Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 14, No.

2, Oktober 2018 P-ISSN 1907 - 0357


E-ISSN 2655 - 2310

PENELITIAN
HUBUNGAN PERILAKU MENYIKAT GIGI PADA MALAM
HARI DENGAN TINGKAT KEPARAHAN GINGIVITIS PADA
REMAJA DI BANDAR LAMPUNG
Linasari*, Karsal Meilendra*
*Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Tanjungkarang
E-mail: linasari1@gmail.com

Menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan cara menyikat gigi diwaktu yang tepat pada malam hari
sebelum tidur belum menjadi perilaku masyarakat Indonesia. Hal tersebut tentu saja dapat menyebabkan
berbagai masalah, salah satunya adalah gingivitis.Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui Pengaruh
perilaku menyikat gigi pada malam hari terhadap terjadinya Tingkat keparahan gingivitis pada remaja
Bandar Lampung. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif Analitik dengan pendekatan cross
sectional. Menyikat gigi pada malam hari sangat penting dilakukan, karena apabila tidak menyikat gigi
pada malam hari penumpukan sisa – sisa makanan yang tertumpuk akan diubah oleh bakteri menjadi
asam yang menginflamasi gingiva, keadaan tersebut diperburuk dengan jumlah saliva yang berkurang
pada saat tidur sehingga asam yang dihasilkan akan semakin pekat dan kemampuannya untuk merusak
semakin besar pula. Hal ini dibuktikan dengan nilai p value 0,000 < α (0,05) sehingga ada pengaruh yang
kuat antara kebiasaan menyikat gigi pada malam hari dengan tingkat terjadinya gingivitis pada remaja di
Bandar Lampung.

Kata Kunci: Gingivitis, Menyikat Gigi

LATAR BELAKANG gigi merupakan cara yang umum


dianjurkan untuk membersihkan deposit
Kesehatan merupakan bagian penting lunak pada permukaan gigi dan gusi
dalam kehidupan manusia. Kesehatan (Djuita, 1992:65).
adalah keadaaan sehat baik secara fisik, Sehingga dapat diartikan perilaku
mental, spiritual, maupun sosial yang menyikat gigi adalah suatu kegiatan yang
memungkinkan setiap orang hidup dapat diamati atau tidak untuk
produktif secara sosial dan ekonomis (UU. membersihkan deposit lunak pada
RI NO.36 tentang kesehatan, 2013). Selain permukaan gigi dengan tujuan memelihara
kesehatan secara umum yang perlu kesehatan gigi dan mulut. Secara umum
diperhatikan, kesehatan gigi juga sangat tujuan menyikat gigi adalah
penting untuk diperhatikan karena sangat menghilangkan dan mengganggu
mempengaruhi kualitas kehidupan, pembentukan plak, membersihkan gigi dari
termasuk fungsi bicara, pengunyahan, dan makanan, debris dan pewarnaan. (Sriyono,
rasa percaya diri. (Putri, Eliza, Neneng, 2005:54). Banyak faktor yang perlu
2012:1). Adapun faktor yang diperhatikan dalam meyikat gigi. Menurut
mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut Manson dalam Djuita (1913) menyikat gigi
salah satunya adalah perilaku kesehatan. sebaiknya 2 kali sehari,yaitu setiap kali
Perilaku merupakan kumpulan setelah makan pagi dan sebelum tidur
berbagai faktor yang saling berhubungan malam, meskipun demikian LOE dalam
untuk menunjang kesehatan. Secara umum Djuita (1992) menunjukan dengan suatu
Perilaku kesehatan adalah semua aktifikas percobaan bahwa dengan frekuensi
atau kegiatan seseorang baik yang dapat menyikat gigi satu kali secara teliti sehinga
diamati maupun yang tidak dapat diamati semua plak hilang, gusi dapat
yang berkaitan dengan pemeliharaan dan dipertahankan dalam keadaan sehat.
peningkatan kesehatan (Notoatmodjo, Ditinjau dari waktu menyikat gigi
2010:23). Salah satu perilaku hidup sehat yang tepat, yaitu waktu pagi sesudah
adalah dengan menyikat gigi. Menyikat sarapan dan malam sebelum tidur yang

[200]
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 14, No. 2, Oktober 2018 P-ISSN 1907 - 0357
E-ISSN 2655 - 2310
belum menjadi perilaku masyarakat peneliti lakukan pada 10 orang siswa/I di
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari hasil salah satu SMP di Kota Bandar Lampung
RISKESDAS 2013 menunjukan bahwa didapatkan bahwa 7 orang tidak memiliki
hanya 2,3% penduduk Indonesia yang perilaku menyikat gigi malam, dan 3
menyikat gigi dengan benar dan lainnya menyikat gigi malam, 8 orang
persentase perilaku menyikat gigi malam mengalami gingivitis dan 2 lainnya sehat.
sebelum tidur hanya 27,3%, untuk provinsi
Lampung persentase menyikat gigi dengan
benar 0,4% sedangkan untuk persentase METODE
menyikat gigi malam sebelum tidur hanya
8,5% , perilaku menyikat gigi pada waktu Metode penelitian yang digunakan
yang tepat menurut karakteristik kelompok adalah deskriptif Analitik dengan
umur 10 – 14 tahun menunjukan angka pendekatan cross sectional. Populasi pada
1,7% dan perilaku menyikat gigi malam penelitian ini adalah seluruh siswa di salah
sebelum tidur hanya 22,4%. (Kemenkes, satu SMP di Kota Bandar Lampung.
2014). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh
Menyikat gigi pada malam hari harus populasi yang berjumlah 142 orang.
menjadi perilaku masyarakat Indonesia. Variabel dalam penelitian ini adalah
Hal ini disebabkan karena pada malam hari sebagai berikut: Variabel bebas
air ludah berkurang sehingga asam yang (Independen) adalah variabel yang dapat
dihasilkan oleh plak akan lebih pekat dan mempengaruhi variabel terikat yang dalam
kemampuannya untuk merusak gigi penelitian ini adalah menyikat gigi pada
tentunya menjadi lebih besar. (Rahmadhan, malam hari. Dan variabel terikat
2010:23). Plak yang tidak dibersihkkan (Dependen) adalah variabel yang terikat
dapat menyebabkan berbagai penyakit gigi atau variabel yang dipengaruhi oleh varibel
dan mulut seperti penyakit periodontal. bebas. Variabel terikat dalam penelitian
Penyakit periodontal merupakan adalah gingivitis. Analisis data dilakukan
masalah kesehatan gigi dan mulut yang secara univariat dan bivariat dengan uji chi
masih cukup tinggi di Indonesia. Hasil square.
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT
2011) Departemen Kesehatan RI
menunjukkan bahwa penyakit gigi dan HASIL
mulut khususnya penyakit periodontal
merupakan masalah yang cukup tinggi Tabel 1: Distribusi Frekuensi Responden
(60%) yang dikeluhkan oleh masyarakat. Menurut Kebiasaan Menyikat
(Admin,2011,http://www.ui.ac.id/news/arc Gigi Pada Malam Hari
hive/5185). Tahap awal dari penyakit
periodontal adalah gusi berdarah atau Kebiasaan Menyikat Gigi
f %
disebut gingivitis yang berarti peradangan Pada Malam Hari
jaringan gusi (gingiva). (Kusumawardani, Ya 114 80,3
2011:29). Tidak 28 19,7
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jumlah 142 100
Afriza tentang hubungan CPITN dengan
frekuensi menyikat gigi usia 17 – 50 tahun Berdasarkan tabel di atas tentang
di RT 14 RW 06 Kauman Metro Pusat kebiasaan menyikat gigi pada malam hari
Kotamadya Metro tahun 2007 pada 110 didapatkan hasil presentase kebiasaan
orang responden, didapat sebanyak 2 menyikat gigi pada malam hari siswa/I,
orang (1,8%) memiliki kondisi sehat, 5 diperoleh presentase terbesar sampel
orang (4,5%) memiliki kondisi perdarahan, adalah siswa/I menyikat gigi pada malam
84 orang (76,4%) memiliki karang gigi, hari yaitu sebanyak 114 siswa (80,3%) dan
dan 19 orang (17,3%) lain – lain. persentase siswa/I yang tidak menyikat
Berdasarkan hasil survei awal yang

[201]
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 14, No. 2, Oktober 2018 P-ISSN 1907 - 0357
E-ISSN 2655 - 2310
gigi pada malam hari sebanyak 28 siswa 33,3 %. Sedangkan siswa dengan
(19,7%). kebiasaan dengan tidak menyikat gigi pada
malam hari memiliki kondisi gingivitis
Tabel 1: Distribusi Frekuensi Responden baik sebesar 6,7 %, kondisi gingivitis
Menurut Tingkat Keparahan ringan sebesar 66,7 %, kondisi gingivitis
Ginggivitis sedang sebesar 100%, dan kondisi
gingivitits berat sebesar 100%. Hal ini
Tingkat Keparahan dibuktikan dengan nilai p value 0,000 < α
f %
Gingivitis (0,05) sehingga ada hubungan antara
Baik 119 83,8 kebiasaan menyikat gigi pada malam hari
Ringan 9 6,3 dengan tingkat keparahan gingivitis.
Sedang 9 6,3
Berat 5 3,5
Jumlah 142 100 PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel di atas tentang Hasil penelitian ini sesuai dengan


frekuensi responden berdasarkan tingkat hasil RISKESDAS 2013 di Indonesia yang
keparahan gingivitis didapatkan hasil menunjukan perilaku menyikat gigi pada
presentase tingkat keparahan gingivitis malam hari menurut karakteristik umur 10
siswa/I, diperoleh presentase siswa/I – 14 tahun sebesar 22,4%, dan untuk
dengan tingkat keparahan gingivitis baik provinsi Lampung persentase persentase
sebanyak 119 siswa (83,8%), persentase menyikat gigi pada malam hari hanya
siswa/I dengan tingkat keparahan gingivitis sebesar 8,5%. Kemudian dari penelitian ini
ringan sebanyak 9 siswa (6,3%), juga diketahui bahwa dari 27 responden
persentase siswa/I dengan tingkat yang menyikat gigi pada malam hari,
keparahan gingivitis sedang sebanyak 9 sebanyak 9 orang (33,3%) mengalami
siswa (6,3 %), dan persentase siswa/I gingivitis dan sebanyak 18 orang (66,7%)
dengan tingkat keparahan berat sebanyak 5 tidak mengalami gingivitis.
siswa (3,5%). Gingiva merupakan jaringan lunak
yang menutupi leher gigi dan tulang
Tabel 6: Hasil Analisis Hubungan Perilaku rahang, baik yang terdapat pada rahang
Menyikat Gigi Pada Malam Hari atas maupun rahang bawah (Machfoedz,
dengan Tingkat Keparahan 2005:35). Fungsi dari gingiva selain
Gingivitis estetik, juga sebagai memperkokoh posisi
gigi pada soketnya, serta sebagai
Perilaku Kondisi Gingivitis pertahanan pertama terhadap bakteri yang
Menyikat Gigi Baik Ringan Sedang Berat
Malam Hari
menyerang jaringan periodontal.
f % f % f % f %
Ya 111 93,3 3 33,3 0 0 0 0 Gingivitis yang artinya peradangan
Tidak 8 6,7 6 66,7 9 100 5 100 pada jaringan gusi merupakan tahap awal
Total 119 100 9 100 9 100 5 100 dari penyakit periodontal. Gingivitis dapat
p value 0,000 terjadi karena banyak penyebab, salah
satunya adalah sisa – sisa makanan yang
melekat pada permukaan gigi yang tidak
Berdasarkan tabel di atas terhadap
dibersihkan. Jika pembersihan dilakukan
hubungan menyikat gigi pada malam hari
secara tidak maksimal, maka dalam jangka
dengan tingkat terjadinya keparahan
lama akan terjadi pembentukan plak yang
gingivitis pada responden, hasil tersebut
kemudian berlanjut menjadi karang gigi
menunjukkan persentase siswa dengan
dan aktifitas bakteri akan menghasilkan
kebiasaan menyikat gigi pada malam hari
toksin yang akan masuk keruang antara
cenderung memiliki kondisi gingivitis
gigi dan gusi (sulkus gingiva) serta
yang baik sebesar 93,3 %, dengan
menginfeksinya dan terjadi peradangan
kebiasaan menyikat gigi pada malam hari
pada gusi (Setyaningsih, 2007:31). Oleh
memiliki kondisi gingivitis ringan sebesar
[202]
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 14, No. 2, Oktober 2018 P-ISSN 1907 - 0357
E-ISSN 2655 - 2310
karena itu membersihkan gigi dari sisa – dan oral hygien buruk. Sedangkan untuk
sisa makanan sangat penting dilakukan manula kelainan atau penyakit periodontal
yaitu dengan cara menyikat gigi pagi sering dialami adalah resesi gusi. Hal ini
setelah sarapan dan malam sebelum tidur. dapat disebabkan oleh cara menyikat gigi
Kemudian timbulnya gingivitis juga dapat yang salah pada jangka waktu yang lama
dipercepat dengan adanya faktor iritasi sehingga terjadi luka dan mempengaruhi
lokal dan sistemik. Faktor lokal yaitu perlekatan gusi pada gigi. Resesi gusi pada
materia alba, karang gigi, overhanging, dan manula juga dapat terjadi akibat lanjut dari
obat seperti arsen dan phenol. Faktor poket yang disebabkan oleh oral hygiene
sistemik yaitu ketidak seimbangan buruk yang mempengaruhi kedalaman
hormonal seperti pubertas dan kehamilan, sulkus gingiva. Poket tersebut ditandai
kelainan darah, malnutrisi, obat – obatan dengan warna dinding poket merah tua
seperti dilatin sodium( PUSDIKNAKES, sampai kebiruan, gingival margin bengkak
1996:36). Oral hygiene yang buruk seperti menutupi sebagian email, permukaannya
karang gigi dapat menimbulkan gingivitis mengkilap dan stippling hilang, dinding
karena memilki permukaan yang kasar dan poket mudah diangkat, bila ditusuk pada
mempererat perlekatan plak dan bakteri bagian dalam poket akan terasa sakit dan
yang menginflamasi gingiva, permukaan berdarah, keluarnya eksudat dari marginal,
kalkulus yang kasar juga dapat gigi goyang, elongasi, migrasi (Susilowati,
menyebabkan kerusakan dan luka pada 2006:30).
permukaan gusi saat terjadi gerakan atau Menyikat gigi pada malam hari
gesekan tertentu seperti menyikat gigi, sangat penting dilakukan, karena apabila
makan, dan bicara.(Djuita, 1992:77). tidak menyikat gigi pada malam hari
Hasil penelitian ini sejalan dengan penumpukan sisa – sisa makanan yang
penelitian yang dilakukan oleh Afriza tertumpuk akan diubah oleh bakteri
tentang hubungan CPITN dengan frekuensi menjadi asam yang menginflamasi
menyikat gigi usia 17 – 50 tahun di RT 14 gingiva, keadaan tersebut diperburuk
RW 06 Kauman Metro Pusat Kotamadya dengan jumlah saliva yang berkurang pada
Metro tahun 2007 pada 110 orang saat tidur sehingga asam yang dihasilkan
responden, didapat sebanyak 2 orang akan semakin pekat dan kemampuannya
(1,8%) memiliki kondisi sehat, 5 orang untuk merusak semakin besar pula
(4,5%) memiliki kondisi perdarahan, 84 (Rahmadhan, 2010:23). Bakteri dalam plak
orang (76,4%) memiliki karang gigi. dapat menyebabkan inflamasi pada gingiva
Walaupun demikian gingivitis yang dengan cara menghasilkan hasilkan enzim
terjadi pada siswa/I yang memiliki perilaku yang mampu menghidrolisis komponen
menyikat gigi pada malam hari berbeda interseluler dari epitel gingiva dan jaringan
dengan penyakit ataupun kelainan yang ikat dibawahnya, endotoksin yang
terjadi pada manula karena gingivitis dihasilkan oleh bakteri setelah bakteri itu
siswa/I dapat disebabkan oleh kondisi gigi mengalami kematian juga dapat
yang berjejal sehingga terjadi penumpukan menginfeksi jaringan gingiva, dan reaksi
plak pada bagian yang tidak terjangkau antigen-antibodi yang abnormal sebagai
oleh sikat gigi. penyebab lainnya juga respon tubuh terhadap antigen bakteri
dapat disebabkan oleh cara menyikat gigi sehingga sistem kekebalan tubuh akan
yang salah mengingat di SMP N 22 mengeluarkan suatu substansi yang
Bandar Lampung tersebut tidak pernah mempengaruhi resistensi jaringan gingiva
diadakan penyuluhan tentang kesehatan terhadap bakteri dan hasil metabolismenya
gigi dan mulut khususnya menyikat gigi. sehingga menimbulkan proses peradangan.
Pada masa pubertas pengaruh
hormon juga dapat menyebabkan gingivitis
yaitu puberty gingivitis yang ditandai
dengan warna gusi merah kebiruan,
pembengkakan yang merata, hiperplasi,

[203]
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 14, No. 2, Oktober 2018 P-ISSN 1907 - 0357
E-ISSN 2655 - 2310
KESIMPULAN Tenaga Kesehatan. Jakarta: 122
halaman.
Berdasarkan hasil penelitian yang Putri, Megananda Hiranya; Eliza
dilakukan disimpulkan ada hubungan Herijulianti; Neneng Nurjannah.
antara kebiasaan menyikat gigi pada 2012. Ilmu Pencegahan Penyakit
malam hari dengan tingkat keparahan Jaringan Keras dan Jaringan
gingivitis pada remaja di Kota Bandar Pendukung Gigi. EGC. Jakarta: 234
Lampung. halaman.
Selanjutnya penelitian ini Kemenkes. (2014). Riskesdas 2013:
menyarankan agar kebiasaan menyikat gigi Kesehatan Gigi dan Mulut. Tersedia
pada malam hari sejak dini diajarkan oleh (http://depkes.go.id/
orang tua di rumah dan oleh guru di downloads/riskesdas2013/Hasil%20
sekolah-sekolah. Riskesdas%202013.pdf) (4
Februari 2014)
DAFTAR PUSTAKA Setyaningsih, Dwi. 2007. Menjaga
Kesehatan Gigi dan Mulut. Sinar
Afriza, Zelda Nora. 2007. Hubungan Cemerlang Abadi. Jakarta: 55
CPITN dengan Frekuensi Menyikat halaman.
Gigi Usia 17-50 di RT 14 RW 06 SKRT. 2011. Penyakit Periodontal.
Kauman Metro Pusat Kotamadya Tersedia (http://www.ui.ac.id/
Metro, KTI Keperawatan Gigi, news/archive/5185) (4 Februari
Poltekkes Tanjungkarang : Bandar 2014)
Lampung Sriyono, Niken Widyanti. 2005. Pengantar
Djuita, Indah. 1992. Spesifik Protection. Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Medika. Yogyakarta: 83 halaman.
107 halaman. Susilowati, Aning. 2006. Ilmu Penyakit
Kusumawardani, Endah. 2011. Buruknya Gigi dan Mulut. Poltekkes.
kesehatan gigi dan mulut. Siklus. Semarang:. 30 halaman
Yogyakarta: 130 halaman. UU RI. 2009. Undang – Undang Republik
Machfoedz, Ircham; Asmar Yetti Zein. Indonesia No. 36 Tentang
2005. Menjaga Kesehatan Gigi dan Kesehatan. Tersedia.
Mulut Anak – Anak dan Ibu Hamil. (http://www.depkes.go.id/dowload/U
Fitramaya. Yogyakarta: 90 halaman. U_Th 2009_Tentang_Kesehatan.pdf)
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. 1996. (4 Februari 2014).
Oral Diagnostik. Pusat Pendidikan

[204]

Anda mungkin juga menyukai