Oleh :
KEBIDANAN A
S1 KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tugas mata kuliah
Kelainan Hasil Konsepsi Blok Kehamilan Kehamilan Patologis yang berjudul
“Polihidramnion” ini dengan baik. Semoga hasil diskusi kami ini dapat berguna bagi
penulis dan para pembaca.
Makalah tugas mata kuliah Kelainan Hasil Konsepsi Blok Kehamilan Patologis
ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang kami hormati Ibu Miftahul Jannah, SST., M. Keb. Selaku
dosen pembimbing dan teman-teman yang sudah ikut membantu dalam pembuatan
makalah ini. Kami pun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat kami
perlukan untuk perbaikan ke depannya.
Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
2.1 Definisi
Polihidramnion adalah penumpukan air ketuban yang berlebihan
selama masa kehamilan. Polihidramnion atau yang biasa juga disebut
hidramnion merupakan peningkatan abnormal dari volume cairan amnion.
Peningkatan volume cairan amnion dapat didiagnosa biasanya dalam masa
trimester kedua ataupun ketiga7. Peningkatan abnormal pada cairan amnion
merupakan komplikasi 1-2% pada kehamilan1. Kondisi klinis ini
dihubungkan dengan tingginya resiko prognosis kehamilan yang buruk.
2.2. Epidemiologi
Angka kejadian polihidramnion tidak diketahui secara pasti
dikarenakan kasus ringan dan asimtomatik hanya dapat ditemukan saat
persalinan dan tidak dilaporkan. Seringnya kasus polihidramnion yaitu
ringan dan tidak dihubungkan dengan kejadian sekuele. Namun, 35% kasus
dari polihidramnion dapat diklasifikasikan sebagai kasus sedang hingga
berat sehingga membutuhkan diagnosis dan terapi lebih lanjut.8Prevalensi
polihidramnion dilaporkan antara 0,2-1,6% dari seluruh kehamilan.10
Menurut American Journal of Obstetrics and Gynecology telah
melaporkan prevalensi polihidramnion 1-2%. 40-50% kasus tidak ada
etiologi yang terlihat saat prenatal dan dikalsifikasikan sebagai idiopatik,
meskipun sekitar 10% kelainan diidentifikasi postnatal.9
2.3 Etiologi
Secara klinis, polihidramnion merupakan hasil dari produksi
berlebihan cairan amnion ataupun terganggunya eliminasi cairan dari rongga
amnion. Walaupun seringnya polihidramnioin yang ringan idiopatik, namun
2 penyebab tersering dari polihidramnion adalah diabetes mellitus maternal
dan anomaly janin. Polihidramnion juga mungkin dapat disebabkan oleh
infeksi kongenital dan alloimunization7. Literatur mengatakan etiologi-
etiologi yang berpotensial menyebabkan polihidramnion sebagai berikut:10,
11, 12
2.4 Patofisiologi
Dibawah kondisi fisiologis terdapat kesimbangan dinamis antara
produksi dan reabsorbsi cairan amnion. Jumlah cairan dipengaruhi oleh
urinasi janin dan produksi cairan paru janin. Cairan amnion diserap dengan
cara ditelan oleh janin danpenyerapan intramembran dan intravaskular.
Hubungan relatif dari masing-masing mekanisme ini bervariasi selama
kehamilan. Gangguan keseimbangan dapat menyebabkan gangguan fungsi
menelan atau meningkatnya urinasi dan menyebabkan polhidramnion.10
Polihidramnion dihasilkan dari kelebihan produksi cairan amnion atau
gangguan dalam pemindahan cairan dari rongga amnion. Penyebab dapat
dibagi menjadi berasal dari ibu ataupun berasal dari janin. Penyebab
polihidramnion utama dari ibu adalah diabetes melitus, dimana
berkontribusi hingga 25 % dari kasus. Penyebab yang pasti pada diabetes
ibu tampaknya pada peningkatan gradien osmotik pada aliran darah janin
dari plasenta disebabkan hiperglikemia.
Penyebab yang berasal dari janin dapat dibagi menjadi dua kategori:
gangguan neurologi pada mekanisme menelan pada janin dan obstruksi
mekanik atau gangguan menelan dan penyerapan sistem gastrointestinal.
Gangguan neurologi pada mekanisme menelan dan kemungkinan hambatan
dari mekanisme regulasi homeostasis cairan amnion, bisa diakibatkan
kelainan kongenital seperti pada aneuploid atau kelainan neuromuskular
atau kondisi-kondisi didapat seperti infeksi virus uterus yang bermanifestasi
pada sistem saraf pusat. Penyebab yang paling umum adalah obstruksi
mekanik pada menelan, seperti atresia pada esofagus atau usus atau
obstruksi pada saluran gastrointestinal oleh massa intraabdomen. Penyebab
yang jarang pada polihidramnion adalah anemia janin yang berat
dihubungkan hidrops fetalis biasanya disebabkan oleh isoimunisasi atau
perdarahan fetal-maternal. Peningkatan cairan amnion dapat terjadi akibat
tingginya cardiac output dari ginjal, dengan peningkatan produksi urinatau
dari gagal ginjal dan
berkurangnya mekanisme menelan. 40%-60% kasus polihidramnion
tidak mempunyai penyebab yang jelas selama kehamilan, sehingga disebut
polihidramnion idiopatik dapat terjadi pada janin yang sehat, walaupun
evaluasi neonatal secara hati-hati telah dilakukan.8
2.5 Klasifikasi
1. Hidramnion kronis
ahan-lahan dalam beberapa minggu atau bulan, dan biasanya terjadi pada
kehamilan lanjut
2. Hidramnion Akut
Terjadi pertambahan air ketuban yang sangat tiba-tiba dan cepat dalam
waktu beberapa hari saja. Biasanya terjadi pada kehamilan muda pada
bulan ke-4 atau ke-5 (Amriewibowo, 2010).
2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
2) Tes Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium untuk mengidentifikasi penyebab
polihidramnion harus meliputi:
75 gr tes toleransi glukosa oral (TTGO) untuk mengekslusikan
diabetes gestasional
Pemeriksaan diagnostik pada ibu untuk infeksi (TORCH serologi)
Jika terdapat kecurigaan adanya anemia fetal atau hidrops fetalis, pemeriksaan
untuk mengekslusikan penyebab imunologi (pemeriksaan darah ibu, faktor rhesus,
skrining antibodi) dan kelainan hematologi (tes Kleihauer-Betke untuk
mengeksklusikan fetomaternal hemoragi).
Solusio plasenta
Atonia uteri
Pendarahan postpartum
Retensio plasenta
syok
kesalahan-kesalahan letak janin menyebabkan partus jadi lama dan
sukar
Sesak pada ibu
Ketuban pecah dini
Makrosomia akibat diabetes melitus pada ibu
Hipertensi
2.7.2 Pengaruh Polihidramnion terhadap janin
Kelainan kongenital
Prematuritas
Letak lintang atau tali pusat
Menumbung
Eritroblastosis
Diabetes melitus
Solusio plasenta, kalau ketuban pecah tiba-tiba
Kelahiran preterm
Prolaps tali pusar
2.8 Penatalaksanaan
Terapi hidromnion dibagi dalam tiga fase:
1. Waktu hamil
Hidromnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan
berikan terapi simptomatis
Pada hidromnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat
dirumah sakit untuk istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat-
obatan yang dipakai adalah sedativa dan obat duresisi. Bila sesak hebat
sekali disertai sianosis dan perut tengah, lakukan pungsi abdominal pada
bawah umbilikus. Dalam satu hari dikeluarkan 500cc perjam sampai
keluhan berkurang. Jika cairan dikeluarkan dikhawatirkan terjadi his dan
solutio plasenta, apalagi bila anak belum viable.
Komplikasi fungsi dapat berupa : Timbul his, Trauma pada janin,
Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh tusukan, Infeksi serta syok
Bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya janin
mengenai plasenta, maka fungsi harus dihentikan.
2. Waktu bersalin
Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu
Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi
transvaginal melalui serviks bila sudah ada pembukaan. Dengan memakai
jarum pungsi tusuklah ketuban pada beberapa tempat, lalu air ketuban
akan keluar pelan-pelan. Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-
tiba pecah, maka untuk menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan
deras, masukan tinju kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama
supaya air ketuban keluar pelan-pelan. Maksud semua ini adalah supaya
tidak terjadi solusio plasenta, syok karena tiba-tiba perut menjadi kosong
atau perdarahan post partum karena atonia uteri.
3. Post partum
Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi sebaiknya
lakukan pemeriksaan golongan dan transfusi darah serta sediakan obat
uterotonika. Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan
perdarahan post partum. Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah
partus lemah, maka untuk menghindari infeksi berikan antibiotika yang
cukup
2.9 Komplikasi
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Bagi ibu hamil hendaknya makan makanan yang sehat dan bergizi
seimbang serta tingkatkan konsumsi cairan disertai istirahat yang cukup.
Dan juga diharapkan para petugas keehatan terutama bidan menjadi
seorang yang profesional dimana dapat menghadapi masalah patologis.
Sebagai bidan juga harus mengetahui tanda dan gejala awal dari masalah –
masalah (kondisi patologis), termasuk berbagai infeksi yang terjadi pada
kehamilan dan persalinan.
DAFTAR PUSTAKA