PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi
atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada
putting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena
peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri
disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005).
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna
atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams)
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi
atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau kelainan pada putting
susu (Mochtar, 1998).
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna
atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams)
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak, keras, panas
dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk
mencegah terjadinya kelainan.
Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika),
kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan
hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk
membendung sementara produksi ASI.
Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998) adalah sejak hari ketiga sampai hari
keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat
penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI
oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi
bendungan.
Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran
vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan
alveoli meingkat. Payudara menjadi bengkak, merah dan mengkilap.
Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun bendungan
ASI pada payudara adalah :
a. Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat mengkilap. ASI
biasanya mengalir dengan lancar dengan kadang-kadang menetes keluar secara spontan.
b. Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat
mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan
bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.
2.2 Etiologi
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke dua atau ke tiga ketika payudara telah
memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar,
karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan,
hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik dan dapat pula karena adanya pembatasan
waktu menyusui. (Sarwono, 2009)
Pada bendungan ASI payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat
nyeri. Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir
dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.
2.4 Patofisiologi
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-
3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi prolaktin waktu hamil, dan
sangat di pengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh
hipofisis.
Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu,
tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel
yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut.
Refleks ini timbul bila bayi menyusui. Apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atau
jika tidak dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi bendungan air susu.
Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa
panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan. ASI biasanya mengalir
tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat
nyeri, puting susu teregang menjadi rata.
ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI.
Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam
(wiknjosastro,2005).
1. Nama Suami : Tn I
2. Umur : 34 tahun
3. Suku Bangsa : Sunda
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SD
6. Pekerjaan : Swasta
7. Golongan Darah : Belum tahu
9. Alamat :Duren
Status Perkawinan : Menikah
Perkawinan ke :1
Lama perkawinan : 10 tahun
B. Keluhan
Ibu mengatakan merasakan payudara bengkak, keras dan sakit serta bayinya menangis terus
menerus.
C. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Sekarang
1. Riwayat Kehamilan
Umur Kehamilan : 9 bulan lebih
Lama perkawinan : 10 tahun
2. Riwayat Persalinan
Seksio Caesarea
D. Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
Tahun Persalinan Nifas Ket
No JK Penolong
Melahirkan Jenis BB PB Tempat Lokhea Infeksi Laktasi
1. 2005 L Bidan Normal 3400 47 Rumah Baik Tidak Ya
2 2010 L Bidan Normal 3000 49 Rumah Baik Tidak Ya
E. Riwayat Kesehatan
1. Penyakit yang pernah diderita : Tidak ada
2. Penyakit yang sedang diderita : Tidak ada
3. Penyakit keluarga : Tidak ada
4. Riwayat operasi : Tidak ada
5. Riwayat alergi : Tidak ada
9
Keluhan : Tidak ada keluhan
Rencana KB yang akan datang : KB suntik 3 bulan
G. Aktivitas Sehari-hari
1. Diet
a. Kebutuhan Nutrisi
Pola makan : 3x sehari
Jenis makanan yang dikonsumsi : Nasi, sayur, daging bakso, tahu.
Makanan yang di pantang : Tidak ada
Perubahan pola makan : Tidak ada
Alergi : Tidak ada
b. Kebutuhan Hidrasi
Minum : ± 8 gelas
Jenis minuman yang dikonsumsi : Air mineral dan air the
10
b. BAK
Frekuensi : ± 4 x/ hari
Banyaknya : ± 150cc/ BAK
Masalah : Tidak ada
6. Perilaku Kesehatan
a. Obat-obatan yang sedang dikonsumsi : Keterolac 3x1, Kalnex 3x1, SF 1x1,
b. Obat-obatan yang pernah dikonsumsi : Ceftriaxon, nipedipine, misoprostol, MgSo4
40%.
c. Obat-obatan terlarang : Tidak
d. Alkohol : Tidak
e. Merokok : Tidak
7. Aktifitas dan Mobilisasi
Aktifitas dan mobilisasi yang sudah dilakukan : Miring kiri-kanan, duduk, makan, berjalan ke
toilet menyusui bayi, mengganti pakaian dan pempers bayi, berjalan ke toilet.
H. Keadaan Psikologi, sosial dan spiritual.
1. Keadaan psikologi : Baik
2. Hubungan dengan suami : Baik
3. Hubungan dengan anggota keluarga lain : Baik
4. Tanggapan kelurga atas kelahiran bayi : Baik
5. Hubungan dengan lingkungan : Baik
6. Keadaan spiritual : Baik
7. Tanggapan ibu terhadap kelahiran anak : Ibu memberikan respon yang baik dan
terlihat senang
8. Rencana ibu menyusukan bayi : ASI Eksklusif 6 bulan
9. Anggota keluarga yang serumah
Hubungan Dalam
No Nama Usia Pendidikan Pekerjaan
Keluarga
1. Tn S Suami 34 tahun SD swasta
2 An M Anak 10 tahun SD Belum bekerja
3 An. B Anak 5 tahun TK Belum bekerja
11
B. Tanda-Tanda Vital
1. Tekanan darah : 150/110 mmHg
2. Denyut nadi : 90 x/menit
3. Suhu : 35,6 o C
4. Pernafasan : 20 x/menit
C. Berat Badan : 74 kg
D. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
a. Inspeksi
Warna rambut : Terlihat berwarna hitam
Kebersihan : Terlihat bersih
b. Palpasi
Benjolan : Tidak teraba benjolan
Keadaan Rambut : Distribusi merata dan tidak rontok
2. Muka
a. Inspeksi
Simetris : Terlihat simetris
Pucat atau Tidak : Tidak terlihat pucat
b. Palpasi
Oedema : Tidak teraba oedema
3. Mata
Simetris : Terlihat simetris
Konjungtiva : Terlihat berwarna merah muda
Sklera : Terlihat berwarna putih bening
Kelainan : Tidak ada
4. Hidung
Kebersihan : Terlihat bersih
Polip : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
5. Mulut
Warna : Berwarna merah muda
12
Lidah : Berwarna merah muda
Warna gigi : Berwarna putih
6. Telinga
Simetris : Terlihat simetris
Kebersihan : Terlihat bersih
Kelainan : Tidak ada
7. Leher
Pembengkakan kelenjar tyroid : Tidak ada
Pembengkakan kelenjar KGB : Tidak ada
Pembengkakan kelenjar vena jugularis : Tidak ada
8. Dada
Payudara
Inspeksi
Simetris/Tidak : Terlihat simetris (ka/ki), terlihat tegang.
Benjolan : Tidak ada (ka/ki)
Hyperpigmentasi : Ada, disekotar areola mamae (ka/ki)
Palpasi
Benjolan : Tidak teraba benjolan (ka/ki), teraba penuh, nyeri.
Putting susu : Teraba menonjol (ka/ki)
Colostrum : Ada sedikit (ka/ki)
Pembesaran KGB Axilla : Tidak ada(ka/ki)
9. Abdomen
Inspeksi
Bentuk perut : Terlihat bulat, cembung
Sikatrik bekas operasi : Ada, keadaan luka operasi baik tidak ada tanda-tanda
infeksi.
Striae : Ada
Hyperpigmentasi : Ada
Palpasi
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kandung kemih : Kosong
Diastasis rekti : Belum teraba
13
Konsistensi uterus : Keras
10. Ekstremitas Atas
Oedema : Tidak teraba oedema (ka/ki)
Capillary refill : Kembali < 2 detik
11. Ekstremitas Bawah
Bentuk : Simetris (ka/ki)
Oedema : Tidak teraba oedema (ka/ki)
Varises : Tidak ada (ka/ki)
Reflex patella : (+)/(+)
Capillary refill : Kembali < 2 detik
12. Genitalia
Inspeksi
Oedema : Tidak terlihat oedema
Varises : Tidak terlihat varises
Pembesaran kelenjar bartholini : Tidak ada
Pengeluaran : Lochea rubra
Jumlah : ±50 cc
Luka perineum : Tidk ada luka perineum
Palpasi
Oedema : Tidak teraba oedema
Varises : Tidak teraba varises
Pembesaran kelenjar bartholini : Tidak ada
Pengeluaran : Lochea rubra
Luka perineum : Tidak ada luka perineum.
13. Anus
Haemorroid : Interna (-) / Eksterna (-)
E. Pemeriksaan Laboratorium
1. Urine
Protein Urine : Negatif (-)
GlukosaUrine : (-)
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonografi (USG) : Tidak dilakukan
14
2. Rontgen : Tidak dilakukan
3. Mammografi (Mammogram) : Tidak dilakukan
4. Lain-lain : Tidak dilakukan
15
tapi cukup dibiarkan kering tersendiri. Dan jangan lupa Ibu dianjurkan untuk menyendawakan
bayi dengan cara tubuh bayi ibu letakkan pada dada ibu lalu tepuk-tepuk punggung bayi secara
perlahan atau kalau ibu takut bayi terjatuh ibu bisa memangkunya dengan cara bayi
ditengkurapkan dan caranya sama seperti tadi ditepuk-tepuk secara perlahan, kemudian cuci
tangan apabila ibu sudah selesai menyusui.
3. Ajarkn perawatan payudara dan breast care pada ibu
Mengajarkan ibu perawatan payudara dengan menggunakan kapas, baby oil, air hangat, dan
air dingin. Serta mengajarkan pada ibu mengurangi nyeri dan ketegangan payudara dengan
memijatnya (massage payudara, massage leher dan punggung). Putting susu yang agak
tenggelam ditarik-tarik agar menonjol (gerakan Hoffman). Menganjurkan pada ibu agar
melakukan perawatan payudara 2x/hari sebelum mandi, dan ketika mandi melakukan
perawatan putting susu. Ibu juga bisa mengurangi rasa sakit dengan kompres panas, kompres
dingin setelah menyusui untuk mengurangi bengkak
4. Motivasi untuk ASI ekslusif.
Menganjurkan ibu untuk memberi bayinya ASI eksklusif yaitu bayi hanya diberi ASI saja tanpa
tambahan makanan dan cairan apapun selama 6 bulan dan memberikan ASI secara on-demand
yaitu sekeinginan bayi tanpa di jadwal dan apabila bayi tidur lebih dari 2 jam maka bangunkan
segera susui.
Ibu mengerti dan akan ASI eksklusif
5. Beritahu tanda bahaya masa nifas.
Memberitahu tanda bahaya masa nifas yaitu terjadi perdarahan yang banyak pada jalan lahir,
berbau busuk dari kemaluan, keluarnya nanah dari jalan lahir, nyeri kepala hebat, pandangan
kabur, kejang dan demam. Apabila ibu mengalami salah satu tanda tersebut, ibu harus ke
tenaga kesehatan.
Ibu mengerti dan akan ke tenaga kesehatan jika mengalaminya.
6. Beritahu ibu dan keluarga mengenai kebutuhan istirahat
Memberitahukan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu dianjurkan untuk beritirahat yang cukup
agar rasa lelah yang dirasakan ibu berkurang dan tubuh ibu kembali bugar. Berusaha istirahat
pada saat bayi tertidur dan lakukan tidur siang 1-2 jam/hari.
Ibu dan keluarga mengerti dan ibu akan melakukannya.
7. Berikan penkes mengenai nutrisi.
16
Memberikan ibu KIE gizi yaitu mengkonsumsi makanan yang bergizi, bermutu dan cukup kalori,
sebaiknya mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, vitamin, dan mineral. Sumber
yang dapat diperoleh dari ikan, telur, tahu, tempe, seafood, daging ayam, hati, daging sapi,
keju, susu, kacang-kacangan, sayuran berwarna hijau, hal ini berguna untuk pertumbuhan dan
penggantian sel-sel yang rusak atau mati, serta melindungi tubuh dari serangan penyakit dan
pengatur kelancaran metabolisme dalam tubuh. Ibu juga sebaiknya minum sedikitnya 3 liter air
sehari atau segelas setiap habis menyusui. Ibu juga sebaiknya minum tablet Fe / zat besi
selama 40 hari pasca persalinan dan minum vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
8. Beritahu cara perawatan luka seksio sesaria
Memberitahu ibu untuk mengganti perban setiap hari ke bidan terdekat dan jangan biarkabn
perban terkena basah.. ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
BAB IV
17
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ibu yang sedang Dalam masa nifas dapat mengalami beberapa masalah yang biasanya
terjadi seperti pembendunga air susu ibu, ini dapat terjadi pada hari ke dua atau ke tiga ketika
payudara telah memproduksi air susu. hal ini disebabkan karena kadar estrogen dan progesteron
turun dalam 2-3 hari sesudah melahirkan.Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi
prolaktin waktu hamil, dan sangat di pengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi
sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae
terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan reflek, yang bisa timbul dari
hisapan bayi, apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atau jika tidak dikosongkan dengan
sempurna, maka terjadi bendungan air susu.
Tanda dan gejala pembendungan ASI yang biasanya dirasakan oleh ibu yaitu Mamae
panas serta keras pada saat perabaan dan nyeri Warnanya kemerahan.Suhu tubuh sampai 38oc.
Penatalaksanaanya bisa dengan dikompres ataupun dengan pemberian obat paracetamol
jika ibunya mengalami deman.
3.2 SARAN
Diharapkan setelah dilakukan perawatan, payudara ibu menjadi tidak nyeri, tidak
bengkak, tidak panas, dan ibu bisa menyusui bayinya kembali.
Kepada mahasiwa diharapkan dapat menganalisis dan menegakkan diagnosa kebidanan
sesuai dengan prioritas masalah yang ada, menetapkan intervensi dan mengevaluasi tindakan
yang dilakukan pada kasus bendungan asi.
18