Anda di halaman 1dari 5

A.

KEBIJAKAN
 Penerapan manajemen keadaan darurat di Perusahaan PT. Jaya Textile didasarkan
Kebijakan dan Komitmen yang tinggi Manajemen Perusahaan.
 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER. 02/MEN/1983 tentang Instalasi Alarm
Kebakaran
 Kebijakan Manajemen Keadaan Darurat merupakan bagian dari SMK3 yayng diterapkan
oleh Perusahaan PT. Jaya Textile.
 Standart ISO 9001, ISO 14001, OHSAS 18001
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER. 15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan
Pertama pada Kecelakaan di Tempat Kerja
 Kepmenaker No. KEP. 186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di
Tempat Kerja
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No PER.o5/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

B. IDENTIFIKASI KEADAAN DARURAT


Perkembangan dunia industri, selain mampu memberikan nilai positif, ternyata juga
mampu menyumbangkan dampak negatif bagi stabilitas keamanan, keselamantan dan kesehatan
kerja. Di setiap tempat kerja, seringkali kita temui berbagai macam kondisi yang tak pernah luput
dari risiko bahaya. Setiap industri memiliki potensi akan terjadinya bahaya dan kecelakaan kerja.
Namun demikian peraturan telah meminta agar setiap industri mengantisipasi dan meminimalkan
bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan atau terancamnya keselamatan seseorang baik yang
ada dalam lingkungan industri itu sendiri ataupun bagi masyarakat di sekitar industri. Hal-hal
yang menjadi permasalahan yang berkaitan dengan potensi bahaya kecelakaan kerja pada
industri tekstil.
Seiring dengan itu, hal ini akan berdampak pula pada timbulnya keadaan darurat
(emergency). Melihat adanya pengaruh dari berbagai sumber bahaya yang ada, maka PT. Jaya
Textile sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dibidang Tekstil menyadari benar akan
pentingnya penerapan sistem pengendalian keadaan darurat (sistem tanggap darurat) secara
menyeluruh. Namun masih terjadi kecelakaan akibat kerja maupun penyakit akibat kerja pada
perusahaan.
Berdasarkan data perusahaan, telah terjadi kasus kebakaran sebanyak 7 kasus dari tahun
2006 hingga bulan Maret 2020 dengan rincian sebagai berikut : tahun 2006 sebanyak 1 kasus,
tahun 2009 sebanyak 2 kasus, tahun 2010 sebanyak 1 kasus, tahun 2013 sebanyak 1 kasus, dan
tahun 2015 hingga 2020 bulan Maret telah terjadi 2 kasus.
Rata-rata kebakaran yang terjadi diakibatkan oleh usia mesin yang sudah tua namun tetap
digunakan secara terus menerus karena proses produksi yang terus dilakukan. Dampak yang
dihasilkan akibat kebakaran tersebut yaitu hilangnya waktu produksi antara 2 hari hingga 1
bulan, yang otomatis akan mengurangi beban listrik yang seharusnya dihasilkan sehingga
menyebabkan pemadaman listrik di bebragai daerah. Kerusakan mesin harus diperbaiki ataupun
diganti dengan mesin yang baru, serta kerugian materi yang mencapai ratusan juta hingga
milyaran rupiah. Berbagai bentuk bahaya yang mungkin terjadi pada peristiwa kebakaran adalah
a. Bahaya Panik
Panik sering terjadi yang dapat menyebabkan luka-luka bahkan kematian seperti terinjak atau
melompat dari jendela yang berada di ketinggian tertentu. Situasi akan lebih sulit dikendalikan
apabila melibatkan jumlah orang yang makin banyak, karena ketakutan seseorang dapat
mempengaruhi dan menambah panik orang lain.
b. Bahaya Asap
Penyebaran asap akan lebih cepat dibandingkan dengan menjalarnya api, oleh karena itu masalah
asap meurpakan hal yang perlu diperhatikan. Pengaruh bahaya yang dapat ditimbulkan karena
asap antara lain adalah orang yang terperangkap dalam ruangan yang oenuh asap dapat mati
karena kekurangan oksigen, gas asap sekalipun belum cukup tebal dapat mengganggu mata
sehingga sulit untuk melihat dan bahaya radiasi panas.
c. Bahaya Radiasi Panas
Pada saat terjadi kebakaran, panas yang ditimbulkan merambat dengan cara radiasi sehingga
benda-benda disekelilingnya menjadi panas. Akibatnya benda-benda tersebut menyala jika titik
nyalanya terlampaui.
d. Bahaya Gas Beracun
Adanya gas-gas berbahaya dan beracun menyebabkan iritasi, sesak nafas bahkan bersifat racun
yang mematikan. Gas beracun yang biasanya dihasilkan oleh proses kebakaran yaitu NHN,
NHO2, HCL, CO, CO2, dan lain-lain.
Menurut Iskandar (2008), salah satu aspek penting dalam penanggulangan kebakaran di
tempat kerja adalah penyediaan alat proteksi kebakaran aktif. Namun pada kenyataannya
penyediaan alat proteksi aktif sebagian tidak sesuai dengan standar, akibatnya jika terjadi
kebakaran dapat mengakibatkan kerugian baik fisik dan finansial.
Dampak Penyakit yang timbul dari Bahaya Kecelakaan Kerja pada Perusahaan PT. Jaya
Textile Industri Tekstil Pemintalan Benang adalah Byssinosis. Penyakit tergolong
pneumoconiosis yang penyebabnya terutama debu kapas kepada pekerja-pekerja dalam industri
textil. Penyakit ini berkaitan erat dengan pekerjaan blowing dan carding. Tetapi terdapat pula
pada pekerjaan-pekerjaan lainnya. bahkan dari permulaan proses (pembuangan biji kapas)
sampai kepada proses akhir (penenunan). Masa inkubasi rata-rata terpendek adalah 5 tahun bagi
para pekerja pada blowing dan carding. Bagi pekerja lainnya lebih dari waktu 5 tahun
(Suma’mur. 1993).
Berdasarkan data perusahaan, telah terjadi Penyakit Akibat Kerja sebanyak 13 kasus dari
tahun 2010 hingga bulan Maret 2020 dengan rincian sebagai berikut : tahun 2010 sebanyak 4
kasus, tahun 2013 sebanyak 1 kasus, tahun 2014 sebanyak 3 kasus, tahun 2015 sebanyak 1 kasus,
tahun 2016 hingga 2020 bulan Maret telah terjadi 4 kasus.
Berbagai macam penyakit yang timbul karena hubungan kerja pada Packing adalah
a. Pola/Potong, resiko bahaya adalah Jari tangan terpotong dan tersengat arus singkat.
b. Jahit, resiko bahaya adalah Jari terkena jarum, tersengat arus singkat, kebakaran.
c. Pasang kancing, resiko bahaya adalah Jari tergencet mesin kancing, tersengat arus singkat.
d. Setrika, resiko bahaya adalah Tersengat arus singkat, kebakaran serta Tergores dan bahaya
jatuhan, carding dan. Limbah aktual pada pekerjaan blowing dan carding masing-masing sebesar
3.5%   dan 2.5% sedangkan   tingkat   kebisingan   speed frame sebesar > 85 dB.
Penyakit Akibat Kerja dan Yang Berhubungan Dengan Pekerjaan
a) Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja ini mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan
pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang mudah diakui.
b) Penyakit yang berhubungann dengan pekerjaan – work related disease
Penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab, dimana faktor pada pekerjaan memegang
peranan bersama dengan faktor resiko lainnya dalam berkembangnya penyakit yang mempunyai
etiologi yang kompleks.
c) Penyakit yang mengenai populasi pekerja
Penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab di tempat kerja, namun
dapat diperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk bagi kesehatan.
d) Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja.
Berdasarkan SK Presiden No.22 tahun 1993, disebutkan berbagai macam penyakit yang timbul
karena hubungan kerja yaitu :
1) Pneumoconiosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentuk jaringan parut,yang
silikonsnya merupakan factor utama penyebab cacat dan kematian.
2) Penyakit paru dan saluran pernafasan (broncopulmoner) yang disebabkan oleh debu logam
keras.
3) Penyakit paru dan saluran pernafasan (broncopulmoner) yang disebabkan oleh debu kapas
vlas, henep, dan sisal (bissinosis).
4) Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitivisasi dan zat perangsang yang
dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
5) Aliveolitis alergika yang disebabkan oleh factor dari luar sebagai akibat dari penghirupan
debu organik.
6) Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun.
7) Penyakit yang disebabkan kadmium atau persenyawaannya yang beracun.
8) Penyakit yang disebabkan faktor atau persenyawaanya yang beracun
9) Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
10) Penyakit yang disebabkan oleh: mangan, arsen, raksa, timbal, fluor,benzena, derivat
halogen,derivat nitro,dan amina dari benzena atau homolognya yang beracun.

Anda mungkin juga menyukai