Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH RADIOLOGI

KASUS KISTA RADIKULER

Amatillah 160110140059
Alveolannisa Cintani B 160110140060
Raka Putra Pratama 160110140061
Nandia Astriana 160110140062
Nila Aulia Serie 160110140063

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2019
DAFTAR ISI

2
BAB I

PENDAHULUAN

3
BAB II

KISTA RADIKULER

1.1 Definisi (ninda)

1.2 Patogenesis (ninda)

1.3 Gambaran Klinis

Kista radikuler atau disebut juga kista periapikal merupakan kista odontogenik yang

paling sering ditemukan pada rahang. Kista ini terjadi akibat inflamasi pada gigi yang sudah

tidak vital (disebabkan oleh karies atau akibat adanya trauma). Kista radikuler sering terjadi

pada usia remaja hingga dewasa pada rentang usia 30-60 tahun. Kista radikuler lebih sering

terjadi pada rahang atas daripada di rahang bawah, dapat melibatkan bagian mana pun dari

rahang namun sebagian besar terjadi di regio gigi anterior (Pillai, 2015; White and Pharoah,

2009).

Gejala klinis pada kasus kista redikuler (White and Pharoah, 2009):

1. Seringkali kista radikuler tidak menunjukkan gejala.

2. Kista yang membesar dapat menyebabkan munculnya pembengkakan pada tulang

alveolar bagian bukal ataupun lingual disertai dengan rasa sakit.

3. Pada palpasi pembengkakan mungkin terasa kenyal dan berfluktuasi jika korteks luar

tulang sudah hilang.

1.4 Gambaran Radiografi

Lokasi. Pada kebanyakan kasus, kista radikuler terletak di akar gigi non vital

(Gambar 1), namun terkadang juga dapat muncul di bagian mesial atau distal akar gigi,

saluran kanal aksesori, atau pada poket periodontal yang dalam. Kebanyakan kasus kista

radkuler (60%) ditemukan pada gigi rahang atas, terutama disekitar gigi insisivus dan

4
caninus. Karena kemiringan dari inklinasi akar distal, kista radikuler dapat muncul dari

insisivus lateral rahang atas sehingga dapat menginvaginasi antrum. Kista radikuler juga

dapat terbentuk sehubungan dengan molar sulung nonvital yang terletak lebih ke bukal dari

gigi premolar yang sedang tumbuh.

(a) (b)

Gambar 1 Kista Radikuler. (a) the epicenter is apical to the lateral incisor and the presence of a
peripheral cortex (arrows). (b) the lack of a welldefined peripheral cortex because this cyst was
secondarily infected and that the root canal of the lateral incisor is abnormally wide and it is visible at
the root apex.

(a) (b)

Gambar 2 Kista Radkuler. (a) periapical film of a radicular cyst reveals a lesion with a well-defi ned
cortical boundary (arrows). Note that the presence of the inferior cortex of the mandible has infl
uenced the circular shape of the cyst. (b) a coronal cone beam CT image of a radicular cyst related to
the buccal root of a maxillary molar. Note the circular shape of the cyst as it invaginates the maxillary
sinus. (Courtesy Dr. Bernard Friedland, Harvard University.)

5
Pinggiran dan Bentuk. Pinggiran biasanya memiliki batas yang jelas kortikal

(Gbr. 2). Jika kista terinfeksi sekunder, reaksi inflamasi dari tulang di sekitarnya dapat

menyebabkan kehilangan dari korteks (lihat Gambar 1b) atau perubahan korteks menjadi

lebih sklerotik. Garis besar kista radikuler biasanya melengkung atau melingkar kecuali

dipengaruhi oleh struktur sekitarnya seperti batas-batas kortikal.

Struktur internal. Dalam kebanyakan kasus struktur internal radikuler kista adalah

radiolusen. Terkadang, kalsifikasi distrofi dapat berkembang pada kista yang sudah

bertahan lama, muncul sebagai partikel kecil radioopak.

Efek pada Struktur Sekitarnya. Jika kista radikular berukuran besar, perpindahan

dan resorpsi akar gigi yang berdekatan dapat terjadi. Pola resorpsi mungkin memiliki garis

lengkung. Dalam kasus yang jarang terjadi kista dapat menyerap akar gigi nonvital. Kista

itu mungkin menginvasi antrum, tetapi harus ada batas kortikal antara isi kista dan struktur

internal antrum (Gbr. 2b). Bagian terluar dari kortikal rahang atas atau rahang bawah bisa

melebar, melengkung atau bundar (Gbr. 3). Kista dapat menggeser kanal nervus alveolar

mandibula ke arah inferior.

(a) (b)

Gambar 3 (a) and (b), Two images of a radicular cyst originating from a nonvital deciduous second
molar show expansion of the buccal cortical plate to a circular or hydraulic shape (arrows) and
displacement of the adjacent permanent teeth.

6
1.5 Diagnosa Banding (raka)

1.6 Treatment

Perawatan untuk gigi dengan kista radikular dapat meliputi ekstraksi, terapi endodontik

dan apical surgery, enukleasi, dan/atau marsupialisasi (Karjodkar, 2009). Perawatan kista

radikuler dengan ukuran besar biasanya dilakukan melalui tindakan operasi atau dikenal

dengan istilah marsupialisasi (White and Pharoah, 2009).

Akses untuk apical surgery diperoleh melalui 3 sisi atau semi-lunar mucoperiosteal flap

(Gambar 4). Yang terakhir menghindari keterlibatan dari margin gingiva, yang mungkin

menjadi penting dimana gigi telah direstorasi dengan menggunakan crown, tetapi tidak

memberikan akses yang memadai atau memungkinkan penutupan tulang untuk kista yang lebih

besar. Tulang dihilangkan dengan menggunakan rose-head bur di atas apeks akar gigi, yang

kemudian dibagi dengan fissure bur dan dihilangkan sehingga tampak depan akar dapat segera

terlihat dari aspek bukal (Gambar 4C). Kista dienukleasi dengan cara biasa dan dikirim untuk

pemeriksaan histopatologi. Akses kavitas telah dipersiapkan dan di permukaan akar dan

direstorasi dengan menggunakan filler-the retrograde root filling untuk menutup root canal

dari gigi. Setelah irigasi dari bagian bedah, penutupan luka dicapai dengan bahan jahitan yang

sesuai sehingga dapat memberikan dukungan luka yang memadai (Coulthard, 2003).

Gambar 4. (A) Insisi three-sided (B) Insisi semi-lunar untuk meningkatkan akses ke kista
radikular yang berhubungan dengan gigi insicive lateral rahang atas (C) Oblique sectioning
dari apikal akar untuk membuat akses yang baik untuk menutup root canal dengan amalgam
(Coulthard, 2003)

7
Daerah periapikal gigi pasca treatment harus diperiksa secara berkala melalui

pemeriksaan radiografi untuk memastikan bahwa penyembuhan terjadi secara normal (White

and Pharoah, 2009).

8
BAB III

KESIMPULAN

9
DAFTAR PUSTAKA

Coulthard, P., K. Horner, P. Sloan, E. Theaker. 2003. Master Dentistry: Oral dan Maxillofacial
Surgery, Radiology, Pathology, dan Oral Medicine, 1st ed. Philadelphia: Churchill
Livingstone, pp 156.

Karjodkar, Freny R. 2009. Textbook of Dental and Maxillofacial Radiology, 2nd ed. New
Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers, pp. 516

Pillai, Kamala G. 2015. Oral and Maxillofacial Radiology: Basic Principles and
Interpretation, 1st ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers, pp. 288–289.

White, Stuart C., Pharoah, Michael J. 2009. Oral Radiology: Principles and Interpretation, 6th
ed. Missouri: Mosby Elsevier, pp. 343–345.

10

Anda mungkin juga menyukai