Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Memberi ASI pada bayi merupakan proses alami sebagai kewajiban seorang ibu yang
mengasuh anaknya. Karena ASI merupakan makanan utama untuk bayi umur 0-6 bulan
pertama kehidupannya. Proses alami untuk memberikan ASI sudah dimulai saat terjadi
kehamilan, karena bersama dengan hamil, payudara telah disiapkan sehingga setelah bayi
lahir ibu bisa segera memberikan ASI pada bayinya.
Sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal
dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan
penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan
cepat. Namun keadaan ini bisa menjadi bendungan, pada bendungan payudara terisi sangat
penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena dan limfotik tersumbat, aliran susu
menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dan alveoli meningkat.
Payudara yang terbendung membesar, membengkak, dan sangat nyeri. Payudara dapat
terlihat mengkilat dan edema dengan daerah eritema difus. Puting susu teregang menjadi rata,
ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI, wanita
kadang- kadang menjadi demam akibat ASInya tidak keluar dengan baik.
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak, keras, panas
dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk
mencegah terjadinya kelainan.
Bila terjadi  pembendungan ASI maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya
(analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa,
sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari
selama 2-3 hari untuk membendung sementara produksi ASI.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari bendungan ASI?
2. Apa penyebab dari bendungan ASI?
3. Bagaimana tanda dan gejala bendungan ASI?
4. Bagaimana pencegahan bendungan ASI?
5. Bagaimana penatalaksanaan bendungan ASI?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari bendungan ASI
2. Untuk mengetahui penyebab dari bendungan ASI
3. Untuk memahami tanda dan gejala bendungan ASI
4. Untuk mengetahui cara pencegahan terjadinya bendungan ASI
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan terhadap bendungan ASI

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi
atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada
putting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena
peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri
disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005).
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna
atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams)
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi
atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau kelainan pada putting
susu (Mochtar, 1998).
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna
atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams)
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak, keras, panas
dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk
mencegah terjadinya kelainan.
Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika),
kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan
hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk
membendung sementara produksi ASI.
Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998) adalah sejak hari ketiga sampai hari
keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat
penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI
oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi
bendungan.
Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran
vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan
alveoli meingkat. Payudara menjadi bengkak, merah dan mengkilap.
Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun bendungan
ASI pada payudara adalah :
a. Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat mengkilap. ASI
biasanya mengalir dengan lancar dengan kadang-kadang menetes keluar secara spontan. 
b. Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat
mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan
bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.
2.2 Etiologi
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke dua atau ke tiga ketika payudara telah
memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar,
karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan,
hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik dan dapat pula karena adanya pembatasan
waktu menyusui. (Sarwono, 2009)
Pada bendungan ASI payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat
nyeri. Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir
dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:


1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna (Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan
produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang
dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di
dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan
ASI).
2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan
bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan
bendungan ASI).
3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (Teknik yang salah dalam menyusui dapat
mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi
menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI).
4. Puting susu terbenam (Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam
menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu
dan akibatnya terjadi bendungan ASI).
5. Puting susu terlalu panjang (Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat
bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus
untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI).

2.3 Tanda dan gejala bendungan ASI


1. Mamae panas serta keras pada saat perabaan dan nyeri.
2. Puting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit menyusu.
3. Pengeluaran air susu kadang terhalang oleh duktus laktifer menyempit.
4. Payudara bengkak,keras,panas.
5. Nyeri bila ditekan.
6. Warnanya kemerahan.
7. Suhu tubuh sampai 38oc

2.4 Patofisiologi
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-
3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi prolaktin waktu hamil, dan
sangat di pengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh
hipofisis.
Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu,
tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel
yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut.
Refleks ini timbul bila bayi menyusui. Apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atau
jika tidak dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi bendungan air susu.
Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa
panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan. ASI biasanya mengalir
tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat
nyeri, puting susu teregang menjadi rata.
ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI.
Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam
(wiknjosastro,2005).

2.5 Pencegahan terjadinya bendungan ASI


1. Gunakan teknik menyusui yang benar
2. Puting susu dan areola mamae harus selalu kering setelah selesai menyusui
3. Jangan pakai Bra yang tidak dapat menyerap keringat
4. Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah dilahirkan
5. Susui bayi tanpa jadwal atau ( on demand)
6. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi kebutuhan bayi
7. Perawatan payudara pasca (obserti patologi 169)
8. Menyusui yang sering
9. Hindari tekanan local pada payudara
2.6 Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaa untuk bendungan ASI secara umum yaitu:
1. Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek
2. Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh
bayi.
3. Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
4. Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin
5. Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan pengurutan
(masase) payudara yang dimulai dari puting kearah korpus. (Sastrawinata, 2004)
Sebaiknya selama hamil atau dua bulan terakhir dilakukan masase atau
perawatan puting susu dan areola mamae untuk mencegah terjadinya puting susu
kering dan mudah mencegah terjadinya payudara bengkak.
B. Penatalaksanaan untuk ibu yang menyusui:
1. Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian
perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang
mengeras.
2. Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi
dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui
dengan penuh semangat pada awal sesi menyususi, sehingga bisa
mengeringkannya dengan efektif
3. Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai
menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit
tersebut
4. Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara
yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa
kali), lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami
penyumbatan kelenjar susu
5. Dan secara perlahan-lahan turun kearah putting susu
6. Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.
7. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
8. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
C. Penataksanaan bagi ibu  yang tidak menyusui :
1. Sangga payudara
2. Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit
3. Bila di perlukan berikan PCT 500 mg per Oral setiap 4 jam
4. Jangan di pijat atau memakai kompres hangat payudara
5. Pompa dan kosongkan payudara.
D. Terapi dan pengobatan menurut prawirohardjo (2005) adalah:
1. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
2. Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
3. Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin
sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
4. Gunakan BH yang menopang
5. Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan panas.
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara
untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi
simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui
pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan
stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara
waktu mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan
pijatan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
No. Register : 63.10.66
Tanggal/Waktu Pengkajian : 22 Maret 2016
Pengkaji : Ayu Dwicahyani
Tempat Pengkajian : RSUD Karawang (Cilamaya Rawat Gabung)

I. Pengkajian Data Subjektif (S)


A. Biodata
1. Nama Ibu : Ny. H
2. Umur : 33 tahun
3. Suku Bangsa : Sunda
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SD
6. Pekerjaan : IRT
7. Golongan Darah :B
8. Alamat : Duren

1. Nama Suami : Tn I
2. Umur : 34 tahun
3. Suku Bangsa : Sunda
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SD
6. Pekerjaan : Swasta
7. Golongan Darah : Belum tahu
9. Alamat :Duren
Status Perkawinan : Menikah
Perkawinan ke :1
Lama perkawinan : 10 tahun
B. Keluhan
Ibu mengatakan merasakan payudara bengkak, keras dan sakit serta bayinya menangis terus
menerus.
C. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Sekarang
1. Riwayat Kehamilan
Umur Kehamilan : 9 bulan lebih
Lama perkawinan : 10 tahun
2. Riwayat Persalinan
Seksio Caesarea
D. Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
Tahun Persalinan Nifas Ket
No JK Penolong
Melahirkan Jenis BB PB Tempat Lokhea Infeksi Laktasi
1. 2005 L Bidan Normal 3400 47 Rumah Baik Tidak Ya
2 2010 L Bidan Normal 3000 49 Rumah Baik Tidak Ya

E. Riwayat Kesehatan
1. Penyakit yang pernah diderita : Tidak ada
2. Penyakit yang sedang diderita : Tidak ada
3. Penyakit keluarga : Tidak ada
4. Riwayat operasi : Tidak ada
5. Riwayat alergi : Tidak ada

F. Riwayat Keluarga Berencana


Jenis kontrasepsi : KB suntik 3 bulan dan pil
Alasan : menunda kehamilan
Mulai : 2005
Terakhir : 2014
Lamanya : 9 tahun
Tempat pelayanan : BPS

9
Keluhan : Tidak ada keluhan
Rencana KB yang akan datang : KB suntik 3 bulan

G. Aktivitas Sehari-hari
1. Diet
a. Kebutuhan Nutrisi
 Pola makan : 3x sehari
 Jenis makanan yang dikonsumsi : Nasi, sayur, daging bakso, tahu.
 Makanan yang di pantang : Tidak ada
 Perubahan pola makan : Tidak ada
 Alergi : Tidak ada
b. Kebutuhan Hidrasi
 Minum : ± 8 gelas
 Jenis minuman yang dikonsumsi : Air mineral dan air the

2. Istirahat dan Tidur


a. Tidur Siang : Tidak tidur siang
b. Tidur Malam : ± 3 jam
c. Masalah : Tidak bisa tidur karena bayi rewel.
3. Personal Hygiene
a. Mandi : Belum mandi setelah melahirkan.
b. Gosok Gigi : 1 x/ hari
c. Ganti pembalut : 3 x/ hari
d. Vulva Hygiene : setelah BAK.
e. Ganti Pakaian : 1 x/ hari
4. Pola Seksual
a. Rencana Hubungan Seksual : Setelah masa nifas
b. Alasan : Masih khawatir dan sesuai adat
5. Data Eliminasi
a. BAB
 Frekuensi : Belum BAB
 Masalah : Tidak ada

10
b. BAK
 Frekuensi : ± 4 x/ hari
 Banyaknya : ± 150cc/ BAK
 Masalah : Tidak ada
6. Perilaku Kesehatan
a. Obat-obatan yang sedang dikonsumsi : Keterolac 3x1, Kalnex 3x1, SF 1x1,
b. Obat-obatan yang pernah dikonsumsi : Ceftriaxon, nipedipine, misoprostol, MgSo4
40%.
c. Obat-obatan terlarang : Tidak
d. Alkohol : Tidak
e. Merokok : Tidak
7. Aktifitas dan Mobilisasi
Aktifitas dan mobilisasi yang sudah dilakukan : Miring kiri-kanan, duduk, makan, berjalan ke
toilet menyusui bayi, mengganti pakaian dan pempers bayi, berjalan ke toilet.
H. Keadaan Psikologi, sosial dan spiritual.
1. Keadaan psikologi : Baik
2. Hubungan dengan suami : Baik
3. Hubungan dengan anggota keluarga lain : Baik
4. Tanggapan kelurga atas kelahiran bayi : Baik
5. Hubungan dengan lingkungan : Baik
6. Keadaan spiritual : Baik
7. Tanggapan ibu terhadap kelahiran anak : Ibu memberikan respon yang baik dan
terlihat senang
8. Rencana ibu menyusukan bayi : ASI Eksklusif 6 bulan
9. Anggota keluarga yang serumah
Hubungan Dalam
No Nama Usia Pendidikan Pekerjaan
Keluarga
1. Tn S Suami 34 tahun SD swasta
2 An M Anak 10 tahun SD Belum bekerja
3 An. B Anak 5 tahun TK Belum bekerja

II. Pengkajian Data Objektif (O)


A. Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Composmentis Status Emosional : Stabil

11
B. Tanda-Tanda Vital
1. Tekanan darah : 150/110 mmHg
2. Denyut nadi : 90 x/menit
3. Suhu : 35,6 o C
4. Pernafasan : 20 x/menit
C. Berat Badan : 74 kg
D. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
a. Inspeksi
 Warna rambut : Terlihat berwarna hitam
 Kebersihan : Terlihat bersih
b. Palpasi
 Benjolan : Tidak teraba benjolan
 Keadaan Rambut : Distribusi merata dan tidak rontok
2. Muka
a. Inspeksi
 Simetris : Terlihat simetris
 Pucat atau Tidak : Tidak terlihat pucat
b. Palpasi
 Oedema : Tidak teraba oedema

3. Mata
Simetris : Terlihat simetris
Konjungtiva : Terlihat berwarna merah muda
Sklera : Terlihat berwarna putih bening
Kelainan : Tidak ada
4. Hidung
Kebersihan : Terlihat bersih
Polip : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
5. Mulut
Warna : Berwarna merah muda

12
Lidah : Berwarna merah muda
Warna gigi : Berwarna putih
6. Telinga
Simetris : Terlihat simetris
Kebersihan : Terlihat bersih
Kelainan : Tidak ada
7. Leher
Pembengkakan kelenjar tyroid : Tidak ada
Pembengkakan kelenjar KGB : Tidak ada
Pembengkakan kelenjar vena jugularis : Tidak ada
8. Dada
Payudara
Inspeksi
 Simetris/Tidak : Terlihat simetris (ka/ki), terlihat tegang.
 Benjolan : Tidak ada (ka/ki)
 Hyperpigmentasi : Ada, disekotar areola mamae (ka/ki)
Palpasi
 Benjolan : Tidak teraba benjolan (ka/ki), teraba penuh, nyeri.
 Putting susu : Teraba menonjol (ka/ki)
 Colostrum : Ada sedikit (ka/ki)
 Pembesaran KGB Axilla : Tidak ada(ka/ki)
9. Abdomen
Inspeksi
 Bentuk perut : Terlihat bulat, cembung
 Sikatrik bekas operasi : Ada, keadaan luka operasi baik tidak ada tanda-tanda
infeksi.
 Striae : Ada
 Hyperpigmentasi : Ada
Palpasi
 TFU : 2 jari dibawah pusat
 Kandung kemih : Kosong
 Diastasis rekti : Belum teraba

13
 Konsistensi uterus : Keras
10. Ekstremitas Atas
Oedema : Tidak teraba oedema (ka/ki)
Capillary refill : Kembali < 2 detik
11. Ekstremitas Bawah
Bentuk : Simetris (ka/ki)
Oedema : Tidak teraba oedema (ka/ki)
Varises : Tidak ada (ka/ki)
Reflex patella : (+)/(+)
Capillary refill : Kembali < 2 detik
12. Genitalia
Inspeksi
 Oedema : Tidak terlihat oedema
 Varises : Tidak terlihat varises
 Pembesaran kelenjar bartholini : Tidak ada
 Pengeluaran : Lochea rubra
Jumlah : ±50 cc
 Luka perineum : Tidk ada luka perineum
Palpasi
 Oedema : Tidak teraba oedema
 Varises : Tidak teraba varises
 Pembesaran kelenjar bartholini : Tidak ada
 Pengeluaran : Lochea rubra
 Luka perineum : Tidak ada luka perineum.
13. Anus
Haemorroid : Interna (-) / Eksterna (-)
E. Pemeriksaan Laboratorium
1. Urine
Protein Urine : Negatif (-)
GlukosaUrine : (-)
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonografi (USG) : Tidak dilakukan

14
2. Rontgen : Tidak dilakukan
3. Mammografi (Mammogram) : Tidak dilakukan
4. Lain-lain : Tidak dilakukan

III. Assesment (A)


Diagnosa : Ibu P3A0 post partum section sesarea 2 hari dengan
bendungan asi.
Masalah potensial : Mastitis.
Antisipasi masalah potensial : Mengajari teknik menyusui yang benar, mengajari cara
perawatan payudara.

IV. Planning (P)


1. Informasikan hasil pemeriksaan.
Memberitahu ibu tentang keadaannya bahwa ibu mengalami bendungan asi yaitu
pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau tidak dikosongkan secara
sempurna. Hal ini disebabkan pengeluaran air susu yang tidak lancar karena bayi tidak cukup
sering disusui atau teknik menyusui yang salah.
Ibu mengerti kemudian mangguk-mangguk.
2. Ajarkan teknik menyusui yang benar.
Mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar yaitu cuci tangan terlebih dahulu sebelum
menyusui, kemudian bersihkan puting susu serta areola ibu dengan menggunakan kapas DTT.
Bayi dipangku ibu dengan satu tangan, telapak tangan ibu menyangga badan bayi, perut bayi
menempel pada perut ibu, tekan areola sampai ASI keluar, lalu oleskan ASI pada puting dan
sekitar areola. Pegang payudara dengan menggunakan ibu jari yang diletakkan di atas
payudara dan empat jari menopang payudara. Kemudian berikan rangsangan kepada bayi
dengan cara meletakkan puting susu di bibir bayi atau pipi bayi pada saat mulut bayi sudah
membuka masukkan puting beserta areola kedalam mulut bayi, susui bayi sampai bayi merasa
puas, selanjtnya apabila ibu ingin menggantikan dengan payudara lain, ibu jangan langsung
melepas hisapan bayi namun disini dianjurkan dengan menggunakan jari kelingking ibu
kemudian dimasukkan kedalam mulut bayi dan tekan dagu kearah bawah, pada saat mulut
bayi sudah membuka lepas payudara, kemudian apabila ibu sudah selesai menyusui jangan
lupa untuk mengoleskan ASI disekitar puting dan payudara, jangan dilap menggunakan kain

15
tapi cukup dibiarkan kering tersendiri. Dan jangan lupa Ibu dianjurkan untuk menyendawakan
bayi dengan cara tubuh bayi ibu letakkan pada dada ibu lalu tepuk-tepuk punggung bayi secara
perlahan atau kalau ibu takut bayi terjatuh ibu bisa memangkunya dengan cara bayi
ditengkurapkan dan caranya sama seperti tadi ditepuk-tepuk secara perlahan, kemudian cuci
tangan apabila ibu sudah selesai menyusui.
3. Ajarkn perawatan payudara dan breast care pada ibu
Mengajarkan ibu perawatan payudara dengan menggunakan kapas, baby oil, air hangat, dan
air dingin. Serta mengajarkan pada ibu mengurangi nyeri dan ketegangan payudara dengan
memijatnya (massage payudara, massage leher dan punggung). Putting susu yang agak
tenggelam ditarik-tarik agar menonjol (gerakan Hoffman). Menganjurkan pada ibu agar
melakukan perawatan payudara 2x/hari sebelum mandi, dan ketika mandi melakukan
perawatan putting susu. Ibu juga bisa mengurangi rasa sakit dengan kompres panas, kompres
dingin setelah menyusui untuk mengurangi bengkak
4. Motivasi untuk ASI ekslusif.
Menganjurkan ibu untuk memberi bayinya ASI eksklusif yaitu bayi hanya diberi ASI saja tanpa
tambahan makanan dan cairan apapun selama 6 bulan dan memberikan ASI secara on-demand
yaitu sekeinginan bayi tanpa di jadwal dan apabila bayi tidur lebih dari 2 jam maka bangunkan
segera susui.
Ibu mengerti dan akan ASI eksklusif
5. Beritahu tanda bahaya masa nifas.
Memberitahu tanda bahaya masa nifas yaitu terjadi perdarahan yang banyak pada jalan lahir,
berbau busuk dari kemaluan, keluarnya nanah dari jalan lahir, nyeri kepala hebat, pandangan
kabur, kejang dan demam. Apabila ibu mengalami salah satu tanda tersebut, ibu harus ke
tenaga kesehatan.
Ibu mengerti dan akan ke tenaga kesehatan jika mengalaminya.
6. Beritahu ibu dan keluarga mengenai kebutuhan istirahat
Memberitahukan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu dianjurkan untuk beritirahat yang cukup
agar rasa lelah yang dirasakan ibu berkurang dan tubuh ibu kembali bugar. Berusaha istirahat
pada saat bayi tertidur dan lakukan tidur siang 1-2 jam/hari.
Ibu dan keluarga mengerti dan ibu akan melakukannya.
7. Berikan penkes mengenai nutrisi.

16
Memberikan ibu KIE gizi yaitu mengkonsumsi makanan yang bergizi, bermutu dan cukup kalori,
sebaiknya mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, vitamin, dan mineral. Sumber
yang dapat diperoleh dari ikan, telur, tahu, tempe, seafood, daging ayam, hati, daging sapi,
keju, susu, kacang-kacangan, sayuran berwarna hijau, hal ini berguna untuk pertumbuhan dan
penggantian sel-sel yang rusak atau mati, serta melindungi tubuh dari serangan penyakit dan
pengatur kelancaran metabolisme dalam tubuh. Ibu juga sebaiknya minum sedikitnya 3 liter air
sehari atau segelas setiap habis menyusui. Ibu juga sebaiknya minum tablet Fe / zat besi
selama 40 hari pasca persalinan dan minum vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
8. Beritahu cara perawatan luka seksio sesaria
Memberitahu ibu untuk mengganti perban setiap hari ke bidan terdekat dan jangan biarkabn
perban terkena basah.. ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

BAB IV

17
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ibu  yang sedang Dalam masa nifas dapat  mengalami beberapa masalah  yang biasanya
terjadi seperti pembendunga air susu ibu, ini dapat terjadi pada hari ke dua atau ke tiga ketika
payudara telah memproduksi air susu. hal ini disebabkan karena kadar estrogen dan progesteron
turun dalam 2-3 hari sesudah melahirkan.Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi
prolaktin waktu hamil, dan sangat di pengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi
sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae
terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan reflek, yang bisa timbul dari
hisapan bayi, apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atau jika tidak dikosongkan dengan
sempurna, maka terjadi bendungan air susu.
Tanda dan gejala pembendungan ASI yang biasanya dirasakan oleh ibu yaitu Mamae
panas serta keras pada saat perabaan dan nyeri Warnanya kemerahan.Suhu tubuh sampai 38oc.
Penatalaksanaanya bisa dengan dikompres ataupun dengan pemberian obat paracetamol
jika ibunya mengalami deman.

3.2 SARAN
Diharapkan setelah dilakukan perawatan, payudara ibu menjadi tidak nyeri, tidak
bengkak, tidak panas, dan ibu bisa menyusui bayinya kembali.
Kepada mahasiwa diharapkan dapat menganalisis dan menegakkan diagnosa kebidanan
sesuai dengan prioritas masalah yang ada, menetapkan intervensi dan mengevaluasi tindakan
yang dilakukan pada kasus bendungan asi.

18

Anda mungkin juga menyukai