Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obat merupakan suatu bahan yang dimaksudkan untuk digunakan

dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan, menghilangkan,

menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit. Obat yang diberikan sesuai

dengan dosis yang dianjurkan oleh dokter sangat bermanfaat dalam

pengobatan penyakit. Obat juga dapat menjadi racun dalam tubuh apabila

penggunaannya melebihi dosis yang telah dianjurkan oleh dokter

(Anief, 2000).

Penggunaan obat yang tidak sesuai dengan petunjuk dokter dan

indikasi medis disebut dengan penyalahgunaan obat. Kasus penyalahgunaan

obat semakin banyak ditemukan dan merupakan masalah sosial yang semakin

serius untuk ditangani. Selama ini penyalahgunaan obat umumnya hanya

terjadi pada obat-obatan golongan narkotika dan psikotropika. Namun, pada

beberapa tahun terakhir terjadi penyalahgunaan obat pada obat

dekstrometorfan, karisoprodol, triheksifenidil, dan tramadol (Arga, 2015).

Berdasarkan data National Forensic Laboratory Information System

(NFLIS) Tahun 2011, Tramadol menduduki peringkat ke - 9 dalam daftar obat

penghilang rasa sakit golongan narkotika yang diamankan oleh pihak

laboratorium forensik federal. Berdasarkan data kunjungan gawat darurat

akibat penyalahgunaan obat tramadol di seluruh rumah sakit di Amerika

1
2

Serikat pada Tahun 2005 diperoleh 2333 kunjungan, sedangkan pada Tahun

2011 kunjungan akibat penyalahgunaan obat tramadol menjadi 9.411

kunjungan. Hal ini menunjukkan peningkatan penyalahgunaan obat tramadol

pada Tahun 2005 dan 2011 (Bush, 2015).

Berdasarkan Data Statistik Drug Abuse Warning Network (DAWN)

kasus gawat darurat akibat penyalahgunaan obat tramadol pada Tahun 2011,

angka penyalahgunaan obat tramadol tunggal diperoleh 29%, sedangkan 20%

terlibat penyalahgunaan obat tramadol dengan mengkombinasikan satu obat

lain, 26% terlibat penyalahgunaan obat tramadol dengan mengkombinasikan

dua obat lain, dan 26% lainnya terlibat penyalahgunaan obat tramadol dengan

mengkombinasikan tiga atau lebih obat lain. Data tersebut menunjukkan

bahwa terdapat potensi penyalahgunaan obat tramadol (Bush, 2015).

Salah satu negara yang mengawasi peredaran obat tramadol adalah

Indonesia. Obat tramadol di Indonesia digolongkan sebagai obat keras,

terdapat dalam sediaan tunggal maupun campuran dengan zat aktif lain. Obat

tramadol di Indonesia sering disalahgunakan oleh remaja. Menurut Rafiq

(2016), pada koran stabilitas pos, bahwa terdapat kasus penyalahgunaan obat

tramadol di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Badan Pengawas Obat dan

Makanan (BPOM) Provinsi Nusa Tenggara Barat menemukan dua kardus obat

tramadol yang siap diedarkan dan diperjualbelikan secara bebas ke kalangan

remaja di Lewisape Kelurahan Sarae Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara

Barat (NTB). Oleh karena itu, peredaran obat tramadol di Indonesia perlu

diawasi supaya tidak disalahgunakan oleh remaja.


3

Berdasarkan data jumlah barang bukti kasus narkoba yang

dikumpulkan oleh BNN Provinsi Bangka Belitung, pada Tahun 2013 untuk

narkotika jenis ganja sebanyak 8652 gram. Narkoba jenis psikotropika ekstasi

(amphetamine) sebanyak 37 butir, shabu-shabu (methampetanine) sebanyak

445 gram, pil dektrometrophan 1511 butir, dan obat tramadol sebanyak 300

butir. Tahun 2014 untuk narkotika jenis ganja sebanyak 14969,13 gram,

narkoba jenis psikotropika ekstasi (amphetamine) sebanyak 423 butir, shabu-

shabu (methampetamine) sebanyak 748,13 gram, dan obat tramadol sebanyak

500 butir. Tahun 2015 untuk narkotika jenis ganja sebanyak 16892,10 gram,

narkoba jenis psikotropika ekstasi (amphetamine) sebanyak 653 butir, shabu-

shabu (methampetamine) sebanyak 979,68 gram dan obat tramadol sebanyak

700 butir (BNN Provinsi Bangka Belitung, 2015).

Provinsi Bangka Belitung memiliki potensi terjadinya penyalahgunaan

obat khususnya obat tramadol. Penyalahgunaan obat tramadol di Bangka

Belitung mayoritas banyak terjadi di kabupaten atau kota, salah satunya

Kabupaten Bangka Selatan. Kabupaten Bangka Selatan merupakan salah satu

kabupaten yang sering terjadi kasus penyalahgunaan obat tramadol.

Berdasarkan data dari Badan Narkotika Kabupaten Bangka Selatan (BNK

Basel) Tahun 2013, terdapat 15 remaja yang direhabilitasi oleh BNK Basel, 7

di antaranya terlibat kasus penyalahgunaan obat tramadol dan 8 di antaranya

terlibat kasus narkoba. Angka prevalensi penyalahgunaan obat tramadol pada

Tahun 2013 sebanyak 47%. Pada Tahun 2014 diperoleh 25 remaja yang di

rehabilitasi oleh BNK Basel, 15 di antaranya terlibat kasus penyalahgunaan


4

obat tramadol dan 10 di antaranya kasus narkoba. Angka prevalensi pada

Tahun 2014 diketahui 60%. Tahun 2015, terdapat 32 remaja yang di

rehabilitasi oleh BNK Basel, 27 di antaranya terlibat kasus penyalahgunaan

obat tramadol dan 5 di antaranya terlibat kasus narkoba. Angka prevalensi dari

data BNK Basel Tahun 2015 terkait kasus penyalahgunaan obat tramadol

yaitu sebesar 84%. Data dari BNK Basel menunjukan bahwa, rata – rata

remaja yang menyalahgunakan obat tramadol bertempat tinggal di Desa

Sukadamai. Hal ini menunjukkan bahwa angka prevalensi kasus

penyalahgunaan obat tramadol dari tahun ke tahun mengalami peningkatan

(BNK Basel, 2015).

Obat tramadol sering disalahgunakan para remaja karena memiliki

mekanisme kerja obat yang mirip dengan obat-obatan golongan opioid

misalnya codein, morfin atau petidhin untuk mendapatkan efek sebagai

penenang. Tramadol bekerja pada reseptor µ-opioid dan mempengaruhi

aktivitas norephinefrine dan serotonin pada sistem syaraf pusat. Obat tramadol

digunakan untuk pengobatan nyeri sedang hingga nyeri berat. Efek nyeri obat

tramadol yang diberikan secara oral dapat berupa 120 mg setara dengan 30-60

mg morfin. Dosis yang diberikan pada umur 14 Tahun yaitu 3-4x sehari 50 -

100 mg/hari, maksimal 400 mg/hari. Tramadol yang dikonsumsi pada dosis

dibawah 400 mg/hari tidak berpotensi menimbulkan ketergantungan.

Tramadol yang dikonsumsi pada dosis di atas 400 mg/hari berpotensi

menimbulkan efek ketergantungan (Tjay dan Rahardja, 2008).


5

Bentuk penyimpangan obat tramadol yang dilakukan oleh remaja yaitu

dengan cara mengkonsumsinya melebihi dosis yang dianjurkan,

mengkonsumsinya langsung bersamaan dengan minuman bersoda atau

beralkohol. Penyalahgunaan obat tramadol dapat menyebabkan

ketergantungan bahkan dapat menyebabkan kematian (Iqbal, 2014).

Faktor - faktor yang mempengaruhi perilaku penyalahgunaan obat

tramadol terdiri dari beberapa macam. Menurut Lawrence Green (1980) dalam

Tanjung (2012), ada tiga faktor utama yang mempengaruhi perilaku yaitu

faktor predisposisi (disposing factors), faktor pendukung (enabling factors)

dan faktor pendorong (reinforcing factors). Faktor predisposisi merupakan

faktor yang mempermudah terjadinya suatu perilaku pada diri seseorang

atau remaja antara pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai,

tradisi, umur, pendidikan, dan lain-lain. Faktor pendukung merupakan faktor

yang memungkinkan memperoleh informasi serta memfasilitasi perilaku atau

tindakan. Faktor pendukung dapat diperoleh dari sumber informasi dan sarana

dan prasarana yang mendukung atau memfasilitasi terjadinya perilaku

seseorang atau remaja. Faktor pendorong merupakan faktor yang memperkuat

terjadinya suatu perilaku. Faktor pendorong dalam hal ini adalah orang tua,

teman sebaya dan sikap dari petugas kesehatan maupun petugas yang lain

dalam upaya mempromosikan perilaku remaja.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku

Penyalahgunaan Obat Tramadol pada Remaja di Desa Sukadamai Kecamatan


6

Toboali Kabupaten Basel Tahun 2016. Selain itu, penelitian serupa belum

pernah dilakukan di Desa Sukadamai.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Masih meningkatnya angka kejadian penyalahgunaan

obat tramadol dan belum diketahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan

dengan perilaku penyalahgunaan obat tramadol pada remaja di Desa

Sukadamai Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016 ?.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku

penyalahgunaan obat tramadol pada remaja di Desa Sukadamai

Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan perilaku

penyalahgunaan obat tramadol pada remaja di Desa Sukadamai

Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016.

b. Mengetahui hubungan antara umur dengan perilaku penyalahgunaan

obat tramadol pada remaja di Desa Sukadamai Kecamatan Toboali

Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016.

c. Mengetahui hubungan antara teman sebaya dengan perilaku

penyalahgunaan obat tramadol pada remaja di Desa Sukadamai

Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016.


7

d. Mengetahui hubungan antara sumber informasi dengan perilaku

penyalahgunaan obat tramadol pada remaja di Desa Sukadamai

Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016.

e. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku

penyalahgunaan obat tramadol pada remaja di Desa Sukadamai

Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan.

D. Manfaat

1. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan perilaku penyalahgunaan obat tramadol pada remaja di Desa

Sukadamai Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2016.

2. Bagi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

Memberikan masukan dan informasi serta sebagai bahan referensi

tentang penyalahgunaan obat tramadol bagi mahasiswa/i Poltekkes

Kemenkes Pangkalpinang Jurusan Farmasi sehingga dapat menambah

pengetahuan tentang penyalahgunaan obat tramadol.

3. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Selatan

Sebagai bahan masukan dan memberikan informasi mengenai

faktor–faktor yang berhubungan dengan perilaku penyalahgunaan obat

tramadol, terutama tentang bahaya/dampak penyalahgunaan obat tramadol.

4. Bagi Badan Narkotika Kabupaten Bangka Selatan

Memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan perilaku penyalahgunaan obat tramadol, sehingga dapat digunakan


8

sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan terkait

penyalahgunaan obat tramadol serta dapat memberikan penyuluhan bagi

remaja.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini tentang Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

Perilaku Penyalahgunaan Obat Tramadol pada Remaja di Desa Sukadamai

Kecamatan Toboali Kabupaten Basel Tahun 2016. Alasan dilakukan

penelitian ini adalah pada umumnya obat tramadol disalahgunakan oleh

remaja karena mekanisme kerja obat yang mirip dengan obat-obatan golongan

opioid misalnya codein, morfin atau petidhin serta efek yang ditimbulkan

sebagai penenang. Berdasarkan data dari BNK Basel Tahun 2015, rata-rata

remaja yang menyalahgunakan obat tramadol bertempat tinggal di Desa

Sukadamai sehingga Desa Sukadamai merupakan desa yang sering terjadi

penyalahgunaan obat khususnya obat tramadol. Berdasarkan uraian data di

atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di tempat tersebut

karena di tempat tersebut belum pernah ada penelitian sejenis sebelumnya.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Agustus Tahun 2016

di Desa Sukadamai Kecamatan Toboali Kabupaten Basel Tahun 2016 dengan

menggunakan alat ukur kuesioner. Populasi penelitian adalah 565 orang

remaja di Desa Sukadamai. Sampel penelitian ini adalah 94 orang remaja yang

berada di Desa Sukadamai Kecamatan Toboali Kabupaten Basel. Penelitian

ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan metode Cross

Sectional.

Anda mungkin juga menyukai