Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Limbah cair ini merupakan merupakan limbah organic dan banyak mengandung
nutrisi bagi tanaman . Dari kondisi ini maka peneliti beranggapan bahwa limbah cair
ini dapat digunakan sebagai pupuk cair yang dapat digunkan sebagai pengganti
pupuk kimia. Sehingga dapat menghemat pengeluaran untuk biaya
pemupukan.Pengolahan limbah berdasarkan atas dasar sifatnya, yaitu yang besifat
pencegahan (preventif) dan yang bersifat penanggulangan (kuratif). Salah satu usaha
menangani limbah adalah memanfaatkan limbah pada irigasi pertanian, karena
limbah organic mengandung unsur-unsur hara/nutrisi yang dibutuhkan oleh
tanaman.
Limbahcair atau air limbah adalah air yang tidak terpakai lagi, yang merupakan
hasil dari berbagai kegiatan manusia sehari-hari. Dengan semakin bertambah dan
meningkatnya jumlah penduduk dengan segala kegiatanya, maka jumlah air limbah
juga mengalami peningkatan. Pada umumnya limbah cair dibuang ke dalam tanah,
sungai danau dan laut. Jika jumlah air limbah yang dibuang melebihi kemampuan
alam untuk menerima atau menampungnya, maka akan terjadi kerusakan
lingkungan.

Tingginya kadar COD dalam air limbah memiliki dampak yang serius bagi
kesehatan manusia dan juga kepada lingkungan.Secara umum, konsentrasi COD
yang tinggi dalam air menunjukkan adanya bahan pencemar organik dalam jumlah
yang banyak. Sejalan dengan hal ini jumlah mikroorganisme, baik yang merupakan
patogen maupun tidak pathogen juga banyak. Adapun mikroorganisme patogen
dapat menimbulkan berbagai macam penyakit bagi manusia. Karena itu, dapat
dikatakan bahwa konsentrasi COD yang tinggi di dalam air dapat menyebabkan
berbagai penyakit bagi manusia.

1
pH adalah derajat keasaman suatu zat. pH normal adalah 6 – 8. Tujuan metode
pengujian ini untuk memperoleh derajat keasaman (pH) dalam air dan air limbah
dengan menggunakan alat pH meter. Air sungai dalam kondisi alami yang belum
tercemar memiliki rentangan pH 6,5 – 8,5. Karena pencemaran, pH air dapat
menjadi lebih rendah dari 6,5 atau lebih tinggi dari 8,5. Bahan – bahan organik
biasanya menyebabkan kondisi air menjadi lebih aam. Kapur menyebabkan kondisi
air menjadi lebih asam. Kapur menyebabkan kondisi air menjadi lebih alakli (basa).
Jadi, perubahan pH air tergantung kepada bahan pencemarnya.

Nilai pH limbah adalah ukuran keasaman atau kebasaan limbah. Air yang tidak
tercemar memiliki nilai pH antara 6,5 – 7,5. Sifat air tergantung pada besar kecilnya
pH. Air yang memiliki pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam, sedangkan
air yang memiliki pH lebih besar dari pH normal akan bersifat basa. Air yang
memiliki pH lebih kecil atau lebih besar dari kisaran pH normal tidak baik untuk
kehidupan mikroorganisme

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui cara pemeriksaan sampel limbah cair parameter COD dan
pH.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui alat pemeriksaan COD dan pH
b. Untuk mengetahui bahan Pemeriksaan COD dan Ph
c. Untuk mengetahui cara kerja pemeriksaan COD dan Ph
d. Untuk membandingkan dengan baku mutu
C. Manfaat
Dapat mengetahui pemeriksaan sampel limbah cair parameter kimia COD dan
Ph.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. COD (Chemical Oxygen Demand)


COD atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar
limbah organik yang ada di dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Limbah
organik akan teroksidasi oleh kalium bichromat (K2Cr2O7) sebagai sumber oksigen
menjadi gas CO2dan H2Oserta sejumlah ion Chrom. Nilai COD merupakan ukuran
bagi tingkat pencemaran oleh bahan organik. Kadar COD dalam limbah berkurang
seiring dengan berkurangnya konsentrasi bahan organik yang terdapat dalam air
limbah, konsentrasi bahan organik yang rendah tidak selalu dapat direduksi dengan
metode pengolahan yang konversional.
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organis yang
secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut dalam air.
Analisa COD berbeda dengan analisa BOD namun perbandingan antara
angka COD dengan angka BOD dapat ditetapkan.
Jenis Air BOD/COD

Air buangan domestic (penduduk) 0,40-0,60

Air buangan domestic setelah pengendapan primer 0,60

Air buangan domestic setelah pengolahan secara 0,20


biologis

Air sungai
0,10

Tabel. Perbandingan Rata-rata Angka BOD/COD Beberapa Jenis Air

Sebagian besar zat organis melalui tes COD ini dioksidasi oleh larutan
K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang mendidih :

CaHbOc + Cr2O72- + H+  CO2 + H2O + Cr23+

3
Selama reaksi yang berlangsung + 2 jam, uap direfluk dengan alat kondensor, agar
zat organis volateli tidak lenyap keluar.

Perak sulfat Ag2SO4ditambahkan sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi.


Sedang merkuri sulfat ditambahkan untuk menghilangkan gangguan klorida yang
pada umumnya ada di dalam buangan.

Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organis habis teroksidasi maka zat
pengoksidasi K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah direfluk. K2Cr2O7 yang tersisa di
dalam larutan tersebut digunakan untuk menetukan berapa oksigen yang telah
terpakai. Sisa K2Cr2O7 tersebut ditentukan melalui titrasi dengan ferro ammonium
sulfat (FAS), dimana reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut :

6Fe2+ + Cr2O72- + 14H+  6Fe3+ + 2Cr3+ + 7H2O

Indikator ferroin digunakan untuk menentukan titikakhir titrasi yaitu disaat warna
hijau biru larutan berubah menjadi coklat merah. Sisa K2Cr2O7 dalam larutan blanko
adalah K2Cr2O7 awal, karena diharapkan blanko tidak mengandung zat organis yang
dapat dioksidasi oleh K2Cr2O7.

1. Metode Analisa COD

KOK= Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand = COD) adalah


jumlah oksidan Cr2O7(2-) yang bereaksi dengan contoh uji dan dinyatakan sebagai mg
O2untuk tiap 1000 ml contoh uji. Senyawa organik dan anorganik, terutama organik
dalam contoh uji dioksidasi oleh Cr2O7(2-) dalam refluks tertutup menghasilkan
Cr(3+). Jumlah oksidan yang dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen oksigen (O2 mg
/L) diukur secara spektrofotometri sinar tampak. Cr2O7(2-) kuat mengabsorpsi pada
panjang gelombang 400 nm dan Cr(3+) kuat mengabsorpsi pada panjang gelombang
600 nm. Untuk nilai KOK 100 mg/L sampai dengan 900 mg/L ditentukan kenaikan
Cr(3+) pada panjang gelombang 600 nm. Pada contoh uji dengan nilai KOK yang lebih
tinggi, dilakukan pengenceran terlebih dahulu sebelum pengujian. Untuk nilai KOK

4
lebih kecil atau sama dengan 90 mg/L ditentukan pengurangan konsentrasi Cr2O7(2-
)
pada panjang gelombang 420 nm.

2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Analisis COD


Adapun kelebihan dari metode analisi COD adalah sebagai berikut :
a. Memakan waktu ±3 jam, sedangkan BOD5 memakan waktu 5 hari.
b. Untuk menganalisa COD antara 50 – 800 mg/l, tidak dibutuhkan
pengenceran sampel, sedangkan BOD5 selalu membutuhkan pengenceran.
c. Ketelitan dan ketepatan (reprodicibilty) tes COD adalah 2 sampai 3 kali
lebih tinggi dari tes BOD5.
d. Gangguan zat yang bersifat racun tidak menjadi masalah.
Sedangkan kekurangan dari tes COD adalah tidak dapat membedakan antara zat
yang sebenarnya yang tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat yang teroksidasi secara
biologis. Hal ini disebabkan karena tes COD merupakan suatu analisa yang
menggunakan suatu oksidasi kimia yang menirukan oksidasi biologis, sehingga suatu
pendekatan saja. Untuk tingkat ketelitian pinyimpangan baku antara laboratorium
adalah 13 mg/l. Sedangkan penyimpangan maksimum dari hasil analisa dalam suatu
laboratorium sebesar 5% masih diperkenankan.Senyawa kompleks anorganik yang
ada di perairan yang dapat teroksidasi juga ikut dalam reaksi (De Santo, 1978),
sehingga dalam kasus-kasus tertentu nilai COD mungkin sedikit ‘over estimate’
untuk gambaran kandungan bahan organik.

Tingginya kadar COD dalam air limbah memiliki dampak yang serius bagi
kesehatan manusia dan juga kepada lingkungan.

1. Terhadap kesehatan manusia


Secara umum, konsentrasi COD yang tinggi dalam air menunjukkan adanya
bahan pencemar organik dalam jumlah yang banyak. Sejalan dengan hal ini jumlah
mikroorganisme, baik yang merupakan patogen maupun tidak pathogen juga banyak.
Adapun mikroorganisme patogen dapat menimbulkan berbagai macam penyakit bagi
manusia. Karena itu, dapat dikatakan bahwa konsentrasi COD yang tinggi di dalam
air dapat menyebabkan berbagai penyakit bagi manusia.

5
2. Terhadap Lingkungan
a. Konsentrasi COD yang tinggi menyebabkan kandungan oksigen terlarut
di dalam air menjadi rendah, bahkan habis sama sekali. Akibatnya
oksigen sebagai sumber kehidupan bagi makhluk air (hewan dan tumbuh-
tumbuhan) tidak dapat terpenuhi sehingga makhluk air tersebut manjadi
mati. (Monahan,1993).
b. Apabila kadar oksigen terlarut berkurang mengakibatkan hewan-hewan
yang menempati perairan tersebut akan mati. Dan jika kadar BOD dan
COD meningkat menyebabkan perairan menjadi tercemar (Hilda Zulkifli,
2009). Kandungan bahan organic tinggi yang ditumbuhi bakteri
menimbulkan bau yang menyengat akibat dari bakteri pathogen dan hasil
metabolisnya
Penanggulangan Kelebihan/Kekurangan Kadar COD
1. Penanggulangan kelebihan Kadar COD
Pada Trickling filter terjadi penguraian bahan organik yang terkandung dalam
limbah. Penguraian ini dilakukan oleh mikroorganisme yang melekat pada filter
media dalam bentuk lapisan biofilm. Pada lapisan ini bahan organik diuraikan oleh
mikroorganisme aerob, sehingga nilai COD menjadi turun. Pada proses pembentukan
lapisan biofilm, agar diperoleh hasil pengolahan yang optimum maka dalam hal
pendistribusian larutan air kolam retensi Tawang pada permukaan media genting
harus merata membasahi seluruh permukaan media. Hal ini penting untuk
diperhatikan agar lapisan biofilm dapat tumbuh melekat pada seluruh permukaan
genting.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa semakin
lama waktu tinggal, maka nilai COD akhir semakin turun (prosentase penurunan
COD semakin besar). Hal ini disebabkan semakin lama waktu tinggal akan memberi
banyak kesempatan pada mikroorganisme untuk memecah bahan-bahan organik yang
terkandung di dalam limbah. Di sisi lain dapat diamati pula bahwa semakin kecil nilai
COD awal (sebelum treatment dilakukan) akan menimbulkan kecenderungan

6
penurunan nilai COD akhir sehingga persentase penurunan COD nya meningkat.
Karena dengan COD awal yang kecil ini, kandungan bahan organik dalam limbah
pun sedikit, sehingga bila dilewatkan trickling filter akan lebih banyak yang terurai
akibatnya COD akhir turun. Begitu pula bila diamati dari sisi jumlah tray (tempat
filter media). Semakin banyak tray, upaya untuk menurunkan kadar COD akan
semakin baik. Karena dengan penambahan jumlah tray akan memperbanyak jumlah
ruang / tempat bagi mikroorganisme penurai untuk tumbuh melekat. Sehingga proses
penguraian oleh mikroorganisme akan meningkat dan proses penurunan kadar COD
semakin bertambah. Jadi prosen penurunan COD optimum diperoleh pada tray ke 3.

Pada penelitian ini, efisiensi Trickling Filter dalam penurunan COD tidak dapat
menurunkan sampai 60% dikerenakan :

a. Aliran air yang kurang merata pada seluruh permukaan genting karena nozzle
yang digunakan meyumbat aliran air limbah karena tersumbat air kolam retensi
Tawang.
b. Supplay oksigen dan sinar matahari kurang karena trickling filter diletakkan
didalam ruangan sehingga pertumbuhan mikroba kurang maksimal.
Dalam penumbuahan mikroba distibusi air limbah dibuat berupa tetesan agar air
limbah tersebut dapat memuat oksigen lebih banyak jika dibanding dengan aliran
yang terlalu deras karena oksigen sangat diperlukan mikroba untuk tumbuh
berkembang.
2. Penanggulangan Kekurangan Kadar COD
Senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen dengan elemen
aditif nitrogen, sulfur, fosfat, dll cenderung untuk menyerap oksigen-oksigen yang
tersedia dalam limbah air dikonsumsi oleh mikroorganisme untuk mendegredasi
senyawa organik akhirnya oksigen. Konsentrasi dalam air limbah menurun, ditandai
dengan peningkatan COD, BOD, TSS dan air limbah juga menjadi berlumpur dan
bau busuk. Semakin tinggi konsentrasi COD menunjukkan bahwa kandungan
senyawa organik tinggi tidak dapt terdegredasi secara biologis. EM4pengobatan 10
hari dalam tangku aerasi harus dilanjutkan karena peningkatan konsentrasi COD.

7
pH adalah derajat keasaman suatu zat. pH normal adalah 6 – 8. Tujuan metode
pengujian ini untuk memperoleh derajat keasaman (pH) dalam air dan air limbah
dengan menggunakan alat pH meter. Air sungai dalam kondisi alami yang belum
tercemar memiliki rentangan pH 6,5 – 8,5. Karena pencemaran, pH air dapat
menjadi lebih rendah dari 6,5 atau lebih tinggi dari 8,5. Bahan – bahan organik
biasanya menyebabkan kondisi air menjadi lebih aam. Kapur menyebabkan kondisi
air menjadi lebih asam. Kapur menyebabkan kondisi air menjadi lebih alakli (basa).
Jadi, perubahan pH air tergantung kepada bahan pencemarnya.

Nilai pH limbah adalah ukuran keasaman atau kebasaan limbah. Air yang tidak
tercemar memiliki nilai pH antara 6,5 – 7,5. Sifat air tergantung pada besar kecilnya
pH. Air yang memiliki pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam, sedangkan
air yang memiliki pH lebih besar dari pH normal akan bersifat basa. Air yang
memiliki pH lebih kecil atau lebih besar dari kisaran pH normal tidak baik untuk
kehidupan mikroorganisme

8
BAB III
PEMBAHASAN
A. Waktu dan Tempat
Hari, tanggal : Kamis, 28 Februari 2019
Tempat : Laboratorium Fisika Lingkungan
Materi : Pemeriksaan Sampel Limbah Cair Parameter Kimia COD
dan pH
Waktu : 09.00 – 13.00 WIB
B. Pemeriksaan COD
1. Alat dan Bahan
Alat :
No Alat Jumlah
1. Erlenmeyer 250 ml 1
2. Neraca Analitik 1
3. Gelas ukur 100 Ml 1
4. Pipet ukur 10 ml 2
5. Buret 25 ml 1
6. Klem dan Standar 1
7. Gelas kimia 100 ml 1
8. Karet hisap 2
9. Spatula 1
10. Kompor listrik 1
11. Kondensor 1
12. Pipet tetes 1
Bahan

No Nama Bahan Jumlah

1 Aquades Secukupnya

2 Sampel air limbah 20 mL

9
3 HgSO4 0,4 gr

4 K2Cr2O7 0,25 N 10 ml

5 Perak sulfat-Asam sulfat 30 ml

6 Indikator feroin 10 tetes

7 FAS 0,01 N Secukupnya

8 Batu didih 3 buah

2. Langkah Kerja
a. Timbang 0,4 gram HgSO4 dan masukkan ke dalam erlenmeyer.
b. Tambahkan 20 mL sampel air limbah dan masukkan kedalam erlenmeyer.
c. Pipet 10 mL K2Cr2O7 0,25 N dan masukkan kedalam erlenmeyer.
d. Masukkan 3-5 butir batu didih kedalam Erlenmeyer.
e. Kemudian siapkan pada gelas ukur 30 ml larutan perak sulfat-asam sulfat.
f. Lalu pindahkan sebanyak 5 ml larutan perak sulfat-asam sulfat kedalam
erlenmeyer
g. Alirkan air pendingin pada kondensor
h. Pasangkan alat reflux di atas kompor listrik dan panaskan selama ± 2 jam atau
sampai larutan berwarna kehijauan.
i. Setelah 5 menit dipanaskan masukkan sisa larutan perak sulfat-asam sulfat
secara perlahan kedalam kondensor.
j. Setelah larutan bewarna hijau matikan kompor listrik,lalu bilas kondensor dari
atas dengan aquades
k. Lepaskan erlenmeyer, lalu tambahkan 100 ml aquadest
l. Pipet 10 tetes indikator feroin.
m. Titrasi dengan larutan FAS sampai warna merah bata
n. Untuk pembuatan larutan blanko masukkan 20 ml aquades
3. Perhitungan
(𝑎 − 𝑏) × 𝑁 × 8000
COD (mg𝑂2 /L) =
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

10
Keterangan :
a= Volume FAS yang digunakan untuk titrasi blanko (mL)
b= Volume FAS yang digunakan untuk titrasi sampel (mL)
N= Normalit Larutan FAS (0,01 N)
S= Sampel ( 20 ml)
C. Pemeriksaan pH
1. Alat
No Nama Fungsi

1 pH universal Untuk mengukur PH

2. Bahan
No Nama Jumlah

1 Limbah Cair Secukupnya

3. Langkah Kerja
a. Ambil sampel limbah cair
b. Celupkan pH universal kedalam sampel limbah cair
c. Lalu angkat, cocokkan kertas ph dengan kontrol ph

11
BAB IV
HASIL
A. Pemeriksaan COD
Pemakain FAS untuk blanko yaitu: 31,2 ml
Pemakain FAS untuk sampel yaitu: 18,1 ml
Jadi, jumlah pemakaian FAS Pada COD yaitu 13,1

𝑚𝑔𝑂2 (𝑎 − 𝑏) × 𝑁 FAS × 8000


𝐶𝑂𝐷 ( )=
𝐿 𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

(31,2 𝑚𝐿 − 18,1𝑚𝐿) × 0,01 𝑁 × 8000


=
10 𝑚𝐿

13,1 𝑚𝐿 × 0,01 𝑁 × 8000


=
20 𝑚𝐿

1048
=
20

= 52,4 mgO2/l

B. Pemeriksaan PH dan Suhu


a. pH = 6
b. Suhu = 30℃

Jadi berdasarkan PP NO 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan


pengendalian pencemaran air didapatkan hasil
1. COD
Dalam PP NO 82 Tahun 2001 tentang baku mutu air limbah kadar COD golongan
III adalah 50 mgO2/l,sedangkan hasil COD air limbah yang kami periksa 52,4 mgO2/.
Jadi dapat disimpulkan sampel yang kita periksa kualitas airnya tidak memenuhi
baku mutu untuk limbah cair parameter COD dan harus dilakukan proses pengolahan
terlebih dahulu agar tidak berdampak negatif pada lingkungan.
Tingginya kadar COD dalam air limbah memiliki dampak yang serius bagi
kesehatan manusia dan juga kepada lingkungan. Kadar COD yang tinggi dalam air
menunjukan adanya bahan pencemar organik dalam jumlah yang banyak dan

12
menyebabkan kadar DO dalam air menjadi rendah. Hal ini dapat menyebabkan bau
yang menyengat akibat bakteri patogen dan hasil metabolisme bahan organik.
Oleh karena itu untuk menurunkan nilai COD dalam limbah cair, perlu dilakukan
penambahan jumlah tray (tempat filter media) yang bertujuan untuk memperbanyak
jumlah ruang atau tempat bagi mikroorganisme pengurai untuk tumbuh melekat.
Sehingga proses penguraian mikroorganisme akan meningkat dan proses penurunan
kadar COD semakin bertambah. Semakin banyak jumlah tray upaya untuk
menurunkan kadar COD semakin baik. Sehingga limbah tersebut dapat dibuang
dengan aman ke lingkungan dan tidak menimbulkan dampak negatif baik bagi
manusia maupun lingkungan.
2. Ph
Dalam PP NO 82 Tahun 2001 tentang baku mutu air limbah kadar pHgolongan III
adalah 6-9 ,sedangkan hasil pH air limbah yang kami periksa adalah 6. Jadi dapat
disimpulkan sampel yang kita analisa kualitas airnya memenuhi buku mutu limbah
cair parameter Ph.

13
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan COD dan pH yaitu
Alat :
No Alat Jumlah
1. Erlenmeyer 250 ml 1
2. Neraca Analitik 1
3. Gelas ukur 100 mL 1
4. Pipet ukur 10 ml 2
5. Buret 25 ml 1
6. Klem dan Standar 1
7. Gelas kimia 100 ml 1
8. Karet hisap 2
9. Spatula 1
10. Kompor listrik 1
11. Kondensor 1
12. Pipet tetes 1
Bahan

No Nama Bahan Jumlah

1. Aquades Secukupnya

2. Sampel air limbah 20 L

3. HgSO4 0,4 gr

4. K2Cr2O7 0,25 N 10 l

5. Perak sulfat-Asam sulfat 30 ml

6. Indikator feroin 10 tetes

7. FAS 0,01 N Secukupnya

14
8. Batu didih 2 buah
2. alat dan bahan digunakan untuk pemeriksaan pH yaitu kertas universal dan
sampel limbah.
3. Langkah Kerja
a. Timbang 0,4 gram HgSO4 dan masukkan ke dalam erlenmeyer.
b. Tambahkan 20 mL sampel air limbah dan masukkan kedalam erlenmeyer.
c. Pipet 10 mL K2Cr2O7 0,25 N dan masukkan kedalam erlenmeyer.
d. Masukkan 3-5 butir batu didih kedalam Erlenmeyer.
e. Kemudian siapkan pada gelas ukur 30 ml larutan perak sulfat-asam sulfat.
f. Lalu pindahkan sebanyak 5 ml larutan perak sulfat-asam sulfat kedalam
Erlenmeyer
g. Alirkan air pendingin pada kondensor
h. Pasangkan alat reflux di atas kompor listrik dan panaskan selama ± 2 jam atau
sampai larutan berwarna kehijauan.
i. Setelah 2 menit dipanaskan masukkan sisa larutan perak sulfat-asam sulfat
secara perlahan kedalam kondensor.
j. Setelah larutan bewarna hijau matikan kompor listrik,lalu bilas kondensor dari
atas dengan aquades
k. Lepaskan erlenmeyer, lalu tambahkan 100 ml aquadest
l. Pipet 10 tetes indikator feroin.
m. Titrasi dengan larutan FAS sampai warna merah bata
n. Untuk pembuatan larutan blanko masukkan 20 ml aquades
4. Jadi berdasarkan PP NO 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air didapatkan hasil
a. COD
Dalam PP NO 82 Tahun 2001 tentang baku mutu air limbah kadar COD
golongan III adalah 50 mgO2/l,sedangkan hasil COD air limbah yang kami
periksa 52,4 mgO2/.
Jadi dapat disimpulkan sampel yang kita periksa kualitas airnya tidak
memenuhi baku mutu untuk limbah cair parameter COD dan harus

15
dilakukan proses pengolahan terlebih dahulu agar tidak berdampak negatif
pada lingkungan.
Tingginya kadar COD dalam air limbah memiliki dampak yang serius bagi
kesehatan manusia dan juga kepada lingkungan. Kadar COD yang tinggi
dalam air menunjukan adanya bahan pencemar organik dalam jumlah yang
banyak dan menyebabkan kadar DO dalam air menjadi rendah. Hal ini
dapat menyebabkan bau yang menyengat akibat bakteri patogen dan hasil
metabolisme bahan organik.
Oleh karena itu untuk menurunkan nilai COD dalam limbah cair, perlu
dilakukan penambahan jumlah tray (tempat filter media) yang bertujuan
untuk memperbanyak jumlah ruang atau tempat bagi mikroorganisme
pengurai untuk tumbuh melekat. Sehingga proses penguraian
mikroorganisme akan meningkat dan proses penurunan kadar COD semakin
bertambah. Semakin banyak jumlah tray upaya untuk menurunkan kadar
COD semakin baik. Sehingga limbah tersebut dapat dibuang dengan aman
ke lingkungan dan tidak menimbulkan dampak negatif baik bagi manusia
maupun lingkungan.
b. pH
Dalam PP NO 82 Tahun 2001 tentang baku mutu air limbah kadar pHgolongan
III adalah 6-9 ,sedangkan hasil pH air limbah yang kami periksa adalah 6. Jadi dapat
disimpulkan sampel yang kita analisa kualitas airnya memenuhi buku mutu limbah
cair parameter Ph.

B. Saran
Diharapkan kepada mahasiswa sebelum melaksanakan praktek terlebih dahulu
mengerti prosedur kerja dan teliti dalam melakukan pemeriksaan agar tidak terjadi
kesalahan pada hasil pengamatan sehingga bisa melakukan pemeriksaan COD dan
pengukuran pH pada limbah cair.

16
DAFTAR PUSTAKA
Basset. J, dkk. 1994.Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik .Jakarta:

http://wahyunisudaiyahoocoid.blogspot.co.id/2013/02/konsep-ph-pada-pencemaran-
air.html

http://www.airlimbah.com/2013/11/pengukuran-ph-di-dalam-pengolahan-air-limbah-
part-1/

17
DOKUMENTASI

Pemeriksaan COD

18
Pemeriksaan pH

19

Anda mungkin juga menyukai