Anda di halaman 1dari 3

Sejarah

Tradisi Bersirih atau Menginang merupakan tradisi warisan budaya Indonesia yang dilakukan
secara turun menurun. Menyirih adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara
mengunyah bahan-bahan bersirih seperti pinang, sirih, gambir, tembakau, kapur, cengkih.
Kebiasaan ini telah berlangsung lama, yaitu lebih dari 2000 tahun yang lampau atau pada
zaman Neolitik, hingga saat ini.
Perilaku menyirih di Indonesia khususnya pada masyarakat Papua, dilakukan sejak Bangsa
Melanesia menginjakkan kaki di sekitar kawasan pasifik. Dalam budaya Papua perilaku
menyirih juga dijadikan sebagai pengantar saat pertemuan adat pernikahan. Perilaku menyirih
dilakukan di semua tempat, di perkotaan maupun di pedesaan. Hampir setiap golongan
masyarakat Papua, mulai dari pegawai negeri sipil, mahasiswa, maupun petugas kesehatan
memiliki perilaku menyirih yang fanatik. Menyirih juga dilakukan oleh beberapa orang dari
latar belakang pendidikan, baik dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, seperti pada
penelitian yang dilakukan (Guo dkk, 2013)
Kepercayaan
Masyarakat Indonesia sudah sejak lama mengenal perilaku menyirih. Mereka yakin bahwa
menyirih dapat menguatkan gigi, menyembuhkan luka kecil di mulut, menghilangkan bau
mulut, menghentikan pendarahan gusi, dan sebagai obat kumur. Daun sirih juga digunakan
sebagai antimikroba terhadap Streptococcus mutans yang merupakan bakteri yang paling
sering mengakibatkan kerusakan pada gigi (Astuti dkk, 2007).
Masyarakat suku asli Papua melakukan perilaku menyirih karena adanya kepercayaan yang
diwariskan turun temurun oleh para luhur. Frekuensi menyirih yang dilakukan oleh
masyarakat suku asli Papua yaitu > 2 kali dalam sehari, dengan mengkonsunsi lebih dari dua
buah pinang dengan usia lama meyirih > 5 tahun.
Bahan Menyirih
sirih, pinang, kapur dan gambir. Beberapa daerah juga menambahkan tembakau dalam
campuran
bahan menyirih.
Fungsi
1. Sebagai kegiatan untuk mencari kenikmatan dan penyedap, sama seperti kegiatan
merokok, meminum teh ataupun kopi.
2. Sebagai aktifitas pengobatan untuk merawat mulut. Karena masyarakat Indonesia meyakini
bahwa kegiatan menginang bisa membuat gigi menjadi kuat, menghilangkan bau mulut,
menyembuhkan luka di mulut, menghentikan pendarahan pada gusi dan dapat dijadikan
sebagai obat kumur.
3. Sebagai tata pergaulan dan tata nilai di dalam masyarakat. Karena bahan-bahan menginang
disuguhkan menjadi hidangan penghormatan untukmu tamu dan sebagai+ alat pengikat dalam
acara pertunangan.
4.sebagai sesaji. Karena bahan-bahan untuk menginang digunakan dalam acara upacara adat
istiadat dan upacara kepercayaan atau religi

Dampak Menyirih
Dampak positif
a. tubuh terasa segar
b. bau mulut menjadi hilang
c. terasa kuat.
d. menghentikan pendarahan pada gusi
e. obat kumur
Dampak negatif
a. lidah terasa tebal
b. luka pada pinggiran mulut dan lidah
c. pusing
d. ketagihan.

penelitian yang sudah dilakukan Nik Zatil (2009) tentang kanker rongga mulut yang
disebabkan karena perilaku menyirih berdasarkan laporan kasus, hasil penelitian yang
diperoleh bahwa pasien yang terkena kanker rongga mulut adalah rata-rata pasien yang
memiliki kebiasaan menyirih lebih dari 35 tahun, frekuensi menyirih yang lebih dari 10 kali
dalam sehari, ditambah dengan tidak diperhatikannya status kebersihan mulut dan gigi.
Penelitian di India, yang dilakukan di Tata Memorial Hospital menunjukkan bahwa 28%-
30% telah didiagnosa terkena fibrosis submukosa oral akibat sering menyirih. Penelitian
sejenis yang dilakukan oleh Lu dkk, (1996) di Taiwan telah menemukan bahwa menyirih
secara signifikan dihubungkan dengan risiko terjadinya kanker rongga mulut. Lin dkk (2000)
di Taiwan juga telah melakukan penelitian pada hamster yang diberi komponen menyirih,
terbukti bahwa komponen menyirih dapat memicu terjadinya kanker rongga mulut penelitian
yang dilakukan oleh Andriyani (2005) yang menyatakan bahwa menyirih dapat membentuk
stein atau perubahan warna pada gigi. Perubahan tersebut diakibatkan oleh oksidasi polifenol
dari buah pinang. Selain hal tersebut, menyirih juga mengakibatkan atrasi dan abrasi yang
disebabkan oleh gambir dan kapur.Dari perilaku ini sebagian masyarakat memiliki masalah
dengan rongga mulut.
Berdasarkan data dari dinas kesehatan kota Jayapura (Gambar. 1) beberapa macam penyakit
rongga mulut di wilayah kerja Puskesmas Elly Uyo antara lain, Karies gigi merupakan
kerusakan yang terjadi pada email dan dentin gigi. Kerusan ini diakibtkan oleh asamyang
dihasilkan oleh bakteri dalam plak gigi. Penyakit pulpa dan jaringan pengikat merupakan
kelainan yang terjadi di jaringan pulpa. Kelianan ini diakibatkan oleh iritasi bakteri, mekanis,
dan kimia yang terakhir yaitu Gingivitis dan penyakit periodontal yaitu penyakit yang
diakibatkan karena pertumbuhan bakteri di dalam mulut dan kurangnya perawatan gigi yang
ditandai dengan perdarahan pada gusi.Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada
masyarakat suku Karo yang juga memiliki perilaku menyirih, didapat bahwa semua
responden mengalami kerusakan jaringan periodontal Samura (2009).

Anda mungkin juga menyukai