Anda di halaman 1dari 30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan

suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Sunyoto, 2012). Syarat

minimum suatu alat ukur dianggap valid adalah nilai indeks validitasnya

memiliki nilai r hitung lebih dari 0,3 (Hasan, 2009).

Tabel 3. Hasil Uji Validitas

Variabel Item r hitung r tabel Keterangan


Pengetahuan 1 0,224 0,3 Tidak Valid
2 0,190 0,3 Tidak Valid
3 0,822 0,3 Valid
4 0,412 0,3 Valid
5 0,753 0,3 Valid
6 0,822 0,3 Valid
7 0,753 0,3 Valid
8 0,406 0,3 Valid
9 0,753 0,3 Valid
Sumber 1 0,637 0,3 Valid
2 0,810 0,3 Valid
Informasi
3 0,795 0,3 Valid
Teman Sebaya 1 0,418 0,3 Valid
2 0,745 0,3 Valid
3 0,777 0,3 Valid
4 0,745 0,3 Valid
Perilaku 1 0,227 0,3 Tidak Valid
2 0,544 0,3 Valid
3 0,544 0,3 Valid
4 0,804 0,3 Valid
5 0,547 0,3 Valid
6 -0,090 0,3 Tidak Valid
7 0,227 0,3 Tidak Valid
8 0,804 0,3 Valid

44
45

9 0,544 0,3 Valid


Tabel Lanjutan
10 0,804 0,3 Valid
11 0,125 0,3 Tidak Valid
Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan Tabel 3, hasil pengujian validitas alat ukur penelitian

(kuesioner) pada variabel pengetahuan menunjukkan nilai r lebih dari 0,3

sebanyak 7 pertanyaan dan nilai r kurang dari 0,3 sebanyak 2 pertanyaan.

Hasil uji validitas variabel sumber informasi menunjukkan nilai r lebih

dari 0,3 sebanyak 3 pertanyaan atau dapat dikatakan untuk variabel sumber

informasi seluruh pertanyaan valid. Hasil uji validitas variabel teman

sebaya menunjukkan nilai r lebih dari 0,3 sebanyak 4 pertanyaan atau

dapat dikatakan untuk variabel teman sebaya seluruh pertanyaan valid.

Hasil uji validitas variabel perilaku menunjukkan nilai r lebih dari 0,3

sebanyak 7 pertanyaan dan nilai r kurang dari 0,3 sebanyak 4 pertanyaan.

Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan apakah alat ukur

penelitian dikatakan reliabel jika dapat digunakan lebih dari satu kali

dalam kurun waktu yang berbeda, namun masih menunjukkan hasil yang

konsisten. Selain itu, uji reliabilitas juga menunjukkan sejauh mana alat

ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Nilai Alpha dianggap reliabel yaitu

≥ 0,60 (Imam, 2005). Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas


Variabel Alpha Keterangan
Pengetahuan 0,694 Reliabel
Sumber Informasi 0,607 Reliabel
Teman Sebaya 0,603 Reliabel
Perilaku 0,603 Reliabel
Sumber : Data primer yang telah diolah
46

Berdasarkan Tabel 4, hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa

semua variabel mempunyai koefisien Alpha di atas 0,6. Hal ini

menunjukkan semua konsep pengukur masing-masing variabel dari

kuesioner adalah reliabel. Artinya kuesioner yang digunakan dalam

penelitian ini merupakan kuesioner yang dapat dipercaya dan cukup

handal.

2. Analisis Univariat
Pengambilan data analisa univariat dilakukan terhadap sampel

remaja yang berada di Desa Sukadamai Kecamatan Toboali Kabupaten

Bangka Selatan dengan jumlah 94 responden. Berdasarkan data yang

diambil maka didapatkan distribusi frekuensi data sebagai berikut :

a. Variabel Independen

1) Pengetahuan

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap


Perilaku Penyalahgunaan Obat Tramadol Pada Remaja Di Desa
Sukadamai Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan
Tahun 2016

Pengetahuan Jumlah Persentase (%)


Baik 28 29,8
Kurang baik 66 70,2
Total 94 100,0
Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan Tabel 5 di atas, dapat dilihat bahwa responden

yang memiliki pengetahuan baik berjumlah 28 responden (29,8%)

lebih sedikit dibandingkan dengan responden yang memiliki

pengetahuan kurang baik berjumlah 66 responden (70,2%). Artinya


47

responden yang berpengetahuan kurang baik lebih banyak

menyalahgunakan obat tramadol.

2) Umur

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Terhadap Perilaku


Penyalahgunaan Obat Tramadol Pada Remaja Di Desa Sukadamai
Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016

Umur Jumlah Persentase (%)


Remaja awal 53 56,4
Remaja akhir 41 43,6
Total 94 100,0
Sumber :

Berdasarkan Tabel 6 di atas, dapat dilihat bahwa responden

yang memiliki umur remaja awal berjumlah 53 responden (56,4%)

lebih banyak dibandingkan dengan responden yang memiliki umur

remaja akhir berjumlah 41 responden (43,6%). Artinya responden

yang berumur remaja awal lebih banyak menyalahgunakan obat

tramadol.

3) Teman Sebaya

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Teman Sebaya Terhadap


Perilaku Penyalahgunaan Obat Tramadol Pada Remaja Di Desa
Sukadamai Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan
Tahun 2016
Teman Sebaya Jumlah Persentase (%)
Bergaul 49 52,1
Tidak bergaul 45 47,9
Total 94 100,0

Sumber : Data primer yang telah diolah


48

Berdasarkan Tabel 7 di atas, dapat dilihat bahwa responden

yang memiliki teman sebaya bergaul berjumlah 49 responden

(52,1%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang

memiliki teman sebaya tidak bergaul berjumlah 45 responden

(47,9%). Artinya responden yang memiliki teman sebaya bergaul

lebih banyak menyalahgunakan obat tramadol.

4) Sumber Informasi

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi


Terhadap Perilaku Penyalahgunaan Obat Tramadol Pada
Remaja Di Desa Sukadamai Kecamatan Toboali
Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016
Sumber Informasi Jumlah Persentase (%)
Media eletronik 12 12,8
Media cetak 37 39,4
Non media 45 47,9
Total 94 100,0
asaSumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan Tabel 8 di atas, dapat dilihat bahwa responden yang

memperoleh sumber informasi melalui melalui non media berjumlah 45

responden (47,9%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang

memperoleh sumber informasi dari media elektronik berjumlah 12 responden

(12,8%), media cetak berjumlah 37 responden (39,4%). Artinya responden yang

memperoleh sumber informasi melalui non media lebih banyak menyalahgunakan

obat tramadol.
49

5) Pendidikan

Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terhadap


Perilaku Penyalahgunaan Obat Tramadol Pada Remaja
Di Desa Sukadamai Kecamatan Toboali
Kabupaten Bangka Selatan
Tahun 2016
Pendidikan Jumlah Persentase (%)
Rendah 52 55,3
Tinggi 42 44,7
Total 94 100,0

SSumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan Tabel 9 di atas, dapat dilihat bahwa responden

yang memiliki pendidikan rendah berjumlah 52 responden (55,3%)

lebih banyak dibandingkan dengan responden yang memiliki

pendidikan tinggi berjumlah 42 responden (44,7%). Artinya

responden yang memiliki pendidikan rendah lebih banyak

menyalahgunakan obat tramadol.

b. Variabel Dependen (Perilaku)

Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Penyalahgunaan


Obat Tramadol Pada Remaja Di Desa Sukadamai
Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan
Tahun 2016
Perilaku Jumlah Persentase (%)
Baik 33 35,1
Kurang baik 61 64,9
Total 94 100,0

Sumber : Data primer yang telah diolah


Berdasarkan Tabel 10 di atas, dapat dilihat bahwa responden

yang memiliki perilaku baik berjumlah 33 responden (35,1%) lebih


50

sedikit dibandingkan dengan responden yang memiliki perilaku kurang

baik berjumlah 61 responden (64,0%). Artinya responden yang

berperilaku kurang baik lebih banyak menyalahgunakan obat tramadol.

3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

independen (pengetahuan, umur, teman sebaya, sumber informasi, dan

pendidikan) dan variabel dependen (perilaku penyalahgunaan obat

tramadol) yang dianalisis dengan menggunakan uji Chi-square. Hasil uji

Chi-square dengan p ≤ α (0,05) dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen sedangkan p > α

(0,05) dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

Tabel 11. Hasil Analisis Bivariat Antara Pengetahuan, Umur, Teman Sebaya,
Sumber Informasi, dan Pendidikan Terhadap Perilaku Penyalahgunaan
Obat Tramadol Pada Remaja Di Desa Sukadamai
Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan
Tahun 2016
Perilaku Penyalahgunaan Obat Tramadol
Variabel Baik Kurang Jumlah Nilai P POR
N % N % N % (95% CL)
Pengetahuan
-Baik 16 57,1 12 42,9 28 100
0,00 3,84
-Kurang 17 25,8 49 74,2 66 100 (1,51 – 9,73)
Baik
Umur
-Remaja 24 45,3 29 54,7 53 100
Awal 2,94
0,01
(1,17 – 7,35)
-Remaja 9 22,0 32 78,0 41 100
Akhir
51

Tabel Lanjutan
Teman
Sebaya
-Bergaul 22 44,9 27 55,1 49 100 0,03
2,51
(1,04 – 6,08)
-Tidak 11 24,4 34 75,6 45 100
Bergaul
Sumber
Informasi
-Media 8 66,7 4 33,3 12 100
Elektronik
0,04 1,89
-Media 11 29,7 26 70,3 37 100 (3,74 – 6,98)
Cetak

-Non Media 14 31,1 31 68,9 45 100


Pendidikan 0,03
-Rendah 23 44,2 29 55,8 52 100 2,53
(1,03 – 6,22)
-Tinggi 10 23,8 32 76,2 42 100
Sumber : Data primer yang telah diolah

a. Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Responden Terhadap

Penyalahgunaan Obat Tramadol

Berdasarkan Tabel 11 di atas, paling sedikit responden

berpengetahuan baik dan berperilaku kurang dalam penyalahgunaan

obat tramadol yakni berjumlah 12 responden (42,9%). Paling banyak

responden berpengetahuan kurang baik dan berperilaku kurang dalam

penyalahgunaan obat yakni berjumlah 49 dengan persentase (74,2%).

Hasil uji statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai p = 0,00

< α (0,05), dengan demikian Ho ditolak. Artinya ada hubungan yang

bermakna antara pengetahuan dengan perilaku penyalahgunaan obat

tramadol.
52

Hasil nilai Risk Estimate menunjukkan POR sebesar 3,84

dengan 95%. Hal ini berarti bahwa responden yang memiliki

pengetahuan kurang baik mempunyai tingkat kecendrungan 3,84 kali

untuk menyalahgunakan obat tramadol dibandingkan dengan responden

yang memiliki pengetahuan baik terhadap perilaku penyalahgunaan

obat tramadol.

b. Hubungan Umur Dengan Perilaku Responden Tentang Penyalahgunaan

Obat Tramadol

Berdasarkan Tabel 11 di atas, paling sedikit responden berumur

remaja akhir dan berperilaku baik dalam penyalahgunaan obat tramadol

yakni berjumlah 9 responden (22,0%). Paling banyak responden

berumur remaja akhir dan berperilaku kurang dalam penyalahgunaan

obat tramadol yakni berjumlah 32 resonden (78,0%).

Hasil uji statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai p = 0,01

< α (0,05), dengan demikian Ho ditolak. Artinya ada hubungan yang

bermakna antara umur dengan perilaku penyalahgunaan obat tramadol.

Hasil nilai Risk Estimate menunjukkan POR sebesar 2,94

dengan 95%. Hal ini berarti bahwa responden yang memiliki umur

remaja awal mempunyai tingkat kecendrungan 2,94 kali untuk

menyalahgunakan obat tramadol dibandingkan dengan responden yang

memiliki umur remaja akhir terhadap perilaku penyalahgunaan obat

tramadol.
53

c. Hubungan Teman Sebaya Dengan Perilaku Responden Tentang

Penyalahgunaan Obat Tramadol

Berdasarkan Tabel 11 di atas, paling sedikit responden berteman

sebaya tidak bergaul dan berperilaku baik dalam penyalahgunaan obat

tramadol yakni berjumlah 11 responden (24,4%). Paling banyak

responden berteman sebaya tidak bergaul dan berperilaku kurang dalam

penyalahgunaan obat tramadol yakni berjumlah 34 responden (75,6%).

Hasil uji statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai p = 0,03

< α (0,05), dengan demikian Ho ditolak. Artinya ada hubungan yang

bermakna antara teman sebaya dengan perilaku penyalahgunaan obat

tramadol.

Hasil nilai Risk Estimate menunjukkan POR sebesar 2,51

dengan 95%. Hal ini berarti bahwa responden yang memiliki teman

sebaya bergaul kurang baik mempunyai tingkat kecendrungan 2,51 kali

untuk menyalahgunakan obat tramadol dibandingkan dengan responden

yang memiliki teman sebaya tidak bergaul terhadap perilaku

penyalahgunaan obat tramadol.

d. Hubungan Sumber Informasi Dengan Perilaku Responden Tentang

Penyalahgunaan Obat Tramadol

Berdasarkan Tabel 11 di atas, paling sedikit responden

bersumber informasi media elektronik dan berperilaku kurang dalam

penyalahgunaan obat tramadol yakni berjumlah 4 responden (33,3%).

Paling banyak responden bersumber informasi non media dan


54

berperilaku kurang dalam penyalahgunaan obat tramadol yakni

berjumlah 31 responden (68,9%).

Hasil uji statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai p = 0,04

< α (0,05), dengan demikian Ho ditolak. Artinya ada hubungan yang

bermakna antara sumber informasi dengan perilaku penyalahgunaan

obat tramadol.

Hasil nilai Risk Estimate menunjukkan POR sebesar 1,89

dengan 95%. Hal ini berarti bahwa responden yang memiliki sumber

informasi melalui non media mempunyai tingkat kecendrungan 1,89

kali untuk menyalahgunakan obat tramadol dibandingkan dengan

responden yang memiliki sumber informasi melalui media elektronik

dan media cetak terhadap perilaku penyalahgunaan obat tramadol

e. Hubungan Pendidikan Dengan Perilaku Responden Tentang

Penyalahgunaan Obat Tramadol

Berdasarkan Tabel 11 di atas, paling sedikit responden

berpendidikan tinggi dan berperilaku baik dalam penyalahgunaan obat

tramadol yakni berjumlah 10 responden (23,8%). Paling banyak

responden berpendidikan tinggi dan berperilaku kurang dalam

penyalahgunaan obat tramadol berjumlah 32 (76,2%).

Hasil uji statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai p = 0,03

< α (0,05), dengan demikian Ho ditolak. Artinya ada hubungan yang

bermakna antara pendidikan dengan perilaku penyalahgunaan obat

tramadol.
55

Hasil nilai Risk Estimate menunjukkan POR sebesar 2,53

dengan 95%. Hal ini berarti bahwa responden yang memiliki

pendidikan rendah mempunyai tingkat kecendrungan 2,53 kali untuk

menyalahgunakan obat tramadol dibandingkan dengan responden yang

memiliki pendidikan tinggi terhadap perilaku penyalahgunaan obat

tramadol.

B. Pembahasan

1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas terhadap tiap butir pertanyaan pada

lembar pengambilan data dilakukan terhadap 30 responden remaja di Desa

Ketapang. Hal ini dilakukan karena Desa Ketapang memiliki karakteristik

tempat yang sama dan memiliki ciri-ciri sampel yang sama dengan Desa

Sukadamai.

Pertanyaan yang tidak valid untuk variabel pengetahuan yaitu

pertanyaan 1 dan 2. Pertanyaan 1 dapat diwakili oleh pertanyaan 3, 4, dan 5

dengan maksud untuk mengetahui pengetahuan responden mengenai obat

tramadol. Pertanyaan 2 dapat diwakili oleh pertanyaan 6, 7, 8, dan 9 dengan

maksud untuk mengetahui efek dan bahaya dari penyalahgunaan obat

tramadol. Pertanyaan yang tidak dapat digunakan untuk variabel perilaku

yakni pertanyaan 1, 6, 7, dan 11. Pertanyaan 1 dapat diwakili oleh

pertanyaan 2 dan 3 yang memiliki maksud untuk melihat perilaku

penyalahgunaan obat tramadol. Pertanyaan 6 dapat diwakili oleh pertanyaan

4 dan 5 untuk melihat cara penggunaan obat tramadol. Pertanyaan 7 dapat


56

diwakili oleh pertanyaan 8 dan 9 untuk mengetahui penyebab overdosis

dalam menggunakan obat tramadol. Pertanyaan 11 dapat diwakili oleh

pertanyaan 10 yang memiliki maksud untuk melihat berapa banyak

responden menggunakan obat tramadol.

Pertanyaan yang tidak valid dikarenakan responden kurang paham

dengan maksud pertanyaan tersebut sehingga mempengaruhi jawaban

responden. Oleh karena itu, mempengaruhi dari hasil r hitung pada item

pertanyaan tersebut. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa pertanyaan

yang dapat digunakan dalam penelitian ini sebanyak 21 pertanyaan yang

terdiri dari 7 pertanyaan variabel pengetahuan, 3 pertanyaan variabel sumber

informasi, 4 pertanyaan variabel teman sebaya, dan 7 pertanyaan variabel

perilaku. Pertanyaan yang tidak dapat digunakan karena tidak valid

sebanyak 6 pertanyaan yakni 2 pertanyaan variabel pengetahuan dan 4

pertanyaan variabel perilaku.

Hasil uji reliabilitas pada instrumen kuesioner penelitian

menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai koefisien Alpha ≥ 0,60.

Variabel pengetahuan mempunyai koefisien Alpha 0,694, variabel sumber

informasi mempunyai koefisien Alpha 0,607, variabel teman sebaya

mempunyai koefisien Alpha 0,603, dan variabel perilaku mempunyai

koefisien Alpha 0,603. Hal ini disebabkan karena masing-masing variabel

memiliki koefisien Alpha ≥ 0,60 sehingga hasil pengukuran yang diperoleh

melalui kuesioner adalah reliable. Hal ini sejalan dengan Imam (2005), yang
57

menyatakan bahwa apabila nilai Alpha ≥ 0,60 maka hasil uji reliabilitas

adalah reliable.

2. Analisis Univariat

Pada penelitian ini peneliti mengambil sampel remaja yang

berjumlah 94 orang remaja dari populasi remaja yang berada di Desa

Sukadamai Basel yang berjumlah 565 orang remaja.

a. Variabel Independen

1) Pengetahuan

Hasil penelitian menunjukkan responden yang memiliki

pengetahuan baik berjumlah 28 responden (29,8%) lebih sedikit

dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan kurang

baik yakni berjumlah 66 responden (70,2%) terhadap perilaku

penyalahgunaan obat tramadol. Hal ini sama dengan hasil penelitian

Raharni (2002), Tentang Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan

Penyalahgunaan NAPZA Pada Siswa SMUN Kota Bekasi 2002

dengan hasil pengetahuan kurang baik sebanyak 38 responden

(22,5%) berjumlah lebih banyak dari pada yang memiliki pengetahuan

baik yaitu sebanyak 27 responden (12,4%).

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan atau kognitif

merupakan suatu domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (event behavior). Perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih tahan lama daripada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Bagoes (2010), juga menyatakan bahwa


58

pengetahuan merupakan suatu keahlian dan keterampilan yang

diperoleh oleh seseorang melalui pengalaman atau pendidikan,

pemahaman teoritis atau praktis dari suatu subjek.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki

pengetahuan kurang baik lebih banyak menyalahgunakan obat

tramadol. Hal ini disebabkan karena pendidikan responden yang

rendah dan kurangnya pengetahuan tentang obat – obatan khususnya

obat tramadol sehingga mempengaruhi responden untuk

menyalahgunakan obat tramadol. Hal ini sejalan dengan pendapat

Dewi dan Wawan (2010), yang menyatakan bahwa pengetahuan itu

sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan

sangat erat hubungannya dengan pendidikan, diharapkan bahwa

dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas

pula pengetahuannya.

2) Umur

Hasil penelitian menunjukkan responden yang memiliki umur

remaja awal berjumlah 53 responden (56,4%) lebih banyak

dibandingkan dengan responden yang memiliki umur remaja akhir

berjumlah 41 responden (43,6%) terhadap perilaku penyalahgunaan

obat tramadol. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Asti (2013),

tentang perilaku penyalahgunaan narkoba dengan hasil umur remaja

awal sebanyak 262 responden (98,86%) berjumlah lebih banyak dari


59

pada yang memiliki umur remaja akhir yakni sebanyak 3 responden

(1,13%).

Menurut Adyani (2008), yang menyatakan bahwa pada masa

remaja madya (awal), rasa penasaran remaja akan hal baru membuat

remaja mencari sesuatu hal tersebut yang dipandangnya bernilai,

pantas dijunjung tinggi dan dipuja-puja. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa umur remaja awal lebih banyak menyalahgunakan obat

tramadol. Hal ini disebabkan karena umur responden yang remaja

awal di bawah 15 tahun cenderung memiliki tingkat keingintahuan

dan rasa penasaran yang tinggi tetapi belum didukung dengan

pengetahuan dan pendidikan yang tinggi sehingga mempengaruhi

responden menyalahgunakan obat tramadol.

Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatdmodjo (2003), yang

menyatakan bahwa semakin tinggi umur seseorang, maka semakin

bertambah pula ilmu atau pengetahuan yang dimiliki karena

pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun

pengalaman yang diperoleh dari orang lain. Sebaliknya, semakin

rendah umur seseorang maka semakin menghambat ilmu dan

pengetahuan yang diterima

3) Teman Sebaya

Hasil penelitian menunjukkan responden yang memiliki teman

sebaya bergaul berjumlah 49 responden (52,1%) lebih banyak

dibandingkan dengan responden yang memiliki teman sebaya tidak


60

bergaul berjumlah 45 responden (47,9%) terhadap perilaku

penyalahgunaan obat tramadol. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian

Raharni (2002), tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan

penyalahgunaan NAPZA pada siswa SMUN Kota Bekasi 2002

dengan hasil yaitu teman sebaya bergaul sebanyak 48 responden

(30,2%) berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan teman sebaya

tidak bergaul yaitu sebanyak 17 responden (7,5%).

Menurut Mu’tadin (2002) dalam Hasman (2009), menjelaskan

bahwa teman sebaya adalah kelompok orang-orang yang seumur dan

mempunyai kelompok sosial yang sama seperti teman sekolah atau

teman sepergaulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teman

sebaya bergaul lebih banyak menyalahgunakan obat tramadol

dibandingkan teman sebaya tidak bergaul. Hal ini disebabkan karena

teman sebaya bergaul responden yang banyak menyalahgunakan obat

tramadol dapat mendorong keinginan responden untuk

menyalahgunakan tramadol.

Hal ini sejalan dengan pendapat Wulan (2007), yang

menyatakan bahwa kelompok teman sebaya ini sangat berpengaruh

terhadap perilaku individu dengan kelompok teman sebaya yang lain.

Kelompok teman sebaya memperoleh berbagai macam informasi dari

berbagai teman lain meski pun kadang-kadang informasi yang

didapatkan banyak kurang baik.


61

4) Sumber Informasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang

memperoleh sumber informasi melalui non media berjumlah 45

responden (47,9%) lebih banyak dibandingkan dengan responden

yang memperoleh sumber informasi melalui media elektronik

berjumlah 12 responden (12,8%), media cetak berjumlah 37

responden (39,4%). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ahdi

(2014), yang menyatakan bahwa sumber informasi yang diperoleh

responden tentang narkoba melalui non media sebanyak 447

responden (85,3%) lebih banyak dibandingkan dengan responden

yang memperoleh informasi dari media elektronik yakni sebanyak 28

responden (5,3%) dan media cetak yakni sebanyak 49 responden

(9,4%).

Menurut Notoadmodjo (2005), informasi adalah data yang telah

diproses ke dalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi penerima

dan nilai nyata yang terasa saat pengambilan keputusan. Sumber

informasi dapat diperoleh dari media cetak, media elektronik, dan non

media seperti keluarga, teman, dan orang ahli.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber informasi yang

diperoleh responden melalui non media lebih banyak

menyalahgunakan obat tramadol. Hal ini disebabkan karena responden

yang masih tergolong remaja di Desa Sukadamai lebih banyak

memperoleh sumber informasi melalui teman sebaya bergaul yang


62

menyalahgunakan obat tramadol sehingga responden memiliki rasa

ketertarikan untuk menyalahgunakan obat tramadol.

Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatdmodjo (2003), yang

menyatakan bahwa sumber informasi yang diperoleh dari berbagai

media massa baik cetak maupun elektronik maka berbagai ini

berbagai informasi dapat diterima oleh seseorang. Seseorang yang

lebih sering terpapar media massa akan memperoleh informasi yang

lebih banyak dan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan yang

dimiliki.

5) Pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan responden yang memiliki

pendidikan rendah berjumlah 52 responden (55,3%) lebih banyak

dibandingkan dengan responden yang memiliki pendidikan tinggi

berjumlah 42 responden (44,7%) terhadap perilaku penyalahgunaan

obat tramadol. Hal ini sama dengan hasil penelitian Putri (2014),

tentang gambaran pengetahuan wanita pekerja seks komersil (PSK)

tentang narkoba di wilayah Pangkalpinang Tahun 2014 dengan hasil

pendidikan rendah yang diperoleh responden tentang narkoba yakni

sebanyak (84,7%) lebih banyak dibandingkan yang memiliki

pendidikan tinggi yakni sebanyak (15,3%) responden.

Menurut Notoatmodjo (2005), pendidikan adalah bimbingan

yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar

dapat dipahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi


63

pendidikan seseorang maka semakin mudah dalam menerima

informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang

dimilikinya. Sebaliknya, bila seseorang tingkat pendidikan rendah

maka akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap

penerimaan informasi dan nilai-nilai baru diperkenalkan.

Hasil penelitian menunjukkan responden yang memiliki

pendidikan rendah lebih banyak menyalahgunakan obat tramadol. Hal

ini disebabkan karena pendidikan responden yang di bawah SMA

tidak memiliki pengetahuan yang baik terkait bahaya penyalahgunaan

obat tramadol sehingga responden mudah terpengaruh untuk

menyalahgunakan obat tramadol. Hal ini sejalan dengan pendapat

Notoatmodjo (2003), yang menyatakan bahwa pendidikan selalu

dipertimbangkan dengan umur sehingga semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang, maka hidup manusia akan semakin berkualitas

karena pendidikan yang tinggi akan membuahkan pengetahuan yang

baik dan menjadikan hidup yang berkualitas.

b. Variabel Dependen (Perilaku)

Hasil penelitian menunjukkan responden yang memiliki perilaku

baik terhadap penyalahgunaan obat tramadol berjumlah 33 dengan

persentase 35,1% lebih sedikit dibandingkan dengan responden yang

memiliki perilaku penyalahgunaan kurang baik terhadap obat tramadol.

Penelitian ini sejalan dengan pendapat Hasibuan (2014), yang

menyatakan bahwa perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktifitas


64

makhluk hidup yang bersangkutan sehingga semua kegiatan atau aktifitas

baik atau kurang baik manusia dapat diamati secara langsung maupun

tidak langsung. Menurut Tanjung (2012), pengetahuan merupakan salah

satu faktor yang mempermudah terjadinya suatu perilaku pada diri

seseorang. Hal ini disebabkan karana samakin banyak pengetahuan yang

diperoleh seseorang maka akan sulit untuk mempengaruhi perilaku

seseorang.

Umur responden yang merupakan remaja juga merupakan faktor

pendukung hasil penelitian yang menunjukkan jumlah responden yang

berumur remaja awal lebih banyak dibandingkan dengan responden yang

memiliki umur remaja akhir. Menurut Latipun (2001) dalam Mardiandi

(2012), pada umur remaja madya (awal), individu akan berperan aktif

dalam masyarakat dan kehidupan sosial. Pada usia ini, kemampuan

intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal tidak mengalami

penurunan.

Teman sebaya bergaul merupakan salah satu faktor pendorong hasil

penelitian. Hal ini sesuai dengan teori Santrock (2003), yang menyatakan

bahwa teman sebaya (peers) sebagai sebuah kelompok sosial sering

didefinisikan sebagai semua orang yang memiliki kesamaan ciri-ciri

seperti kesamaan tingkat usia.

Sumber informasi yang mudah diperoleh oleh responden juga

menjadi faktor pendukung dari hasil penelitian yang didapat bahwa

responden yang memperoleh sumber informasi melalui non media lebih


65

banyak dibandingkan dengan responden yang memperoleh informasi dari

media elektronik dan media cetak. Menurut Ahdi (2014), kemudahan

memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk

memperoleh pengetahuan yang baru.

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mendukung

tingkat perilaku seseorang. Menurut Undang – Undang No. 4 Tahun

1979 tentang Kesejahteraan Anak, remaja adalah individu yang belum

mencapai umur 21 tahun dan belum menikah. Herlina (2009),

menyatakan bahwa tingkat pendidikan bagi individu hingga berumur 21

tahun diklasifikasikan menjadi tingkat pendidikan dasar (SD), menengah

(SLTP/ SLTA), dan tinggi (Perguruan Tinggi). Menurut Mubarak (2007),

juga mengatakan bahwa tingkat pendidikan rendah, akan menghambat

perkembangan perilaku seseorang terhadap penerimaan informasi dan

nilai-nilai baru diperkenalkan. Hal ini mendukung hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa responden yang berperilaku kurang baik lebih

banyak dikarnakan pendidikan responden yang rendah.

3. Analisis Bivariat

a. Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Penyalahgunaan Obat

Tramadol Pada Remaja Di Desa Sukadamai Kecamatan Toboali

Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki

pengetahuan baik lebih sedikit terdapat pada responden yang memiliki

perilaku penyalahgunaan obat tramadol kurang berjumlah 12 dengan


66

persentase (42,9%). Responden yang memiliki pengetahuan kurang baik

lebih banyak terdapat pada responden yang memiliki perilaku

penyalahgunaan obat kurang berjumlah 49 dengan persentase (74,2%).

Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p (0,00) lebih kecil dari α (0,05).

Artinya terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan

perilaku penyalahgunaan obat tramadol pada remaja di Desa Sukadamai

Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016.

Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Raharni (2002), Tentang Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan

Penyalahgunaan NAPZA Pada Siswa SMUN Kota Bekasi 2002 dengan

hasil uji Chi-Square pada penelitian terkait diperoleh nilai p (0,01) lebih

kecil dari α (0,05). Artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan

perilaku penyalahgunaan NAPZA Pada Siswa SMUN Kota Bekasi 2002.

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan pada dasarnya

terdiri dari sejumlah fakta-fakta dan teori yang memungkinkan seseorang

untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan

tersebut diperoleh baik atau buruk dari pengalaman langsung maupun

pengalaman orang lain.

Menurut Notoatmodjo (2007), juga menyatakan bahwa

pengetahuan atau kognitif merupakan suatu domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (event behavior). Perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih tahan lama daripada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan.


67

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara pengetahuan dengan perilaku penyalahgunaan obat

tramadol. Hal ini disebabkan karena perilaku responden yang kurang di

dasari pengetahuan yang baik terkait bahaya penyalahgunaan obat

tramadol dapat mempengaruhi perilaku responden untuk

menyalahgunakan obat tramadol.

b. Hubungan Umur Dengan Perilaku Penyalahgunaan Obat Tramadol Pada

Remaja Di Desa Sukadamai Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka

Selatan Tahun 2016

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki

umur remaja akhir lebih sedikit terdapat pada responden yang memiliki

perilaku penyalahgunaan obat tramadol baik berjumlah 9 dengan

persentase (22,0%). Responden yang memilki umur remaja akhir lebih

banyak terdapat pada responden yang memiliki perilaku penyalahgunaan

obat tramadol kurang berjumlah 32 dengan persentase (78,0%). Hasil uji

Chi-Square diperoleh nilai p (0,01) lebih kecil dari α (0,05). Artinya

terdapat hubungan yang bermkana antara umur dengan perilaku

penyalahgunaan obat tramadol pada remaja di Desa Sukadamai

Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016.

Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Raharni (2002), Tentang Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan

Penyalahgunaan NAPZA Pada Siswa SMUN Kota Bekasi 2002 dengan

hasil Chi-Square pada penelitian terkait diperoleh nilai p (0,00) lebih


68

kecil dari α (0,05). Artinya ada hubungan antara umur dengan perilaku

penyalahgunaan NAPZA Pada Siswa SMUN Kota Bekasi 2002.

Menurut Nursalam (2003), umur yaitu usia individu yang

terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin

cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam berfikir dan bekerja. Harlock (1998) dalam Putri (2014),

juga menyatakan bahwa semakin cukup usia, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara umur dengan perilaku penyalahgunaan obat tramadol.

Responden yang memiliki umur remaja awal lebih banyak

menyalahgunakan obat tramadol dibandingkan dengan responden yang

memiliki umur remaja akhir. Hal ini disebabkan karena umur responden

yang tergolong masih remaja awal belum memiliki tingkat kematangan

dalam berfikir dan bekerja sehingga mudah dipengaruhi untuk

melakukan perilaku penyalahgunaaan obat tramadol.

c. Hubungan Teman Sebaya Dengan Perilaku Penyalahgunaan Obat

Tramadol Pada Remaja Di Desa Sukadamai Kecamatan Toboali

Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki

teman sebaya tidak bergaul lebih sedikit terdapat pada responden yang

memiliki perilaku penyalahgunaan obat tramadol baik berjumlah 11

dengan persentase (24,4%). Responden yang memilki teman sebaya tidak


69

bergaul lebih banyak terdapat pada responden yang memiliki perilaku

penyalahgunaan obat tramadol kurang berjumlah 34 dengan persentase

(75,6%). Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p (0,03) lebih kecil dari α

(0,05). Artinya terdapat hubungan yang bermakna antara teman sebaya

dengan perilaku penyalahgunaan obat tramadol pada remaja di Desa

Sukadamai Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016.

Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Raharni (2002), Tentang Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan

Penyalahgunaan NAPZA Pada Siswa SMUN Kota Bekasi 2002 dengan

hasil uji Chi-Square pada penelitian terkait diperoleh nilai p (0,00) lebih

kecil dari α (0,05). Artinya ada hubungan antara teman sebaya dengan

perilaku penyalahgunaan NAPZA Pada Siswa SMUN Kota Bekasi 2002.

Menurut Laursen (2005), teman sebaya merupakan faktor yang

sangat berpengaruh terhadap kehidupan pada masa-masa remaja.

Penegasan Laursen dapat dipahami karena pada kenyataannya remaja

dalam masyarakat moderen seperti sekarang ini menghabiskan sebagian

besar waktunya bersama dengan teman sebayanya.

Hasman (2009), juga menyatakan bahwa kelompok teman

sebaya merupakan interaksi awal bagi anak-anak dan remaja pada

lingkungan sosial. Kelompok ini mulai bergaul dan berinteraksi dengan

orang lain yang bukan anggota keluarganya. Salah satu fungsi kelompok

fungsi sosial teman sebaya yang paling penting adalah menyediakan

sumber informasi dan perbandingan tentang dunia luar keluarga. Anak-


70

anak atau remaja menerima umpan balik tentang kemampuan-

kemampuan mereka dari kelompok teman sebaya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara teman sebaya dengan perilaku penyalahgunaan

tramadol. Hal ini disebabkan karena teman sebaya bergaul responden

yang lebih banyak menghabiskan waktu bersama dalam

menyalahgunakan obat tramadol dapat memberikan dampak yang besar

terhadap perilaku yang dilakukan responden dalam menyalahgunakan

obat tramadol.

d. Hubungan Sumber Informasi Dengan Perilaku Penyalahgunaan Obat

Tramadol Pada Remaja Di Desa Sukadamai Kecamatan Toboali

Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki

sumber informasi melalui media elektronik lebih sedikit terdapat pada

responden yang memiliki perilaku penyalahgunaan obat tramadol kurang

berjumlah 4 dengan persentase (33,3%). Responden yang memiliki

sumber informasi yang diperoleh melalui non media lebih banyak

terdapat pada responden yang memiliki perilaku penyalahgunaan obat

tramadol kurang berjumlah 31 dengan persentase (68,9%). Hasil

penelitian menunjukkan hasil uji Chi-Square didapatkan nilai p (0,04)

lebih kecil dari α (0,05). Artinya terdapat hubungan yang bermakna

antara sumber informasi dengan perilaku penyalahgunaan obat tramadol


71

pada remaja di Desa Sukadamai Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka

Selatan Tahun 2016.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nasution (2007), Tentang

Perilaku Siswa Bahaya NAPZA Dalam Kesehatan Reproduksi Di SMA

Al–Azhar Medan Tahun 2007 dengan hasil uji Chi-Square pada

penelitian terkait diperoleh nilai p (0,01) lebih kecil dari α (0,05). Artinya

ada hubungan antara sumber informasi dengan perilaku siswa tentang

bahaya NAPZA Dalam Kesehatan Reproduksi Di SMA Al-Azhar Medan

Tahun 2007.

Menurut Nursalam (2003), sumber informasi dapat diperoleh

dari informasi melalui media, baik media cetak, elektronik, dan non

media. Seseorang yang lebih sering terpapar informasi melalui media

maupun non media akan memperoleh informasi lebih banyak

dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi. Ahdi

(2014), juga menyatakan bahwa kemudahan dalam memperoleh sumber

informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang

baru

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara sumber informasi dengan perilaku penyalahgunaan

tramadol. Hal ini disebabkan karena responden lebih banyak

memperoleh sumber informasi melalui non media yaitu teman sehingga

informasi dari teman tersebut lebih banyak terkait efek yang diinginkan
72

saat menggunakan obat tramadol sehingga mempengaruhi perilaku

responden dalam menyalahgunakan obat tramadol.

e. Hubungan Pendidikan Dengan Perilaku Penyalahgunaan Obat Tramadol

Pada Remaja Di Desa Sukadamai Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka

Selatan Tahun 2016

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki

pendidikan tinggi lebih sedikit terdapat pada responden yang memiliki

perilaku penyalahgunaan obat tramadol baik berjumlah 10 dengan

persentase (23,8%). Responden yang memilki pendidikan tinggi lebih

banyak terdapat pada responden yang memiliki perilaku penyalahgunaan

obat tramadol kurang berjumlah 32 dengan persentase (76,2%). Hasil uji

Chi-Square pada penelitian terkait diperoleh nilai p nilai p (0,03) lebih

kecil dari α (0,05). Artinya terdapat hubungan yang bermakna antara

pendidikan dengan perilaku penyalahgunaan obat tramadol pada remaja

di Desa Sukadamai Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan

Tahun 2016.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hidayangsih

(2009), Tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku

Berisiko Remaja Di Kota Makasar Tahun 2009 dengan hasil uji Chi-

Square pada penelitian terkait diperoleh nilai p (0,03) lebih kecil dari α

(0,05). Artinya ada hubungan antara pendidikan dengan perilaku berisiko

remaja di Kota Makasar Tahun 2009.


73

Menurut Notoatmodjo (2007), pendidikan secara umum adalah

segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik

individu, kelompok atau masyarakat, sehingga melakukan apa yang

diharapkan oleh pelaku pendidikan. Tingkat pendidikan formal yang

dimiliki seseorang mempengaruhi perilaku, yaitu semakin tinggi tingkat

pendidikan semakin tinggi wawasan yang mendukung perilakunya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara pendidikan dengan perilaku penyalahgunaan obat

tramadol. Hal ini disebabkan karena pendidikan responden yang rendah

dapat mendorong seseorang untuk mencari tahu segala sesuatu yang

belum diketahui terkait penggunaan obat tramadol sehingga

mempengaruhi perilaku responden untuk menyalahgunakan obat

tramadol.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan, umur,

teman sebaya, sumber informasi, dan pendidikan mempunyai hubungan

dengan perilaku penyalahgunaan obat tramadol pada remaja di Desa

Sukadamai Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016.

Hal ini diketahui berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diperoleh

di atas.

Anda mungkin juga menyukai