1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini:
1. Bagaimana definisi obat ?
2. Bagaimana penggolongan obat ?
1.3 Tujuan
Ada beberapa poin yang ingin dicapai sebagai tujuan penulisan
makalah ini diantaranya :
1. Mengetahui definisi obat
2. Mengetahui berbagai macam penggolongan obat berdasarkan jenisnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Peran Obat
Obat merupakan salah satu komponen yang tidak dapat tergantikan
dalam pelayanan kesehatan. Obat berbeda dengan komoditas perdagangan, karena
selain merupakan komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial. Obat
berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena penanganan dan
pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan
obat atau farmakoterapi. Seperti yang telah dituliskan pada pengertian obat diatas,
maka peran obat secara umum adalah sebagai berikut:
a). Penetapan diagnose
b). Untuk pencegahan penyakit
c). Menyembuhkan penyakit
d). Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan
e). Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu
f). Peningkatan kesehatan
g). Mengurangi rasa sakit
1. Obat Bebas
Peratuan daerah Tingkat II tangerang yakni Perda Nomor 12
Tahun1994 tentang izin Pedagang Eceran Obat memuat pengertian obat bebas
adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa resep dokter, tidak
termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika, obat keras, obat bebas terbatas
dan sudah terdaftar di Depkes RI. Contoh : Minyak Kayu Putih, Tablet
Parasetamol, tablet Vitamin C, B Compleks, E dan Obat batuk
hitam Penandaan obat bebas diatur berdasarkan SK Menkes RI Nomor
2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus untuk untuk obat bebas dan untuk
obat bebas terbatas. Tanda khusus untuk obat bebas yaitu bulatan berwarna
hijau dengan garis tepi warna hitam, seperti terlihat pada gambar berikut :
Penandaan Obat Bebas
3. Obat Keras
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang
menetapkan/memasukkan obat-obatan kedalam daftar obat keras, memberikan
pengertian obat keras adalah obat-obat yang ditetapkan sebagai berikut :
a. Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembuat disebutkan
bahwa obat itu hanya boleh diserahkan denagn resep dokter.
b. Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata untuk
dipergunakan secara parenteral.
c. Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah
dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu tidak membahayakan
kesehatan manusia.
Contoh :
- Andrenalinum
- Antibiotika
- Antihistaminika, dan lain-lain
Gambar II.5
Penandaan Obat Narkotika
6. Obat Psikotropika
Pengertian psikotropika menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1997
tentang psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan
perilaku.
Contoh :
- Lisergida
- Amphetamin
- Codein
- Diazepam
- Nitrazepam
- Fenobarbital
Untuk Psikotropika penandaan yang dipergunakan sama dengan
penandaan untuk obat keras, hal ini karena sebelum diundangkannya UU RI
No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, maka obat-obat psikotropika termasuk
obat keras, hanya saja karena efeknya dapat mengakibatkan sidroma
ketergantungan sehingga dulu disebut Obat Keras Tertentu. Sehingga untuk
Psikotropika penandaannya : lingkaran bulat berwarna merah,dengan huruf K
berwarna hitam yang menyentuh garis tepi yang berwarna hitam.
Psikotropika dibagi menjadi :
i. Golongan I : sampai sekarang kegunaannya hanya ditujukan untuk ilmu
pengetahuan, dilarang diproduksi, dan digunakan untuk pengobatan.
Contohnya : metilen dioksi metamfetamin, Lisergid acid diathylamine
(LSD) dan metamfetamin
ii. Golongan II, III dan IV dapat digunakan untuk pengobatan asalkan
sudah didaftarkan. Contohnya : diazepam, fenobarbital, lorazepam dan
klordiazepoksid.
B. Anti Inflamasi
Pengobatan anti inflamasi mempunyai dua tujuan utama yaitu,
meringankan rasa nyeri yang seringkali merupakan gejala awal yang terlihat
dan keluhan utama yang terus menerus dari pasien dan kedua memperlambat
atau membatasi perusakan jaringan (Katzung, 2002). Berdasarkan mekanisme
kerjanya, obata-obat anti inflamasi terbagi ke dalam golongan steroid dan
golongan non-steroid (Anonim, 1993) :
i. Obat Anti-inflamasi Nonsteroid
Obat antiinflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal
dengan sebutan NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) adalah
suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri),
antipiretik (penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang). Contoh :
Aspirin
ii. Obat antiinflamasi Steroid
Adapun mekanisme kerja obat dari golongan steroid adalah
menghambat enzim fospolifase sehingga menghambat pembentukan
prostaglandin maupun leukotrien. Contoh : hidrokortison, deksametason,
metil prednisolon, kortison asetat, betametason, triamsinolon, prednison,
fluosinolon asetonid, prednisolon, triamsinolon asetonid dan fluokortolon.
C. Anti Hipertensi
Anti hipertensi digunakan untuk menurunkan mortalitas dan
morbiditas cardiovascular.
Obat anti hipertensi di bagi menjadi 5 kelompok, yaitu :
i. Obat Diuretik
Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida
sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Contohnya :
Hidroklorotiazid
ii. Obat Penghambat Adrenergik
Penghambat adrenergik atau adrenolitik ialah golongan obat yang
menghambat perangsangan adrenergik. Berdasarkan cara kerjanya obat ini
dibedakan menjadi :
Penghambat adrenoseptor (adrenoseptor bloker) yaitu obat yang
menduduki adrenoseptor baik alfa (a) maupun beta (b) sehingga
menghalanginya untuk berinteraksi dengan obat adrenergik.
Penghambat saraf adrenergik yaitu obat yang mengurangi respons sel
efektor terhadap perangsangan saraf adrenergik. Obat ini bekerja dengan
cara menghambat sintesis, penyimpanan, dan pelepasan
neurotransmitter. Obat yang termasuk penghambat saraf adrenergik
adalah guanetidinbetanidin, guanadrel, bretilium, dan reserpin. Semua
obat golongan ini umumnya dipakai sebagai antihipertensi.
Penghambat adrenergik sentral atau adrenolitik sentral yaitu obat
yang menghambat perangsangan adrenergik di SSP.
iii. Vasolidator
Vasolidator berfungsi untuk mengendurkan otot polos arteri,
menyebabkan mereka untuk membesar dan dengan demikian mengurangi
resistensi terhadap aliran darah. Contoh : hydralazine dan minoxidil
iv. Penghambat Angiotensin-Converting Enzime (ACE-inhibitor) dan
Antagonis
Reseptor Angiotensin II (Angitensin Receptor Blocker, ARB)
i. Angiotensin converting enzyme (ACE) berfungsi untuk memblokir
aksi hormon angiotensin II, yang mempersempit pembuluh darah.
Contoh : captopril, enalapril, perindopril, ramipril, quinapril dan
lisinopril
ii. Angiotensin receptor blocker berperilaku dengan cara yang sama
seperti ACE inhibitor. Contoh : candesartan, irbesartan, telmisartan,
eprosartan.
iii. Antagonis Kalsium
Antagonis Kalsium berfungsi untuk menghambat influx kalsium
pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard. Contoh : nifedipin.
D. Anti Konvulsan
Anti Konvulsan berfungsi untuk mencegah dan mengobati bangkitan
epilepsi (epileptic seizure) dan bangkitan non-epilepsi. Adapun contoh obat
yang termasuk dalam golongan ini antara lain : bromide, fenobarbital,
fenitoin, karbamazepim.
E. Anti Koagulasi
Anti koagulasi digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan
jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor
pembekuan darah. Antikoagulasi dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
i. Heparin
Heparin merupakan satu-satunya antikoagulan yang diberikan secara
parenteral dan merupakan obat terpilih bila diperlukan efek yang cepat
misalnya untuk emboli paru-paru dan trombosis vena dalam. Contoh :
Protamin Sulfat
ii. Antikoagulasi oral
terdiri dari derivat 4-hidroksikumarin misalnya : dikumoral, warfarin
dan derivate indan-1,3-dion misalnya : anisindion.
iii. Antikoagulasi yang bekerja dengan mengikat ion kalsium
Contoh : Natrium sitrat, Asam oksalat dan senyawa oksalat, dan natrium
edetat.
F. Anti Histamin
Pada manusia histamin merupakan mediator yang penting pada reaksi
alergi tipe segera dan reaksi inflamasi. Berdasarkan mekanisme kerja Anti
histamin digolongkan mejadi 3 kelompok yaitu :
i. Antagonis H1
Antagonis H1 sering pula disebut anti histamin klasik atau anti
histamin H1, adalah senyawa yang dalam kadar rendah dapat menghambat
secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung reseptor H1.
Penggunaan mengurangi gejala alergi karena musim atau cuaca. Antagonis
H1 terdiri dari : Difenhidramin HCl (benadryl),
Dimenhidrinat (Dramamim,Antimo), Karbinoksamin HCl (Clistin),
Klorfenoksamin HCl (systral), Klemestin Fumarat (Tavegyl),
Piperinhidrinat (Kolton).
ii. Antagonis H2
Antagonis H2 adalah senyawa yang menghambat secara bersaing
interaksi histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat sekresi
asam lambung. Antagonis H2 terdiri dari
:Semitidin (Cimet,Corsamet,Nulcer,Tagamet,Ulcadine),
Ranitidin,HCl (Ranin,Ranatin,Ranatac,Zantac,Zantadin),Famotidin (Facid,F
amocid,Gaster Ragastin,Restidin).
G. Psikotropika
Psikotropika adalah obat yang mempengaruhi fungsi perilaku, emosi,
dan pikiran yang biasa digunakan dalam bidang psikiatri atau ilmu
kedokteran jiwa. Berdasarkan penggunaan klinik, psikotropik dapat di
bedakan menjadi 4 golongan:
i. Antipsikosis (major tranquilizer)
Antipsikosis bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun kronik,
suatu gangguan jiwa yang berat.Contoh : Risperidon, Olanzapin, Zolepin
ii. Antiansietas (minor tranquilizer)
Antiansietas berguna untuk pengobatan simtomatik penyakit
psikoneurosis, dan berguna untuk terapi tambahan penyakit somatis.
Contoh : klordiazepoksid, diazepam, oksazepam
iii. Anti depresi
Anti depresi digunakan untuk mengobati gangguan yang heterogen.
Contoh: desipramin, nortriptilin
Jamu adalah bahan atau ramuan bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahan- bahan tersebut
yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman (data empiris). Umumnya, obat tradisional ini dibuat dengan
mengacu pada resep peninggalan leluhur.
Klaim penggunaan jamu sesuai dengan jenis pembuktian tradisional
dan tingkat pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian umum dan medium. Jenis
klaim penggunaan harus diawali dengan kata- kata “secara tradisional
digunakan untuk .......” atau sesuai dengan yang disetujui pada pendaftaran
sediaan di BPOM.
Contoh Jamu : Produksi Sido Muncul, Nyonya Meneer, dan Air Mancur.
2. Obat Herbal Terstandar
OHT adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan
dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di
standarisasi. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang
lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang
mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan
ekstrak. Contoh OHT : Diabmeneer, Diapet, Fitogaster, Fitolac, Glucogarp, Hi
Stimuno, Irex Max, Kiranti Pegel Linu, Kiranti Sehat Datang Bulan, Kuat
Segar, Lelap, Prisidii, Reumakeur, Sehat Tubuh, Sanggolangit, Stop Diar Plus,
Virugon. Kriteria obat herbal terstandar :
- Aman
- Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah atau praklinik
- Bahan baku yang digunakan telah terstandar
- Memenuhi persyaratan mutu
3. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)