PENDAHULUAN
masyarakat, bangsa dan Negara yang aman, bersatu, rukun dan damai; (2)
kesetaraan, dan hak asasi manusia, serta (3) Terwujudnya perekonomian yang
Indonesia yang aman dan damai (2) mewujudkan Indonesia yang adil dan
menunjukkan organ gigi adalah penting dalam kehidupan. Dalam Kitab Perjanjian
1
yang sangat berharga sehingga tidak dapat digantikan dengan organ lain, seperti
tertulis “mata ganti mata dan gigi ganti gigi” (Keluaran 21:24). Catatan mengenai
gigi juga dapat dilihat pada dunia era primitif, seperti bangsa Maya (sekitar
Guatemala dan Honduras saat ini). Mereka mempunyai keahlian yang tinggi
dalam seni preparasi gigi dan mengisinya dengan berbagai ornamen batu-batuan
someone knocks out the tooth of an equal. His own tooth is knocked out.”
Menurut legenda bangsa Sumeria, karies gigi disebabkan ulat yang menghisap
darah pada gigi. Catatan mengenai hal ini ditemukan pada lempengan tanah liat
yang digali dekat Niffer, Ur dan beberapa kota sekitar lembah bagian bawah
Cina pada 1000 tahun sebelum Masehi menggambarkan ulat masuk ke rongga
mulut dan menyebabkan lobang pada gigi. Suku Azctecs yang mendiami daerah
yang sekarang disebut Mexico City, juga meyakini ulat adalah penyebab karies
gigi. Penderita mengatasi rasa sakitnya dengan mengunyah cabe pedas serta
mengoleskan campuran ulat dan terpentin pada pipi bagian gigi yang sakit dan
bahwa ulat adalah penyebab karies gigi didapati sampai abad ke-18 Hal ini terlihat
dari tulisan Homer dan cerita-cerita rakyat di Cina, India, Finlandia, dan
2
Pada era modern sekarang ini, penelitian yang dilakukan di berbagai
gigi yang terkena karies. Perubahan kejadian karies pada penduduk menunjukkan
karies gigi adalah penyakit peradaban seperti yang terlihat dari studi yang
makanan impor dari Barat yang banyak mengandung gula. Penduduk yang tidak
tahun 2001 menyatakan, di antara penyakit yang dikeluhkan dan yang tidak
dikeluhkan, prevalensi penyakit gigi dan mulut adalah tertinggi meliputi 60%
penduduk. Gigi dan mulut merupakan investasi bagi kesehatan seumur hidup.
utama kesehatan gigi dan mulut. Penyakit ini terjadi karena demineralisasi
jaringan permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari makanan yang
potensi mengalami gangguan seumur hidup. Namun demikian penyakit ini sering
3
karena jarang membahayakan jiwa. Untuk terjadinya kavitas karies pada
permukaan licin gigi yang dapat terlihat secara klinis dibutuhkan waktu kira-kira
18 bulan ± 6 bulan. Karies gigi pada tahap awal tidak menimbulkan rasa sakit
namun pada tahap lanjut dapat menimbulkan rasa sakit, baik pada gigi yang
terkena maupun daerah sekitar gigi tersebut. Rasa sakit ini pada permulaannya
didahului oleh sakit yang ringan pada saat gigi kontak makanan/minuman dingin
atau panas. Apabila lobang gigi dan invasi bakteri semakin dalam pada enamel
dan dentin gigi, rasa sakit muncul sesekali dan semakin tajam. Apabila invasi
bakteri sudah sampai ke pulpa gigi yang terdiri dari pembuluh darah dan syaraf
gigi, maka terjadi infeksi pada pulpa yang disebut dengan pulpitis yang akan
menyebabkan rasa sakit yang sangat dan berdenyut. Serangan bakteri yang terus-
menerus pada pulpa akan menyebabkan pulpa mati. Apabila syaraf gigi sudah
mati biasanya rasa sakit akan berakhir, namun keadaan ini dapat berlanjut lebih
buruk lagi dengan terjadinya abses sekitar gigi yang menimbulkan rasa sakit yang
sangat. Pada akhirnya gigi tersebut tidak dapat dipertahankan lagi dan harus
dicabut.
adalah faktor tuan rumah (ludah dan gigi); faktor agen (mikroorganisme),
4
Penyakit periodontal juga merupakan salah satu penyakit yang sangat
sebagai sesuatu yang tidak terhindari. Seperti karies gigi penyakit periodontal juga
dapat dicegah dengan pembersihan plak dengan sikat gigi teratur serta
menyingkirkan karang gigi apabila ada. Penyakit yang paling sering mengenai
peradangan pada gusi dengan tanda-tanda klinis perubahan warna lebih merah
dari normal, gusi membengkak, dan berdarah pada tekanan ringan. Biasanya tidak
menimbulkan rasa sakit hanya keluhan gusi berdarah bila sikat gigi. Periodontitis
biasanya dijumpai pada usia antara 30-40 tahun, dan perkembangan penyakit ini
lambat. Pada periodontitis proses peradangan sudah sampai ke jaringan yang lebih
dalam dan apabila tidak dirawat maka pada waktu yang lama kemudian dapat
dari kehilangan gigi pada orang dewasa di usia 30 tahun ke atas. Epidemiologi
periodontal dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, faktor lokal rongga mulut, dan
faktor sistemik.
5
Gerakan PKK adalah gerakan pembangunan masyarakat dari bawah, ynag
Gerakan PKK memiliki tim yang disebut penggerak PKK yang ada ditingkat
pusat sampai ketingkat desa. Agar lebih dekat mencapai keluarga dibentuk
Gerakan PKK dengan pokja IV nya mempunyai garapan yang sangat erat
dengan penyelenggaraan kesehatan, selama lebih dari 30 tahun anggota PKK aktif
Berdasarkan hal terurai di atas dan dalam rangka Kuliah Kerja Nyata sebagai
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, berikut ini
6
A. Bagaimana upaya peningkatan pencegahan karies gigi di Desa
Kabupaten Sukabumi ?
7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Konsep sehat wal afiat menurut Mubarok Institut adalah untuk menyebut
kondisi yang prima, tetapi kalau kita merujuk kepada asal istilah itu acoeas
shihhah wa al afiyahac disitu ada dua dimensi, pengertian sehat merujuk kepada
misalnya mata yang sehat adalah mata yang dapat digunakan untuk melihat tanpa
alat bantu, sedangkan mata afiat adalah mata yang tidak dapat digunakan untuk
melihat sesuatu yang dilarang, karena Allah menciptakan mata untuk penunjuka
kesehatan bukan hanya mengenal kesehatan tubuh, tetapi juga ada kesehatan
mengatakan bahwa kesehatan adalah adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa,
dan sosial yang memungkin setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis, dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu
kesatuan yang utuh terdiri dari unsur pisik, mental, dan sosial dan didalamnya
kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan, hal ini melandasi pemikiran
8
Sedangkan menurut Kepala Dinas KB dan PP Perilaku Hidup bersih dan
sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekan atas dasar kesadaran sebagai
kesehatan masyarakat.
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bidang Gizi, PHBS bidang kesehatan lingkungan,
PHBS bidang kesehatan Ibu dan Anak serta keluarga berencana(KB), PHBS
pemeliharaan kesehatan, PHBS bidang gaya hidup sehat, dan PHBS bidang obat
dan farmasi.
1. memeriksa keamilan
9
3. meninbang balita tiap bulan
1. punya JPKM
2. melakukan olahraga
10
Pemberdayaan masyarakat dan partisipasi masyarakat merupakan strategi
kontrol material atas sumber daya material dan non material yang penting melalui
masyarakat.
program-programnya
mandiri.
11
B. Tujuan PKK
Yang Maha Esa, berahlak mulia dan berbudi luhur, sehat, sejahtera, maju,
pengelolaan program
C. Sasaran PKK
12
• Mental spiritual meliputi sikap dan perilaku sebagai insan hamba
keterampilan.
D. Program PKK
diantaranya:
• Gotong Royong
• Pangan
• Sandang
• Kesehatan
13
• Pengembangan kehidupan berkoprasi
• Perencanaan sehat
A. Pengetian
masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk
keluarga berencana.
dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari
Sejahtera (NKKBS).
B. Tujuan
kelahiran
sehat.
C. Sasaran
D. Kegiatan
B. Keluarga berencana;
C. Imunisasi;
D. Peningkatan gizi;
E. Penanggulangan diare.
15
2. Terdapat 7(tujuh) kegiatan posyandu (Sapta Krida Posyandu)
B. Keluarga berencana;
C. Imunisasi;
D. Peningkatan gizi;
E. Penanggulangan diare;
F. Sanitasi dasar;
E. Pembentukan
2. Pos imunisasi
4. Pos kesehatan
F. Persyaratan
16
4. Jarak antara kelompok rumah, jumlah KK dalam satu tempat atau
H. Penyelenggara
berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader
I. Lokasi
17
4. Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah penduduk, balai
A. Penimbangan bulanan
2. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur.
penambah darah
18
K. Sistem Lima Meja
1. Meja I
a. Pendaftaran
b. Pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur.
2. Meja II
3. Meja III
a. Pengisian KMS
4. Meja IV
A. Diketahui berat badan anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan resiko
B. Penyuluhan kesehatan
C. Pelayanan TMT, oralit, vitamin A, tablet zat besi, pil ulangan, kondom
5. Meja V
A. Pemberian imunisasi
19
B. Pemeriksaan kehamilan
dan sebagainya.
2. Perumusan Masalah
4. Pelaksanaan Kegiatan
20
C. Pencatatan dan laporan kegiatan posyandu
Masa Balita merupakan masa kritis dalam tumbuh kembang anak, karena
dan perkembangan pada masa berikutnya. Anak yang kekurangan gizi akan
normal akan mencapai 80% berat otak orang dewasa sebelum berumur 3 tahun,
sehingga apabila pada masa ini terjadi gangguan gizi kurang, dapat menimbulkan
gangguan fisik maupun mental. Anak yang kurang gizi juga akan menurunkan
daya tahan tubuhnya terhadap infeksi sehingga mudah sakit misalnya diare, tifus,
Penyakit gangguan gizi seperti kurang energi dan protein (KEP) merupakan
penyakit gangguan gizi yang sangat penting bagi negara berkembang di Asia
khususnya Indonesia. Keadaan ini biasanya terjadi pada golongan umur anak-anak
anak-anak, yang harus mengandung cukup energi maupun zat-zat gizi esensial.
Perhatian terhadap dampak sosial penyakit gigi dan mulut sudah mulai terlihat
dari laporan Spencer dan Lewis (1988), yaitu dampaknya terhadap kehilangan
hari kerja dan hari sekolah. Di Australia, selama tahun 1983 ada 646.000 hari
sekolah hilang dan 1,1 juta hari kerja hilang. Reisine (1985) di Amerika Serikat
menemukan 3,2 juta hari kerja hilang. Pengukuran di atas tidak cukup sensitif
kesehatan mulut, yaitu Oral Health Impact Profile (OHIP-49) yang terdiri dari
tujuh dimensi dan tiap dimensi terdiri dari 4 – 9 butir pertanyaan sehingga
hierarki. Alat ukur ini berupa lima skala Likert, yaitu: 1 = sangat sering; 2 =
1 Keterbatasan fungsi
3. Ketidaknyaman psikis
4. Disabilitas fisik
5. Disabilitas psikis
22
6. Disabilitas sosial
7. Handikap
BUTIR PERTANYAAN
1. Sulit mengunyah
5. Nafas bau
6. Makanan sangkut
8. Pencernaan terganggu
17. Khawatir
31. Depresi
24
41. Tidak mampu beramah-tamah
kualitas hidup
Gambaran dampak karies gigi dan penyakit periodontal terhadap kualitas hidup
dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan pada penduduk di dua Kecamatan
Kota Medan (2004). Hasil penelitian menunjukkan buruknya status kesehatan gigi
dan mulut penduduk. Hal ini dapat dilihat dari tingginya prevalensi karies gigi dan
DMF-T rata-rata; 80,83% responden mempunyai gigi dengan lesi karies; 50,83%
gigi dicabut; dan hanya 21,11% gigi ditambal (Tabel 2 dan 3).
persentase penduduk yang meyakini semua orang akan mengalami karies gigi
(79,16%), gigi tanggal pada usia lanjut (73,61%), karies gigi sembuh tanpa
perawatan dokter (24,44%), penyakit gigi tidak berbahaya (59%), dan perawatan
gigi menimbulkan rasa sakit (31,94%). Keyakinan ini akan berpengaruh buruk
pada tindakan pemeliharaan dan pencegahan gigi. Demikian juga dalam hal
kebiasaan menyikat gigi persentase penduduk yang menyikat gigi pada waktu
yang tepat yaitu sesudah makan sangat rendah (27,50%). Keyakinan gigi sembuh
25
sendiri mungkin menyebabkan hanya sedikit penduduk (10%) yang pernah
kesehatan gigi juga dapat dilihat dari penelitian di dua kecamatan Kota Medan
gigi, dengan alasan antara lain untuk menghilangkan rasa sakit yang sangat
pencabutan yang dapat diberikan di Puskesmas? Hal ini digambarkan oleh laporan
gigi.
keterbatasan fungsi diikuti dengan gangguan dimensi disabilitas fisik, rasa sakit,
dibuktikan bahwa pada kelompok dengan jumlah pengalaman karies gigi lebih
tinggi (DMF-T>3) mempunyai risiko 5,29 kali lebih sering mengalami gangguan
kualitas hidup. Demikian juga dijumpai kelompok dengan lama pendidikan < 12
tahun mempunyai risiko 3,40 kali lebih sering mengalami gangguan kualitas
hidup. Dari Penelitian ini belum terbukti dampak penyakit periodontal terhadap
kualitas hidup.
Konsep pencegahan karies gigi dan penyakit periodontal lebih mudah diterima
masyarakat apabila ada perubahan sikap terhadap kesehatan gigi dan mulut.
Tujuan pencegahan karies gigi dan penyakit periodontal pada hakikatnya adalah
mempertahankan gigi geligi asli seumur hidup agar kesehatan gigi dengan fungsi
angka kehilangan gigi yang tinggi dapat diterima atau seakan-akan tidak menjadi
masalah baik oleh masyarakat maupun profesi kedokteran gigi. Gigi dan gusi
sehat yang berfungsi dengan baik merupakan sesuatu yang indah, menarik,
seharusnya lebih dihargai dibandingkan dengan gigi berlobang, pipi bengkak, gusi
bengkak dan berdarah, serta bau mulut. Di pihak lain pasien tidak pernah mau
palsu, buah dada palsu, atau bagian tubuh lainnya yang biasanya ditutupi oleh
kehilangan gigi. Mengapa masyarakat tidak dapat menerima apabila setiap lima
tahun satu jari di amputasi dan di ganti dengan jari palsu, namun kehilangan gigi
Agar terjadi perubahan sikap terhadap kesehatan gigi dan mulut, maka tenaga
kesehatan, dan bahkan politisi untuk lebih menghargai gigi dan gusi yang sehat
sebagai mana mereka menghargai hidung, mata, dan telinga yang sehat. Ini
27
membutuhkan perubahan sikap dan prioritas. Masyarakat mau mengorbankan
terhadap kesehatan gigi dan mulutnya daripada dokter gigi atau perawat gigi,
karena gigi dan mulut itu adalah miliknya. Namun sikap yang ada di masyarakat
adalah petugas kesehatan lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan gigi dan
mulutnya. Telah terbukti pasien yang mempunyai motivasi memelihara diri (self-
diagnosis and self-care) dapat mencegah dan mengontrol kedua penyakit ini.
dijalankan.
kedokteran gigi modern dan metode-metode yang sudah diuji coba. Dari studi-
1. Karies gigi dan penyakit periodontal dapat dicegah dengan sukses dengan
kesehatan.
2. Lesi karies pada enamel, akar gigi, dan dentin dapat dihentikan dengan
sukses.
28
3. Regenerasi jaringan periodontal dapat terjadi.
Sesuai dengan prinsip lege artis, tenaga kesehatan gigi wajib berkonsentrasi pada
pencegahan dan menghentikan karies gigi dan penyakit periodontal. Prioritas yang
harus dilakukan oleh para dokter gigi adalah pencegahan sebelum karies meluas.
kesehatan dan menambah jumlah dokter gigi bukanlah jawaban yang tepat pada
prioritas adalah pada tindakan promotif dan preventif seberapa pun sumber-
1. Kesehatan gigi tidak tergantung pada jenis petugas kesehatan atau akses
Kegiatan promotif adalah kegiatan pada kelompok orang sehat, kurang mendapat
perhatian dalam upaya kesehatan masyarakat, padahal jumlah kelompok ini cukup
tinggi pada populasi. Apabila tidak dilakukan kegiatan promotif maka jumlah ini
29
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang ada, berikut penulis sajikan tabel data penduduk
Sukabumi.
Tabel 3.1
Data penduduk Desa Bojongkerta
kecamatan Warungkiara kabupaten Sukabumi
Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Jumlah %
30
1 Laki-laki 3952 50.39
2 Perempuan 3891 49.61
Total 7843 100
Sumber : Profil Desa Bojongkerta kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi
kabupaten Sukabumi, maka penulis sajikan data-data yang berkaitan dengan kesehatan
sebagai berikut :
Tabel. 3.2
Berdasarkan Data pada tabel 3.2 di peroleh Informasi bahwa 99 % balita yang
ada memiliki gizi yang baik dan 1 % lainnya memiliki gizi yang buruk.
Tabel 3.3
Data penduduk Desa Bojongkerta
kecamatan Warungkiara kabupaten Sukabumi
Berdasarkan Sarana Kesehatan dan Prasarana Kesehatan Masyarakat
No Data Posyandu Jumlah Keterangan
31
1 Jumlah Posyandu 11 Unit
Tabel 3.4
1 Rumah Sakit - -
3 Posyandu 11 unit
Tabel 3.5
32
No Data Bayi Keterangan
1 Jumlah Bayi usia 2 bulan -
2 Jumlah 2 bulan imunisasi DPT 1, BCG dan Polio1 30 orang
3 Jumlah Usia 3 bulan 45 orang
4 Jumlah 3 bulan yang imunisasi DPT2, dan polio2 -
5 Jumlah Usia 4 bulan 60 orang
6 Jumlah 4 bulan yang imunisasi DPT3 dan polio 3 -
7 Jumlah 9 bulan 135 orang
8 Jumlah 9 bulan yang imunisasi campak -
9 Jumlah Yang sudah imunisasi cacar 165 orang
Sumber : Profil desa Bojongkerta Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi
Berdasarkan Data pada tabel 3.5 maka diperoleh Informasi bahwa cakupan
Imunisasi Balita yang ada mencapai 100 % untuk imunisasi Polio, 83,7 % DPT, dan 75,9
Tabel 3.6
Angka kematian penduduk Desa Bojongkerta
kecamatan Warungkiara kabupaten Sukabumi
Berdasarkan data pada tabel 3.6 diperoleh informasi bahwa tidak ada bayi yang
maka untuk memperjelas hasil analisis, penulis sajikan informasi berupa grafik
sebagai berikut:
Grafik 3.1
33
Data Penduduk Desa BojongKerta Kecamatan Warungkiara
Kabupaten Sukabumi Berdasarkan Jenis Kelamin
3960
3940
3920
Sex
3900
3880
3860
Laki-Laki Perempuan
Grafik 3.2
Data Penduduk Desa BojongKerta Kecamatan Warungkiara
Kabupaten Sukabumi Berdasarkan Status Gizi Balita
1200
1000
800
600 Balita
400
200
0
Buruk Baik Kurang
Grafik 3.3
Sarana dan Prasarana Kesehatan Desa BojongKerta
Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi
34
60
50
40
30 PosPelayananterpadu
20
10
0
Jumlah Kader Aktif Pembina Keluarga
Aktif
Grafik 3.4
Fasilitas Kesehatan Desa BojongKerta
Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi
12
10
8
6 SaranaKesehatan
4
2
0
Rumah Puskesmas Posyandu Prakterk Bidan
Sakit Dokter
Grafik 3.5
Data Penduduk Desa BojongKerta
Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi
Berdasarkan Cakupan Imunisasi
35
200
150
100 DataBayi
50
0
2 bln 3 bln 4 bln 9 bln Lainnya
Grafik 3.6
Data Penduduk Desa BojongKerta
Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi
Berdasarkan Angka Kematian
40
35
30
25
20 Persalinan
15
10
5
0
Melahirkan Meninggal Bayi lahir Bayi mati
baik;
36
B. Kondisi pencegahan karies gigi di kalangan ibu dan anaknya masyarakat
baik;
kalangan ibu dan anaknya terhadap Program Perilaku hidup bersih dan
sudah baik.
37
Sebagai langkah alternatif dalam pemecahan masalah pembangunan di
bidang peningkatan pencegahan karies gigi di kalangan ibu dan anaknya di Desa
Program ini ditujukan untuk membentuk lingkungan sehat disekitar ibu dan
dilakukan yaitu :
38
2) Pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana
puskesmas.
obatan generik
dasar.
2) Peningkatan imunisasi
39
Program ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran ibu rumah tangga
tenaga medis untuk peningkatan gizi balita. Kegiatan pokok yang dilakukan
yaitu:
2) Peningkatan keterampilan;
40
F. PROGRAM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
Program ini ditujukan untuk menjamin terpenuhinya obat dan makanan untuk
BAB IV
dan anaknya terhadap Program Perilaku hidup bersih dan sehat di Desa
4.2. Saran
42
Dari hasil evaluasi pelaksanaan program Kuliah Kerja Mahasiswa di Desa
o LPPM Untirta dalam hal ini sebagai panitia dari kegiatan KKN,
konsep saat akan pelaksanaan KKN saja namun harus ada onsepan untuk
follow up atau tindak lanjut dari hasil kegiatan KKN, hal ini bisa
43
o Dalam hal pembekalan KKN sebaiknya dilakukan dengan serius, dimana
dan bisa saling beradaptasi antara yang satu dengan yang lainnya. Selain
44
DAFTAR PUSTAKA
: Sinar Grafika
berkualitas. Jakarta
Balai Pustaka
9. Materi Ajar tentang Mutu Pelayanan Kebidanan, Hj. Ulvi Mariatai, SKP.
M.Kes
45
LAMPIRAN
46
-
LAMPIRAN
47