MATERNITAS
TK II/REG I KELOMPOK 10 :
HESTY ASMA SAFITRI (1814401025)
NI WAYAN AYUDYA SARASWATI (1814401026)
Puji syukur senantiasa panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
rahmat dan karunia yang telah diberikan,sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah tentang “Pendidikan Kesehatan Ibu Hamil Post Natal Care Normal Dan Risiko”
Pembuatan makalah tentang “Pendidikan Kesehatan Ibu Hamil Post Natal Care
Normal Dan Risiko” ini, dimaksudkan untuk membantu para mahasiswa dalam mencapai
tujuan mata ajar, sehingga memahami dan dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan
bagi para mahasiswa.
Penulisan makalah ini masuuh jauh dari kesempurnaan serta masih peprlu
dikembangkan lebih lanjut lagli sebagaimana mestinya. Oleh karena itu saran dan kritik yang
memmbangun sangat diharapkan dari semua pihak, guna untuk perbaikan dan kesempurnaan
isi dari makalah ini. Semogoa makalah tentang Pendidikan Kesehatan Ibu Hamil Post Natal
Care Normal Dan Risiko ini mampu memberikan konstribusi positif dan bermakna dalam
proses pembelajaran.
Akhir kata sebagai penulis mengucapkan terimakasih bagi semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini.
kelompok
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 TUJUAN PENULISAN
1.3 METODE PENULISAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN NUTRISI
2.2 MANFAAT NUTRISI BAGI IBU HAMIL
2.3 FAKTOR2 YANG MEMPENGARUHI NUTRISI BAGI IBU HAMIL
2.4 KEBUTUHAN NUTRISI BAGI IBU HAMIL
2.5 GIZI SEIMBANG BAGI IBU HAMIL
2.6 TANDA & KECUKUPAN GIZI IBU HAMIL
2.7 DAAMPAK KEKURANGAN GIZI BAGI IBU HAMIL
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan dan kelahiran dianggap sebagai suatu kejadian fisiologis yang pada sebagaian
besar wanita berakhir dengan normal dan tanpa komplikasi (Departmen of Health, 1993).
Pada akhir masa puerperium, pemulihan persalinan secara umum dianggap telah lengkap.
Pandangan ini mungkin optimis. Bagi banyak wanita, pemulihan adalah sesuatu yang
berlangsung terjadi dan menjadi seorang ibu adalah proses fisiologis yang normal.
Namum beberapa studi terbaru mengungkapkan bahwa masalah-masalah kesehatan
jangka panjang yang terjadi setelah melahirkan adalah masalah yang banyak ditemui(Hillan,
1992b:glazener et al. 1993; bick dan MacArthur, 1995a), dapat berlangsung dalam waktu
lama. Pengetahuan menyeluruh tentang perubahan fisiologis dan psikologis pada masa
puerperium adalah sangat penting jika bidan menilai status kesehatan ibu secara akurat dan
memastikan bahwa pemulihan sesuai dengan standar yang diharapkan. Hal yang sama
pentingnya adalah menyadari potensi morbiditas pascapartum dalam jangka panjang dan
factor-faktor yang berhubungan dengannya seperti obstetric, anestesi dan factor social.
Masa nifas akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada organ reproduksi.
Begitupun halnya dengan kondisi kejiwaan (psikologis) ibu, juga mengalami
perubahan. Menjadi orang tua merupakan suatu krisis tersendiri dan ibu harus mampu
melewati masa transisi. Secara psikologis, seorang ibu akan merasakan gejala-gejala
psikiatrik setelah melahirkan. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh seorang wanita dalam
menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada beberapa minggu atau bulan
pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun psikis.
B. Tujuan
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui mengenai adaptasi
fisiologis & psikologis ibu nifas lebih dalam lagi agar dapat menambah pengetahuan penulis
ataupun pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
Uteri menyerupai suatu buah advokat gepeng berukuran panjang lebih kurang 15 cm,
lebar lebih kurang 12 cm, dan tebal lebih kurang 10 cm, dinding uterus lebih kurang 5 cm.
Bekas inplantasi placenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol kedalam cavum
uteri segera setelah pesalinan, penonjolan tersebut diameternya ± 7,5 cm setelah 2 minggu
diameter 3,5 cm dan pada 6 minggu mencapai 2,4 mm.
Pada keadaan normal berat uterus lebih kurang 30 gram, perubahan ini berhubungan
erat dengan keadaan momentum yang mengalami perubahan yang bersifat proteolisis. Otot-
otot jelas berkontraksi segera pada post partum, pembuluh-pembuluh darah yang berada
diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan
setelah plasenta lahir.
2. Serviks
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks adalah setelah postpartum bentuk
serviks agak menganga seperti corong, bentuk ni disebabkan oleh korpus uteri yang dapat
mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah dan pada
perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks merah
kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah, konsis-tensinya lunak.
· Setelah janin lahir : Dapat dimasukkan tangan pemeriksa
· Setelah 2 jam postpartum : 2 – 3 jari pemeriksa
· Setelah 1 minggu : 1 jari pemeriksa
Pada saat post partum pinggir ostium eksternum tidak rata tapi retak-retak karena
robekan pada saat persalinan. Pada akhir minggu pertama lingkaran retraksi berhubungan
bagian atas dari canalis servikalis, oleh karena hyperplasia dan retraksi serviks, robekan
serviks menjadi sembuh, tapi masih terdapat retakan pada pinggir ostium eksternum. Vagina
pada minggu ke-3 post partum mulai kembali normal.
3. Endometrium
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi
dan nekrosis terutama ditempat implantasi placenta.
· Pada hari I tebalnya 2 – 5 mm, pemukaan kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin.
· Setelah 3 hari permukaan mulai rata akibat lepasnya sel-sel dan bagian yang
mengalami degenerasi sebagian besar endometrium terlepas.
· Regenerasi endometrium terjadi dan sisa-sisa sel desidua basalis yang memakan waktu
2 – 3 minggu, jaringan-jaringan di tempat implantasi placenta mengalami proses yang sama
ialah degenerasi dan kemudian terlepas. Pelepasan jaringan berdegenerasi ini berlangsung
lengkap. Dengan demikian tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas impalntasi
placenta.
4. Ligamentum-ligamentum, diafragma pelvis, fascia berangsur-angsur Cepat kembali
seperti semula.
Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendur mengakibatkan uterus jatuh ke belakang.
Tidak jarang pula wanita mengeluh ‘ kandungannya turun’, setelah melahirkan oleh karena
ligamentum fascia jaringan penunjang alat desidua tersebut juga otot-otot dinding perut
dengan dasar panggul dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada hari ke-2
post partum setelah dapat diberikan fisioterapi.
5. Luka-luka jalan lahir
Luka-luka jalan lahir seperti episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina dan serviks
umumnya bila tidak seberapa luas akan sembuh permanent, kecuali bila terdapat infeksi,
infeksi mungkin mengakibatkan salulitis yang dapat menjalar ke sentral terjadi keadaan
sepsis.
D. Hemokonsentrasi
Pada masa hamil didapt hubungan pendek yang dikenal sebagai shunt antara sirkulasi
ibu dan plasenta, setelah melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah pada
ibu relative akan bertambah, keadaan ini menimbulkan beban pada jantung, sehingga dapat
menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitium kordis, keadaan ini dapat diatasi
dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah
kembali seperti sedia kala. Hal ini terjadi pada hari-hari ke-3 sampai 15 hari post partum.
E. Laktasi
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-kelenjar
mamma untuk menghadapi laktasi ini, perubahan yang terdapat pada kedua mammae antara
lain sebagai berikut. Proliferasi jaringan terutama kelenjar-kelenjar dan alveolus mammae
dan lemak. Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan
berwarna kuning (kolostrum). Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun pada
bagian dalam mammae, pembuluh vena berdilatasi dan tampak dengan jelas. Setelah partus,
permukaan menekan estrogen dan progesterone terhadap hipofisis hilang, timbul pengaruh
hormone-hormon hipofisis kembali, antara lain laktogenik hormone (prolaktin) yang akan
mengakibatkan kelenjar-kelenjar terisi air susu pengaruh hormone oksitosin mengakibatkan
miophthelium kelenjar-kelenjar susu berkontraksi sehingga terjadi pengeluaran susu.
Umumnya produksi air susu baru berlangsung benar pada hari ke-2 sampai ke-3 post
partum. Pada hari-hari pertama air susu mengandung kolostrum yang merupakan cairan
kuning lebih kental daripada air susu, mengandung banyak protein, albumin dan globulin dan
benda-benda kolostrum dengan diameter 0,001–0,025 mm. Karena mengandung banyak
protein dan mudah dicerna maka sebaiknya kolostrum jangan dibuang. Selain pengaruh
hormonal tersebut, salah satu rangsangan terbaik untuk mengeluarkan air susu adalah dengan
menyusui bagi ibu sendiri.
Kadar prolaktin akan meningkat dengan perangsangan fisik pada putting mammae
sendiri dan gonadotropin menurun pada laktasi, tetapi meningkat lagi pada waktu frekuensi
menetekkan.Rangsangan psikis merupakan refleks dari mata ibu ke atas, mengakibatkan
oksitosin dihasilkan sehingga air susu dapat dikeluarkan dan pula, sebagai efek sampingan.
Memperbaiki involusi uterus. Keuntungan lain menyusui bayi sendiri ialah akan
menjelmanya rasa kasih saying sehingga bertumbuh suatu pertalian yang intim antara ibu dan
anak. Air susu ibu (ASI) mempunyai sidat melindungi bayi terhadap infeksi seperti
gastroenteritis, radang jalan pernapasan dan paru-paru, ototos media. Sambungan air susu ibu
mengandung lactoferin, lysozyme, dan immuno globulin A.
H. Pendidikan Kesehatan
Pada masa nifas diet perlu mendapatkan perhatian khusus karena dengan nutrisi yang
baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu.
Diet yang di berikan harus bermutu bergizi tinggi,cukup kalori,tinggi protein,dan banyak
mengandung cairan.
Pada masa nifas,ibu sangat rentan dengan infeksi.oleh Karena itu, kebersihan diri sangat
penting untuk mencegah infeksi.kebersihan tubuh ,pakaian
,tempat tidur , dan lingkungan sangat penting untuk di jaga. Kebersihan kulit bayi perlu
di jaga.walaupun mandin dengan membasahi seluruh tubuh tidak harus di lakukan setiap
hari tetapi bagian bagian seperti muka,bokong dan tali pusat perlu di bersihkan secara
teratur sebaiknya mencuci tangan terlebih dahulu sebelum memegang bayi.Untuk
menjaga bayi tetap bersih hangat dan kering setelah BAK popok bayi harus segera di
ganti atau ganti pempers minimal 4 – 5 kali perhari.
panggul kembali normal.ibu akan merasa lebih kuat dan otot perut nya menjadi
kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
b. Jelaskan bahwa latihan tertentu selama beberapa menit setiap hari sangat
membantu yaitu dengan : tidur terlentang dan lengan di samping,tarik otot perut
sambil menarik nafas,tahan nafas dalam,angkat dagu ke dada, tahan mulai
hitungan 1 – 5 rilex dan ulangi sebyak 10 kali.
tahan sampai 5 hitungan relaksasi otot dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
5. Pemberian asi
6. Perawatan Payudara
7. Hubungan seksual
Secara fisik,aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah berhenti
memasukan 1 atau 2 jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.begitu darah berhenti dan ibu
tidak merasakan ketidak nyamanan,inilah saat aman untuk memulai melakukan
hubungan suami istri kapan saja ibu siap banyak budaya tradisi menunda hubungan
suami istri sampai waktu tertentu misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu
8.Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil
kembali. Setiap pasangan menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin
merencanakan tentang keluarganya.
b. Perdarahan vagina luar biasa atau tiba tiba tambah banyak ( lebih dari perdarahan
haid atau bila memerlukan penggantian pembalut 2 kali dalam setengah jam )
c. Nyeri perut hebat atau rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
serta ulu hati.
d. Sakit kepala parah atau terus menerus pandangan rabun atau masalah penglihatan
2. Menyusui tak efektif berhubungan dengan isapan bayi kurang, tingkat pengetahuan
pengalaman.
Tujuan : Menyusui menjadi efektif
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan dan pengalamam klien tentang menyusui sebelumnya
R/ membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini dan mengembangkan rencana
perawatan.
b. Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenal fisiologi dan keuntungan menyusui,
perawatan putting dan payudara, kebutuhan diet khusus, dan factor-faktor yang memudahkan
atau mengganggu keberhasilan menyusui.
R/ membantu menjamin kandungan susu adekuat, mencegah putting pecah dan luka,
memberikan kenyamanan dan membuat peran ibu menyusui.
c. Demonstrasikan dan tinjau ulang teknik-teknik menyusui
R/ posisi yang tepat biasanya mencegah luka putting tanpa memperhatikan lamanya
menyusui.
d. Kaji putting klien ; anjurkan klien melihat putting setiap habis menyusui
R/ identifikasi dan intervensi dini dapat mencegah / membatasi terjadinya luka atau pecah
putting, yang dapat merusak proses menyusui
e. Anjurkan klien untuk mengeringkan putting dengan udara selama 20–30 menit,
instruksikan klien menghindari penggunaan sabun atau penggunaan bantalan bra berlapis
elastic dan mengganti pembalut bila bosan atau lembab.
R/ pemajanan pada udara atau panas membantu mengencangkan putting, sedangkan sabun
dapat menyebabkan kering.
f. Anjurkan penggunaan kompres es sebelum menyusui dan taruhan putting dengan
memutar diantara ibu jari dan jari tengah dan menggunakan teknik hoffman.
R/ latihan dan kompres es membantu membuat putting lebih ereksi, teknik hoffman
melepaskan perlengketan yang menyebabkan inverse putting.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan atau
kerusakaan kulit, penurunan HB, prosedur invasive dan atau peningkatan pemajanan
lingkungan.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Intervensi :
a. Pantau suhu dan nadi dengan rutin; catat tanda-tanda menggigil, anoreksia atau
malaise.
R/ peningkatan suhu sampai 38,3°C dalam 24 jam pertama menandakan infeksi.
b. Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus; perhatikan perubahan involusional atau adanya
nyeri tekan uterus eksterm.
R/ fundus yang pada awalnya 2 cm dibawah umbilicus meningkat 1-2 cm/hari. Kegagalan
miometrium untuk involusi pada kecepatan ini, atau terjadinya nyeri tekan eksterm,
menandakan kemungkinan tertahannya jaringan plasenta atau imflamasi.
c. Catat jumlah dan bau rabas lakhial atau perubahan pada kehilangan normal dan rubra
menjadi serosa
R/ lokhea secara normal mempunyai bau amis/daging, namun pada endometritis, rabas
mungkin purulen dan bau busuk, mungkin gagal untuk menunjukkan kemajuan normal dari
rubra menjadi serosa sampai alba.
d. Anjurkan perawatan perineal dan mandi setiap hari dan ganti pembalut perineal
sedikitnya setiap 2 jam dari depan ke belakang.
R/ pembersihan sering dari depan ke belakang (simfisis pubis kearah anal) membantu
mencegah kontaminasi rectal memasuki vaginan atau uretra.
e. Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan cermat dan pembuangan pembalut yang
kotor.
R/ membantu mencegah atau menghalangi penyebaran infeksi.
7. Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan kurang
dukungan dari orang terdekat, kurang pengetahuan, stressor.
Tujuan : Koping orang tua terhadap perubahan peran efektif
Intervensi :
a. Kaji kekuatan, kelemahan, usia, status perkawinan, ketersediaan sumber pendukung
dan latar belakang budaya.
R/ mengidentifikasi factor-faktor resiko potensial dan sumber-sumber pendukung yang
mempengaruhi kemampuan klien/pasangan untuk menerima tantangan peran menjadi orang
tua.
b. Perhatikan respons klien/pasangan terhadap keahlian dan peran menjadi orang tua.
R/ kemampuan klien untuk beradaptasi secara positif untuk menjadi orang tua mungkin
dipengaruhi oleh reaksi ayah yang kuat.
c. Kaji ketrampilan komunikasi interpersonal pasangan dan hubungan mereka satu sama
lain.
R/ hubungan yang kuat diartikan dengan komunikasi yang jujur dan ketrampilan mendengan
dan interpersonal yang baik membantu mengembangkan pertumbuhan.
d. Berikan ‘rawat bersama’/ruang fisik dan privasi untuk kontak diantara ibu, ayah dan
bayi.
R/ memudahkan kedekatan, membantu mengembangkan proses pengenalan.
e. Anjurkan pasangan/sibung untuk mengunjungi dan menggendong bayi dan konstipasi
pada aktivitas perawatan bayi secara rutin
R/ membantu meningkatkan ikatan dan mencegah perasaan putus asa. Menentukan realitas
keadaan bayi
8. Resiko tinggi terhadap koping individual tak efektif berhubungan dengan krisis
maturasional dari kehamilan/mengasuh anak dan melakukan peran ibu dan menjadi orang tua,
kecemasan personal, ketidakadekuatan system pendukung, persepsi tidak realistis.
Tujuan : Koping individual tak efektif tak terjadi
Intervensi :
a. Kaji terhadpa gejala depresi yang fana (perasaan sedih post partum) pada hari ke-2
sampai ke-3 mis; ansietas, menangis, kesedihan, konsentrasi yang buruk.
R/ ibu-ibu mengalami depresi sementara atau perasaan emosi kecewa serelah melahirkan
mungkin berhubungan dengan factor-faktor genetic, sosial atau lingkungan atau respons
endokrin fisiologis
b. Berikan dukungan emosional dan bimbingan antisipasi untuk membantu klien
mempelajari peran baru dan strategis untuk koping terhadap bayi baru lahir.
R/ ketrampilan menjadi ibu/orang tua bukan secara insting tetapi harus dipelajari.
Penanganan tidur terganggu dan pemenuhan kebutuhan bayi selama 24 jam mungkin sulit
dan strategi koping harus dikembangkan
c. Anjurkan pengungkapan rasa bersalah, kegagalan pribadi, atau keragu-raguan tentang
kemampuan menjadi orang tua, khususnya bila keluarga beresiko tinggi terhadap masalah-
masalah menjadi orang tua
R/ membantu pasangan kekuatan dan area masalah secara realistis dan mengenali kebutuhan
terhadap bantuan profesional yang tepat.
9. Gangguan pola tidur berhubungan dengan repsons hormonal dan psikologis,
nyeri/ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran melahirkan.
R/ gangguan pola tidur teratasi
Intervensi :
a. Kaji tingkat keleahan dan kebutuhan untuk istirahat, catat lama persalinan dan jenis
kelahiran.
R/ persalinan atau kelahitran yang lama dan askit khususnya bila ini terjadi malam
meningkatkan tingkat kelelahan
b. Kaji factor-faktor, bila ada yang mempengaruhi istirahat, minimalkan gangguan dan
beri istirahat serta periode tidur yang eksatra, berikan lingkungan yang tenang.
R/ membantu meninfkatkan istirahat tidur dan relaksasi dan menurunkan rangsang
c. Berikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada suplai ASI.
R/ kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI dan penurunan refleks
secara psikologis
d. Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur/istirahat setelah kembali ke rumah.
R/ rencana yang kreatif yang membolehkan untuk tidur dengan bayi lebih awal serta tidur
siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh serta mengatasi kelelahan yang
berlebihan
e. Berikan obat-obatan (analgetik)
R/ mungkin diperlukan untuk meningkatkan relaksasi dan tidur sesuai kebutuhan
10. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi berhubungan dengan
kurang mengingat, kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber (informasi).
Tujuan : Klien dapat mengungkapkan pemahaman self care
Intervensi :
a. Kaji persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama persalinan dan tingkat
kelelahan klien.
R/ makin lama persalinan,makin negative persepsi klien tentang kinerja persalinan dan
semakin lama hal tersebut membuat lien memikul tanggung jawab terhadap perawatan dan
mensintesa informasi baru serta peran-peran baru.
b. Berikan informasi tentang peran program latihan post partum progresif
R/ latihan membantu tonus otot, meningkatkan srkulasi, menghasilkan tubuh yang seimbang
dan meningkatkan perasaan sejahtera secara umum
c. Berikan informasi tentang perawatan diri, termasuk perawatan perineal dan hygiene.
R/ membantu mencegah infeksi, mempercepat pemulihan dan penyembuhan dan berperan
pada adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan emosional
d. Berikan informasi tentang ketersediaan metode termasuk keuntungan dan kerugian
R/ pasangan mungkin memerlukan kejelasan mengenal ketersediaan metoda kontrasepsi dan
kenyataan bahwa kehamilan dapat terjadi.
e. Diskusikan perubahan fisik dan psikologis yang normal dan kebutuhan-kebutuhan yang
berkenaan dengan periode kecepatan
R/ status emosional klien mungkin kadang-kadang labil pada saat ini dan sering dipengaruhi
oleh kesejahteraan fisik. Antisipasi perubahan ini dapat menurunkan stress.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisiologis dan psikologis yang juga
mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Ia mengalami stimulasi
kegembiraan yang luar biasa, mengalami proses eksplorasi dan asimilasi terhadap bayinya,
berada di bawah tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran yang diperlukan tentang apa
yang harus diketahuinya dan perawatan untuk bayinya, dan merasa tanggung jawab yang luar
biasa sekarang untuk menjadi “ibu”.
Adapun adaptasi pada ibu postpartum menurut Reva Rubin dibagi menjadi 3 bagian, antara
lain :
a. Periode “Taking In”
b. Periode “Taking Hold”
c. Periode “Letting Go”
DAFTAR PUSTAKA
1. Manuaba. (2008). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.
Jakarta : EGC.
2. Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
3. Hidayati, Ratna. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Kehamilan Fisiologis dan
Patologis. Jakarta : Salemba Medika.
4. Muchtar Rustam. (2002). Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi Edisi: 2.
Jakarta : EGC.
5. Doengoes M. E, Rencana Perawatan Maternal / Bayi, Edisi 2, EGC, jakarta, 2001.
6. Saifudin A.B dkk, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal, Edisi I,
Catatan I, Yayasan Bina Pustaka Sasworo Prawirohardjo, Jakarta, 2006.
7. Verney. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC. Hal : 36-39
8. Moctar, Rustam. Sinopsis obstruksi : Obstetri Fisiologis, obstetri patologis, Edisi 2,
Jilid 1. Jakarta. EGC, 199
9. Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, Jakarta, EGC, 2004
10. Wikojosostro, Hanifa, Ilmu Kebidanan. Edisi 3, cetakan 3, Jakarta, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiraharjo, 1994.
11. Doengus, Merillyn E. Rencana Perawatan Maternal/bayi, Pedoman untuk
12. Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, edidi 2, jakarta, EGC, 2001.