Disusun oleh:
Kelompok 5
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA
UNIT PROMKES
NOTA DINAS
Nomor B/ND. /IX/2020/Promkes
Tentang Perencanaan Penyuluhan Bulan Januari di Rumkit Tk. III Baladhika Husada
1. Berdasarkan Tugas Pokok Ka Unit Promkes Tk. III Baladhika Husada tentang Notulen
pada Rapat Ka Unit Promkes kepada Anggota Unit Promkes Rumkit Tk. III Baladhika
Husada tentang perencanaan penyuluhan bulan Januari 2020.
Tembusan :
NOTULEN PADA RAPAT KA UNIT PROMKES KEPADA ANGGOTA UNIT PROMKES RUMKIT
TK.III BALADHIKA HUSADA
TENTANG PERENCANAAN PENYULUHAN BULAN JANUARI 2020
NOMOR B/NOTULEN/ /I/2020
Hari : Senin
Tanggal : 20 Januari 2020
Pukul : 08.00 WIB
Pimpinan : Ka Unit Promkes
Tempat : Poli Klinik Spesialis Tk. III Baladhika Husada
Acara : Penyuluhan tentang Penyakit Demam Thypoid di Rumah Sakit Tk.III
Baladhika Husada
A’jalil Achbab,S.Kep.Ners,M.MKes
PNS III/c NIP 196912231996031001
RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA Jember, 1 januari 2020
UNIT PROMKES
Kepada
A’jalil Achbab,S.Kep.Ners,M.MKes
PNS III/c NIP 196912231996031001
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH MALANG
RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA
Hari : Senin
Tanggal : 20 Januari 2020
Pukul : 08.00 WIB
Pimpinan : Ka Unit Promkes
Tempat : Poliklinik Spesialis Tk. III Baladhika Husada
Acara : Rapat Perencanaan Penyuluhan Bulan Januari di Rumkit Tk. III Baladhika Husada
Undangan yang hadir : …..Orang
No
PIMPINAN/BAGIAN MATERI KETERANGAN / URAIAN KEPUTUSAN
Urut
1 2 3 4 5
1 Ka Unit Promkes Penyuluhan 1. Susunan pelaksana kegiatan penyuluhan Pada bulan Januari, Rumkit TK.III
tentang Thypoid di Poli Klinik Spesialis: Baladahika Husada akan mengadakan
Thypoid dan a. Penanggung jawab: dr.Maksum Pandelima, penyuluhan tentang:
resiko jatuh Sp.OT 1. Thypoid, di Poli Klinik Spesialis,
b. Ketua panitia: A’jalil pada tanggal 5 januari 2020 pukul
Achbab,S.Kep.,Ners,M.MKes 15.00-15.45 WIB
c. Moderator: Erfiana, Amd.Keb 2. Hak dan kewajiban pasien di
d. Penyaji: Yusron Fachrudin, Amd.Kep pendaftaran, pada tanggal 15
e. Notulen: Luluk Pristiono, AMd.Kep Januari 2020 pukul 08.00-09.00
f. Pemateri: Aulia Merdekawati,S.Kep.,Ners WIB
g. Peserta: Pasien, keluarga dan pengunjung 3. Penyuluhan diet pada pasien
2. Susunan pelaksnana kegiatan penyuluhan Thypoid di poli Spesialis pada
tentang hak dan kewajiban pasien di tanggal 20 Januari 2020, pukul
pendaftaran: 08.00-09.00 WIB
a. Penanggung jawab: dr.Maksum Pandelima, 4. Penyuluhan HIV di penunjang
Sp.OT medik (brigif) pada tanggal 25
b. Ketua panitia: A’jalil Achbab, S.Kep.,Ners, Januari 2020, pukul 08.00-09.00
M.MKes WIB
No
PIMPINAN/BAGIAN MATERI KETERANGAN / URAIAN KEPUTUSAN
Urut
c. Moderator: Erfiana, Amd.Keb
d. Notulen: Aulia Merdekawati,S.Kep.,Ners
e. Pemateri: Luluk Pristiono, AMd.Kep
f. Peserta: Pasien, keluarga dan pengunjung
3. Susunan pelaksana kegiatan penyuluhan diet
Thypoid
a. Penanggung jawab: dr.Maksum Pandelima,
Sp.OT
b. Ketua panitia: A’jalil Achbab, S.Kep.,
Ners,M.MKes
c. Moderator: Rhestiana Findi, A.Md.Gz
d. Notulen: Luluk Pristiono, AMd.Kep
e. Pemateri: Erva Ambar.M. S.ST
f. Peserta: Pasien, keluarga dan pengunjung
A’jalil Achbab,S.Kep.Ners,M.MKes
PNS III/c NIP 196912231996031001
RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA
UNIT PROMKES
1. Dasar.
2. Tujuan Kegiatan.
3. Sasaran Kegiatan.
4. Materi Kegiatan.
8. Pelaksanaan Kegiatan.
a. Personel.
1) Penyelenggara.
a) Pemateri : 1 Orang
b) Demonstrator : 2 Orang
c) Pendukung : 3 Orang
b. Materiil.
Terlampir pada lampiran ’’4’’.
a. Rencana kegiatan Penyuluhan tahun 2020 dibuat untuk dijadikan pedoman bagi
seluruh pendukung kegiatan.
b. Hal-hal yang belum tercantum dalam rencana kegiatan ini akan disampaikan
secara parsiil di lapangan.
1. Struktur Organisasi
2. Rangka Kegiatan
3. Diagram Waktu Kegiatan
4. Rencana Administrasi
RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA Lampiran “1” (Struktur Organisasi) pada
UNIT PROMKES Rengiat kegiatan Penyuluhan
Rumah Sakit Tk. III Baladhika Husada Progja 2020
KAUR JANGMED
KA UNIT PROMKES
SEKSI-SEKSI
PEMATERI
PASIEN,
KELUARGA DAN
PENGUNJUNG
RANGKA KEGIATAN
NO MATERI
1 2
1. Pengertian Penyakit Demam Typhoid
2. Tanda dan gejala Penyakit Demam Typhoid
3. Faktor resiko penyebab penyakit Demam Typhoid
4. Pengobatan Penyakit Demam Typhoid
2. Anggaran.
a. Dukungan Operasional.
3. Pokok Bahasan
Penanganan demam typhoid
4. Subpokok Bahasan
a. Penjelasan tentang demam typhoid.
b. Penjelasan tentang faktor yang menyebabkan demam typhoid.
c. Penjelasan tentang tanda dan gejala untuk demam typhoid.
d. Penjelasan tentang penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk demam typhoid.
5. Waktu
Waktu yang dibutuhkan untuk penyuluhan adalah 45 menit.
7. Model Pembelajaran
a. Jenis model penyuluhan: pertemuan (tatap muka)
b. Landasan Teori: ceramah, Tanya jawab dan diskusi serta demonstrasi
c. Praktikum: bersama-sama melakukan praktik cuci tangan untuk mencegah penyakit
demam typhoid
d. Langkah pokok:
1) Menciptakan suasana pendidikan kesehatan yang baik
2) Mengajukan masalah
3) Membuat keputusan nilai personal
4) Mengidentifikasi pilihan tindakan
5) Memberi komentar
6) Menetapkan tindak lanjut
8. Persiapan
Penyuluh mencari referensi (buku, jurnal dan lain-lain) tentang demam typhoid,
dan upaya yang dapat dilakukan untuk meringankan demam typhoid, serta membuat
media penyuluhan (leaflet dan lembar balik).
10. Evaluasi
a. Prosedur Evaluasi
Peserta penyuluhan menjawab pertanyaan
1) Apa pengertian penyakit demam typhoid?
2) Apa saja penyebab demam typhoid?
3) Apa saja penatalaksanaan dari demam typhoid ?
b. Kriteri Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
a) Penyelenggaraan penatalaksanaan promosi kesehatan demam typhoid di
Ruang Poliklinik Spesialis Rumah Sakit Baladhika Husada
b) Pengorganisasian penyelenggaraan kegiatan dilakukan sebelum
pelaksanaan.
c) Tersedia lingkungan yang nyaman.
2) Evaluasi Proses
a) Penyuluh dapat menfasilitasi dan meningkatkan kemampuan
penatalaksanaan pencegahan demam typhoid
b) Peserta dapat mengikuti pendidikan kesehatan
c) Peserta antusias terhadap kegiatan yang dilakukan.
d) Peserta berpartisipasi dalam kegiatan dengan mengajukan dan menjawab
pertanyaan dengan benar.
3) Proses pendidikan kesehatan pencegahan demam typhoid
4) Evaluasi Hasil
a) Peserta memahami materi yang telah disampaikan.
b) Peserta dapat merasakan manfaat pendidikan kesehatan pencegahan
penyakit demam typhoid
c) Kegiatan pendidikan kesehatan pencegahan penyakit demam typhoid. sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai
d) Kehadiran peserta dihitung dengan Adequancy of performance kegiatan
Kriteria:
i < 50% = peserta tidak mencukupi dan kegiatan dinyatakan tidak
sukses dari segi peserta
ii 50-75% = peserta kurang mencukupi dan kegiatan dinyatakan kurang
sukses dari segi peserta
iii >75% = peserta mencukupi dan kegiatan dinyatakan sukses dari segi
peserta
DEMAM TYPHOID
A. Definisi
Typhoid Fever (Demam Tifoid) merupakan penyakit demam akut yang
disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi yang menyerang sistem
pencernaan terutama usus halus dan ditandai dengan adanya gejala demam
selama satu minggu bahkan lebih. Penyakit Typhoid Fever ini memiliki hubungan
yang sangat erat dengan lingkungan terutama pada lingkungan yang penyediaan
air minumnya tidak memenuhi sesuai dengan syarat kesehatan dan sanitasi yang
buruk pada lingkungan (Ulfa dkk., 2018).
Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi dan menyerang sistem pencernaan pada manusia dengan gejala
demam satu minggu atau lebih disertai dengan gangguan pada saluran
pencernaan (Saputra dkk., 2017).
B. Epidemiologi
WHO menyatakan penyakit demam tifoid di dunia mencapai 11-20 juta kasus
per tahun yang mengakibatkan sekitar 128.000 - 161.000 kematian setiap
tahunnya (WHO, 2018). Kasus demam tifoid di Indonesia dilaporkan dalam
surveilans tifoid dan paratifoid Nasional. Demam tifoid masih umum terjadi di
negara berkembang, hal ini mempengaruhi sekitar 21,5 juta orang setiap tahun.
Wabah demam tifoid dilaporkan di Jepang pertama kali selama 16 tahun, 3/7
pasien adalah pengunjung restoran sedangkan 4/7 pasien merupakan pekerja
restoran (Kobayashi, 2016).
Penyakit ini mencapai tingkat prevalensi 358 - 810/100.000 penduduk di
Indonesia. Kasus demam tifoid ditemukan di Jakarta sekitar 182,5 kasus setiap
hari. Diantaranya, sebanyak 64% infeksi demam tifoid terjadi pada penderita
berusia 3 - 19 tahun. Namun, rawat inap lebih sering terjadi pada orang dewasa
(32% dibanding anak 10%) dan lebih parah. Kematian akibat infeksi demam tifoid
di antara pasien rawat inap bervariasi antara 3,1 - 10,4% (sekitar 5 - 19 kematian
sehari) (Typhoid Fever: Indonesia’s Favorite Disease, 2016). Berdasarkan data
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010, demam tifoid menduduki peringkat ke-3
dengan jumlah penderita sebanyak 41.081 orang yaitu 19.706 laki-laki dan 21.375
perempuan. Sebanyak 274 penderita meninggal dunia (Kemenkes RI, 2011)
C. Penyebab Demam Typhoid
1. Bakteri
Penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi. Sementara
demam paratifoid yang gejalanya mirip dengan demam tifoid namun lebih
ringan, disebabkan oleh Salmonella paratyphi A, B, atau C. Bakteri ini hanya
menginfeksi manusia. Penyebaran demam tifoid terjadi melalui makanan dan
air yang telah tercemar oleh tinja atau urin penderita demam tifoid dan mereka
yang diketahui sebagai carrier (pembawa) demam tifoid (Wasito dkk., 2009).
Salmonella typhi disebarkan melalui rute fekal-oral yang memiliki potensi
epidemik. Port d’entre Salmonella typhi adalah usus, apabila seseorang
menelan organisme ini sebanyak 107 bakteri, dosis dibawah 105 tidak
menimbulkan penyakit. Penularan demam tifoid dapat terjadi melalui berbagai
cara yang dikenal degan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku),
Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan Faeces (tinja) (Prehamukti, 2018).
3. Kontaminasi makanan
Terdapatnya kontaminan dalam makanan dapat berlangsung melalui dua
cara, yaitu kontaminasi langsung dan kontaminasi silang. Kontaminasi
langsung terjadi pada bahan makanan mentah, baik tanaman maupun hewan.
kontaminasi silang dapat terjadi selama makanan ada dalam tahap persiapan,
pengolahan, pemasakan, maupun penyajian (Alamsyah, 2013). Makanan yang
dicuci dengan air yang telah terkontaminasi, sayuran yang dipupuk dengan tinja
manusia, makanan yang tercemar dengan debu, sampah, dihinggapi lalat, air
minum yang tidak dimasak menjadi peyebab terjadinya demam typhoid
4. Sanitasi lingkungan buruk dan penyediaan air bersih yang kurang memadai
Air yang tidak bersih banyak mengandung bakteri penyebab penyakit. Bila
digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat
masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit. Sabun dapat
membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan
kuman masih tertinggal di tangan. Waktu yang tepat untuk cuci tangan adalah
setiap kali tangan kita kotor (setelah; memegang uang, memegang binatang,
berkebun, dll), setelah buang air besar, setelah menceboki bayi atau anak,
sebelum makan dan menyuapi anak, sebelum memegang makanan, dan sebelum
menyusui bayi (Prehamukti, 2018).
2. Usia
Prevalensi demam tifoid paling tinggi pada usia 3-19 tahun karena
pada usia tersebut orangorang cenderung memiliki aktivitas fisik yang
banyak, sehingga kurang memperhatikan pola makannya, akibatnya mereka
cenderung lebih memilih makan di luar rumah, yang sebagian besar kurang
memperhatikan higienitas. pada usia anak sekolah, mereka cenderung
kurang memperhatikan kebersihan atau hygiene perseorangannya yang
mungkin diakibatkan karena ketidaktahuannya bahwa dengan jajan makanan
sembarang dapat menyebabkan tertular penyakit demam tifoid
(Ramaningrum, 2017).
3. Status gizi dan sistem imun yang lemah
Selama ini status gizi menjadi masalah besar di negara berkembang,
termasuk Indonesia. Status gizi anak dapat dinilai dari antropometri yaitu
BB/U, TB/U, dan BB/TB. Menurut Nurvina Wahyu A, status gizi yang kurang
dapat menurunkan daya tahan tubuh anak, sehingga anak mudah terserang
penyakit, bahkan status gizi buruk dapat menyebabkan angka mortilitas
demam tifoid semakin tinggi (Ramaningrum, 2017).
F. Tata Laksana
A. Farmakologis (Rahmasari, 2018) :
Antibiotik Dosis Keterangan
Ciprofloxacin Pemantauan Obat 5 – 7 hari Tidak direkomendasikan pada
Dewasa: 1 gram/ hari dalam 2 anak – anak usia dibawah 15
dosis terbagi tahun akan tetapi risiko yang
Anak – anak: 30 mg/kg/hari dapat mengancam jiwa dan tifoid
dalam 2 dosis terbagi melebihi risiko efek samping
(alternatif 2, fully sensitive
multidrug resistant)
Cefixime Pemantauan Obat 7 hari Dapat menjadi alternatif dari
Anak – anak (lebih dari usia 3 Ciprofloxacin bagi anak – anak
bulan) : 20 mg/kg/hari dalam 2 dibawah 15 tahun
dosis terbagi
Amoksisilin Pemberian Obat 14 hari Jika tidak adanya resisten (fully
Dewasa: 3 gram/ hari dalam 3 sensitive)
dosis terbagi
Anak – anak: 75 – 100
mg/kg/hari dalam 3 dosis terbagi
Kloramfenikol Pemberian Obat 10 – 14 hari Jika tidak adanya resisten (pilihan
(tergantung tingkat keparahan) utama, fully sensitive)
Anak – anak
1-12 tahun: 100mg/kg/hati
dalam 3 dosis terbagi
Kurang lebih 13 tahun: 3 gram/
hari dalam 3 dosis terbagi
Tiamfenikol Pemberian Obat 5 – 6 hari Efek samping hematologis pada
75 mg/kgBB/hari penggunaan tiamfenikol lebih
jarang daripada kloramfenikol
(alternatif 1)
B. Non Farmakologis
Penatalaksanaan Keterangan
Tirah baring Dilakukan sampai minimal 7 hari bebas demam atau
kurang lebih sampai 14 hari
Diet lunak rendah serat Asupan serat maksimal 8 gram/hari, menghindari susu,
daging berserat kasar, lemak, terlalu manis, asam,
berbumbu tajam
Menjaga kebersihan Tangan harus dicuci sebelum menangani makanan,
selama persiapan makan dan setelah menggunakan toilet
G. PEMERIKSAN PENUNJANG
Pemeriksaan typhoid dapat dilakukan dengan tes diagnostik berikut :
1. Kultur
Pemilihan spesimen untuk kultur sebagai penunjang diagnosis typhoid pada
demam minggu pertama dan awal minggu kedua adalah darah, karena masih
terjadi bakteremia. Sedangkan pada minggu kedua dan ketiga spesimen
sebaiknya diambil dari kultur tinja dan urin.
2. Pemeriksaan serologis
Pemeriksaaan serologis demam tifoid secara garis besar terbagi atas
pemeriksaan antibodi dan pemeriksaan antigen. Pemeriksaan antibodi yang
dapat dilakukan adalah test Widal, test Hemagglutinin (HA), Countercurrent
immunoelectrophoresis (CIE), dan test cepat/ rapid test (Typhidot, TUBEX).
Dan untuk pemeriksaan antigen bisa dilakukan dengan tes ELISA (UKK Infeksi
dan Penyakit Tropis IDAI, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Kobayashi, T., Kutsuna, S., Hayakawa, K., Kato, Y., Ohmagari, N.,Uryu, H., Ohnishi,
M. 2016. Case report: An outbreak of food-borne typhoid fever due to
salmonella enterica serotype typhi in Japan reported for the first time in 16
years. American Journal of Tropical Medicine and Hygiene, 94(2): 289–291.
Nanda, S.D., Maulina. 2016. Perilaku Pencegahan Penyakit Demam Tifoid Pada
Mahasiswa Prevention Behavior In Students Tyhpoid Fever. Jurnal
Universitas Syiah Kuala. Vol 1(1): 1-5
Nuruzzaman, H., dan F. Syahrul. 2016. Analisis Risiko Kejadian Demam Tifoid
Berdasarkan Diri dan Kebiasaan Jajan di Rumah. Jurnal Berkala Epidemiologi
.Vol 4(1): 74-86.
Saputra, R, K.,R. Majid., dan H. Bahr. 2017. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan
Kebiasaan Makan dengan Gejala Demam Tifoid pada Mahasiswa Fakultas
Kesehatan Masyarkat Universitas Halu Oleo Tahun 2017. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. Vol 2(6): 250-731.
UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI. 2016. Rekomendasi IDAI mengenai
Pemeriksaan Penunjang Diagnostik Demam Tifoid. Pengurus Pusat Ikatan
Dokter Anak Indonesia: Jakarta.
Ulfa, F., dan O.W.K. Handayani. 2018. Kejadian Demam Tifoid Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pagiyanten. Semarang : HIGEIA.
Yonathan, D. Y. 2013. Hubungan antara Kualitas Sarana dan Prasarana Rumah dan
Perilaku Sehat dengan Kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas
Ngaliyan Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2(1): 390-398.
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH MALANG
RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA
3. Pokok Bahasan
Cuci Tangan
4. Subpokok Bahasan
5. Waktu
a. leaflet
b. Handsanitizer
c. Lembar balik
7. Model Pembelajaran
8. Persiapan
Penyuluh mencari referensi (buku, jurnal dan lain-lain) tentang cara cuci tangan
dan membuat media penyuluhan (poster).
10. Evaluasi
a. Prosedur Evaluasi
Peserta penyuluhan menjawab pertanyaan
1) Apa pengertian cuci tangan?
2) Apa saja pentingnya cuci tangan?
3) Bagaimana langkah-langkah cuci tangan yang benar?
b. Kriteri Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
a) Penyelenggaraan penatalaksanaan promosi kesehatan cara mencuci
tangan di Poli Spesialis RS Baladhika Husada
b) Pengorganisasian penyelenggaraan kegiatan dilakukan sebelum
pelaksanaan.
c) Tersedia lingkungan yang nyaman.
2) Evaluasi Proses
a) Penyuluh dapat menfasilitasi dan meningkatkan kemampuan
penatalaksanaan cuci tangan.
b) Peserta dapat mengikuti pendidikan kesehatan
c) Peserta antusias terhadap kegiatan yang dilakukan.
d) Peserta berpartisipasi dalam kegiatan dengan mengajukan dan menjawab
pertanyaan dengan benar.
e) Proses pendidikan kesehatan cuci tangan.
3) Evaluasi Hasil
a) Peserta memahami materi yang telah disampaikan.
b) Peserta dapat merasakan manfaat pendidikan kesehatan cuci tangan.
c) Kegiatan pendidikan kesehatan cuci tangan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai
d) Kehadiran peserta dihitung dengan Adequancy of performance kegiatan
𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑖𝑟
𝑎𝑑𝑒𝑞𝑢𝑎𝑛𝑐𝑦 𝑜𝑓 𝑝𝑒𝑟𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑛𝑐𝑒 =
𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑖𝑟
Kriteria:
i < 50% = peserta tidak mencukupi dan kegiatan dinyatakan tidak
sukses dari segi peserta
ii 50-75% = peserta kurang mencukupi dan kegiatan dinyatakan kurang
sukses dari segi peserta
iii >75% = peserta mencukupi dan kegiatan dinyatakan sukses dari segi
peserta
MATERI
CUCI TANGAN
c. Bersihkan kedua tangan dan jari selama 10-15 detik. Gesekan dan gosokkan mekanik
mengangkat kotoran dan bakteri, sabun antimicrobial harus kontak dengan kulit selama
sedikitnya 10 detik.
d. Bersihkan punggung tangan kanan dan kiri dengan gerakan memutar secara
bergantan.
e. Bersihkan sela jari kanan dan kiri secara menyilangkan jari – jari dan ibu jari
memastikan bahwa semua permukaan dibersihkan.
f. Bersihkan punggung jari kanan dan kiri secara bergantian.
h. Bersihkan ujung jari kanan dan kiri pada telapak tangan secara bergantian
i. Jika area dibawah jari-jari kotor tambahkan sabun atau disikat dengan sikat kuku.
Penyikatan kotoran di bawah kuku dapat mengurangi mikroorganisme pada tangan.
j. Bilas kedua tangan secara menyeluruh, jaga tangan diatas dan siku tetap dibawah.
Pembilasan secara mekanik dapat membersihkan kotoran dan mikroorganisme.
Mengeringkan tangan mencegah kulit pecah-pecah dan kasar
k. Gunakan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tangan, gerakan dari jari ke
siku. Keringkan dengan gerakan melingkar
l. Tutup kran dengan menggunakan handuk atau tissu. Mencegah kontaminasi tangan
Risnawaty, G. 2016. Faktor Determinan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Pada
Masyarakat di Tanah Kalikedinding. Jurnal Promkes. 4(1): 70-81.
LAPORAN PELAKSANAAN
KEGIATAN PENYULUHAN
TENTANG DEMAM TYPHOID
BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum.
a. Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga pasien dan keluarga,
tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu
anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Dengan kata lain
pendekatan melalui aspek pendidikan termasuk kegiatan penyuluhan
kesehatan, yang bertujuan untuk mengubah perilaku pasien dan keluarga yang
merugikan kesehatan kearah perilaku hidup sehat. Kegiatan ini merupakan
agenda program tahunan yang dilaksanakan oleh Rumkit Tk.III Baladhika
Husada.
2. Tujuan
3. Ruang Lingkup.
a. Pendahuluan
b. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
c. Kepanitiaan
d. Pembiayaan
e. Penutup
4. Dasar.
5. Sasaran Latihan.
Pasien, Keluarga dan Pengunjung.
7. Pendukung kegiatan.
a. Pemateri : 1 Orang.
b. Deonstrator : 2 Orang.
c. Pendukung : 3 Orang.
d. Peserta : 25 Orang.
9. Materi Latihan.
BAB IV
HASIL YANG DICAPAI
b. Evaluasi Proses
Telah dilaksanakan penyuluhan tentang demam typhoid di Poli Klinik
Spesialis, dan peserta yang mengikuti sebanyak 25 orang.
c. Evaluasi Hasil
X 100%
= 21 x 100%
30
= 70%
Berdasarkan perhitungan adequancy of performance penyuluhan ini dapat
dikatakan berhasil dari segi jumlah peserta yang hadir
BAB VI
PENUTUP
14. Kesimpulan.
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dapat berjalan dengan aman dan lancar
sesuai dengan rencana kegiatan meskipun masih terdapat kekurangan yang perlu
ditingkatkan dalam pelaksanaannya, setiap kendala dan hambatan yang ditemukan
dapat diatasi dengan mengerahkan segala kemampuan Rumah sakit yang dimiliki.
15. Laporan.
Demikian laporan pelaksanaan kegiatan penyuluhan ini dibuat sebagai
bahan masukan dan perunitbangan pimpinan dalam menentukan kebijakan
selanjutnya.