Anda di halaman 1dari 12

Hubungan

Hubungan Pengetahuan
Pengetahuan dan
dan Frekuensi
Frekuensi
Menyirih
Menyirih dengan
dengan Kejadian
Kejadian Periodontal
Periodontal
Pada Lansia
Pada Lansia di
di Desa
Desa Loloan
Loloan Kecamatan
Kecamatan
Bayan Kabupaten
Bayan Kabupaten Lombok
Lombok Utara
Utara Tahun
Tahun
2017
2017
Oleh
Oleh::Kelompok
KelompokEE

- Review Jurnal Transkultural pada -Lansia


Members
 Gezi Maretha 1911313019
 Hesty Amelia Mayora 1911313025
 Fajar Audio 1911313028
 Aida Adila 1911313031
 Miftahur Rahmi 1911313034
 M. Abdan Syakura 1911313037
 Amanda Echa Putrie 1911313043
 
1. Pengarang:I Gusti Made Geria Jelantik & Putri Eli
Marlina,Widyasiwara Bapelkes Provinsi NTB/ Dosen FKM
UNTB,Assisten Peneliti Fakultas Kesehatan Masyarakat UNTB

1. 2. Jenis Jurnal : Jurnal Kesehatan Komunitas.

2. 3. No. ISSN : 2615-3505 (Online),

3. 4. ISSN : 1978-3787 (Print)

4. 5. Vol.12, No.10 Mei 2018


Latar Belakang Budaya Menyirih

Desa Loloan merupakan salah satu desa di Kecamatan Bayan dengan luas wilayah 3.000 Ha dengan jumlah
penududuk 3.520 jiwa. Mata pencaharian sebagian besar adalah Petani. Di
desa Loloan kebiasaan menyirih berkaitan erat dengan adat kebisaan setempat. Adat kebiasaan
ini dilakukan pada saat upacara kedaerahan atau pada acara yang bersifat ritual keagamaan.
Kepercayaan masyarakat di Desa Loloan tentang menyirih dapat memperkuat gigi dan
menghindari penyakit mulut seperti mengobati gigi yang sakit dan nafas yang tidak sedap
kemungkinan telah mendarah daging diantara para penggunanya.

Frekuensi menyirih yang masih sering dilakukan yaitu 3-5 kali dalam sehari. Adapun waktu untuk mengunyah
sirih adala sebelum dan sesudah sarapan pagi, setelah makan siang, sore hari dan setelah makan malam,
kadang ada juga sebagai cemilan untuk begadang nonton tv. Efek menyirih terhadap gigi dari segi positifnya
adalah menghambat proses pembentukan karies, sedangkan efek negative dari menyirih terhadap gigi dan
gingival dapat menyebabkan timbulnya stein, selain itu dapat menyebabkan penyakit periodontal dan pada
mukosa mulut dapat menyebabkan timbulnya lesi-lesi pada mukosa mulut,oral hygine yang buruk dan dapat
menyebabkan atropi pada mukosa lidah (Eliza,2009
Metode Penelitian:

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik observasional yaitu penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Frekuensi Menyirih pada Lanjut Usia (Lansia) di Desa Loloan
Tahun 2017. Penelitian ini dilakukan secara Crossectional yaitu pengambilan data dilakukan pada periode
waktu bersamaan. Populasi dari Penelitian ini adalah seluruh Lanjut Usia (lansia) yang berada di Desa
Loloan pada tahun 2016 sejumlah 118 jiwa. Dengan rentang usia 45-80 tahun yang aktif menyirih baik Laki-
Laki maupun Perempuan. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian Lanjut Usia ( Lansia) di Desa Loloan
Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara Tahun 2016. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
mencakup data primer. Data primer yaitu data yang di peroleh langsung dari responden melalui wawancara
(interview) dengan berpedoman kuisioner yang telah di siapkan. Serta melalui pemeriksaan (observasi)
pada jaringan periodontal oleh petugas kesehatan (Perawat Gigi) Puskesmas Senaru. ampel penelitian
merupakan Lansia yang berada di Desa Loloan yang berumur 45-80 thn.
Hasil
Umur diatas dari keseluruhan sampel 54 (100%) terdapat Umur paruh baya 15 (27,8%), dan
umur tua 39 (72,2%) Dimana paling banyak adalah umur Tua. jenis kelamin diatas dari
keseluruhan sampel 54 (100%) terdapat jenis kelamin perempuan 36 (66,7%) dan jenis
kelamin laki-laki 18 (33,3%). Dimana Paling banyak adalah jenis kelamin perempuan. Tingkat
pengetahuan responden Dari total Sampel 54 (100%) terdapat pengetahuan baik 10 (18,5 %),
pengetahuan cukup 17 (31,5%) dan pengetahuan kurang 27 (50,0%). Dimana paling banyak
adalah pengetahuan kurang. 6 frekuensi menyirih dari total sampel 54 (100%) terdapat
frekuensi menyirih jarang 10 (18,5%), sering 11 (20,4 %) dan frekuensi menyirih sangat sering
33 (61,6%).
Dimana frekuensi menyirih paling banyak adalah frekuensi menyirih sangat sering. kejadian
periodontal dari total sampel 54 (100%) terdapat kejadian periodontal sehat 10 (18,5%), parah
12 (22,2%), dan sangat parah 32 (59,3%). Dan berdasarkan hasil uji ordinal regression
coefficient terdapat nilai variabel pengetahuan p= 0,610 lebih besar dari alpa (a = 0,05)
sehingga dapat dikatakan tidak ada hubungan pengetahuan dengan kejadian periodontal.
Sedangkan variabel frekuensi menyirih p = 0,000 lebih kecil dari alpa (a = 0,05) sehingga
dapat dikatakan ada hubungan frekuensi menyiih dengan kejadian periodontal.
Pembahasan -
Effek menyirih terhadap gigi dari segi positif adalah menghambat proses pembentukan
karies, sedangkan efek negatif dari menyirih terhadap gigi dan gingiva dapat menyebabkan
timbulnya stein (gigi menjadi hitam), selain itu dapat menyebabkan penyakit periodontal
dan pada mukosa mulut dapat menyebabkan timbul-nya lesi-lesi pada mukosa mulut, oral
hygine yang buruk, dan dapat menyebabkan atropi pada mukosa lidah.Hal ini sejalan
dengan penelitian Indriyani (2005) yang menyatakan bahwa mentirih menyebabkan stein
diakibatkan oleh oksidai polifenol dari buah pinang.Selain itu menyirih mengakibatkan
atrasi dan abrasi yang disebabkan oleh gambir dan kapur sehingga merusak kesehatan
rongga mulut. Berdasarkan teori Leininger Transcultural Nursing, menyarankan perawat
seharusnya memahami budaya yang ada di masyarakat dalam pemberian asuhan
keperawatan. Tiga strategi dalam pelaksanaan perawatan transkultural yaitu pelestarian
atau pemeliharaan budaya, akomodasi atau negosiasi budaya, dan pengstrukturisasi ulang
budaya (Alligood, 2018).
Begitu juga pada penelitian yang dilakukan di Blitar, Jawa Timur, kebiasaan menyirih
tidak lepas dari kepercayaan masyarakat yang mempercayai bahwa mengunyah sirih
pinang dapat memberikan kenikmatan seperti orang merokok, sebagai aktifitas di waktu
senggang, dapat menghilangkan bau nafas, mengunyah sirih pinang karena turun temurun
dan ada yang percaya dapat memperkuat gigi, namun hasil penelitian yang didapat
menunjukkan sebaliknya kesehatan gigi menjadi terganggu akibatnya gigi tidak utuh
bahkan ada yang tidak beraturan, gigi yang tanggal, karies gigi dan warna gigi yang
berubah menjadi hitam. Pengetahuan masyarakat yang minim terhadap kesehatan gigi
kemungkinan juga menjadi penyebab kerusakan pada gigi.
-Pembahasan-
Didukung juga oleh penelitian yang dilakukan oleh Samura pada Masyarakat Suku Karo Didesa Biru-Biru
Kabupaten menemukan tingginya frekuensi menyirih yang > 4x sehari 52,2% dibandingkan dengan frekuensi
menyirih < 1- 4 x sehari 47,8 % . Sedangkan hubungan frekuensi menyirih dengan kejadian perio-dontal
menunjukan nilai dengan sig (2tailed) sebesar 0,000. Dimana sig (2-tailed) lebih kecil dari taraf nyata 0,05
artinya ada hubungan frekuensi menyirih dengan kejadi-an periodontal.
 
Mnggunakan strategi 3 model intervensi teori dari Leininger dimana salah satu strategi intervensinya yaitu pertama
tetap mempertahankan budaya (culture care maintening) menyirih karena berdampak baik untuk kesehatan gigi dan
mulut karena mengunyah sirih dan biji pinang bisa memicu poduksi air liur yang mengandung protein dan mineral
yang baik untuk gigi dan gusi,tetapi juga perlu diterapkan strategi kedua yaitu mengakomodasi atau menegosiasi
budaya menyirih pada lansia di Desa Loloan,Lombok Utara terutama frekuensi dan lamanya mengunyah sirih
dikurangi karena frekuensi menyirih yang terlalu sering/lama dapat meningkatkan kasus periodontal pada lansia di
Desa Loloan terutama ditimbulkan oleh kapur pada pinang,mungkin dengan mengedukasi masyarakat untuk
mengurangi frekuensi menyirih serta memberikan promosi kesehatan terkait kebersihan gigi dan mulut.
-Kesimpulan-
Ada hubungan pengetahuan dan frekuensi menyirih dengan kejadian
periodontal pada Lansia Di Desa Loloan Kecamatan Bayan Kabupaten
Lombok Utara Tahun 2017.Untuk itu diperlukan strategi intervensi Leininger
salah satunya yaitu yang paling efektif untuk mengurangi kasus periodontal
pada lansia di Desa Loloan adalah dengan mengakomodasi atau negosiasi
budaya atau membantu lansia beradaptasi dengan kebudayaan tertentu
yang lebih menguntungkan serta membantu memilihkan kebudayaan lain
yang mendukung kesehatan gigi lansia di desa Loloan terhadap frekuensi
seringnya kebiasaan menyirih mungkin dengan mengurangi frekuensi dan
lamanya menyirih atau dengan memberikan edukasi terkait penyuluhan
dan promosi kesehatan pentingnya pengobatan gigi dan mulut,pengobatan
dan pengecekan kesehatan gigi gratis di puskesmas setempat.
THANKS CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai