Anda di halaman 1dari 7

KONSEP ISLAM DALAM PROMOSI KESEHATAN DAN

PENCEGAHAN PENYAKIT

Yang dibina oleh Ns.Sri Wahyuni. A. M.Kep., Sp.Kep.Kom

Oleh :
1. Destianti Tamara 1711011001
2. M. Tazul Mafakhir 1711011003
3. Nuna Riffe Magdalena 1711011004
4. Akhmad Ferdy F. 1711011006
5. Wida Nurholila 1711011007
6. Nila Nuraini 1711011009
7. Nike Chandra B. 1711011013
8. Aliyatunisa’ 1711011014
9. Siti zainiyah 1711011024
10. Tri Ucarin 1711011044

KELAS 4A

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
2019
A. Definisi Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan awalnya dicetuskan di Ottawa, Canada pada
tahun 1986 (dikenal dengan “Ottawa Charter”), oleh WHO promosi
kesehatan dijelaskan sebagai: “the process of enabling people to control
over and improve their health”. Definisi tersebut diaplikasikan ke dalam
bahasa Indonesia menjadi: “Proses pemberdayaan masyarakat untuk
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya”. Promosi
Kesehatan meliputi Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan, dan di pihak lain
Penyuluh/Pendidikan Kesehatan merupakan bagian penting (core) dari
Promosi Kesehatan. Promosi Kesehatan adalah upaya perubahan atau
perbaikan perilaku di bidang kesehatan disertai dengan upaya
mempengaruhi lingkungan atau hal-hal yang sangat berpengaruh terhadap
perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan.
Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif
(peningkatan) sebagai perpaduan dari upaya preventif (pencegahan),
kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya
kesehatan yang komprehensif. Promosi kesehatan, selain tetap
menekankan pentingnya pendekatan edukatif yang selanjutnya disebut
gerakan pemberdayaan masyarakat, juga perlu dengan upaya advokasi dan
bina suasana (social support). jika promosi kesehatan dalam dijalankan
dengan baik di lingkungan masyarakat, individu maupun keluarga maka
penyakit dapat dicegah dan penyakit masih bisa ditolerir untuk menyebar
ke individu lain.

B. Definisi Sehat menurut WHO dan Islam

Undang-undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan dinyatakan


bahwa kesehatan merupakan keadaan sehat baik secara fisik, mental, dan
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. WHO menyatakan sehat suatu
keadaan jasmaniah, mental, dan sosial yang baik tidak hanya tidak
berpenyakit atau cacat (Health is state of complete physical, mental and
social well being, not merely the absence of disease of infirmity).
Dapat diartikan secara bebas bahwa seorang itu dikatakan sehat
apabila memiliki tubuh jasmaniah yang tidak berpenyakit, gizi yang baik,
mental rohani yang tenang, tidak gelisah atau resah, mempunyai
kedudukan sosial yang baik, mempunyai sumber hidup dan rumah tempat
tinggal berlindung serta dihargai sebagai manusia
Pengertian sehat yang dikemukakan oleh WHO ini merupakan suatu
keadaan ideal, dari sisi biologis, psikologis, dan sosial sehingga seseorang
dapat melakukan aktifitas secara optimal. Difinisiyang dikemukakan oleh
WHO mengandung 3 karakteristik yaitu :
1. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia .
2. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal.
3. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif
C. Kesehatan dalam Al-Qur’an dan Hadist
Dalam islam, kesehatan termasuk hal utama. Aturan dalam Islam
mewajibkan untuk menjaga kebersihan bahkan kesehatan tubuh kita agar
terhindar dari segala penyakit. Hal ini didukung dengan kenyataan bahwa
banyak ayat Al-Qur’an dan hadist yang berkaitan dengan kesehatan. Salah
satu contohnya adalah wahyu kedua yang dibawakan Jibril, yaitu Ayat 1-5
Surat Al Mudatstsir. Wahyu tersebut belum mengenai shalat, puasa dan
zakat, tetapi perintah untuk berdakwah dan mengenai kesucian
(kebersihan) dan menjauhi kekotoran.

Artinya : Hai orang-orang yang berkemul (berselimut), bangunlah lalu


berilah peringatan!, dan Tuhanmu agungkanlah!, dan pakaianmu
bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu
memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak, dan
untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.

Pada ayat diatas sudah menjelaskan bahwa pangkal sehatlah yang


disinggung. Jadi tidaklah heran kalau kebersihan umumnya merupakan
salah satu kewajiban yang selalu diperintahkan Nabi Muhammad SAW
kepada para pengikutnya dan dijadikan sendi dasar dalam kehidupan
sehari-hari.

D. Promosi Kesehatan dan Pencegahan Penyakit dalam Perspektif Islam

1. Promosi Kesehatan dalam Perspektif Islam


Salah satu metode promosi kesehatan dalam Islam adalah
penyampaian ajakan hidup sehat melalui dakwah yang dilakukan oleh
para muballigh. Hal ini sesuai dengan firman Allah Q.S. Ali Imran 104
:
Artinya : Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf
dan mencegah dari munkar. Mereka itulah orang-orang yang
beruntung.

Promosi kesehatan merupakan suatu seruan untuk melakukan


kebajikan, karena kesehatan juga merupakan hal dasar yang harus
dimiliki seseorang agar bisa melakukan ibadah kepada Allah dengan
baik. Hal ini juga sesuai dengan hadist nabi yang bermakna
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat”. Promosi kesehatan
bukan hanya sekedar pendidikan atau penyuluhan kesehatan saja,
tetapi juga merupakan suatu proses pemberdayaan masyarakat untuk
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya. Berikut
adalah tuntunan kesehatan yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits
dalam upaya menjaga dan meningkatkan kesehatan masyarakat yang
dianjurkan oleh Islam :
a. Personal hygiene and sanitation (kebersihan perorangan dan
kesehatan lingkungan), yang meliputi kebersihan badan, tangan,
gigi, kuku dan rambut.
b. Epidemiologi (preventif penyakit menular) melalui karantina.
Preventif kesehatan, tidak memasuki suatu daerah yang terjangkit
wabah, mencuci tangan sebelum menjenguk orang sakit dan
sesudahnya, berobat ke dokter dan mengikuti semua petunjuk
preventif dan terapinya. Sabda nabi terkait epidemiologi antara
lain:
“Janganlah orang yang terkena suatu penyakit menularkan kepada
orang sehat”.
“Apabila kamu mendengar terjadinya suatu wabah (penyakit) pada
suatu daerah, maka janganlah kamu memasukinya dan apabila di
suatu daerah berjangkit itu, sedangkan kamu berada di dalamnya,
maka janganlah lari meninggalkannya”.
“Barang siapa berwudlu dan membaguskan wudlunya kemudian
menjenguk saudaranya yang sakit, ia akan dijauhkan dari neraka”.

c. Nutrition (Kesehatan makanan)


Islam berbicara makanan yang hendak dimakan selalu
menekankan kepada makanan yang memiliki salah satu dari sifat
halal dan thayyib. Ada empat ayat yang menggabungkan kedua
sifat tersebut yaitu dalam QS Al Baqarah/2;168, Al Maidah/5;88,
Al Anfal/8;89, dan An Nahl/16;114. Rangkaian kedua sifat (halal
dan thayyib) menunjukkan bahwa yang diperintahkan untuk
dimakan adalah yang memenuhi kedua syarat tersebut. Thayyib
yang sering dimaknai baik, dari segi bahasa berarti sesuatu yang
telah mencapai puncak di bidangnya dan karena itu “buah-buah”
surga juga dinamakan thayyibah. Dalam ilmu kesehatan kata
thayyib disejajarkan dengan kata bergizi.

d. Menu makanan
Makanan yang berfaedah terhadap kesehatan jasmani,
seperti tumbuhtumbuhan, daging binatang darat, daging binatang
laut, segala sesuatu yang dihasilkan dari daging, madu, kurma,
susu dan semua yang bergizi, seperti tersebut dalam QS An
Nahl/16;66 dan 69, QS Al Waqi’ah/56;68, QS Al Maidah/5;4.

e. Tata makanan.
Islam melarang berlebih-lebihan dalam hal makan (QS Al
A’raf/7;31), makan bukan karena lapar hingga kekenyangan, diet
ketika sakit, memerintahkan puasa agar usus dan perut besarnya
dapat bersistirahat dan tidak berbuka berlebih-lebihan atau
melapaui batas. Bahkan ditemukan celaan kepada orang yang
makan seperti binatang, sebagaimana dalam QS Muhammad/47;12
dan Al Shaffat/37;66.

f. Mengharamkan segala sesuatu yang berbahaya bagi kesehatan,


seperti bangkai, darah dan daging babi (QS Al Maidah/5;3).

g. Sex hygiene (kesehatan seks)


Meliputi hal-hal yang berkaitan dengan seks, embrio dan
perkembangannya, pendidikan seks, cara memilih istri bahkan
program pendidikan tentang hubungan seks yang aman. Juga
mengenai kebersihan seks, seperti mandi setelah bersetubuh,
istinja’ setelah kencing dan buang air besar, tidak menggauli isteri
ketika haid, diharamkan zina, homo seksual atau onani.

h. Mental dan psychic hygiene (Kesehatan mental dan jasmani)


Ajaran-ajaran untuk mencegah sebab terjadinya stres. Islam
mengajarkan percaya kepada Allah dan bersabar dalam
menghadapi berbagai penyakit yang kritis, tidak putus asa, bunuh
diri, kehilangan kepercanyaan atau dzalim. Islam juga melarang
semua benda yang dapat menghilangkan kesadaran dan
melemahkan intuisi, seperti khamar, NAPZA dan lain-lainnya.

i. Olah raga
Islam mendorong untuk memiliki ketrampilan dan olah
raga seperti menunggang kuda, renang, memanah, gulat dan
perlombaan dengan segala macam oleh raga yang bermanfaat.

j. Occupational medicine (Kesehatan kerja)


Jaminan untuk menjaga upah pekerja, petani atau pembantu
rumah tangga, menjaga buruh dari hal-hal yang membahayakan
dalam bekerja, mengganti kerugian terhadap musibah (kecelakan)
kerja, termasuk proses pengobatan, penyembuhan, tempat tinggal
yang sehat, batas jam kerja, uang lembur pada setiap penambahan
jam kerja dan memberikan upah sebelum kering keringatnya.

k. Maternal and child health (Kesehatan ibu dan anak)


Pemeliharaan kesehatan ibu secara umum, ibu yang sedang
hamil atau yang sedang menyusui khususnya, tidak membebani
dengan tugas-tugas yang berat sebagaimana laki-laki dan tidak
memberi tugas berperang di medan laga. Islam menganggap bahwa
menyusui anak merupakan bagian dari perjuangan dan sama halnya
dengan jihad kaum pria, sedangkan mati ketika sedang masa itu
sama dengan orang yang syahid di medan pertempuran. Demi
kesehatan anak dan untuk menjarangkan kelahiran, biasanya
menyusui dilakukan sepanjang dua tahun penuh.

2. Pencegahan Penyakit dalam Perspektif Islam


Pencegahan untuk menghindari datangnya penyakit. Penyakit yang
muncul sebagian besar karena adanya pelanggaran terhadap ajaran
Nabi. Diantara beberapa penyakit dapat dikelompokkan kedalam dua
jenis, yaitu penyakit Jasmani dan penyakit Rohani.
Penyakit Ruhani dibagi menjadi dua, yaitu penyakit syubhat yang
disertai keragu-raguan dan penyakit Syahwat yang disertai kesesatan.
Kedua hal itu disebutkan dalam Al-Qur’an. Berkenaan dengan
penyakit syubhat, Allah berfirman:

‫ﺽﺮَﻣ ْ ِﻢﻬِﺑ ُﻮﻠُﻗ ﻲِﻓ‬


َ ٌ ‫ﺿﺮَﻣ ُﻪَّﻠﺍﻟ ُﻢُﻫَﺩﺍَﺰَﻓ‬
َ ً‫َﻥﻮُﺑِﺬْﻜَﻳ ﻮﺍُﻧﺎَﻛ ﺎَﻤِﺑ ٌﻢﻴِﻟَﺃ ٌﺏﺍَﺬَﻋ ْﻢُﻬَﻟَﻭ ﺎ‬

Artinya: “Dalam hati mereka ada penyakit lalu ditambah Allah


penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka
berdusta”.

Adapun penyakit syahwat, Allah berfirman:

‫ﻝﻮَﻘْﻟﺎِﺑ َﻦْﻌَﻀْﺨَﺗ ﺎَﻠَﻓ َّﻦُﺘْ َﻴﻘَّﺗﺍ ِﻥِﺇ ِﺀ َﺎﺴِّﻨﺍﻟ َﻦِﻣ ٍﺪَﺣَﺄَﻛ َّﻦُ ْﺘﺴَﻟ ِّﻲِﺒَّﻨﺍﻟ َﺀﺎَﺴِﻧ ﺎَﻳ‬
ْ ِ ‫ﻄﻴَﻓ‬
َ ْ‫ﻱﺬَّﻟﺍ َﻊَﻤ‬
ِ ‫ِﻪِﺒْﻠَﻗ ﻲِﻓ‬
‫ﺎًﻓﻭُﺮْﻌَﻣ ﺎًﻟْﻮَﻗ َﻦْ ُﻠﻗَﻭ ٌﺽَﺮَﻣ‬

Artinya: “Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita


yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam
berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam
hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.”

Pencegahan Penyakit Rohani :


a. Ghodlotul Bashor (menahan Pandangan)
b. Mencintai Orang-Orang Mukmin
c. Selalu mengikuti Teladan Nabi Muhammad SAW
DAFTAR PUSTAKA

Chandra, Budiman. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan Komunitas. Jakarta :


EGC
Dirwan Suryo Soularto. 2010. Petunjuk Kesehatan Dalam Al-Qur’an dan As-
Sunnah. Disampaikan dalam “Kuliah Kedokteran Islam dalam blok-5
Regulasi dan Metabolisme semester II”, FK UMY, 06 April 2010.

Anda mungkin juga menyukai