0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
9 tayangan29 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang hukum Allah dalam Alkitab. Secara ringkas, hukum Allah meliputi 10 perintah Allah yang mengatur hubungan manusia dengan Allah dan sesama, serta berbagai hukum lain yang bersifat universal maupun khusus untuk bangsa Israel seperti hukum upacara dan sipil. Hukum Allah merupakan pantulan sifat Allah dan prinsip dasarnya adalah kasih.
Dokumen tersebut membahas tentang hukum Allah dalam Alkitab. Secara ringkas, hukum Allah meliputi 10 perintah Allah yang mengatur hubungan manusia dengan Allah dan sesama, serta berbagai hukum lain yang bersifat universal maupun khusus untuk bangsa Israel seperti hukum upacara dan sipil. Hukum Allah merupakan pantulan sifat Allah dan prinsip dasarnya adalah kasih.
Dokumen tersebut membahas tentang hukum Allah dalam Alkitab. Secara ringkas, hukum Allah meliputi 10 perintah Allah yang mengatur hubungan manusia dengan Allah dan sesama, serta berbagai hukum lain yang bersifat universal maupun khusus untuk bangsa Israel seperti hukum upacara dan sipil. Hukum Allah merupakan pantulan sifat Allah dan prinsip dasarnya adalah kasih.
The great principles of God’s law are embodied in the Ten
Commandments and exemplified in the life of Christ. They express God’s love, will, and purposes concerning human conduct and relationships and are binding upon all people in every age. These precepts are the basis of God’s covenant with His people and the standard in God’s judgment. Through the agency of the Holy Spirit they point out sin and awaken a sense of need for a Saviour. Salvation is all of grace and not of works, and but its fruitage fruit is obedience to the Commandments. This obedience develops Christian character and results in a sense of well-being. It is an evidence of our love for the Lord and our concern for our fellow human beings. men. The obedience of faith demonstrates the power of Christ to transform lives, and therefore strengthens Christian witness. (Exod. 20:1-17; Deut. 28:1-14; Ps. 19:7-14; 40:7, 8; Matt. 5:17-20; 22:36-40; John 14:15; 15:7-10; Rom. 8:3, 4; Eph. 2:8-10; Heb. 8:8-10; 1 John 2:3; 5:3; Rev. 12:17; 14:12.) HUKUM ALLAH DALAM ALKITAB 1. Kata-kata utk Hukum Kata yg paling umum utk hukum dalam PL adalah tôrāh yang berarti “direction” (arahan), “instruksi” atau “hukum.” Tôrāh juga merujuk pada keseluruhan instruksi Ilahi yg diberikan Allah kepada umatNya (Kej 26:5; Kel 16:4; Yes 1:10 dan 8:20). Mazmur 119 menggunakan beberapa kata yang menggambarkan hukum Allah: peringatan2 Nya (ay. 2) titah2Mu (ay. 4), ketetapan (ay. 5), perintah-Mu (ay. 6), semua kata2 ini digolongkan dalam satu konsep tôrāh, “keseluruhan (totalitas) pernyataan kehendak Allah.” Dalam kata tôrāh didalamnya termasuk hukum moral, seremonial, dan sipil orang Israel. Karena hukum Allah merupakan keseluruhan rencana keselamatan (Yes 42:4). Lima buku Musa (Pentateuch) sumber utama pengajaran, disebut Torah atau Hukum Allah (Neh 8:18; 9:3). Perjanjian Baru menggunakan kata Yunani nomos untuk tôrāh. Penggunakan kata nomos bervariasi, memantulkan pemahaman yang kaya dari kata tôrāh dalam bahasa Ibrani. Dalam penggunaannya nomos bisa merujuk pada Alkitab sebagai pernyataan kehendak Allah (Yoh 15:25), Pentateuch secara umum (Mat 7:12), atau Decalogue (Yakobus 2:10-12) atau hukum upacara (ceremonial law) (Kisah 15:1) 2. Jenis2 Hukum Materi hukum dalam Alkitab sangat luas, mencakup semua aspek kehidupan –kesehatan, makanan, seks, pekerjaan, kemasyarakatan, pemujaan, pemerintahan, dan bahkan hubungan lingkungan. Beberapa diantaranya dapat diterapkan secara universal, sementara yang lain hanya dapat diterapkan pada waktu dan tempat tertentu. Walaupun demikian, semuanya adalah tôrāh: instruksi Ilahi untuk umat Allah. a. Hukum yang bersifat tidak universal Hukum yg bersifat tidak universal ini diberikan kepd bangsa Israel, utk dituruti oleh warganya dan org asing yg bergabung dgn mereka. Huku sipil dan upacara ini tidaklah dimaksudkan utk dituruti oleh mereka yg bukan bagian umat Allah. Hukum upacara adalah aturan2 yg Allah gunakan utk mengajarkan rencana keselamatan melalui simbol2 dan praktek2 pengorbanan. Hukum ini sudah dipraktekkan segera setelah manusia jatuh ke dalam dosa (Kej 4:3-7). Setelah orang Israel keluar dari Mesir, hukum ini dicatat dalam buku Imamat, menggambarkan seluruh sistim ritual kaabah Israel. Hukum sipil diberikan Allah melalui Musa kepda bangsa Israel untuk mengatur kehidupan bermasyarakat. Hukum ini sebagian besar merupakan aplikasi universal dari prinsip2 yg terdapat pada bagian kedua dari 10 hukum Allah, yg menyangkut hubungan antara sesama manusia. Prinsip utama dari hukum sipil adalah keadilan dalam pelayanan umum dari para pemimpin dan hakim, dan kebenaran dalam segala tindakan dari umat perjanjian itu (Kel 23:1-9; Ul 16:18-20; Im 19:9-18). b. Hukum yg bersifat Universal Perhatian Allah kepd umat manusia dinyatakan dalam hukum yg diberikan utk dan dapat diterapkan utk semua manusia, dalam segala waktu dan segala situasi. Contoh2 dari hukum yg bersifat universal adalah: hukum alam, hukum kesehatan/makanan, hukum ttg seks, dan hukum moral (10 hukum). Semuanya ini penting sebagai materi sah Alkitab, ttp 10 hukum kita temukan suatu hukum yang unik yg menuntuk kehidupan moral semua manusia dalam segala tempat dan waktu. Sifat Hukum Moral
Tôrāh adalah inti/pusat pemikiran dan perbuatan
(praktek) dari orang Yahudi. Orang Israel tidak dapat memahami kehidupan atau diri mereka sendiri tanpa hukum. Bagi orang Yahudi sejarah mencapai puncaknya dalam tindakan Allah memberikan hukum. Tidak ada yang lebih besar dari hukum krn tidak ada yang membawa Allah sedemikian dekat kepada mereka seperti pernyataan kehadiraanya yang ajaib di sinai. Lebih lanjut, hukum ini membentuk sejarah orang Israel. Ada dua hal yang bekerja bersama-sama yang menjadikan orang Israel umat Allah: (1) pemilihan Allah kepda orang Israel (Ul 4:37; 7:7; 10:15; (2) pernyataan Allah yang luar biasa kepda seluruh bangsa (Kel 20). Isi dari pernyataan ini adalah hukum. Itulah sebabnya hukum pada saat yg sama adalah sebuah pemberian kasih karunia ilahi dan pernyataan kehendak Allah, menunjukkan bagaimana umatNya harus hidup. Hukum menunjukkan bahwa Allah memberikan diriNya kepda Israel utk menjadi Allah mereka dan memilih mereka menjadi milikNya (Kel 19:4- 6). Ini merupakan peristiwa yang bersifat moral, etikal, sosial dan monument penyembahan. Tetapi hukum bukanlah sebuah monumen yg ditegakkan pada suatu tempat tertentu, tetapi ini merupakan monumen hidup. Walaupun ditulis di batu, Allah ingin menanamkannya di dalam hati umatNya (Maz 37:30,31; Yer 31:33) agar ini dapat menuntun seluruh kehidupan dari setiap individu, dari segala bangsa dan bahkan semua umat manusia. Hukum bukan saja pernyataan kasih karunia dan kehendakNya tetapi juga pernyataan kesucianNya. Allah dapat mengajak umatnya hidup suci karena Dia suci (Im 19:2). Hukum mewakili tabiat Allah, kebenaran dan kesempurnaan, kebaikan dan kebenaranNya (Maz 19:8,9; 119:142, 172). Paulus menyebutnya “rohani” (Rom 7:14) dan menyatakan “Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik (ay. 12). Setiap pelanggaran hukum merupakan sebuah pemisahan dari Allah (Yes 59:2), dari Israel (Kel 12:15,19; Im 7:20,21,25,27), dan dari kehidupan itu sendiri (Kel 28:43; Ul 18:20). Ini berarti pemberontakan, kemurtadan dan kematian. Pola hidup yang dinyatakan Allah kepada anak-anakNya, zaman dulu dan sekarang, adalah sama: sebuah kehidupan moral yang benar. PL dan PB menyatakan dengan jelas, jalan yang Allah inginkan adalah sebuah bangsa yang kudus dan orang Kristen boleh menghidupkan: sebuah kehidupan yang benar, adil, mulia, suci, penurut, dan iman, sebuah kehidupan yang mengikuti prinsip2 Allah yg dinyatakan dalam hukum moral. Umatnya haruslah menghidupkan suatu kehidupan dengan tabiat moral yang sama dengan Allah. Sifat hukum itu: 1. Pantulan Tabiat pemberi Hukum itu (Maz 19:8,9; Rom 7:12; Maz 119:151,152, 172) 2. Hukum Moral (1 Yoh 3:4) 3. Hukum Rohani (Rom 7:14; Yoh 15:4; Gal 5:22,23; Kis 1:8; Maz 51:11-13; Yoh 15:5) 4. Sangat Luas (Maz 119:96) 5. Hukum yg positif 6. Hukum yg sederhana 7. Hukum Asas (Peng 12:13) 8. Hukum yang unik (Ul 5:22) 9. Hukum yang Menyenangkan (Maz 119:97,127,143; 1 Yoh 5:3) 10 Hukum Allah memberikan dua motivasi dasar saat memberikan 10 hukum Allah kepada Israel: (1) “Akulah Tuhan Allahmu; dan (2) Aku membawa engkau keluar dari tanah perbudakan (Kel 20:2; Ul 5:6) 10 hukum (Kel 20:1-17; Ul 5:6-21) terbagi menjadi dua bagian utama dan mencakup 5 hal. Dua bagian utama yg mempengaruhi semua hubungan: yg berhubungan dengan Allah (1-4) dan yg berhubungan dengan sesama manusia (5-10). 5 hal yang dicakup oleh 10 hukum adalah: Allah, kesucian, keluarga, kemanusiaan, dan bertetangga. 1. Allah (hukum 1,2) 2. Kesucian (hukum 3,4) 3. Keluarga (hukum 5,7) 4. Kemanusiaan (Hukum 6,8) 5. Bertetangga (hukum 9,10) Hukum adalah Pernyataan Tabiat Allah Hukum Allah, khususnya 10 hukum menyatakan tabiat Allah. Maz 102:25-27 Allah tetap sama Ibr 13:8 Kristus tetap sama kemarin, hari ini sampai selamanya Maz 19:8,9 “Taurat TUHAN itu sempurna, perintah TUHAN itu murni. Rom 7:12 kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik. Maz 119:172 segala perintah-Mu benar. 1 Yoh 4:8 Allah adalah kasih. Hukum merupakan Prinsip Dasar Kasih adalah prinsip dasar hukum moral. (Markus 12:28-30; Roma 13:8-10) Penurutan yg benar haruslah berasal dari hati dan roh melalui kasih. Maksud Hukum 1. Menyatakan kehendak Allah (Yak 2:10; Mat 19:17) 2. Basis Perjanjian Allah (Kel 20:1-24:8; Ul 9:9) 3. Standar Penghakiman (Peng 12:13,14; Yak 2:12) 4. Menunjukkan dosa (Yak 1:23-25; Rom 3:20; 1 Yoh 3:4; Rom 7:7) 5. Alat pertobatan (Maz 19:8; Gal 3:24) 6. Disediakannya Kebebasan yang sejati (Yoh 8:34; Maz 119:45; Yak 2:8; 1:25; Mat 11:29-30) 7. Mengekang Kejahatan dan Mendatangkan Berkat (Ams 14:34; 16:12; Maz 89:31-32; Ams 3:33) Ajaran Paulus tentang Hukum Paulus menggunakan kata “hukum” dalam berbagai cara. Merujuk pada Hukum Musa (Gal 4:21); merujuk pada keseluruhan PL (1 Kor 14:21); merujuk pada 10 Hukum (Rom 2:17-23; 7:7; 13:8- 10); atau merujuk pada satu hukum spesifik, misalnya hukum yang mengikat suami-istri (Rom 7:2). Dia juga menggunakan kata “hukum” nomos dalam bentuk kiasan, misalnya saat ia merujuk pada “hukum yg jahat (Rom 7:21) atau “hukum dosa” (Rom 7:26; 8:2; Gal 6:2). Arti sesungguhnya dapat dilihat dari konteks. Paulus tidak menggunakan kata “hukum” dalam bentuk plural; hukum pada dasarnya hanya satu, pernyataan kehendak Allah. Hukum, khususnya 10 hukum menyatakan mandat ilahi. Hukum adalah kehendak Allah yg hidup. “Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya.” (Rom 3:31). Melalui prinsip iman (hukum iman) orang percaya menuruti hukum(ay. 27). Jadi walaupun hukum itu baik dan benar (Rom 7:12) hukum tidak memberikan pembenaran ataupun keselamatan. Pembenarana hanya didapatkan melalui Yesus Kristus (Rom 5:1-10). Setiap orang yang mencoba utk menjadi benar melalui perbuatan sedang hidup “dibawah hukum Taurat,” bukan “dibawah kasih karunia.” (Rom 6:14). Penolakan Paulus akan hukum sebagai alat pembenaran bukanlah berarti dia menolak penurutan hukum olah seorang yg sudah dibenarkan yg sekarang sudah hidup dalam damai dengan Allah dan berjalan menurut Roh. Karena hanya melalui Kristuslah “tuntutan hukum digenapi di dalam kita yg tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh. (Rom 8:4). Bentuk penurutan seperti ini hanya mungkin dilakukan oleh seorang berdosa yang berada di dalam Kristus dan hidup dengan Dia melalau Roh oleh iman. Maksud Hukum Roma 7:5-12. Hukum tidak menjadikan seseorang berdosa. Dosa yang menjadikan seseorang berdosa. Hukum membuat kita mengenal dosa dan menyebabkan seorang berdosa sadar bahwa ia hidup di dalam dosa. Jika tidak ada hukum, dosa tetap ada, tetapi individu tidak akan memiliki perasaan bersalah. Hukum membawa perasaan bersalah. Perasaan bersalah diciptakan oleh dosa; hukum menjadikannya jelas kepada pikiran orang berdosa. Itulah sebabnya ayat 12 berkata “Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik. Kelihatan di sini Paulus sedang berbicara ttg 10 hukum (ay. 7). Orang berdosa tidaklah kudus, benar dan baik. Hukum menyalahkan dosa, tetapi Yesus membebaskan orang berdosa “dari hukum” oleh kematiannya; jadi org berdosa dapat “melayani Allah, menuruti hukumNya dalam hidup baru menurut Roh. Ay. 6. Maksud Hukum Galatia 3:19-29. Tujuan sistim Yahudi adalah seperti “Penjaga,” “tutor,” (paidagōgos) ay. 24. Paidagōgos bukanlah seorang guru (didaskalos) tetapi seorang budak yang mendampingi seorang anak ke sekolah, melindungi dia, menolong membawa barang2 sekolah, dan mengajarkan kepadanya hal-hal yang baik. Hukum atau keseluruhan sistim kehidupan Yahudi bukanlah berlawanan dengan janji ataupun lebih tinggi dari janji (ay. 21). Paidagōgos hamba dari janji, bukanlah tuan. Pada saat Kristus datang, janji kehidupan menjadi kenyataan (ay. 27,29). Itulah sebabnya sistim kehidupan orang Yahudi tidak dibutuhkan lagi (ay. 25). Tidak ada perbedaan antara org Yahudi dan bukan Yahudi. Yg ada hanyalah anak-anak keturunan dan pewaris Abraham, melalui iman. Hanya ada satu pola hidup, bukan yang berpusat pd “hukum” ttp pada “janji” yaitu Kristus. Jadi “hukum” di sini yg baru terbit 430 setelah Abraham (ay. 17) bukanlah hukum moral tetapi “the total Jewish system of life.” (Keseluruhan sistim kehidupan Yahudi). Hukum dan Kebebasan dalam buku Galatia Tema buku Galatia adalah kebebasan di dalam Kristus. Dalam buku Galatia Paulus menggunakan 4 kata Yunani untuk menggambarkan kebebasan dari berbagai perspektif: 1. exaireō. Dari perspektif kehendak Allah (1:3-5) kebebasan berarti kelepasan, diselamatkan dari kuasa kejahatan yg mendominasi dunia sekarang ini. 2. Eleutheria. Dari perspektif penurutan kepd kebenaran, kebebasan berarti kemerdekaan. (1:4; 5:1-13). 3. Exagorazō. Dalam Galatia 3:13 dan 4:5 kata ini menyatakan kebebasan dalam perspektif pekerjaan Kristus yg merujuk pada penebusan. 4. Stauroō. Kebebasan dinyatakan dalam kata “menyalibkan” dalam Gal 5:24 dan 6:14. Arti kebebasan dan hukum dalam konteks cara hidup orang Kristen yang yang menjadi manusia baru. Ayat-ayat bermasalah Roma 10:4 Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya. • Efesus 2:14,15 Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, • Kolose 2:13,14 Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib: