Oleh :
Nama : MISRIANI
Nim : 2041177
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Defenisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan sejahtera yang
meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Jika
dilihat dari kesehatan jiwa sehat tidak hanya bebas dari gangguan jiwa tetapi lebih kepada
perasaan sehat, sejahtera dan bahagia (well being), ada keserasian antara pikiran, perasaan,
perilaku, dan dapat merasakan kebahagiaan dalam sebagian besar kehidupannya serta mampu
Menurut WHO, kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan
WHO pada tahun 2012 450 juta orang diseluruh dunia menderita gangguan mental, dan
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk
halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering
berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat
tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu.
Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien
terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab
halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadang-kadang
pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris yang diinterpretasikan oleh stimulus yang
diterima. Jika diliputi rasa kecemasan yang berat maka kemampuan untuk menilai realita
dapat terganggu. Persepsi mengacu pada respon reseptor sensoris terhadap stimulus. Persepsi
juga melibatkan kognitif dan pengertian emosional akan objek yang dirasakan. Gangguan
persepsi dapat terjadi pada proses sensori penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan
dan pengecapan.
Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat ditemukan pada
pasien gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yang berhubungan
Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien jiwa di Desa Petai Baru ditemukan pasien
dengan kasus halusinasi. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merasa tertarik untuk
mengangkat ”Asuhan keperawatan jiwa pada Ny, R dengan masalah utama gangguan sensori
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
mampu memberikan Asuhan Keperawatan yang tepat pada pasien dengan masalah
halusinasi pendengaran.
2. Tujuan khusus
b. Mampu menegakkan diagnosa yang tepat dan sesuai dengan masalah yang
dialami klien.
c. Mampu menetapkan intervensi yang tepat untuk mengatasi masalah klien.
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Defesini halusinasi
memberipersepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan
yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada
yang nyata.
Menurut penulis, halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada
individu yang ditandai dengan perubahan persepsi: merasakan sensasi palsu berupa
Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai
berikut:
Bicara sendiri.
Senyum sendiri.
Ketawa sendiri.
Perilaku panik.
Ketakutan.
3. Tahap/tingkat halusinasi
a. Fase I :
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan
takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk
meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik
sendiri.
b. Fase II :
Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan
c. Fase III :
berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada
dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan
orang lain.
d. Fase IV :
Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon
terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang.
4. Klafisifikasi halusinasi
a. Halusinasi pendengaran :
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
c. Halusinasi penciuman:
karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan
seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya
d. Halusinasi peraba :
karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus
yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati
e. Halusinasi pengecap :
menjijikkan.
f. Halusinasi sinestetik :
melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine. (Menurut
Stuart, 2007)
5. Rentang Respon
Menurut Stuart dan Laraia (2001), halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif
1) Pikiran logis: yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
2) Persepsi akurat: yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang
didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang
3) Emosi konsisten: yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek keluar
masalah masih dapat diterima oleh norma-norma social dan budaya umum yang
berlaku.
antar individu dan individu, individu dan kelompok dalam bentuk kerjasama.
6) Proses pikir kadang terganggu (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi impuls
eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada
area tertentu di otak kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah
dialami sebelumnya.
7) Emosi berlebihan atau kurang: yaitu menifestasi perasaan atau afek keluar
8) Perilaku tidak sesuai atau biasa: yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata
dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma – norma social atau
10) Menarik diri: yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
11) Isolasi sosial: menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam
berinteraksi.
6. Faktor Perdisposisi
a. Biologis
luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan
terjadinya skizofrenia.
atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
c. Sosial Budaya
7. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan
tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
8. Mekanisme Koping
1) Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
2) Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
3) Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
(Stuart, 2007).
9. Pohon Masalah
Resiko perilaku kekerasan
Menurut Carpenito (1998) dikutip oleh Keliat (2006), pemberian asuhan keperawatan
merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan
klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Asuhan
keperawatan juga menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian
dan evaluasi.
1. Pengkajian
Menurut Stuart dan Laraia (2001), pengkajian merupakan tahapan awal dan
dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan
data meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Data pada pengkajian
penilaian terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki
klien.
Berbagai aspek pengkajian sesuai dengan pedoman pengkajian umum, pada
Yang perlu dikaji yaitu: nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, status,
Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak
mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang
perawatan.
c. faktor predisposisi
a) Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman.
e) Komunikasi tertutup.
f) Orang tua yang membandingkan anak – anaknya, orang tua yang otoritas
Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan
4. Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri
tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri
5. Faktor biologis
6. Faktor genetik
d. Faktor presipitasi
abnormal).
e. Faktor Pemicu
kelelahan dan infeksi, obat-obatan system syaraf pusat, kurangnya latihan dan
3. Sikap : Merasa tidak mampu (harga diri rendah), putus asa (tidak percaya diri),
seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya kemampuan
ketakutan, rasa tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak diri, kurang
a. Isi halusinasi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang
dikatakan suara itu, jika halusinasi audiotorik. Apa bentuk bayangan yang dilihat
oleh klien, jika halusinasi visual, bau apa yang tercium jika halusinasi penghidu,
rasa apa yang dikecap jika halusinasi pengecapan,dan apa yang dirasakan
Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan pengalaman halusinasi
muncul, berapa kali sehari, seminggu, atau sebulan pengalaman halusinasi itu
Selain itu perawat juga bias mengobservasi apa yang dialami klien menjelang
d. Respon Klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien bisa dikaji
dengan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi.
Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasinya atau sudah tidak
f. Pemeriksaan fisik
Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah),
berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang dirasakan klien.\
g. Status Mental
dengan informasi.
8. Proses pikir: proses informasi yang diterima tidak berfungsi dengan baik dan
11. Memori
berlalu.
b. Memori jangka pendek: mengingat peristiwa seminggu yang lalu dan pada
saat dikaji.
berhitung sederhana.
14. Daya tilik diri: kemampuan dalam mengambil keputusan tentang diri.
yaitu pola aktifitas sehari-hari termasuk makan dan minum, BAB dan BAK,
i. Mekanisme koping
internal.
pemukiman.
k. Aspek medik
2. Diagnisis Keperawatan
Menurut Keliat (2006) masalah keperawatan yang sering terjadi pada klien halusinasi
adalah:
menarik diri.
c. Kerusakan interaksi social : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Rencana Keperawatan
1. Menghardik halusinasi
dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa
dengan cara beraktifitas secara teratur dari bangun pagi smpai tidur
halusinasi
akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih untuk mengunakan
obat:
1) Tujuan
maupun di rumah
2) Tindakan keperawatan
sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi di rawat dirumah sakit.
Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akan membuat pasien
demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien. Untuk itu perawat
pendukung yang efektif bagi pasien dengan halusinasi baik saat dirumah
halusinasi adalah:
4. Evaluasi
Menurut Keliat, 1998 evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai
A : analisa ulang atas dasar subjek dan objek untuk mengumpulkan apakah masalah
masih ada, munculnya masalah baru, atau ada data yang berlawanan dengan masalah
P : perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien