Kelompok Komunitas 1 :
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI
KABUPATEN MOJOKERTO
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawat Riset.
Makalah ini terwujud karena adanya pihak yang telah banyak membantu,
membimbing, serta memberi dorongan dan doa dalam menyelesikan makalah ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah banyak membantu dan memberi masukan pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sekiranya dapat
penulis gunakan sebagai masukan untuk perbaikan makalah berikutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
BAB I..................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................................8
2.1 Pengetahuan..............................................................................................................................8
2.2 Sikap..........................................................................................................................................9
2.3 Masyarakat..............................................................................................................................13
2.4 Diabetes mellitus.....................................................................................................................14
2.5 Pencegahan Diabetes Mellitus................................................................................................19
2.6 Penelitian Terkait....................................................................................................................26
BAB III..............................................................................................................................................28
METODE PENELITIAN..................................................................................................................28
PENUTUP.........................................................................................................................................35
4.1 KESIMPULAN.......................................................................................................................35
4.2 SARAN...................................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................36
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
dkk, 2009). Di kalangan masyarakat, sering mendengar pendapat mereka terhadap
penyakit diabetes mellitus bahwa penyakit ini tidak bisa di sembuhkan. Padahal
sesungguhnya penyakit ini dapat disembuhkan, setidaknya dapat dicegah dengan
melakukan perubahan yang terutama berasal dari kemauan diri sendiri untuk
melakukan gaya hidup yang sehat. Akibat dari pendapat bahwa penyakit diabetes
tidak dapat disembuhkan, timbul kecemasan bagi penderita diabetes maupun
masyarakat yang masih belum mengerti atau memahami mengenai penyakit
diabetes mellitus. Menurut Maslow (dalam Sari, 2012), kebutuhan keamanan,
tidak ada seorangpun yang menginginkan hidup tanpa kenyamanan. Kebutuhan ini
meliputi keamanan fisik dan psikis terhindar dari marabahaya dan gangguan yang
mengancam kehidupan. Hasil survey dari puskesmas yang ada di Langowan
Utara, bahwa masyarakat di Desa Tempang Dua dari tahun 2012 hingga 2014
hanya 3 orang yang mengontrol kesehatan yang mengidap penyakit diabetes.
Namun pada bulan Maret tahun 2014 setelah di telusuri secara langsung kepada
masyarakat setempat, ada 11 orang yang mengidap penyakit diabetes mellitus,
baik diabetis pemula maupun diabetis yang sudah lama. Dari rasa takut dan
cemas, membuat masyarakat tidak ingin mengontrol penyakit diabetes mellitus
lebih awal di puskesmas maupun rumah sakit, hingga akhirnya menjadi parah
bahkan hingga terjadi kematian. Dan hal ini yang membuat penyakit diabetes
mellitus sulit dicegah lebih awal di kalangan masyarakat. Maka diperlukan
komunikasi yang baik antara pihak kesehatan dan masyarakat mengenai penyakit
diabetes mellitus.Melalui penanganan yang baik dengan adanya kerjasama antara
masyarakat dan petugas kesehatan, diabetes mellitus akan dapat dicegah. Untuk
mencapai hal tesebut, keikutsertaan masyarakat untuk menjaga kesehatan diri
sangat penting.
Demikian pula bagi petugas kesehatan untuk mendapatkan hasil yang
maksimal, penyuluhan dalam hal ini sangat berpengaruh penting dan tentunya
diperlukan agar informasi dan tindakan yang diberikan bermanfaat bagi
masyarakat. Karena itu, peneliti merasa perlu mengadakan penelitian untuk
5
mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan sikap masyarakat dalam
mencegah resiko penyakit Diabetes Mellitus. Untuk itu judul yang diambil dalam
penelitian ini adalah “Hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap pencegahan
penyakit diabetes mellitus pada masyarakat Jaga I di desa Tempang Dua
Kecamatan Langowan Utara Kabupaten Minahasa”.
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Diketahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap masyarakat
pencegahan penyakit diabetes mellitus di desa Tempang Dua, Kecamatan
Langowan Utara Kabupaten Minahasa.
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasi tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan penyakit
diabetes mellitus.
b. Teridentifikasi sikap masyarakat tentang pencegahan penyakit diabetes
Mellitus.
c. Teridentifikasi hubungan tingkat pencegahan dengan sikap pencegahan
6
penyakit diabetes mellitus
1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai penyakit
Diabetes Mellitus dan bagaimana cara mencegahnya.
2. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk melaksanakan penelitian lebih
lanjut yang berkaitan dengan diabetes mellitus.
3. Bagi Peneliti
Mengkaji hasil penelitian nanti, akan dapat memberikan kontribusi dalam hasil-
hasil penelitian tentang penyakit diabetes mellitus.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui
mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behavior). Berdasarkan pengalaman dan penelitian, diperoleh bahwa
perilaku yang didasari pengetahuan (Maulana, 2009). Notoadmodjo (2010)
mengungkapkan bahwa pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga,
dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek.
2. Tingkatan Pengetahuan
a. Tahu. Tahu berarti mengingat suatu materi yang telah dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa seseorang itu tahu adalah ia dapat
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan.
8
tersebut secara benar. Orang yang paham harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, dan meramalkan.
2.2 Sikap
1. Pengertian
Menurut Allport, sikap merupakan suatu proses yang berlangsung dalam diri
seseorang yang didalamnya terdapat pengalaman individu yang akan mengarahkan
dan menentukan respon terhadap berbagai objek dan situasi (Sarwono, 2012). Zanna
dan Rempel (Voughn & Hoog, 2002 dalam Sarwono, 2012) menjelaskan sikap
merupakan reaksi evaluatif yang disukai dan tidak disukai terhadap sesuatu atau
9
seseorang, menunjukkan kepercayaan, perasaan, atau kecenderungan perilaku
seseorang.
2. Fungsi Sikap
Menurut Attkinson dikutip dalam Sunaryo, 2004 (Maulana 2009) mengatakan, sikap
memiliki 5 fungsi, yaitu:
a. Fungsi instrumental, yaitu sikap yang dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat
dan menggambarkan keadaan keinginannya atau tujuan.
b. Fungsi pertahanan ego, yaitu sikap yang diambil untuk melindungi diri dari
kecemasan atau ancaman harga dirinya.
c. Fungsi nilai ekspresi, yaitu sikap yang menunjukkan nilai yang ada pada dirinya.
Sistem nilai individu dapat dilihat dari sikap yang diambil individu bersangkutan
(misalnya individu yang telah menghayati ajaran agama, sikapnya akan tercemin
dalam tutur kata, perilaku, dan perbuatan yang dibenarkan ajaran agamanya).
d. Fungsi pengetahuan, setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu, ingin
mengerti, ingin banyak mendapat pengalaman dan pengetahuan, yang diwujudkan
dalam kehidupan sehari-hari.
e. Fungsi penyesuaian sosial, yaitu sikap yang diambil sebagai bentukadaptasi dengan
lingkungannya.
3. Tingkatan
Sikap terdiri atas empat tingkatan, mulai dari terendah sampai tertinggi, yakni
menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab.
a. Menerima
10
b. Merespon
c. Menghargai
Pada tingkat ini, individu mengajak orang lain untuk mengajarkan atau
mendiskusikan suatu masalah.
d. Bertanggung jawab
Merupakan sikap yang paling tinggi, dengan segala resiko bertanggung jawab
terhadap sesuatu yang telah dipilih, meskipun mendapat tantangan dari keluarga.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung (langsung ditanya) dan tidak
langsung (Maulana, 2009).
4. Ciri-ciri Sikap
Para ahli (Gerungan, 1996; Ahmadi, 1999; Sarwono, 2000 dan Walgito, 2001) dalam
Maulana (2009) mengungkapkan bahwa sikap memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Sikap tidak dibawa dari lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk melalui
pengalaman, latihan sepanjang perkembangan individu
b. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu
sehingga dapat dipelajari
c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek sikap
f. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi, hal ini yang membedakan
dengan pengetahuan.
11
5. Pembentukan dan Perubahan sikapSarwono (2000) dalam Maulana (2009)
mengatakan, terdapat beberapa cara untuk membentuk atau mengubah sikap individu,
yaitu :
a. Adopsi
Suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui kegiatan yang berulang dan
terus-menerus sehingga lama-kelamaan secara bertahap akan diserap oleh individu
(misalnya, pola asuh dalam keluarga).
b. Diferensiasi
c. Integrasi
Sikap terbentuk secara bertahap. Diawali dari pengetahuan dan pengalaman terhadap
objek sikap tertentu (misalnya, mahasiswa keperawatan yang rajin mengikuti
perkuliahan praktek klinik dan mengikuti seminar-seminar keperawatan, akhirnya
akan bersikap positif terhadap profesi keperawatan.
d. Trauma
Pembentukan dan perubahan sikap terjadi melalui kejadian yang tibatiba dan
mengejutkan sehingga menimbulkan kesan mendalam. Sebagai contoh, individu yang
pernah sakit perut karena membeli dan makan rujak dipinggir jalan sampai masuk
rumah sakit, akan bersikap negatif terhadap makanan tersebut.
e. Generalisasi
12
Sikap terbentuk dan berubah karena pengalaman traumatik pada individu terhadap hal
tertentu (positif atau negatif) terhadap semua hal. Sebagai contoh, pasien yang pernah
mendapat perawatan yang tidak professional dari seorang perawat akan memiliki
sikap negatif terhadap semua perawat.
Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman
dan latihan sepanjang perkembangan individu. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak
lepas dari pengaruh interaksi dengan orang lain (eksternal), selain makhluk individual
(internal). Kedua faktor tersebut berpengaruh terhadap sikap menurut Maulana (2009)
yaitu:
a. Faktor Internal : fisiologis (sakit, lapar, haus), psikologis (minat dan perhatian), dan
motif.
2.3 Masyarakat
1. Pengertian
2. Ciri-ciri Masyarakat
13
c. Merupakan kesatuan hidup bersama yang saling berinteraksi di antara sesama
anggota dan berkesinambungan.
e. Memiliki identitas atau ciri-ciri kepribadian yang sama, kuat, dan mengikat seluruh
warganya, seperti berupa bahasa, pakaian, symbolsimbol tertentu (perumahan),
benda-benda tertentu (mata uang, alat pertanian, dan lain-lain).
14
Suiraoka, 2012). Penyakit diabetes tipe 1 biasanya memiliki kesehatan dan berat
badan yang baik, bahkanpun respon tubuh terhadap insulin juga masih normal.
Tingkat glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe 1 sedapat mungkin harus
mendekati normal yaitu 80-120 mg/dl. Angka di atas 200 mg/dl sering disertai
dengan rasa tidak nyaman dan terlalu sering buang air kecil sehingga
menyebabkan dehidrasi (Suiraoka,2012).
Diabetes tipe ini merupakan gangguan toleransi glukosa berbagai derajat yang
ditemukan pertama kali pada saat hamil. (Suiraoka, 2012).
2. Gejala Diabetes Mellitus Secara umum gejala dan tanda penyakit DM dibagi dalam
2 kelompok, yaitu:
15
a. Gejala Akut, meliputi:
1) Polyuria. Hal ini berkaitan dengan kadar gula yang tinggi diatas 160-180
mg/dl maka glukosa akan sampai ke urin tetapi jika tambah tinggi lagi, ginjal
akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa
yang hilang. Gula bersifat menarik air sehingga bagi penderitanya akan
mengalami polyuria atau kencing banyak.
4) Penurunan berat badan, rasa lemas dan cepat lelah (Suiraoka, 2012)
b) Gangguan saraf tepi berupa rasa kesemutan, terutama pada malam hari sering
terasa sakit dan rasa kesemutan di kaki.
c) Gatal-gatal dan bisul. Gatal pada umumnya dirasakan pada daerah lipatan kulit
ketiak, payudara dan alat kelamin. Bisul dan luka lecet terkena sepatu atau
jarum yang lama sembuh.
d) Rasa tebal pada kulit, yang menyebabkan penderita lupa memakai sandal dan
sepatunya.
16
e) Ganggguan fungsi seksual. Dapat berupa gangguan ereksi, impoten yang
disebabkan gangguan pada saraf bukan karena kekurangan hormon seks
(testosteron).
f) Keputihan. Pada penderita wanita, keputihan dan gatal sering dirasakan, hal
ini disebabkan daya tahan tubuh penderita menurun.
1) Umur
Umur merupakan faktor pada orang dewasa, dengan semakin bertambahnya umur
kemampuan jaringan mengambil glukosa darah semakin menurun. Penyakit ini lebih
banyak terdapat pada orang berumur di atas 40 tahun daripada orang yang lebih muda
(Budiyanto, 2002 dalam Suiraoka, 2012).
2) Keturunan
Diabetes mellitus bukan penyakit menular tetapi diturunkan. Namun bukan berarti
anak dari kedua orangtua yang diabetes pasti akan mengidap diabetes juga, sepanjang
bisa menjaga dan menghindari faktor resiko yang lain. Sebagai faktor resiko secara
genetik yang perlu diperhatikan apabila kedua atau salah seorang dari orang tua,
saudara kandung, anggota keluarga dekat mengidap diabetes. Pola genetik yang kuat
pada diabetes mellitus tipe 2. Seseorang yang memiliki saudara kandung mengidap
diabetes tipe 2 memiliki resiko yang jauh lebih tinggi menjadi pengidap diabetes.
Uraian di atas telah mengarahkan kesimpulan bahwa resiko diabetes tersebut adalah
kondisi turunan (Susanto, 2010 dalam Suiraoka, 2012).
17
Pola makan yang salah dan cenderung berlebih menyebabkan timbulnya obesitas.
Obesitas sendiri merupakan faktor predisposisi utama dari penyakit diabetes mellitus.
3) Obesitas
4) Stres
Stres mengarah pada kenaikan berat badan terutama karena kortisol, hormon stres
yang utama (Thalboot, 2006 dalam Tandra, 2010) dalam Suiraoka, (2012). Kortisol
yang tinggi menyebabkan peningkatan pemecahan protein tubuh, peningkatan
trigliserida darah dan penurunan penggunaan gula tubuh, manifestasinya
meningkatkan trigliserida dan gula darah atau dikenal dengan istilah hiperglikemia
(Sutanto, 2008 dalam Suiraoka, 2012).
5) Pemakaian obat-obatan
4. Komplikasi
18
a. Hipoglikemia adalah keadaan klinik gangguan saraf yang disebabkan
penurunan glukosa darah. Gejala ini dapat ringan berupa gelisah sampai berat
berupa koma disertai kejang.
1. Terapi diet
c. Mencapai dan mempertahankan berat badan agar selalu dalam batasbatas yang
memadai atau berat badan idaman ± 10%
Tujuan umum terapi gizi adalah membantu orang dengan diabetes memperbaiki
kebiasaan gizi dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik
(Soegondo, 2009).
2. Perencanaan makan
19
Tujuan perencanaan makan dan dalam pengelolaan diabetes sebagai berikut:
b. Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan remaja, ibu hamil
dan janinnya.
1) Kebutuhan kalori
Kebutuhan kalori pada penderita diabetes mellitus memiliki tujuan untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan ideal. Diet standar yang dianjurkan ialah makanan yang memiliki
energi 45-65% dari karbohidrat, 10-20% dari protein, dan 20-25% dari lemak. Cara menghitung
Catatan: Bagi pria dengan tinggi badan dibawah 160 cm dan wanita dibawah 150 cm, rumus
modifikasi menjadi:
Maka kebutuhan kalori total dibutuhkan oleh penderita diabetes mellitus dengan
pegangan kasar, yaitu pasien kurus 2300-2500 kalori, normal 1700-2100 kalori, dan
gemuk 1300-1500 kalori (Soegondo, 2009). Kebutuhan kalori tiap penderita diabetes
mellitus berbeda tergantung pada jenis kelamin, umur, aktifitas, kehamilan/laktasi,
adanya komplikasi dan berat badan Kebutuhan kalori bagi penderita diabetes ibu yang
hamil sekitar 35-45 kal/kg BB ideal atau 300 kal diatas kalori basal pada saat tidak
hamil.
2) Kebutuhan Protein
20
Penderita diabetes mellitus sebaiknya mengonsumsi protein dari sumber protein
nabati misalnya kacang-kacangan, biji-bijian untuk mengurangi asupan kolesterol dan
juga lemak jenuh. Perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kgBB/hari atau 10%
dari kebutuhan energi jika ada tanda-tanda penyakit ginjal. Kebutuhan protein selama
hamil bertambah 10 gr di atas kebutuhan saat tidak hamil (saat tidak hamil 0,8 g/kg
BB ideal) (Suyono, 2009).
3) Kebutuhan Lemak
Penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk mengonsumsi asupan lemak < 7% energi
dan tidak lebih 10% energi dari lemak tidak jenuh ganda. Jika penderita diabetes
mellitus mengalami peningkatan LDL, dapat dianjurkan untuk mengikuti diet
dislipidemia tahap II yaitu < 7% energi total dari lemak jenuh, yang kandungan
kolesterol 200 mg/hari. Namun jika peningkatan VLDL asupan lemak tidak jenuh
hingga 20% dengan < 10% kalori masing-masing dari lemak jenuh dan tidak jenuh
Berat badan Idaman= 90% x (TB dalam cm – 100) x 1 kg Berat badan Ideal= (TB
dalam cm - 100) x 1 kgtunggal. Penderita dengan trigliserida > 1000 mg/dl, perlu
diturunkan semua tipe lemak makanan yang dikonsumsi.
4) Kebutuhan Serat
Kebutuhan serat untuk penderita diabetes mellitus, asupan seratnya sama dengan
orang yang tidak menderita diabetes mellitus yaitu asupan seratnya 25g/hari. Jenis
yang dianjurkan ialah serat terlarut karena membantu menurunkan gula darah,
membantu menurunkan lemak darah.
5) Kebutuhan Natrium
Anjuran asupan natrium bagi penderita diabetes mellitus sama seperti biasa yaitu
tidak lebih dari 3000 mg, namun bagi penderita hipertensi dianjurkan asupan natrium
2400mg/hari.
6) Bahan Pemanis
21
Ada 2 tipe pemanis yaitu pemanis nutritif (mengandung kalori), dan pemanis non-
nutritif (tidak mengandung kalori). Pemanis nutritif sering digunakan dalam makanan
“bebas gula” dan memiliki efek laksatif (sorbitol). Makanan yang termasuk dalam
pemanis nutritif yaitu Sorbitol, xylitol, fruktosa (gula buah). Untuk pemanis non-
nutritif di anjurkan untuk dikonsumsi, bahkan jenis pemanis ini sering digunakan
dalam produk makanan. Yang termasuk dalam pemanis non-nutritif yaitu sakari,
aspartame, acesulfame K.
Daftar bahan makanan penukar adalah suatu daftar nama bahan makanan dengan
ukuran tertentu dan dikelompokkan berdasarkan kandungan kalori, protein, lemak,
dan hidrat arang (Soegondo, 2009). Daftar makanan penukar dikelompokkan dalan 8
kelompok, yaitu:
Golongan 4 : sayuran
Golongan 5 : buah-buahan
Golongan 6 : susu
Golongan 7 : minyak
3. Pelaksanaan Olahraga
a. Manfaat
Sudah tidak diragukan lagi bahwa olahraga secara umum manfaatnya baik bagi
kesehatan secara fisik maupun psikologis, terutama bagi penderita diabetes mellitus.
22
Menurut Chaveu dan Kaufman (1889) dalam Soegondo (2009), olahraga pada
diabetis dapat menyebabkan terjadinya peningkatan pemakaian glukosa oleh otot
yang aktif, sehingga secara langsung olahraga dapat menyebabkan penurununan
glukosa darah. Manfaat bagi diabetis antara lain dapat menurunkan kadar glukosa
darah, mencegah kegemukan, berperan dalam mengatasi kemungkinan terjadi
komplikasi aterogenik, gangguan lipid darah, peningkatan tekanan darah,
hiperkoagulasi darah (Soegondo, 2009).
b. Prinsip umum
2) Intensitas, ringan dan sedang yaitu 60%-70% MHR (Maximum Heart Rate).
Hal yang perlu diperhatikan setiap kali melakukan olahraga adalah pemanasan (warm-
up), latihan inti (conditioning), pendinginan (coolingdown), dan peregangan
(stretching).
Pelaksanaan olahraga atau latihan jasmani yang tidak memperhatikan maupun tidak
melakukan dengan baik mengenai prinsip-prinsip dalam berolahraga, dapat
menimbulkan dampak negatif, diantaranya:
23
Memperburuk kadar gula darah diabetis. Karena itu hindari, latihan jasmani
berat, latihan beban dan olahraga kontak, namun tingkatkan asupan cairan
(intake cairan).
Cedera otot dan tulang. Untuk memilih latihan olahraga yang sesuai atau tepat,
intensitas latihan sebaiknya ditingkatkan secara bertahap, pemanasan dan
pendinginan harus dilakukan, olahraga berat dan berlebihan harus dihindari.
24
1) Mencapai dan memelihara kendali glikemik: PKGS memberikan informasi
kepada dokter atau perawat mengenai kendali glikemik dari hari ke hari agar
dapat memberi nasehat yang tepat.
Tujuan untuk melakukan pemantauan ini yaitu untuk mencegah terjadinya kecacatan
yang dapat terjadi pada penderita DM, dimulai dengan deteksi dini penyulit DM agar
dapat dikelola dengan baik, juga untuk mengendalikan kadar glukosa darah.
2) Paru : pemeriksaan berkala foto dada setiap 1-2 tahun atau kalau ada keluhan
batuk kronik.
3) Jantung : pemeriksaan berkala EKG/ uji latih jantung secara berkala setiap
tahun atau kalau ada keluhan nyeri dada/ cepat capai.
25
Pada diabetes mellitus tipe 2 suplai insulin diberikan jika program diit makan
dan obat hipoglikemia oral tidak dapat mengontrol glukosa darah penderita. Dalam
pemberian dosis insulin disesuaikan dengan kadar glukosa darah penderita. Ada 3 cara
kerja insulin, yaitu Onset (setelah beberapa lama insulin mulai bekerja), waktu puncak
(insulin bekerja paling puncak), durasi (jangka waktu insulin bekerja). Ada 4 tipe
insulin yang diproduksi dan dikategorikan berdasarkan puncak dan jangka waktu
efeknya, yaitu insulin kerja cepat, insulin kerja pendek, insulin kerja sedang, insulin
kerja panjang. Obat hipoglikemik perlu di gunakan apabila penderita diabetes telah
melaksanakan program diit makan dan berolahraga teratur tapi pengendalian kadar
glukosa darah belum tercapai.
26
bermakna antara pengetahuan dengan upaya pencegahan komplikasi (p > 0,05),
terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan upaya pencegahan komplikasi
(p < 0,05), tidak terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi dengan upaya
pencegahan komplikasi (p < 0,05).
27
BAB III
METODE PENELITIAN
28
yang di alami. Tentunya permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini juga
tidak berkenaan dengan angka-angka seperti pada penelitian non kualitatif, karena
penelitian ini dilakukan secara mendalam terhadap suatu fenomena yang ada dengan
cara mendeskripsikan masalah tersebut secara jelas dan terperinci.
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus, yaitu suatu
pendekatan untuk mempelajari, menjelaskan, atau menginterpretasi suatu kasus dalam
konteksnya secara natural tanpa adanya intervensi dari pihak luar. Studi kasus itu
sendiri merupakan fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang terbatasi
(bounded context), Meski batas-batas antara fenomena dan konteks tidak sepenuhnya
jelas (Poerwandari, 2001: 65). Kasusnya dapat berupa kasus individu, peran,
kelompok kecil, organisasi komunitas, atau bahkan suatu bangsa.
Poerwandari (2001: 65) mengemukakan bahwa “studi kasus dapat dibedakan
dalam beberapa tipe, yaitu studi kasus intrinsik, instrumental, dan kolektif.” Penelitian
ini termasuk dalam penelitian studi kasus instrumental, dimana penelitian ini
dilakukan karena suatu kasus unik tertentu, serta dilakukan untuk memahami isu
dengan lebih baik, juga untuk mengembangkan atau memperhalus teori.
lengkap, serta memungkinkan dan mudah bagi peneliti untuk melakukan penelitian
observasi.
Oleh karena itu, maka penulis menetapkan lokasi penelitian adalah tempat dimana
penelitian akan dilakukan. Dalam hal ini, lokasi penelitian terletak di Desa Tempung
Dua Kabupaten Madiun. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2019 hingga
29
3.3 Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland sebagaimana yang telah dikutip oleh Lexy. J. Moleong
bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan,
selebihnya berupa data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal
itu pada bagian ini jelas datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data
tertulis, foto dan statistic. Sedangkan yang dimaksud sumber data dalam penelitian
adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Apabila menggunakan wawancara
dalam mengumpulkan datanya maka sumber datanya disebut informan, yaitu orang
lisan. Apabila menggunakan observasi maka sumber datanya adalah berupa benda,
gerak, atau proses sesuatu. Apabila menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau
Dalam penelitian ini sumber data primer berupa kata-kata diperoleh dari wawancara
dengan para informan yang telah ditentukan yang meliputi berbagai hal yang
30
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan kelengkapan informasi yang sesuai dengan fokus penelitian maka
fisika.
c) Teknik Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk
ditunjukkan dalam hal ini adalah segala dokumen yang berhubungan dengan
pembelajaran bidang studi fisika di dalam laboratorium dan sebagainya. Teknik ini
31
dilakukan untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang pelaksanaan upacaya
Madiun
3.5.2 Sampling
populasi yang ada. Pemilihan informan dala peelitian ini dilakukan secara
sampling purposive.
3.5.3 Sampel
32
3.6 Definisi Operasional
a. Analisis Univariat
33
3.8 Kerangka Konsep
TINGKAT PENGETAHUAN
MASYARAKAT SIKAP MASYARAKAT
3.9 Hipotesis
34
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
1) Bagi para pembaca, diharapkan dapat memahami pengetahuan dari terapi tertawa
yang telah dijelaskan diatas, dan semoga dapat menerapkan di lingkungan
masyarakat sehingga bias bermanfaat bagi orang yang membutuhkan
2) Bagi mahasiswa, diharapkan agar bias menambah wawasan atau pengetahuan
khususnya juga dalam bidang ilmu keperawatan
3) Bagi dosen pembimbing, diharapkan dapat memeriksa makalah dan memberikan
masukan jika terjadi kesalahan baik dalam penyusunan maupun pemenuhan
referensi untuk membantu kelancaran dan kesempurnaan dalam pembuatan
makalah kedepannya.
35
DAFTAR PUSTAKA
36