Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia Preeklampsia berat (PEB) merupakan salah satu penyebab utama
kematian maternal dan perinatal di Indonesia. PEB diklasifikasikan kedalam penyakit
hypertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi sedang-
berat, edema, dan proteinuria yang masif. Penyebab dari kelainan ini masih kurang
dimengerti.
Diagnosis dini dan penanganan adekuat dapat mencegah perkembangan buruk PER
kearah PEB atau bahkan eklampsia penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk
menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan anak. Semua kasus PEB harus dirujuk ke rumah
sakit yang dilengkapi dengan fasilitas penanganan intensif maternal dan neonatal, untuk
mendapatkan terapi definitif dan pengawasan terhadap timbulnya komplikasi-komplikasi.
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda preeklampsia
sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat, di samping pengendalian
terhadap faktor-faktor predisposisi yang lain
Preeklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung disebabkan
oleh kehamilan. Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai proteinuri dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat
timbul sebelum 20 minggu bila terjadi. Preeklampsia hampir secara eksklusif merupakan
penyakit pada nullipara. Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem
yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada
multipara, penyakit ini biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan berikut :
1. Kehamilan multifetal dan hidrops fetalis.
2. Penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus.
3. Penyakit ginjal.
Pre-eklamsia dan eklamsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,
bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias: hipertensi, proteinuria dan oedema,
yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-
tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya (Mochtar, 1998).
Tingginya  kejadian pre-eklamsia- eklamsia di negara-negara berkembang
dihubungkan dengan masih rendahnya status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang
dimiliki kebanyakan masyarakat. Kedua hal tersebut saling terkait dan sangat berperan dalam
menentukan tingkat penyerapan dan pemahaman terhadap berbagai informasi/masalah
kesehatan yang timbul baik pada dirinya ataupun untuk lingkungan sekitarnya (Zuhrina,
2010).
Menurut World Health Organization (WHO), salah satu penyebab morbiditas dan
mortalitas ibu dan janin adalah pre-eklamsia (PE), angka kejadiannya berkisar antara 0,51%-
38,4%. Di negara maju angka kejadian pre- eklampsia berkisar 6-7% dan eklampsia 0,1-
0,7%. Sedangkan angka kematian ibu yang diakibatkan pre-eklampsia dan eklampsia di
negara berkembang masih tinggi (Amelda, 2008).
Berdasarkan kejadian tersebut, maka kami tertarik untuk membahas hal ini, serta
sebagai tugas dalam makalah Keperawatan Maternitas Asuhan Keperawatan Ibu Hamil
dengan Preeklamsi.

1.2 Tujuan penulisan


a. Apa yang pengertian PEB?
b. Bagaimana etiologi dari PEB?
c. Bagaimana tanda dan gejala dari PEB?
d. Bagaiamana patofisiologi dari PEB?
e. Bagaimana komplikasi dari PEB?
f. Bagaimana klasifikasi dari PEB?
g. Bagaimana manifestasi klinik dari PEB?
h. Bagaiamana pemeriksaan penunjang PEB?
i. Bagaiamana penatalaksanan dari PEB?

1.3 Manfaat Penulisan


Untuk mengetahui :
a. Pengertian dari PEB
b. Etiologi dari PEB
c. Tanda dan gejala dari PEB
d. Patofisiologi dari PEB
e. Komplikasi dari PEB
f. Klasifikasi dari PEB
g. Manifestasi klinik dari PEB
h. Pemeriksaan penunjang dari PEB
i. Penatalaksanaan dari PEB
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN
Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa dialami
oleh setiap wanita hamil. Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,
bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri, dan edema.
Pengertian preelamsia menurut beberapa referensi :
a) Preeklampsia adalah suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sistem dan
ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria (Bobak, dkk., 2005).
b) Preeklampsia adalah perkembangan hipertensi, protein pada urin dan pembengkakan,
dibarengi dengan perubahan pada refleks (Curtis, 1999).
c) Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi,
edema, dan proteinuria (Dorland,2000).
d) Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer,
2000).
e) Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria (Prawirohardjo, 2008).
f) Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan
nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-
tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya
muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ).

2.2 ETIOLOGI
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori –
teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu
disebut “penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan.
Di Indonesia, setelah perdarahan dan infeksi pre eklampsia masih merupakan sebab
utama kematian ibu, dan sebab kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu diagnosis dini
preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta penanganannya perlu
segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat
menjelaskan tentang penyebab preeklamsia, yaitu :
a. Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola
hidatidosa.
b. Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
c. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
d. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan tersebut
sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori
tersebut antara lain :
a. Peran Prostasiklin dan Tromboksan .
b. Peran faktor imunologis.
c. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada pre-
eklampsi/eklampsia.
d. Peran faktor genetik /familial
e. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/ eklampsi pada anak-
anak dari ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi.
f. Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsi/eklampspia dan anak dan cucu ibu
hamil dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia dan bukan pada ipar mereka.
g. Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS)

2.3 TANDA DAN GEJALA


Gejala klinis preeklamsi meliputi:
a. Hipertensi sistolik / diastolik  > 140/90 mmHg
b. Proteinuria : Secara kuantitatif lebih 0,3 gr/l dalam 24 jam atau secara kualitatif positif 2
(+2).
c. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah, atau tangan.
d. Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklamsia berat.
2.4 PATOFISIOLOGI
Pada preeklampsia terdapat penurunan  aliran darah. Perubahan ini menyebabkan
prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan iskemia pada
uterus , merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan
pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik menyebabkan terjadinya endotheliosis
menyebabkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan
pelepasan tomboksan dan aktivasi / agregasi trombosit deposisi fibrin.
Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan aktivasi/
agregasi trombosit deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular yang
mengakibatkan perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati
mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah menurun dan menyebabkan gangguan
faal hemostasis.  Renin uterus yang di keluarkan akan mengalir bersama darah sampai organ
hati dan bersama- sama angiotensinogen menjadi angiotensi I dan selanjutnya menjadi
angiotensin II. Angiotensin II bersama tromboksan akan menyebabkan terjadinya
vasospasme. Vasospasme menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang
menyempit menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan
perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhan sehingga menyebabkan
terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan vasospasme, angiotensin II akan merangsang
glandula suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron. Vasospasme bersama dengan koagulasi
intravaskular akan  menyebabkan gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ.
Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak, darah, paru-
paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat menyebabkan terjadinya edema
serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang
meningkat menyebabkan terjadinya gangguan perfusi serebral , nyeri dan terjadinya kejang.
Pada darah akan terjadi enditheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah
pecah. Pecahnya pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya pendarahan,sedangkan sel
darah merah yang pecah akan menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru- paru,
LADEP akan meningkat menyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan
cairan sehingga akan mengakibatkan terjadinya oedema paru. Oedema paru akan
menyebabkan terjadinya kerusakan pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi pembuluh darah
menyebabkan akan menyebabkan gangguan kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan
payah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi
natrium dan menyebabkan retensi cairan dan dapat menyebabkan terjadinya edema. Selain
itu, vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas
terrhadap protein akan meningkat. Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningkatan
reabsorpsi oleh tubulus sehingga menyebabkan diuresis menurun sehingga menyebabkan
terjadinya oligouri dan anuri. Permeabilitas terhadap protein yang meningkat akan
menyebabkan banyak protein akan lolos dari filtrasi glomerulus dan menyenabkan
proteinuria. Pada mata, akan terjadi spasmus arteriola selanjutnya menyebabkan oedem
diskus optikus dan retina. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya diplopia. Pada plasenta
penurunan perfusi akan menyebabkan hipoksia/anoksia sebagai pemicu timbulnya gangguan
pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinyaIntra Uterin Growth Retardation  .
Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf parasimpatis akan
meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus gastrointestinal dan
ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal dapat menyebabkan terjadinya hipoksia duodenal
dan penumpukan ion H menyebabkan HCl meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri
epigastrik. Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual dan
timbulnya muntah. Pada ektrimitas dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan ATP
diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat.
Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan menimbulkan keadaan
cepat lelah, lemah. Keadaan hipertensi akan mengakibatkan seseorang kurang terpajan
informasi.

2.5 KOMPLIKASI
Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi
antara lain:
A. Pada Ibu
1. Eklapmsia
2. Solusio plasenta
3. Pendarahan subkapsula hepar
4. Kelainan pembekuan darah ( DIC )
5. Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet count )
6. Gagal jantung hingga syok dan kematian.
B. Pada Janin
1. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
2. Prematur
3. Asfiksia neonatorum
4. Kematian dalam uterus
5. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal

2.6 KLASIFIKASI
Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :
a. Preeklampsia Ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
1. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30
mmHg atau lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan
dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
2. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per
minggu.
3. Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin
kateter atau midstream.
b. Preeklampsia Berat
1. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
2. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
3. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .
4. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium.
5. Terdapat edema paru dan sianosis.

2.7 MANIFESTASI KLINIK


Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam urutan : pertambahan berat badan
yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada pre eklampsia
ringan tidak ditemukan gejala – gejala subyektif. Pada pre eklampsia berat didapatkan sakit
kepala di daerah prontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau
muntah. Gejala – gejala ini sering ditemukan pada pre eklampsia yang meningkat dan
merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan tim Tes Diagnostik.
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
1. Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk
wanita hamil adalah 12-14 gr% )
2. Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )
3. Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )
2) Urinalisis
1. Ditemukan protein dalam urine.
3) Pemeriksaan Fungsi hati
1. Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
2. LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
3. Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
4. Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45 u/ml)
5. Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31 u/l)
6. Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
4) Tes kimia darah
1. Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
b. Radiologi
1) Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat,
aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
2) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.

2.9 PENATALAKSANAAN
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat
selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi : 
a. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan
medisinal. 
1. Perawatan aktif 
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan
pemeriksaan fetal assesment (NST dan USG). Indikasi : 
a. Ibu 
• Usia kehamilan 37 minggu atau lebih 
• Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi
konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan
darah atau setelah 24 jam perawatan medisinal, ada gejala-gejala status quo
(tidak ada perbaikan) 
b. Janin 
• Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG) 
• Adanya tanda IUGR (janin terhambat) 
c. Laboratorium 
• Adanya “HELLP Syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar,
trombositopenia) 

2. Pengobatan mediastinal 
Pengobatan mediastinal pasien preeklampsia berat adalah : 
a. Segera masuk rumah sakit. 
b. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital perlu diperiksa setiap 30 menit, refleks
patella setiap jam. 
c. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125 cc/jam)
500 cc. 
d. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam. 
e. Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4). 
1. Dosis awal sekitar 4 gr MgSO4) IV (20% dalam 20 cc) selama 1 gr/menit
kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti segera 4
gram di pantat kiri dan 4 gr di pantat kanan (40% dalam 10 cc) dengan jarum
no 21 panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan xylocain 2%
yang tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM. 
2. Dosis ulang : diberikan 4 gr IM 40% setelah 6 jam pemberian dosis awal lalu
dosis ulang diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak
melebihi 2-3 hari.
3. Syarat-syarat pemberian MgSO4 
• Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10% 1 gr (10% dalam
10 cc) diberikan IV dalam 3 menit. 
• Refleks patella positif kuat. 
• Frekuensi pernapasan lebih 16 x/menit. 
• Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/KgBB/jam)
4. MgSO4 dihentikan bila : 
• Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, refleks fisiologis
menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan
selanjutnya dapat menyebabkan kematian karena kelumpuhan otot
pernapasan karena ada serum 10 U magnesium pada dosis adekuat adalah
4-7 mEq/liter. Refleks fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter.
Kadar 12-15 mEq/liter dapat terjadi kelumpuhan otot pernapasan dan > 15
mEq/liter terjadi kematian jantung.
• Bila timbul tanda-tanda keracunan MgSO4 :
- Hentikan pemberian MgSO4
- Berikan calcium gluconase 10% 1 gr (10% dalam 10 cc) secara IV
dalam waktu 3 menit
- Berikan oksigen
- Lakukan pernapasan buatan
• MgSO4 dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan sedah terjadi
perbaikan (normotensi).
f. Deuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah
jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg IM.
g. Anti hipertensi diberikan bila :
1. Desakan darah sistolik > 180 mmHg, diastolik > 110 mmHg atau MAP lebih
125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolik <105 mmHg (bukan
< 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta.
2. Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.
3. Bila diperlukan penurunan tekanan darah secepatnya dapat diberikan obat-obat
antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang dapat
dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infus atau press disesuaikan dengan
tekanan darah.
4. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet antihipertensi
secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali. Bersama dengan
awal pemberian sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral
(syakib bakri,1997)
h. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan
medisinal.
1. Indikasi : bila kehamilan paterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda
inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.
2. Pengobatan medisinal : sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan
aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan IV, cukup intramuskular saja
dimana gram pada pantat kiri dan 4 gram pada pantat kanan.
3. Pengobatan obstetri :
a. Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti
perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.
b. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda preeklampsia
ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.
c. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan
medisinal gagal dan harus diterminasi.
d. Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dulu
MgSO4 20% 2 gr IV.
4. Penderita dipulangkan bila :
a. Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda preeklampsia ringan dan
telah dirawat selama 3 hari.
b. Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan preeklamsia ringan :
penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai preeklampsia ringan
(diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu).
BAB III
TINJAUAN KASUS

FORMAT PENGKAJIAN INTRANATAL CARE

No. Medrec : 635287

Tanggal pengkaji : 28 April 2016

Waktu Pengkaji : 07.00 WIB

I. PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF (S)

A. Biodata
Nama Klien : Ny. J Nama Suami : Tn. A
Umur : 18 th Umur : 27 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Suku bangsa : Sunda Suku bangsa : Sunda
Golongan darah : B Golongan darah : -
Status perkawinan : Nikah Status kawin : Nikah
Alamat rumah : Cibuaya Alamat : Cibuaya

B. Keluhan
Ibu mengaku hamil 9 bulan mengeluh mulas-mulas sejak pukul 05.00 WIB disertai keluar
air- air dari jalan lahir. Tidak ada pengeluaran lendir bercampur darah. Ibu masih merasakan
pergerakan janin. Ibu mengaku memiliki tekanan darah tinggi sebelum hamil.

C. Riwayat Kehamilan Sekarang


G2P1A0
HPHT : 01-08-2015 TP : 08-05-2017 Usia Kehamilan : 38 minggu 1 harI
D. Riwayat Kehamilan Dan Persalinan Yang Lalu

No Tahun JK Jenis Berat H/ Nifas


Penolong
. Lahir Persalinan Lahir M Lohea Laktasi Infeksi
1. 2014 P Normal Bidan 2500 M Normal ASI Eks Tdk Ada

E. Aktivitas Sehari – Hari


1. Diet
a. Nutrisi
 Terakhir makan : 06.00 WIB
 Jenis makanan yang dikonsumsi : Roti
 Makanan yang dipantang : Tidak Ada
 Alergi terhadap makanan : Tidak Ada
b. Hidrasi
 Terakhir minum : 07.00 WIB
 Jenis minuman : Air putih
 Banyaknya minum : ± 200 cc
2. Istirahat dan Tidur
 Malam terakhir : Kurang tidur
 Masalah : Tidak bisa tidur karena merasakan mulas-
mulas dan tidak dapat tidur nyenyak
3. Personal Hygience
 Mandi terakhir : Sore hari (27 April 2016/ 16.30 WIB)
 Gosok gigi terakhir : Sore hari (27 April 2016/ 16.30 WIB)
 Ganti Pakaian dalam terakhir : 05.05 WIB
4. Aktivitas seksual
 Kapan hubungan seksual terakhir : 2 bulan yang lalu
 Keluhan : Kurang nyaman, libido menurun
5. Eliminasi
a. BAK
 Terakhir kali BAK : 05.00 WIB
 Banyaknya : Banyak
 Keluhan : Tidak ada
b. BAB
 Terakhir kali BAB : Kamis / 16.45 WIB
 Banyaknya : Sedang
 Konsistensi : Lunak
 Keluhan : Susah BAB

II. PENGKAJIAN DATA OBJEKTIF (O)


A. Keadaan Umum: Baik Kesadaran: Compos Mentis Status emosional: Stabil
B. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 150/100 mmHg Nadi : 84 x/menit, regullar
Respirasi : 24 x/menit, regullar Suhu : 36,5 ˚C
C. Pemeriksaan Fisik
 Muka
Inspeksi
- Oedema : Tidak oedema
- Pucat atau tidak : Tidak pucat
Palpasi
- Oedema : Tidak ada oedema
 Mata
Inspeksi
- Konjungtiva : Merah muda
- Sklera : Putih
 Bibir
Inspeksi
- Pucat : Tidak pucat
- Keadaan : Lembap
- Stomatitis : Tidak ada stomatitis
 Leher
Inspeksi
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran kelenjar tyroid, dan
pembesaran vena jugularis.
 Dada
Payudara
Inspeksi
- Simetris : Ya
- Benjolan : Tidak ada
- Hyperpigmentasi : Ada
- Retraksi : Tidak ada
- Puting susu : Menonjol
- Lecet : Tidak ada
- Kelainan : Tidak ada
Palpasi
- Benjolan : Tidak ada
- Colostrum : Ada
- Pembengkakan KGB Axila : Tidak ada
 Abdomen
Inspeksi
- Bentuk perut : Membesar tidak sesuai usia kehamilan
- Sikatrik bekas luka operasi : Tidak ada
- Striae : Ada
- Hyperpigmentasi : Ada
Palpasi
- TFU : 33 cm
- Leopold I : Fundus teraba 2 jari di bawah px. Teraba bagian lunak dan
tidak melenting.
- Leopold II : Kanan : Teraba keras memanjang ada tahanan
Kiri : Teraba bagian- bagian kecil janin
- Leopold III : Teraba keras, bulat dan tidak bisa digoyangkan.
- Leopold IV : Divergent
- Perlimaan : 3/5
- TBJ : (33-11)x155 = 3410 gram
- Penilaian His
Frekuensi : 4x/10 menit Interval His : 1 menit Durasi His : 40 detik
Intensitas : Sering
Auskultasi
- DJJ
Frekuensi : 145 x/menit Kekuatan : Kuat Regularitas : Reguler
 Ekstremitas atas
Inspeksi
- Bentuk : Simetris kiri dan kanan
- Oedema : Tidak ada oedema
- Kuku : Bersih dan pendek
Palpasi
- Oedema : Tidak ada oedema
- Capilary refill : Kembali < 2 detik
 Ekstremitas bawah
Inspeksi
- Bentuk : Simetris kiri dan kanan
- Oedema : Tidak oedema
- Varises : Tidak varises
Palpasi
- Oedema : Tidak oedema
- Varises : Tidak varises
- Capilarry refill : Kembali < 2 detik
Perkusi
- Refleks patella : + /+
 Genetalia Luar
- Kebersihan : Bersih
- Keadaan vulva : Tidak ada kelainan
- Varises : Tidak ada
- Pengeluaran : Ada, keluar air – air berwarna jernih.
- Luka perineum : Tidak ada
Palpasi
- Oedema : Tidak ada
- Varises : Tidak ada
- Pembesaran kelenjar Bartolin : Tidak ada
- Pengeluaran : Ada, keluar air – air berwarna jernih
Pemeriksaan dalam
- Vulva vagina : Tidak ada kelainan
- Portio : Portio teraba tipis dan lunak
- Pembukaan : 8 cm
- Keadaan ketuban : Rembesan berwarna jernih
- Presentasi : Kepala
- Denominator : Ubun- ubun kecil depan
- Molase : 0 (tidak ada)
- Turunnya bagian terendah janin : Hodge II
- Bagian lain yang teraba : Tidak ada
 Anus
- Haemoroid : Tidak ada haemoroid interna dan eksterna

D. Pemeriksaan Laboratorium
- Darah : Hb : Dilakukan (Hasil belum ada)
- Urine : Protein : Dilakukan (Hasil belum ada)
Glukosa : Dilakukan (Hasil belum ada)

E. Pemeriksaan penunjang
USG : Tidak dilakukan Rontgen : Tidak dilakukan

III. ASSESMENT (A)

Diagnosa : Ibu G2P1A0 gravida 38 minggu 1 hari parturient kala 1 fase aktif
dengan PEB

Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala keadaan baik.

Diagnosa potensial : Eklamsi

Masalah potensial : Perdarahan

Antisipasi masalah potensial : kolaborasi dengan dr SpOg

IV. PLANNING (P)


1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik, pembukaan 8
cm dan ibu diharapkan akan bersalin ± 1 jam lagi.
Ibu mengerti dan terlihat senang terhadap informasi yang disampaikan oleh Bidan.
2. Memberikan dukungan emosional pada ibu.
Ibu terlihat senang dan lebih bersemangat.
3. Menganjurkan dan memberitahukan ibu posisi yang dapat membantu kepala turun lebih
cepat, misalnya tidur dengan posisi miring ke kiri.
Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan akan melakukan anjuran yang disarankan oleh
bidan yaitu ibu mengambil posisi miring berbaring ke kiri.
4. Menganjurkan pada ibu untuk menarik nafas dalam melalui hidung dan mengeluarkannya
melalui mulut secara perlahan-lahan saat ibu merasa mules.
Ibu mengerti dan dapat melakukannya secara mandiri.
5. Menganjurkan pada ibu, bila ibu merasakan kontraksi yang kuat dan keinginan seperti buang
air besar ibu dianjurkan untuk meneran dengan kepala diangkat dan melihat ke arah perut
dengan tidak mengangkat bokong dan suara saat menran dan berhenti meneran jika tidak ada
kontraksi dan ibu dianjurkan beristirahat diantara kontraksi.
Ibu mengerti dan dapat melakukannya secara mandiri.
6. Memberitahu pada ibu dan keluarga untuk menyiapkan beberapa kain, pakaian bayi, handuk
untuk persalinan.
Ibu dan keluarga mengerti dan sudah menyiapkan segala kebutuhan yang dibutuhkan
7. Menawarkan kepada ibu siapa yang akan mendampingi selama proses persalinan.
Ibu mengerti dan ibu memilih kakaknya untuk mendampinginya selama proses persalinan.
8. Memberitahukan kepada ibu bila ibu ingin buang air kecil, ibu bisa langsung ke kamar
mandi bila ibu masih bisa berjalan atau menggunakan pispot. Serta menjelaskan kepada ibu
bahwa kandung kemih yang penuh dapat menghambat kontraksi uterus.
Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan ibu memilih menggunakan pispot untuk BAK
9. Menawarkan ibu untuk minum teh manis hangat atau makan sebelum dimulainya proses
persalinan, untuk menambah tenaga ibu untuk meneran.
Ibu mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan dan ibu memilih untuk minum teh manis
10. Menyiapkan partus set sebagai persiapan untuk menolong persalinan.
Partus set sudah disiapkan.
11. Memantau DJJ, kontraksi uterus dan nadi setiap 30 menit sekali dan memantau pembukaan
serviks dan tekanan darah 4 jam sekali, serta suhu 2 jam sekali.
Hasil terlampir di partograf atau bila ada indikasi.
KALA II

Tanggal :28 April 2016 Jam : 08.15 WIB

I. DATA SUBJEKTIF
Keluhan utama : ibu mengatakan mulas yang semakin kuat seperti ingin BAB dan ingin
meneran
II. DATA OBJEKTIF
A. Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Compos Mentis Keadaan emosional : Stabil
B. Tanda – tanda vital
TD : 150/100 mmHg Nadi: 84 x/mnt Suhu: 36 oC Respirasi: 24x/mnt
C. His
Durasi : >45 detik, Frekuensi : 4x/10 menit, Interval : 1 menit, Kekuatan : Kuat, sering
D. DJJ : 143 x/mnt, Reguler
E. Pemeriksaan dalam
 Vulva/vagina : tidak ada kelainan
 Portio : tidak teraba
 Pembukaan : lengkap
 Keadaan Ketuban : rembasan
 Warna : jernih
 Presentasi : kepala
 Denominator : UUK depan
 Turunnya bagian terendah janin : Hodge IV
 Bagian lain yang teraba : Tidak ada

III. ASSESSMENT (A)

Diagnosa :Ibu G2P1A0 gravida 38 minggu 1 hari parturient kala II dengan PEB

Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala keadaan baik.

Masalah Potensial : Perdarahan

Antisipasi Masalah Potensial : Kolaborasi dengan dr SpOg


IV. PLANNING
1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa pembukaan sudah lengkap dan ibu
dapat meneran saat ada kontraksi.
Ibu mengerti dan mengikuti anjuran sesuai yang disarankan
2. Menyiapkan diri dan peralatan persalinan serta posisi pasien.
Peralatan serta posisi sudah disiapkan.
3. Memimpin ibu untuk mengedan jika ada his.
Ibu dipimpin mengedan ketika ada his.
4. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran.
Ibu dan keluarga cukup membantu dan kooperatif saat dipimpin mengedan.
5. Meminta bantuan keluarga untuk membantu ibu mengambil posisi untuk meneran.
Keluarga membantu ibu mengambil posisi serta ibu sudah dalam posisi untuk meneran
6. Melakukan pimpinan saat ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran.
Ibu sudah dipimpin mengedan.
7. Memasang handuk bersih untuk mengeringkan bayi pada perut ibu.
Saat kepala bayi terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm.
8. Mengambil kain bersih, melipat 1/3 bagian dan meletakkannya dibawah bokong ibu.
Kain bersih sudah diletakkan.
9. Membuka partus set dan menggunakan sarung tangan steril.
10. Melindungi perineum dengan tangan kanan saat sub oksiput tampak dibawah syimpisis
dengan dialasi lipatan kain dibawah bokong ibu, sementara tangan kiri menahan puncak
kepala agar tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat saat kepala lahir.
Perineum sudah dilindungi.
11. Saat kepala telah lahir seluruhnya, periksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
Tidak ada lilitan pada leher janin.
12. Menunggu hingga kepala melakukan putaran paksi luar, lalu tempatkan tangan secara
biparietal. Kepala janin dapat dilahirkan tetapi tetap berada dekat vulva.
13. Membuat episiotomi yang cukup luas untuk mengurangi obstruksi jaringan lunak dan
memberi ruangan yang cukup untuk tindakan.
14. Menganjurkan kepada ibu untuk mengambil posisi berbaring terlentang, mintalah ibu
untuk menekuk kedua tungkainya dan mendekatkan lututnya sejauh mungkin kearah
dadanya. Meminta bantuan asisten untuk menekan fleksi kedua lutut ibu ke arah dada.
15. Dengan memakai sarung tangan steril, lakukan tarikan yang kuat dan terus menerus ke
arah bawah pada kepala janin untuk menggerakkan bahu anterior dibawah simfisis pubis.
Mintalah seorang asisten untuk melakukan tekanan secara simultan ke arah bawah pada
daerah suprapubis untuk membantu persalinan bahu.
16. Saat bahu anterior lahir, segera lahirkan bahu posterior dengan cara menarik secara hati-
hati ke arah atas. Bahu sudah lahir seluruhnya.
17. Setelah bahu lahir. Tangan kanan dipindahkan ke bawah dan langsung menyangga
kepala, leher dan bahu bagian posterior dengan posisi ibu jari pada bahu dan dada,
sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu janin bagian anterior saat badan dan
lengan lahir. Setelah itu tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong dan tungkai
bawah bayi untuk memegang tungkai bawah.
18. Memegang bayi bertumpu pada lengan tangan sedemikian rupa hingga bayi menghadap
ke arah penolong. Menilai keadaan bayi saat lahir, letakkan bayi diatas perut ibu.
Jam : 08.15 WIB
Anak lahir : Spontan
Jenis kelamin : Perempuan
Menangis : Spontan
Warna kulit : Kemerahan
Tonus Otot : Aktif
19. Segera bebaskan jalan nafas dengan menghisap menggunakan dili. Setelah itu segera
lakukan rangsangan taktil sampai bayi menangis. Keringkan bayi, membungkus kepala
dan badan bayi, kecuali bagian talipusat. Bayi sudah dikeringkan.
20. Setelah mengeringkan bayi, jepit tali pusat menggunakan umbilikal klem 2-3 cm dari
umbilikus bayi, melakukan urutan pada tali pusat dan memasang klem kedua dengan
jarak 2 cm dari klem pertama dan memotong tali pusat diantara kedua klem
Tali pusat telah terpotong
21. Setelah memotong tali pusat, ganti pembungkus bayi dengan kain kering dan bersih,
membungkus bayi hingga kepala, tempatkan klem diluar pembungkus bayi.
bayi telah dibungkus
22. Setelah membungkus bayi, melakukan inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayinya, yaitu
dengan cara meletakkan bayi tengkurap ke dada kiri ibu dengan skin to skin agar bayi
mencari puting susu sendiri selama 30 menit.
Inisiasi menyusui dini (IMD) telah dilakukan.
KALA III

Tanggal :28 April 2016 Jam : 08.20 WIB

I. DATA SUBJEKTIF
Keluhan utama : ibu masih merasa sedikit mulas dan lemas setelah melahirkan
II. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : baik Kesadaran : compos mentis Keadaan emosional : stabil
2. Tanda-tanda Vital
TD : 140/100 mmHg Nadi : 82 x/mnt
Suhu : 36,6oC Respirasi : 23 x/mnt
3. Uterus
o TFU : setinggi pusat
o Kontraksi : baik dan konsistensi keras
o Bayi ke 2 : tidak ada
4. Keadaan kandung kemih : kosong
5. Tanda- tanda pelepasan plasenta :
o Uterus membulat : ada
o Semburan darah tiba-tiba : ada
o Tali pusat memanjang : ada

III. ASSESSMENT (A)

Diagnosa : Ibu P2A0 parturient kala III dengan PEB

Masalah Potensial : Perdarahan

Antisipasi Masalah Potensial : Kolaborasi dengan dr SpOg

IV. PLANNING (P)


1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayi sudah lahir dan sekarang akan
mengeluarkan plasenta.
Ibu mengerti dengan pemberitauan bidan
2. Memberitahu ibu akan disuntik oksitosin 10 unit.
Ibu telah diberitahu akan disuntik.
3. Menyuntikan oksitosin 10 unit secara IM pada 1/3 atas paha kanan bagian luar.
Oksitosin sudah disuntikan secara IM pada 1/3 paha kanan bagian luar.
4. Memindahkan klem pada tali pusat berjarak 5-10 cm dari vulva.
Klem sudah dipindahkan dengan jarak 5-10 cm.
5. Meletakkan tangan kiri atas shympisis, menahan bagian bawah uterus, sementara tangan
kanan memegang tali pusat dengan jarak 5-10 cm dari vulva.
6. Saat uterus kontraksi, memegang tali pusat dengan tangan kanan sementara tangan kiri
menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorso cranial.
7. Jika dengan penegangan tali pusat terkendali uterus membulat, semburan darah tiba-tiba
dan tali pusat terlihat bertambah panjang, minta ibu meneran sedikit sementara tangan
kanan menarik tali pusat ke arah bawah kemudian sesuai kurve jalan lahir hingga
plasenta tampak pada vulva.
8. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila
perlu pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah jarum jam untuk
membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
9. Segara setelah plasenta lahir, melakukan massage uterus pada fundus uteri dengan
menggosok fundus secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga
kontraksi uterus baik maksimal 15 detik.
10. Periksa bagian maternal dan fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan
bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan memasukkan ke
dalam kantong plastik yang tersedia. Lepaskan klem dan tempatkan di wadah. Setelah
dilakukan pemeriksaan plasenta telah lahir dengan lengkap.
11. Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perenium. Lakukan penjahitan bila
laserasi menyebabkan perdarahan.

Waktu plasenta lahir : 08.20 WIB

 Jumlah kotiledon : lengkap


 Selaput ketuban : utuh
 Insersi tali pusat : sentralis
 Diameter : 20 cm
 Tebal : 2 cm
 Panjang tali pusat : 50 cm
 Keadaan tali pusat : baik, 2 arteri 1 vena
 Kelainan plasenta : tidak ada
 Infrak : tidak ada
 Perdarahan : ± 150 cc
 Kontraksi : kuat
KALA IV

Tanggal : 28 April 2016 Jam : 08.35 WIB

I. DATA SUBJEKTIF
Keluhan utama : ibu merasa lemas dan senang atas kelahiran bayi nya.
II. DATA OBJEKTIF
- Keadaan Umum: Baik Kesadaran : Compos mentis Keadaan emosional : Stabil
- Tanda-tanda Vital
TD : 150/100 mmHg Nadi : 82 x/mnt
Suhu : 36,6oC Respirasi : 22 x/mnt
- Plasenta : Lengkap
- TFU : 4 jari diatas pusat
- Keadaan kandung kemih : Penuh Jumlah : 250 cc
- Jumlah perdarahan : 75 cc
- Keadaan perineum : Utuh
- Kontraksi : Baik dan konsistensi keras
III. ASSESMENT (A)
Diagnosa : Ibu P2A0 parturient kala IV dengan PED
Masalah : Perdarahan
Antisipasi masalah potensial : Kolaborasi dengan dr SpOg

IV. PLANNING (P)


1. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan penjahitan pada perineum ibu dan menganjurkan
ibu untuk menggigit kain apabila terasa sakit. Terlihat luka robekan di kulit perineum,
Ibu terlihat cemas dan melakukan anjuran yang diberikan bidan.
2. Melakukan penjahitan pada robekan perineum.
Penjahitan luka perineum sudah dilakukan.
3. Melanjutkan pemantauan terhadap kontraksi uterus, tanda perdarahan pervaginam dan
tanda vital ibu. 2 – 3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan, setiap 15 menit pada
jam pertama, setiap 30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
Observasi telah dilakukan
4. Mengajarkan ibu dan keluarga untuk memeriksa atau merasakan uterus yang memiliki
kontraksi baik dan mengajarkan melakukan masase uterus apabila kontraksi tidak baik.
Ibu dan keluarga mengerti dan dapat melakukannya.
5. Mengevaluasi kembali jumlah perdarahan yang terjadi. Jumlah perdarahan yang normal
adalah ± 50 cc.
6. Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir dan darah serta memakai pembalut.
Ibu terlihat bersih dan nyaman
7. Merendam semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % selam 10 menit dan
mensterilkan alat. Alat- alat sudah terendam dan sudah di sterilkan.
8. Membuang bahan – bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang disediakan.
Bahan-bahan yang terkontaminasi sudah dibuang.
9. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5 %.
Tempat persalinan telah dibersihkan dengan larutan klorin.
10. Mengganti sarung tangan yang kotor dengan sarung tangan yang bersih.
11. Membawa bayi ke ruangan bayi untuk dilakukan pemeriksaan fisik, pemberian vitamin K
( Neo K) segera setelah lahir, salep mata,dan dibungkus dengan kain parnel. Bayi sudah
dilakukan pemeriksaan dan sudah dibungkus dengan kain pernel, bayi sudah merasa
hangat.
12. Penolong memakaikan gurita dan mengganti baju ibu dengan pakaian bersih dan kering.
Ibu terlihat nyaman.
13. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5 %. Melepaskan sarung tangan
ke dalam keadaan terbalik dan merendamnya kedalam larutan klorin 0,5 %. Sarung
tangan telah di cuci dan di rendam dalam larutan klorin.
14. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
15. Melengkapi partograf dan memeriksa tekanan darah. Partograf telah lengkap dan keadaan
ibu normal.
BAB IV
PENUTUP
4.1.    Kesimpulan
Faktor risiko pada preeklamsi dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu faktor risiko
maternal, faktor risiko medikal maternal, dan faktor risiko plasental atau fetal.
Sebab potensial yang mungkin menjadi penyebab preeklamsi adalah invasi
trofoblastik abnormal pembuluh darah uterus, intoleransi imunologis antara jaringan
plasenta ibu dan janin, maladaptasi maternal pada perubahan kardiovaskular atau
inflamasi dari kehamilan normal, faktor nutrisi, dan pengaruh genetik.
Anti hipertensi diberikan bila tekanan diastol mencapai 110 mmHg. Tujuan utama
pemberian obat anti hipertensi adalah menurunkan tekanan diastolik menjadi 90-100
mmHg.

4.2.    Saran
Pre-eklamsia berat memiliki beberapa faktor penyebab seperti faktor genetik namun
pelaksanaannya harus diawai dengan baik oleh tenaga kesehatan supaya dapat
ditanggulangi dan tidak terjadi eklamsia yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan
janin.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, dkk, editor, Kapita selekta kedokteran, jilid I. edisi ketiga. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI, 2001

Mochtar, MPH. Prof. Dr. Rustam. Synopsis Obstetri. Jilid I. edisi kedua EGC. Jakarta, 1998.

http://khuheimi.blogspot.co,/2006/08/preeklampsia dan eklampsi.html


Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri  jilid 1 edisi 2. EGC : Jakarta.
Sarwono P. 2006. Ilmu Kebidanan edisi 3. Bina Pustaka : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai