Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM UJI RESISTENSI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi


Dosen Pengampu Dr. Endah Rita Sulistya Dewi, S.Si., M.Si

Disusun oleh:
Nama : Ghurrotul Bariroh
NPM : 17320050
Kelas : 6B

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MIPA DAN TI
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2019
1.1 Judul
Uji Resistensi

1.2 Hari/ tanggal


Kamis/ 26 Maret 2020

1.3 Tujuan
Menentukan resistensi tidaknya suatu bakteri terhadap jenis antibiotika atau
antiseptic

1.4 Dasar Teori


Mikroorganisme dapat ditemukan hampir di setiap lingkungan, termasuk
lingkungan-lingkungan dimana tidak ada kehidupan lain yang dapat bertahan hidup.
Mikroorganisme mampu bertahan hidup di berbagai kondisi lingkungan yang
berbeda-beda. Mereka juga mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan
lingkungan yang sangat ekstrim. Jenis-jenis mikroorganisme yang ditemukan di
suatu lingkungan mempunyai pertumbuhan yang berbeda-beda pula. Pertumbuhan
mikroorganisme sangat dipengaruhi oleh faktor fisik dan kimiawi. Selayaknya
mahluk hidup, mikroorganisme juga membutuhkan zat-zat tertentu untuk tumbuh
dan juga memberikan respon terhadap zat-zat yang merusak mereka. Bahan- bahan
kimia baik organik maupun anorganik bersifat racun bagi mikroorganisme. Bahan-
bahan ini dapat menghambat atau mematikan mikroba yang bersifat patogen dan
merugikan manusia. Senyawa yang dapat menghambat mikroba disebut senyawa
antiseptik, sedangkan senyawa yang bisa mematikan mikroba disebut senayawa
desinfektan (Alfitra, 2013)
Antiseptik adalah bahan kimia yang diberikan pada kulit atau jaringan hidup
lain untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme (baik sementara maupun
menetap) sehingga mengurangi jumlah mikroorganisme. Contohnya: alcohol, larutan
povidon iodine, iodophors. Beberapa karakteristik antiseptik yang ideal adalah
membunuh mikroorganisme dalam rentang yang luas, tetap efektif terhadap berbagai
macam pengenceran, non toksik terhadap jaringan tubuh manusia, tidak mudah
menimbulkan reaksi sensivitas baik local maupun sistemik, berreaksi secara cepat,
bekarja secara efisien meski terhadap bahan-bahan organic.
Salah satu senyawa antiseptik yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba
bakteri adalah antibiotic. Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh
mikroorganisme atau sintetis yang dalam jumlah kecil mampu menekan menghambat
atau membunuh mikroorganisme lainnya (Dewi, Wahyunani, 2019). Tiap-tiap
antibiotik memiliki efektivitas yang berbeda-beda terhadap mikroorganisme
(bakteri). Beberapa antibiotik dapat bekerja dengan baik pada bakteri gram negatif
dan beberapa antibiotik lainnya ada yang lebih efektif pada bakteri gram positif
(Chaidir, 1994).
Resistensi antibiotika ialah kemampuan dari bakteri atau mikroorganisme lain
untuk menahan efek antibiotika. Resistensi antibiotika terjadi ketika bakteri dapat
merubah diri sedemikian rupa hingga dapat mengurangi efektifitas dari suatu obat,
bahan kimia ataupun zat lain yang sebelumnya dimaksudkan untuk menyembuhkan
atau mencegah penyakit infeksi sehingga mengakibatkan bakeri tersebut tetap dapat
bertahan hidup (Stainier, et al., 1986).
Cara pengujian resistensi mikroba terhadap suatu jenis antibiotik dapat
dilakukan dengan uji resistensi. Teknik ini menggunakan zat kimia untuk
mengurangi dan membunuh mikroorganisme, terutama mikroba yang
patogen. Metode yang biasa digunakan yaitu metode dilusi dan difusi. Metode dilusi
pada prinsipnya antibotik yang digunakan diencerkan hingga diperoleh beberapa
konsentrasi.
a. Dilusi cair
Masing-masing konsentrasi antibiotic ditambhakan suspense bakteri dalam
media
b. Dilusi padat
Masing-masing konsentrasi antibiotic ditambhkan media agar kemudian
ditanami bakteri
Metode difusi pada umumnya yang digunakan yaitu Metode Kirby-
Bauer yang merupakan cara untuk menentukan sensitifitas antibiotik untuk bakteri.
Sensitifitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat
terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya
(Alfitra, 2013).
Faktor-faktor yang berpengaruh pada metode Kirby-Bauer adalah:
a. Ketebalan media agar
Dapat mempengaruhi penyebaran dan difusi antibiotik yang digunakan.
b. Umur bakteri
Bakteri yang berumur tua (fase stationer) tidak efektif untuk diuji karena
mendekati kematian dan tidak terjadi pertumbuhan lagi sehingga yang dipakai
bekteri berumur sedang (fase eksponential) karena aktivitas metabolitnya tinggi,
pertumbuhan cepat sehingga lebih peka terhadapa daya kerja obat dan hasilnya
lebih akurat.
c. Waktu inkubasi
Waktu yang cukup supaya bakteri dapat berkembang biak dengan optimal dan
cepat. Waktunya minimal 16 jam.
d. pH, temperature
Bakteri memiliki pH dan temperature optimal untuk tumbuh yang berbeda-beda
sehingga sebaiknya dilakukan saat pH dan temperature yang optimal.
e. Konsentrasi antibiotic
Semakin besar konsentrasinya semakin besar diameter hambatannya..
f. Jenis antibiotic
setiap bakteri memiliki respon yang berbeda-beda terhadap antibiotiknya,
tergantung sifat antibiotik tersebut (berspektrum luas/berspektrum sempit).
Secara umum mekanisme kerja antibiotik pada sel bakteri dapat terjadi melalui
bebrapa cara yaitu:
a. Menghambat sintesis dinding sel bakteri
Tempat kerja antibiotik pada dinding sel bakteri adalah lapisan peptidoglikan.
Lapisan ini sangat penting dalam mempertahankan kehidupan bakteri dari
lingkungan yang hipotonik, sehingga kerusakan atau hilangnya lapisan ini akan
menyebabkan hilangnya kekauan dinding sel dan akan mengakibatkan kematian
b. Menghambat fungsi membran plasma
Contoh antimikroba yang bekerja melalui mekanisme ini adalah amfoterisin
B, kolistin, imidazol, polien dan polimiksin. Membran sitoplasma bakteri dan
jamur mempunyai struktur yang berbeda dengan sel-sel hewan dan dapat lebih
mudah dirusak oleh beberapa bahan kimia atau obat.sebagai contoh yaitu
polimiksin. Polimiksin ini menyebabkan disorganisasi permeabilitas membran
sehingga asam nukleat dan kation-kation akan pecah dan sel akan mengalami
kematian.
Gramisidin juga merupakan antibiotik yang aktif pada membran sel yang
bekerja melalui pembentukan pori pada membran sel dan biasanya hanya
digunakan secara topikal. Polien bekerja pada membran sel jamur dengan
mengadakan ikatan pada sterol yang ada pada membran sel jamur yang tidak ada
pada sel bakteri, sebaliknya polimiksin inaktif terhadap jamur
c. Menghambat sintesis asam nukleat
Rifampin menghambat pertumbuhan bakteri melalui pengikatan pada
DNAdependent RNA polymerase. Rantai polipeptida dari enzim polimerase
melekat pada faktor yang menunjukkan spesifisitas di dalam pengenalan letak
promoter dalam proses transkripsi DNA. Rifampin berikatan secara nonkovalen
dan kuat pada subunit RNA polimerase dan mempengaruhi proses inisiasi secara
spesifik sehingga mengakibatkan hambatan pada sintesis RNA bakteri.
Resistensi terhadap rifampin terjadi karena perubahan pada RNA polimerase
akibat mutasi kromosomal. Semua kuinolon dan fluorokuinolon menghambat
sintesis DNA bakteri melalui penghambatan DNA girase.
d. Menghambat sintesis protein melalui penghambatan pada tahap translasi dan
transkripsi meterial genetik
e. Menghambat metabolisme folat
Trimetoprim dan sulfonamid mempengaruhi metabolisme folat melalui
penghambatan kompetitif biosintesis tetrahidrofolat yang bekerja sebagai
pembawa 1 fragmen karbon yang diperlukan untuk sintesis DNA, RNA dan
protein dinding sel
1.5 Alat dan Bahan
• Alat
- Alat tulis
- Kamera
• Bahan
- Antifungi - Antibiotik

Sabun cair - Detergen

- Hand sanitizer - Kapas

- Plastik bening
1.6 Cara Kerja
1. Memberikan perlakuan ke beberapa kapas.
- Memberikan larutan hand sanitizer ke kapas-1
- Memberikan larutan antifungi ke kapas-2
- Memberikan larutan antibiotic ke kapas -3
- Memberikan larutan sabun cair ke kapas- 4
- Memberikan larutan detergen ke kapas-5
- Tidak memberikan perlakuan ke kapas-6
2. Meniriskan masing-masing kapas
3. Mengusapkan masing-masing kapas ke gagang pintu yang berbeda
- Kapas-1 pada gagang pintu kamar mandi sebelah kanan

- Kapas-2 pada gagang pintu belakang sebelah kiri


- Kapas-3 pada gagang pintu belakang sebelah kanan

- Kapas-4 pada gagang pintu depan sebelah kanan

- Kapas-5 pada gagang pintu depan sebelah kiri


- Kapas-6 pada gagang pintu kamar mandi kiri

4. Memasukkan masing-masing kapas ke dalam plastic transparan sesuai


dengan label yang tertera.
5. Mengamati pertumbuhan bakteri/jamur yang muncul selama lima hari pada
amasing-masing kapas.
1.7 Data Hasil
Keterangan Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5
Kapas 1 - - - - Muncul
fungi
Kapas 2 - - - - -

Kapas 3 - - - - -

Kapas 4 - - - - -

Kapas 5 - - - Muuncul Persebaran


fungi fungi
semakin
luas

Keterangan:
Kapas 1 : kapas dengan pemberian hand sanitizer
Kapas 2 : kapas dengan pemberian anti fungi
Kapas 3 : kapas dengan pemberian antibiotic
Kapas 4 : kapas dengan pemberian sabun cair
Kapas 5 : kapas dengan pemberian detergen
Kapas 6 : kapas tanpa pemberian perlakuan
1.8 Pembahasan
Uji resistensi merupakan suatu uji yang dilakukan untuk mengukur ketahanan
atau kepekaan suatu mikroorganisme terhadap suatu antibiotic. Pada praktikum ini
menggunakan media berupa kapas, yang berperan sebgaai tempat tumbuhnya
mikroorganisme. Sedangkan jenis bahan yang digunakan untuk megukur resistensi
tidak hanya menggunakan antibiotic, melainkan juga antiseptic (hand sanitizer dan
sabun cair), antifungi, dan disinfektan (detergen). Uji resistensi disini tidak hanya
untuk menguji resistensi bakteri, melainkan juga bakteri sebagai mikroogansiime
lainnya.
Dalam prosedurnya, perlakuan dilakukan sebanyak 5 sampel, dengan satu
sampe sebagai control, yaitu tidak diberikan perlakuan apa pun. Hal ini untuk
membandingkan apakah tanpa adanya pemberian bahan antibiotic bakteri dapat
tumbuh, kemudian bagaimana dengan pertumbuhannya jika dibandingkan dengan
dengan sampel lain, sehingga dapat ditarik sebagai kesimpulan. Kapas sebagai media
pertumbuhan bakteri dilakukan pada gagang pintu yang berbeda, hal ini dilakukan
karena jika menggunakan satu gagang pintu saja maka kapas terakhir atau berikutnya
akan terkena cairan antibiotic dari kapas sebelumnya, selain itu kemungkinanan
adanya mikroorgansime pada gagang pintu sudah terambil semua oleh kapas
sebelumnya.
Berdasarkan data hasil praktkum dapat diketahui bahwa hanya dua jenis kapas
yang melihatkan adany mikroorganisme yang muncul, yaitu pada sampel kontrol dan
sampel dengan pemeberian hand sanitizer. Pada kapas yang tanpa pemberian
perlakuan bakteri baru muncul pada hari keempat. Kemudian pada hari ke-5
mikroorgansime tersebut terlihat lebih jelas. Hal ini menunjukkan bahwa adanya
antibiotic atau jenis zat penghambat mikroorgansime lainya benar-benar mampu
menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang ada. Hal ini dapat dibuktikan pada
beberapa jenis kapas lainnya yang mana diberikan perlakuan dengan pemberian
antibiotic, antifungi, dan disinfektan. Meskipun demikian terdapat satu jenis kapas
lagi dengan penambahan antiseptic berupa hand sanitizer yang juga memperlihatkan
adanya mikroorganisme yang tumbuh.
Jenis hand sanitizer yang digunakan, kadar alcohol yang digunakan yaitu 60%.
Kandungan alcohol yang efektif membunuh mikroorganisme yaitu lebih dari 60%.
Kadar alcohol yang kurang dari 60% tidak dapat membunuh bakteri maupun virus
secara efektif (Srikartika, 2016). Berdasarkan hal tersebut maka bakteri resisten
terhadap antiseptic yang diberikan, ditambah dengan kadar alcohol yang rendah.
Alcohol merupakan zat yang memiliki aktivitas antimikroba spectrum luas dalam
membunuh bakteri, virus, dan jamur, tetapi tidak bersifat sporisidal. Mekanime kerja
alcohol yaitu dengan mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi dan juga
melarutkan lemak.
Jenis mikroorganisme yang muncul pada kedua jenis kapas yaitu jenis jamur,
hal ini bisa diidentifikasi karena adanya hifa pada bakteri tersebut. Persebaran
jamur/fungi pada kedua jenis kapas tersebut tidak begitu banyak, hanya satu koloni
saja yang tumbuh dan dalam ukuran yang kecil. fungi yang muncul pada media kapas
dengan tambahan hand sanitizer muncul pada hari terakhir pengamatan, yaitu pada
hari ke-5, hal ini menunjukkan bahwa sifat dari antiseptic terssebut yang tidak tahan
lama, atau memunculkan sifat resisten pada bakteri jika hanya satu kali
pemberian/penggunaan, meskipun dalam lingkungan yang tertutup. Sedangkan fungi
yang muncul pada media kapas tanpa tambahan bahan antibuotik apapun
persebarannya lebih luas jika dibandingkan dengan kapas dengan hand sanitizer.
Secara umum jamur dapat mengalami resistensi secara intrinsic terhadap resisteni
primer, yaitu jenis antifungi atau resistensi dapat terjadi sebagai respon terhadap
antifungi selama pengobatan atau disebut sebagai resistensi sekunder (Aspari, 2013).

1.9 Kesimpulan
Uji resistensi merupakan suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui adanya sifat
resistensi mikroorgansime terhadap suatu antibiotic. Berdasarkan hasil praktikum, media
yang ditumbuhi bakteri yaitu media kapas dengan pemberian hand sanitizer dan kapas
yang tanpa perlakuan. Munculnya jamur pada kapas tanpa pemberian perlakuan
menunjukkan bahwa mikroorgansime tersebut dapat tumbuh dengan media atau
lingkungan yang sesuai, sedangkan jamur pada kapas dengan pemberian hand sanitizer
menunjukkan adanya sifat resisten mikroorganisme terhadap antiseptic yang diberikan.
Hal ini dikarenakan kadar alcohol pada hand sanitizer tersebut adalah 60%, yang mana
dengan kadar tersebut mikroorgansime lebih mudah untuk resisten. Sedangkan pada
kapas lainnya yang tidak memunculkan adanya mikroba menunjukkan bahwa
mikroorgansime tidak dapat menahan pemberian antibiotic, yang menunjukkan antibiotic
ersebut bekerja aktif dalam membunuh mikroba.
Daftar Pustaka
Alfitra, Ryan. 2013. Uji Resistensi.
https://www.academia.edu/8324057/UJI_RESISTENSI

Aspari, A.S., et al. 2013. Resistensi Antijamur dan Strategi Untuk Mengatasi. Jurnal Ilmu
Kesehatan Kulit 40(2): 89 – 95

Chaidir J, Munaf S. 1994. Obat antimikroba. In: Munaf S, eds. Farmakologi Unsri.
Jakarta: EGC

Dewi, E.R.S & Wahyunani. 2019. Panduan Praktikum Mikrobiologi. Semarang:


Universitas PGRI Semarang

Srikartika, P. 2016. Kemampuan Daya Hambat Bahan Aktif Beberapa Dagang. Jurnal
Kesehatan Andalas. 5(3): 540-545
Stainier, et al. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
https://books.google.co.id
Lampiran

Gambar 1. Pengamatan hari ke-1 Gambar 2. Pengamatan hari ke-2

Gambar 3. Pengamatan hari ke-3 Gambar 4. Pengamatan hari ke4

Gambar 5. Pengamatan hari ke-5 Gambar 6. Jamur pada kapas hand sanitizer

Gambar 7. Jamur pada kapas tanpa perlakuan

Anda mungkin juga menyukai