Oleh
D2109004
(………………………….) (…………………….)
Oleh
D2109004
(………………………….) (…………………….)
A. DEFINISI
Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang menrupakan inflamasi
akut dinding kandung empedu disertai nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan
panasbadan. Dikenal dua klasifikasi yaitu akut dan kronis (Brooker, 2001).
Kolesistitis Akut adalah peradangan dari dinding kandung empedu,
biasanyamerupakan akibat dari adanya batu empedu di dalam duktus sistikus,
yang secaratiba-tiba menyebabkan serangan nyeri yang luar biasa.
Kolesistitis Kronis adalah peradangan menahun dari dinding kandung
empedu,yang ditandai dengan serangan berulang dari nyeri perut yang tajam
dan hebat.
Klasifikasi :
a. Kolesistitis Kalkulus
Adalah batu kandung empedu menyumbat saluran keluar empedu akan
menimbulkan suatu reaksi kimia, terjadi otolisis serta edema dan pembuluh
darah dalam kandung empedu akan terkompresi sehingga suplai vaskulernya
terrganggu. Sebagai konsekwensinya dapat terjadi gangren pada kandung
empedu disertai perforasi.
b. Kolesistitis Akalkulus
Merupakan inflamasi kandung empedu akut tanpa adanya obstruksi oleh batu
empedu. Kolesistitis Akalkulus timbul sesudah tindakan bedah mayor,
trauma berat atau luka bakar. Faktor lain yang berkaitan dengan tipe ini
mencakup : obstruksi duktus sistikus akibat torsi, infeksi primer bakterial
pada kandung empedu, dan transfusi darah yang dilakukan berkali-kali.
Kolesistitis akalkukus terjadi akibat perubahan cairan dan elektrolit serta
aliran darah regional dalam sirkulasi viceral. (Bruner & Suddarth, 1996).
B. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko utama untuk kolesistitis, memiliki peningkatan prevalensi di
kalangan orang-orang keturunan Skandinavia, Pima India, dan populasi Hispanik,
cholelithiasis sedangkan kurang umum di antara orang dari sub-Sahara Afrika dan
Asia. Beberapa faktor resiko yang lain sebagai berikut:
1. adanya riwayat kolesistitis akut sebelumnya
2. Wanita (beresiko dua jadi lebih besar dibanding laki-laki)
3. Usia lebih dari 40 tahun .
4. Kegemukan (obesitas).
5. Faktor keturunan
6. Aktivitas fisik
7. Kehamilan (resiko meningkat pada kehamilan)
8. Hiperlipidemia
9. Diet tinggi lemak dan rendah serat
10. Pengosongan lambung yang memanjang
11. Nutrisi intravena jangka lama
12. Dismotilitas kandung empedu
13. Obat-obatan antihiperlipedmia (clofibrate)
14. Penyakit lain (seperti Fibrosis sistik, Diabetes mellitus, sirosis hati,
pankreatitis dan kanker kandung empedu) dan penyakit ileus (kekurangan
garam empedu)
C. ETIOLOGI
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejalanya bersifat akut dan kronis, Gangguan epigastrium : rasa penuh,
distensi abdomen, nyeri samar pada perut kanan atas, terutama setelah klien
konsumsi makanan berlemak / yang digoreng.
E. PATOFISIOLOGI
F. KOMPLIKASI
2. Pembedahan
a. Intervensi bedah dan sistem drainase.
b. Kolesistektomi : dilakukan pada sebagian besar kolesistitis kronis / akut.
Sebuah drain ditempatkan dalam kandung empedu dan dibiarkan
menjulur keluar lewat luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan
serosanguinus, dan getah empedu kedalam kassa absorben.
c. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi
selebar 4 cm, bisa dipasang drain juga, beaya lebih ringan, waktu singkat.
d. Kolesistektomi laparaskopi
e. Kolesistektomi endoskopi: dilakukan lewat luka insisi kecil atau luka
tusukan melalui dinding abdomen pada umbilikus.
3. Pendidikan pasien pasca operasi :
a. Berikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala
komplikasi intra abdomen yang harus dilaporkan : penurunan selera
makan, muntah, rasa nyeri, distensi abdomen dan kenaikan suhu tubuh.
b. Saat dirumah perlu didampingi dan dibantu oleh keluarga selama 24
sampai 48 jam pertama.
c. Luka tidak boleh terkena air dan anjurkan untuk menjaga kebersihan luka
operasi dan sekitarnya
d. Masukan nutrisi dan cairan yang cukup, bergizi dan seimbang
e. Anjurkan untuk kontrol dan minum obat rutin.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
A. 1 Pengkajian pasien Pre operasi meliputi :
1. Identitas klien/pasien
2. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan.
Tanda : Gelisah.
3. Sirkulasi
Tanda : Takikardia, berkeringat.
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan warna urin dan feses.
Tanda : Distensi abdomen, Teraba massa pada kuadran kanan atas,
Urine gelao, pekat, Feses warna tanah liat, steatorea.
5. Makanan/ cairan
Gejala : Anoreksia, mual/muntah, Tidak toleran terhadap lemak dan
makanan “pembuat gas”; regurgitas berulang, nyeri
epigastrium, tidak dapat makan, flatus, dyspepsia.
Tanda : Kegemukan, adanya penurunan berat badan.
6. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau
bahu kanan.
Kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makan.
Nyeri mulai tiba – tiba dan biasanya memuncak dalam 30
menit.
Tanda : Nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas
ditekan ; tanda Murphy positif.
7. Pernapasan
Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan.
Pernapasan tertekan ditandai oleh napas pendek, dangkal.
8. Keamanan
Tanda : Demam,menggigil.
Ikterik, dengan kulit berkeringat dan gatal (puritus).
Kecendrungan perdarahan (kekurangan Vitamin K).
9. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Kecenderungan keluarga untuk terjadi bata empedu.
Adanya kehamilan/melahirkan ; riwayat DM, penyakit
inflamasi usus, diskrasias darah.
Pertimbangan : DRG menunjukkan rata – rata lama dirawat 3 – 4 hari.
Rencana pemulangan : Memerlukan dukungandalam perubahan diet/
penurunan berat badan.
A. 2 Pengkajian pasien Post operasi meliputi :
1. Sirkulasi
Gejala : Riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit
vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan
trombus).
2. Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress
multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ;
stimulasi simpatis.
3. Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane
mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).
4. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
5. Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan
larutan ; Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan
penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga
tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic
(efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat
transfuse darah / reaksi transfuse.Tanda : menculnya proses infeksi yang
melelahkan ; demam.
6. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi,
kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan,
analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang
dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan
kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan
juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi).
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Laboratorium
Darah lengkap : lekositosis sedang ( akut), Bilirubin dan amilase serum
meningkat, enzim hati serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH agak
meningkat, alkali fosfat dan 5-nukleuttidase : ditandai peningkatan obstruksi
bilier.
Kadar protrombin menurun bila obstruksi aliran empedu dalam usus
menurunkan absorbsi vitamin K.
2) USG
Menyatakan kalkuli, dan distensi kandung empedu dan atau duktus empedu.
6) CT scan
Dapat menyatakan kista kandung empedu, dilatasi duktus empedu dan
membedakan antara ikterik obstruksi/non obstruksi
9) Foto Dada :
Menunjukkan pernafasan yang menyebabkan nyeri
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Diagnosa Pre Operasi :
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi/spasme duktus, proses inflamasi,
iskemia jaringan/nekrosis.
2. Resiko tinggi Kekurangan volume cairan berhubungan dengan, muntah,
distensi dan hipermotilitas gaster.
3. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
obstruksi aliran empedu, mual, muntah
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan berhubungan
dengan informasi yang tidak adekuat.
2. Catat respon terhadap obat dan laporkan pada dokter bila nyeri hilang.
Rasional : Nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan rutin dapat menun
jukkan terjadinya komplikasi/ kebutuhan terhadap intervensi lebih lanjut
5. Kolaborasi :
a. Pertahankan status puasa, pasang NGT dan penghisapan NG sesuai
dengan indikasi.
Rasional : Membuang sekret gaster yang merangsang pengeluaran
kolesistokinin dan erangsang kontraksi kandung empedu.
b. Berikan obat sesuai indikasi : anti biotik, anti kolinergik, sedatif seperti
phenobarbital, narkotik seperti meperidin hidoklorida.
Rasional : Anti biotik mengobati proses infeksi. Antikolinergik
menghilangkanspasme/kontraksi otot halus dan membantu
menghilangkan nyeri. Sedatif meningkatkan istirahat dan relaksasi otot.
Narkotikmenurunkan nyeri hebat.
6. Kolaborasi :
a. Pasang NGT, hubungkan ke penghisapan dan pertahankan patensi sesuai
indikasi Antiemetik.
Rasional : Menurunkan sekresi dan motilitas gaster dan Menurunkan
sekresi dan motilitas gaster
b. Kaji ulang pemeriksaan lab seperti Ht/Hb, elektrolit, FH
Rasional : Membantu dalam evaluasi volume sirkulasi, mengidentifikassi
defisit dan mempengaruhi pilihan intervensi atau penggantian/koreksi
c. Berikan cairan IV, elektrolit, dan vitamin K
Rasional : Mempertahankan volume sirkulasi dan memperbaiki
ketidakseimbangan.
3. Diagnosa : Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan obstruksi aliran empedu, mual, muntah.
2. Bicara pada pasien dengan suara yang jelaas dan normal tanpa membentak,
sadar
penuh akan apa yang diucapkan.
Rasional : tidak dapat ditentukan kapan pasien akan sadar penuh, namun
sensori
pendengaran merupakan kemampuan yang pertama kali akan pulih.
4. Gunakan bantalan pada tepi tempat tidur, lakukan pengikatan jika diperlukan.
Rasional : berikan keamanan bagi pasien selama tahap darurat, mencegah
terjadinya
cedera pada kepala dan ekstremitas bila pasien melakukan perlawanan selama
masa disorientasi.
5. Periksa aliran infus, selang endotrakeal, kateter, bila dipasang dan pastikan
kepatenannya.
Rasional : pada pasien yang mengalami disorientasi, mungkin akan terjadi
bendungan pada aliran infus dan sistem pengeluaran lainnya, terlepas, atau
tertekuk.
1. Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran. Tinjau ulang catatan intra
operasi.
Rasional : dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi
pengeluaran cairan/kebutuhan penggantian dan pilihan-pilihan yang
mempengaruhi intervensi.
5. Periksa pembalut, alat drain pada interval reguler. Kaji luka untuk terjadinya
pembengkakan.
Rasional : perdarahan yang berlebihan dapat mengacu kepada
hipovolemia/hemoragi.
Tujuan : pasien mengatakan bahwa rasa nyeri telah terkontrol atau hilang.
Kriteria hasil : pasien tampak rileks, dapat beristirahat/tidur dan
melakukan
pergerakkan yang berarti sesuai toleransi.
Wilkinson, Judith M., & Nancy r R. Ahern. (2013). BUKU SAKU DIAGNOSA
KEPERAWATAN DIAGNOSA NANDA, INTERVENSI NIC, KRITERIA HASIL
NOC, Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC