Anda di halaman 1dari 9

Dosen Pengampu :

KEPERAWATAN ANAK 1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN MASALAH KLINIS DIARE

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

MUHAMMAD FARHANT RUKSANAN : P201901061


WAHID SAPRIAN : P201901067
WALIA DWI KURNIA : P201901047
DELLA NURWIANSYAH : P201901079
HESTI : P201901054
ANGGITA CAHYA INTAN : P201901073

PRODI. S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA KENDARI

TA .2021
A.KONSEP MEDIS

1. Pengertian Diare

Diare atau gastroenteritis didefinisikan sebagai buang air besar (BAB)


encer lebih dari tiga kali sehari selama dua hari berturut-turut, yang dapat
terkait atau tidak terkait dengan kondisi patologis. Diare dapat diakibatkan
oleh penggunaanantibiotik dan dapat berlangsung selama pengobatan
dengan antibiotik tersebut. Diare juga dapat disebabkan oleh gastroenteritis
virus, keracunan makanan, sindrom malabsorpsi, yang meliputi intoleran
laktosa, malabsorpsi gluten, penyakit usus inflamatori atau penyakit Crohn,
kolitis ulseratif dan sindrom usus rengsa (Morris, 2014 cit Supriasi 2019).

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang
lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja), dengan tinja
berbentuk cair/setengah padat, dan disertai dengan frekuensi yang
meningkat (lebih dari 3x sehari). Diare terbagi menjadi dua berdasarkan
mula dan lamanya, yaitu diare akut dan diare konis (Wahyuningsih, 2013 cit
Supriasi, 2019).

Mikroorganisme seperti bakteri, virus dan protozoadapat menyebabkan


diare.Eschericia coli enterotoksigenic, Shigella sp, Campylobacterjejuni, dan
Cryptosporidium sp merupakan mikroorganisme tersering penyebab diare
pada balita. (Utami, dkk. 2016 cit Supriasi, 2019)
2. Etiologi

Menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines 2005, etiologi


diare akut dibagi atas empat penyebab :

1) Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus,


Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter
aeromonas.
2) Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus
3) Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli,
Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis.
4) Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas,
imunodefisiensi, kesulitan makan, dll. (Simadibrata, 2006 cit Supriasi, 2019).

3. Manifestasi Klinis

Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau


demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut.Diare yang
berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat
menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan yang mengakibatkan
renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik
yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang merasa haus, berat badan
berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit
menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air
yang isotonik. (Zein, U., Sagala, K. H., & Ginting, J,2004)

Karena kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas berkurang, yang


mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat
pernapasansehingga frekwensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (kussmaul).
Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH dapat
naik kembali normal. Pada keadaan asidosis metabolik yang tidak dikompensasi,
bikarbonat standard juga rendah, pCO2 normal dan base excess sangat
negatif.Gangguan kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat berupa
renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun
sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas
dingin dan kadang sianosis. Karena kehilangan kalium pada diare akut juga dapat
timbul aritmia jantung.Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal
menurun dan akan timbul anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul
penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang berarti pada saat tersebut kita
menghadapi gagal ginjal akut. Bila keadaan asidosis metabolik menjadi lebih berat,
akan terjadi kepincangan pembagian darah dengan pemusatan yang lebih banyak
dalam sirkulasi paru-paru. Observasi ini penting karena dapat menyebabkan edema
paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan intravena tanpa alkali. (Zein, U.,
Sagala, K. H., & Ginting, J,2004)

4. Patofisiologi

Diare infeksi akut diklasifi kasikan secara klinis dan patofi siologis menjadi diare
non-infl amasi dan diare infl amasi. Diare infl amasi disebabkan invasi bakteri dan
sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindrom disentri dengan diare disertai lendir
dan darah. Gejala klinis berupa mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah,
demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin
makroskopis ditemukan lendir dan/atau darah, mikroskopis didapati sel leukosit
polimorfonuklear. (Amin, L. Z. 2015).

Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri
setidaknya ada dua mekanisme, yaitu peningkatan sekresi usus dan penurunan
absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan infl amasi dan mengeluarkan toksin
yang menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan
perdarahan atau adanya leukosit dalam feses. (Amin, L. Z.2015).

Pada dasarnya, mekanisme diare akibat kuman enteropatogen meliputi


penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi
mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu jenis bakteri dapat
menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi
pertahanan mukosa usus. (Amin, L. Z. 2015).
5. Pathway

MAL ABSORBSI Infeksi (Virus,


KH,PROTEIN Bakteri, Parasit)
LEMAK

Tekanan osmotik Berkembang di usus

Pergeseran cairan dan Penaikan sekresi cairan


elektrolit ke rongga usus dan elektrolit

Isi Usus Meningkat

DIARE

FREKUENSI DISTENSI
BAB NAIK ABDOMEN

Hilangnya Cairan Dan Mual dan Muntah


Elektrolit Berubah

Nafsu Makan Menurun


Gangguan Keseimbangan
cairan dan elektrrolit

Dehidrasi
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Kurang Volume kebutuhan tubuh
Cairan
6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat digunakan sebagai monitoring keadaan pasien


meskipun tidak selalu dibutuhkan. Beberapa pemeriksaan yang biasanya diperlukan
adalah (Tanto C, 2015)

a. Darah : darah rutin, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah,.
b. Urin : urin rutin , pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis
c. Tinja : kultur, pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan kasus diare mempunyai tujuan mengembalikan cairan yang


hilang akibat diare. Kegagalan dalam pengobatan diare dapat menyebabkan infeksi
berulang atau gejala berulang dan bahkan timbulnya resistensi. Untuk
menanggulangi masalah resistensi tersebut, WHO telah merekomendasikan
pengobatan diare berdasarkan penyebabnya. (Ridha, 2014 dalam Mahanani,
Srinalesti. 2020)

Kesehatan yang kurang baik dari dalam diri anak maupun ibu dapay memicu
timbulnya penyakit diare. Maka pentingnya mengedukasikan kepada pasien tentang
kebersihan diri dan lingkungan untuk menjaga kesehatan. Kekambuhan dan
komplikasi diare dapat dicegah dengan penatalaksanaan yang tepat. Diare
merupakan masalah yang dapat menggangu fungsi dasar dari keluarga tersebut.
Dibutuhkan partisipasi dari keluarga yang optimal dalam memperhatikan perilaku
hidup sehat dalam penatalaksanaan dan pencegahan penyakit. Oleh karena itu,
diperlukan pendekatan kedokteran keluarga secara holistic, komprehensif dan
kontiyu untuk mengidentifikasi factor resiko yang ada pada pasien dan melakukan
penatalasanaan yang tepat bagi pasien dan keluarga. (Ridha, 2014 dalam
Mahanani, Srinalesti. 2020)
8. Komplikasi

Komplikasi diare mencakup potensial terhadap distritmia jantung akibat


hilangnya cairan dan elektrolit secara bermakna (khususnya kehilangan kalium).
Pengeluaran urin kurang dari 30ml/jam selama 2-3 hari berturut-turut. Kelemahan
otot dan paratesia. Hipotensi dan anoreksia serta mengantuk karena kadar kalium
darah dibawah 0,3 mEq/liter (S1:mmol/L) garus dilaporkan, penurunan kadar kalium
menyebabkan distitmia jantung (kardio atrium dan ventrikel, febrilasi vertikel dan
kontraksi vertikel premature) yang dapat menimbulkan kematian. (Ridha, 2014
dalam Mahanani, Srinalesti. 2020)

Berbagai macam komplikasi dapat terjadi pada pasien diare mulai dari yang
ringan hingga yang berat. Maka dari itu, pemantauan secara berkala terhadap
pasien diare sangat penting untuk dilakukan. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi
yaitu :
a. Penurunan Berat Badan Penurunan berat badan pada pasien diare dapat
terjadi apabila asupan nutrisi selama diare tidak adekuat dan kehilangan
banyak cairan yang tidak dikoreksi dengan cepat dan tepat, terlebih jika
status gizi anak ketika terkena diare tergolong dalam status gizi kurang maka
penurunan berat badan bisa terjadi dengan cepat. Asupan nutrisi selama
diare perlu diperhatikan dengan baik untuk mencegah adanya penurunan
berat badan dan malnutrisi. (Subagyo B dan Santoso NB, 2015 dalam Yusuf,
Yustika Swasiyka. 2020)
b. Gangguan elektrolit
 Hiperkalemia Hiperkalemia dapat menujukkan gejala seperti penurunan
frekuensi jantung, kelemahan otot dan denyut nadi menurun maka perlu
dilakukan koreksi secepat mungkin. Dikatakan hiperkalemia apabila K +
>5 mEq/L. (Subagyo B dan Santoso NB, 2015 dalam Yusuf, Yustika
Swasiyka. 2020)
 Hipokalemia Gejala yang dapat muncul akibat hipokalemia adalah
gangguan saluran pencernaan seperti ileus paralitik, kelemahan otot,
aritmia jantung dan gangguan fungsi ginjal. Hipokalemia ringan dapat
dikoresi dengan pemberian makanan secara oral dengan makanan yang
kaya kalium sedangkan untuk hipokalemia 16 berat harus segera
dikoreksi dengan cepat melalui pemberian kalium secara
enteral/parenteral jika kadar kalium dalam darah sudah jauh di bawah 0,9
mg/dl. (Subagyo B dan Santoso NB, 2015 dalam Yusuf, Yustika
Swasiyka. 2020)
 Hipernatremia Pasien dengan hipernatremia dapat menunjukkan gejala
seperti kesadaran menurun, kejang , perdarahan intrakranial bahkan
koma. Untuk mencegah hal ini, maka monitoring pemeriksaan elektrolit
sangat perlu dilakukan. (Subagyo B dan Santoso NB, 2015 dalam Yusuf,
Yustika Swasiyka. 2020)
 Hiponatremia Apabila kadar Na+ <130 mmol/L maka dapat disebutkan
sebagai hiponatremia. Gejala hiponatremia dapat berupa kelemahan
umum otot skeletal, sakit kepala hebat, mual muntah dan pernafasan
dangkal sehingga untuk mencegah hal ini maka pemeriksaan elektrolit
sangat diperlukan. (Subagyo B dan Santoso NB, 2015 dalam Yusuf,
Yustika Swasiyka. 2020)
c. Asisdosis metabolic
Asidosis metabolic dapat ditandai dengan frekuensi pernafasan yang cepat
dan dalam. Jika selama diare, diberikan cairan yang cukup maka hal tersebut
akan mencegah maupun mengurangi terjadinya asidosis. Maka dari itu,
monitoring gas darah perlu dilakukan secara cermat dan akurat terlebih jika
diare sudah berlangsung >3 hari. (Subagyo B dan Santoso NB, 2015 dalam
Yusuf, Yustika Swasiyka. 2020)
d. Hipoglikemia
Gejala hipoglikemia dapat berupa lemas, berkeringat, pucat, bahkan bisa
menyebabkan kejang. Hipoglikemia dapat terjadi apabila glukosa darah
menurun dibawah normal. Maka sebaiknya, pemeriksaan kadar glukosa
darah pada pasien diare sangat diperlukan. (Subagyo B dan Santoso NB,
2015 dalam Yusuf, Yustika Swasiyka. 2020)
KASUS DIARE PADA ANAK

Seorang Ibu memeriksakan anaknya yang berumur 3 tahun di rumah sakit


dikarenakan masalah pada kondisi kesehatan yang dihadapi anak nya .ibu itu
menjelaskan bahwa anaknya selalu menangis dikarenakan rasa nyeri pada bagian
perut anaknya dan mengatakan bahwa anaknya Mengalami BAB lebih dari 4x sehari
,ibu itu juga mengatakan bahwa Feses anaknya nampak encer dan berampas. Dan
ibu itu juga menerangkan bahwa karena kondisi yang dialami anaknya sehingga
anaknya tidak nafsu makan ,kurang minum dan berakibat pada berat badan anaknya
yang menurun drastis sebanyak 4 kg yang awalnya 15 kg menurun ke 11kg.ibu itu
juga mengeluhkan anaknya yang tampak lemah badan,dan bibir anaknya yang
kering.

Anda mungkin juga menyukai