OLEH :
NAMA :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Penyusunan makalah ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Manajemen Strategik.
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai
“MANAJEMEN STRATEGIK MENUJU GOOD GOVERNANCE”. Dan
harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca dalam mempelajari Manajemen Strategik dalam bidang
kesehatan.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
MAKALAH..........................................................................................................................0
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. MANAJEMEN STRATEGIK SEKTOR PUBLIK........................................................2
B. GOOD GOVERNANCE................................................................................................4
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan manajemen strategi sektor publik ?
2. Apa yang dimaksud dengan Good governance?
3. Bagaimana cara menbangun Good governance?
4. Apa hubungan manajemen strategi dengan Good governance?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan manajemen strategi
sektor publik.
2. Unruk mengetahui apa yang dimaksud dengan Good governance.
3. Unruk mengetahui bagaimana cara menbangun Good governance.
4. Unruk mengetahui apa hubungan manajemen strategi dengan Good
governance.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
penekanan utamanya pada pencarian keuntungan atau laba dan tentunya
kelangsungan hidup organisasi melalui strategi dan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
3
5) Kerja sama perumusan kebijakan sektor publik ternyata rawan
solidaritasnya, sehingga seringkali terbengkalai saat
pengimplementasiannya.
B. GOOD GOVERNANCE
1. Good Governance Di Sektor Kesehatan
1) Pemerintah
2) Masyarakat
3) Kelompok pelaku usaha.
Hubungan antara ketiga komponen ini perlu dirinci agar terjadi tata aturan
yang baik dalam sistem. Indentifikasi peran dan hubungan antara lembaga
merupakan hal penting namun mungkin sulit dilakukan.
a. Kasus 1.
Setelah rumah sakit menjadi lembaga teknis daerah, kami sulit masuk
kerumah sakit. Sepertinya diriject. Jadi kami seperti jalan sendiri-sendiri.
Seksi RS di dinas sulit memeriksa RS dan kami tahu memeriksanya dengan
dasar apa?
4
karena ad dana dari pusat . Kami tidak kebagian RS seperti tempat
pembuangan sampah tenaga kerja manusia. Kami sama-sama tau diri jangan
sampai konflik. Tetap menjaga perasaan masing-masing.
b. Kasus 2.
c. Kasus 3.
5
C. MEMBANGUN GOOD GOVERNANCE
1. Good Governance
6
jawab (LAN), dan ada juga yang mengartikan secara sempit sebagai
pemerintahan yang bersih.
3. Istilah pemerintah (government) lebi berkaitan dengan lembaga yang
mengemban fungsi memerintah dan mengemban fungsi mengelola
administrasi pemerintah. Sedangkan tata pemerintahan (governance)
lebih menggambarkan pada pola hubungan yang sebaik-baiknya
antar elemen yang ada, yaitu pola hubungan antara pemerintah,
kelembagaan politik, kelembagaan ekonomi dan kelembagaan sosial
dalam upaya menciptakan kesepakatan bersama menyangkut
pengaturan proses pemerintahan. Hubungan yang diidealkan adalah
sebuah hubungan yang seimbang dan proposional antara empat
kelembagaan tersebut.
4. Dengan demikian cakupan tata pemerintahan (governance) lebih luas
dibandingkan dengan pemerintah (government), karena unsur yang
terlibat dalam tata pemerintahan mencakup semua kelembagaan
yang ada, termaksud didalamnya ada unsur pemerintah (goverment).
5. Hubungan antara pemerintah (government) dengan tata
pemerintahan (governance) bisa diibaratkan hubungan antara rumput
dengan padi. Jika kita hanya menanam rumput, maka padi tidak akan
tumbuh. Tapi kalau kita menanam padi maka rumput dengan
sendirinya akan juga turut tumbuh. Jika kita hanya ingin
menciptakan pemerintah (government) yang baik, maka tata
pemerintahan (governance) yang baik belum tentu tumbuh. Tapi jika
menciptakan tata pemerintahan (governance) yang baik, maka
pemerintah (government) yang baik juga akan terwujud.
7
Sedangkan dalam governance mengandung makna bagaimana cara suatu
bangsa mendistribusikan keuasaan dan mengelola sumber daya dan
berbagai masalah yang dihadapi masyarakat. Dengan kata lain, dalam
konsep governance terkandung unsur demokratis, adil transparan, rule of
law, partisipatif dan kemitraan. Mungkin definisi yang dirumuskan IIAS
adalah yang paling tepat menggambarkan makna tersebut yakni: “the
process where by elements in society wield power and authority, and
influence and enact policies and decisions concerning public life,
economic and social development.”
8
Konsep Good Governance dapat dijelaskan pula sebagai berikut:
Namun, hingga saat ini salah satu tuntutan pokok dari amanat reformasi
itupun belum terlaksana. Kebijakan yang tidak jelas, penempatan personal
yang tidak kredibel, serta kehidupan politik yang kurang berorientasi pada
kepentingan bangsa telah menyebabkan dunia bertanya apakah indonesia
memang serius melaksanakan Good Governance? Demikian dinyatakan
oleh Prof. Dr. Sofian Effendi.
Tidak perlu disanggah lagi bahwa indonesia masa depan yang kita cita-
citakan amat memerlukan Good Governance agar kita dapat
menyelenggarakan pemerintahan negara sesuai dengan praktik-praktik
yang diterima secara internasional. Namun, perumusan praktik-praktik
tersebut harus dilakukan secara hati-hati dan dengan sangat memerhatikan
budaya dan kondisi bangsa indonesia. Jangan terjadi, Indonesia kemudian
semakin terjerumus kedalam jebakan negara asing atau lembaga
internasional dalam pemilihan bentuk penyelenggaraan pemerintahan
9
negara, hubungan antara pusat dan daerah serta dalam pengelolaan
keuangan negara.
10
demokrasi dan HAM tersebut. Pada hal sesungguhnya tidak mungkin
praktik demokrasi disamakan, sebagaimana yang diungkapkan oleh
presiden RI, Susilo Bambang Yudoyono (SBY) dalam berbagai
kesempatan itu : “ Prinsip demokrasi memang bersifat universal akan
tetapi di setiap bangsa ada variannya yang berbeda.”
2. Budaya Organisasi
11
perilaku seseorang dalam melaksanakan kerja sehari-hari yang bermutu
dengan selalu berdasarkan nilai-nilai yang dianut, sehingga menjadi
motivator, member inspirasi untuksenantiasa berkerja lebih baik dan
memuaskan bagi semua pihak.
12
keunggulan korporasi, Djokosantoso Moelyono mendefinisikan budaya
organisasi sebagai: “ Sistem nilai yang diyakini oleh semua anggota
organisasi, yang dipelajari, diterapkan dan dikembangkan secara
berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem perekat dan dapat dijadikan
acuan berperilaku dalam organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan”.
13
a. Budaya mempunyai suatu peran pembeda antara orgnisasi yang
satu dengan yang lain.
b. Budaya orgnisasi membentuk suatu rasa identitas bagi anggota-
anggota organisasi.
c. Budaya organisasi memudahkan tumbuh berkembangnya
komitmen pada suatu yang lebih luas dari pada kepentingan
individual.
d. Budaya organisasi meningkatkan kemantapan system social
(Robbins, dalam Djokosantoso Moeljono, 2004).
14
berhubungan dengan atasan, rekan kerja maupun bawahan, bagaimana
menyelesaikan masalah dan lain sebagainya yang merupakan wujud
budaya yang khas bagi setiap organisasi ( diadaptasi dari Djokosantoso
Moeljono, 2004:41).
15
Selanjutnya Djokosantoso Moeljono menambahkan bahwa budaya
organisasi yang merupakan nilai-nilai yang diyakini secara umum dapat
berpengaruh terhadap perilaku kinerja individual serta untuk mencapai
tujuan jangka panjang organisasi maka kinerja organisasi secara
universal memerlukan daya dukung dalam bentuk empat pilar, yaitu:
16
menjungkir balikan pemerintah yang berkuasa, seperti yang sedang kita
alami selama beberapa tahun terakhir.
Organisasi yang ingin merubah budayanya harus berani menempuh
jalan yang tidak selalu lurus, dari kondisi stabil, melalui turbulence atau
bahkan chaos, untuk mencapai penyesuaian dengan nilai-nilai, norma-
norma, perilaku dan simbol-simbol budaya baru. Organisasi harus
disiapkan untuk selalu adaptif terhadap perubahan-peruban, harus berani
bereksperimen, harus berani gagal dan harus dapat menyesuaikan diri
dengan unsur-unsur budaya baru, yang diletakkan oleh pimpinan
organisasi.
Walaupun sudah dilakukan dengan komitmen yang tinggi serta
program yang benar, selalu ada resiko perubahan budaya organisasi tidak
berjalan seperti diharapkan, atau dalam kasus ekstrim bertentangan
dengan arah yang diinginkan.
17
persoalanya sekarang adalah bagaimana komitmen dan konsistensi semua
pihak dalam menerapkan semua peraturan yang berlaku.
18
Tiga tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Setiap
individu anggota organisasi awalnya tidak ingin berbuat salah. Ini dapat
terjadi disebabkan karena yang utama diawali adanya sanksi yang jelas
terhadap setiap pelanggaran nilai yang berarti adanya supremasi hukum.
Dalam semua ketentuan yang berlaku sebagai landasan pelaksanaan
tugas.
D. HUBUNGAN MANAJEMEN STRATEGIK DENGAN GOOD
GOVERNANCE
19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
20