Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH POLIHIDRAMNION

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kelainan Hasil Konsepsi


Dosen Pembimbing : Ibu Miftahul Jannah, SST., M. Keb

Oleh :

KEBIDANAN A

1. Yulia Afwinda Saputri (185070600111035)


2. Hijjayanti Halimatussa’diyah (185070601111004)

S1 KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tugas mata kuliah
Kelainan Hasil Konsepsi Blok Kehamilan Kehamilan Patologis yang berjudul
“Polihidramnion” ini dengan baik. Semoga hasil diskusi kami ini dapat berguna bagi
penulis dan para pembaca.
Makalah tugas mata kuliah Kelainan Hasil Konsepsi Blok Kehamilan Patologis
ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang kami hormati Ibu Miftahul Jannah, SST., M. Keb. Selaku
dosen pembimbing dan teman-teman yang sudah ikut membantu dalam pembuatan
makalah ini. Kami pun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat kami
perlukan untuk perbaikan ke depannya.
Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Malang, 26 Januari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...……………………………………………….........1
1.2 Runusan Masalah………………………….........……...……………2
1.3 Tujuan.................………………………………...........…………….2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi...................................................................................................3
2.2 Epidemiologi..........................................................................................3
2.3 Etiologi...................................................................................................4
2.4 Patofisiologi...........................................................................................4
2.5 Klasifikasi..............................................................................................6
2.6 Diagnosis...............................................................................................6
2.6.1 Anamnesis.................................................................................6
2.6.2 Pemeriksaan Fisik.....................................................................6
2.6.3Pemeriksaan Penunjang.............................................................6
2.7 Pengaruh Polihidramnion Terhadap Ibu Dan Janin...............................9
2.8 Penatalaksanaan...................................................................................10
2.9 Komplikasi...........................................................................................11
2.10 Pathway..............................................................................................12
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………...13
3.2 Saran………………………………………………………………..13
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cairan amnion mempunyai peran penting selama kehamilan, yaitu
perkembangan musculoskeletal, perkembangan saluran ceran dan paru. Cairan
amnion juga berperan untuk melindungi umbilical cord dari kompresi dan janin
dari trauma dan bahkan cairan amnion bersifat bakteriositik. Cairan amnion dapat
ditemukan abnormal yang disebabkan oleh gangguan produksi dan sirkulasi
sebagai akibat dari kelainan janin maupun plasenta. Hal ini berkorelasi dengan
peningkatan resiko hasil akhir kehamilan yang buruk.1
Gangguan dari volume cairan amnion ini mencerminkan ada masalah dari
produksi cairan maupun sirkulasinya. Peningkatan volume mungkin dihubungkan
dengan resiko terhadap kehamilan.1,2 Polihidramnion merupakan kondisi yang
menjelaskan kelebihan cairan amnion pada kantong amnion dimana dapat muncul
pada 1-2% wanita.
Dalam kaitannya dengan kehamilan dan persalinan, polyhidramnion dapat
mempengaruhi kejadian ketuban pecah dini. Polyhidramnion merupakan suatu
keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih banyak dari normal, yaitu biasanya
> 2000 cc. Pada polyhidramnion Rahim menjadi tegang dan kemudian menjadi
salah satu pemicu terjadinya ketuban pecah Dini.

Insiden ketuban pecah Dini di Indonesia tergolong tinggi. Di Indonesia


sendiri terdapat 53,30%. Sekitar 750 kehamilan dilaporkan penemuan
polihidramnion. Perkiraan dari berbagai studi sekitar 0,2-3,9% insidensi
polihidramnion, terlepas dari etiologic yang mendasarinya. Rata-rata 50-60%
kasus bersifat idiopatik dengan tidak diketahui penyebabnya secara pasti.
Polihidramnion dilaporkan menjadi salah satu penyebab meningkatnya angka
kejadian morbiditas maternal dan perinatal. Beberapa factor resiko yang menjadi
penyebab terjadinya polihidramnion meliputi berbagai kondisi ibu dan janin
seperti diabetes gestasional, abnormalitas plasenta, isoimunisasi, kehamilan
multiple, anomaly kongenital, dan kelianan kromosom. 2,3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Polihidramnion?
2. Bagaimana patofisiologis terjadinya Polihidramnion?
3. Apa pengaruh Polihidramnion terhadap ibu dan janin?
4. Bagaimana penatalaksanaan sesuai kewenangan bidan dalam menangani
Polihidramnion?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami Polihidramnion


2. Mengetahui dan memahami patofisiologi Polihidramnion
3. Mengetahui dan memahami pengaruh Polihidramnion terhadap ibu dan
janin
4. Mengetahui dan memahami kewenangan bidan dalam menangani
Polihidramnion
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Polihidramnion adalah penumpukan air ketuban yang berlebihan
selama masa kehamilan. Polihidramnion atau yang biasa juga disebut
hidramnion merupakan peningkatan abnormal dari volume cairan amnion.
Peningkatan volume cairan amnion dapat didiagnosa biasanya dalam masa
trimester kedua ataupun ketiga7. Peningkatan abnormal pada cairan amnion
merupakan komplikasi 1-2% pada kehamilan1. Kondisi klinis ini
dihubungkan dengan tingginya resiko prognosis kehamilan yang buruk.

.Polihidramnion adalah suatu kejadian dimana jumlah air ketuban


jauh lebih banyak dari normal biasanya lebih dari 2 liter. Air ketuban
merupakan cairan yang mengililingi janin selama berada dalam
kandungan. Fungsi air ketuban sangatlah penting dalam menjaga meupun
memantu pekembangan janin, seperti membantu pertubuhan otot, tulang,
atau paru-paru, berfungsi sebagai pelindung dari tekanan dari luar
rahim,serta mempertahankan suhu yang hangat untuk janin.

Polihidramniom biasanya terjadi pada saat trimester ketiga, tetapi


tetap bisa terjadi pada trimester awal atau kedua masa kehamilan, walaupun
jarang terjadi. Hidramnion adalah suatu jumlah cairan amnion yang
berlebihan (lebih dari 2000 ml). Normalnya volume cairan amnion
meningkat secara bertahap selama kehamilan dan mencapai puncaknya kira-
kira 1000 ml antara 34-36 minggu.

2.2. Epidemiologi
Angka kejadian polihidramnion tidak diketahui secara pasti
dikarenakan kasus ringan dan asimtomatik hanya dapat ditemukan saat
persalinan dan tidak dilaporkan. Seringnya kasus polihidramnion yaitu
ringan dan tidak dihubungkan dengan kejadian sekuele. Namun, 35% kasus
dari polihidramnion dapat diklasifikasikan sebagai kasus sedang hingga
berat sehingga membutuhkan diagnosis dan terapi lebih lanjut.8Prevalensi
polihidramnion dilaporkan antara 0,2-1,6% dari seluruh kehamilan.10
Menurut American Journal of Obstetrics and Gynecology telah
melaporkan prevalensi polihidramnion 1-2%. 40-50% kasus tidak ada
etiologi yang terlihat saat prenatal dan dikalsifikasikan sebagai idiopatik,
meskipun sekitar 10% kelainan diidentifikasi postnatal.9

2.3 Etiologi
Secara klinis, polihidramnion merupakan hasil dari produksi
berlebihan cairan amnion ataupun terganggunya eliminasi cairan dari rongga
amnion. Walaupun seringnya polihidramnioin yang ringan idiopatik, namun
2 penyebab tersering dari polihidramnion adalah diabetes mellitus maternal
dan anomaly janin. Polihidramnion juga mungkin dapat disebabkan oleh
infeksi kongenital dan alloimunization7. Literatur mengatakan etiologi-
etiologi yang berpotensial menyebabkan polihidramnion sebagai berikut:10,
11, 12

 malformasi janin dan kelainan genetik (8-45%)


 Diabetes melitus pada ibu (5-26%)
 Kehamilan multipel (8-10%)
 Anemia janin (1-11%)
 Penyebab lainnya, seperti infeksi virus, Bartter Syndrome, gangguan
neuromuskular, hiperkalsemia pada ibu. Infeksi virus yang dapat
menyebabkan polihidramnion meliputi parvovirus B19, rubella,
cytomegalovirus. Infeksi lainnya seperti toxoplasmosis dan sifilis dapat
juga menyebabkan polihidramnion.10

2.4 Patofisiologi
Dibawah kondisi fisiologis terdapat kesimbangan dinamis antara
produksi dan reabsorbsi cairan amnion. Jumlah cairan dipengaruhi oleh
urinasi janin dan produksi cairan paru janin. Cairan amnion diserap dengan
cara ditelan oleh janin danpenyerapan intramembran dan intravaskular.
Hubungan relatif dari masing-masing mekanisme ini bervariasi selama
kehamilan. Gangguan keseimbangan dapat menyebabkan gangguan fungsi
menelan atau meningkatnya urinasi dan menyebabkan polhidramnion.10
Polihidramnion dihasilkan dari kelebihan produksi cairan amnion atau
gangguan dalam pemindahan cairan dari rongga amnion. Penyebab dapat
dibagi menjadi berasal dari ibu ataupun berasal dari janin. Penyebab
polihidramnion utama dari ibu adalah diabetes melitus, dimana
berkontribusi hingga 25 % dari kasus. Penyebab yang pasti pada diabetes
ibu tampaknya pada peningkatan gradien osmotik pada aliran darah janin
dari plasenta disebabkan hiperglikemia.
Penyebab yang berasal dari janin dapat dibagi menjadi dua kategori:
gangguan neurologi pada mekanisme menelan pada janin dan obstruksi
mekanik atau gangguan menelan dan penyerapan sistem gastrointestinal.
Gangguan neurologi pada mekanisme menelan dan kemungkinan hambatan
dari mekanisme regulasi homeostasis cairan amnion, bisa diakibatkan
kelainan kongenital seperti pada aneuploid atau kelainan neuromuskular
atau kondisi-kondisi didapat seperti infeksi virus uterus yang bermanifestasi
pada sistem saraf pusat. Penyebab yang paling umum adalah obstruksi
mekanik pada menelan, seperti atresia pada esofagus atau usus atau
obstruksi pada saluran gastrointestinal oleh massa intraabdomen. Penyebab
yang jarang pada polihidramnion adalah anemia janin yang berat
dihubungkan hidrops fetalis biasanya disebabkan oleh isoimunisasi atau
perdarahan fetal-maternal. Peningkatan cairan amnion dapat terjadi akibat
tingginya cardiac output dari ginjal, dengan peningkatan produksi urinatau
dari gagal ginjal dan
berkurangnya mekanisme menelan. 40%-60% kasus polihidramnion
tidak mempunyai penyebab yang jelas selama kehamilan, sehingga disebut
polihidramnion idiopatik dapat terjadi pada janin yang sehat, walaupun
evaluasi neonatal secara hati-hati telah dilakukan.8
2.5 Klasifikasi

1. Hidramnion kronis

Pertambahan air ketuban terjadi secara perl

ahan-lahan dalam beberapa minggu atau bulan, dan biasanya terjadi pada
kehamilan lanjut

2. Hidramnion Akut

Terjadi pertambahan air ketuban yang sangat tiba-tiba dan cepat dalam
waktu beberapa hari saja. Biasanya terjadi pada kehamilan muda pada
bulan ke-4 atau ke-5 (Amriewibowo, 2010).

2.6 Diagnosis

2.6.1 Anamnesis

Pasien-pasien menderita polihidramnion sering dirujuk ke rumah sakit


dengan keluhan tidak nyaman pada perut dan gangguan pernapasan.2 Jika
polihidramnion berat atau berkembang dengan cepat, gejala pada ibu jarang
terjadi. Pada polihidramnion kronik, akumulasi cairan bertahap, dan seorang
wanita mungkin mentolerir distensi perut yang berlebihan dengan sedikit
ketidaknyamanan. Pada polihidramnion akut cenderung berkembang lebih
awal pada kehamilan.1

2.6.2 Pemeriksaan Fisik

Besarnya uterus abnormal (dibandingkan usia gestasi) disertai


kesulitan menyentuh bagian janin dan masalah yang berhubungan dengan
auskultasi pada janin (kesulitan mendengar denyut jantung janin) dapat
diamati pada pemeriksan fisik.2

2.6.3 Pemeriksaan Penunjang

Amniosintesisuntuk penilaian kariotipe janin sangat dianjurkan,


terutama adanya kelainan struktural. Disamping itu, skrining pada ibu untuk
tanda perdarahan ibu-janin, infeksi kongenital dan kemungkinan anemia
herediter dapat dipertimbangkan. Hasil pemeriksaan laboratorium prenatal
rutin harus ditinjau, terutama skrining gula darah, isoimunisasi dan
pemeriksaan darah ibu.8
Diagnosis klinis polihidramnion harus selalu dikonfirmasi
menggunakan ultrasonografi. Metode yang digunakan adalah mengukur
single deepest pocket dan mengukur indeks cairan amnion (Aminiotic Fluid
Index/AFI).12USG dan penilaian subjektif atau semikuantitatif adalah yang
digunakan untuk mengevaluasi volume cairan amnion. Dengan metode
subjektif, pemeriksa memperkirakan volume cairan amnion berdasarkan
pengalaman pribadi. Pengalaman sonografer memainkan peranan yang
penting dalam hal ini.
a. Pengukuran Cairan Amnion
1) Ultrasonografi
Evaluasi volume cairan amnion merupakan salah satu pemeriksaan
standar yang dilakukan menggunakan USG pada trimester ketiga. Volume
cairan dinilai secara semikuantitatif dengan mengukur kantong tunggal
(single pocket) dan indeks cairan amnion (AFI). Perkiraan secara kualitatif
atau subjektif dapat dipertimbangkan jika dilakukan oleh pemeriksa yang
berpengalaman. Kekurangan dari perkiraan secara subjektif adalah tidak
memungkinkannya untuk melakukan penilaian longitudinal terhadap
kecenderungan dalam jumlah atau kecukupan volume cairan.
2) Single deepest pocket (kantong tunggal terdalam)
Disebut juga kantong vertikal maksimum. Tranduser USG diarahkan
tegak lurus terhadap dasar dan paralel terhadap aksis panjang dari wanita
hamil. Pada potongan sagital, kantong vertikal terbesar dari cairan
diidentifikasi. Kantong cairan dapat terdiri dari bagian fetus atau korda
umbilikal, namun kedua hal tersebut tidak termasuk dalam pengukuran.
Rentang normal untuk kantong tunggal terdalam umumnya adalah 2
cm sampai 8 cm, dengan nilai diatas atau dibawah secara berurutan
menunjukkan polihidramnion atau oligohidramnion.
Rentang yang kurang umum digunakan untuk menentukan kecukupan
volume cairan amnion adalah menggunakan pengukuran kantong tunggal
secara vertikal dan transversal. Kecukupan volume cairan amnion
didefinisikan sebagai kantong 2x1 cm, kantong 2x2cm atau kantong dengan
ukuran 15 cm2Ketika mengevaluasi kehamilan ganda atau multigravida, tiap
kantong harus diukur masing-masing dengan rentang normal 2 cm-8 cm.13,
14

3) Indeks cairan amnion (AFI)


Pengukuran dilakukan dengan cara yang sama dengan pengukuran
kantong tunggal terdalam, yaitu Tranduser USG diarahkan tegak lurus
terhadap dasar dan paralel terhadap aksis panjang dari wanita hamil. Uterus
dibagi menjadi 4 kuadran sama besar, yaitu atas kanan dan kiri dan bawah
kanan dan kiri. AFI merupakan penjumlahan dari hasil pengukuran kantong
tunggal terdalam dari 4 kuadaran. Kantong cairan dapat terdiri dari bagian
fetus atau korda umbilikal, namun kedua hal tersebut tidak termasuk dalam
pengukuran. Color doppler biasanya digunakan untuk memastikan bahwa
umbilikal kord tidak ikut terukur. Namun penggunaan color dopler dapat
memberikan hasil pengukuran yang lebih rendah sehingga dapat
menyebabkan overdiagnosis pada oligohidramnion.6
Terdapat variasi yang besar ketika volume cairan berada diatas
normal. AFI umumnya sekitar 3 kali lipat dari cairan kantong tunggal
terdalam yang ditemui.
Rentang normal AFI yang umum digunakan adalah 5 cm – 24 cm
dengan nilai diatas dan dibawah berturut-turut menunjukkan hidramnion
dan oligohidramnion. Terdapat peningkatan risiko hasil akhir kehamilan
yang buruk pada pasien dengan AFI diluar rentang normal. Kurva normal
untuk nilai AFI berdasarkan penelitian cross sectional pada 800 kehamilan
tanpa komplikasi. Penelitian lain juga mempublikasikan normogram dengan
nilai rata-rata yang sama.15, 16
b. Tes Diagnostik Lebih Lanjut jika ditemukan Polihidramnion10
1) Ultrasound
Janin harus dievaluasi secara hati-hati selama skrining organ janin.
Jika kelainan janin ditemukan, pemeriksaan fetal karyotiping
direkomendasikan setelah mendapatkan inform consent orangtua. Di jerman,
pemeriksaan ultrasound secara detail telah diterapkan di renatal centerdan
direkomendasikan jika terdapat kecurigaan yang tinggi terhadap malformasi
janin. Beberapa penyebab, seperti gangguan menelan dan tracheoseophageal
fistula atau atresia belum dapat dipastikan dengan ultrasound. Pada kasus ini
MRI pada janin dapat memberikan alternatif yang lebih baik pada diagnosis
tracheoesophageal fistula atau atresia pada janin.

2) Tes Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium untuk mengidentifikasi penyebab
polihidramnion harus meliputi:
 75 gr tes toleransi glukosa oral (TTGO) untuk mengekslusikan
diabetes gestasional
 Pemeriksaan diagnostik pada ibu untuk infeksi (TORCH serologi)
Jika terdapat kecurigaan adanya anemia fetal atau hidrops fetalis, pemeriksaan
untuk mengekslusikan penyebab imunologi (pemeriksaan darah ibu, faktor rhesus,
skrining antibodi) dan kelainan hematologi (tes Kleihauer-Betke untuk
mengeksklusikan fetomaternal hemoragi).

2.7 pengaruh Polihidramnion terhadap ibu dan janin

2.7.1 pengaruh Polihidramnion terhadap ibu

 Solusio plasenta
 Atonia uteri
 Pendarahan postpartum
 Retensio plasenta
 syok
 kesalahan-kesalahan letak janin menyebabkan partus jadi lama dan
sukar
 Sesak pada ibu
 Ketuban pecah dini
 Makrosomia akibat diabetes melitus pada ibu
 Hipertensi
2.7.2 Pengaruh Polihidramnion terhadap janin

 Kelainan kongenital
 Prematuritas
 Letak lintang atau tali pusat
 Menumbung
 Eritroblastosis
 Diabetes melitus
 Solusio plasenta, kalau ketuban pecah tiba-tiba
 Kelahiran preterm
 Prolaps tali pusar

2.8 Penatalaksanaan
Terapi hidromnion dibagi dalam tiga fase:
1. Waktu hamil
Hidromnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan
berikan terapi simptomatis
Pada hidromnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat
dirumah sakit untuk istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat-
obatan yang dipakai adalah sedativa dan obat duresisi. Bila sesak hebat
sekali disertai sianosis dan perut tengah, lakukan pungsi abdominal pada
bawah umbilikus. Dalam satu hari dikeluarkan 500cc perjam sampai
keluhan berkurang. Jika cairan dikeluarkan dikhawatirkan terjadi his dan
solutio plasenta, apalagi bila anak belum viable.
Komplikasi fungsi dapat berupa : Timbul his, Trauma pada janin,
Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh tusukan, Infeksi serta syok
Bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya janin
mengenai plasenta, maka fungsi harus dihentikan.
2. Waktu bersalin
Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu
Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi
transvaginal melalui serviks bila sudah ada pembukaan. Dengan memakai
jarum pungsi tusuklah ketuban pada beberapa tempat, lalu air ketuban
akan keluar pelan-pelan. Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-
tiba pecah, maka untuk menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan
deras, masukan tinju kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama
supaya air ketuban keluar pelan-pelan. Maksud semua ini adalah supaya
tidak terjadi solusio plasenta, syok karena tiba-tiba perut menjadi kosong
atau perdarahan post partum karena atonia uteri.
3. Post partum
Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi sebaiknya
lakukan pemeriksaan golongan dan transfusi darah serta sediakan obat
uterotonika. Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan
perdarahan post partum. Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah
partus lemah, maka untuk menghindari infeksi berikan antibiotika yang
cukup

2.9 Komplikasi

Komplikasi pada ibu yang dihubungkan dengan polihidramnion


meliputi abrupsio plasenta, disfungsi uterus, dan perdarahan postpartum.1
Polihidramnion dikaitkan dengan meningkatnya risiko morbiditas dan
mortalitas pada janin meliputi kelahiran preterm, aneuploid, persalinan
secara seksio cesarea, kelainan janin, ketuban pecah dini, kelainan
presentasi janin, prolaps tali pusar dan perdarahan post partum serta
mortalitas pada perinatal.19
Sebuah penelitian prospektif pada kehamilan tunggal yang normal,
komplikasi yeng berpotensial terjadi berupa:8
 Tingginya angka seksio sesarea untuk indikasi janin
 Tingginya angka perawatan NICU pada naonatus
 Apgar skor yang rendah pada menit ke-5
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Polihidramnion merupakan kelainan peningkatan volume cairan


amnion. Polihidramnion seringnya bersifat idiopatik akan tetapi juga dapat
dihubungan dengan beberapa factor etiologic. Factor yang dapat
menyebabkan polihidramnion dapat berasa dari janin maupun dari ibu.
Penegakan diagnosis polihidramnion harus selalu ditegakkan dengan
menggunakan ultrasonografi. Metode pengukuran cairan amnion yang
sering digunakan ialah single deepest pocketdan Amnion Fluid Index
(AFI).

Penatalaksanaan dari polihidramnion adalah dengan mengurangi


volume cairan amnion untuk memperbaiki kesehatan ibu dan
mempertahankan kehamilan. Ada beberapa metode yang dapat digunakan
yaitu amnioreduksi dan Prostaglandin Synthese Inhibitor. Polihidramnion
sendiri dapat menimbulkan komplikasi pada ibu dan janin.

3.2 Saran

Bagi ibu hamil hendaknya makan makanan yang sehat dan bergizi
seimbang serta tingkatkan konsumsi cairan disertai istirahat yang cukup.
Dan juga diharapkan para petugas keehatan terutama bidan menjadi
seorang yang profesional dimana dapat menghadapi masalah patologis.
Sebagai bidan juga harus mengetahui tanda dan gejala awal dari masalah –
masalah (kondisi patologis), termasuk berbagai infeksi yang terjadi pada
kehamilan dan persalinan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham GF, et al. Obstetri Williams. 24 ed. New York: McGraw-Hill


Education. 2014.
2. Fardiazar Z, Soltanpour L, Ghatrehsamani. Maternal and Fetal Outcomes
in Pregnant Woman With Polyhydramnios Treated Based on Maternal and
Fetal Distress and Preterm Delivery. Int J of Woman’s Health and Repro
Scienc 2017.
3. Asadi N, Khalili A, Azimi A, et al. Perinatal Outcome in Pregnancy with
Polyhydramnios in Comparison with Normal Pregnancy in Department of
Obstetrics at Shiraz University of Medical Sciences. The J of Maternal-
Fetal and Neonatal Medicine 2017
4. Moore TR: Amniotic fluid dynamics reflect fetal and maternal health and
disease. Obstet Gynecol. 2010.
5. Magann EF, Chauhan CP, Hitt WC, et al: Borderline or marginal amniotic
fluid index and peripartum outcomes: a review of the literature. J
Ultrasound Med, 2011
6. Dashe JS, Pressman EK, Hibbard JU: Society for Maternal-Fetal Medicine
Consult Series #46: Evaluation and Managemen of polyhidramnions.
2018.
7. Yeast JD. Polyhydramnios: Etiology, Diagnosis, and Treatment. Am Ac of
Pediatrics 2006.
8. Dickinson JE, Tjioe YY, Jude E, et al. Amnioreduction in the management
of polyhydramnios complicating singleton pregnancies. Am J Obstet
Gynecol 2014
9. Hamza A, Herr D, Solomayer, Solomayer GM. Polyhydramnios: Causes,
Diagnosis and Therapy. Gebfra Science 2013
10. Kleine RT, Bernardes LS, Carvalho MA, et al. Pernancy Outcomes in
Polyhydramnios: no increase in risk in patients needing amnioreduction
for maternal pain or respiratory distress. The Journal of Maternal-Fetal and
Neonatal Medicine 2016.
11. Thompson A, Mone F, McComiskey M, Ong S. Amnioreduction in a
singleton pregnancy: a systematic review. J Obstet Gynaecol 2013
12. Khan S dan Donnelly J. Outcome of Pregnancy in Woman Diagnosed
With Idiopathic Polyhydramnios. Aust N Z J Obstet Gynaecol 2017

Anda mungkin juga menyukai