Anda di halaman 1dari 89

B.

Soebagyo
Divisi GastroHepatologi anak
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUNS/RSDM
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Diare merupakan penyebab kematian bayi
terbanyak yaitu 42%
Diare menempati urutan kedua
penyebab kematian pada balita yaitu
sebesar 13.2%
EPIDEMIOLOGI Angka kematian akibat diare di Indonesia
berkisar antara 150.000 hingga 200.000 per
tahun
Anak-anak mengalami 12 episode diare
per tahun di negara maju maupun negara
berkembang
Insidensi diare di Indonesia pada tahun
2000 adalah 301 per 1000 penduduk
Frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali per hari
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair
dengan atau tanpa lendir dan darah, yang berlangsung
kurang dari satu minggu.
DIARE
AKUT
Peningkatan frekuensi dan/atau perubahan konsistensi
tinja, dapat disertai gejala mual, muntah, demam atau
sakit perut yang berlangsung selama 3 – 7 hari. Diare
umumnya berlangsung tidak lebih dari 14 hari
Flies
(lalat)

Mekanisme Fingers
Penularan (Jari-jari)

Feses Food Mouth


(Tinja) (makanan) (mulut)
Fluid
(air)

Field
(tanah)
Gizi buruk, Imunodefisiensi

Umur, Infeksi asimptomatik,


Musim, Epidemi & Pandemi
Faktor
Risiko Keasaman lambung yang
menurun, Faktor genetik
Penyakit campak pada 4
minggu terakhir
menurunnya motilitas usus
Virus

Etiologi Bakteri

Parasit

Gangguan
Sekresi
Klasifikasi Mekanisme
Gangguan
Absorbsi

Akut

Lamanya Kronik

Persisten
Infeksi
•Bakteri
•Virus
•Parasit
Non Infeksi
•Kesulitan makan * alergi
•Defek anatomis *intoleransi
•Malabsorpsi
•Endokrinopati
•Keracunan makanan
•Neoplasma
a. Penyebab Infeksi
Golongan Bakteri: Golongan Virus: Golongan Parasit:
1. Aeromonas hydrophilia 1.Rotavirus 1.Balantidium coli
2. Bacilus cereus 2.Minirotavirus 2.Capillaria phiplippinensis
3. Campylobacter jejuni 3.Astrovirus 3.Cryptosporodium
4. Clostridium erfringens 4.Calcivirus 4.Entamoeba histolityca
5. Clostridium defficile 5.Coronavirus 5.Giardia lamblia
6. Escherichia coli 6.Norwalk 6.Isospora belli
7. Plesiomonas sp 7.Enteric adenovirus 7.Fasiolopsisbuski
8. Salmonella sp 8.Cytomegalovirus 8.Sarcocytis suihominis
9. Shigelloides 9.Herpes simplex virus 9.Strongyloides stercoralis
10.Staphylococcus aureus 10.Trichuris trichiura
11.Vibrio cholera
12.Yersinia enterocolitica

Pickering LK, Snyder JD, 2011.


b. Penyebab non Infeksi
1. Kesulitan makan (intake susah) 5. Keracunan makanan
2. Defek Anatomis -keracunan logam berat
-Malrotasi - keracunan jamur
- penyakit hirchsprung 6. Neoplasma:
- short bowel syndrome atrofi mikrofivilli - Neuroblastoma
- stricture - Phaeochromocytoma
3. Malabsorbsi - Sindroma zollinger ellison
- defisiensi disakaridase 7. Lain-lain:
- malabsorpsi glukosa-galaktosa - infeksi non gastrointestinal
- cystic fibrosis - alergi susu sapi
- kolestasis - penyakit chron
- penyakit seliak - defisiensi imun
4. Endokrinopati - colitis ulserosa
-Thyrotoksikosis - gangguan motilitas usus
- penyakit addison - pellagra
- sindroma adrenogenital
Pickering LK, Snyder JD, 2011.
OSMOTIK
1 Fermentasi makanan yang
tidak tercerna

SEKRETORIK
DIARE 2 Toxin  stimulasi cAMP & cGMP

MOTILITAS
3 Gangguan kontrol otonomik
4 “ALERGI”
Infeksi
•Bakteri
•Virus
•Parasit
Non Infeksi
•Kesulitan makan
•Defek anatomis
•Malabsorpsi
•Endokrinopati
•Keracunan makanan
•Neoplasma
Gangguan
absorbsi
Gangguan
sekresi
Berdasarkan Gangguan
Patofisiologi motilititas
Diare
inflamasi

Imunologi
Manifestasi immun-mediated ekstraintestinal
dan enteropatogen terkait
Manifestasi Enteropatogen terkait
Reactive arthritis Salmonella, Shigella, Yersinia, Camp
hylobacter, Clostridium difficile
Guillain Barre Syndrome Camphylobacter
Glomerulonephritis Shigella, Campylobacter, Salmonella
IgA nephropathy Camphylobacter
Erythema nodusum Yersinia, Campylobacter, Salmonella
Hemolytic anemia Camphylobacter, Yersinia
Hemolytic Uremic Syndrome S. dysentrie, E. coli
Soebijanto dkk, 2011
Soebagyo B.; 2008.
Anamnesis
Pem. Fisis

Lab

Penatalaksanaan

Diagnosis
Gangguan
absorbsi
Gangguan
sekresi
Berdasarkan Gangguan
Patofisiologi motilititas
Diare
inflamasi

Imunologi
Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995
Penilaian A B C
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai atau tida
k sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Kering
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa, tidak ha Haus, ingin minum Malas minum atau tid
us banyak ak bisa minum
Periksa : turgor Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lamba
t
Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/sed Dehidrasi berat
ang Bila ada 1 tanda dita
Bila ada 1 tanda dita mbah 1 atau lebih tan
mbah 1 atau lebih tan da lain
da lain
Terapi Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C
Derajat dehidrasi
Gejala&tanda Keadaan Mata Mulut Rasa Kulit % Estimasi
umum / lidah haus turun defisiens
BB icairan

Tanpa Baik, sadar Normal Basah Minum Dicubit <5 50 %


dehidrasi normal, kembali
tidak cepat
haus
Dehidrasi Gelisah, rewel Cekung Kering Tampak Kembali 5 – 10 50–100
ringan –sedang kehausan lambat %

Dehidrasi Letargis, Sangat Sangat Sulit, Kembali >10 >100 %


berat kesadaran cekung kering tidak sangat
menurun dan bisa lambat
kering minum

Duggan C, Santosham M, Glaso RI, MMWR 1992 dan WHO 1995.


 Tidak cukup tanda2 untuk diklasifikasikan sebag
ai dehidrasi berat atau ringan/sedang
 *TANPA DEHIDRASI
 Beri cairan & makanan sesuai Rencana Terapi A.
 Nasehati ibu tentang kapan harus kembali segera
*kunjungan ulang setelah 5 hari bila tidak ada
 perbaikan
 Terdapat dua atau lebih dari tanda2 berikut:
 Gelisah, rewel/mudah marah
 Mata cekung
 Haus, minum dengan lahap
 Cubitan kulit perut kembalinya lambat
 DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
 Beri cairan & makanan sesuai Rencana Terapi B.
 Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lainnya:
 Rujuk segera ke RS & selama dalam perjalanan mintalah
agar ibu memberikan larutan oralit sedikit demi sedikit
 Nasehati ibu kapan harus kembali
 Kunjungan ulang setelah 5 hari bila tidak ada perbaikan
 Terdapat 2 atau lebih dari tanda2 berikut ini:
 Letargis atau tidak sadar
 Mata cekung
 Tidak bisa minum atau malas minum
 Cubitan kulit perut kembalinya lambat
 DEHIDRASI BERAT:
 Jika tidak ada klasifikasi berat lainnya:
 Beri cairan untuk dehidrasi berat (Rencana Terapi C)
 Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lainnya:
 Rujuk segera & selama dalam perjalanan agar mintalah i
bu terus memberikan larutan oralit sedikit demi sedikit
 Anjuran agar ibu tetap memberikan ASI
 Jika ada kolera didaerah tersebut, beri antibiotika untuk
kolera (MTBS, 1997)
Perbandingan komposisi oralit lama dan baru

Kandungan Oralit WHO lama (mMol/L) Oralit WHO baru (mMol/L)

Natrium 90 75

Klorida 80 65

Glukosa (anhydrous) 111 75

Kalium 20 20

Sitrat 10 10

Total osmolaritas 311 245

WHO 2006
Antibiotik pada diare
Penyebab Antibiotik pilihan Alternatif
Kolera Tetrasiklin Eritromisin
12,5 mg/kgBB 12,5 mg/kgBB
4 x sehari selama 3 hari 4 x sehari selama 3 hari
Shigella Ciprofloksasin Pivmecillinam
15 mg/kgBB 20 mg/kgBB
2 x sehari selama 3 hari 4 x sehari selama 5 hari
Ceftriakson
50-100 mg/kgBB
1 x sehari IM selama 2-5 hari
Metronidazole
10 mg/kgBB
Amoebiasis 3 x sehari selama 5 hari
(10 hari pada kasus berat)
Giardiasis Metronidazole
5 mg/kgBB
3 x sehari selama 5 hari
Depkes RI 1996
 1. Penberian cairan
 dehidrasi ringan sedang: ORS kp sonde
 dehidrasi berat: resusitasi cairan IV
 Asering
 Ringer’s lactate
 (NaCl o,9%)
 2. Early feeding

 3.Zn (< 6 bln: 10 mg. > 6 bl: 20 mg sehari

 selama 10-14 hari. WHO)


 4. Antibiotika: kalau ada indikasi
 (Cholera, amoeba, shigella, giardia dsb)
 5.Spasmolitika: kontra indikasi

 Probiotik belum direkomendasikan WHO


 6. Promosi:
 a. Promosi ASI exclucive
 b. Penyapihan yg benar
 c. Cuci tangan kapan saja (dgn sabun)
 d.Pemakaian jamban untuk bayi &
 anak
 e.penggunaan air bersih
 f. Vaksinasi campak +Rota virus
 g.Vit A(>6bl:100u, >1 th: 200.000u/6bln)
 4. Antibiotika: kalau ada indikasi
 (Cholera, amoeba, shigella, giardia dsb)
 5.Spasmolitika: kontra indikasi

 Probiotik belum direkomendasikan WHO


 Pemberian minum yg sering terutama ASI
 Makan-minum tetap diberikan

 Zinc

 A.B kalau ada indikasi

 Probiotik (WHO belum merekomendasi)


 DEHIDRASI RINGAN/TANPA dehidrasi: minum lebih s
ering
 CAIRAN PER-ORAL (HF)
DEFISIT: 30-50 ML/KG BB/CRT/ORS/3-4jam
RUMATAN: 100 ML/KG BB

 DEHIDRASI SEDANG: CAIRAN PER-ORAL (ORS) (W


HO/PMPD :ringan sedang)
DEFISIT: 70 ML/KG BB:3-4 jam 9 (ORS/IV)
RUMATAN: 100 ML/KG BB/sisa waktu
24 jam- 3jam/4 jam
KP: pasang NGT/OGT

 Dehidrasi berat: cairan resusiatsi IV


 1.Pemberian oralit :
 dehidrasi ringan : MINUM >>
dehidrasi ringan/sedang: ORS/ NGT
 (K.P) : IV
 2.Makan tetap diberikan

 3.Zn

 4. A.B kalau ada indikasi

 5.Probiotik (IDAI)
 Continue b
reast feedi
ng as u
sual durin
g and after
rehydratio
n therapy
 Continue normal feeding a
s usual
 Give repeated small freque
nt feeds (every 3-4 hours)
 Avoid sweetened foods
 Avoid foods containing a lo
t of fibers
 Avoid foods known to have
a laxative effect
 I.V
 Pilihn pertama :Asering-
 Pilihan kedua :Ringer’latate
 Pilihan ketiga :NaCl (0,9%)
 Kalau sudah mau; diberikan makan

 Zn

 A.B kalau ada indikasi

 Probiotik (IDAI)
 Anak kurang 1 tahun:
 Asering diberikan

 1. 30 ml/ kg selama 1 jam

 2. Diteruskan 70 ml/kg selama 5 jam

 3. Maintenan 100/g/sisa waktu

 (24 jam -1 jam -5 jam=18 jam)

 Selama pemberian I.V dimonitor program te


tesan, cairan mauk tidak,Tanda vital,
 Contoh: anak 10 bl, 8 kg, mengalami diare d
ehidrasi berat.
 Kalu infus set 1 ml= 20 tetes. Pertanyaannya
berapa tetes pemberian infus pada
 Program 1 jam pertama, tetesan per menit,
adalah:
8 (kg) x 30 ml x 20 = 80 tetes/menit
1(jam) x 60 (menit)
 Program tetesan kedua:
70 (ml) x 8 (B.B) x 20 (1 ml=20tetes) =
5 (jam=lama I.V) x 60 (menit)
37,3 tetes/menit=37 tetes/mnt

Sisa waktu =100 (ml) x 8 (BB) x 20 (1ml=20 t


ts) 18 (sisa waktu dlm jam) x 60
=14,8 tetes/menit= 15 tetes/mnt
Cairan Na Cl K Ca Asetat laktat Dekst Kal Osm

Asering 130 109 4 3 28 - - - 273

RL 130 109 4 3 - 28 - - 273

RD 147 155 4 4.5 - - 50 200 589

NaCl 0,9% 154 154 - - - - - - 300

KaEN 3B 50 50 20 - - 20 27 108 290

KaEN 3A 60 50 10 - - 20 27 108 290

KaEN 1B 38.5 38.5 - - - - 37.5 150 285

D½S 77 77 - - - - 50 200 428

D¼S 38.5 38.5 - - - - 50 200 353


 Plasma intraseluler
 Kation Anion Kation Anion

Cl-
104 Phos-107
Na+
K+ 140
140
HCO-3 24
Prot- 40
Prot- 14
K+ 4
Na+ 13 HCO3- 10
Ca+ 2,5 Other 6
Mg+ 1,1 Phos- 2 Mg+ 7 Cl-3
Terdapat berbagai permasalahan yang perlu diwaspadai pada diare
maupun selama proses rehidrasi

Komplikasi Dehidrasi

Khusus

Hiponatremia Hipernatremia Hipokalemia Hiperkalemia


Mencegah
penyebaran
kuman

Pencegahan

Memperbaiki
daya tahan
tubuh
Bayi Minum ASI
Susu sapi Susu formula
VAKSIN
Bakteri hidup Menduduki
yang reseptor dalam
menguntungkan sel usus

Probiotik

WHO belum
Cara kerja
memberikan
kompetitif
rekomendasi

Soebijanto dkk, 2011


Jonkers D, Stockbrugger R, 2007
Bahan makanan Merangsang
pertumbuhan flora
berisi kompleks intestinal yang
karbohidrat menguntungkan

Prebiotik

WHO belum
Efek pemberian
memberikan
tidak bermakna
rekomendasi

Soebijanto dkk, 2011. Soebagyo B, Santoso N, 2010


PERHATIAN: DILARANG MEMBERIKAN K SECARA BOLUS
Paling aman diberikan per-oral=75 mg/kg bb/day

DripKadar K < 2 mEq/L


3,5-Kcl pdt x BB X 0,4 + 2 meq/kgBB/dalam 4jam
3,5-Kcl x BB x 0,4 + 1/6 x 2 meq/kgBB/
dalam 20jam
Oral: 75 mg/kg BB/hari
Calcium glukonas=0,1-1 ml/kg bb, bolus pelan
(100 mg/kg bb) bolus pelan2
 135-E Na pdtx 0,6 x BB/ 24 jam
 (NaCl 0,9%--RL)
 Tergantung defisit:
 Na –155 mEq/Ljangan tergesa2

 (kp tetap RL)-24-48 jam

 Bertahap
 RL diganti D 1/2S ; D1/4S: 24-48 jam
 JIKA YA, TANYAKAN:
 SUDAH BERAPA LAMA?
 APAKAH BERAKNYA BERDARAH (APAKAH ADA DARAH DALAM TINJA?)
 LIHAT & RABA:
 LIHAT KEADAAN UMUM ANAK:
 APAKAH ANAK: LETARGIS ATAU SADAR?
 GELISAH & REWEL/MUDAH MARAH?
 LIHAT APAKAH MATANYA CEKUNG?
 BERI ANAK MINUM, APAKAH ANAK:
 TIDAK BISA MINUM ATAU MALAS MINUM.
 HAUS, MINUM DENGAN LAHAP?
 CUBIT KULIT PERUT UNTUK MENGETAHUI TURGOR.
 APAKAH KEMBALINYA: SANGAT LAMBAT(LEBIH DARI 2 DETIK)? LAMBAT
1. Cairan: RINGAN->HF,
SEDANG-> ORS,
BERAT->ASR, RL- (NaCl 0,9%)
Cairan RESUSITASI:, Asering, RL; NaCl 0,9%
2. Diit: harus segera deberikan, kl pdt mau
3. Zn (10 MG/ < 6 BULAN. Dan > 6 BULAN;20 mg/hari-s/d 10 hari-
(WHO)
4. Probiotika: 10 9-12 (~mikroflora usus)
14 hari) (Revitalisasi PMPD, 2006)
5. Antibiotik atas indikasi (Shigella,Amoeba,Cholera, Giardia)
6.Jangan menggunakan spasmolitika
7. Promotif
 Penggunaan air bersih/direbus
 Peningkatan penggunaan ASI (promosi ASI)
 Penggunaan jamban anak, dewasa dan
 pembuangan tinja bayi di jamban
 Cuci tangan sebelum menyuapi/ makan/kapan saja
 Penyapihan yang benar
 Vaksinasi campak (PMPD, 1999)
C.Intraseluler
40%
Cairan
tubuh 60% C.Interstis
ial 15 %
C.Ekstraseluler
20 %

Plasma
Lemak,
darah 5%
protein,
mineral
40 %
Cairan Na Cl K Ca Asetat laktat Dekst Kal Osm

Asering 130 109 4 3 28 - - - 273

RL 130 109 4 3 - 28 - - 273

RD 147 155 4 4.5 - - 50 200 589

NaCl 0,9% 154 154 - - - - - - 300

KaEN 3B 50 50 20 - - 20 27 108 290

KaEN 3A 60 50 10 - - 20 27 108 290

KaEN 1B 38.5 38.5 - - - - 37.5 150 285

D½S 77 77 - - - - 50 200 428

D¼S 38.5 38.5 - - - - 50 200 353


 CMPA/FOOD ALLERGYakses ekstraluminal

Proses imunologi’~IgE (I) & ~~Non IgE mediated(III,IV)


IgM,IgG --Eosinofil

Efektor; m.g.i: gangguan absorpsi-sekresi dan motilitas G.I

DIARE
 Waham: anak njalaki-anak, mau tambah pintar
 Anak diare cair,ibu melarang banyak minum
 Perilaku tidak higienis:
 Enterosit belum matur
 Masa “oral” 6 bulan-12 bulan (24 bulan)

 Makanan-minuman kotor/dihinggapi lalat


 Makanan-air minum tidak dimasak
 Alergi, sistim kekebalan minimal
 Penggunakan PASI yg tidak benar(susu formula: takaran, kebersihan, term
asuk kebersihan alat2 minum)
 Gencarnya Promosi promosi PASI~pendidikan & sosioekonomi masyaraka
t. (susu formula)
1. Inflamasi & noninflamasi
2. invasif/relokasi intra-ekstra luminal
3. Peningkatan sekresi : CT, C AMP, C GMP
enterotoksin, tumor kripta, hormon dan- neurotran
smiter Peningkatan osmolaritas intraluminal:
4. malabsorpsi; zat yg tdk diserap, reseksi usus, obat, ker
usakan mukosa- villi, metabolit intraluminal, chloridor
hea
5. Reaksi imun-allergi
6. Meningitis/encephalitis
7. Peristaltik usus)
Perkiraan kebutuhan cairan
(2)
Pada anak dengan berat badan lebih dari 40 kg, maka jumlah
kebutuhan cairan dalam 24 jam harus dihitung 2 kali kebutuhan
rumatan seperti rumus Holliday dan Segar

Berat Badan (kg) Jumlah rumatan (ml) 24 jam

< 10 100/kg

10 - 20 1000 + 50 /kg setiap >10

> 20 1000 + 20 /kg setiap >20


Perkiraan kebutuhan cairan
(3)
• Contoh:
• Seorang anak dengan berat 40 kg maka
cairan rumatannya adalah: 1500 + (20 +
20) = 1900 ml. Ini berarti bahwa anak
tersebut membutuhkan cairan intravena
3800 ml dalam 24 jam
Kebutuhan cairan berdasarkan berat badan

Jumlah cairan (ml/jam)


Berat badan  cairan dalam
(kg) 24 jam Aturan 1 Aturan 2 Aturan 3 Aturan 4

10 1500 30 60 100 200


15 2000 45 60 150 300
20 2500 60 90 200 400
25 2800 75 120 250 500
30 3200 90 150 300 600
35 3500 105 180 350 700
40 3800 120 210 400 800
45 4000 135 240 450 900
50 4200 150 270 500 1000
55 4400 165 300 550 1100
60 4600 180 360 600 1200
Respon fisiologi dehidrasi
• Stimulasi ADH  menurunkan eksresi
air
• Meningkatnya sistim renin aldosteron
meningkan K dan defisit H
• Menurunnya GFR menurunnya
eksresi air dan Na

07/26/10 76
Derajat dehidrasi
Der dehid %Hil BB %TBW Hil vol

Ringan < 5% < 8% < 50ml/kg

Sedang <10% <16% <100ml/kg

Berat < 15% < 24% <150ml/kg


07/26/10 77
Jenis dehidrasi
• Isonatremik/isotonik: kadar Na normal
• Hiponatremik/hipotonik: kadar Na
kurang dari 130 mEq/L
• Hipernatremik/hipertonik: kadar Na lebih
dari 150 mEq/L

07/26/10 78
Cara lain
• Menurut WHO:
• 100 cc/kg
• < 1th  30cc/kg diberikan dalam 1 jam pertama, sedangkan 70cc/kg
diberikan dalam 5 jam berikutnya
• >1th  30cc/kg diberikan dalam ½ jam pertama, sedangkan 70cc/kg
diberikan dalam 2 ½ jam berikutnya
• Jenis cairan adalah ASERING

07/26/10 79
• Defisit K diganti pelahan karena K ini
akan masuk ke CIS. K 20 mEq/L
menjamin memperbaiki kadar K
intraselluler tanpa takut terjadi
hiperkalemia

07/26/10 80
• Dehidrasi isotonik paling baik diberikan
dextrose 5%, 0.45% NaCl (77 mEq
NaCl/L) + 20 mEq/L dalam 8-24 jam
• Hipertonik: cairan sama tapi dalam 24-
48 jam
• Hipotonik: dextrose 5%, 0.9% NaCl
(154 mEq NaCl/L) + 20 mEq/L dalam 24
jam
07/26/10 81
ASERING® & LR
 LACTATE: Primarily in the liver, and to lesser degree the kidney,
lactate is metabolized to pyruvate, which is then converted to CO2 and
H2O (80%) or glucose (20%), and regeneration of bicarbonate1
 ACETATE: metabolized mainly in muscles and to a lesser extent in
tissues such as kidney, heart and liver2

Coenzyme A

Acetate + H+-------- Acetyl-CoA Kreb’s cycle


hydrogen source

Carbonic acid -------- bicarbonate

Ref. 1.Rose BD. Clinical Physiology of Acid-Base and Electrolyte Disorders. McGraw-Hill 4th ed 1994
2. Maxwell MH, Kleeman CR, Narins RG. Clinical Disorders of Fluid and Electrolyte Metabolism.
MacGraw-Hill 1987 4th edition p 1063
ASERING® & LR
 LACTATE: Primarily in the liver, and to lesser degree the kidney,
lactate is metabolized to pyruvate, which is then converted to CO2 and
H2O (80%) or glucose (20%), and regeneration of bicarbonate1
 ACETATE: metabolized mainly in muscles and to a lesser extent in
tissues such as kidney, heart and liver2

Coenzyme A

Acetate + H+-------- Acetyl-CoA Kreb’s cycle


hydrogen source

Carbonic acid -------- bicarbonate

Ref. 1.Rose BD. Clinical Physiology of Acid-Base and Electrolyte Disorders. McGraw-Hill 4th ed 1994
2. Maxwell MH, Kleeman CR, Narins RG. Clinical Disorders of Fluid and Electrolyte Metabolism.
MacGraw-Hill 1987 4th edition p 1063
 Cholestyramine efektif dalam mencegah dia
re akibat radiasi pelvis.
 Pada radiasi pelvis terjadi gangguan fungsi il
eum dalam absorpsi asam empedu

Chary dkk, 1984


• Cholestyramine bermanfaat dalam tatalaksana AAD.
Cholestyramine dapat mengikat toksin C. difficile in
vitro dan in vivo
Schyssheim dan Goldstein, 1980
Viscidi dan Bartlett, 1981, Turres dkk, 1976,
Polock, 2009
• Pada AAD terjadi hambatan pertumbuhan bakteri an
aerob di kolon, dengan akibat berkurangnya dehidro
ksilasi asam empedu, menyebabkan meningkatnya c
henodeoxycholic acid di lumen kolon dan merusak m
ukosa kolon dengan akibat diare
• Hofmann, 1977
• (dalam A.Firmansyah, 2011)
 Pada penelitian in vitro dan in vivo, cholesty
ramine sangat effektif dalam mengikat enter
otoksin E. coli

Mullan dkk, 1979


 (Dalam A.Firmansyah, 1911)
Gangguan
absorbsi
Gangguan
sekresi
Berdasarkan Gangguan
Patofisiologi motilititas
Diare
inflamasi

Imunologi

Anda mungkin juga menyukai