Disusun Oleh :
Aulia Rahma
183110165
KELAS II.A
Dosen Pembimbing :
N. Rachmadanur,S. Kp.MKM
2020
1
BAB II
PEMBAHASAN
Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa
gangguan kesadaran. Gangguan fungsi kognitif antara lain pada intelegensi, belajar dan daya
ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi, persepsi, perhatian dan konsentrasi, penyesuaian,
dan kemampuan bersosialisasi. (Arif Mansjoer, 1999). Demensia adalah gangguan fungsi
intelektual tanpa gangguan fungsi vegetatif atau keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan
umum, pikiran abstrak, penilaian, dan interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat
terganggu. (Elizabeth J. Corwin, 2009). Demensia adalah penurunan fungsi intelektual yang
menyebabkan hilangnya independensi sosial. (William F. Ganong, 2010)
Depresi sebagai suatu gangguan mood yang dicirikan tak ada harapan dan patah hati,
ketidakberdayaanyang berlebihan, tak mampu mengambil keputusan memulai sautu kegiatan, tak
mampu berkonsentrasi, tak punya semangat hidup, selalu tegang, dan mencoba bunuh diri
(Atkinson, 1991)dalam (Lubis, 2016).Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya
ditandai dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan bersalah (menarikdiri,
tidak dapat tidur, kehilangan selera, minat dalam aktivitas sehari-hari) (Gerald C. Davison,
2004)dalam(Miftahudin, 2016). Depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional
berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku)
seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya
dan kehilangan harapan (Rice PL, 1992)dalam (Miftahudin, 2016). Depresi adalah salah satu
bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif, mood) yang ditandai kemurungan, kesedihan,
kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan
bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa (Iyus Yosep 2007).
2
a. Kondisi akut yang tidak diobati atau tidak dapat disembuhkan, bila kondisi akut yang
menyebabkan delirium atau tidak dapat diobati, terdapat kemungkinan bahwa kondisi ini
akan menjadi kronik dan karenanya dapat dianggap sebagai demensia.
b. Penyakit vaskular, seperti hipertensi, arteriosklerosis, dan ateroklerosis dapat
menyebabkan stroke.
c. Penyakit Parkinson: demensia menyerang 40% dari pasien-pasien ini.
d. Penyakit prion ( Protein yang terdapat dalam proses infeksi penyakit Creutzfeldt-Jakob).
e. Infeksi human imuno defesiensi virus (HIV) dapat menyerang system saraf pusat,
menyebabkan ensefalopati HIV atau komlek demensia AIDS.
f. Gangguan struktur jaringan otak, seperti tekanan normal hidrosefalus dan cedera akibat
trauma kepala
Penyebab depresi sangat kompleks, yaitu penyebab eksternal dan penyebab internal,
tetapi lebih sering merupakan hasil kombinasi dari keduanya.Berat ringannya depresi
tergantung pada kepribadian mental, kematangan individu, progresifitas penyakit fisik,
dan tingkat pendidikan.Hingga saat ini etiologi depresi yang pasti belum diketahui.
Terdapat beberapa faktor predisposisi yang telah diketahui berkaitan dengan terjadinya
depresi, yaitu antara lain faktor genetik. Faktor ini berperan secara sangat kompleks
dalam perkembangan gangguan mood.Pada penelitian mengenai depresi dalam keluarga
diperoleh bahwa generasi pertama berpeluang lebih sering dua sampai sepuluh kali
mengalami depresi berat.Penelitian yang berhubungan dengan anak kembar
mengemukakan bahwakembar monozigot berpeluang sebesar 50%, sedangkan kembar
dizigot sebesar 10-25%. Mengenai faktor neurobiologik, adanya perubahan
neurotransmiter otak, yaitu antara lain: norepinefrin, serotonin, dopamin, dan juga
menurut teori amina biogenik, depresi disebabkan karena defisiensi senyawa monoamin,
terutama noradrenalin dan serotonin). Juga perlu dipertimbangkan peran faktor psiko-
sosial (peristiwa dalam kehidupan dan stres lingkungan) dan faktor kognitif(Ballo,
Kaunang, Munayang, & Elim, 2012).
3
b. Gangguan Orientasi waktu dan tempat
c. Gangguan bahasa, ketidak mampuan menyususn kalimat
d. ekspresi yang berlebihan, mis menangis berlebihan saat melihat drama di TV
e. adanya perubahan perilaku seperti acuh tak acuh, menarik diri, gelisah
f. Mudah tersinggung, bermusuhan
Penggambaran gejala depresi pada lansia (Samiun,2006 dalam Aspiani, 2014)
a. Kognitif Sekurang-kurangnya ada 6 proses kognif pada Iansia yang menunjukkan gejala
depresi. Pertama, individu yang mengalami depresi memiliki selfesteem yang sangat
rendah.Mereka berpikir tidak adekuat, tidak mampu, merasa dirinya tidak berarti, merasa
rendah diri dan merasa bersalah terhadap kegagalan yang dialami.Kedua, Iansia selalu
pesimis dalam menghadapi masalah dan segala sesuatu yang dijalaninya menjadi buruk
dan kepercayaan terhadap dirinya (self-confident) yang tidak adekuat.Ketiga, memiliki
motivasi yang kurang dalam menjalani hidupnya, selalu meminta bantuan dan melihat
semuanya gagal dan sia-sia sehingga merasa tidak ada gunanya berusaha.Keempat,
membesar-besarkan masalah dan selalu pesimistik menghadapi masalah.Kelima, proses
berpikirnya menjadi lambat, performance intelektualnya berkurang.Keenam, generalisasi
dari gejala depresi, harga diri rendah, pesimisme dan kurangnya motivasi.
b. Afektif Lansia yang mengalami depresi merasa tertekan, murung, sedih, putus asa,
kehilangan semangat dan muram.Sering merasa terisolasi, ditolak dan tidak dicintai.
Lansia yang mengalami depresi menggambarkan dirinya berada dalam lubang gelap yang
tidak dapat terjangkau dan tidak dapat keluar dari sana.
c. Somatik Masalah somatik yang sering dialami Iansia yang mengalami depresi seperti
pola tidur yang terganggu (insomnia), gangguan pola makan dan dorongan seksual yang
berkurang. Lansia telah rentan terhadap penyakit karena system kekebalan tubuhnya
melemah, selain karena aging proses juga karena orang yang mengalami depresi
menghasilkan sel darah putih yang kurang
Stressorr
Koping Maladaptif
c. Terapi simptomatik.
Pada penderitan demensia dapat diberikan terapi simtomatik meliputi :
Diet
Latihan fisik yang sesuai
Terapi rekreasional dan aktivitas
Penanganan terhadap masalah-masalah.
2. DEPRESI
a. Pendekatan psikologis
5
Hal tersebut dikarenakanhasil penelitian yang dilakukan di sebuah Panti jompo yang
mengungkapkan bahwa keluarga bukanlah satu-satunya faktor yang mampu menurunkan depresi
yang dialami oleh lansia. Hal ini disebabkan oleh mayoritas keluarga yang menitipkan lansia di
panti tidak berperan dalam kesembuhan lansia depresi, namun mereka mampu meningkatkan
kualitas hidup mereka.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Saputri dan
Indrawati (2011) bahwadukungan sosial yang berupa keberadaan orang lain yang dapat
diandalkan untuk memberi bantuan, semangat, penerimaan dan perhatian, mampu meningkatkan
kesejahteraan hidup lansia yang tinggal di Panti. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian
Woroasih(1999) yang mengungkapkan bahwa dukungan sosial yang tinggi mampu menurunkan
depresi pada lansia.
b. Pendekatan Medis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanganan yang merujuk pada pendekatan medis yang
berupa pemberian obat penenang juga diterapkan oleh pihak panti. Pendekatan secara medis
merupakan suatu pendekatan yang dilakukan untuk menurunkan tingkat depresi dengan bantuan
beberapa jenis obat antidepresan. Antidepresan adalah obat yang digunakan untuk mengobati
kondisi serius yang dikarenakan depresi (Yuniastuti, 2013). Obat antidepresan dapat membantu
penderita depresi dalam mencegah kumat dan kambuh saat digunakan dalam jangka panjang
(Sydney&South Western Sydney LHD mental Health Service, 2009).
c. Pendekatan Spiritual
Hal tersebut memiliki tujuan salah satunya adalah untuk menunjang perkembangan dan
kesembuhan pasien karena menurut Razak, Mokhtar & Sulaiman(2013) peranan penanganan
spiritual juga mampu menyembuhkan gangguan psikologis yang dilakukan secara sistematis
dengan berdasarkan pada keimanan dan kedekatan kepada Allah SWT.
6
2. Pemeriksaan CT scan dan MRI dimaksudkan untuk menentukan adanya tumor,
hidrosefalus atau stroke.
3. Pemeriksaan EEG.
EEG: mungkin normal atau tidak memberikan gambaran spesifik. Pada alzeimer
stadium lanjut dapat memberi gambaran perlambatan diffus dan kompleks periodik.
4. Pemeriksaan cairan otak. Fungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan
demensia akut,dijumpai rangsangan meningen dan panas.
5. Scans otak, seperti PET, BEAM, MRI: dapat memperlihatkan daerah otak yang
mengalami penurunan metabolism yang merupakan karakteristik dari DAT.
6. Scan CT: dapat memperlihatkan adanya ventrikel otak yang melebar, adanya atrofik
kortikal
7. CCS: munculnya protein abnormal dari sel otak sekitar 90% merupakan indikasi
adanya DAT.
7
ASUHAN KEPERAWATAN DEPRESI DAN DIMENSIA
a. Rencana Keperawatan depresi pada lansia
Diagnosa yang mungkin muncul :
Koping tidak efektif
Keputusasaan
Risiko harga diri rendah kronik
Intervensi Keperawatan:
Koping tidak efektif : penurunan kecemasan, dukungan emosional, dukungan kelompok,
dan management lingkungan
Keputusasaan : peningkatan koping individu, dukungan membuat keputusan, dan
simulasi kognitif
Risiko harga diri rendah kronik : peningkatan interaksi sosial, dukungan keluarga, terapi
musik, dan peningkatan koping.
8
Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi atau
integrasi sensori (penyakit neurologis, tidak mampu berkomunikasi, gangguan tidur,
nyeri) ditandai dengan cemas, apatis, gelisah, halusinasi.
Intervensi Keperawatan
No Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
Dx hasil
1 Setelah diberikan tindakana. Jalin hubungan salinga) Untuk membangan
keperawatan diharapkan mendukung dengan klien. kepercayaan dan rasa
klien dapat beradaptasib. Orientasikan pada nyaman.
dengan perubahan lingkungan dan rutinitas
aktivitas sehari- hari dan baru. b) Menurunkan kecemasan
lingkungan dengan KH : c. Kaji tingkat stressor dan perasaan terganggu.
a. mengidentifikasi (penyesuaian diri,
perubahan perkembangan, peranc) Untuk menentukan
b. mampu beradaptasi keluarga, akibat perubahan persepsi klien tentang
pada perubahan status kesehatan) kejadian dan tingkat
lingkungan dan aktivitasd. Tentukan jadwal aktivitas serangan.
kehidupan sehari-hari yang wajar dan masukkan
c. cemas dan takut dalam kegiatan rutin.
berkurang c) Konsistensi mengurangi
d. membuat pernyataane. Berikan penjelasan dan kebingungan dan
yang positif tentang informasi yang meningkatkan rasa
lingkungan yang baru. menyenangkan mengenai kebersamaan.
kegiatan/ peristiwa.
e) Menurunkan ketegangan,
mempertahankan rasa
saling percaya, dan
orientasi.
2 Setelah diberikan tindakana. Kembangkan lingkungana. Mengurangi kecemasan
keperawatan diharapkan yang mendukung dan dan emosional.
klien mampu mengenali hubungan klien-perawat
perubahan dalam berpikir yang terapeutik.
9
No Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
Dx hasil
dengan KH: b. Pertahankan lingkungan
a. Mampu memperlihatkan yang menyenangkan dan
kemampuan kognitif tenang. b. Kebisingan merupakan
untuk menjalanic. Tatap wajah ketika sensori berlebihan yang
konsekuensi kejadian berbicara dengan klien. meningkatkan gangguan
yang menegangkan neuron.
terhadap emosi dand. Panggil klien dengan
pikiran tentang diri. namanya. c. Menimbulkan perhatian,
b. Mampu terutama pada klien dengan
mengembangkan strategi gangguan perceptual.
untuk mengatasi anggapan d. Nama adalah bentuk
diri yang negative. e. Gunakan suara yang agak identitas diri dan
c. Mampu mengenali rendah dan berbicara menimbulkan pengenalan
tingkah laku dan faktor dengan perlahan pada terhadap realita dan klien.
penyebab. klien.
e. Meningkatkan
pemahaman. Ucapan tinggi
dan keras menimbulkan
stress yg mencetuskan
konfrontasi dan respon
marah.
3 Setelah diberikan tindakana. Kembangkan lingkungana. Meningkatkan
keperawatan diharapkan yang suportif dan kenyamanan dan
perubahan persepsi hubungan perawat-klien menurunkan kecemasan
sensori klien dapat yang terapeutik. pada klien.
berkurang atau terkontrolb. Bantu klien untuk
dengan KH: memahami halusinasi.
a. Mengalami penurunan b. Meningkatkan koping
halusinasi. c. Kaji derajat sensori atau dan menurunkan
b. Mengembangkan gangguan persepsi dan halusinasi.
10
No Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
Dx hasil
strategi psikososial untuk bagaiman hal tersebut
mengurangi stress. mempengaruhi klienc. Keterlibatan otak
c. Mendemonstrasikan termasuk penurunan memperlihatkan masalah
respons yang sesuai penglihatan atau yang bersifat asimetris
stimulasi. pendengaran. menyebabkan klien
d. Ajarkan strategi untuk kehilangan kemampuan
mengurangi stress. pada salah satu sisi tubuh.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
11
Demensia merupakan kumpulan sindrom dari kerusakan otak yang disebabkan oleh
perubahan kognitif akibat trauma otak atau degeneratif. (Julianti, 2008). Gangguan kognitif
adalah gangguan dari kemampuan kognitif yang meliputi atensi, kalkulasi, visuospasial, bahasa,
memori dan eksekutif. Pada lansia, gangguan kognitif yang biasanya terjadi yaitu pada penyakit
demensia.Menurut Rahayu (2014),adanya penurunan kualitashiduptersebut dapat memicu
terjadinya depresi pada lansiademensia. Depresi adalah gangguan moodyang disebabkan oleh
adanya perasaan sedih, gangguan nafsu makan, gangguan tidur dan gangguan kognitif (Potter,
2007). Depresi padapasien demensia merupakan gejala klinis dari progresifitas penyakit
demensia (Steffens, 2008).
B. SARAN
Pada deskripsi tentang Asuhan Keperawatan Dimensia dan Depresi pada Lansia diatas
diharapkan pembaca dapat mengerti dan paham tentang Asuhan Keperawatan Dimensia dan
Depresi agar dapat menerapkan kedalam lingkungan sekitar
DAFTAR PUSTAKA
12
Pengenalan dan Penatalaksanaan Demensia Alzheimer dan Demensia lainnya. Konsensus
Nasional, Edisi I Jakarta, Asosiasi Alzheimer Indonesia, 2003:2
13