KEPERAWATAN ANAK 1
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
PRODI. S1 KEPERAWATAN
TA .2021
A.KONSEP MEDIS
1. Pengertian Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang
lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja), dengan tinja
berbentuk cair/setengah padat, dan disertai dengan frekuensi yang
meningkat (lebih dari 3x sehari). Diare terbagi menjadi dua berdasarkan
mula dan lamanya, yaitu diare akut dan diare konis (Wahyuningsih, 2013 cit
Supriasi, 2019).
3. Manifestasi Klinis
4. Patofisiologi
Diare infeksi akut diklasifi kasikan secara klinis dan patofi siologis menjadi diare
non-infl amasi dan diare infl amasi. Diare infl amasi disebabkan invasi bakteri dan
sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindrom disentri dengan diare disertai lendir
dan darah. Gejala klinis berupa mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah,
demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin
makroskopis ditemukan lendir dan/atau darah, mikroskopis didapati sel leukosit
polimorfonuklear. (Amin, L. Z. 2015).
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri
setidaknya ada dua mekanisme, yaitu peningkatan sekresi usus dan penurunan
absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan infl amasi dan mengeluarkan toksin
yang menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan
perdarahan atau adanya leukosit dalam feses. (Amin, L. Z.2015).
DIARE
FREKUENSI DISTENSI
BAB NAIK ABDOMEN
Dehidrasi
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Kurang Volume kebutuhan tubuh
Cairan
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah : darah rutin, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah,.
b. Urin : urin rutin , pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis
c. Tinja : kultur, pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis
7. Penatalaksanaan
Kesehatan yang kurang baik dari dalam diri anak maupun ibu dapay memicu
timbulnya penyakit diare. Maka pentingnya mengedukasikan kepada pasien tentang
kebersihan diri dan lingkungan untuk menjaga kesehatan. Kekambuhan dan
komplikasi diare dapat dicegah dengan penatalaksanaan yang tepat. Diare
merupakan masalah yang dapat menggangu fungsi dasar dari keluarga tersebut.
Dibutuhkan partisipasi dari keluarga yang optimal dalam memperhatikan perilaku
hidup sehat dalam penatalaksanaan dan pencegahan penyakit. Oleh karena itu,
diperlukan pendekatan kedokteran keluarga secara holistic, komprehensif dan
kontiyu untuk mengidentifikasi factor resiko yang ada pada pasien dan melakukan
penatalasanaan yang tepat bagi pasien dan keluarga. (Ridha, 2014 dalam
Mahanani, Srinalesti. 2020)
8. Komplikasi
Berbagai macam komplikasi dapat terjadi pada pasien diare mulai dari yang
ringan hingga yang berat. Maka dari itu, pemantauan secara berkala terhadap
pasien diare sangat penting untuk dilakukan. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi
yaitu :
a. Penurunan Berat Badan Penurunan berat badan pada pasien diare dapat
terjadi apabila asupan nutrisi selama diare tidak adekuat dan kehilangan
banyak cairan yang tidak dikoreksi dengan cepat dan tepat, terlebih jika
status gizi anak ketika terkena diare tergolong dalam status gizi kurang maka
penurunan berat badan bisa terjadi dengan cepat. Asupan nutrisi selama
diare perlu diperhatikan dengan baik untuk mencegah adanya penurunan
berat badan dan malnutrisi. (Subagyo B dan Santoso NB, 2015 dalam Yusuf,
Yustika Swasiyka. 2020)
b. Gangguan elektrolit
Hiperkalemia Hiperkalemia dapat menujukkan gejala seperti penurunan
frekuensi jantung, kelemahan otot dan denyut nadi menurun maka perlu
dilakukan koreksi secepat mungkin. Dikatakan hiperkalemia apabila K +
>5 mEq/L. (Subagyo B dan Santoso NB, 2015 dalam Yusuf, Yustika
Swasiyka. 2020)
Hipokalemia Gejala yang dapat muncul akibat hipokalemia adalah
gangguan saluran pencernaan seperti ileus paralitik, kelemahan otot,
aritmia jantung dan gangguan fungsi ginjal. Hipokalemia ringan dapat
dikoresi dengan pemberian makanan secara oral dengan makanan yang
kaya kalium sedangkan untuk hipokalemia 16 berat harus segera
dikoreksi dengan cepat melalui pemberian kalium secara
enteral/parenteral jika kadar kalium dalam darah sudah jauh di bawah 0,9
mg/dl. (Subagyo B dan Santoso NB, 2015 dalam Yusuf, Yustika
Swasiyka. 2020)
Hipernatremia Pasien dengan hipernatremia dapat menunjukkan gejala
seperti kesadaran menurun, kejang , perdarahan intrakranial bahkan
koma. Untuk mencegah hal ini, maka monitoring pemeriksaan elektrolit
sangat perlu dilakukan. (Subagyo B dan Santoso NB, 2015 dalam Yusuf,
Yustika Swasiyka. 2020)
Hiponatremia Apabila kadar Na+ <130 mmol/L maka dapat disebutkan
sebagai hiponatremia. Gejala hiponatremia dapat berupa kelemahan
umum otot skeletal, sakit kepala hebat, mual muntah dan pernafasan
dangkal sehingga untuk mencegah hal ini maka pemeriksaan elektrolit
sangat diperlukan. (Subagyo B dan Santoso NB, 2015 dalam Yusuf,
Yustika Swasiyka. 2020)
c. Asisdosis metabolic
Asidosis metabolic dapat ditandai dengan frekuensi pernafasan yang cepat
dan dalam. Jika selama diare, diberikan cairan yang cukup maka hal tersebut
akan mencegah maupun mengurangi terjadinya asidosis. Maka dari itu,
monitoring gas darah perlu dilakukan secara cermat dan akurat terlebih jika
diare sudah berlangsung >3 hari. (Subagyo B dan Santoso NB, 2015 dalam
Yusuf, Yustika Swasiyka. 2020)
d. Hipoglikemia
Gejala hipoglikemia dapat berupa lemas, berkeringat, pucat, bahkan bisa
menyebabkan kejang. Hipoglikemia dapat terjadi apabila glukosa darah
menurun dibawah normal. Maka sebaiknya, pemeriksaan kadar glukosa
darah pada pasien diare sangat diperlukan. (Subagyo B dan Santoso NB,
2015 dalam Yusuf, Yustika Swasiyka. 2020)
KASUS DIARE PADA ANAK