Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
Dewasa ini promosi kesehatan (health promotion) telah menjadi
bidang yang semakin penting dari tahun ke tahun. Dalam beberapa tahun
terakhir, telah terjadi perkembangan yang signifikan dalam hal perhatian
dunia mengenai masalah promosi kesehatan. Penyelenggaraan promosi
kesehatan dilakukan dengan mengombinasikan berbagai strategi yang
tidak hanya melibatkan sektor kesehatan belaka, melainkan melalui
kerjasama dan koordinasi segenap unsur dalam masyarakat. Hal ini
didasari pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah suatu filosofi umum
yang menitikberatkan pada gagasan bahwa kesehatan yang baik
merupakan usaha individu sekaligus kolektif (1).
Bagi individu, promosi kesehatan terkait dengan pengembangan
program kebiasaan kesehatan yang baik sejak muda hingga dewasa dan
lanjut usia

(1)

. Secara kolektif, berbagai sektor, unsur, dan profesi dalam

masyarakat seperti praktisi medis, psikolog, media massa, para pembuat


kebijakan publik dan perumus perundang-undangan dapat dilibatkan
dalam program promosi kesehatan. Praktisi medis termasuk perawat
dapat mengajarkan kepada masyarakat mengenai gaya hidup yang sehat
dan membantu mereka memantau atau menangani risiko masalah
kesehatan tertentu. Para psikolog berperan dalam promosi kesehatan
lewat

pengembangan

masyarakat

bentuk-bentuk

mempraktikkan

perilaku

intervensi
yang

sehat

untuk

membantu

dan

mengubah

kebiasaan yang buruk. Media massa dapat memberikan kontribusinya


dengan menginformasikan kepada masyarakat perilaku-perilaku tertentu
yang berisiko terhadap kesehatan seperti merokok dan mengonsumsi
alkohol. Para pembuat kebijakan melakukan pendekatan secara umum
lewat penyediaan informasi-informasi yang diperlukan masyarakat untuk
memelihara dan mengembangkan gaya hidup sehat, serta penyediaan
sarana-sarana dan fasilitas yang diperlukan untuk mengubah kebiasaan
buruk masyarakat. Berikutnya, perumus perundang-undangan dapat

menerapkan aturan-aturan tertentu untuk menurunkan risiko kecelakaan


seperti misalnya aturan penggunaan sabuk pengaman di kendaraan (1).
Promosi kesehatan mencakup baik kegiatan promosi (promotif),
pencegahan

penyakit

(preventif),

pengobatan

(kuratif),

maupun

rehabilitasi. Dalam hal ini, orang-orang yang sehat maupun mereka yang
terkena penyakit, semuanya merupakan sasaran kegiatan promosi
kesehatan. Kemudian, promosi kesehatan dapat dilakukan di berbagai
ruang kehidupan, dalam keluarga, sekolah, tempat kerja, tempat-tempat
umum, dan tentu saja kantor-kantor pelayanan kesehatan. Dalam
melaksanakan program promosi kesehatan diperlukan suatu tahapan
yang sistematis guna pencapaian tujuan program yang ditetapkan.
Tahapan promosi kesehatan meliputi tahap pengkajian, perencanaan,
implementasi dan evaluasi hasil.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Promosi kesehatan
1. Definisi
Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah

merupakan

pengembangan dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini,


seperti

Pendidikan

kesehatan,

Penyuluhan

Kesehatan,

KIE

(Kominikasi, Informasi dan Edukasi). Promosi kesehatan atau


pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang
bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau
pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat

tentang

kesehatan semata, akan tetapi didalamnya terdapat usaha untuk


memfasilitasi dalam rangka perubahan peilaku masyarakat.
WHO merumuskan promosi kesehatan sebgai proses untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai derajat
kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial masyarakat
harus mampu mengenal, mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya,

serta mampu mengubah atau mengatasi ingkungannya. Dapat


disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah program-program
kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan),
baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan
lingkungannya.
Menurut Green, promosi kesehaan adalah segala bentuk
kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan
ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirangcang untuk memudahkan
perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Green juga
mengemukakan bahwa perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama,
yaitu :
a. Faktor

predisposisi

(predisposising

factors),

yang

meliputi

pengetahuan dan sikap seseorang.


b. Faktor pemungkin (enabling factors), yang meliputi sarana,
prasarana, dan fasilitas yang mendukung terjadinya perubahan
perilaku.
c. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor penguat
bagi

seseorang

masyarakat,

untuk

mengubah

undang-undang,

perilaku

seperti

peraturan-peraturan,

tokoh
surat

keputusan.
Berdasarkan Lawrence Green (1984), promosi kesehatan adalah
segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang
terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi yang dirancang untuk
memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi
kesehatan(2). Promosi kesehatan adalah upaya yang dilakukan
terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (3).
2. Sejarah
Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya
sudah mulai dicetuskan setidaknya pada era tahun 1986, ketika
diselenggarakannya konfrensi Internasional pertama tentang Health
Promotion di Ottawa, Canada pada tahun 1965. Pada waktu itu
dicanangkan the Ottawa Charter, yang didalamnya memuat definisi
serta prinsip-prinsip dasar Health Promotion. Namun istilah tersebut

pada waktu itu di Indonesia belum terlalu populer seperti sekarang.


Pada masa itu, istilah yang cukup terkenal hanyalah penyuluhan
kesehatan, dan disamping itu pula muncul dan populer istilah-istilah
lain seperti KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), Social
Marketing (Pemasaran Sosial), Mobilisasi Sosial dan lain sebagainya.
Suatu ketika pada tahun 1994, Dr.Ilona Kickbush yang pada
saat itu sebagai Direktur Health Promotion WHO Headquarter Geneva
datang melakukan kunjungan ke Indonesia. Sebagai seorang direktur
baru

ia

telah

berkunjung

kebeberapa

negara

termasuk Indonesia salah satunya. Pada waktu itu pula Kepala Pusat
Penyuluhan Kesehatan Depkes juga baru diangkat, yaitu Drs.
Dachroni, MPH., yang menggantikan Dr.IB Mantra yang telah
memasuki masa purna bakti (pensiun). Dalam kunjungannya
tersebut Dr.Ilona Kickbush mengadakan pertemuan dengan pimpinan
Depkes pada waktu itu baik pertemuan internal penyuluhan
kesehatan maupun eksternal dengan lintas program dan lintas sektor,
termasuk FKM UI, bahkan sempat pula Kickbush mengadakan
kunjungan lapangan ke Bandung.
Dari serangkaian pertemuan yang telah dilakukan serta
perbincangan

selama

kunjungan

lapangan

ke Bandung, Indonesia banyak belajar tentang Health Promotion


(Promosi Kesehatan). Barangkali karena sangat terkesan dengan
kunjungannya ke Indonesia kemudian ia menyampaikan suatu usulan.
Usulan itu diterima oleh pimpinan Depkes pada saat itu Prof. Dr.
Suyudi. Kunjungan Dr. Ilona Kickbush itu kemudian ditindaklanjuti
dengan kunjungan pejabat Health Promotion WHO Geneva lainnya,
yaitu

Dr.Desmonal

Byrne,

sampai

beberapa

kali,

untuk

mematangkan persiapan konfrensi jakarta. Sejak itu khususnya Pusat


Penyuluhan Kesehatan Depkes berupaya mengembangkan konsep
promosi kesehatan tersebut serta aplikasinya di Indonesia.
Dengan demikian penggunaan istilah promosi kesehatan
di indonesia tersebut dipicu oleh perkembangan dunia Internasional.

Nama

Unit

Health

Education

di

WHO

baik

di

Hoodquarter, Geneva maupun di SEARO, India juga sudah berubah


menjadi Unit Health Promotion. Nama organisasi profesi Internasional
juga mengalami perubahan menjadi International Union For Health
Promotion and Education (IUHPE). Istilah promosi kesehatan tersebut
juga ternyata sesuai dengan perkembangan pembangunan kesehatan
di Indonesia sendiri, yang mengacu pada paradigma sehat.
B. Teori perubahan prilaku
a. Teori S-O-R:
Perubahan perilaku didasari oleh: Stimulus Organisme Respons.
Perubahan

perilaku

terjadi

dgn

cara

meningkatkan

atau

memperbanyak rangsangan (stimulus). Oleh sebab itu perubahan


perilaku

terjadi

melalui

proses

pembelajaran

(learning

process). Materi pembelajaran adalah stimulus.


Proses perubahan perilaku menurut teori S-O-R :
- Adanya stimulus (rangsangan): Diterima atau ditolak
- Apabila diterima (adanya perhatian) mengerti (memahami) stimulus.
- Subyek (organisme) mengolah stimulus, dan hasilnya
Kesediaan untuk bertindak terhadap stimulus (attitude)
Bertindak (berperilaku) apabila ada dukungan fasilitas (practice)
b. Teori Dissonance : Festinger
Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya
keseimbangan antara sebab atau alasan dan akibat atau keputusan
yang diambil (conssonance). Apabila terjadi stimulus dari luar yang
lebih kuat, maka dalam diri orang tersebut akan terjadi ketidak
seimbangan

(dissonance).

Kalau

akhirnya

stilmulus

tersebut

direspons positif (menerimanya dan melakukannya) maka berarti


terjadi perilaku baru (hasil perubahan), dan akhirnya kembali terjadi
keseimbangan lagi (conssonance).
Rumus perubahan perilaku menurut

Festinger:

Terjadinya

perubahan perilaku karena adanya perbedaan elemen kognitif yang


seimbang dengan elemen tidak seimbang. Contoh: Seorang ibu hamil
memeriksakan kehamilannya terjadi karena ketidak seimbangan
antara keuntungan dan kerugian stimulus (anjuran perikasa hamil).
c. Teori fungsi: Katz

Perubahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh sebab itu


stimulus atau obyek perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang
(subyek).
Prinsip teori fungsi:
- Perilaku merupakan fungsi instrumental (memenuhi kebutuhan
-

subyek)
Perilaku

lingkungan (bila hujan, panas)


Perilaku sebagai penerima obyek dan pemberi arti obyek (respons

terhadap gejala sosial)


Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam menjawab situasi.

merupakan

pertahanan

diri

dalam

mengahadapi

(marah, senang)
d. Teori Driving forces: Kurt Lewin
Perilaku adalah merupakan keseimbangan antara kekuatan
pendorong (driving forces) dan kekuatan penahan (restraining forces).
Perubahan perilaku terjadi apabila ada ketidak seimbangan antara
kedua kekuatan tersebut. Kemungkinan terjadinya perubahanperubahan perilaku :
- Kekuatan pendorong meningkat, kekuatanpenahan tetap.
- Kekuatan pendorong tetap, kekuatan penahan menurun.
- Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun
e. Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan)
Model perilaku ini dikembangkan pada tahun 50an dan didasarkan
atas partisipasi masyarakat pada program deteksi dini tuberculosis.
Analisis terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat pada program tersebut kemudian dikembangkan sebagai
model perilaku. Health belief Model didasarkan atas 3 faktor esensial :
- Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka
-

menghindari suatu penyakit atau memperkecil risiko kesehatan.


Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya

merubah perilaku.
Perilaku itu sendiri.

Ketiga

faktor

diatas

dipengaruhi

oleh

faktor-faktor

lain

yang

berhubungan dengan kepribadian dan lingkungan individu, serta


pengalaman berhubungan dengan sarana dan petugas kesehatan.
C. Need Assessment (Identifikasi Masalah)
D. Perencanaan program :
1. Metode promosi kesehatan

Metode promosi kesehatan merupakan salah satu faktor yang


mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal.
Semua metode akan baik bila digunakan secara tepat yaitu sesuai
dengan kebutuhan(4). Metode dan teknik promosi kesehatan adalah
suatu kombinasi antara cara-cara atau metode dan alat bantu atau
media yang digunakan dalam setiap pelaksanaan promosi kesehatan.
Pada garis besarnya hanya ada dua jenis metode dalam promosi
kesehatan, yaitu :
a. Metode satu arah (One Way Method)
Menitikberatkan pendidik yang aktif, sedangkan pihak sasaran
tidak diberi kesempatan untuk aktif. Metode ini meliputi : metode
ceramah, siaran melalui radio, pemutaran film, penyebaran
selebaran, pameran.
b. Metode dua arah (Two Way Method)
Pada metode ini terjadi komunikasi dua arah antara pendidik dan
sasaran.

Metode

ini

meliputi

wawancara,

demonstrasi,

sandiwara, simulasi, curah pendapat, permainan peran (role


playing) dan tanya jawab. Berdasarkan jumlah sasaran, motode
yang dapat digunakan antara lain :
- Kelompok besar (lebih dari 15 orang), metode yang baik untuk
-

kelompok besar ini adalah eramah, demonstrasi dan seminar.


Kelompok kecil (kurang dari 15 orang), metode yang baik
untuk metode ini adalah : diskusi kelompok, curah pendapat
(brain storing), memainkan peran (roleplay).

Salah satu program kesehatan adaah kegiatan promotif dengan


memberikan penyuluhan. Adapun metode penyuluhan adalah
metode ceramah, demonstrasi dan praktik.
-

Ceramah : merupaka suatu cara dalam menerangkan dan


menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan
kepada sekelompok sasaran disertai tanya jawab sehingga

memperoleh informasi tentang kesehatan.


Demonstrasi : merupakan suatu cara untuk menunjukkan
pengertian, ide dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah
dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana

cara
-

melaksanakan

suatu

tindakan,

adegan

dengan

menggunakan alat peraga.


Praktik : merupakan cara untuk melihat tindakan yang
dilakukan seseorang apakah sudah sesuai dengan yang
diinstruksikan.

Berdasarkan sasarannya, metode dan teknik promosi kesehatan


dibagi menjadi 3, yaitu :
-

Metode promosi kesehatan individual : digunakan jika antara


promotor

kesehatan

dan

sasaran

atau

kiennya

dapat

berkomunikasi lagsung, baik bertatap muka maupun melalui


-

sarana komunikasi lainnya, misalnya konseling.


Metode promosi kesehatan kelompok : metode ini dibedakan
menjadi 2, yaitu : metode dan teknik promoasi kesehatan kecil
misalnya diskusi keompok, bermain peran, dll ; dan metode
dan teknik promoasi kesehatan untuk kelompok besar
misalnya metode ceramah yang diikuti atau tanpa diikuti

dengan tanya jawab seminar.


Metode promosi kesehatan massa : metode yang sering
digunakan adalah ceramah umum misalnya di lapangan
terbuka dan tempat-tempat umum ;penggunaan media massa
eektronik seperti radio dan telivisi dengan bentuk talkshow,
dialog interaktif dan simulasi ; dan penggunaan media cetak

seperti koran, majalah, buku, leaflet, poster dll.


Penggunaan media luar ruang misalnya billboartd, spanduk,

umbul-umbul, dan lain-lain(3).


2. Media promosi kesehatan
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan
sebagai alat bantu promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar,
diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan
oenyebarluasan informasi. Media promosi kesehatan adalah semua
saranana atau upaya menampilkan pesan atau informasi yang ingin
disampaikan oleh komunikator, baik melalui media cetak, elektronika,
dan media luar ruang, sehingga pengetahuan sasaran dapat

meningkat dan akhirnya dapat mengubah perilaku ke arah positif


terhadap kesehatan(3).
Alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan
papan tulis dengan foto dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan
alat peraga, baik secara kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang
harus diperhatikan, yaitu alat peraga harus mudah dimengerti oleh
masyarakat sasaran dan ide atau gagasan yang terkandung
didalamnya harus dapat diterima oleh sasaran.

Penggolongan Media Kesehatan


Media dapat digolongkan menjadi dua, berdasarkan bentuk umum
penggunaan dan berdasarkan cara produksi.

1. Berdasarkan bentuk umum penggunaan.


-

Bahan bacaan : modul, buku rujukan/bacaan, leaflet majalah,


buletin, tabloid, dan lain-lain.

Bahan peragaan : poster tunggal, poster seri, flip chart,


transparansi, slide, film, dan lain-lain.

2. Berdasarkan cara produksi


-

Media cetak. Media cetak yaitu suatu media statis dan


mengutamakan pesan-pesan visual. Pada umumnya terdiri atas
gambaran sejumlah kata, gambar, atau foto dalam tata warna.
Contohnya poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar
balik, stiker, dan pamflet. Fungsi utamanya adalah memberi
informasi dan menghibur.

Media elektronik. Media elektronik aitu suatu media bergerak,


dinamis, dapat dilihat, didengar, dan dalam menyampaikan
pesannya melalui alat bantu elektronika. Contohnya televisi, radio,
film, kaset, CD, VCD, DVD, slide show, CD interaktif, dan lain-lain.

Media luar ruang. Media luar ruang yaitu suatu media yang
penyampaian pesannya di luar ruang secara umum melalui media
cetak dan elektronik secara statis. Contohnya papan reklame,
spanduk, pameran, banner, TV layar lebar, dan lain-lain.

Jenis atau Macam Media

Alat-alat peraga dapat dibagi dalam empat kelompok besar :


1. Benda asli.
Benda asli adalah benda yang sesungguhnya, baik hidup maupun
mati. Jenis ini merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah
dan cepat dikenal serta mempunyai bentuk atau ukuran yang tepat.
Kelemahan alat peraga ini tidak selalu mudah dibawa kemana-mana
sebagai alat bantu mengajar. Termasuk dalam alat peraga, antara lain
benda sesungguhnya (tinja dikebun, lalat di atas tinja, dan lain-lain),
spesimen (benda yang telah diawetkan seperti cacing dalam botol
pengawet, dan lain-lain), sampel (contoh benda sesungguhnya untuk
diperdagangkan seperti oralit, dan lain-lain).
2. Benda tiruan
Benda tiruan memiliki ukuran yang berbeda dengan benda
sesungguhnya. Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat
peraga dalam promosi kesehatan karena benda asli mungkin
digunakan (misal, ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat,
dan lain-lain). Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam
bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik, dan lain-lain.
3. Gambar atau media grafis
Grafis secara umum diartikan sebagai gambar. Media grafis
adalah penyajian visual (menekankan persepsi indra penglihatan)
dengan penyajian dua dimensi. Media grafis tidak termasuk media

elektronik. Termasuk dalam media grafis antara lain, poster, leaflet,


reklame, billboard, spanduk, gambar karikatur, lukisan, dan lain-lain.
Media grafis adalah penyajian visual dua dimensi yang dibuat
berdasarkan unsur dan prinsip rancangan gambar dan sangat
bermanfaat. Media grafis sangat efektif sebagai media penyampaian
pesan. Beberapa media grafis adalah:
-

Poster. Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan


gambar-gambar dengan sedikit kata-kata. Poster merupakan
pesan singkat dalam bentuk gambar dnegan tujuan memengaruhi
seseorang agar tertarik atau bertindakan pada sesuatu.

Leaflet. Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan


dengan kalimat-kalimat singkat, padat, mudah dimengerti, dan
gambar-gambar yang sederhana. Leaflet atau sering juga disebut
pamflet merupakan selembar kertas yang berisi tulisan cetak
tentang suatu masalah khusus untuk sasaran dan tujuan tertentu.
Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentang
suatu masalah, misalnya deskripsi pengolahan air ditingkat rumah
tangga, deskripsi tentang diare serta pencegahannya, dan lainlain. Isis harus bisa ditangkap dnegan sekali baca. Leaflet dapat
diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan-pertemuan
dilakukan seperti pertemuan Focus Group Discussion (FGD),
pertemuan posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain.

4. Gambar Optik
Gambar optik mencakup foto, slide, film, dan lain-lain.
-

Foto. Foto sebagai bahan untuk alat peraga digunakan dalam


bentuk album ataupun dokumentasi lepasan. Album merupakan
foto-foto yang isinya berurutan, menggambarkan suatu cerita,
kegiatan, dan lain-lain. Album ini bisa dibawa dan ditunjukkan

kepada

masyarakat

sesuai

dengan

topik

yang

sedang

didiskusikan.
-

Slide. Slide pada umumnya digunakan untuk sasaran kelompok.


Penggunaan slidecukup efektif karena gambar atau setiap materi
dapat dilihat berkali-kali dan dibahas lebih mendalam. Slide sangat
menarik, terutama bagi kelompok anak sekolah dibanding dengan
gambar, leaflet, dan lain-lain.

Film. Film merupakan media yang bersifat menghibur, disamping


dapat menyisipkan pesan-pesan yang bersifat edukatif. Sasaran
media ini adalah kelompok besar dan kolosal.

F. Implementasi program
Tahap

implementasi

atau

pelaksanaan

adalah

tindakan

penyelesaian yang diperlukan untuk memenuhi tujuan yakni untuk


mencapai

kesehatan

pelaksanaan

dari

yang

rencana

optimal,
perawatan

implementasi
terhadap

merupakan

perilaku

yang

digambarkan dalam hasil individu yang diusulkan. Pemilihan intervensi


keperawatan tergantung pada beberapa faktor:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Hasil yang diinginkan klien


Karakteristik dari diagnosa keperawatan
Penelitian yang berkaitan dengan intervensi
Kelayakan pelaksanaan intervensi
Penerimaan intervensi oleh individu
Kemampuan perawat(5).
Promosi Kesehatan ini dapat diimplementasikan dalam berbagai

tatanan,

yaitu

pengorganisasian

sebagai
dan

berikut:

Promosi

kesehatan

pengembangan

melalui

masyarakat.

Pelaksanaan Promosi Kesehatan di masyarakat adalah sebagai berikut:


a. Persiapan Pelaksanaan, dalam tahapan ini pelaksana menyusun
jadwal ulang apabila dalam melaksanakan kegiatan tidak sesuai lagi
dengan kondisi terkini, menyusun organisasi pelaksanaan promosi
kesehatan, berdasar atas rencana yang telah disusun, mendapatkan

media komunikasi yang diproduksi oleh Dinas Kesehatan (apabila


ada).
b. Fasilitasi, petugas promkes melaksanakan pelatihan kepada LKM
(seksi kesehatan) melalui pelatihan sambil bekerja (on the job
training), agar mampu melaksanakan kegiatan promosi kesehatan,
kemudian melakukan pemantauan terhadap perkembangan hasil.
c. Implementasi Kegiatan, merupakan tahap pelaksanaan kegiatan
pelatihan yang berkaitan dengan promosi kesehatan.
Tahap Monitoring dan Evaluasi

Melihat

pencapaian

apakah

sesuai

target

Begitu banyak perhatian dapat ditujukan untuk tujuan-tujuan, isi,


strategi, dan metode program promosi keperawatan sehingga
'proses' pelaksanaan sering kali diabaikan. Parkinson (1982)
mengklasifikasikannya dengan tiga pendekatan :
a. The pilot approach. Ini adalah langkah pertama yang penting
dalam melaksanakan program promosi kesehatan. Green
(1986) menyebutnya sebagai site response, yaitu mendapatkan
umpan balik dari para peserta yang terlibat dalam program,
serta dari staf perencana, pada kualitas program dalam semua
dimensi-dari bahan-bahan pendidikan (misalnya, pamflet atau
menampilkan

dari

kelayakan

staf

yang

dipilih

untuk

menyampaikan program. Umpan balik yang berharga dari fase


pilot ini juga dikenal sebagai proses evaluasi, evaluasi dari
suatu proses termasuk kedalam fase pelaksanaan.
b. The phased-in approach. Hal ini terjadi ketika program tersebut
dilaksanakan di berbagai tempat, daerah atau wilayah. Sebuah
program percontohan mungkin menghasilkan proses evaluasi
yang positif, dan atau evaluasi mungkin telah menghasilkan
penyesuaian program. Keputusan ini kemudian dibuat untuk
membuat atau memfasekan program tersebut menjadi berbagai
pengaturan dari waktu ke waktu karena keterbatasan sumber
daya, kebutuhan akan bahan-bahan yang lebih tepat, atau
timelinenya.

c. Immediate implementation of the total program. Program yang


telah efektif di masa lalu, atau program yang mempunyai
pendekatan yang standar, sering diimplementasikan secara
totalitas.
Secara keseluruhan suatu pendekatan pilot pada setiap
program yang baru dikembangkan adalah suatu keharusan.
Pendekatan ini berfungsi untuk melibatkan komunitas Anda
dalam desain, proses evaluasi dan pelaksanaan, sehingga
memastikan komitmen dari masyarakat itu sendiri(6).
F. Evaluasi program
Tahap evaluasi pada promosi kesehatan pada dasarnya
memiliki

kesamaan

dengan

tahap

evaluasi

pada

proses

keperawatan secara umum. Didalam tahapan evaluasi hal penting


yang harus diperhatikan adalah standar ukuran yang digunakan
untuk dijadikan suatu pedoman evaluasi. Standar ini diperoleh dari
tujuan dan hasil yang diharapkan diadakannya suatu kegiatan
tersebut. Kedua standar ini selalu dirumuskan ketika kegiatan
ataupun tindakan keperawatan belum diberikan. Selain itu, dalam
tahapan evaluasi juga dilakukan pengkajian lagi yang lebih
dipusatkan pada pengkajian objektif dan subjektif klien atau objek
kegiatan setelah dilakukan tindakan promosi kesehatan.
BAB III
KESIMPULAN

Daftar Pustaka
1. Taylor T.M.D, 2003, Medical ethics, Penerbit Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
2. Green, Lawrence W., Marchel W Kreuter, 1999, Health Promoting
Planning an Educational and Environmental Aproach, Second Edition,
Mayfield Publishing Company: Mountain View. 1999.
3. Notoatmodjo, S, 2005, Metodologi penelitian kesehatan, Rineka Cipta,
Jakarta.

4. Notoatmodjo, S, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku-Perilaku,


Rineka Cipta , Jakarta.
5. Carpenito L.J dan Moyet, 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Penerbit EGC , Jakarta.
6. Parkinson, 1982, Health Promotion in The Work Place, California :
Mayfield Publishing Company.

Anda mungkin juga menyukai