hidup pada host maupun tidak tetapi tidak menyebabkan penyakit. Namun,
terminologi ini mungkin kurang tepat, karena bakteri komensal dalam kondisi
kekebalan tubuh tidak bekerja secara optimal, sangat rentan terhadap infeksi
oleh mikroba yang yang komensal pada orang sehat. Untuk alasan ini, komensal
besar penyakit mulut, karena penyakit ini hampir selalu dikaitkan dengan infeksi
Gambar 2.1 Bakteri utama penyebab penyakit dalam rongga mulut dan mekanisme
terjadinya. Sumber : Lamont RJ, Jenkinson HF. Oral Microbiology at A Glance. 1 st ed.
United Kigdom, Wiley-BlackWell. 2010. p. 2.
10
Gambar 2. 2 Penyakit-penyakit rongga mulut, manifestasinya, dan mikroorganisme utama yang
terlibat. Sumber : Lamont RJ, Jenkinson HF. Oral Microbiology at A Glance. United Kigdom:
Wiley-BlackWell; 2010. p. 2.
kista rongga mulut (Gambar 2.1). Patogen terbuka adalah organisme yang
11
kekebalan protektif. Ada sangat sedikit organisme dalam rongga mulut dan
Hal ini penting untuk dicatat, bahwa bahkan dalam kasus seperti ini individu
mereka menderita penyakit mulut (Tabel 2.1). Insiden karies gigi telah menurun
umumnya di negara maju, karena sebagian untuk fluoride dalam pasokan air,
Namun ada banyak kelompok dalam masyarakat yang masih serius menderita
klinis. Penyakit ini meyebabkan akibat yang signifikan pada sistem kesehatan.
Halitosis sering disebabkan oleh bakteri pada lidah yang megolah protein
menjadi seyawa sulfur. Pharingitis dan tonsilitis adalah penyakit umum pada
anak-anak dan disebabkan oleh bakteri atau virus (lihat Tabel 2.1).
pada pasien kanker dengan multiple myeloma. Infeksi jamur, paling sering oleh
jamur Candida albicans, yang berhubungan dengan aliran saliva berkurang, gigi
palsu yang tidak pas, perubahan hormonal, atau fugsi kekebalan yang kurang.
12
Infeksi virus pada mukosa oral termasuk Human Papillomavirus (HPV),
mula didapat melalui ibu dan lingkungan. Berbagai Streptococcus sp. dan
dan jamur dapat diisolasi. Biasanya, Candida albicans dapat berkembang cepat
plak subgingval teutama terdiri dari bakteri anaerobic gram negatif, seperti
ranting yang digigit sampai halus, diperkirakan berasal dari tahun 3000 SM.
Dalam ilmu kedokteran India kuno, ranting dari pohon banyan banyak
digunakan untuk tujuan yang sama yang disebut “Dantashakti” . Daun sirih juga
13
Sedangkan di Arab, mengunyah miswak atau siwak yang berasal dari
pohon arak (Salvadora persica) yang mengandung antiseptik sudah ada dari
dulu. Siwak ini terdiri dari sodium bikarbonat, asam tannic, dan zat-zat lain yang
yang terbuat dari dahan dahan pohon atau akar. Bulu sikat gigi muncul pada
tahun 1600 di Cina dengan pegangan berupa tulang sapi dengan ekor kuda
yang direndam dengan air atau alkohol. Pada abad ke 18, bulu sikat gigi dibuat
dari bulu babi. Amerika mempatenkan sikat gigi pda tahun 1857 Pada tahun
Secara luas, sikat gigi tersedia dalam berbagai variasi ukuran dan desain
14
Association (ADA) telah menggambarkan dimensi dari sikat gigi yang dapat
5
diterima: permukaan sikat panjangnya 1-1,25 inchi (25,4-31,8 mm), lebarnya 16
3
sampai inchi (7,9-9,5 mm), 2-4 baris bulu sikat, dan 5-12 rumbai perbaris.
8
Sikat gigi harus dapat mencapai dan membersihkan secara efisien seluruh area
gigi.6
Pertanyaan mengenai kekerasan bulu sikat yang paling bagus belum dapat
diameter dan kuadrat dari panjang bulu sikat. Diameter dari bulu sikat yang
biasa digunakan adalah 0,007 inchi (0,2 mm) untuk bulu sikat halus; 0,012 inchi
(0,3 mm) untuk bulu sikat medium dan 0,014 inchi (0,4 mm) untuk bulu sikat
keras. Bulu sikat halus menurut Bass menambah lebar jangkauan. Bass
merekomendasikan sikat gigi dengan pegangan yang lurus dengan bulu sikat
dari nilon berdiameter 0,007 inchi (0,2 mm), panjang 0,406 inchi (10,3 mm),
berujung bulat, dengan 3 baris rumbai, 6 jarak rumbai perbaris, 80-86 bulu per-
rumbai.6
15
2.3 KONTAMINASI SIKAT GIGI
pada makhluk hidup atau makhluk tak hidup Sikat gigi dapat terkontaminasi dari
gigi steril.5
Penelitian lain menyimpulkan bahwa sikat gigi pada individu yang sehat
dan ginjal.5 Pada individu sehat, kontaminasi sikat gigi terjadi segera setelah
pada individu dengan penyakit pada rongga mulut terkontaminasi dengan cepat.
Bakteri akan melekat, berakumulasi, dan bertahan hidup pada sikat gigi dan
16
Sogi et.al pada penelitiannya di tahun 2002 meneliti kontaminasi sikat gigi
pada interval waktu yang berbeda dengan berbagai larutan desinfektan. Interval
waktunya yaitu segera setelah menyikat gigi pertama kali, 48 jam, 7 hari, 14
hari, dan 28 hari. Didapatkan kontaminasi sikat gigi segera setelah menyikat gigi
pada grup kontrol yang meningkat seiring dengan lama pemakaian. Pada grup
heksidin dan Dettolin sikat gigi terkontaminasi pada interval waktu 14 hari dan
kontaminasi meningkat hingga hari ke 28. Pada grup hidrogen peroksida tidak
bakteri dan kontaminasi silang terutama ditemui melalui aerosol dari toilet,
gigi yang telah dipakai selama sebulan dan tiga bulan kemudian diletakkan tidak
berdekatan dengan toilet. Sedangkan sikat gigi dengan lama pemakaian yang
Dayoub et.al (1977) menemukan bahwa sikat gigi yang diletakkan pada
tempat yang tertutup menghasilkan jumlah bakteri yang lebih banyak daripada
17
sikat gigi yang diletakkan pada tempat yang terbuka. Mehta et.al (2007)
pada sikat gigi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Glass yang mengatakan
bahwa pada keadaan yang lembap, jumlah bakteri pada sikat gigi meningkat.8
Bunetel et.al (2000) menemukan bahwa pada pegangan sikat gigi yang
terbuat dari bahan solid terdapat bakteri yang lebih sedikit dan semakin luas area
bahwa semakin rapat dan berrumbai bulu sikat maka semakin besar retensi
bakterinya.8
alkohol yang telah banyak diteliti dan digunakan untuk alat-alat kedokteran gigi
karena memiliki daya kerja yang cepat dalam membunuh (efek germisida).
Escherichia coli dalam waktu kurang dari 5 menit. Efektif pula bagi jamur dan
menguap dengan cepat sehingga tidak dapat dipakai dalam waktu lama bila
dibiarkan dalam ruang terbuka, mudah terbakar, tidak menembus bahan organic,
18
dapat melunakkan karet keras dan plastik bila dipakai secara berulang-ulang,
bersifat toksik dan meruak jaringan, dan tidak dapat dipakai untuk membran
mukosa.25
Pada tahun 1929, Kauffmann mecoba metode untuk sanitasi sikat gigi, yaitu
dengan cara mengeringkan sikat gigi dengan bantuan sinar matahari agar tidak
lembab dan menyimpan sikat gigi pada wadah tertutup yang berisi formaldehid
sebagai desinfeksinya.13
dishwasher.2
dekontaminasi sikat gigi dan mendapatkan hasil bahwa metode itu merupakan
metode yang efektif dalam mengurangi jumlah kontaminasi bakteri pada sikat
gigi.8 Pada tahun 2001, Devine et.al mengadakan percobaan dengan cara
berkurang drastis pada sikat gigi yang terpapar gelombang UV dari berbagai
19
30 orang diberikan sikat gigi. Setiap orang diinstruksikan untuk menyikat gigi
dengan teknik Bass selama satu minggu. Sikat gigi kemudian dikumpulkan dan
berikutnya diberikan kembali sikat gigi baru dengan instruksi yang sama.
gigi kembali dikultur dan dihitung jumlah koloni bakterinya. Data kemudian
dianalisis dengan one way ANOVA dan uji lanjut Tukey’s post hoc. Didapatkan
koloni bakteri pada grup sikat gigi yang telah disanitasi dan grup kontrol. Sikat
hidrogen peroksida 3%, Listerine® 10 mL, sikat gigi yang dicuci dengan
dishwasher, dan sikat gigi dengan penyinaran UV. Hasilnya, keempat perlakuan
20
dibandingkan hidrogen peroksida dan penyinaran UV. Metode dengan Listrine®
Metode lain untuk dekontaminasi atau desinfeksi sikat gigi adalah dengan
menyemprotkan obat kumur pada sikat gigi sebagai upaya dekontaminasi oleh
0,12%) dan Neem Sattiva® (neem 1,0%). Lima puluh sembilan orang
diinstruksikan menyikat gigi tanpa pasta gigi dengan durasi 2 menit. Setelah
menyikat gigi, sikat gigi dibilas dengan air keran. Obat kumur kemudian
disemprotkan pada bulu sikat sebanyak enam kali dengan jarak 7 cm antara bulu
sikat dengan borol semprot. Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga minggu dan
terdiri dari 3 tahap (1 tahap= satu macam perlakuan, termasuk dengan grup
kontrol). Sikat gigi dikumpulkan dan diletakkan pada wadah selama 4 jam
setelah menyikat gigi, kemudian dikultur dan dihitung koloni jamur serta
suling) dan Neem Sattiva® (p<0,01). Tidak ada perbedaan signifikan antara
heksidin, hidrogen peroksida 3%, dan Dettolin. 32 anak berumur 12-14 tahun
21
membilas sikat gigi dengan air keran selama 20 detik, kemudian merendam sikat
gigi mereka pada larutan desinfektan yang telah ditetapkan unuk masing-masing
kelompok selama 20 menit. Untuk grup kontrol, tidak direndam dengan larutan
disenfektan. Setelah itu, sikat gigi diletakan diletakkan pada wadah yang terbuka
dengan kepala sikat gigi menghadap ke luar. Pada interval waktu tertentu yaitu
segera setelah menyikat gigi pertama, 48 jam, 7 hari, 1 hari, dan 28 hari, sikat
pertama kali pada keempat grup (p=0,10 NS). Perbedaan signifikan terlihat
setelah 24 jam dan 48 jam di antara ketiga eksperimental grup dan grup kontrol
(p=0,04 sig dan p=0,01 sig) berturut-turut. Setelah 7 hari dan 14 hari, perbedaan
signifikan antara ketiga grup eksperimental dengan grup kontrol (p<0,001 HS).
dengan grup kontrol (p<0,01 sig). Tidak ada perbedaan signifikan di antara
grup eksperimental dengan grup kontrol. Jelas bahwa grup kontrol memiliki
persentase kontaminasi yang paling banyak dengan tipe organisme yang lebih
banyak.23
signifikan antara kedua grup ekperimental dengan grup kontrol (tidak direndam)
(p≤0,05). Walaupun pada sikat gigi yang direndam dengan klorheksidin 0,12%
22
signifikan di antara klorheksidin 0,2% dan sodium hipoklorit 1% dalam
50%, larutan pasta gigi yang mengandung Triklosan, dan larutan sodium
perborat. Ada 5 grup perlakuan, termasuk klorheksidin 0,12% dan kontrol grup
bahwa ketiga larutan disinfektan tersebut merupakan metode yang efektif dan
semprot (klorheksidin 0,12% dan benzidamin 0,15%) dan dalam bentuk obat
23
kumur (klorheksidin 0,12% dan benzidamin 0,15%) terhadap kontaminasi
bakteri bada sikat gigi. Hasilnya adalah tidak ada perbedaan signifikan antara
jumlah kontaminasi bakteri pada kelompok sikat gigi yang disemprot maupun
sikat gigi yang direndam dengan larutan desinfektan (p>0,05). Tetapi terdapat
2.5 KLORHEKSIDIN
terdiri dari empat cincin klorofenil dan dua kelompok biguanide berhubungan
dengan pusat jembatan heksametilen. Senyawa ini adalah basa kuat dan
dikationik pada pH di atas 3,5 dengan dua muatan positif di kedua sisi pada
efikasi, keamanan, efek samping lokal dan kesulitan formulasi dalam produk.16
24
Gambar 2.4 Senyawa kimia klorheksidin. Avaible from:
http://www.edoctor.co.in/dentistry/periodoxics/chlorhexidine-a-gold-standard-in-chemical-
plaque-control. Accessed 23 Desember 2011.
(1969), tetapi penelitian definitif dilakukan oleh Loe dan Schiott (1970). Studi ini
toksisitasnya rendah.16
25
pemakaian oral adalah dengan menggunakan glukonat, yang diproduksi dengan
konsentrasi 20% V/V. Glukonat dan garam asetat dapat larut bersama air dan
1940-an oleh Imperial Chemical Industries, Inggris, dan dipasarkan pada tahun
1954 sebagai antiseptik untuk luka kulit. Selain itu, antiseptik ini lebih banyak
urologi, dan persiapan kulit sebelum dilakukan bedah untuk pasien dan ahli
awalnya untuk desinfeksi mulut sebelum tindakan bedah dan pada perawatan
saluran akar.16
pada tahun 1969, tetapi penelitian yang defintif dilakukan oleh Loe dan Schiott
(1970). Penelitian ini menunjukkan berkumur selama 60 detik dua kali per hari
Klorheksidin adalah zat antibakteri potensial tetapi hal ini saja tidak dapat
26
Pada konsentrasi tinggi, klorheksidin menyebabkan pengendapan dari
aktivitas bakteriostatik tinggi yang berlangsung lebih dari 12 jam.16 Selain itu
selama 72 jam lamanya, dan selama itu tidak ada perbedaan yang berarti dalam
kumur yang paling efektif.16 Klorheksidin tidak memiliki efek samping sistemik
karena tidak diabsobsi ke sirkulasi darah. Tetapi terdapat efek samping lokal
dari pemakaian klorheksidin, yaitu pewarnaan pada gigi, dorsum lidah,3 dan
bahan restorasi, mati rasa, desquamasi mukosa, dan pembesaran parotid pada
Gambar 2.5 Periogard. Obat kumur dengan kandungan 0,12% klorheksidin glukonat. Available from:
http://www.mcguffmedical.com/products.aspx?product=3925. Accessed 23 Desember 2011.
27
2.6 DAUN SIRIH
tanaman yang dapat dimakan dengan daun yang telah banyak digunakan secara
sirih (dalam bahasa Inggris), paan (di India), phlu (di Thailand) dan sirih (dalam
Bahasa Indonesia). Sirih adalah tanaman yang perlu kondisi pertumbuhan yang
India, Srilanka, Indonesia, Malaysia, Philipina, dan Afrika Timur. Bagian dari
sirih yang dimanfaatkan adalah daun, akar, batang, tangkai, dan buah. Sirih
mempunyai minyak esensial aromatik berwarna kuning, dengan bau yang pedas
dan tajam. 28
sebagai berikut:28
Kerajaan : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
28
Nama binomial : Piper betle Linn
batang pohon lain, tinggi 5-15 meter, batang lemah, permukaan kulit kasar dan
berkerut-kerut, beruas dan bernodul besar tempat akar keluar. Helaian daun
tulang daun melengkung, lebar 2,5-10 cm, panjang 5-18 cm, berbau aromatik
Gambar 2.6 Daun sirih jawa. Sumber: Vikash C. Piper betle: phytochemistry, traditional use &
pharmacological activity – a review. IJPRD 2011;4(04):218
Daun sirih (Piper betle L.) secara umum telah dikenal masyarakat
sebagai bahan obat tradisional. Seperti halnya dengan antibiotika, daun sirih juga
mempunyai daya anti bakteri. Kemampuan tersebut karena adanya berbagai zat
yang terkandung di dalamnya. Daun sirih mengandung 4,2% minyak atsiri yang
sebagian besar terdiri dari Chavicol paraallyphenol turunan dari Chavica betel.
29
kavikol, kavibekol, estragol, terpinen.19 Selain itu, minyak atsiri daun sirih
Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang
(essential oil, volatile) yang merupakan salah satu hasil metabolisme tanaman.
Bersifat mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, serta berbau
wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya.31 Minyak atsiri terdiri dari
seskuiterpen, fenilpropan dan tannin.18 Minyak atsiri larut dalam pelarut organik
dan tidak larut dalam air. Minyak atsiri pada industri banyak digunakan sebagai
bahan pembuat kosmetik, parfum, antiseptik dan lain-lain. Beberapa jenis minyak
atsiri mampu bertindak sebagai bahan terapi (aromaterapi) atau bahan obat suatu
jenis penyakit. Fungsi minyak atsiri sebagai bahan obat tersebut disebabkan
adanya bahan aktif, sebagai contoh bahan anti radang, hepatoprotektor, analgetik,
akhir ini menarik perhatian dunia, hal ini disebabkan minyak atsiri dari
menemukan bahwa minyak atsiri dari daun sirih, rimpang temu kunci, dan
kunyit memiliki aktivitas sebagai antijamur dan antibakteri. Minyak atsiri pada
30
golongan hidrokarbon teroksigenasi. Menurut Heyne (1987), senyawa-senyawa
mengurangi sakit gigi. Selain itu di dalam daun sirih juga terdapat flavanoid,
saponin, dan tannin. Menurut Mursito (2002), saponin dan tannin bersifat sebagai
digunakan untuk infeksi pada kulit, mukosa, dan melawan infeksi pada luka.19
mengandung kavikol dan kavibetol yang merupakan turunan dari dari fenol yang
mempunyai daya antibakteri lima kali lipat dari fenol biasa terhadap
Staphylococcus aureus.19
Piper betle Linn atau sirih merupakan salah satu tanaman yang diketahui
merebus daun sirih kemudian air rebusan digunakan untuk kumur atau
ditempelkan pada luka.18 Air rebusan daun sirih dapat digunakan untuk mengobati
misal pasta gigi, sabun, obat kumur karena daya antiseptiknya. Sediaan perasan,
31
etanol dari daun sirih mempunyai aktivitas antibakteri terhadap gingivitis, plak
dan karies.18
aktivitas metabolisme sel dikatalisis oleh enzim yang merupakan suatu protein. 19
gugus fungsi hidroksil (-OH) dan karbonil. Turunan fenol berinteraksi dengan
sel bakteri melalui proses adsorpsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada
kadar rendah terbentuk kompleks protein fenol dengan ikatan yang lemah dan
32