POST OP STRUMA
DI RSUD PROF.DR.H.M.ANWAR
MAKKATUTU BANTAENG
Oleh:
KELOMPOK 1
CL LAHAN CL INSTITUSI
(...........................................) (.............................................)
2021/2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha mengetahui segala
apa yang ada di bumi. Shalawat dan salam kita hanturkan kepangkuan nabi Muhammad
SAW. Yang telah membawa umat manusia dari alam jahiliyah ke alam yang penuh dengan
ilmu pengetahuan.
Adapun laporan yang kami selesaikan ini membahas tentang “Post Op Struma”. Kami
berharap laporan ini dapat bermanfaat untuk kita semua dalam menambah pengetahuan atau
wawasan mengenai keperawatan. Kami sadar makalah ini belumlah sempurna maka dari itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini menjadi
sempurna.
Penyusun
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
BAB 1 4
PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................................5
BAB II 7
KONSEP DASAR 7
A. Konsep Dasar Medis Struma...................................................................................7
A. Definisi 7
B. Etiologi 7
C. Manifestasi Klinis 8
D. Pemeriksaan Penunjang 9
E. Penatalaksanaan Keperawatan 10
F. Komplikasi 11
G. Patofiologi 12
H. Pathway 13
B. Konsep Dasar Keperawatan...................................................................................14
1. Pengkajian 14
2. Diagnosa Keperawatan 15
3. Intervensi Keperawatan 15
4. Implementasi 20
5. Evaluasi 20
BAB IV 21
PENUTUP 21
DAFTAR PUSTAKA 22
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
disebabkan oleh pembeseran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid. Struma
dibagi menjadi dua, yaitu diffusa dan nodusa. Struma diffusa merupakan pembesaran
kelenjar tiroid terjadi secara bilateral atau keseluruhan sehingga terlihat keseluruhan
leher yang membengkak. Biasanya permukaannya rata dan batas pembesarannya agak
sulit ditemukan. Sedangkan struma nodusa, akan didapatkan satu atau lebih benjolan
yang menyebabkan permukaan kelenjar tiroid tidak rata. Letak dari benjolan tersebut
biasanya asimetris dan batas ukurannya dapat ditentukan. Jika dalam pemeriksaan
dunia mengalami gangguan thyroid, baik kanker thyroid, struma nodusa non toxic,
maupun struma nodusa toxic. Pada hasil penelitian Riskesdas (2019) hanya terdapat
0,4% penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun atau lebih yang berdasarkan
secara kuantitas terlihat cukup besar. Jika pada tahun 2013 jumlah penduduk dengan
usia 15 tahun terdapat sebanyak 176.689.336 jiwa, maka ada lebih dari 700.000 orang
yang terdiagnosis hipertiroid. Survei IMS Health pada tahun 2015 mengatakan
Penderita struma nodusa, biasanya tidak mengalami keluhan karena tidak adanya
tunggal dan mungkin banyak terdapat nodul yang berkembang menjadi mutinodular
4
yang tidak berfungsi. Gejala awal yang ditemui adalah adanya benjolan di area leher
tampa adanya keluhan lain yang menyerupai. Kasus Struma nodusa non toksik, harus
dilakukan penanganan yang segera dan pengobatan, serta perawatan yang adekuat,
yang tidak nyaman, karena adanya tekanan mekanik nodul terhadap organ sekitar
serta adanya pertimbangan masalah kosmetik. Tindakan bedah, juga dapat dilakukan
pada satu nodul jinak. Sebaiknya, bila hasil BAJAH (Biopsi aspirasi jarum halus
positif ganas, maka perlu segera dilakukan tindakan pembedahan (Farah, 2019).
Paska operasi tiroidektomi, adalah salah satu tindakan operasi yang memerlukan
perawatan dan penanganan yang baik. Dalam hal ini, Peran perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan care provider dapat meningkatkan status kesehatan klien pre dan
paska operasi tiroidektomi. Hal ini dapat meminimalkan komplikasi yang mungkin
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam laporan ini
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Bantaeng.
2. Tujuan Khusus
5
a. Mengkaji pasien dengan Post Op Struma.
D. Manfaat
Diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan yang bermanfaat bagi
para perawat atau rumah sakit selaku pemberi pelayanan kesehatan tentang
3. Bagi institusi
6
BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi
Struma adalah pembesaran kelenjar tiroid disebut juga sebagai goiter. Struma atau
goiter, berasal dari bahasa latin yaitu “tumidum gutter” yang artinya tenggorokan yang
membesar. Definisi lain dari goiter adalah kelenjar tiroid yang membesar dua kali atau
lebih dari ukuran normalnya, beratnya dapat mencapai 40 gram atau lebih (Dewantini,
2019).
ruang retrosternal dengan atau tanpa pembesaran anterior substansial. Karena hubungan
anatomi kelenjar tiroid ke trakea, laring, saraf laring, superior dan inferior, serta
Berdasarkan data diatas, Struma adalah pembesaran pada kelenjar tiroid yang
beratnya dapat mencapai lebih dari 40 gram yang dapat menyebabkan sindrom
komperhensif dikarenakan adanya hubungan anatomi antara kelenjar tiroid dan organ
B. Etiologi
Struma nodosa toxic dapat dibedakan atas dua yaitu struma nodosa diffusa toxic dan
struma nodosa nodusa toxic. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada
perubahan bentuk anatomi dimana struma nodosa diffusa toxic akan menyebar luas
ke jaringan lain. Jika tidak diberikan tindakan medis sementara nodusa akan
7
memperlihatkan benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan (struma
oleh pasien meskipun telah diiidap selama berbulan-bulan. Antibodi yang berbentuk
reseptor TSH beredar dalam sirkulasi darah, mengaktifkan reseptor tersebut dan
Struma nodosa non toxic sama halnya dengan struma nodosa toxic yang dibagi
menjadi struma nodosa diffusa non toxic dan struma nodosa nodusa non toxic.
Struma nodosa non toxic disebabkan oleh kekurangan yodium yang kronik. Struma
nodosa ini disebut sebagai simpel struma nodosa, struma nodosa endemik, atau
struma nodosa koloid yang sering ditemukan di daerah yang air minumya kurang
sekali mengandung yodium dan goitrogen yang menghambat sintesa hormon oleh
zat kimia.
C. Manifestasi Klinis
Adapun menurut Tarwoto (2018), manifestasi klinis dari struma ada beberapa, yaitu:
4) Kesulitan menelan
5) Kesulitan bernafas
8
7) Gangguan bodi image
Gejala secara umum yaitu kelelahan dan kelesuan, sering mengantuk, jadi pelupa
kesulitan belajar, kulit kering dan gatal, rambut dan kuku yang rapuh, wajah bengkak,
D. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Luh (2020), ada beberapa pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk
a. Inspeksi
Inspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan penderita yang berada pada
posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi atau leher sedikit terbuka. Jika terdapat
ukuran, jumlah nodul, bentuk (diffus atau noduler kecil), gerakanpada saat pasien
b. Palpasi
Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta untuk duduk, leher
dalam posisi fleksi. Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba tiroid dengan
Status fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan perantara testes fungsi
tiroid untuk mendiagnosa penyakit tiroid diantaranya kadar total tiroksin dan
mengukur kadar tiroksin dalam sirkulasi yang secara metabolik aktif. Kadar TSH
plasma dapat diukur dengan assay radioimunometrik. Kadar TSH plasma sensitif
9
dapat dipercaya sebagai indikator fungsi tiroid. Kadar tinggi pada pasien
penilaian pasien yang diduga memiliki penyakit tiroid. Tes ambilan yodium
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struma telah menekan atau menyumbat
e. Ultrasonografi (USG)
Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran gondok akan tampak di
layar TV. USG dapat memperlihatkan ukuran gondok dan kemungkinan adanya
kelainan yang dapat didiagnosis dengan USG antara lain kista, adenoma, dan
kemungkinan karsinoma.
E. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Luh (2020), ada beberapa penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan
Tiroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma, selama ini diyakini bahwa
pertumbuhan sel kanker tiroid dipengaruhi hormon TSH. Oleh karena itu untuk
10
menekan TSH serendah mungkin diberikan hormon tiroksin (T4) ini juga diberikan
tiroid. Obat anti-tiroid (tionamid) yang digunakan saat ini adalah propiltiourasil
Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar tiroid
sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau dioperasi maka
penyinaran terhadap jaringan tubuh lainnya. Terapi ini tidak meningkatkan resiko
kanker, leukimia, atau kelainan genetik. Yodium radioaktif diberikan dalam bentuk
kapsul atau cairan yang harus diminum di rumah sakit, obat ini ini biasanya
c. Tiroidektomi
jaringan atau pengangkatan 5/6 kelenjar tiroid, sedangkan tiroidektomi total, yaitu
F. Komplikasi
Menurut Brunner & Suddarth (2018), ada beberapa komplikasi dari struma, yaitu :
Gangguan pada jantung ini, terjadi akibat dari rangsangan yang berlebihan pada
11
Sehingga terjadi takikardi sampai dengan fibrilasi atrium jika menghebat. Pasien
dengan usia diatas 50 tahun, akan cenderung mendapatkan komplikasi paya jantung.
b. Ovtalmopati graves
Ovtalmopati graves ini seperti eksoftalmus, terjadi penonjolan mata dengan diplopa,
aliran air mata yang berlebihan, serta peningkatan foto fobia dapat mengganggu
c. Dermopati graves
Dermopati tiroid adalah penebalan kulit, terutama kulit dibagian atas tibia bawah
G. Patofiologi
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan oleh tubuh unuk
pembentukan hormone thyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap oleh usus,
masuk ke dalam sirkulasi darah ditangkap paling banyak oleh kelenjar thyroid. Dalam
kelenjar, iodium dioksida berubah menjadi bentuk yang aktif distimulasi oleh TSH,
kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid.
Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin atau T4 dan
molekul yoditironin atau T3. Tiroksin atau T4 menunjukkan pengaturan umpan balik
yang negatif dari sekresi TSH dan bekerja secara langsung pada tirotropihypofisis,
Akibat kekurangan iodium maka tidak terjadi peningkatan pembentukan T4 dan T3,
sehingga ukuran folikel akan menjadi lebih besae dan kelenjar tirioid akan bertambah
metabolisme thyroid sekaligus dapat menghambat sintesis tiroksin atau T4 dan melalui
12
rangsangannya umpan balik negatif dapat meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar
mulai membesar pada usia muda dan akan berkembang menjadi multinodular pada usia
menjadi besar tanpa adanya gejala kecuali benjolan yang ada di leher. Sebagian
penderita struma nodusa dapat hidup dengan strumanya tanpa adanya keluhan.
menonjol kebagian depan, tetapi sebagian struma yang lain dapat menyebabkan
penyempitan trakea apabila pembesaran yang terjadi secara bilateral (Syaugi, 2019).
H. Pathway
Struma
Tindakan pembedahan
Bersihan jalan
napas tidak efektif dihantarkan ke hypothalamus dan
korteks cerebri
manipulasi pada tindakan
strumectomi subtotal Nyeri akut
13
hormone tyroid
Risiko cedera
14
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identifikasi pasien.
Pada klien pre operasi mengeluh terdapat pembesaran pada leher. Kesulitan menelan
dan bernapas. Pada post operasi thyroidectomy keluhan yang dirasakan pada
Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang semakin
Ada anggota keluarga yang menderita sama dengan klien saat ini.
f. Riwayat psikososial.
Akibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau sikatrik sehingga ada
g. Pemeriksaan fisik.
tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi, pernafasan dan suhu yang berubah. Pada
klien dengan pre operasi terdapat pembesaran kelenjar tiroid. Pada post operasi
thyroidectomy biasanya didapatkan adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan
kasa steril yang direkatkan dengan hypafik serta terpasang drain. Drain perlu
15
diobservasi dalam dua sampai tiga hari. Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari
penumpukan sekret efek dari anestesi, atau karena adanya darah dalam jalan nafas.
Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan didapatkan ekspresi
2. Diagnosa Keperawatan
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung
aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada Post Op Struma
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda adanya nyeri, baik verbal maupun nonverbal, catat lokasi,
16
3) Letakkan pasien dalam posisi semi fowler dan sokong kepala/leher dengan bantal
4) Pertahankan bel pemanggil dan barang yang sering digunakan dalam jangkauan
yang mudah.
kebutuhannya.
Intervensi :
distress pada pernapasan merupakan indikasi kompresi trakea karena edema atau
perdarahan.
3) Kaji adanya dyspnea, stridor, “berkokok” dan sianosis. Perhatikan kualitas suara.
17
4) Selidiki keluhan kesulitan menelan, penumpukan sekresi oral.
posterior.
Rasional : jika terjadi perdarahan, balutan bagian anterior mungkin akan tampak
1) Kaji fungsi bicara secara periodik, anjurkan untuk tidak berbicara terus menerus.
Rasional : suara serak dan sakit tenggorok akibat edema jaringan atau kerusakan
karena pembedahan pada saraf laringeal dan berakhir dalam beberapa hari.
Kerusakan saraf permanen dapat terjadi (jarang) yang menyebabkan paralisis, pita
menurunkan kerasnya suara yang harus diucapkan pasien untuk dapat didengarkan
Intervensi :
18
2) Batasi jumlah pengunjung
11) Ajarkan kepada pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
1) Pantau tanda vital dan catat adanya peningkatan suhu tubuh, takikardia
paru/GJK).
posisi yang rendah dan jalan napas buatan didekat pasien. Hindari penggunaan
restrein.
Rasional : pasien dengan kadar kalsium kurang dari 7,5/100ml secara umum
19
mungkin juga menjadi permanen. Catatan: gunakan dengan berhati-hati pada
Intervensi :
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
3) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
20
4. Implementasi
yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu klien
Tahap ini perawat mencari inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditunjukan pada nursing orders untuk membantu pasien mencapai tujuan yang telah
5. Evaluasi
keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan. Evaluasi
keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah
21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data diatas, Struma adalah pembesaran pada kelenjar tiroid yang
beratnya dapat mencapai lebih dari 40 gram yang dapat menyebabkan sindrom
komperhensif dikarenakan adanya hubungan anatomi antara kelenjar tiroid dan organ
B. Saran
mengenai Post Op Struma agar mempermudah pada saat pemberian asuhan keperawatan
kepada pasien.
22
DAFTAR PUSTAKA
American Thyroid Association. (2020). Optimal Thyroid Health For All. Diakses pada 09
Brunner & Suddarth. (2018). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2.
Jakarta : EGC.
Langsep Tajinan Kab. Malang Tahun 2019. Journal of Chemical Information and
Farah, N. (2019). Perbedaan struma diffusa dengan struma nodusa. Diakses pada 09 Maret
Luh, G. N. (2020). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Struma
PPNI (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
kesehatan-dasar-riskesdas/
Syaugi M Assegaf dkk. (2019). Gambaran Eutiroid Pada Pasien Struma Multi Nodusa
Toksik dibagian Bedah RSUP Prof.DR.R.D. Kandou Manado. Jurnal E-Clinic (ECI)
23
24
26