DOSEN PEMBIMBING:
Mega Dewi Lestari.,M.Keb
DISUSUN OLEH:
Ayu Dwicahyani
314221152
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas “LAPORAN TUTORIAL1”
Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulisan ini disusun untuk memenuhi sebagian tugas “Asuhan Kebidanan Kasus Kompleks III”
pada program studi S1 Kebidanan dan Profesi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kesehatan
Universitas Jendral Acmad Yani Cimahi. Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya.
Saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Akhir kata, saya sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Aamiin.
Penulis
CASE FINDING
1. Perempuan 38 tahun
2. Nyeri perut bawah
3. Lemas
4. Placenta belum lahir lebih dari45 menit
5. Melahirkan anak ke 7, 10 jam yang lalu oleh paraji
6. Ada perdarahan pervaginam
7. Sudah dilakukan manual placenta di Puskesmas tetapi tidak berhasil, Rujuk ke RSUD
MASALAH
1. Placenta belum lahir (dilakukan manual plasenta tidak berhasil)
2. Perdarahan pervaginam, nyeri perut bagian bawah, lemas
3. Anak ke 7, usia ibu 38 tahun (Resti)
4. Ditolong oleh Paraji
HIPOTESIS AWAL BERDASARKAN KASUS TERSEBUT
1. Placenta belum lahir berhubungan dengan grande multipara
2. Perdarahan berhubungan dengan placenta belum lahir
3. Placenta belum lahir berhubungan dengan usia ibu
4. Lemas berhubungan dengan perdarahan
5. Gagal manual berhubungan dengan kontraksi uterus
6. Placenta belum lahir berhubungan dengan tidak dilakukan nya manajemen aktif kala III
MORE INFO
1. Tanda-tanda vital
2. Riwayat persalinan sebelumnya
3. Riwayat pemeriksaan ANC
4. Riwayat KB
5. Riwayat persalinan sekarang
6. Riwayat asupan nutrisi
CASE FINDING
1. Perempuan 38 tahun
2. Nyeri perut bawah
3. Lemas
4. Placenta belum lahir lebih dari45 menit
5. Melahirkan anak ke 7, 10 jam yang lalu oleh paraji
6. Ada perdarahan pervaginam
7. Sudah dilakukan manual placenta di Puskesmas tetapi tidak berhasil, Rujuk ke RSUD
8. Ibu merasa cemas dan kesakitan
9. Riwayat Hypertensi saat melahirkan anak ke 6
10. Tidak ada Riwayat penyakit keluarga
11. Infus terpasang dari puskesmas
MASALAH
1. Placenta belum lahir (dilakukan manual plasenta tidak berhasil)
2. Perdarahan pervaginam, nyeri perut bagian bawah, lemas
3. Anak ke 7, usia ibu 38 tahun (Resti)
4. Ditolong oleh Paraji
5. Ada Riwayat Hypertensi pada kehamilan sebelumnya
6. Cemas dan kesakitan
CASE FINDING
1. Perempuan 38 tahun
2. Nyeri perut bawah
3. Lemas
4. Placenta belum lahir lebih dari45 menit
5. Melahirkan anak ke 7, 10 jam yang lalu oleh paraji
6. Ada perdarahan pervaginam
7. Sudah dilakukan manual placenta di Puskesmas tetapi tidak berhasil, Rujuk ke RSUD
8. Ibu merasa cemas dan kesakitan
9. Riwayat Hypertensi saat melahirkan anak ke 6
10. Tidak ada Riwayat penyakit keluarga
11. Infus terpasang dari puskesmas
12. Pemeriksaan Fisik
BB : 46 kg, TB 158 cm, Ku : tampak sakit sedang (Compos Mentis), mata : konjungtiva
anemis, sklera : ikterik, Thorax : jantung S1 S2 reguler tunggal, Murmur (-), Galop (-),
Ekstremitas superior edema (-), akral hangat, inferior : edema (-), akral hangat,
Varices(-), Abdomen : inspeksi plat, striae (-), linea (-), V/V normal, kontraksi uterus
kurang baik, kandung kemih kosong, PD : tampak perdarahan, talipusat tidak
memanjang,
TTV
TD 160/70 mmHg, N 124 x/menit, R 28 x/m, S 360 c
Pemeriksaan Penunjang
Leukosit 15000 MM3, HB 8 g%, Hematokrit 23,4%, trombosit 260.000mm3, bleending
time 3 menit, klotingtime 10 menit, GDS 85mg/dl
13. Perjalanan rujukan 30 menit
MASALAH
1. Placenta belum lahir (dilakukan manual plasenta tidak berhasil)
2. Perdarahan pervaginam, nyeri perut bagian bawah, lemas
3. Anak ke 7, usia ibu 38 tahun (Resti)
4. Ditolong oleh Paraji
5. Ada Riwayat Hypertensi pada kehamilan sebelumnya
6. Cemas dan kesakitan
7. HB 8% (anemia sedang)
8. Tensi 160/70 mmHg, N 124x/m, R 28 x/m
9. Leukosit tinggi
DIAGNOSA
G7P6A0 Inpartu kala III dengan retensio placenta dan presyok
Masalah : Usia Resti
ASUHAN KEBIDANAN
1. Pemberian asupan nutrisi dan elektrolit
2. Dukungan emosional dan psikologis
3. Pencegahan infeki dan pemberian uterotonika
Lo (Learning Objektif)
Kala III dimulai dari lahirnya bayi hingga pengeluaran plasenta. Lama kala III pada
a) Mekanisme pelepasan plasenta Pemisahan plasenta ditimbulkan dari kontraksi dan retraksi
miometrium sehingga mempertebal dinding uterus dan mengurangi ukuran area plasenta.
Area plasenta menjadi lebih kecil sehingga plasenta mulai memisahkan diri dari dinding
uterus karena plasenta tidak elastis seperti uterus dan tidak dapat berkontraksi atau
beretraksi. Pada area pemisahan, bekuan darah retroplasenta terbentuk. Berat bekuan
darah ini menambah tekanan pada plasenta dan membantu pemisahan. Kontraksi uterus
selanjutnya juga membantu melepaskan pla senta dari uterus dan mendorongnya keluar
vagina disertai dengan pengeluaran selaput ketuban dan bekuan darah retroplasenta
(Rohani, 2013:205-206)
b) Metode pelepasan plasenta Menurut Rohani (2013:207) ada dua metode untuk pelepasan
Metode schultze
Metode yang lebih umum terjadi, plasenta terlepas dari satu titik dan merosot ke vagina
melalui lubang dalam kantong amnion, permukaan fetal plasenta muncul pada vulva
dengan selaput ketuban yang mengikuti di belakang seperti payung terbalik saat
terkelupas dari dinding uterus. Permukaan maternal plasenta tidak terlihat dan bekuan
darah berada dalam kantong yang terbalik, kontraksi dan retraksi otot uterus yang
menimbulkan pemisahan plasenta juga menekan pembuluh darah dengan kuat dan
mengontrol perdarahan. Hal tersebut terjadi karena terdapat serat otot oblik dibagian
Plasenta turun melalui bagian samping dan masuk ke vulva dengan pembatas lateral
terlebih dahulu seperti kancing yang memasuki lubang baju, bagian plasenta tidak
berada dalam kantong. Pada metode ini kemungkinan terjadinya bagian selaput ketuban
yang tertinggal lebih besar karena selaput ketuban tidak terkelupas semua. Metode ini
adalah metode yang berkaitan dengan plasenta letak rendah didalam uterus. Proses
pelepasan berlangsung lebih lama dan darah yang hilang sangat banyak (karena hanya
Menurut Rohani (2013:207), untuk memastikan plasenta sudah lepas dapat dilakukan
Kustner
Dengan meletakkan tangan disertai tekanan diatas simfisis, tali pusat ditegangkan,
maka bila tali pusat masuk berarti plasenta belum terlepas, apabila diam atau maju
Klein
Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit, bila tali pusat kembali berarti plasenta belum
terlepas, tetapi bila plasenta diam atau turun berarti plasenta sudah lepas.
Strassman
Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti plasenta
belum terlepas, tetapi apabila plasenta tidak bergetar berarti sudah terlepas.
a) Tanda pelepasan plasenta
2. Perubahan ukuran dan bentuk uterus dari bentuk diskoid menjadi globuler dan keras.
Tujuannya untuk mempersingkat kala III, mengurangi jumlah kehilangan darah, dan
pertama setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali dan masase fundus
adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta selama 30 menit setelah bayi lahir. Hal
itu disebabkan karena plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah
lepas, akan tetapi belum dilahirkan. Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan
aktif kala tiga bisa disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus. Bila
sebagian kecil plasenta masih tertinggal dalam uterus dan dapat menimbulkan
1) Plasenta Adhesiva
2) Plasenta Akreta
b) Dengan demikian agak sulit melepaskan diri saat kontraksi atau retraksi
otot uterus.
kuretase.
3) Plasenta Inkreta
b) Perlu dilakukan plasenta manual, tetapi tidak akan lengkap dan harus
diikuti:
Histerektomi
4) Plasenta Perkreta
b) Plasenta manual sangan sukar, bila dipaksa akan terjadi perdarahan dan
5) Plasenta Inkarserata
Plasenta telah lepas dari implantasinya, tetapi tertahan oleh karena kontraksi
SBR.
dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta dan terjadi
III. Penanganan awal dan penanganan di tempat rujukan retensio placenta dan proses
Rujukan
Penanganan Awal Retensio Placenta
1. Berikan 20-40 unitoksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% / Ringer Laktat
dengan kecepatan 60 tetes/menitdan 10 UNIT IM. Lanjutkan infus oksitosin 20 UNIT
dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% / Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit
hingga perdarahan berhenti.
2. Lakukan tarikan tali pusat terkendali
3. Bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil, lakukan plasenta manual secara hati-
hati.
4. Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (ampisilin 2 g IV dan metronidazol 500
mg IV).
5. Segera atasi atau rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terjadi komplikasi
perdarahan hebat atau infeksi.
a. Kelas I
1. 900 ml à 15%
2. Menimbulkan gejala pucat, volume darah menurun, tidak kembali dengan pengobatan
akut
b. Kelas II
1. Kehilangan 1200-1500 ml
2. Manifestasi tanda klinisà nadi meningkat, respirasi, perubahan tekanan darah,
ekstremitas dingin
c. Kelas III
1. Over hipotensi
2. Kehilangan darah 1800-2100 ml
3. Tachicardi 120-160/menit
4. Ekstremitas dinginsekali, tachipnea
d. Kelas IV
1. Menggambarkan perdarahan yang masive
2. Volume kehilangan 40%
3. Syok dan tekanan darah, pulse susah dipegang
4. Dapat menyebabkan collaps sirkulasi dan cardiac arest
Kejadian perdarahan ini terjadi kurang lebih 3% pada wanita hamil. Perdarahan
pascasalin dapat terjadi perlahan-lahan dan tidak segera disadari oleh penolong, sampai si
ibu berada dalam kondisi pre-syok/syok, sehingga seorang tenaga kesehatan harus
mampu mendeteksi adanya perdarahan pascasalin, dengan mengenali tanda dan gajala
perdarahan.
V. Tanda-Tanda Infeksi
Pengertian
Infeksi Post partum merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca bersalin.
(Saifuddin, 2006). Infeksi post partum atau puerperalis adalah semua peradangan yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genitalia pada waktu
persalinan dan perawatan masa post partum. Infeksi puerperalis adalah keadaan yang
mencakup semua peradangan alat-alat genitalia dalam masa post partum (Prawirohardjo,
2007). Jadi yang dimaksud dengan infeksi puerperalis adalah infeksi bakteri pada traktus
genitalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu 38oC. Infeksi
post partum/puerperalis ialah infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28
hari setelah persalinan (Bobak, 2004).
Etiologi
Penyebab infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob patogen
yang 11 merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dari luar.
Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah Streptococcus anaerob yang
sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang
sering menyebabkan infeksi puerperalis antara lain :
a. Streptococcus haematilicus aerobic Masuknya secara eksogen dan menyebabkan
infeksi berat yang ditularkan dari penderita lain, alatalat yang tidak steril, tangan
penolong dan sebagainya.
b. Staphylococcus aurelis Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan
sebagai penyebab infeksi di rumah sakit.
c. Escherichia coli Sering berasal dari kandung kemih dan rektum menyebabkan infeksi
terbatas.
d. Clostridium welchii Kuman anaerobik yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada
abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi post partum antara lain demam, nyeri di
daerah infeksi, terdapat tanda kemerahan pada daerah yang terinfeksi, fungsi organ
terganggu. Gambaran klinis infeksi post partum adalah sebagai berikut:
a. Infeksi lokal Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lokea bercampur
nanah, mobilitas terbatas, suhu tubuh meningkat.
b. Infeksi umum Sakit dan lemah, suhu badan meningkat, tekanan darah menurun, nadi
meningkat, pernafasan meningkat dan sesak, penurunan kesadaran hingga koma,
gangguan involusi uteri, lokea berbau, bernanah dan kotor.
Patofisiologi
Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter
kira-kira 4 cm. Permukaannya tidak rata, terdapat benjolan-benjolan karena banyak vena
yang ditutupi trombus. Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya
kumankuman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering
mengalami perlukaan pada persalinan, demikian juga vulva, vagina dan perineum yang
semuanya merupakan tempat masuknya kumankuman patogen. Proses radang dapat
terbatas pada lukaluka tersebut atau menyebar di luar luka asalnya.
Adapun infeksi dapat terjadi sebagai berikut :
a. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan
dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus.
Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke
dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
b. Droplet infeksi. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal
dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas kesehatan lainnya yang berada di
ruang tersebut. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang bekerja di kamar
bersalin harus ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran pernapasan
dilarang memasuki kamar bersalin.
c. Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari penderita-
penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran
udara kemana-mana, antara lain ke handuk, kain-kain yang tidak steril, dan alat-alat
yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu post
partum.
d. Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, apabila
mengakibatkan pecahnya ketuban.
e. Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada waktu
berlangsungnya persalinan. Infeksi intra partum biasanya berlangsung pada waktu
partus lama, apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan beberapa kali dilakukan
pemeriksaan dalam. Gejala-gejalanya antara lain, kenaikan suhu tubuh biasanya
disertai dengan leukositosis dan takikardi, denyut jantung janin dapat meningkat pula.
Air ketuban biasanya menjadi keruh dan berbau. Pada infeksi intra partum kuman-
kuman memasuki dinding uterus pada waktu persalinan, dan dengan melewati
amnion dapat menimbulkan infeksi pula pada janin
DAFTAR PUSTAKA
Marshall, J., dan Raynor, M. 2014. Myles Textbook for Midwives. Sixteenth Edition.
International Edition. Curchil Livingstone.
Puteri, M. D., Hafifah, N. Y., Banjarmasin, U. M., & Banjarmasin, U. M. (2021). Initium variety
journal. Initium Variety Journal, 1(1), 1–6.
Ulya, Y., Annisa, N. H., & Idyawati, S. (2021). Faktor Umur dan Paritas Terhadap Kejadian
Retensio Plasenta. Indonesian Journal of Midwifery (IJM), 4(1), 51.
https://doi.org/10.35473/ijm.v4i1.845
Susilaningrum, R., Nursalam, & Utami, S. (2013). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
Varney, Hellen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Volume 1. Edisi 4. Jakarta: EGC.