Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sosial budaya dapat dilihat sebagai pola dalam suatu wilayah lokal,

seringkali dipandang secara birokratis dan sesuatu yang terorganisir,

berkembang, berbudaya termasuk teori pemikiran sistem kepercayaan dan

aktivitas sehari-hari, hal ini dapat diterapkan dalam praktek keseharian.

Terkadang sosial budaya digambarkan menjadi suatu yang tidak dapat

ditangkap oleh akal sehat atau sesuatu diluar kemampuan panca indra

(Cicourel, 2013).

Perilaku sosial atau tingkah laku manusia (behavior) semata-mata

dipahami sebagai sesuatu yang ditentukan oleh sesuatu rangsangan (stimulus)

yang datang dari luar dirinya. Indifidu sebagai aktor tidak hanya sekedar

penanggap pasif terhadap stimulus tetapi menginterpretasikan stimulus yang

diterima itu. Masyarakat dipandang sebagai aktor kreatif dari realitas sosial,

sehingga perubahan sosialpun dapat terjadi dan akan berdampak pada aspek

lain khususnya interaksi sosial pada masyarakat (Rofiq A., 2008).

Interaksi sosial diatas yang diartikan sebagai hubungan-hubungan

sosial timbal balik yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-

orang secara perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun

antara orang dengan kelompok manusia dalam rangka mencapai tujuan

tertentu. Interaksi tersebut terjadi karena adanya saling mengerti maksud dan

tujuan masing-masing pihak dalam hubungan sosial. Rasa saling mengerti

dapat menjadikan interaksi yang dinamis antara satu pihak dengan pihak yang

1
2

lain, sehingga tujuan dari suatu program masyarakat akan dapat meningkatkan

kualitas hidup masyarakat itu sendiri (Pribadi, 2004).

Perkembangan dari suatu hubungan sosial dapat pula diterangkan

melalui tujuan-tujuan dari manusia yang melakukan hubungan sosial itu

dimana ketika ia mangambil manfaat dari tindakan memberikan perbedaan

yang menjadikan manfaat dari tindakan tersebut menjadi lebih dapat

dimanfaatkan untuk menjadi solusi dari permasalahan sosial. Masyarakat yang

menjadikan suatu aturan budaya sebagai solusi terbaik tanpa berfikir jernih

dalam menyelesaikan permasalahan tidak akan bertahan lama dalam

melakukan aktivitas sosial (Darwis, 2003).

Kebudayaan memiliki unsur yang sama dalam setiap kebudayaan di

dunia. Baik kebudayaan kecil bersahaja dan terisolasi maupun yang besar,

kompleks dan dengan jaringan hubungan yang luas. Kebudayaan sangat

mudah berganti dan dipengaruhi oleh kebudayaan lain, sehingga akan

menimbulkan berbagai masalah yang besar. Dalam suatu kebudayaan terdapat

sifat sosialis masyarakat yang didalamnya terdapat suatu ikatan sosial tertentu

yang akan menciptakan kehidupan bersama (Sulismadi & Sofwani, 2011).

Kebudayaan mencakup suatu pemahaman komprehensif yang

sekaligus bisa diuraikan dan dilihat beragam vairabel dan cara memahaminya.

Kebudayaan dalam arti suatu pandangan yang menyeluruh yang menyangkut

pandangan hidup, sikap dan nilai. Pembangunan kebudayaan dikaitkan

dengan upaya memperbaiki kemampuan untuk recovery, bangkit dari kondisi

yang buruk, bangkit untuk memperbaiki kehidupan bersama, bangkit untuk

menjalin kesejahteraan. Dalam hal inilah sosial budaya berperan untuk


3

memberikan solusi terbaik bagi beragam bidang kehidupan (Widianto &

Pirous, 2009).

Peran sosial budaya terhadap kesehatan masyarakat adalah dalam

membentuk, mengatur dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-

individu suatu kelompok sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan

kesehatan, sehingga sosial budaya mampu menjadi penentu kualitas kesehatan

masyarakat. Apabila suatu masyarakat terlalu terpaku pada sosial budaya

setempat, hal tersebut juga dapat mempengaruhi perilaku-perilaku kesehatan

di masyarakat (Jahidin et al. 2012).

Salah satu perilaku kesehatan masyarakat yang perlu menjadi

pertimbangan adalah mengambil keputusan dalam hal masalah kesehatan.

Membuat keputusan adalah suatu usaha yang melibatkan aktivitas berpikir

apabila membuat pilihan antara beberapa alternatif yang ada supaya pilihan

yang dibuat menjadi pilihan terbaik. Membuat keputusan adalah proses

membuat pilihan antara dua atau lebih alternatif yang saling bertentangan

yang mana akan menyulitkan orang yang membuat keputusan. Sehubungan

dengan itu pembuat keputusan perlu berpikir berdasarkan beberapa ciri-ciri

atau kriteria tertentu (Makhsin et al. 2006).

Menurut Sarwono (2004, dalam Julianto, 2009) mengemukakan

bahwa keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan itu ada tiga

komponen, yaitu (1) komponen predisposisi terdiri dari demografi, struktur

sosial dan kepercayaan masyarakat, (2) komponen enabling (pendukung) terdiri

dari sumber daya keluarga, (3) komponen need, merupakan komponen yang

paling langsung berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan. Dari tiga

komponen teori diatas dapat disimpulkan bahwa keputusan masyarakat dalam


4

memilih pelayanan kesehatan seharusnya dilakukan dengan pertimbangan

yang matang.

Pengambilan keputusan terkait penggunaan pelayanan kesehatan juga

dapat terjadi antara masyarakat dan pelaksana pembangunan yang akan

mengakibatkan pengaruh yang besar dalam pelaksanan kesehatan. Contohnya,

program keluarga berencana atau KB semula ditolak masyarakat. Mereka

beranggapan bahwa banyak anak banyak rezeki dan permasalahan itulah yang

saat ini masih banyak terjadi pada masyarakat Indonesia yaitu kesadaran sosial

yang kurang terhadap pentingnya memanfaatkan pelayanan kesehatan

(M.Setiadi et al. 2010).

Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Juliwanto (2008),

ditemukan 21,8 % dari sampel yang berjumlah 87 Ibu bersalin masih

menggunakan dukun bayi. Pemanfaatan pertolongan persalinan oleh tenaga

profesional di masyarakat masih sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh

faktor ibu seperti sikap terhadap pengambilan keputusan untuk

memanfaatkan tenaga ahli dalam pertolongan persalinan dan pengaruhnya

tidak lepas dari sosial budaya yang mendorong masyarakat untuk memilih

tenaga kesehatan walaupun tenaga kesehatan tersebut tidak memiliki jaminan

keselamatan.

Sedangkan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Gotsadze, et al.

(2005), didapatkan data hasil penelitian yaitu 67.5 % dari 2500 kepala keluarga

yang enggan untuk menggunakan fasilitas kesehatan. Masyarakat menganggap

bahwa menggunakan pelayanan kesehatan menjadi sebuah beban pada

masyarakat. Masyarakat yang kurang mampu lebih cenderung untuk mencari


5

solusi kesehatan dengan memanfaatkan fasilitas kesehatan daripada

masyarakat yang memang memiliki tingkat ekonomi yang lebih tinggi.

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan untuk

mempertinggi derajat kesehatan, dengan prioritas utama. Berkaitan dengan itu

perlu terus ditingkatkan berbagai upaya terutama untuk mendekatkan

pelayanan kesehatan pada masyarakat dengan mutu yang lebih baik serta

dengan memperluas cakupan pelayana kesehatan. Hal ini dilakukan agar

masyarakat lebih terdorong untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang

telah disediakan oleh pemerintah pusat sehingga angka morbiditas dan

mortalitas yang semakin meningkat dapat dicegah (Pasaribu, 2005).

Perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai persalinan

yang aman, risiko persalinan pada dukun bayi serta pentingnya pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan seperti bidan, mengadakan pendekatan

budaya dan adat istiadat setempat dalam penempatan bidan-bidan agar

mudah diterima dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Selain itu perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut dengan menggunakan variabel-variabel lainnya (Amilda

& Palarto 2010).

Dari studi pendahuluaan yang telah dilakukan peneliti pada bulan Juli

2014 di Dusun Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, peneliti

telah melakukan survei dan wawancara secara langsung kepada beberapa

warga dusun dan didapatkan data hasil dari 15 warga dimana 1 warga

mengalami keterbatasan transportasi, 2 warga masih menggunakan dukun

karena kepercayaan, 5 warga terhambat masalah ekonomi dan 5 warga

menggunakan fasilitas kesehatan yang telah disediakan pemerintah tetapi jika

sudah putus asa warga seterusnya mengandalkan jasa dukun.


6

Dusun Wonosari adalah salah satu dusun yang terdapat pada

Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang. Wilayah Desa Wonosari sering

juga disebut Desa Gunung Kawi oleh Masyarakat di luar Desa Wonosari

maupun warga Desa Wonosari Sendiri. Pada tahun 2014 Desa Wonosari telah

dijadikan daerah wisata Gunung Kawi. Hal ini memicu pembangunan desa

khususnya dalam bidang kesehatan, yaitu pembangunan fasilitas kesehatan

pemerintah seperti Rumah Sakit maupun Puskesmas.

Pembangunan fasilitas kesehatan ini diharapkan akan menjadi solusi

dari masalah kesehatan yang ada pada masyarat Desa Wonosari, tetapi

walaupun pembangunan fasilitas kesehatan telah terlaksana, masih banyak

masyarakat Desa Wonosari yang masih memanfaatkan dukun desa. Hal ini

dipicu oleh sosial budaya yang berada pada wilayah Desa Wonosari yang

masih kental akan kepercayaan nenek moyang, khususnya pada wilayah

Dusun Wonosari.

Sosial budaya terkait masalah kesehatan di daerah Dusun Wonosari

masih kental. Hal ini terlihat dari fasilitas kesehatan tradisional yang masih

terdapat di wilayah Dusun Wonosari. Seperti yang tertera pada hasil

wawancara diatas, sebagian masyarakat Dusun Wonosari juga masih memilih

dukun desa sebagai fasilitas kesehatan yang layak untuk dimanfaatkan.

Dari data yang telah didapatkan dan dari hasil studi pendahuluan

diatas, dapat disimpulkan bahwa pentingnya pelayanan kesehatan yang tepat

untuk kesehatan masyarakan dan menyadari pentingnya hal tersebut, maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan sosial budaya

terhadap pengambilan keputusan masyarakat dalam memilih pelayanan

kesehatan di Dusun Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang.


7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang

diusulkan adalah, apakah terdapat hubungan sosial budaya terhadap

pengambilan keputusan masyarakat dalam memilih pelayanan kesehatan

(studi di Dusun Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang)?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Secara Umum, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan sosial budaya terhadap pengambilan keputusan masyarakat dalam

memilih pelayanan kesehatan (studi di Dusun Wonosari, Kecamatan Wonosari,

Kabupaten Malang).

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi kondisi sosial budaya masyarakat di Dusun Wonosari,

Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang.

2. Mengidentifikasi pengambilan keputusan masyarakat dalam memilih

pelayanan kesehatan di Dusun Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten

Malang.

3. Menganalisis hubungan sosial budaya terhadap pengambilan keputusan

dalam memilih pelayanan kesehatan pada masyarakat di Dusun

Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan latar belakang rumusan masalah dan tujuan penulisan

yang hendak dicapai, maka manfaat yang diharapkan dari peneliti ini adalah :
8

1.4.1 Bagi peneliti

Untuk meningkatkan pengetahuan peneliti dan dapat memberikan

informasi tentang hubungan sosial budaya terhadap pengambilan keputusan

masyarakat dalam memilih pelayanan kesehatan.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat diharapkan mampu menambah pengetahuan tentang

hubungan sosial budaya yang berada pada wilayah masyarakat dan dapat

mengambil keputusan dalam memilih pelayanan kesehatan yang tepat.

1.4.3 Bagi Penyedia Pelayanan Kesehatan

Bagi penyedia pelayanan kesehatan diharapkan mampu untuk

memberikan pelayanan dan fasilitas pelayanan kesehatan secara maksimal.

1.4.4 Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi pihak

penyedia pelayanan kesehatan untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian-penelitian yang berhubungan dengan permasalahan ini

antara lain:

1.5.1 Nur Latifah Amilda & Budi Palarto (2010)

Nur Latifah Amilda dan Budi Palarto (2010) meneliti tentang faktor-

faktor yang berhubungan dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh

dukun bayi di Desa Banjar Sari, Kecamatan Gerabag, Kabupaten Magelang.

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah kwantitatif, yang dengan

desain Cross Sectional. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

wawancara menggunakan kuesioner. Perbedaan pada penelitian ini adalah


9

variabel dan pada sampelnya. variabel pada penelitian yang dilakukan oleh

Nur Latifah Amilda dan Budi Palarto hanya menggunakan satu variabel dan

sampelnya pada ibu-ibu yang melahirkan baik yang masih hidup ataupun yang

sudah mati. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan dua variabel dan

sampelnya adalah masyarakat yang masih menetap di Dusun Wonosari.

1.5.2 Samuel Pasaribu (2005)

Samuel Pasaribu (2005) meneliti tentang pengaruh faktor sosial

budaya dan sosial ekonomi terhadap pemeriksaan kehamilan di Desa Bandar

Sakti Puskesmas Rantau Laban Kota Tebing Tinggi. Jenis Penelitian ini

adalah penelitian survey analytic dengan pendekatan kwantitatif. Jumlah sampel

yang diwawancarai sebanyak 33 responden. Perbedaan ada pada variabel

dependen. Penelitian Samuel Pasaribu menggunakan variabel dependen yaitu

pemeriksaan kehamilan, sedangkan pada penelitian ini mengunakan variabel

dependen yaitu pemilihan pelayanan kesehatan.

1.5.3 Rr. Nurmalia Safitri (2012)

Rr. Nurmalia Safitri (2012). Penelitian yang dilakukan tentang faktor-

faktor yang berhubungan dengan niat untuk memilih pelayanan rawat inap di

Ruham Sakit Bogor Medical Center. Penelitian ini menggunakan analisis

bivarian dengan uji chi square dan pendekatan kwantitatif. Perbedaan pada

penelitian ini adalah variabel dan pada sampelnya. Penelitian Rr. Nurmalia

Safitri menggunakan satu variabel dan sampel diambil dari pasien rumah sakit.

Sedangkan pada penelitian ini mengguanakan dua variabel dan sampel diambil

dari warga Dusun Wonosari.

Dari keaslian penelitian yang telah disajikan diatas, peneliti dapat

menyimpulkan secara umum bahwa perbedaan yang terdapat pada penelitian-


10

penilitian diatas jika dibandingkan dengan penelitian yang akan dilakukan

lebih banyak terdapat pada variabel dan sampel. Hal ini dapat dilihat dari

penelitian-penelitian yang menggunakan sampel dan variabel yang berbeda

ataupun yang menggunakan lebih dari satu variabel.

Anda mungkin juga menyukai