat menyebabkan kering.
f.       Anjurkan penggunaan kompres es sebelum menyusui dan taruhan putting dengan
memutar diantara ibu jari dan jari tengah dan menggunakan teknik hoffman.
R/ latihan dan kompres es membantu membuat putting lebih ereksi, teknik hoffman
melepaskan perlengketan yang menyebabkan inverse putting.

3.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan atau
kerusakaan kulit, penurunan HB, prosedur invasive dan atau peningkatan pemajanan
lingkungan.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Intervensi :
a.       Pantau suhu dan nadi dengan rutin; catat tanda-tanda menggigil, anoreksia atau
malaise.
R/ peningkatan suhu sampai 38,3°C dalam 24 jam pertama menandakan infeksi.
b.      Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus; perhatikan perubahan involusional atau adanya
nyeri tekan uterus eksterm.
R/ fundus yang pada awalnya 2 cm dibawah umbilicus meningkat 1-2 cm/hari. Kegagalan
miometrium untuk involusi pada kecepatan ini, atau terjadinya nyeri tekan eksterm,
menandakan kemungkinan tertahannya jaringan plasenta atau imflamasi.
c.       Catat jumlah dan bau rabas lakhial atau perubahan pada kehilangan normal dan rubra
menjadi serosa
R/ lokhea secara normal mempunyai bau amis/daging, namun pada endometritis, rabas
mungkin purulen dan bau busuk, mungkin gagal untuk menunjukkan kemajuan normal dari
rubra menjadi serosa sampai alba.
d.      Anjurkan perawatan perineal dan mandi setiap hari dan ganti pembalut perineal
sedikitnya setiap 2 jam dari depan ke belakang.
R/ pembersihan sering dari depan ke belakang (simfisis pubis kearah anal) membantu
mencegah kontaminasi rectal memasuki vaginan atau uretra.
e.       Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan cermat dan pembuangan pembalut yang
kotor.
R/ membantu mencegah atau menghalangi penyebaran infeksi.

4.      Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek-efek hormonal (perpindahan


cairan/peningkatan aliran plasma ginjal), trauma mekanis, edema jaringan, efek-efek
anastesia.
Tujuan : Eliminasi urin menjadi normal
Intervensi :
a.       Kaji masukan cairan dan haluaran urin terakhir
R/ pada periode pasca natal awal, kira-kira 4 kg cairan hilang, melalui haluaran urin dan
kehilangan tidak kasat mata termasuk dioforesis.
b.      Anjurkan berkemih dalam 5 – 8 jam post partum, alirkan air hangat diatas perineum.
R/ kandung kemih penuh mengganggu motilitas dan involusi uterus dan meningkatkan
lokhea, distensi berlebihan kandung kemih dalam waktu lama dapat merusak dinding
kandung kemih.
c.       Anjurkan minum 6 sampai 8 gelas  cairan perhari
R/ membantu mencegah static dan dehidrasi dan mengganti cairan yang hilang waktu
melahirkan.
d.      Pasang kateter urin sesuai indikasi
R/ untuk mengurangi distensi kandung kemih, untuk memungkinkan involusi uterus dan
mencegah atoni kandung kemih karena distensi belebihan.

5.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan


masukan/pergantian tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan (diaforesia, hemoragi,
peningkatan haluaran urin, muntah.)
Tujuan : Kekurangan volume cairan tidak terjadi
Intervensi :
a.       Kaji tanda-tanda vital
R/ takikardia dapat terjadi memaksimalkan sirkulasi cairan, pada kejadiandehidrasi atau
hemoragi, peningkatan TD larema obat-obat vasopressor oksitosin, penurunan TD merupakan
tanda lanjut dan kehilangan cairan berlebihan.
b.      Perhatikan adanya rasa haus berikan cairan sesuai toleransi
R/ rasa haus mungkin diperlukan cara homeostasis dari pergantian cairan melalui
peningkatan rasa haus.
c.       Evaluasi masukan cairan dan haluaran urin selama diberikan infuse i.v atau sampai
pola berkemih menjadi normal.
R/ membantu dalam analisa keseimbangan cairan dan derajat kekurangan.
d.      Pantau pengisian payudara dan suplai ASI bila menyusui
R/ klien dehidrasi tidak mampu menghasilkan ASI adekuat
e.       Berikan cairan i.v yang mengandung elektrolit
R/ membantu menciptakan volume dasar sirkulasi dan menggantikan kehilangan korona dan
kelahiran dan diaforesis

6.      Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek-efek progesterone,


dehidrasi, kelebihan analgetik atau anstesia, diare prapersalinan, kurang masukan, nyeri
perineal.
Tujuan : Proses defekasi menjadi normal
Intervensi :
a.       Auskultasi adanya bising usus; perhatikan kebiasaan pengosongan normal atau
diastosis rekti.
R/ mengevaluasi fungsi usus. Adanya diastosis rekti berat menurunkan tonus otot abdomen
yang diperlukan untuk upaya mengejan selama pengosongan.
b.      Berikan informasi diet yang tepat tentang pentingnya makanan kasar, peningkatan
cairan dan upaya untuk membuat pola pengosongan normal.
R/ makanan kasar (mis, buah-buahan dan sayuran khususnya dengan biji dan kulit dan
peningkatan cairan menghasilkan builk dan merangsang eliminasi.
c.       Anjurkan peningkatan tingkat aktivitas dan ambulasi, sesuai toleransi.
R/ membantu meningkatkan peristaltic gastrointestinal
d.      Kaji episiotomi; perhatikan adanya laserasi dan derajat keterlibatan cairan.
R/ edema berlebihan atau trauma perineal dengan laserasi derajat ketiga dan keempat dapat
menyebabkan ketidaknyamanan dan mencegah klien dan merelaksasi perineum selama
pengosongan karena takut untuk terjadi oedema selanjutnya.
e.       Berikan laksatif, pelunak feses, supositoria atau enema.
R/ untuk meningkatkan kembali kebebasan defekasi normal dan mencegah mengejan atau
stress perianal selama pengosongan.

7.      Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan kurang
dukungan dari orang terdekat, kurang pengetahuan, stressor.
Tujuan : Koping orang tua terhadap perubahan peran efektif
Intervensi :
a.       Kaji  kekuatan, kelemahan, usia, status perkawinan, ketersediaan sumber pendukung
dan latar belakang budaya.
R/ mengidentifikasi factor-faktor resiko potensial dan sumber-sumber pendukung yang
mempengaruhi kemampuan klien/pasangan untuk menerima tantangan peran menjadi orang
tua.
b.      Perhatikan respons klien/pasangan terhadap keahlian dan peran menjadi orang tua.
R/ kemampuan klien untuk beradaptasi secara positif untuk menjadi orang tua mungkin
dipengaruhi oleh reaksi ayah yang kuat.
c.       Kaji ketrampilan komunikasi interpersonal pasangan dan hubungan mereka satu sama
lain.
R/ hubungan yang kuat diartikan dengan komunikasi yang jujur dan ketrampilan mendengan
dan interpersonal yang baik membantu mengembangkan pertumbuhan.
d.      Berikan ‘rawat bersama’/ruang fisik dan privasi untuk kontak diantara ibu, ayah dan
bayi.
R/ memudahkan kedekatan, membantu mengembangkan proses pengenalan.
e.       Anjurkan pasangan/sibung untuk mengunjungi dan menggendong bayi dan konstipasi
pada aktivitas perawatan bayi secara rutin
R/ membantu meningkatkan ikatan dan mencegah perasaan putus asa. Menentukan realitas
keadaan bayi

8.      Resiko tinggi terhadap koping individual tak efektif berhubungan dengan krisis
maturasional dari kehamilan/mengasuh anak dan melakukan peran ibu dan menjadi orang tua,
kecemasan personal, ketidakadekuatan system pendukung, persepsi tidak realistis.
Tujuan : Koping individual tak efektif tak terjadi
Intervensi :
a.       Kaji terhadpa gejala depresi yang fana (perasaan sedih post partum) pada hari  ke-2
sampai ke-3 mis; ansietas, menangis, kesedihan, konsentrasi yang buruk.
R/ ibu-ibu mengalami depresi sementara atau perasaan emosi kecewa serelah melahirkan
mungkin berhubungan dengan factor-faktor genetic, sosial atau lingkungan atau respons
endokrin fisiologis
b.      Berikan dukungan emosional dan bimbingan antisipasi untuk membantu klien
mempelajari peran baru dan strategis untuk koping terhadap bayi baru lahir.
R/ ketrampilan menjadi ibu/orang tua bukan secara insting tetapi harus dipelajari.
Penanganan tidur terganggu dan pemenuhan kebutuhan bayi selama 24 jam mungkin sulit
dan strategi koping harus dikembangkan
c.       Anjurkan pengungkapan rasa bersalah, kegagalan pribadi, atau keragu-raguan tentang
kemampuan menjadi orang tua, khususnya bila keluarga beresiko tinggi terhadap masalah-
masalah menjadi orang tua
R/ membantu pasangan kekuatan dan area masalah secara realistis dan mengenali kebutuhan
terhadap bantuan profesional yang tepat.

9.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan repsons hormonal dan psikologis,
nyeri/ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran melahirkan.
R/ gangguan pola tidur teratasi
Intervensi :
a.       Kaji tingkat keleahan dan kebutuhan untuk istirahat, catat lama persalinan dan jenis
kelahiran.
R/ persalinan atau kelahitran yang lama dan askit khususnya bila ini terjadi malam
meningkatkan tingkat kelelahan
b.       Kaji factor-faktor, bila ada yang mempengaruhi istirahat, minimalkan gangguan dan
beri istirahat serta periode tidur yang eksatra, berikan lingkungan yang tenang.
R/ membantu meninfkatkan istirahat tidur dan relaksasi dan menurunkan rangsang
c.       Berikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada suplai ASI.
R/ kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI dan penurunan refleks
secara psikologis
d.      Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur/istirahat setelah kembali ke rumah.
R/ rencana yang kreatif yang membolehkan untuk tidur dengan bayi lebih awal serta tidur
siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh serta mengatasi kelelahan yang
berlebihan
e.       Berikan obat-obatan (analgetik)
R/ mungkin diperlukan untuk meningkatkan relaksasi dan tidur sesuai kebutuhan

10.  Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi berhubungan dengan
kurang mengingat, kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber (informasi).
Tujuan : Klien dapat mengungkapkan pemahaman self care
Intervensi :
a.       Kaji persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama persalinan dan tingkat
kelelahan klien.
R/ makin lama persalinan,makin negative persepsi klien tentang kinerja persalinan dan
semakin lama hal tersebut membuat lien memikul tanggung jawab terhadap perawatan dan
mensintesa informasi baru serta peran-peran baru.
b.      Berikan informasi tentang peran program latihan post partum progresif
R/ latihan membantu tonus otot, meningkatkan srkulasi, menghasilkan tubuh yang seimbang
dan meningkatkan perasaan sejahtera secara umum
c.       Berikan informasi tentang perawatan diri, termasuk perawatan perineal dan hygiene.
R/ membantu mencegah infeksi, mempercepat pemulihan dan penyembuhan dan berperan
pada adaptasi yang positif  dari perubahan fisik dan emosional
d.      Berikan informasi tentang ketersediaan metode termasuk keuntungan dan kerugian
R/ pasangan mungkin memerlukan kejelasan mengenal ketersediaan metoda kontrasepsi dan
kenyataan bahwa kehamilan dapat terjadi.
e.       Diskusikan perubahan fisik dan psikologis yang normal dan kebutuhan-kebutuhan yang
berkenaan dengan periode kecepatan
R/ status emosional klien mungkin kadang-kadang labil pada saat ini dan sering dipengaruhi
oleh kesejahteraan fisik. Antisipasi perubahan ini dapat menurunkan stress.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisiologis dan psikologis yang juga
mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Ia mengalami stimulasi
kegembiraan yang luar biasa, mengalami proses eksplorasi dan asimilasi terhadap bayinya,
berada di bawah tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran yang diperlukan tentang apa
yang harus diketahuinya dan perawatan untuk bayinya, dan merasa tanggung jawab yang luar
biasa sekarang untuk menjadi “ibu”.
Adapun adaptasi pada ibu postpartum menurut Reva Rubin dibagi menjadi 3 bagian, antara
lain :
a.       Periode “Taking In”
b.      Periode “Taking Hold”
c.       Periode “Letting Go”
DAFTAR PUSTAKA

1. Manuaba. (2008). Kapita Selekta  Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.
Jakarta : EGC.
2. Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
3. Hidayati, Ratna. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Kehamilan Fisiologis dan
Patologis. Jakarta : Salemba Medika.
4. Muchtar Rustam. (2002). Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi Edisi: 2.
Jakarta : EGC.
5. Doengoes M. E, Rencana Perawatan Maternal / Bayi, Edisi 2, EGC, jakarta, 2001.
6. Saifudin A.B dkk, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal, Edisi I,
Catatan I, Yayasan Bina Pustaka Sasworo Prawirohardjo, Jakarta, 2006.
7. Verney. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC. Hal : 36-39
8. Moctar, Rustam. Sinopsis obstruksi : Obstetri Fisiologis, obstetri patologis, Edisi 2,
Jilid 1. Jakarta. EGC, 199
9. Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, Jakarta, EGC, 2004
10. Wikojosostro, Hanifa, Ilmu Kebidanan. Edisi 3, cetakan 3, Jakarta, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiraharjo, 1994.
11. Doengus, Merillyn E. Rencana Perawatan Maternal/bayi, Pedoman untuk
12. Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, edidi 2, jakarta, EGC, 2001.

Anda mungkin juga menyukai