Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN PELAYANAN KEPERAWATAN JIWA PROFESIONAL DI RUMAH

SAKIT

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik
tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan
teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan
pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi tingginya

 untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang berkualitas sesuai visi dan misi rumah
sakit tidak terlepas dari proses manajemen
 untuk menciptakan pelayanan kesehatan yang berkualitas, maka diperlukan berbagai
sumber daya yang dapat mendukung sistem pelayanan kesehatan. salah satu langkah yang
dapat diambil dalam menciptakan sistem pelayanan kesehatan yang berkualitas adalah
dengan adanya peningkatan sistem pengelolaan pelayanan kesehatan
 sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional :
1. SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional
2. MPKP merupakan model praktek keperawatan profesional

Nilai – nilai profesionalyang diterapkan pada MPKP adalah :

a. pendekatan manajemen ( Management Approach )

 perencanaan ( planning )
 pengorganisasian ( organizing )
 pengarahan ( directing )
 pengendalian ( controlling )

b. penghargaan karir ( compensatory rewards )

c. hubungan profesional ( professional relationship )

d. sistem pemberian asuhan pasien ( patient care delivery system )


Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan
nyata, yaitu di rumah sakit dan komunitas sehingga perawat perlu memahami konsep dan
langkah-langkah operasional dari manajemen keperawatan.

A. DATA GATHERING

1. Data gathering adalah kegiatan pengumpulan data yang merupakan kegiatan pertama yang
dilakukan dalam penetapan prioritas masalah. Sedangkan data adalah hasil dari suatu pengukuran
dan atau pengamatan.

2. Sumber data

- Sumber primer : misal hasil observasi dan wawancara langsung

- Sumber sekunder : misal data dari laporan atau dokumentasi

- Sumber tersier : hasil publikasi badan-badan resmi

3. Cara pengumpulan data

- Wawancara

- Inspeksi

- Observasi partisipatif

4. Jenis data

Jenis data yang dikumpulkan mencakup data-data dalam lingkup manajemen keperawatan

B. PLANNING
Planning atau perencanaan dimaksudkan untuk menysun sustu perencanaan yang
strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan disini
dimaksudkan ntuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien,
menegakkan tujuan, mengalokasikan semua anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe
tenaga keperawatn yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat
mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional
untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan. (Nursalam, 2002).
C. ORGANIZING
1. Struktur Organisasi
 Masing-masing organisasi memiliki struktur formal dan informal yang menentukan alur
kerja dan hubungan timbal balik antar pribadi. Struktur fotmal direncanakan dan dipublikasikan,
struktur informal tidak direncanakan dan samar. Seorang manajer perawatan harus mengerti dan
memakai keduanya secara efektif.
Struktur formal organisasi merupakan penyusunan resmi jabatan kedalam pola hubungan
kerja yang akan mengatur usaha banyak pekerja dari bermacam-macam kepentingan dan
kemauan.
Struktur informal organisasi terdiri dari hubungan timbal balik pribadi yang tidak resmi
diantara para pekerja yang mempengaruhi efektifitas kerja mereka. Kualitas hubungan timbal
balik seorang manajer dengan lainnya langsung dikaitkan dengan kemampuan
kepemimpinannya.
Mengingat struktur formal dan informal organisasi saling melengkapi, manajer perawat
bisa memakai struktur organisasi informal unttuk mengganti kerugian karena kekurangan atau
kegagalan dalam struktur formal.
2. Job Diskriptions
 Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang ia jalankan, misalnya sorang
kepala ruang maka tugas dan tanggung jawabnya, jadi antara satu dengan yang lainnya
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan perannya.
3. Metode Penugasan
  Metode penugasan yang ditetapkan harus dapat memudahkan pembagian tugas perawat
yang disesuaikan dengan pengetahuan dan ketrampilan perawat dan sesuai dengan kebutuhan
klien. Apabila metode penugasan tidak diterapkan maka pelayanan asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien menjadi tidak opimal.
Jenis model askep menurut Grant & Massey, 1997 dan Marquis & Houston, 1998 antara
lain :
a. Model Fungsional
Metode fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan askep sebagai pilihan utama pada
saat perang dunia ke II. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat
maka setiap perawat hanya melakukan 1 sampai 2 jenis intervensi (merawat luka kepada semua
pasien di bangsal).
b. Model Tim

Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan askep terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi dalam group kecil yang
saling membantu.

c. Model Primer

Model penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap askep pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.

d. Manajemen Kasus

Setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien
akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien
akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan 1 pasien 1 perawat, dan hal ini umumnya dilakukan untuk perawat privat atau
keperawatan khusus seperti isolasi dan intensive care.

e. Model Tim Primer.

Pada model ini digunakan kombinasi dari kedua sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono
(2000) Penerapan model ini didasarkan pada beberapa alasan yaitu :

 Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai perawat primer harus
mempunyai latar belakang pendidikan S 1 keperawatan atau setara.
 Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung jawab askep pasien
terfragmentasi pada berbagai tim.
 Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas askep dan accountabilitas
askep terdapat pada primer.
Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam penentuan pemilihan metode pemberian
askep (Marquis & Houston, 1998) yaitu:
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi
2. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam askep
3. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya
4. Terpenuhinya kepuasan klie, keluarga dan masyarakat
5. Kepuasan kinerja perawat
6. Terlaksananya komunikasi yang adequate antara perawat dan tim kesehatan lainnya.

D. ACTUITING
 
1. Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yg memberi konstribusi pada tingkat
komitmen seseorang, hal ini termasuk faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan
mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu ( Stoner, Freman 11995 )
2. Sistem Klasifikasi Pasien
Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokan pasien menurut jumlah dan
kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Di dalam kebanyakan sistem klasifikasi, pasien
dikelompokkan sesuai dengan kebergantungan mereka pada pemberi perawatan atau sesuai
dengan waktu pemberian perawatan dan kemampuan yang diperlukan untuk memberikan
perawatan.
Tujuan setiap sistem klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji pasien dan menghargai
masing-masing nilai angkanya yang mengukur volume usaha yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan perawatan pasien.
3. Ketenagaan Keperawatan dan Pasien
Pada suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah
pasien dan derajat ketergantungan pasien. Menurut Douglas (1984). Loveridge & Cummings
(1996) klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi menjadi 3 (kategori), yaitu: Perawatan
minimal memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam, Perawatan intermediet memerlukan waktu 3 –4
jam / 24 jam, dan Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6 jam / 24 jam.
Dalam suatu penelitian Douglas, (1975) tentang jumlah tenaga perawat di rumah sakit,
didapatkan  jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam tergantung pada tingkat
ketergantungan pasien.
4. Penjadwalan
Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian. Kepegawaian adalah perhimpunan dan
persiapan pekerja yang dibutuhkan untuk melakukan misi dari sebuah organisasi, penjadwalan
adalah penentuan pola jam kerja masuk dan libur mendatang untuk pekerja dalam sebuah unit,
seksi atau divisi.
5. Pengembangan Staff
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan prestasi kerja, mengurangi
absensi dan perputaran, serta memperbaiki kepuasan kerja. Ada beberapa metode pendidikan dan
latihan yang akan digunakan untuk meningkatkan prestasi kerja (Moenir, 1994:162
E. CONTROLING
1. Definisi
Controling merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan,
sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan penyebab masalah mutu pelayanan
berdasarkan standart yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian
masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun
saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu (Azwar, 1996)
2. Peran Leadhershifp Dalam Controling
a. Mendorong staf untuk aktif terlibat dalam pengawasan mutu
b. Mengkomunikasikan secara jelas standart yang diharapkan terhadap staf
c. Mendorong / memotivasi standart tertinggi untuk kualitas yang maksimal dengan
menyediakan standart keamanan minimum
d. Mengimplementasikan pengawasan mutu secara proaktif serta reaktif
e. Menggunakan pengawasan sebagai metode untuk menentukan mengapa tujuan tersebut
tidak dapat dicapai
f. Secara aktif mensyahkan hasil pengawasan mutu yang ditemukan yang mempunyai
kesatuan profesi dan kosumen
g. Menghargai antara standart klinis dengan standar menggunakan sumber-sumber yang
meyakinkan pasien untuk menerima perawatan sesuai yang diharapkan
h. Bertindak sebagai role model terhadap staf untuk menerima tanggung jawab dan
tanggung gugat terhadap tindakan keperawatan
i. Secara aktif berpartisipasi dalam usaha-usaha penelitian untuk mengidentifikasi dan
mengukur sensitifitas keperawatan sebagai hail pelayanan pasien
3. Fungsi Manajemen Dalam Controling
Menghubungi individu dalam organisasi, membentuk standart ukuran yang jelas terhadap
keperawatan dan menentukan metode yang paling tepat untuk mengukur standart yang ada.
4. Sumber Data
 Sumber Primer
Misal : Hasil observasi, wawancara langsung, angket/quesioner
 § Sumber Sekunder
Misal : Data dari laporan / dokumenter
 § Sumber Tersier
Misal : Data dari hasil publikasi badan-badan resmi
5. Cara Pengumpulan Data
 Wawancara
 Inspeksi
 Observasi partisipatif

6. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan mencakup data dalam lingkup kontrolling, yang meliputi :
 Evaluasi
- Evaluasi kepuasan pasien : Belum dilaksanakan, belum ada instrumen (questioner
mengenai kepuasan pasien), dulu pernah ada tetapi sekarang tidak berjalan. Evaluasi
kepuasan pasien hanya dilaksanakan dengan memasukkan saran atau kritik di kotak saran
dari keluarga /pasien setelah keluar dari RSJ yang sebelumnya sudah di berikan
penjelasan pada saat klien masuk UGD. Namun tetap tidak berjalan, karena kurang
ditegaskan kembali pada saat pasien dirawat di ruangan oleh perawat.
- Evaluasi kepuasan perawat : belum ada instrumen khusus untuk mengevaluasi
kepuasan perawat, namun evaluasi kepuasan perawat tersebut sudah dilaksanakan
dengan mengaudit perawat setiap satu bulan sekali pada saat arisan bulanan
- Evaluasi Kinerja perawat : Selain di lakukan oleh kabag kepegawaian setiap 6 bulan
sekali melalui DP3, di ruangan ada buku suci dengan masing-masing nama perawat
ruangan, dimana dari masing-masing perawat yang merasa melakukan kesalahan wajib
menulis dibuku suci.
 Kontrol Kualitas Dilaksanakan dengan Gugus Kendali Mutu (GKM) dan diadakan
pertemuan 1 bulan sekali apabila permasalahan yang ada tidak mendesak, namun jika
permasalahan tersebut dirasa mendesak dapat  juga dilaksanakan 1 minggu sekali atau
bahkan ada saat itu juga dapat diadakan pertemuan GKM.
 Sistem Informasi
- Informasi mendesak : dikomunikasikan langsung kepada yang bersangkutan dengan
melalui telepon atau melalui papan pengumuman
- Informasi tidak mendesak : dikomunikasikan melalui forum pertemuan bulanan
 Hubungan dengan teman sejawat
Tidak ada konflik antara pegawai berkaitan dengan pelaksanaan tugas. Di ruangan di
terapkan dengan adanya tindakan saling memuji antar teman sejawat dalam sehari
minimal 2 kali.
 Audit Klien
Dilakukan secara multi disiplin ilmu (dokter, perawat, psikolog, residen) setiap hari yang
ditentukan dari rs
PERAWATAN DI RUMAH SAKIT JIWA MENURUT ( CMHN ) :
RE
a. Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan selama klien dirawat: Pada awal klien di rawat,
perawat hendaknya melakukan kontrak hubungan dengan klien dan keluarga. Keluarga
mengetahui peran dan tanggug jawabnya dalam proses keperawatan yang direncanakan melalui
kontrak yang telah disepakati. Hubungan saling percaya antara perawat dn klien merupakan
dasar utama untuk membantu klien mengungkapkan dan mengenal perasaannya,
mengidentifikasi kebutuhan dan masalahnya, mencari alternative pemecahan masalah,
melaksanakan alternative yang dipilih serta mengevaluasi hasilnya. Tindakan keperawatan
terhadap keluarga antara lain :
1) Menyertakan keluarga dalam rencana perawatan klien
2) Menjelaskan pola perilaku klien dan cara penanganannya
3) Membantu keluarga berperilaku terapeutik, yang dapat menolong memecahkan masalah
klien.
4) Mengadakan pertemuan antar keluarga klien: diskusi, membagi pengalaman,
mengatasimasalah klien.
5) Melakukan terapi keluarga
6) Menganjurkan penjungan keluarga yang teratur.
Persiapan Pulang : Perawatan di rumah sakit akan bermakna jika dilanjutkan dengan perawatan
di rumah. Untuk itu, selama di rumah sakit perlu dilakukan persiapan pulang. Persiapan pulang
dilakukan segera mungkin setelah dirawat serta diintegrasikan di dalam proses keperawatan.
Persiapan atau rencana pulang bertujuan untuk:
1) Menyiapkan klien dan keluarga secara fisik, psikologis dan sosial
2) Meningkatkan kemandirian klien dan keluarga
3) Melaksanakan rentang perawatan antara rumah sakit dan masyarakat
4) Melaksanakan proses pulang yang bertahap
b. Beberapa tindakan keperawatan yang dapat dilakukan dalam persiapan pulang adalah :
1) Pendidikan (edukasi, redukasi, reorientasi). Youssef menemukan penurunan angka
kambuh pada klien dan keluarga yang mengikuti program pendidikan. Pendidikan
kesehatan ini ditujukan pula untuk mencegah atau menguraikan dampak gangguan jiwa
bagi klien. Program pendidikanyang dapat dilakukan adalah:
a) Keterampilan khusus: ADL, perilaku adaptif, aturan makan, obat, penataan rumah
tangga , identifikasi gejala kambuh, pemecahan masalah.
b) Keterampilan umum: komunikasi efektif, ekspresi emosi yang konstruktif,
relaksasi, pengelolaan stress (stress menagement).
2) Program pulang bertahap. Setelah klien mempunyai kemampuan dan keterampilan
mandiri maka klien dapat mengikuti program pulang bertahap. Tujuannya adalah melatih
klien kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat. Klien, keluarga, bahkan kalau
perlu masyarakat dipersiapkan, antara lain apa yang harus dilakukan klien dirumah, apa
yang harus dilakukan keluarga untuk membantu adaptasi. Kegiatan yang dilakukan klien
dan keluarga di rumah dapat dibuat daftar dan dievaluasi keberhasilannya sebagai data
untuk rencana berikut.
3) Rujukan. Integrasi kesehatan jiwa di Puskesmas sebaiknya mempunyai hubungan
langsung dengan rumah sakit. Perawat komuniti (Puskesmas) sebaiknya mengetahui
perkembangan klien di rumah sakit dan berperan serta dalam membuat rencana pulang.
c. Rencana perawatan di rumah
Setelah klien pulang ke rumah, sebaiknya klien melakukan perawatan lanjutan pada Puskesmas
di wilayahnya yang mempunyai program integrasi kesehatan jiwa. Perawat komuniti yang
menangani klien dapat menganggap rumah klien sebagai “ruang perawatan”. Perawat, klien dan
keluarga bekerja sama untuk membantu proses adaptasi klien di dalam keluarga dan masyarakat.
Perawat dapat membuat kontrak dengan keluarga tentang jadwal kunjungan rumah dan aftercare
di Puskesmas. Perawat membantu klien dan keluarga menyesuaikan diri dilingkungan keluarga,
dalam hal sosialisisasi, perawatan mandiri dan kemampuan memecahkan masalah.

Anda mungkin juga menyukai