Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

METODE PRIMER

Dosen Pengampu :

Dr. Wisnu Widyantoro, M.kep.

Disusun Oleh : Kelompok 8

1. Bintang Jeksa (C1020060)


2. Diniar Fadlan Afriansyah (C1020064)
3. Eilen Dwi Rachma Niar (C1020065)
4. Novia Ika Fitriana (C1020085)
5. Nur Maulida Istiqomah (C1020087)
6. Salsa Bila (C1020093)

PROGAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI
2023
A. Pengertian
Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau
pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam
hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kepemimpinan
adalah suatu proses bagaimana menata dan mencapai kinerja untuk mencapai
keputusan seperti bagaimana yang diinginkannya. Kepemimpinan adalah suatu
rangkaian bagaimana mendistribusikan pengaturan dan situasi pada suatu
waktu tertentu. (Syahril, S. 2019).
Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan penggunaan
keterampilan seorang pemimpin untuk mempengaruhi anggota perawat dalam
melaksanakan tanggungjawabnya sehingga tujuan tercapai yaitu pelayanan
keperawatan dan asuhan keperawatan. (Istiningtyas, A., & Wulandari, Y.
2018). Kepemimpinan primer merupakan proses dimana pemimpin dan
pengikut meningkatkan satu sama lain ke tingkat motivasi dan moralitas yang
lebih tinggi. (Sulastien, H., & Sudariani, P. W. 2020). Kepemimpinan primer
dalam keperawatan merupakan perawat primer yang mempengaruhi
bawahanya dengan memberikan motivasi, menunjukan kharisma yang ada,
menstimulus bawahannya agar lebih kreatif dalam pemecahan masalah
keperawatan, dan memberikan empati kepada bawahannya. Penggunaan tipe
kepemimpinan primer dengan maksimal dapat meningkatkan tingkat kepuasan
dan kedisiplinan perawat pelaksana sehingga berdampak pada kinerja perawat
pelaksana dalam melakukan tindakan keperawatan. (Adiyatma, R.2017).
Pengambilan keputusan dalam metode primer ini bukan hanya
melibatkan perawat primer dan perawat pelaksana tetapi berkerjasama dengan
pasien dan keluarga, sehingga keputusan terhadap pelayanan kesehatan
berdasarkan keinginan, dan kebutuhan pasien. Sehingga metode primer
berpengaruh terhadap kinerja tim perawat dan juga kepuasan pasien. (Orienti,
T. N., Indracahyani, A., & Rayatin, L. 2020)
B. Gambaran Struktur Organisasi

Gambaran struktur organisasi metode primer keperawatan

Kepala
Dokter ruang Sarana RS

Perawat Primer

Pasien

Perawat Perawat Perawat


Pelaksana Pelaksana Pelaksana
Pagi Siang Malam

Pada metode keperawatan primer terdapat kontinuitas


keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan.
Setiap perawat primer biasanya mempunyai 4–6 pasien dan bertanggung jawab
selama 24 jam selama pasien dirawat di rumah sakit. Perawat primer
bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam
merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang
pasien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan
asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse).

Tugas Perawat Primer:

a. Mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif.


b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas.
d. Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin ilmu lain maupun perawat lain.
e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
f. Menerima dan menyesuaikan rencana.
g. Meyiapkan penyuluhan untuk pulang.
h. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial
di masyarakat.
i. Membuat jadwal perjanjian klinis.
j. Mengadakan kunjungan rumah
k. Mengisi resume keperawatan

Ketenagaan Metode Primer :

a. Setiap perawat primer adalah perawat bed side atau selalu berada dekat
dengan pasien.
b. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer.
c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
d. Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun
nonprofesional sebagai perawat asisten

Perawat yang memiliki kompetensi kepemimpinan klinis yang


baik, secara otomatis akan menunjukkan performa kerja yang tinggi sebagai
salah satu solusi dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang
maksimal tentunya akan dengan sendirinya perawat akan bersinergi dengan
sistem kerja yang berlaku di Rumah Sakit tersebut sehingga indikator mutu
Rumah Sakit dapat dicapai. Keefektifan kepemimpinan klinis ini, diharapkan
menjadi kunci utama dalam menciptakan lingkungan kerja yang kondusif,
bersifat fungsional serta dapat mendukung perawat dan profesi kesehatan
lainnya.
Menejer rumah sakit maupun Kepala ruang melibatkan staf,
memotivasi staf dan melaksanakan budaya tidak menyalahkan (non blaming
culture). Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
kepemimpinan adalah suatu proses melibatkan dan mempengaruhi orang lain.
Kepemimpinan sangat berperan dalam menanamkan budaya organisasi. Peran
ini juga sesuai dengan penelitian Karimi, Mills & Calvert (2017) yang
menyatakan bahwa dalam kepemimpinan primer harus ada pemberdayaan
orang lain/ staf agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara optimal.
Manajer rumah sakit maupun Kepala ruang mengarahkan langkah-langkah
yang harus dilakukan oleh staf bila terjadi insiden terhadap pasien. Kepala
ruang memberikan dukungan kepada staf bila terjadi insiden terhadap pasien
di rumah sakit dengan melakukan pembahasan laporan insiden pasien tanpa
menyalahkan (non blaming) terhadap staf dan bila perlu melakukan perbaikan
sistem untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama. Selain itu kepala
ruang menjabarkan langkah - langkah penanggulangan insiden terhadap pasien
dengan jelas kepada stafnya dan turun langsung ke lapangan untuk membuat
perencanaan secara proaktif dalam perbaikan sistem keselamatan pasien. Hal
ini juga selaras dengan penelitian Karimi, Mills & Calvert (2017) bahwa
pemimpin harus mampu membuat perubahan, dan juga harus melibatkan
bawahannya dalam proses perubahan dengan selalu memberikan dukungan
motivasi sehingga meningkat kinerja perawat pelaksana dan kepuasan pasien
rumah sakit. Manajer rumah sakit maupun Kepala ruang sebagai role model,
seorang pemimpin tidak hanya berperan dalam memimpin dan mengatur
perubahan dalam suatu organisasi, tetapi juga bagaimana seorang pemimpin
mempertahankan kelangsungan organisasinya atau senantiasa melakukan
perubahan dan mengembangkan organisasi tersebut. (Ginting, D.S.2019)

C. Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihannya :

1. Model praktek professional


Penataan struktur dan proses sistem berian asuhan keperawatan pada
tingkat ruang rawat sehingga memungkinkan pemberian asuhan
keperawatan professional.
2. Bersifat kontinuitas dan komprehensif
Bersifat kontinuitas (berkesinambungan) maksudnya bahwa pemberian
asuhan keperawatan itu belangsung secara bertahap dan terus menerus
sejak klien masuk (sakit) sampai klien mencapai kesembuhannya.
Bersifat komprehensif maksudnya adalah memiliki wawasan yang luas
akan sesuatu dan melihatnya dari berbagai aspek sehingga dapat
memahami suatu permasalahan secara menyeluruh dan menyelesaikannya
dengan baik.
3. Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri →kepuasan perawat
Hasil sebuah intervensi menjadi tanggungjawab penuh seorang peawat.
4. Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya
Karena perawatan hanya dilakukan oleh seorang perawat saja, maka
klien/keluarga lebih mengenal perawat yag merawatnya.

Kekurangannya :
1. Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinik, akontable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin
Karena akontabilitas yang tinggi maka diperlukan perawat yang kompeten
dan jam terbang yang tinggi untuk menjadi perawat primer.
2. Biaya lebih besar
Biaya yang lebih besar disbanding dengan metode yang lain.

D. Contoh Penerapan
Dari lima metode pemberian asuhan keperawatan yang ada , metode
TIM merupakan metode asuhan keperawatan yang banyak digunakan di
rumah sakit namun Metode Primer merupakan Metode Pemberian Asuhan
Keperawatan yang menunjukkan nilai profesional, lebih adaptif dan
kompetitif, model asuhan keperawatan yang efektif, dan tetap
mempertimbangkan standart kualitas dan berkaitan erat dengan patient safety.
Kenyataannya penerapan Metode Primer banyak membutuhkan tenaga
dan berdampak pada penggunaan biaya sehingga rumah sakit memutuskan
penerapan Metode Primer tanpa perawat asosiate, namun penerapan nya
dimodifikasi dengan menggunakan satu Perawat Primer bertanggung jawab
terhadap lima pasien di setiap ruangan perawatan hingga saat ini.

Berdasarkan literatur, metode Primer adalah model asuhan


keperawatan yang profesional, dapat memenuhi kebutuhan klien, dan
meningkatkan kedekatan hubungan perawat dengan klien. Metode asuhan
keperawatan primer sesuai dengan penerapan asuhan yang distandarkan dalam
standar akreditasi yaitu memberikan pelayanan yang berfokus pada pasien
(Patient Centered Care/PCC). Pelayanan yang berfokus pada pasien telah
menjadi inti nila-nilai keperawatan sejak dimulainya pelayanan keperawatan
profesional. PCC didefiisikan memberikan ataupun menyediakan pelayanan
dimana respek, respon didasarkan pada prefensi, kebutuhan-kebutuhan, nila-
nilai, dan meyakinkan bahwa nila-nilai-tersebut yang menjadi dasar bagi
seluruh keputusan klinis (cherry dan jacob, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Adiyatma, R. Gambaran tipe kepemimpinan perawat primer bidang keperawatan di rumah


Sakit Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa (RST DD) Parung Bogor Tahun
2016 (Bachelor's thesis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, 2017).
Canadian Nursing Home [serial on the Internet], (2017, Mar), [cited September 17, 2019];
28(1): 4-7. Available from: CINAHL Complete.
Ginting, D. S. (2019). KEPEMIMPINAN EFEKTIF HEAD NURSE DENGAN
PENERAPAN SIKAP ETIS PERAWAT PRIMER TERHADAP KLIEN.
Istiningtyas, A., & Wulandari, Y. (2018). Hubungan kepemimpinan kepala ruang saat
handover dengan pelaksanaan handover. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, 72-77.
Karimi, B., Mills, J. & Calvert. ER. (2017): Transformational Leadership at Point of Care:
Approaches and Outcomes in A Long-Term Care Setting,
Orienti, T. N., Indra Cahyani, A., dan Rayatin, L. 2019. Analisis Situasi dan Optimalisasi
pelaksanaan metode asuhan keperawatan primer di Rs Anak dan Bunda di Jakarta.
LINK, 15 (2) 8-16
Orienti, T. N., Indracahyani, A., & Rayatin, L. (2020). ANALISIS SITUASI DAN
OPTIMALISASI PELAKSANAAN METODE ASUHAN KEPERAWATAN
PRIMER PADA RUMAH SAKIT ANAK DAN BUNDA DI JAKARTA. Jurnal
Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 16(1), 90-98.
Rakhmawati, W., Kp, S., & Kep, M. (2017). Metode Penugasan Tim Dalam Asuhan
Keperawatan. Asuhan Keperawatan, 2, 1-9.
Rizafni, A., Setiawan, S., & Simamora, R. H. (2019). Pengembangan Model Kompetensi
Klinis Perawat Pelaksana Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera
Utara. Universitas Sumatera Utara.
https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/25624
Samosir, N., Dwijayanti, F., Rita, K., Kusumapraja, R., & Adhikara, M. F. A. (2021).
Pengaruh Peran Kepemimpinan Kepala Ruang Rawat Inap terhadap Kinerja Perawat
dengan Burnout sebagai Variabel Mediasi di Rumah Sakit Kanker. Indonesian Journal
of Nursing Health Science, 6(2), 68-76.
https://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/IJNHS/article/view/4193
Sulastien, H., & Sudariani, P. W. (2020). Buku Ajar Manajemen Keperawatan dan
Kepemimpinan. Guepedia.

Syahril, S. (2019). Teori-teori kepemimpinan. Ri'ayah: Jurnal Sosial dan Keagamaan, 4(02),
208-215.
Utomo, K. S., Ningtyas, R., & Wiludjeng, R. (2021). Hubungan Pengetahuan Perawat dengan
Penerapan Metode Keperawatan Tim Primer di Ruang Rawat Inap RSUD Sultan
Imanuddin Pangkalan Bun. Jurnal Borneo Cendekia Vol, 5(1).
Wright, V. D. (2020). Registered Nurses’ Assessment of Clinical Leadership Knowledge and
Competence. Walden Dissertations and Doctoral Studies. 8351.
https://scholarworks.waldenu.edu/dissertations/8351

Anda mungkin juga menyukai