Anda di halaman 1dari 10

A.

Pengertian Anestetik Lokal

1. Anestesi lokal merupakan tindakan memanfaatkan obat bius yang cara


kerjanya hanya rasa di area tertentu yang akan dilakukan tindakan ( Saprol,
2010).
2. Anestetik Lokal menyebabkan hilangnya rasa sakit tanpa disertai
hilangnya kesadaran. Anestetik lokal merupakan obat yang menghambat
hantaran saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan
kadar yang cukup (Dani kusumah, 2011).

B. Contoh Obat Anestetik Lokal


a) Kokain: benzoylmetilekgonin.
Derifat-tropan ini (1884) dengan struktur atropine terdapat secara
alamiah di daun tumbuhan Erytroxylon coca (Peru, Bolivia) dengan kadar
0,8-1,5%. Berbeda dengan anestetika lain, anestetikum dari kelompok
ester ini berkhasiat vasokontriksi dan bekerjanya lebih lama, mungkin
karena merintangi re-uptake noradrenalin di ujung neuron adrenergic
sehingga kadarnya di daerah reseptor meningkat. Selain itu , kokain juga
memiliki efek simpatomimetik sentral dan perifer.
Daya kerja stimulasinya terhadap SSP (cortex) menimbulkan
beberapa gejala, seperti gelisah, ketegangan , konvulsi, eufori, dan
meningkatnya kapasitas dan tenaga sehingga tahan lama untuk bekerja
lama karena hilangnya perasaan lelah.
Penggunaannya hanya untuk enestesia permukaan pada pembedahan
di hidung, tenggorok, telinga atau mata. Penggunaannya sebagai tetes mata
sudah di tinggalkan berhubung resiko akan cacat kornea dan sifat
midriasisnya.
Penggunaannya yang terlalu sering dengan konsentrasi tinggi dapat
mengakibatkan necrosis (mati jaringan) akibat vasokontriksi setempat.
Kehamilan : kokain dapat meningkatkan resiko abortus dan cacat pada
janin, terutama pada saluran urinnya.
Dosis: kedokteran mata: larutan (HCL) 1-4 %, anesthesia hidung,
telinga, dan tenggorok 1-10%.

b) Benzokain : anestesin, etileminobenzoat


Ester PABA ini (1900) merupakan derivate dari asam p-amino
benzoate yang reabsorbsinya lambat. Khasiat anestetik obat ini lemah,
sehingga hanya digunakan pada anestesi permukaan untuk menghilangkan
nyeri dan gatal-gatal (pruritus).

Benzokain digunakan dalam suppositoria (250-500 mg untuk Rako)


atau salep (2%) anti-wasir (untuk Borraginol), juga dalam salep kulit,
bedak tabor 5-20% dan lotion anti-sunburn (3%, Benzomid).
c) Prokain: Novocaine, etokain, *Gerovital (dr Aslan)
Derivat-benzoat ini yang disintesa pada tahun 1905 (Einhorn). Tidak
begitu toksis dibandingkan kokain. Anestetik local dari kelompok-ester ini
bekerja singkat . dalam tubuh zat ini dengan cepat dan sempurna
dihidrolisa oleh kolinesterase menjadi dietilamino etanol dan PABA (asam
para-aminobenzoat), yang mengantagonir daya kerja sulfonamide.
Reabsorbsinya di kulit buruk, maka hanya digunakan sebagai injeksi
dan sering kali bersamaan dengan adrenalin untuk memperpanjang daya
kerjanya.sebagai anestetik local, prokain sudah banyak di gantikan oleh
lidokain karena efek-efek sampingnya.
Efek sampingnya yang serius adalah:
1.      Hipersensitasi
2.      Kadang-kadang pada dosis rendahsudah dapat menyebabkan
kematian dan kolaps dan kematian.
3.      Reaksi terhadap preparat kombinasi proka penisilin. Berlainan
dengan kokain, zat tidak mengakibatkan adiksi
Dosis: Anestesia infiltrasi 0,25-0,5%, blok de saraf 1-2%.
C. ANESTETIK UMUM
Anestesi Umum adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit secara
sentral disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali (reversibel).
Komponen trias anestesi ideal terdiri dari hipnotik, analgesi dan relaksasi
otot. 
Obat – obat Anastetik Umum

No. Generik Dagang Pabrik


1. Diaethyl Aether Aether Kimia Farma
AnastheticusPfizer
2. Ketamin Hidroklorida Ketalar Pentothal Pfizer
3. Tiopental Natrium Pentothal Sodium Abbot
4. Enflurane Etharane Abbot
5. Halothanum Halothane MD Dexa Medica

OBAT-OBAT ANESTETIK
Obat anestesi dibedakan menjadi 5, yaitu:
1.      Obat Premedikasi
2.      Obat Pelumpuh Otot
3.      Obat Anestesi Inhalasi
4.      Obat Anestesi Intravena
5.      Obat Anestesi Regional/Lokal

1. OBAT PREMEDIKASI
Pemberian obat premedikasi bertujuan:
1. Manimbulkan rasa nyaman pada pasien
2. Memperlancar induksi, rumatan, dan sadar dari anestesi.
3. Mengurangi timbulnyahipersalivasi, bradikardi, mual, dan muntah pascaanestesi.
4. Mnegurangi jumlah obat-obatan anestesi.
5. Mengurangi stress fisiologis (takikardia, napas cepat dll.
6. Mengurangi keasaman lambung.
Obat-obat yang dapat diberikan sebagai premedikasi pada tindakan anestesi
sebagai berikut:
a. Anelgetik Narkotik
Morfin

 Dosis premedikasi dewasa 5-10 mg intramuskular diberikan untuk mengurangi


kecemasan dan ketegangan pasien menjelang operasi, menghindari takipnu pada
pemberian trikloroetilen, dan agar anestesi berjalan dengan tenang dan dalam.
Kerugiannya adalah terjadi perpanjangan waktu pemulihan, timbul spasme serta
kolik biliaris dan ureter. Kadang-kadang terjadi konstipasi, retensi urin, hipotensi,
dan depresi napas.

Petidin
Dosis premedikasi dewasa 50-75 mg intravena diberikan untuk menekan tekanan
darah dan pernapasan serta merangsang otot polos. Dosis induksi 1-2 mg/kgBB
intravena.

Barbiturat

Pentobarbital dan Sekobarbital. Diberikan untuk menimbulkan sedasi. Dosis


dewasa 100-200 mg, pada anak  dan bayi 1 mg/kgBB secara oral atau
intramuskular. Keuntungannya adalah masa pemulihan tidak diperpanjang dan
kurang menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan. Yang mudah didapat adalah
fenobarbital dengan efen depresan ayng lemah terhadap pernapasan dan sirkulasi
serta jarang menyebabkan mual dan muntah.

b.      Antikoligernik
Atropin.

Diberikan untuk mencegah hipersekresi kelenjar ludah dan bronkus selama 90


menit. Dosis 0,4-0,6 mg intramuskular bekerja setelah 10-15 menit.

c.       Obat Penenang (transquillizier)


Diazepam.

Diazepam merupakan golongan benzodiazepin. Pemberian dosis rendah, bersifat


sedatif sedangkan dosis besar hipnotik. Dosis premedikasi dewasa 10 ms
intramuskular atau 5-10 mg oral dengan dosis maksimal 15 mg. Dosis sedasi pada
analgesi regional 5-10 mg intravena. 

Midazolam.
Midazolam mempunyai awal dan lama kerja lebih pendek daripada diazepam.
Midazolam lebih disukai dibandingkan dengan diazepam. Dosis 50% dari dosis
diazepam.

2. OBAT PELUMPUH OTOT


Obat golongan ini menghambat transmisi neuromuskular sehingga
menimbulkan kelumpuhan pada otot rangka. Menurut mekanisme kerjanya, obat
ini dibagi menjadi 2 golongan yaitu obat penghamb at secara depolarisasi resisten
dan obat penghambat kompetitif atau nondepolarisasi. Pada anestesi umum obat
ini memudahkan dan mengurangi cidera tindakan laringoskopi dan intubadi
trakhea, serta memberi relaksasi otot yang dibutuhkan dalam pembedahan dan
ventilasi kendali.
Perbedaan obat pelumpuh otot depolarisasi dan nondepolarisasi.
·         Depolarisasi   : ada fasikulasi otot, berpotensi dengan antikolinesterase, tidak
menunjukkan kelumpuhan yang beertahap pada perangsangan tunggal atau
tetanik, belum dapat diatasi dengan obat spesifik, kelumpuhan berkurang dengan
pemberian obat pelumpuh otot nondepolarisasi dan asidosis.
·         Nondepolarisasi  : tidak ada fasikulasi otot, berpotensi dengan (hipokalemia,
hipotermia, obat anestetik inhalasi, eter, halotan, enfluran, isofluran),
menunjukkan kelumpuhan yang bertahap pada perangsangan tunggal atau tetanik,
dapat diantagonis oleh antikolin esterase.

a.      Obat Pelumpuh Otot Nondepolarisasi


Pavulon
Pavulon merupakan steroid sintetis yang banyak digunakan. Mulai kerja pada
menit kedua-ketiga untuk selama 30-40 menit. Memiliki efek akumulasi pada
pemberian berulang sehingga dosis rumatan harus dikurangi dan selamg waktu
diperpanjang. Dosis awal untuk relaksasi otot 0,08 mg/kgBB intravena pada
dewasa. Dosis rumatan setengah dosis awal. Dosis Intubasi trakea 0,15 mg/kgBB
intravena. Kemasan ampul 2 ml berisi 4 mg pavulon.

Trakrium.

Trakrium mempunyai struktur benzilisoquinolin yang berasal dari tanaman


Leontice Leontopeltalum. Keunggulannya adalah metabolisme terjadi di dalam
darah, tidak bergantung oada fungsi hati dan ginjal, tidak mempunyai efek
akumulasi pada pemberian berulang.

Vekuronium
Vekuronium merupakan homolog pankuronium bromida yang berkekuatan lebih
besar dan lama kerjanya singkat Zat anestetik ini tidak mempunyai efek akumulasi
pada pemberian berulang dan tidak menyebabkan perubahan fungsi
kardiovaskuler yang bermakna.

Rekuronium
Zat ini merupakan analog vekuronium dengan awal kerja lebih cepat.
Keuntungannya adalah tidak mengganggu fungsi ginjal, sedangkan kerugiannya
adalah terjadi gangguan fungsi hati dan efek kerja yang lebih lama

b.      Obat Pelumpuh Otot Depolarisasi.


Suksametonium
Mula kerja 1-2 menit dengan lama kerja 3-5 menit.Kemasan berupa bubuk putih
0,5-1 gram dan larutan suntik intravena 20,50 atau 100 mg/ml.

c.       Antagonis Pelumpuh Otot Nondepolarisasi


Prostigmin
Prostigmin merupakan antikolinesterase yang dapat mencegah hidrolisis dan
menimbulkan akumulasi asetilkolin. Prostigmin mempunyai efek nikotinik,
muskarirnik dan merupakan stimulan otot langsung. Efek musakrinik diantaranya
bradikardia, hiperperistaltik, spasme saluran cerna, pembentukan sekret jalan
napas dan liur, bronkospasme, berkeringat, miosis dan kontraksi vesika urinaria.

3.  OBAT ANESTESI INHALASI


Teknik pemberian obat inhalasi :
a.sistem terbuka
Cairan terbang(eter,kloroform,trikloretilen) diteteskan tetes demi tetes ke atas
helai kain kasa dibawah suatu kap dari kawat yang menutupi mulut dan hidung
pasien
b.sistem tertutup
Suatu mesin khusus menyalurkan suatu campuran gas dengan oksigen ke dalam
suatu kap dimana sejumlah CO2 dari ekshalasi dimasukkan kembali.
c.insuflasi
Gas atau uap ditiupkan kedalam mulut atau tenggorok dengan perantaraan suatu
mesin.

Zat-zat yang tergolong obat Anestesi Inhalasi adalah:


Dinitrogen Oksida (N2O)
N2O merupakan gas yang tidak berwarna, berbau manis, tidak iriatif, tidak berasa,
lebih berat dari udara, tidak mudah terbakar, dan tidak bereaksi dengan soda lime
absorber (pengikat CO2). Penggunaan dalam anestesi umumnya dipakai dalam
kombinasi N2O:O2 yaitu 60%: 40%, 70%:30%, dan 50%:50%. Dosis untuk
mendapatkan efek analgesik digunakan dengan perbandingan 20%:80%, untuk
induksi 80%:20%, dan pemeliharaan 70%:30%. N2O sangat berbahaya bila
digunakan pada pasien pneumotoraks, pneumomediastinum, obstruksi,emboli
udara dan timpanoplasti.

Halotan

Halotan merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak iritatif, mudah
menguap, tidak mudah terbakar,tidak bereaksi dengan soda lime, dan  mudah
diuraikan cahaya. Halotan merupakan obat anestetik dengan kekuatan 4-5 kali eter
atau 2 kali kloroform.Keuntungan pengguanaan halotan adalah induksi cepat dan
lancar, tidak mengiritasi jalan napas, bronkodilatassi, pemulihan cepat, proteksi
terhadap syok, jarang menyebabkan mual, tidak mudah. Kerugian adalag sangat
poten, relatif mudah terjadi overdosis, analgesi dan relaksasi yang kurang, harus
dikombinasi dengan obat analgetik dan relaksan, harga mahal, menimbulkan
hipotensi, aritmia, meningkatkan tekanan intrakranial, menggigil pasca anestesi
dan hepatotoksik. Overdosis relatif mudah terjadi dengan gejala gagal napas dan
sirkulasi yang dapat menyebabkan kematian.

Etil klorida. 
etil klorida merupakan cairan tidak berwarna, sangat mudah menguap, dan mudah
terbakar. Anestesi dengan etil klorida cepat terjadi namun juga cepat hilang.
Induksi dapat dicapai dalam 0,5-2 menit dengan waktu pemulihan 2-3 menit
sesudah pemberian anestesi dihentikan. Etil klorida sudah tidak dianjurkan lagi
untuk digunakan sebagai anestesi umum, namun hanya untuk induksi dengan
memberikan 20-30 tetes pada masker selama 30 detik. Pada sistem tetes terbuka
(open drop), etil klorida disemprotkan ke sungkup dengan volume 3-20 ml yang
menghasilkan uap ± 3,5-5% sehingga pasien  tidak sadar dan kemudian
dilanjutkan dengan penggunaan obat lain seperti eter. Etil klorida juga digunakan
sebagai anestetik local dengan cara menyemprotkannya pada kulit sampai beku.

Etil (dietil eter).
Eter merupakan cairan tidak berwarna, mudah menguap, berbau khas, mengiritasi
saluran napas, mudah terbakar/meledak, tidak bereaksi dengan soda lime
absorber, dan dapat terurai oleh udara serta cahaya. Eter merupakan obat anestetik
yang sangat kuat sehingga pasien dapat memasuki setiap tingkat anestesi. Eter
merupakan obat anestetik yang sangat kuat sehingga pasien dapat memasuki
setiap tingkat anestesi.
Eter dapat digunakan dengan berbagai metoda anestesi. Pada penggunaan
secaraopen drop uap eter akan turun ke bawah karena 6-10 kali lebih berat dari
udara. Penggunaan secara semi closed method dalam kombinasi dengan oksigen
dan N2O tidak dianjurkan pada operasi dengan tindakan kauterasi. Keuntungan
penggunaan eter adalah murah dan mudah didapat, tidak perlu digunakan bersama
dengan obat-obat lain karena telah memenuhi trias anestesi, cukup aman dengan
batas keamanan yang lebar, dan alat yang digunakan cukup sederhana.
Kerugiannya adalah mudah meledak/terbakar, bau tidak enak, mengiritasi jalan
napas, menimbulkan hipersekresi kelenjar ludah, menyebabkan mual dan muntah,
serta dapat menyebabkan hiperglikemia. Jumlah eter yang dibutuhkan tergantung
dari berat badan dan kondisi penderita, kebutuhan dalamnya anestesi dan teknik
yang digunakan. Dosis induksi 10-20% volume uap eter dalam oksigen atau
campuran oksigen dan N2O. dosis pemeliharaan stadium III 5-15% volume uap
eter.

Enfluran (ethran).
Enfluran merupakan obat anestetik eter berhalogen berbentuk cairan, mudah
menguap, tidak mudah terbakar, tidak bereaksi dengan soda lime. Induksi dengan
enfluran cepat dan lancar. Obat ini jarang menimbulkan mual dan muntah serta
masa pemulihannya cepat. Dosis induksi 2-4,5% dikombinasi dengan O2atay
campuran N2-O2. Dosis rumatan 0,5-3%.

Isofluran (forane)

Isofluran merupakan eter berhalogen, berbau tajam, dan tidak mutdah terbakar.
Keuntungan penggunaan isofluran adalah irama jantung stabil dan tidak
terangsang oleh adrenalin serta induksi dan masa pulih anestesi cepat. Namun,
harga obat ini mahal. Dosis induksi 3-3,5% dalam O2 atau campuran N2-O2. Dosis
rumatan 0,5-3%.
Sevofluran
Obat anestetik ini merupakan turunan eter berhalogen yang paling disukai intuk
induksi inhalasi. Induksinya enak, dan cepat terutama pada anak. Dosis induksi 6-
8 vol%. Dosis rumatan 1-2 vol%.

4. OBAT ANESTESI INTRAVENA


Natrium Tiopental (thiopental, pentotal). 
Thiopental berupa bubuk kuning yang bila akan digunakan dilarutkan dalam air
menjadi larutan 2,5% atau 5%. Indikasi pemberian tiopental adalah induksi
anestesi umum, operasi/tindakan yang singkat (reposisi fraktur, insisi, jahit luka,
dilatasi serviks, kuretase), sedasi pada anelgesi regional, dan untuk mengatasi
kejang-kejang eklampsia atau epilepsy. Kontra indikasinya adalah status
asmatikus, porfiria, syok, anemia, disfungsi hepar, dispnu berat, asma bronchial,
versi ekstraksi, miastemia gravis, dan riwayat alergi terhadap tiopental.
Keuntungan penggunaan tiopental adalah induksi mudah dan cepat, tidak ada
delirium masa pemulihan cepat, tidak ada iritasi mukosa jalan napas, sedangkan
kerugiannya adalah dapat menyebabkan depresi pernapasan, depresi
kardiovaskuler, cenderung menyebebkan spasme laring, relaksasi otot perut
kurang, dan bukan analgetik. Dosis induksi tiopental 2,5% adalah 3-6 mg/kgBB
intravena. Dosis sedasi 0,5-1,5 mg/kgBB.

Ketamin. 

Ketamin adalah suatu rapid acting nonbarbiturat general anaesthetic. Indikasi


pemakaian kentamin adalah prosedur dengan pengendalian jalan napas yang sulit,
prosedur diagnosis, tindakan ortopedi, pasien resiko tinggi, tindakan operasi
sibuk, dan asma. Kontra indikasinya adalah tekanan sistolik 160 mmHg dan
diastolic 100 mmHg. Riwayat penyakit serebrovaskular, dan gagal jantung. Dosis
induksi 1-4mg/kgBB intravena dengan dosis rata-rata 2 mg/kgBB untuk lama
kerja 15-20 menit, dosis tambahan 0,5 mg/kgBB sesuai kebutuhan. Dosis
pemberian intramuscular 6-13 mg/kgBB, rata-rata 10 mg/kgBB untuk lama kerja
10-25 menit.

Droperidol (dehidrobenzperidol, droleptan). 
Droperidol adalah turunan butirofenon dan merupakan antagonis reseptor
dopamine. Droperidol digunakan sebagai premedikasi (antiemetic yang baik) dan
sedasi pada anestesi regional. Obat anestetik ini juga dapat digunakan untuk
membantu prosedur intubasi, broskoskopi, esofagoskopi, dan gastroskopi.
Droperidol dapat menimbulkan reaksi ekstrapiramidal yang dapat diatasi dengan
pemberian difenhidramin. Dosis antimuntah droperidol 0,05 mg/kgBB (1,25-2,5
mg) intravena. Dosis premadikasi 0,04-o,07 mg/kgBB intravena. Dosis analgesi
neuroleptik 0,02-0,07 mg/kgBB intravena.

Dripivan (diisopropil fenol, propofol). 

Propofol adalah campuran 1% obat dalam air dan emulsi berisi 10% minyak
kedelai, 2,25% gliserol, dan lesitin telur. Propofol menghambat transmisi neuron
yang dihantarkan oleh GABA. Dosis induksi 1-2,5 mg/kgBB . Dosis rumatan 500
ug/kgBB/menit infus. Dosis sedasi 25-100 ug/kgBB/menit infus. Sebaiknya
menyuntikkan obat anestetik ini pada vena besar karena dapat menimbulkan nyeri
pada pemberian intravena.

5. OBAT ANESTESI REGIONAL


Obat anestesi regional/local adalah obat yang menghambat hantaran saraf
bila dikennakan secara local. Anestesi local ideal adalah yang tidak mengiritasi
atau merusak jaringan secara permanen, batas keamanan lebar, mula kerja singkat,
masa kerja cukup lama, larut dalam air, stabil dalam larutan, dapat disterikan
tanpa mengalami perubahan, dan efeknya reversible.

Lidokain.
 Lidokain (lignokain, xylocain) adalah anestetik local kuat yang digumakan secara
topkikal atau suntikan. Efek anestesi terjadi lebih cepat, kuat, dan ekstensif
dibandingkan prokain. Larutan lidokain 0,25-0,5% dengan atau tanpa adrenalin
digunakan untuk anestesi infiltrasi sedangkan larutan 1-2% untuk anestesi blok
dan topical. Untuk anestesi permukaan tersedia lidokain gel 2%, sedangkan pada
analgesi/anestesi lumbal digunakan larutan lidokain 5%.

Bupivakain.
 Bupivakain adalah anestetik golongan amida dengan mula kerja alambat dan
masa kerja panjang. Untuk anestesi blok digunakan larutan0,25-0,50% sedangkan
untuk anestesi spinal dipakai larutan 0,5%.

Anda mungkin juga menyukai