Anda di halaman 1dari 87

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES HANGAT JAHE TERHADAP

PENURUNAN SKALA NYERI KEPALA HIPERTENSI PADA Ny. H


DI KELURAHAN RABADOMPU BARAT
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENANAE KOTA BIMA

KARYA ILMIAH AKHIR

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat


Menempuh Program Profesi Ners
Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mataram

DISUSUN OLEH :

SUHERMAN, S.KEP
NPM. 021.02.1232

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES HANGAT JAHE TERHADAP


PENURUNAN SKALA NYERI KEPALA HIPERTENSI PADA Ny. H
DI KELURAHAN RABADOMPU BARAT
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENANAE KOTA BIMA

Telah diujikan oleh tim penguji pada:

Tgl :
Bulan :
Tahun :

DISUSUN OLEH :

SUHERMAN, S.Kep
NPM. 021.20.1232

Telah diperiksa dan disetujui oleh

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Ageng Abdi Putra,S.Kep.M,Kep Suci Kurniaty, S.Kep, Ners.

Penguji

.......................................

i
ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES HANGAT JAHE TERHADAP


PENURUNAN SKALA NYERI KEPALA HIPERTENSI PADA Ny. H
DI KELURAHAN RABADOMPU BARAT
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENANAE KOTA BIMA

Oleh :

SUHERMAN, NPM. 021.02.1232

Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan
tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Peningkatan tekanan darah pada penderita hipertensi
menyebebkan terjadinya nyeri kepala, mulai dari nyeri ringan hingga berat. Nyeri ini jika tidak
dikelola dengan baik dapat menyebabkan timbulnya masalah seperti gangguan jantung dan
gangguan syaraf. Salah satu intervensi keperawatan mandiri untuk mengurangi nyeri kepala
dengan terapi kompres hangat jahe. Studi kasus ini untuk mengatahui pemberian terapi kompres
hangat jahe dalam menurunkan skala nyeri pasien hipertensi. Studi kasus menggunakan desain
deskriptif dengan pendekatan studi kasus penerapan Evidence Based Nursing Practice yaitu terapi
kompres hangat terhadap nyeri kepala.Jumlah sampel sebanyak 1 orang pasien dengan hipertensi
dengan kriteria yang sudah ditentukan yaitu skala nyeri 2-5. Pengukuran yang digunakan hingga
pengukuran skala nyeri menggunakan Numeric Rating Scale (NRS). Hasil studi kasus sebelum dan
sesudah diberikan terapi kompres hangat jahe menunjukkan penurunan. Hal ini dibuktikan
dengan penurunan skala nyeri pasien dari skala 5 menjadi 2. Terapi kompres hangat jahe dapat
menurunkan nyeri kepala pada pasien hipertensi. memberikan informasi dan intervensi
keperawatan secara mandiri sebagai pengobatan non farmakologi untuk membantu mengurangi
nyeri kepala hipertensi menggunakan kompres hangat jahe.

Kata kunci : Kompres hangat jahe, Nyeri, Hipertensi

ii
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ................................................................................................................... i

Lembar pengesahan.................................................................................................................. ii
Abstrak ………..................................................................................................................... iii
Daftar isi ………..................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ............................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN TEORI


1.5 Konsep Dasar Hipertensi............................................................................................

2.1.1 Definisi Hipertensi


2.1.2 Tanda Dan Gejala
2.1.3 Klasifikasi Hipertensi
2.1.4 Faktor resiko
2.1.5 Manifestasi Klinis
2.1.6 Phatofisologis
2.1.7 Komplikasi Hipertensi
2.1.8 Penatalaksanaan Hipertensi
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
1.6 Konsep Asuhan Keperawatan...................................................................................

2.1.10 Definisi Nyeri


2.1.11 Jenis dan Klasifikasi nyeri................................................................
2.1.12 Fakto Faktor yang Mempengaruhi Nyeri..........................................
2.1.13 Penatalaksanaan Nyeri
2.1.14 Respon Nyeri
2.1.15 Intensitas Nyeri

iii
2.2.7 Alat Bantu Menentukan Nyeri
1.7 Konsep Jahe
1.8 Definisi
1.9 Jenis Jenis Jahe
1.10 Kandungan Jahe
1.11 Manfaat Jahe
1.12 Mekanisme Kerja Kompres Hangat Jahe ............................................................................
1.13 Konsep Kompres HangatDefinisi

2.1.16 Manfaat
2.4.3 Prosedur Kompres Hangat................................................................

1.14 Evidance Based Practice ( EBP)...........................................................................................

BAB III LAPORAN KASUS


3.1 Pengkajian................................................................................................
3.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................
3.3 Intervensi.................................................................................................
3.4 Implementasi............................................................................................
3.5 Evaluasi....................................................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.2 Pembahasan......................................................................................................

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan..............................................................................................
5.2 Saran......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg
dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Hipertensi merupakan masalah global yang
menjadi penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal (Brunner & Suddarth, 2014).
Penyakit hipertensi biasanya disebabkan karena tekanan sistolik dan diastoliknya diatas batas
normal dan gaya hidup yang tidak sehat. Seorang yang menderita hipertensi biasanya
menimbulkan masalah keperawatan nyeri akut, dan apabila masalah tersebut tidak di tangani
dengan baik bisa menimbulkan penyakit stroke, gagal ginjal dan jantung.
Berdasarkan Data World Health Organization (WHO) 2015 mengatakan bahwa
prevalensi hipertensi di dunia mencapai sekitar 1,13 miliyar individu, artinya 1 dari 3 orang
di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penderita hipertensi di perkirakan akan terus
meningkat mencapai 1,5 miliyar individu pada tahun 2025 dengan mencapai kematian 9,4
juta induvidu. Menurut riskesdes (2018), pravalensi kejadian hipertensi adalah 34,1% hasil
tersebut merupakan kejadian hipertensi berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada
masyarakat Indonesia berusia 18 tahun keatas (Kementrian Kesehatan RI, 2018).
Semakin meningkatnya prevalensi Hipertensi dari tahun ketahun di karenakan jumlah
penduduk yang bertambah, aktivitas fisik yang kurang dan pola hidup yang tidak sehat. Pola
hidup yang tidak sehat tersebut antara lain adalah diet yang tidak sehat misalnya tinggi gula,
lemak dan garam, dan kurang mengonsumsi makanan berserat. Selain itu adalah penggunaan
tembakau dan alkohol (Sri & Herlina, 2016).
Peran Perawat sebagai (educator) atau pendidik, peran ini meningkatkan kesehatan
melalui pemberian pengetahuan terkait dengan keperawatan dan tindakan medis, serta dapat
menurunkan risiko kematian, penyakit kardiovaskular dan stroke (Gobel et al, 2016).
Berdasarkan data Dikes kabupaten/kota yang diperoleh Pemerintah Provinsi NTB pada
tahun 2021,kasus hipertensi menduduki posisi pertama dengan jumlah 124.966 kasus. Hal
yang sama terjadi di kota Bima dengan 46.516 kasus di tahun 2021.sehingga ini menjadi
perhatian serius bagi semua kalangan bagaimana menangani kasus hipertensi ini.

1
Berdasarkan data rekam medik Puskesmas Penanae Kota Bima, didapatkan jumlah
pasien lansia yang dirawat pada tahun 2020 mencapai 210 orang, tahun 2021 meningkat
menjadi 257 orang yang sebagian besarnya dengan Hipertensi.
Berdasarkan survey awal peneliti di ruang perawatan didapatkan pasien yang dirawat
dengan Hipertensi jarang bahkan tidak dilakukan tindakan kompres baik kompres hangat
maupun kompres hangat jahe. Kompres hangat jahe merupan tindakan yang efektif
dilakukan untuk menurunkan nyeri kepla hipertensi, akan tetapi jarang sekali menjadi
perhatian perawat maupun keluarga karena keterbatasan pengetahuan.

Dengan hal ini, kami termotivasi untuk menyusun Karya Imiah dengan judul “Pengaruh Kompres
Hangat Jahe Terhadap Penurunan Skala Nyeri Kepala Hipertensi Pada Ny. H Kelurahan
Raba Dompu Barat wilayah Kerja Puskesmas Penanae Kota Bima ”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, penyusun tertarik untuk membuat Karya Ilmiah Akhir
dengan judul “ Bagaimanakah pengaruh pemberian kompres hangar jahe terhadap
penurunan skala nyeri kepala pada pasien hipertensi”.??

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari efektifitas pemberian kompres
hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri kepala pada pasien hipertensi

1.3.2 Tujuan khusus


1. Mengidentifikasi skala nyeri kepala hipertensi sebelum pemberian kompres hangat
jahe
2. Mengidentifikasi skala nyeri kepala hipertensi setelah kompres hangat jahe
3. Mengidentifikasi Pengaruh pemberian kompres hangat jahe terhadap penurunan
skala nyeri kepala pada pasien hipertensi.

1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Puskesmas
Hasil penelitaian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang pentingnya tindakan
non farmakologis pada pasien dengan hipertensi dengan pemberian kompres hangat
jahe untuk menurunkan skala nyeri kepala

2
1.4.2 Untuk pasien dan keluarga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pasien dan keluarga tentang
kompres hangar jahe dalam menurunkan skala nyeri kepala akibat hipertensi.

1.4.3 Untuk mahasiswa


Penelitian ini diharapkan dapat menmbah pengetahuan mahasiswa tentang pengaruh
kompres hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri kepala pada pasien hipertensi.

BAB II

3
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit Hipertensi


2.1.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan
diastolik lebih dari 90 mmHg. Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah suatu keadaan
dimana peredaran darah meningkat secara kronis. Hal tersebut di karenakan jantung bekerja
lebih cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi yang di
butuhkan di dalam tubuh (Irianto, 2014) Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya
masalah kardiovaskular. Apabila tidak di tangani dengan baik dan tepat dapat mengakibatkan
stroke, gagal jantung, gagal ginjal, dimensia, infark miokard, gangguan penglihatan dan
hipertensi (Andrian, 2016).
2.1.2 Etiologi Hipertensi
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dapat menjadi 2 golongan yaitu (WHO, 2014) :
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Hipertensi ini sebanyak 90 sampai 95% kausnya tidak di ketahui penyebabnya para
pakar menemukan hubungan antar riwayat keluarga penderita hipertensi (Genetik)
dengan resiko menderita penyakit ini. Selain itu stres sebagai tertuduh utama, dan
faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang termasuk dalam
penyebab dari hipertensi ini adalah lingkungan, kelaian metabolisme, obesitas,
merokok, konsumsi alkohol dan kelainan darah.
b. Hipertensi renal atau hipertensi skunder
Dari 5 sampai 10% kasus hipertensi penyebab khusunya sudah di ketahui penyebabnya
yaitu gangguan hormonal, penyakit diabetes, jantung, ginjal kasus yang sering
terjadi adalah karna tumor kelenjar adrenal. Garam dapur bisa memperburuk
resiko hipertensi jika mengkonsumsinya terlalu berlebihan tetapi hal ini bukan
faktor penyebab hipertensi sekunder .

2.1.3 Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa

4
Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah Sistolik (mmHg) Tekanan Darah Distolik (mmHg)
Optimal <120 < 80
Normal <130-139 85-89
Hipertensi Stadium I 140 -159 90-99
Hipertensi Stasium II 160-179 100-109
Hipertensi Stadium III >180 >110
Sumber : Syamsudin, 2011.

2.1.4 Faktor Resiko Hipertensi


a. Faktor resiko yang tidak dapat di control
1. Jenis kelamin
Terjadinya hipertensi pada pria dan wanita lebih rendah wanita ketika berusia
20-30 tahun tetapi akan mudah menyerang pada wanita ketika umur 55 tahun
sekitaran 60% hipertensi lebih dominan pada wanita hal ini di sebabkan pada
perubahan hormon pada wanita setelah menopous (Triyanto, 2014).
2. Umur
Tekanan darah berubah pada seseorang secara stabil di usia 20-40 tahun setelah itu
lebih meningkat secara cepat sehingga bertambahnya usia seseorang akan
meningkatkan tekanan darah seseorang. jadi kesimpulannya seorang lansia
lebih mempunyai tekanan darah yang tinggi dari pada usia mudah.
3. Keturunan (Genetik)
Faktor genetik tentu bisa mempengaruhi tekanan darah jika keluarga sebelumnya
mempunyai riwayat hipertensi hal ini terjadi akibat peningkatan kadar sodium
intra seluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium individu
sehingga orang tua beresiko lebih tinggi menderita hipertensi 2 kali lebih
besar dengan orang yang tidak mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi (Buckman, 2010).
4. Pendidikan Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi tekanan
darah. Tingginya resiko hipertensi pada pendidikan dan ilmu pengetahuan
yang rendah, kemungkinana minimnya pengetahuan dalam mendpatkan

5
informasi oleh petugas kesehatan sehingga berdampak pada perilaku ataupun
hidup sehat (Armilawaty, dkk, 2013).
b. Faktor resiko hipertensi yang dapat di kontrol
1. Obesitas
Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung kurangnya melakukan
aktifitas sehingga asupan kalori mengimbangi kebutuhn energi, sehingga akan
terjadi peningkatan berat badan atau obesitas dan bisa memperburuk kondisi
(Prayitno, 2013).
4. Kurang olahraga
Jika melakukan aktifitas olahraga dengan teratur akan mudah untuk
mengurangi peningkatan tekanan darah yang akan menurunkan tekanan
perifer sehingga melatih otot jantung agar terbiasa melakukan pekerjaan yang
lebih berat karena adanya kondisi tertentu.
5. Kebiasaan merokok
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah, hal ini di karenakan di dalam
kandungan nikotin yang bisa menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
4. Konsumsi garam berlebihan
WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat mengurangi
peningkatan hipertensi. kadar sodium yang di rekomendasikan adalah tidak
lebih dari 100 ml (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram) (Pranaka, 2014
2015).
5. Minum alkohol
Mengkonsumsi alkohol dengan berlebihan akan menyebabkan meningkatnya
tekanan darah yang tergolong parah karna dapat menyebabkan darah di otak
tersumbat dan mengakibatkan stroke.

6. Minum kopi

Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana dalam satu cangkir kopi
dapat meningkatkan tekanan darah 5-10 mmHg.
7. Kecemasan
Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan meningkatkan
frekuensi jatung, curah jantung dan resistensi vaskuler, efek samping ini akan

6
meningkatkan tekanan darah, kecemasan atau pun stres akan meningkatkan
tekanan darah. Jika seseorang merasa cemas pada masalah yang di hadapinya
maka hipertensi akan kembali terjadi pada dirinya, hal ini di sebabkan karana
rasa cemas yang ada pada dirinya dan akan mempengaruhi detak jantung
semakin cepat sehingga jantung memompa darah ke seleluruh tubuh akan
semakin cepat.
2.1.5 Manifestasi Klinis Hipertensi
Manifestasi klinis yang timbul akibat hipertensi tidak sama pada setiap orang bahkan
terkadang timbul tanpa gejala.
Hipertensi sendiri gejalanya sebagai berikut:
a. Sakit kepala
b. Merasa pegal tidak nyaman di tengkuk
c. Merasa berputar serasa ingin jatuh
d. Timbul prasaan berdebar debar atau detak jantung berdebar cepat
Sebagian besar gejala klinis saat orang menderita hipertensi bertahun-tahun berupa:
1. Nyeri kepala saat terbangun dari tidur terkadang di sertai muntah akibat
meningkatnya tekanan darah intracranial
2. Penglihatan penderita kabur di akibatkan oleh rusaknya retina akibat hipertensi
3. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
4. Nampak edema dan pembekakan akibat meningkatnya tekanan kapiler.
Gejala lain yang paling umum terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, sakit kepala,
muka merah, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk berasa kaku (Reni,2010).

2.1.6 Patofisiologi Hipertensi


Tekanan darah adalah hasil dari interaksi antara curah jantung dan dilatasi. Tekanan
darah arteri di kontrol dalam waktu yang begitu singkat oleh baroreseptor arteri yang
mendeteksi perubahan jumlah tekanan pada arteri utama kemudian melalui
mekanisme umpan balik hormonal dapat menimbulkan berbagai fariasi respon tubuh
seperti denyut jantung cepat atau tidak, kontraksi otot jantung, kontraksi otot polos
pada pembuluh darah yang bertujuan mempertahankan tekanan darah dalam batas
normal.

7
Baroreseptor dalam komponen tekanan darah, seperti atrium, vena dan sirkulasi
pulmonary, penderita hipertensi dapat di pastikan mengalami peningkatan salah satu
dari kedua komponen ini, yakni resistensi pascular systemic dan curah jantung
(Nugraha, 2016).
Hemodynamic yang has dari penyakit hipertensi yang menetap bergantung pada tinggi
rendah nya tekanan arteri, pembesaran jantung, derajat kontriksi pembuluh darah,
hipertensi sedangkan yang tidak di sertai pembesaran jantung akan memiliki curah
jantung yang normal namun, terjadi peningkatan risestensi vaskular perifer dan
penurunan kecepatan ventrikel kiri (Nugraha, 2016).
Saat hipertensi mulai bertambah berat jantung juga mulai mengalami pembesaran, curah
jantung juga bisa mengalami penurunan secara progresif meskipun belum terdapat
tanda-tanda gagal jantung. Hal tersebut di karnakan resistensi perifer sistemik
semakin tinggi dan kecepatan ejeksi fentrikel kiri semakin menurun.
Penurunan curah jantung ini dapat menyebabkan gangguan perfusi ke berbagai
organ tubuh teruatama ginjal kondisi ini berdampak pada penurunan volume
ekstrasel dan perfusi ginjal yang berhujung dengan iskemik ginjal, perfusi ginjal
yang menurun akan mengaktifasi sistem rennin angiostensin rennin yang di
keluarkan oleh ginjal dapat merangsang angiotensinogen untuk mengeluarkan
angiotensinogen I (AI) yang bersifat faso konstriktor lemah. Adanya angiotensin I
pada peredaran darah akan memicu angiotensin converting enzyme (ACE) di
endothelium pembuluh darah. ACE ini kemudian akan mengubah angiotensin I
menjadi angiotensin II yang merupakan faso konstriktor kuat, A II memiliki efek lain
yang akhirnya dapat meningkatkan tekanan darah ( Nugraha, 2016).
Dampak hipertensi ke jantung jika semakin meningkat maka beban jantung dapat
menimbulkan hipertropi jantung. Kondisi hipertropi ini menyebabkan penyempitan
ruang jantung sehingga menurunkan curah jantung. Jika jantung tidak dapat
konfensasi lagi makan tidak dapat mengkonpensasi lagi. Maka bisa terjadi gagal
jantung. Sedangkan tekanan intra klanial yang berefek pada tekanan intracular akan
mempengruhi penglihatan. Bahkan penanganan tidak cepat di lakukan penderita
hipertensi akan mengalami kebutaan penurunan aliran darah ke ginjal akibat dari

8
resistensi sistemik dapat mengakibatkan kerusakan pada perenkim ginjal jika tidak
cepat di tanganani akan berakhir dengan penyakit gagal ginjal (Nugraha, 2016).

2.1.7 Komplikasi Hipertensi


Komplikasi tekanan darah tinggi atau hipertensi menurut (Pudiastuti, 2011) sebagai
berikut :
1. Stroke
Seorang penderita stroke juga biasa di sebabkan oleh tekanan darah tinggi yang
biasanya muncul pendarahan di otak yang di sebabkan pecahnya pembuluh darah
selain itu juga di akibatkan oleh trombosit pembekuan darah pada pembuluh darah
serta emboli yaitu benda asing yang terbawa aliran darah dalam pembuluh darah
serta bisa menyumbat bagian distal pembuluh darah.
2. Gagal jantung
Gagal jantung merupakan kondisi dimana kelainan pada jantung menyebabkan
jantung tidak dapat memompa dengan cepat untuk memenuhi metabolisme
jarimgan atau pun jantung hanya bisa melakukan dengan volume diastolic yang
sangat tinggi. Gagal jantung ini bisa saja terjadi pada penyakit jantung bawaan
dimana dalam hal ini otot jantung rusak akibatnya beban hemodinamic jangka
panjang yang berlebih karna kelainan cacat jantung (Syamsudin, 2011).
3. Gagal ginjal
Penyakit ginjal biasanya di akibatkan tekanan darah tinggi yang tidak di rawat
penyakit ginjal terjadi saat kerusakan pembuluh darah dalam ginjal menyebabkan
menurunya kemampuan untuk mengeluarkan garam dan air pada akhirnya
menyebabkan rendahnya kadar rennin plasma dan cairan tertahan. Cairan yang
tertahan ini dapat meningkatkan tekanan darah yang menyebabkan kerusakan lain
pada ginjal (Divine, 2012).
4. Kebutaan
Hipertensi bisa merusak pembuluh drah ke otak. Retinopati juga dapat merusak
pembuluh darah ke retina sehingga dapat mengakibatkan perubahan penglihatan
atau kebutaan kerusakan ini tidak di ketahui sehingga menjadi permanen
(Devine,2012).

9
2.1.8 Penatalaksaan Hipertensi
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardio vaskuler yang berhubungan dengan pencapaian tekanan darah di
bawah 140/90 mmHg prinsip pengelolaan hipertensi meliputi : (Padila, 2013).
1. Terapi tanpa obat
Biasanya terapi tanpa obat lebih di gunakan pada hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat meliputi :
a. Diet
Diet yang di anjurkan untuk penderita hiprtensi sebagai berikut:
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr menjadi 5 gr
2) Diet rendah kolestrol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Menghentikan merokok
5) Diet tinggi kalium
2. Latihan fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah di anjurkan untuk penderita
hipertensi adalah olah raga yang mempunyai 4 prinsip yaitu :
a. Macam olah raga isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang, dan lain-lain
b. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80% dari kapasitas aerobic atau 72-87
dari denyut nadi maksimal yang di sebut zona latihan
c. Lamanya latihan berkisar 20-25 menit berada pada zona latihan.
d. Frekuensi latihan sebanyak 3 kali per minggu dan paling baik 5 kali perminggu
3. Edukasi psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a. Teknik relaksasi Relaksasi merupakan prosedur atau teknik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot dalam tubuh menjadi rileks.
b. Teknik biofeedback

10
Merupakan teknik yang di pakai untuk menunjukan pada subjek tandatanda
mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subjek yang di anggap normal.
Teknik ini di pakai untuk mengatasi gangguan somatic seperti nyeri kepala dan
migren. Juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan
ketergantungan.
4. Pendidikan kesehatan
Tujuan dari pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya

2.1.9 Pemeriksaan penunjang


1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung 4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin , daram dan glukosa
6. Pemeriksaan: renogram, piologram intrvena arteriogram renal pemeriksaan fungsi
ginjal terpisah dan penentuan kadar urin
7. Foto dada dan CT Scan (Padila, 2013)

2.2 Konsep Nyeri


2.2.1 Definisi Kebutuhan Nyeri
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat individual. Dikatakan
individual karena respon individu terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak bisa di
samakan satu sama yang lain. Secara sederhana nyeri di artikan sebagai suatu sensasi
yang tidak menyenangkan baik secara sensori maupun secara emosional yang
berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain sehingga
individu merasa tersiksa, menderita dan akhirnya menggaggu aktivitas ehari-sehari,
psikis, dan lain-lain (Asmadi, 2010)
Setiap individu memberikan persepsi yang berbeda terhadap rasa nyeri. Nyeri merupakan
sensasi yang rumit, unik, universal dan besifat individual. Dikatakan bersifat

11
individual karena respon individu terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak bisa
disamakan dengan orang lain. Inilah dasar bagi perawat dalam mengatasi rasa nyeri
pada klien.
Nyeri dapat di artikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik secara sensori
maupun secara mosional yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan
atau faktor lain, sehingga individu merasa tersiksa, Menderita yang pada akhirnya
akan mengganggu aktivits sehri-hari, psikis dan lain-lain (Andina, 2017).
Nyeri merupakan suatu kondisi lebih dari sekedar sensasi tunggal yang di sebabkan oleh
stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Stimulus
dapat berupa stimulus fisik dan stimulus mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi
pada jaringan aktual atau pada fungsi ego seorang individu (Haswita & Sulistyowati,
2017)
Jenis nyeri ada dua macam yaitu:
1. Nyeri akut
Menurut NANDA (2012) nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang
tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial atau di gambarkan dalam hal kerusakan jaringan yang tiba-tiba atau lambat
dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau di
prediksi dan berlangsung < 6 bulan
2. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri
ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang di perkirakan dan sering tidak dapat
di kaitkan dengan penyebab atau cidera spesifik. Nyeri kronis sering di defisinikan
sebagai nyeri yang berlangsung selama enam bulan atau lebih, meskupun enam bulan
merupakan suatu periode yang dapat berubah untuk membedakan nyeri akut dan nyeri
kroni (Bare, 2010).

2.2.2 Fisiologi nyeri

12
Bagaimana nyeri merambat dan di persepsikan oleh individu masih belum
sepenuhnya di mengerti. Akan tetapi, Bisa tidaknya nyeri di rasakan dan hingga
derajat mana nyeri tersebt mengganggu di pengaruhi oleh interaksi antara sistem
algesia tubuh dan transmisi sistem saraf serta interpretasi stimulus. Sistem saraf perifer
terdiri atas saraf sensorik primer yang khusus bertugas mendeteksi kerusakan jaringan
yang membangkitkan sensasi sentuhan, panas, dingin, nyeri dan tekanan.
Reseptor yang bertugas merambatkan sensasi nyeri yang di sebut nosiseptor.
Nosiseptor merupakan ujung-ujung saraf perifer yang bebas dan tidak bermielin atau
sedikit bermielin. Reseptor nyeri tersebut dapat di rangsang oleh stimulus mekanis,
suhu dan kimiawi. Sedangkan proses fisiologis terkait nyeri disebut noisepsi.
Proses ini terdiri dari empat fase, yaiu :
a. Transduksi
Pada fase ini, stimulus atau rangsangan yang membahayakan (misalnya bahan kimia,
suhu, listrik) memicu pelepasan mediator biokimia yang mensensitisasi
nosiseptor.
b. Transmisi
Fase transmisi nyeri terdiri atas tiga bagian.
Pada bagian pertama, nyeri merambat dari serabut saraf perifer ke medulla spinalis dua
jenis serabut nosiseptor yang terlibat dalam proses tersebut adalah serabut C yang
mentransmisikan nyeri tumpul dan menyakitkan, serta serabut A-Delta yang
mentransmisikan nyeri yang tajam dan terlokalisasi.
Bagian kedua adalah transmisi nyeri dari medulla spinalis menuju batang otak dan
thalamus melalu jaras spinotalamikus (spinoyalamic tract (STT). STT merupakan
sistem deskriminatif yang membawa informasi mengenai sifat dan lokasi stimulus
ke thalamus.
Selanjutnya pada bagian ketiga, signal tersebut di teruskan ke korteks sensorik somatic
tempat nyeri di persepsikan. Impils yang di transmisikan melalui STT
mengktifkan respon otonomi dan limbic.

c. Persepsi

13
Pada fase ini individu mulai menyadari adanya nyeri. Tampaknya persepsi nyeri
tersebut terjadi di struktur korteks sehingga memungkinkan munculnya sebagai
strategi perilaku kognitif untuk mengurangi komponen sensorik dan afektif nyeri.
d. Modulasi
Fase ini di sebut juga “sistem desenden” pada fase ini, neuron di batang otak
mengirimkn sinyal-sinyal kembali ke medulla spinalis. Serabut desenden tersebut
melepaskan substansi seperti opioid, serotonin, dan norepinefrin yang akan
menghambat impils asenden yang membhayakan di bagian dorsal medulla spinalis
(Mubarak & Chayat, 2011)

2.2.3 Jenis Dan Klasifiksi Nyeri Kepala


A. Jenis nyeri
1 Nyeri perifer
2 Nyeri superficial, yakni rasa nyeri yang muncul akibat rangsangan pada kulit
dan mukosa. .
3 Nyeri viseral, yakni rasa nyeri yang muncul akibat stimulasi pada reseptor nyeri
di rongga abdomen, cranium dan toraks.
4 Nyeri alih, yakni yang di rasakan pada daerah lain yang jauh dari jaringan
penyebab nyeri. .
5 Nyeri sentral, yakni nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medulla spinalis,
batang otak dan thalamus. .
6 Nyeri psikogenik, yakni nyeri yang tidak di ketahui penyebab fisik nya
(Mubarak & Chayati, 2011).

B. Klasifikasi nyeri kepala


1. Nyeri kepala primer
Merupakan nyeri kepala yang tidak diasosiasikan dengan patologi atau kelainan
lain yang menyebabkannya.
Nyeri kepala ini di bagi berdasarkan gejalanya, yaitu :
a. Migrain

14
Migrain ini mempunyai sub type mayor yaitu migrain tanpa aura dan migrain
dengan aura. Migrain tanpa aura adalah nyeri kepala berulang dengan
manifestasi serangan selama 4-72 jam. Migrain dengan aura yaitu nyeri
kepala dengan seragan berulang, sepenuhnya unilateral secara reversible
baik itu visual, sensorik, atau gejalah sistem saraf pusat lainnya yang
biasanya berkembang secara bertahap.
b. Nyeri kepala tipe tegang
Nyeri kepala ini sering terjadi dengan prevalensi seumur hidup dalam
populasi umum berkisar 30% dan 78% dalam studi yang berbeda.
c. Nyeri kepala tipe cluster
Nyeri yang serangannya berat dan terjadi mulai dari sekali hari sampai delapan
kali sehari.

2. Nyeri kepala sekunder


Merupakan nyeri kepala yang di sebabkan karena penyakit lain sehingga terdapat
peningkatan intrakanial atau nyeri kepala yang jelas terdapat kelainan anatomi
maupun struktur.

2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri


1. Usia
Usia merupakan factor penting yang mempengaruhi nyeri. Khusunya pada anak-anak
dan lansia. Perkembangan yang di temukan di antara kelompok usia merupakan
factor penting yang mempengaruhi nyeri, khusunya pada anakanak dan lansia.
Perkembangan yang di temukan di antara kelompok usia ini dapat mempengaruhi
bagaimana anak-anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri. Anak yang masih kecil
(Bayi) mempunyai kesulitan mengungkapkan dan mengekspresikan nyeri. Para
lansia menganggap nyeri sebagai komponen alamiah dari proses penuaan dan
dapat di abaikan atau tidak di tanganani oleh petugas kesehatan (Haswita &
Sulistyowati, 2017)

15
2. Jenis kelamin
Karakteristik jenis kelamin dan hubungannya dengan sifat keterpaparan dan tingkat
kerentanan memegang peranan tersendiri. Berbagai penyakit tertentu ternyata erat
hubungannya dengan jenis kelamin, dengan berbagai sifat tertentu. Penyakit yang
hanya di jumpai pada jenis kelamin tertentu, terutama yang berhubungan erat
dengan alat reproduksi atau yang secara genetic berperan dalam perbedaan jenis
kelamin. Di beberapa kebudayaan menyebutkan bahwa anak laki-laki harus berani
dan tidak boleh menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam
situasi yang sama. Toleransi nyeri di pengaruhi oleh factor-faktor biokimia dan
merupakan hal yang unik pada setiap individu tanpa memperhatikan jenis
kelamin. Meskipun penelitian tidak menemukan adanya perbedaan antara laki-laki
dan perempuan dalam mengespresikan nyerinya. Pengobatan di temuka lebih
sedikit pada perempuan. Perempuan lebih suka mengkomunikasikan rasa
sakitnya. Sedangkan laki-laki menerima analgesic aploid lebh sering berbagai
pengobatan untuk nyeri (Haswita & Sulistyoati 2017)
3. Kebudayaan
Kebudayaan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri.
Individu mempelajari apa yang di harapkan dan apa yang di terima oleh
kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri. Ada
perbedaan makna dan sikap di kaitkan dengan nyeri di berbagai kelompok budaya
(Haswita & sulistyowati, 2017) Latar belakang etnik dan budaya merupakan
factor yang mempengaruhi reaksi terhadap nyeri dan ekspresi nyeri. Sebagai
contoh, individu dari budaya tertentu cenderung ekspresif dalam mengungkapkan
nyeri, sedangkan individu dari budaya lain justru lebih memilih menahan perasaan
mereka dan tidak ingin merepotkan orang lain (Mubarak & Chayati, 2011)
4. Makna nyeri
individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara yang berbeda-beda. Arti nyeri bagi
seseorang mempengaruhi respon mereka terhadap nyeri. Jika penyebab nyeri di
ketahui, individu mungkin dapat mengintrepetasikan arti nyeri dan bereaksi lebih
baik terkait dengan pengalaman tersebut. Jika penyebabnya tidak di ketahui, maka
banyak factor psikologis negative (seperti kekuatan dan kecemasan) berperan dan

16
meningkatkan derajat nyeri yang di rasakan. Jika pengalaman tersebut di artikan
negatif, maka nyeri yang di rasakan akan terasa lebih intens di bandingkan nyeri
yang di rasakan di situasi dengan hal yang positif (M. Black & Hokanson Hawks,
2014). 4. Perhatian Tingkat seorang pasien menfokuskan perhatiannya pada nyeri
dapat mempengaruhi persepsi nyeri (Haswita & Sulistyowati, 2017)

5. Ansietas
Hubungan anatara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas sering sekali
meningkatka persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan
ansietas. Pola bangkitan otonom adalah sama dalam nyeri dan ansietas. Ansietas
yang tidak berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksikan pasien dan secara
actual dapat menurunkan persepsi nyeri. Secara umum, cara yang efektif untuk
menghilangkan nyeri adalah dengan mengarahkan pengobatan nyeri ketimbang
ansietas (Haswita & Sulistyawati, 2017).
6. Pengalaman terdahulu
Individu yang mempunyai pengalaman yang multiple dan berkepanjangn dengan nyeri
akan lebih sedikit gelisah dan lebih toleran terhadap nyeri di bandingkan dengan
orang yang hanya mengalami sedikit nyeri. Bagi kebanyakan orang,
bagaimanapun, hal ini tidak selalu benar. Sering kali lebih berpengalaman
individu dengan nyeri yang di alami, makin takut individu tersebut terhadap
peristiwa yang menyakitkan yang akan di akibatkan (Haswita & sulistyawati,
2017)

7. Gaya koping

Mekenisme koping individu sangat mempengaruhi cara setiap orang dalam mengatasi
nyeri. Ketika seorang mengalami nyeri dan menjalankan perawatan di rumah sakit
adalah hal yang sangat tak tertahankan. Secara terus-menerus klien kehilangan
kontrol dan tidak mampu untuk mengontrol lingkungan termasuk nyeri. Klien
sering menemukan jalan untuk mengatasi efek nyeri baik fisik maupaun
psikologis. Penting untuk mengerti sumber koping individu selama nyeri (Haswita
& Sulistyawati, 2017)

17
8. Dukungan keluarga dan social
Faktor lain juga mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah kehadiran dari seorang
terdekat. Orang-orang yang sedang dalam keadaan nyeri sering bergantung pada
keluarga untuk mensuport, membantu atau melindungi. Ketidak hadiran keluarga
atau teman terdekat mungkin akan membuat nyeri semakin bertambah. Kehadiran
orang tua juga merupakan hal yang khusus yang penting untuk anak-anak dalam
menghadapi nyeri (Haswita & Sulistyawati, 2017). Lingkungan yang asing,
tingkat kebisingan yang tinggi, pencahayaan, dan aktivitas yang tinggi di
lingkungan tersebut dapat memperberat nyeri. Selain itu, dukungan dari keluarga
dan orang terdekat menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi persepsi
nyeri individu (Mubarak & Chayatin, 2011)

2.2.5 Penatalaksanaan Nyeri Farmakologis Dan Non Farmakologis


A. Terapi nyeri farmakalogis
analgesic merupakan metode yang paling umum mengatasi nyeri. Ada tiga jenis
pengobatan yang bisa di gunakan untuk mengendalikan nyeri, yaitu: Analgesic
nonopioid, asetaminofen dan aspirin adalah dua jenis analgesic nonopioid yang
paling sering digunakan.
Obat-obatan ini bekerja terutama pada tingkat perifer untuk mengurangi nyeri.
1) Opioid,
analgesic opioid bekerja dengan cara melekat diri pada reseptorreseptor nyeri
seperti di dalam SSP.
2) Adjuvant,
Adjuvnt bukan merupkan analgesic yang sebenarnya, tetapi zat tersebut dapat
membantu jenis-jenis nyeri tertentu, terutama nyeri kronis. Efek samping
tanda-tanda dari reaksi yang tidak di inginkan dan mungkin tidak di kenali
Karena tanda-tanda tersebut menggambarkan tanda-tanda gangguan pada
lansia seperti konfusi, tremor, depresi, konstipasi, dan hilangnya nafsu makan

18
B. Terapi nyeri non farmakologis
1. Kompres panas dan dingin
Reseptor panas dan dingin mengaktivasi serat-serat A-beta ketika temperature
mereka berada dalam anatara 4-5 C dari temperature tubuh. Reseptor-reseptor
ini mudah beradaptasi, membutuhkan temperature untuk di sesuaikan pada
interval yang sering berkisar tiap 5-15 menit. Pemberian panas merupakan cara
yang baik dalam menurunkan atau merendahkan nyeri sehingga di setujui
termasuk kedalam otonomi keperawatan. Kompres panas dapat di berikan
dengan menghangatkan peralatan (seperti bantal pemanas, handuk hangat).
Kompres dingin juga dapat menurunkan atau meredahkan nyeri, dan perawat
dapat mempertimbangkan metode ini. Es dapat di gunakan untuk mengurangi
atau mengurangi nyeri dan untuk mencegah atau mengurangi edema dan
inflamasi (Black & Hawks, 2014)
2. Akupresur
Akupresur memungkin kan alur energi yang terkongesti untuk meningkatkan kondisi
yang lebih sehat. Perawat ahli terapi mempelajari alur energi atau meridian
tubuh dan memberikan tekanan pada titik-titik tertentu disepanjang alur.
3. Napas dalam
Napas dalam untuk relaksasi mudah di pelajari dan berkontribusi dalam menurunkan
atau meredahkan nyeri dengan mengurangi tekanan otot dan ansietas (Black &
hawks, 2014)
4. Distraksi
Perhatian di jauhkan dari sensasi nyeri atau rangsangan emosional negative yang di
kaitkan dengan episode nyeri. Penjelsan teoritis yang utama adalah bahwa
seseorang mampu untuk memfokuskan perhatiannya pada jumlah fosi yang
terbatas. Dengan memfokuskan perhatian secara aktif pada tugas kognitif di
anggap dapat membatasi kemampuan seseorang untuk memperhatikan sesnsasi
yang tidak menyenangkan (Black & Hawks, 2014).

5. Hipnotis

19
Reaksi seseorang akan nyeri dapat di ubah dengan signifikan melalui hipnotis.
Hipnotis berbasis pada seugesti, disosiasi, dan proses memfokuska pada
perhatian (Black & Hawls, 2014)

2.2.6 Respon Terhadap Nyeri


A. Respon fisiologis
Pada saat implus nyeri naik ke medulla spinalis ke batang otak dan
thalamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai respon dari setres.
Respon fisiologis terhadap nyeri sangat membahayakan individu. Kecuali pada
kasus-kasus berat yang menyebabkan individu mengalami syok, kebanyakan
individu mencapai tingkat adaptasi yaitu tanda-tanda fisik kembali normal.
Dengan demikian klien yang mengalami nyeri tidak akan selalu memperhatikan
tanda-tanda fisik.
B. Persepsi nyeri
Pada dasarnya nyeri merupakan salah satu bentuk reflex guna menghindari
rangsngan dari luar tubuh, atau melindungi tubuh dari segala bentuk bahaya. Akan
tetapi, jika nyeri itu terlalu berat atu berlangsung lama dapat berakibatkan tidak
baik bagi tubuh, dan hal ini akan menyebabkan penderita menjadi tidak tenang
dan putus asa (Mubarak & Chayatin, 2011)
C. Toleransi terhadap nyeri
Toleransi terhadap nyeri terkait dengan intensitas nyeri yang membuat
seseorang sanggup menahan nyeri sebelum mencari pertolongan. Tingkat
toleransi yang tinggi berarti bahwa individu mampu menahan nyeri yang berat
sebelum ia mencari petolongan (Mubarak & Chayatin, 2011)
D. Reaksi terhadap nyeri
Setiap orang memberikan reaksi yang berbeda terhadap nyeri. Ada orang
yang menghadapinya dengan perasaan takut, gelisah dan cemas, ada pula yang
menanggapinya dengan sikap yang optimis dan penuh toleransi (Mubarak &
Chayatin, 2011)

20
2.2.7 Intensitas Nyeri
Nyeri tidak dapat di ukur secara objektif, sehingga intensitas nyeri merupakan karakteristik
yang sangat relative. Oleh karena itu banyak tes, skor, atau tingkatan angka di buat
untuk membantu dalam mengukur intensitas nyeri secara subjektif setetap mungkin
(Asmadi, 2010).

2.2.8 Alat Bantu Menentukan Nyeri


A. Visual Analog Scale (VAS) dan Numeric Rating Scale (NRS)
Penggunaan skala ini dengan cara pasien di minta untuk memberikan tanda pada
garis angka yang menandakan intensitas nyeri yang di rasakan. Pada VAS,
pemberian tanda semakin ke kiri berarti semakin tidak nyeri dan sebaliknya.
Sementara pda NRS angka 0 menyatakan tidak ada nyeri dan angka 10
menandakan nyeri yang sangat berat.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak nyeri nyeri sedang nyeri sangat hebat

Gambar 2.1 Visual Analog Scale (VAS) Sumber : (Asmadi, 2010)

B. Pain Diagram
Diagram ini dapat digunakan untuk membantu menentukan letak posisi nyeri,
seperti tipe nyeri yang dirasakan. Diagram dilengkapi dengan gambar tubuh
manusia dan disertai instruksi mengenai tipe nyeri yang dirasakan.

21
Gambar 2.2 Pain Diagram Sumber : (Asmadi, 2008)

22
C. Face Pain Rating Scale
Skala ini digunakan untuk evaluasi nyeri pada pasien pediatrik. Skala ini
menggambarkan sketsa wajah masing-masing dengan nilai angka, dimulai dengan
ekspresi senang, senyum sampai dengan sedih dan menangis dengan tidak nyeri
sampai dengan nyeri yang sangat parah.

D. Catatan harian
Digunakan untuk mengevaluasi hubungan antar dinamika nyeri yang dirasakan
dengan aktivitas sehari-hari secara continue (Asmadi, 2008).

2.3 Konsep Jahe


2.3.1 Definisi
Jahe (Zingiber Officinale var.Rubrum) adalah salah satu jahe yang menyandang sifat
pedas, pahit serta minyak astiri yang lebih tinggi dibandingkan varietas lain. Warna
terluar jahe merah adalah merah muda hingga jingga serta memiliki warna daging
sedikit cokelat. Jahe merah seringkali juga digunakan sebagai salah satu bahan untuk
pembuatan jamu dan digunakan sebagai bumbu masakan (Arsyad, 2014).
Kompres jahe yaitu tindakan non farmakologis yang memunculkan rasa hangat pada tubuh
yang membutuhkan, seperti halnya ketika tubuh mengalami nyeri (Syamsu, 2017).

2.3.2 Jenis-jenis Jahe

23
a. Jahe Putih Besar (Gajah)
Jenis jahe putih ini atau Zingiber Officinale var. officinale terbanyak ditanam oleh
penduduk Indonesia. Bentuk bulat, warna hijau muda, sedikit keras serta
diselimuti pepelan daun merupakan ciri dari batang jahe gajah. Pada bagian
bawah daun mmiliki warna hijau tua sedangkan pada atas daun berwarna hijau
muda. Ragam jahe ini biasa dipanen baik saat umur muda atau tua.
b. Jahe putih kecil
Jahe putih kecil memiliki berat sekitar 0,5-0,7 kg/perdu. Warna hijau muda serta bulat
pada batang, permukaan lebih kecil dengan jumlah batang yang berlimpah. Dapat
dipanen ketika sudah 16 berumur, serta jahe ini menyimpan kandungan cairan
atsiri kian tinggi daripada jahe gajah. Mempunyai rasa lebih pedas disamping itu
juga seratnya lebih banyak. Jahe putih kecil ini cocok untuk ramuan obat-
obatan(Alfiana, 2014).
c. Jahe merah atau jahe sunti
Merupakan nama latin dari Zingiber Officinale var.Amarum mempunyai umbi dengan
berat 0,5-0,7 kg/rumpun dengan pangjang 12,33-12,60 cm, tingginya 5,86-7,03,
serta memiliki akar berserat dan agak panjang. Komponen rimpang jahe merah
yaitu mungil berlapis serta daging umbinya mempunyai warna merah jingga
hingga merah. Jahe ini dapat dituai ketika sudah berumur tua, dimana terdapat
kandungan astiri yang lebih besar dari jahe kecil bahkan mampu serta cocok untuk
ramuan misalnya untuk jamu serta banyak lagi kegunaannya. Jahe merah
menyimpan minyak astiri sekitar 2,58-3,90 % dari bobot kering. Jahe merah
memiliki kandungan air sekitar 81%. Selain itu jahe merah juga memiliki
kandungan oleoresin 5-10% khusus untuk jahe merah (Arsyad, 2014).

2.3.3 Kandungan jahe


a. Minyak astiri atau volatile (minyak menguap)
Minyak astiri di jahe melimpah. Dimana jahe tersusun atas ratusan senyawa kimia yang
aktif. Minyak astiri terbentuk dari beberapa kesatuan seperti α-pinena, sineol.
kamfena, kariofelena, α-farnesena, β-pinena, serta 17 germakon yang berhasil
memperoleh anti bakteri sebagai penghambat tumbuhnya suatu bakteri

24
b. Minyak jahe (oleoresin )
Didalam jahe mengandung oleoresin sebanyak 7-10%. Didalam Olerasin juga terdapat
senyawa gingerol, shogaol, zingeron, dan resin yang memiliki kandungan anti
inflamasi, analgetik serta antioksidan yang kuat.
c. Senyawa lain
Didalam jahe merah tidak hanya mengandung astiri serta oleoresin tetapi juga
terkandung 6-gingerdione, gingeron, 1,8- cineole, arginin, β-sistosterol, farnesal,
10-dehydrogingerdione, farnesol, serta unsur pati ibarat tepung kanji dan resin
dalam kadar kecil (Arsyad, 2014).

2.3.4 Manfaat jahe


Umbi jahe acapkali dipergunakan sebagai rempah-rempah masakan di Indonesia karena
aromanya yang khas. Selain itu jahe juga dimanfaatkan sebagai jamu yang berkhasiat
untuk menghangatkan tubuh. Hasil penelitian menyatakan bahwa semua kandungan
kimia jahe memiliki efek farmaologi serta fisiologi sebagai, antioksidan, melawan
peradangan, meredakan nyeri, mencegah bertumbuhnya kanker, menghambat
tumbuhnya bakteri, serta pencegahan pembesaran tiroid. Senyawa-senyawa tersebut
dibutuhkan seseorang sebagai peningkatan metabolisme, asupan, serta sebagai
antibakteri (Arsyad, 2014).

2.3.5 Mekanisme kerja kompres hangat jahe


Kandungan gingerol serta shogaol pada jahe mampu dipergunakan sebagai
penghambat nyeri. Pada tahapan fisiologi nyeri, tahap tranduksi merupakan bagian
penting dalam menurunkan nyeri untuk kompres hangat jahe. (Wali, 2019).

2.4 Konsep Kompres Hangat


2.4.1 Definisi

25
Kompres hangat yaitu pemberian intervensi yang menimbulkan efek fisiologis dari
penggunaan suhu hangat. Dimana dalam intervensinya memanfaatkan larutan atau
peralatan yang mampu memunculkan perasaan hangat untuk tubuh yang
membutuhkan. Dapat meningkatkan aliran darah keseluruh tubuh atau bagian cedera,
membuat otot menjadi rileks, meredakan nyeri yang diakibatkan oleh otot yang kaku,
menaikkan pergerakan zat sisa, serta nutrisi adalah efek yang ditimbulkan dari
pemberia kompres hangat (Agustiningrum, 2015).

2.4.2 Manfaat
Pengobatan kompres hangat termasuk terapi non farmakologis yang memiliki manfaat yang
besar. Adapun manfaat dari kompres hangat menurut (Umaya, 2017) yaitu:
a. Efek fisik
Pada dasarnya energi panas mempunyai sifat antara lain mnyebabkan materi mencair,
memadat serta gas yang mampu memuai disemua arah.
b. Efek kimia
Kelajuan aksi dalam seseorang rata-rata bergantung terhadap suhu, maka melemahnya
reaksi kimia sering ditandai dengan menurunnya suhu tubuh. Kemampuan
membrane sel hendak meninggi serasi dengan peningkatan suhu tubuh, lalu
jaringan akan meningkatkan metabolisme sehingga terjadi perpindahan antara zat
kimia dan larutan.
c. Efek biologis
Panas pencetus pembengkakan pembuluh darah yang konsekuensinya dapat pemicu
naiknya sirkulasi darah. Menurut fisiologis reaksi tubuh akan panas adalah dapat
memicu pembuluh darah merendahkan darah yang pekat , melingsirkan
ketegangan otot, menghasilkan energi yang tinggi. Panas menimbulkan edema
dalam waktu 15-20 menit. Tetapi perlu diperhatikan kompres hangat juga dapat
menyebabkan luka bakar jika dalam intervensinya tidak sesuai deng SOP (Umaya,
2017).

2.4.3 Prosedur kompres hangat

26
Langkah-langkah pemberian kompres hangat menurut Agustiningrum (2015), yaitu: a.
Persiapan instrumen
1.) Kain atau waslap berguna untuk menyerap air
2.) Air hangat dengan suhu 37-400C

b. Tahap kerja
1.) Cuci tangan
2.) Menerangkan terhadap responden terkait langkah-langkah yang akan
diberikan
3.) Ukur suhu air dengan thermometer
4.) Masukkan kain atau waslap pada air hangan lalu diperas
5.) Tempelkan kain atau waslap yang sudah diperas pada daerah yang akan
dikompres.

2.5 Evidance Based Practice ( EBP)


Literature Review disintesis memakai cara naratif dengan menggolongkan data hasil
seleksi yang dinilai mampu menjawab tujuan dari penelitian ini. Jurnal penelitian yang
sinkron dengan tolok ukur dibuat resume jurnal meliputi, author, tahun terbit, judul,
metode penelitian yang dipergunakan meliputi: desain penelitian, sampling, variabel,
instrumen dan analisis, hasil penelitian serta database.

27
No Outher TahunVolume angka judul Metode Hasil penelitian Data based

Syiddatul B1* 2017 V0L. 5 Pengaruh Pemberian Quasi Eksperimen


Berdasarkan hasil penelitian pada tabel
Google
6 scolar
1Stikes Insan Kompres Hangat Desing menunjukkan bahwa skala nyeri
No.1
Se Agung Jahe Terhadap kepala hipertensi pada lansia
Bangkalan, Skala Nyeri Kepala
Pre dan post Test mengalami nyeri ringan sebanyak 29
Indonesia Hipertensi without orang (75%), 9 orang nyeri
*Email: Pada Lansia Di Control sedang(25%), dan tidak ada orang
Serendipity2.0 Posyandu Lansia Designya yang mengalami nyeri berat
@gmail.com) Karang Werdha terkontrol setelah dilakukan kompres
Rambutan Desa hangat jahe. Ini menunjukkan bahwa
Burneh Bangkalan. terjadi penurunan skala nyeri setelah
diberikan kompres hangat jahe

Pemberian kompres hangat air hangat jahe


dalam penelitian ini selama kurang
lebih 20 menit, sesuai dengan waktu
yang dapat menunjukkan efek
pemberian kompres air hangat jahe.
Penurunan tingkat nyeri pada lansia
setelah diberikan kompres hangat
terjadi perubahan namun demikian
perubahan tergantung pada respon
lansia masing-masing karena nyeri
yang dirasakan individu bersifat
pribadi yang diartikan antara
individu satu dengan lainnya
mengalami perbedaan.
Dengan demikian teori dan hasil
penelitian dilapangan menunjukkan
bahwa ada perbedaan skala nyeri
kepala hipertensi pada lansia
sebelum dan sesudah pemberian
kompres hangat jahe di Posyandu
28
Lansia Karang Werdha Rambutan
Burneh Desa Burneh Bangkalan.
Dibuktikan dengan perbedaan skala
nyeri sebelum dan sesudah
pemberian kompres hangat. Hal ini
dipengaruhi Gingerol dan rasa hangat
yang ditimbulkan oleh jahe tersebut
membuat pembuluh darah terbuka
(vasodilatasi) dan memperlancar
sirkulasi sehingga suplai makanan
dan oksigen menjadi lebih baik
sehingga nyeri akan berkurang.

Utami,Nisa. 2020 2020 Pengaruh Pemberian


True eksperimentBerdasarkan tabel 6 skala nyeri kepala Google scolar
University of Kompres Hangat desing hipertensi pada lansia sesudah
Muhammadiya Jahe Terhadap pemberian kompres hangat jahe
h Lamongan. dengan pendekatan penurunan skala nyeri mencapai
Skala Nyeri Kepala
Supervisor (1) Hipertensi Pada kategori tidak nyeri sedangkan pada
Abdul Lansia Di Dusun pre test – post test pemberian kompres hangat mencapai
Rokhman, Tangar Desa group design kategori nyeri ringan. Setelah
S.Kep., Ns., Kedungharjo diberikan intervensi pemberian
M.Kep, (2) Widang Tuban kompres hangat jahe bahwa
Abdul Majid, seluruhnya atau 100% lansia
SE., M.M mengalami penurunan nyeri dan
tidak satupun atau 0% mengalami
nyeri tetap dan naik. Sedangkan pada
kelompok kontrol pemberian
kompres hangat bahwa sebagian
besar atau 50% mengalami
penurunan nyeri dan 50% mengalami
nyeri tetap. Hasil terapi berupa
penurunan skala nyeri pada
kelompok terapi kompres hangat jahe

29
dan kelompok kompres hangat
berbeda banyak jika dianalisis secara
statistic dengan menggunakan uji
Man Withney hasilnya didapatkan
perbedaan yang bermakna dimana p
value 0,000 dengan taraf signifikan
0,05 maka 0,000 < 0,05 sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa H1
diterima, artinya ada perbedaan
pemberian kompres hangat jahe dan
kompres hangat terhadap penurunan
skala nyeri kepala hipertensi pada
Lansia. Sehingga kompres hangat
jahe lebih efektif menurunkan nyeri
kepala hipertensi karena jahe
mengandung zat gingerol yang dapat
membantu proses penurunan nyeri
daripada dengan kompres hangat
yang hanya menggunakan sensasi
hangat. Kompres hangat jahe dan
kompres hangat menurunkan nyeri
kepala hipertensi dengan
memberikan rasa hangat pada area
tengkuk yang mengalami nyeri.
Kompres hangat jahe menggunakan
rebusan jahe sebagai media
penghangat untuk menurunkan nyeri
dan kompres hangat menggunakan
rebusan air hangat. Selain itu
kompres hangat jahe dan kompres
hangat melakukan penyembuhan
dengan tahapan yang berbeda
meskipun menggunakan media yang

30
sama yaitu hangat. Tetapi pemberian
kompres hangat jahe lebih efektif
karena pada jahe terdapat kandungan
gingerol yang mampu memberikan
efek farmakologi dan fisiologi
sedangkan pada kompres hangat
hanya memberikan sensasi hangat
saja. Hal ini sesuai dengan teori
Syiddatul (2019) jahe mengandung
zat gingerol, shangaol, zingerone,
oleoresin, dan minyak atsiri.
Kandungan dalam jahe seperti
gingerol, shongaol dan zingerone
memberikan efek farmakologi dan
fisiologi seperti antioksidan, anti-
inflamasi, analgesik, anti-
karsinogenik, non-toksik dan non-
mutagenik meskipun pada
konsentrasi tinggi
Arfah May Syara1*,
2021 Vol. 1 No.1PENGARUH True Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil analisaGoogle scolar
Tiurma PEMBERIAN eksperiment skala nyeri pada leher pada pasien
Edisi
Siringoringo1 , KOMPRES desing hipertensi sebelum dilakukan terapi
Afeus Halawa1 Juni HANGAT PADA kompres hangat, dikatakan nyeri
,Kristina LEHER UNTUK dengan sedang 4 orang responden (28,6%),
2021 pendekatan
Sitorus1 MENGURANGI nyeri berat 10 orang responden
NYERI DI (71,4%) dengan standar deviasi
Received: 17 June KEPALA pre test – 0,469.
2021 :: PADAPASIEN post test
Accepted: 22 HIPERTENSI group design
Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil analisa
June 2021 :: skala nyeri pasien hipertensi sesudah
Published: 30 dilakukan terapi kompres hangat,
June 2021 dikatakan sedang 12 orang responden
(85.7%), berat 2 orang responden

31
(14.3%) dengan standar

Pasien hipertensi yang mengalami nyeri


leher berat mengalami penurunan,
sebelum diberikan perlakuan
sebanyak 10 orang, setelah diberikan
perlakuan sebanyak 2 orang.
Penerapan untuk kompres hangat
pada pasien hipertensi terus
dilakukan untuk terapi non
farmakologi yang dapat dilakukan
oleh masyarakat di rumah.

32
BAB III
PRESENTASI KASUS

3.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 April 2022, Jam 10.00 WITA, hasil
pengkajian pada kasus ini diperoleh melalui wawancara, observasi langsung,
pemeriksaan fisik, menelaah catatan medic maupun catatan perawat. Dari pengkajian
tersebut didapatkan data dan masalah keperawatan pasien.
3.1.1 Identitas Pasien
Nama pasien Ny. H, Umur 60 tahun, Jenis kelamin perempuan, Agama Islam,
Pendidikan terakhir SMA, Suku Bima, Bangsa Indonesia, Pekerjaan Ibu Rumah
Tangga, Alamat Rt 10 Rw 03 Kelurahan Raba Dompu Barat kecamatan Rasanae
Kota Bima.
Penanggung jawab Tn. U, Hubungan dengan pasien sebagai Anak
Kandung,Pekerjaan swasta. Klien rawat jalan pada tanggal 25 April 2022. Klien
berobat di Puskesmas Penanae dengan diagnosa Medik Hipertensi.
3.1.2 Riwayat Kesehatan
3.6 Keluhan Utama : Pasien mengatakan pusing, tengkuk tegang dan nyeri di
bagian belakang kepala seperti ditusuk-tusuk saat beraktivitas.
3.7 Riwayat keluhan utama : Pasien mengatakan keluhan dirasakan sejak2 hari
yang lalu pada waktu pasien beraktivitas. Sifat keluhan hilang timbul,sehingga
pihak keluarga memutuskan untuk memeriksakan diri pasien di Puskesmas
Penanae, lalu pasien mendapatkan perawatan dengan hasil pemeriksaan :
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, GCS 15 (E4M6V5), ekspresi
wajah tampak meringis kesakitan, skala nyeri 5 (sedang), TD 180/100 mmHg,
Suhu 36,5ºC, Nadi 100 x/menit, RR 24 x/menit. Keluhan lain yang menyertai
pasien mengatakan badan lemas. Keluhan bertambah saat pasien emosi, upaya
yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien minum air hangat
dan berobat ke Puskesmas.
3.8 Riwayat penyakit sebelumnya :
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit kronis selain hipertensi,
tidak ada alergi makanan atau alergi obat-obatan, dan tidak pernah melakukan
tindakan operasi.

3.9 Riwayat kesehatan keluarga :

33
Pasien mengatakan penyakit yang diderita pasien adalah factor keturunan dari
ibu karena sebelum pasien menderita hipertensi, ibu pasien juga pernah
menderita hipertensi, ibu pasien meninggal dengan riwayat penyakit hipertensi.

Genogram:

Keterangan :

Laki-laki Garis perkawinan

 Perempuan Garis keturunan

Pasien Tinggal serumah

 Sudah meninggal

34
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
Tanda-Tanda Vital, Tekanan darah : 180/100 mmHg, Pernapasan : 24 x/menit,
Nadi : 100 x/menit, Suhu badan : 36,5ºC. Kepala simetris, ada keluhan sakit kepala
dan pusing, bentuk, ukuran dan posisi normal, tidak ada lesi dan massa, wajah
simetris, penglihatan kabur, konjungtiva merah muda, sclera ikterik, memakai
kacamata, tidak ada nyeri dan peradangan. Pendengaran normal, tidak ada nyeri
dan peradangan. Hidung normal, tidak ada riwayat polip, sinusitis tidak teraba
adanya cairan. Tenggorokan dan mulut, keadaan gigi bersih, tidak ada karies gigi,
tidak memakai gigi palsu, tidak ada gangguan bicara dan menelan, tidak ada
pembesaran kelenjar leher.
Pemeriksaan sistem kardiovaskuler: tidak adan yeri dada, inspeksi kesadaran
composmentis/GCS 15 (E4M6V5), bentuk dada normal, bibir dan kuku warna
merah muda,CapillaryRefill normal (<2 detik),tangan dan kaki bisa digerakkan
dengan normal,sendi normal,Ictus cordis/Apical pulse teraba,Vena jugularis teraba,
perkusi tidak ada pembesaran jantung,auskultasi bunyi jantung 1 dan bunyi jantung
2 normal, murmur tidak ada.
Pemeriksaan sistem respirasi : keluhan tidak ada, inspeksi jejas tidak ada, bentuk
dada normal, jenis pernapasan normal, irama napas teratur, tidak ada retraksi otot
dan penggunaan alat bantu pernapasan, perkusi cairan, udara, dan massa tidak ada,
auskultasi inspirasi dan ekspirasi normal, clubbing finger normal.
Pemeriksaan sistem pencernaan : tidak ada keluhan, inspeksi turgor kulit normal,
keadaan bibir lembab, keadaan rongga mulut : warna mukosa merah muda, tidak
ada luka dan tanda-tanda radang, keadaan gusi normal.
keadaan abdomen : warna kulit sawo matang, tidak ada luka, pembesaran normal,
keadaan rektal : tidak ada luka, perdarahan, hemmoroid dan lecet/tumor/bengkak,
auskultasi bising usus 15 x/menit, perkusi cairan, udara dan massa normal, palpasi
tonus otot, nyeri dan massa normal.
Pemeriksaan sistem persyarafan : keluhan tidak ada, tingkat kesadaran
composmentis, GCS (E4M6V5), pupil isokor, kejang normal, tidak ada
kelumpuhan dan paresteshia, koordinasi gerak, cranial nerves dan reflex normal.
Pemeriksaan sistem musculoskeletal : tidak ada keluhan, kelainan ekstremitas,
nyeri otot dan nyeri sendi tidak ada, refleksi sendi normal, atropi normal, kekuatan
otot

35
Pemeriksaan sistem integument : tidak ada rash dan lesi, turgor kulit baik, warna
kulit sawo matang, kelembaban normal, tidak ada petechie.
Pemeriksaan sistem perkemihan : tidak ada gangguan dan penggunaan alat
bantu, kandung kencing tidak membesar dan tidak ada nyeri tekan, Pemeriksaan
sistem endokrin : tidak ada keluhan dan pembesaran kelenjar.
Pemeriksaan sistem reproduksi : keluhan tidak ada, keadaan payudara normal,
riwayat persalinan normal, abortus tidak ada.
Pola kegiatan sehari-hari (ADL) : nutrisi, kebiasaan pola makan baik, frekuensi
makan 3 kali sehari, nafsu makan baik, makanan pantangan daging, makanan yang
disukasi jagung dan daun sup, banyaknya minum 8 gelas/hari ±2000 cc, BB 66 kg,
TB 165 cm, tidak ada kenaikan atau penurunan BB, perubahan selama sakit tidak
ada.
Eliminasi : kebiasaan buang air kecil (BAK) 4 kali/hari, warna kuning jernih, bau
pesing, perubahan selama sakit tidak ada. Buang air besar (BAB) frekuensi 1-2
kali/hari, warna kuning kecoklatan, konsistensi lembek,
perubahan selama sakit tidak ada. siang jam 13.00 WITA, bangun jam 14.30
WITA, pasien mudah terbangun dan tidak mengetahui apa yang dapat menolong
untuk tidur nyaman.
Pola interaksi sosial : orang yang penting/terdekat adalah anakanak, organisasi
sosial yang diikuti kelompok tidak ada, keadaan rumah dan lingkungan bersih,
status rumah milik sendiri, cukup, tidak bising dan banjir. Jika ada masalah selalu
menceritakan pada anak..
Kegiataan keagamaan/spiritual : ketaatan menjalankan ibadah sesuai ajaran agama
islam.
Keadaan psikologis selama sakit : persepsi klien bahwa ia merasa cemas dengan
penyakitnya dan mengatakan bahwa ia pasti akan sembuh, pola interaksi dengan
tenaga kesehatan dan lingkungannya baik dan komunikatif.

3.2 Diagnosa Keperawatan


3.2.1 Analisa Data
a. Data Subjektif : Pasien mengatakan pusing, tengkuk tegang dan nyeri di
bagian belakang kepala. DataObjektif: Keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, GCS 15 (E4M6V5), Ekpresi wajah tampak meringis
kesakitan, skala nyeri 5 (sedang), TTV : TD 180/100 mmHg, Suhu 36,5ºC,
36
Nadi 100 x/menit, RR 24 x/menit. Masalah : Nyeri akut. Penyebab :
Peningkatan tekanan vaskuler serebral.
b. Data Sujektif : Klien mengatakan Kepala terasa pusing, tenguk terasa kaku,
dan tangan terasa kesemutan. Data Objektif : klien tanpak lemas, pandangan
kabur, TD 180/100, Nadi 100x/mnt, RR 24 x/mnt.
Masalah : Resiko Peningkatan perfusi serebral tidak efektif . Penyebab :
Peningkatan tekanan intrakranial .
c. Data Subjektif : Pasien mengatakan belum mengetahui tentangpenyakit
hipertensi.Data Objektif :Pasien tampak kebingungan saat ditanya tentang apa
itu hipertensi danfaktor penyebabnya. Masalah: Kurang pengetahuan.
Penyebab : Kurangnya informasi tentang penyakit dan perawatan diri.

3.2.2 Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral,
ditandai dengan, Pasien mengatakan pusing, tengkuk tegang dan nyeri di
bagian belakang kepala, kesadaran composmentis, GCS 15 (E4M6V5),
Ekspresi wajah tampak meringis kesakitan, skala nyeri 5 (sedang), TTV : TD
180/100 mmHg, Suhu 36,2ºC, Nadi 100 x/menit, RR 24 x/menit.

2. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan


intracranial yang ditandai dengan klien mengatakan pusing, tenguk terasa
kaku, dan tangan terasa kesemutan,penglihatan kabur, tanpak meringis dan
tanpak memegang kepalanya. TD 180/100 mmHg, Nadi 100x/mnt, RR
24x/mnt.

2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


proses penyakit dan perawatan diri, ditandai dengan, Pasien mengatakan
belum mengetahui tentang penyakit hipertensi, Pasien tampak kebingungan
saat ditanya tentang apa itu hipertensi dan factor penyebabnya

37
3.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan
1 . Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Tujuan (NOC) : Pain Level, Pain control, Comfort level.
Kriteria hasil :
a) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik
non farmakologi untuk mengurangi nyeri,
b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri,
c) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri),
d) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang, tanda vital dalam rentang
normal.
Intervensi (NIC) : Pain Management,
a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif,
b) Observasi tanda-tanda vital,
c) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan,
d) melakukan terapi non Farmakologi dengan kompres hangat jahe ,
e) Evaluasi keefektifan control nyeri,
2. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intracranial
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan organ
Kriteria Hasil :
3.9.1.1 Tekanan Darah dalam batas normal ( 130 – 140/80-95 mmhg
3.9.1.2 Nyeri berkurang
3.9.1.3 Menyatakan rasa nyaman
Intervensi :
a) Pertahankan tekanan darah dalam batas normal
b) Ajarkan teknik relaksasi
c) Melakukan kompres hangat jahe
d) Anjurkan klien untuk membatasi aktivitas yang menyebabkan kepala pusing

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses


penyakit dan perawatan diri.

38
Tujuan (NOC) : Knowledge : disease process, knowledge : health behaviour,
Kriteria hasil :
1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis
dan program pengobatan,
2) pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar,
3) pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya.
Intervensi (NIC) :
Teaching : disease process,
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang hipertensi,
2) Beri penjelasan kepada pasien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
pencegahan dan penanganan,
3) Beri kesempatan kepada pasien untuk bertanya.

3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan merupakan pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap
klien yang didasarkan pada rencana keperawatan yang telah disusun untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.

Hari pertama dilakukan pada tanggal 28 April 2022.


Diagnosa keperawatan
1 . Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Implementasi :
Jam 08.30, melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif : P (saat ditekan), Q
(nyeri seperti ditusuk-tusuk), R (nyeri dirasakan pada bagian kepala dan tengkuk), S
(skala nyeri 5, dengan menggunakan angka 0-10), T (nyeri dirasakan hilang timbul).
Jam 08.35, mengobservasi tanda-tanda vital : tekanan darah 180/100 mmHg, Suhu
36,2ºC, Nadi 100 x/menit, Pernapasan 24 x/menit. Jam 08.40, mengobservasi reaksi
non verbal dari ketidaknyamanan : ekspresi wajah tampak meringis kesakitan, sering
memegang kepala dan tengkuk. Jam 08.45, mengajarkan dan melakukan terapi non
farmakologi, yaitu Kompres hangat jahe , latihan teknik napas dalam. Jam 09.10.
melakukan pengukuran skala nyeri stelah terapi non farmakologi kompres hangat
jahe denga skala nyeri 5,, mengevaluasi keefektifan control nyeri : rasa nyeri dapat
dikontrol dengan teknik napas dalam.

39
3. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intracranial

Implementasi :
Jam 08.30, mengobservasi tanda-tanda vital : tekanan darah 180/100 mmHg, Suhu
36,2ºC, Nadi 100 x/menit, Pernapasan 24 x/menit. Jam 08.40, mengobservasi reaksi
non verbal dari ketidaknyamanan : ekspresi wajah tampak meringis kesakitan, sering
memegang kepala dan tengkuk. Jam 08.45, mengajarkan dan melakukan terapi non
farmakologi, yaitu Kompres hagat jahe dan latihan teknik napas dalam.

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses


penyakit dan perawatan diri.
Implementasi :
Jam 09.15, mengkaji tingkat pengetahuan pasien tentang hipertensi : pasien tampak
kebingungan saat ditanya tentang apa itu hipertensi dan faktor penyebabnya. Jam
09.25, memberi penjelasan kepada pasien tentang pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, pencegahan dan penanganan : pasien nampak kooperatif dan mendengarkan
penjelasan dengan seksama. Jam 09.40, memberikan kesempatan kepada pasien
untuk bertanya.

Hari Kedua dilakukan pada tanggal 29 April 2022.


Diagnosa keperawatan
1 . Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Implementasi :
Jam 08.30, melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif : P (saat ditekan), Q
(nyeri seperti ditusuk-tusuk), R (nyeri dirasakan pada bagian kepala), S (skala nyeri
4, dengan menggunakan angka 0- 10), T (nyeri dirasakan hilang timbul). Jam 08.35,
mengobservasi tanda-tanda vital : tekanan darah 170/100 mmHg, Suhu 36,2ºC, Nadi
96 x/menit, Pernapasan 24 x/menit. Jam 08.40, mengobservasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan : ekspresi wajah tampak meringis kesakitan, sering memegang
kepala. Jam 08.45, melakukan terapi non farmakologi, yaitu kompres hangat jahe
dan latihan teknik napas dalam. Jam 09.00, mengevaluasi keefektifan control nyeri :

40
rasa nyeri dapat dikontrol dengan teknik napas dalam. Dan memgukur skala nyeri
setelah kompres hangat jahe, skala nyeri 3.

2. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan


intracranial
Implementasi :
Jam 08.30, mengobservasi tanda-tanda vital : tekanan darah 180/100 mmHg, Suhu
36,2ºC, Nadi 100 x/menit, Pernapasan 24 x/menit. Jam 08.40, mengobservasi reaksi
non verbal dari ketidaknyamanan : ekspresi wajah tampak meringis kesakitan, sering
memegang kepala dan tengkuk. Jam 08.45, mengajarkan dan melakukan terapi non
farmakologi, yaitu Kompres hagat jahe dan latihan teknik napas dalam.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses


penyakit dan perawatan diri.
Implementasi :
Jam 09.05, mengkaji tingkat pengetahuan pasien tentang hipertensi : pasien mampu
menjelaskan apa itu hipertensi dan faktor penyebabnya. Jam 09.15, memberi
penjelasan kepada pasien, tanda dan gejala, pencegahan dan penanganan : pasien
nampak kooperatif dan mendengarkan penjelasan dengan seksama. Jam 09.30,
memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya.

Hari Ketiga dilakukan pada tanggal 30 April 2022.


Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Implementasi :
Jam 08.30, melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif : P (saat ditekan), Q
(nyeri seperti ditusuk-tusuk), R (nyeri dirasakan pada bagian kepala), S (skala nyeri
3, dengan menggunakan angka 0- 10), T (nyeri dirasakan hilang timbul). Jam 08.35,
mengobservasi tanda-tanda vital : tekanan darah 150/90 mmHg, Suhu 36,2ºC, Nadi
84 x/menit, Pernapasan 24 x/menit. Jam 08.40, mengobservasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan : ekspresi wajah tampak tidak meringis. Jam 08.45, melakukan
kompres hangat jahe, Jam 09.05, mengukur skala nyeri setelah kompres hangat jahe
dengan skala nyeri 2.

41
2. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intracranial
Implementasi :
Jam 08.35, mengobservasi tanda-tanda vital : tekanan darah 150/90 mmHg, Suhu
36,2ºC, Nadi 84 x/menit, Pernapasan 24 x/menit. Jam 08.40, mengobservasi reaksi
non verbal dari ketidaknyamanan : ekspresi wajah tampak tidak meringis kesakitan,
menganjurkan untuk menhindari aktivita yg memicu timbulnya nyeri . Jam 08.45,
mengajarkan dan melakukan terapi non farmakologi, yaitu Kompres hagat
jahe.mengajarkan teknik napas dalam.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses


penyakit dan perawatan diri.
Implementasi : Jam 09.10, mengkaji tingkat pengetahuan pasien tentang hipertensi :
pasien mampu menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan dan
penanganan hipertensi.

3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi keperawatan adalah tahap yang menentukan apakah tujuan yang telah
disusun tercapai atau tidak.
Hari pertama dilakukan pada tanggal 28 Apil 2022.
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Evaluasi :
Jam 10.10, S : Pasien mengatakan pusing, tengkuk tegang dan nyeri di bagian
belakang kepala. O : Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, GCS 15
(E4M6V5), Ekpresi wajah tampak meringis kesakitan, skala nyeri 5 (sedang),
TTV : TD 180/100 mmHg, Suhu 36,2ºC, Nadi 100 x/menit, RR 24 x/menit. A :
Masalah belum teratasi. P : Intervensi dilanjutkan.

2. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan


intracranial
Evaluasi :
Jam 10.10 wita, S : pasien mengatakan masih pusing, kaku pada tenguk,

42
Kesemutan pada jari. O : Keadaan umum baik, TD : 180/100 mmhg, Nadi 100
x/menit, RR 24 x/menit. A : Masalah belum teratasi. P : Intervensi dilanjutkan.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses


penyakit dan perawatan diri.
Evaluasi :
Jam 10.40 wita, S : Pasien mengatakan mengetahui tentang penyakit hipertensi, dan
penyebabnya.
O : Pasien tampak kebingungan saat ditanya tentang tanda dan gejala serta
penatalaksanaan hipertensi
A : Masalah teratasi sebagian . P : Intervensi dilanjutkan.

Hari kedua dilakukan pada tanggal 29 April 2022.


Diagnosa keperawatan
1 :Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Evaluasi :
Jam 13.00 wita, S : Pasien mengatakan pusing, tengkuk tegang dan nyeri di bagian
belakang kepala berkurang. O : Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, GCS
15 (E4M6V5), Ekpresi wajah tampak meringis kesakitan, skala nyeri 3 (sedang), TTV
: TD 170/100 mmHg, Suhu 36ºC, Nadi 96 x/menit, RR 24 x/menit. A : Masalah teratasi
sebagian. P : Intervensi dilanjutkan.

2. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan


intracranial
Evaluasi :
Jam 10.10 wita, S : pasien mengatakan pusing berkurang demikian juga kaku pada
tenguk.
O : Keadaan umum baik, TD : 170/100 mmhg, Nadi 96 x/menit, RR 24 x/menit. A :
Masalah belum teratasi. P : Intervensi dilanjutkan.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses


penyakit dan perawatan diri.
Evaluasi :

43
Jam 13.15, S : Pasien mengatakan sudah memahami pengertian dan faktor penyebab
hipertensi, factor resiko, pencegahan dan menatlaksanaan hipertensi. O : Pasien
mampu menjelaskan pengertian hipertensi dan faktor penyebabnya. A : Masalah
teratasi. P : Intervensi dihentikan.
Hari ketiga dilakukan pada tanggal 30 April 2022.
Diagnosa keperawatan
1 :Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Evaluasi : Jam 13.00, S : Pasien mengatakan tengkuk tegang dan nyeri di kepala
berkurang. O : Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, GCS 15 (E4M6V5),
pasien tampak rileks, skala nyeri 2 (ringan), TTV : TD 150/90 mmHg, Suhu 36ºC,
Nadi 84 x/menit, RR 24 x/menit. A : Masalah teratasi sebagian . P : Intervensi
dilanjutkan.

2. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan


intracranial
Evaluasi :
Jam 10.10 wita, S : pasien mengatakan tidak pusing lagi demikian juga kaku pada
tenguk.
O : Keadaan umum baik,skala nyeri 2, TD : 150/90 mmhg, Nadi 84 x/menit, RR 24
x/menit. A : Masalah teratasi. P : Intervensi dihentikan

44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
Hasil pengkajian ;

Nama Ny. H

Umur 60 Thn

Jenis kelamin Perempuan

TD 180/100 mmhg

NADI 100x/mnt

RR 24x/menit

Suhu 36,5

Kesadaran Composmentis

keluhan Nyeri kepala menjalar sampai ke tengkuk

Skala nyeri 5

Keadan umum baik

Diagnosa keperawatan yang muncul adalah Nyeri akut yang berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler serebral

Diagnosa keperawatan yang muncul adalah nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologi (iskemia). Intervensi pada nyeri akut yaitu manajemen nyeri
antara lain identifikasi nyeri dengan PQRST, kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri, fasilitasi istirahat dan tidur, ajarkan teknik non farmakologis (kompres
hangat jahe), dan kolaborasi pemberian analgetik (DPP PPNI, 2017).

45
Hasil Skala Nyeri Pre dan Post Pemberian Terapi Kompres Hangat Jahe

Responden Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3


Pre Post Pre Post Pre Post

Ny. H 5 5 4 3 3 2

Berdasarkan tabel 1 didapatkan data hasil studi yang menunjukkan skala nyeri
sebelum dan sesudah pemberian terapi relaksasi otot progresif. Pada responden 1 di
hari pertama sebelum dan sesudah pemberian terapi relaksasi skala nyeri masih tetap
4 tidak ada perubahan. Pada hari kedua sebelum diberikan terapi relaksasi skala nyeri
4, tetapi setelah diberikan terapi relaksasi skala nyeri mengalami penurunan menjadi
3. Kemudian pada hari ketiga sebelum diberikan terapi relaksasi skala nyeri 3, dan
setelah diberikan terapi relaksasi skala nyeri menjadi 2

Pelaksanaan implementasi pada Ny. H yaitu memberikan terapi kompres hangat


jahe selama 3 hari dengan waktu pemberian ± 10-15 menit. Responden dengan
kesadaran composmentis, keadaan umum cukup baik, tekanan darah 180/100 mmHg,
Nadi 100x/menit, RR 24x/menit, dan Suhu 36,8 ºC. Skala nyeri pada hari pertama
yaitu skala 5 dan pada hari ketiga turun menjadi skala 2.

Berdasarkan hasil evaluasi tersebut dapat dianalisis bahwa masalah keperawatan


teratasi sebagian sebagai bukti bahwa skala nyeri kepala pada responden setelah
diberikan terapi kompres hangat jahe selama ± 10 – 15 menit mengalami
penurunan. Faktor pendukung pemberian terapi kompres hangat jahe ialah terapi
yang mudah dilakukan dan adanya dukungan anggota keluarga yang membantu
pelaksanaan terapi. Faktor penghambat dalam pemberian terapi ini ketersediaan
jahe, sehingga menghambat pelaksanaan terapi kompres hangat jahe.
46
4.2 PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis dari pengaplikasian terapi kompres hangat jahe pada hari ke3,
Ny. H mengalami penurunan skala nyeri dan tampak lebih rileks. skala nyeri 2
dengan tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi 82x/menit, RR 22x/menit, dan Suhu 36,6
ºC.
Studi kasus ini juga seirama dengan penelitian Syiddatul B (2019), yang menyatakan
bahwa terapi kompres hangat jahe dapat memberikan pengaruh fisiologis pada
pasien hipertensi. Ada pengaruh pemberian kompres hangat jahe terhadap
penurunan skala nyeri kepala hipertensi pada lansia dan Pemberian terapi kompres
hangat jahe bisa dijadikan terapi alternative bagi lansia yang mengalami nyeri kepala
karena hipertensi. Terapi kompres hangat jahe sangat signifikan untuk menurunkan
nyeri dan dapat mengurangi kejadian komplikasi lanjut dari hipertensi. Hasil studi
kasus ini juga menunjukkan bahwa pemberian terapi Kompres hangat jahe selama ±
10 menit memiliki pengaruh untuk menurunkan skala nyeri kepala pasien hipertensi.

Syiddatul (2019), jahe mengandung zat gingerol, shangaol, zingerone, oleoresin, dan
minyak atsiri. Kandungan dalam jahe seperti gingerol, shongaol dan zingerone
memberikan efek farmakologi dan fisiologi seperti antioksidan, anti-inflamasi,
analgesik, anti-karsinogenik, non-toksik dan non-mutagenik meskipun pada
konsentrasi tinggi. Gingerol dan rasa hangat yang ditimbulkan oleh jahe tersebut
membuat pembuluh darah terbuka (vasodilatasi) dan memperlancar sirkulasi sehingga
suplai makanan dan oksigen menjadi lebih baik sehingga nyeri akan berkurang dan
juga menghambat COX (Cyclo-oxigenase), dimana COX (Cyclo-oxigenase) berperan
dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah prostaglandin. Mekanisme umum
adalah mengeblok pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim COX
(Cyclo-oxigenase) pada daerah nyeri dengan demikian mengurangi pembentukan
mediator nyeri.

Hasil studi kasus ini menunjukkan bahwa pemberian terapi kompres hangat selama ±
10- 15 menit memiliki pengaruh untuk menurunkan skala nyeri kepala pasien
hipertensi. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh ( Utami,

47
Nisa,2020), yang menyatakan bahwa kompres hangat jahe lebih efektif menurunkan
nyeri kepala hipertensi karena jahe mengandung zat gingerol yang dapat membantu
proses penurunan nyeri.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
5.1.1 Skala nyeri kepala Ny. H sebelum kompres hangat adalah 5 – 4 – 3 ( berturut
turut sela 3 hari )
5.1.2 Skala nyeri kepala Ny. H setelah kompres hangat adalah 5 – 3 - 2 ( berturut
turut selam 3 hari)
5.1.3 Ada pengaruh pemberian kompres hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri
kepala hipertensi pada Ny.H

5.2 SARAN
5.2.1 Bagi Responden
Dari hasil penelitian ini diharapkan responden ( Ny. H )dapat mengaplikasikan
kompres hangat jahe di rumah secara mandiri, untuk menurunkan skala nyeri
kepala pada hipertensi.
5.2.2 Bagi Peneliti
a. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya dalam
mengembangkan penelitian untuk menurunkan skala nyeri kepala hipertensi,
tidak hanya nyeri kepala pada hipertensi tetapi pada nyeri yang lainnya.
b. Bagi peneliti selanjutnya dapat memodifikasi atau membandingkan dengan
menggunakan intervensi yang lain agar lebih efisien dalam mengkompres
nyeri
5.2.3 Bagi puskesmas Penanae
Diharapakan penelitaian ini menjadi referensi terapi non farmakologi dalam
menurunkan nyeri kepala pada hipertensi sehungga dapat dilakukan intervei pada
pasien dengan maslah yang sama di fasilitas pelaynan kesehatan.
48
49
DAFTAR PUSTAKA

DepKes, RI. (2019). Hipertensi Membunuh Diam-Diam,


Ketahui Tekanan Darah Anda. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 22
Mei 2019. http://www.depkes.go.id/article/view/1 8051600004/hipertensi-membunuh-
diam-diam-ketahui-tekanan-darah-anda.html

Hermani & Winarti (2015). Kandungan Bahan Aktif Jahe dan Pemanfaatannya
Dalam Bidang Kesehatan. http:/balitro.litbang.pertanian.go.id/ diakses pada tanggal
13 November 2015.

Lingga, L. (2012). Bebas Hipertensi Tanpa Obat. Cet. 1. Jakarta: AgromediaPustaka


Misrah, 2019. Rimpang Sejuta Khasiat.Jakarta: Penerbit Araska

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan (Ed.2). Yogyakarta :
Graha Ilmu
Setyawan, D(2014). Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Pada Lansia Terhadap
Penurunan Nyeri Kepala Pada Pasien Hipertensi. Fakultas Kedokteran. Universitas
Diponegoro. Semarang.

Sutanto, (2010). Cekal Penyakit Modern, Hipertensi, Stroke, Jantung, kolesterol dan
Diabetes. C.V Audi Offset. Yogyakarta.

Syiddatul, B. (2019). Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Jahe Terhadap Skala


Nyeri Kepala Hipertensi Pada Lansia Di Posyandu Lansia Karang Werdha Rambutan
Desa Burneh Bangkalan. Jurnal Kesehatan, 5(1), 1–6.

Utami, Nisa. 2020, Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Jahe Terhadap Skala Nyeri
Kepala Pada Lansia di Dusun Tangar Desa Kedungharjo Widang Tuban.

Yonata, A., Satria, A., & Pratama, P. (2016). Hipertensi sebagai Faktor Pencetus
Terjadinya Stroke. Majority, 5(3), 17.

Devi, S. (2017), Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Rheumatoid.


Jurnal Kesehatan, 1-17

Kusyani, Asri ; Nuraminudin, AA; Andriyani, L. (2018). Pengaruh Kompres Jahe


Terhadap Penurunan Nyeri Artritis Rheumatoid Pada Lansia Di PSLU Jombang.
Kesehatan, 3, 3.

Merliana, R., Daeli, N. E., Sitanggang, M., Kesehatan, F. I., Katolik, U., & Charitas, M.
(2019). Perbedaan Kompres Air Hangat Dan Jahe Merah Terhadap Tingkat Nyeri Gout
Lansia Differences Of Warm Water Compresses And Red Ginger Against. Kesehatan,
169–175.

LAMPIRAN
LAMPIRAN :

RENCANA TINDAKAN KOMPRES HANGAT JAHE

1 Pengertian Memberikan masa hangat pada area/daerah tertentu dengan menggunakan


cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang
memerlukan
2 Tujuan 1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Menurunkan suhu tubuh
3. Mengurangi rasa nyeri/sakit
4. Memberikan rasa hangat, nyaman dan tenang pada klien
3 Indikasi 1. Klien nyeri hipertensi
2. Klien hipertermi
3. Klien dengan perut kembung
4. Klien dengan peradangan
5. Spasme otot
6. abses
4 Persiapan 1. Identifikasi pasien dengan memeriksa identitas pasien dengan cermat
Perawat 2. Berikan salam
3. Memperkenalkan diri
4. jelaskaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
5 Persiapan 1. jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
Pasien 2. berikan kesempatan pada pasien untuk bertanya terkait tindakan yang
akan dilakukan
3. atur posisi pasien sehingga merasakan aman dan nyaman
4. jaga privasi pasien
6 Persiapan 1. Ember atau Waskom air
alat/bahan 2. Air hangat jahe (43-46 0C)
3. Lap mandi
4. Handuk mandi 1 buah

7 Persiapan  Jaga privasi pasien dan keluarga


Lingkungan  Berilakan lingkungan yang aman dan nyaman buat pasien dan
keluarga

LAMPIRAN :
IMPLEMENTASI KOMPRES HANGAT JAHE
Dilaksanakan
NO Implementasi Keperawatan
Ya tidak

1 Implementasi pada pasien dengan nyeri akut 


yaitu dengan memberikan kompres hangat
rebusan jahe

a. Mengucapkan salam memperkenalkan diri 

b. Menanyakan keluhan atau kondisi 

c. Menjelaskan tujuan, prosedur tindakan dan 


memberikan kesempatan pasien bertanya

d. Lakukan cuci tangan 

e. Meminta pasien untuk berbaring atau duduk 


dan anjurkan pasien untuk rileks

f. Kaji keluhan pasien dan ukur TTV pasien 

g. Masukan washlap atau handuk kecil ke dalam 


baskom rebusan jahe hangat

h. Peras washlap atau handuk kecil sampai 


lembab

i. Tempelkan pada area yang sakit hingga 


kehangatan washlap atau handuk kecil terasa
berkurang

j. Ulangi langkah sebelumnya hingga 10-15 


menit

k. Akhiri tindakan dengan mengeringkan titik 


pengompresan

l. Cuci tangan dan rapikan alat 


Lampiran 2
INFORMED CONSENT

Judul “PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES HANGAT JAHE TERHADAP


PENURUNAN SKALA NYERI KEPALA HIPERTENSI PADA NY. H DI KELURAHAN
RABADOMPU BARAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENANAE KOTA BIMA” .

Saya yang bertanda tangan dibawah ini , telah mendapatkan informasi dengan jelas
tentang tugas pengambilan studi kasus, dari mahasiswa yang bernama Suherman, S.Kep.
Saya setuju untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan studi kasus ini dan saya telah
menerima salinan dari form ini. Saya, Ny. Halimah Dengan ini memberikan pernyataan
kesediaan menjadi responden dalam penelitian ini.
Semua data dan informasi dari saya sebagai responden hanya akan digunakan
untuk tujuan dari studi kasus ini.

Kota Bima, 25 April 2022

Tanda Tangan Responden Tanda TanganPeneliti

(Responden) (Suherman,S.Kep)
Dokumentasi Kegiatan
Lampiran Jurnal

Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Jahe Terhadap Skala Nyeri Kepala


Hipertensi Pada Lansia Di Posyandu Lansia Karang Werdha Rambutan
Desa Burneh Bangkalan.
Syiddatul B1*
1
Stikes Insan Se Agung Bangkalan, Indonesia
*Email: Serendipity2.0@gmail.com

Abstract
One of the symptomps of hypertension is headache. Headache occurs due to the atherosclerosis that
causes spasme on the blood vessels (artery) and a decrease of oxygen in the brain. This headache can
be handle by doing non pharmacology one of them is by doing warm compress of ginger. The
research aims to determine the effect of warm compress of ginger on headache scale hypertension to
elderly Posyandu of Elderly Karang Werdha Rambutan Burneh village Bangkalan.The quasi
expreriment design with one group pre-post test design. The population is 40 of elderly in Posyandu
of elderly and the sample is 36 of elderly, used simple random sampling technique sampling. The
independen variable is a warm compres of ginger, the dependent variable is headache scale
hypertension to elderly and the analyze of data using Wilcoxon Sign Ranks Test.The scale before
giving with a warm compress of ginger is a level of madium pain with 20 of elderly (55,6%), and the
level of scale after giving with a warm compress of ginger is a level of mild pain with 27 of elderly
(75%). Used the Wilcoxon sign test of p value of 0,000 (p<α0,05). So it can be conclude there was the
difference scale of headache hypertension to elderly before and after giving with a warm compress of
ginger.The headache can be control if they know the factors of pain likes age lifestyle, food, jobs, and
treat of pain well.

keywords: Scale of pain, warm compress of ginger, headache of hypertension.

penanganan nyeri jika benar dan tepat nyeri


1. Pendahuluan kepala hipertensi pada lansia dapat terkontrol,
terhindar dari komplikasi
Nyeri kepala hipertensi merupakan salah satu
kondisi yang paling umum dijumpai pada yang serius dan juga dapat bermanfaat
lansia (lanjut usia), dimana pada usia tersebut membantu pada lansia dalam mempelajari
kondisi dan kemampuan fungsi tubuh proses terjadinya nyeri kepala hipertensi.
mengalami penurunan. Penanganan nyeri Penanganan nyeri hipertensi pada lansia, lansia
kepala hipertensi pada lansia merupakan hal bisa mengontrol nyeri kepala jika lansia sudah
yang perlu mendapatkan perhatian karena mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh
yang bisa meningkatkan nyeri kepala
hipertensi. Namun, saat ini masih banyak hal-hal apa saja yang harus diketahui dalam
lansia yang belum mengetahui tentang penanganan pada nyeri kepala hipertensi.
penanganan tersebut. Hal ini disebabkan Di Amerika gejala yang sering dialami
kurangnya pengetahuan pada lansia tentang penderita hipertensi meliputi sakit kepala 40%,
Palpitasi 28,5%, Noktori 20,4%,
Disiness 20,8%, dan Titinus 13,8% (Lingga,
2012). Danberdasarkan survey yang dilakukan
oleh Pinzon (2013) di Yogyakarta,
menjelaskan bahwa pada usia lebih dari 60
tahun kondisi nyeri kepala hipertensi yang
paling sering dijumpai adalah nyeri tengkuk.
Proporsi terbesar pasien datang dengan
intensitas nyeri sedang (VAS 4-6), yaitu 60%,
dan juga dijelaskan 29% nyeri tengkuk akibat
hipertensi merupakan kondisi medis yang
menjadi alasan untuk berobat. Berdasarkan
studi pendahuluan yang dilakukan di Posyandu
lansia Karang Werdha Rambutan Desa Burneh
Bangkalan, pada tanggal 20 Desember 2015
setelah melakukan wawancara sebanyak 40
responden pada lansia di dapatkan data
memiliki hipertensi disertai nyeri kepala,
dimana tidak ada responden mengalami nyeri
hebat tidak bisa
dikontrol, 7 orang (17,5%) mengatakan nyeri Manajemen non farmakologi merupakan
hebat bisa dikontrol, nyeri sedang 20 orang langkah-langkah sederhana dalam upaya
(50%), dan nyeri ringan 13 orang (32,5%). menurunkan skala nyeri hipertensi pada lansia
Nyeri kepala hipertensi pada lansia terjadi dengan berisiko rendah bagi pasien dan tidak
adanya peningkatan dari hipertensi atau membutuhkan biaya terlalu mahal.
tekanan darah tinggi, dimana hal itu Menggabungkan kedua pendekatan ini
disebabkan adanya penyumbatan pada sistem merupakan cara paling efektif untuk
peredaran darah baik dari jantungnya, dan mengurangi skala nyeri hipertensi pada lansia.
serangkaian pembuluh darah arteri dan vena Salah satu intervensi non farmakologi yang
yang mengangkut darah. Hal itu membuat dapat dilakukan perawat secara mandiri dalam
aliran darah di sirkulasi terganggu dan menurunkan skala nyeri kepala hipertensi pada
menyebakan tekanan meningkat lansia yaitu dengan melakukan kompres hangat
(Palmer,et.al., 2013). Jaringan yang sudah jahe pada penderita untuk menurunkan skala
terganggu akan terjadi penurunan oksigen dan nyeri kepala hipertensi pada lansia.
terjadinya peningkatan karbondioksida. Lalu,
terjadi metabolisme anaerob dalam tubuh yang
meningkatkan asam laktak dan menstimulasi 2. Metode
peka terhadap nyeri kepada pada otak
(Setyawan, 2014). Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Quasi Eksperiment
Nyeri kepala hipertensi pada lansia juga Design dengan menggunakan rancangan
disebabkan oleh pergeseran jaringan (desain) Pre and Post Test Without Control
intrakranial yang peka nyeri akibat Designya itu penelitian yang hanya intervensi
meningginya tekanan intrakranial, dimana membuktikan padasatu kelompoksubjek tanpa
nyeri kepala merupakan cara tubuh memberi kelompok pembanding.
alarm bahwa ada sesuatu yang tidak beres
sedang terjadi dengan kesehatan kita. Ada rasa
sakit yang tidak perlu dirisaukan, tapi ada juga 2.1 Metode Pengumpulan Data
yang merupakan sinyal penting dan tidak boleh
diabaikan. Mengalami nyeri kepala hipertensi Pada penelitian ini, data dikumpulkan dari
yang sangat hebat secara tiba-tiba bisa menjadi jawaban atas pertanyaan yang disediakan
salah satu tanda adanya penyakit serius (Astuti, melalui pengisian checklist dan kuesioner oleh
2014). lansia tentang nyeri yang dirasakan. Sebelum
dilakukan kompres hangat jahe (pre-test), skala
Manajemen nyeri hipertensi pada nyeri lansia diukur, kemudian dilakukan
lansiabertujuan untuk mengurangi atau kompres hangat jahe oleh peneliti selama 5-15
menghilangkan rasa sakitdan tidaknyaman. menit. Setelah itu diukur kembali (post-test)
Secaraumum menajemen nyeri hipertensi pada skala nyeri lansia tersebut. Kemudian di
lansia adadua yaitu manajemen farmakologi bandingkan antara pre-test dengan post-test.
(obat-obatan) dan manajemen non Populasi dalam penelitian ini adalah
farmakologi. Menangani nyeri yang keseluruhan lansia yang yang menderita nyeri
dialamipasien melalui intervensi kepala hipertensi pada lansia di posyandu
farmakologisadalah dilakukan oleh dokter lansia Karang Werdha Rambutan Desa Burneh
dengan pemberian obat-obatan seperti Bangkalan, jumlah lansia penderita nyeri
analgesik. Pada intervensi non farmakologi kepala hipertensi 40 lansia. Dengan
menangani pasien nyeri bisa dilakukan seperti menggunakan simple random sampling maka
bimbingan antisipasi, distraksi, masase kulit, besar sampel yang diambil sebanyak 36 lansia.
hipnosis kulit, memberikan pengetahuan
tentang respon fisiologis (Biofeedbak), 2.3 Metode Analisis Data
memberikan kompres, mandi air hangat atau Berdasarkan jawaban berdasarkan pertanyaan
disebut stimulasi kutaneus (Kozier,et.al., selanjutnyadibuat tabel distribusi frekuensi
2009). untuk mengukur perbandingan skala
nyeri pada lansiadengan sebelum dan sesudah
pemberian kompres hangat jahe di Posyandu Jenis Frekuensi Presentase
lansia Karang Werdha Rambutan Desa Burneh Kelamin (%)
Bangkalan. Teknik analisa menggunakan uji Laki-laki 15 41,7
Wilcoxon dengan tingkat signifikasi (α) = 0,05. Perempuan 21 58,3
Total 36 100
3. Hasil dan Pembahasan
3. Pendidikan
3.1 Data Umum
Data umum ini menggambarkan tentang data- Berikut ini merupakan tabel Distribusi Frekuensi
data pasien meliputi: Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan Lansia di Posyandu Lansia Karang
Pendidikan, dan Pekerjaan. Werdha Rambutan Desa Burneh Bangkalan Mei
2016
1. Umur
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Lansia
Berikut ini merupakan tabel distribusi di Posyandu Lansia Karang Werdha Rambutan
frekuensi usia lansia di Posyandu Lansia Desa Burneh Bangkalan Mei 2016
Karang Werdha Rambutan Desa Burneh
Bangkalan pada Mei 2016. Pendidikan Frekuensi Presentase

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Usia Lansia di (%)


Posyandu Lansia Karang Werdha Rambutan Tidak 7 19,4
Desa Burneh Bangkalan Mei 2016 Sekolah
Tamat SD 16 44,5
Umur Presentase Tamat SMP 10 27,8
Frekuensi Tamat 3 8,3
(%) SMA
60-62 Total 36 100
17 47,2
tahun
63-65 4. Pekerjaan
8 22,3
tahun
66-68 Berikut ini merupakan tabel Distribusi Frekuensi
5 13,9
tahun Pekerjaan Lansia di Posyandu Lansia Karang
69-71 Werdha Rambutan Desa Burneh Bangkalan Mei
3 8,3
tahun 2011
72-74
3 8,3
tahun
Total 36 100
Tabel 4
Frekuensi Pekerjaan Lansia di Posyandu Lansia
2. Jenis Kelamin Karang Werdha Rambutan Desa Burneh
Bangkalan Mei 2016
Berikut ini merupakan tabel Distribusi
Frekuensi Jenis Kelamin Lansia di Posyandu Pekerjaan Frekuensi Presentase
Lansia KarangWerdha Rambutan Desa
(%)
Burneh Bangkalan Mei 2016 Pensiunan 7 19,4
Swasta 18 50
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Wiraswasta 7 19,4
Lansia di Posyandu Lansia Karang Werdha PNS 4 11,2
Rambutan Desa Burneh Bangkalan Mei 2016
Total 36 100
3.2 Data Khusus Berat Tidak 0 0
Terkontrol
1. Skala Nyeri Sebelum Pemberian Kompres Total 36 100
Hangat Jahe.
3. Hasil Uji Statistik
Berikut ini merupakan tabel distribusi
frekuensi skala nyeri Lansia Sebelum
Hasil uji statistik Uji Wilcoxon diperoleh nilai
Diberikan Kompres Hangat Jahe di Posyandu
p value 0,000(p < a 0,05) berarti Ho ditolak
Lansia Karang Werdha Rambutan Desa
dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan ada
Burneh Bangkalan Mei 2016
pemberian kompres hangat jahe terhadap skala
nyeri kepala hipertensi lansia di Posyandu
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Skala Nyeri
Lansia Karang Werdha Rambutan Desa
Lansia Sebelum Diberikan Kompres Hangat Burneh Bangkalan.
Jahe di Posyandu Lansia Karang Werdha
Rambutan Desa Burneh Bangkalan Mei 2016 3.3 Pembahasan
Skala Frekuensi Presentase Berdasarkan hasil penelitian pada tabel
Nyeri (%) 5.5 menunjukkan bahwa skala nyerikepala
Tidak 0 0 hipertensipada lansia mengalami nyeri sedang
Nyeri sebanyak 20 orang (55,6%), 9 orang nyeri
Ringan 9 25 ringan(25%), dan 7 orang nyeri berat
Sedang 20 55,6 terkontrol (19,4%) sebelum
Berat 7 19,4 dilakukankompres hangat jahe.
Terkontrol Menurut Price dan Wilson (2014), nyeri kepala
Berat 0 0 disebabkan karena kerusakan vaskuler akibat
Tidak dari hipertensi tamapak jelas pada seluruh
Terkontrol pembuluh perifer. Perubahan struktur dalam
Total 36 100 arteri – arteri kecil dan arteriola menyebabkan
penyumbatan pembuluh darah. Bila pembuluh
2. Skala Nyeri Sesudah Pemberian Kompres darah menyempit maka aliran arteri akan
Hangat Jahe terganggu. Pada jaringan yang terganggu akan
terjadi penurunan oksigen dan peningkatan
Berikut ini merupakan tabel distribusi karbondioksida kemudian terjadi metabolisme
frekuensi lansia sesudah diberikan kompres anaerob dalam tubuh yang meningkatkan asam
hangat jahe di Posyandu Lansia Karang laktak dan menstimulasi peka nyeri kapiler
Werdha Rambutan Desa Burneh Bangkalan pada otak.
Mei 2016
Selain itu nyeri yang dialami lansia
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Lansia sesudah
dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagaimana
diberikan kompres hangat jahe di Posyandu
dijelaskan Judha dalam Setyawan (2014)
Lansia Karang Werdha Rambutan Desa
faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
Burneh Bangkalan Mei 2016
diantaranya adalah usia, jenis kelamin,
pekerjaan, kebudayaan, perhatian, ansietas,
Skala Nyeri Frekuensi Presentas
pengalaman sebelumnya, dukungan keluarga,
e (%) dan keletihan. Hal tersebut didukung dengan
Tidak Nyeri 0 0 pendapat Wijayakusuma (2013) yang
Ringan 27 75 menyatakan bahwa beberapa hal yang
Sedang 9 25 mempengaruhi timbulnya nyeri adalah faktor
Berat Terkontrol 0 0 usia, faktor genetik, psikologis, lingkungan,
pekerjaan, makanan, dan kelenjar atau hormon.

Dari hasil penelitian di lapangan salah satu


kegiatan di Posyandu yaitu kegiatan
kesehatan, seperti senam lansia, cek tekanan sedikit mengandung jaringan ikat elastis.
darah, dan lain-lain. Namun sebagian besar Namun pembuluh darah ini mempunyai otot
lansia tidak aktif, dan minim pengetahuan polos berjalan sirkurel mengelilingi arteriol,
mengenai kesehatan. Disebabkan karena sehingga apabila berkontraksi, lingkaran
kurangnya koordinasi kader ke puskesmas pembuluh akan mengecil, dengan demikian
terdekat, serta tidak adanya kader yang terlatih resistensi dan aliran melalui pembuluh darah
di posyandu khususnya dibagian kesehatan, berkurang.
sehingga lansia kurang aktif, tidak Kompres merupakan salah satu tindakan non
mendapatkan HE (Health Education) tentang farmakologis untuk mengatasi menghilangkan
berbagai penyakit dan penanganannya. Hal ini nyeri atau mengurangi nyeri adalah
memungkinkan lansia tidak tahu cara menggunakan kompres hangat, dimana
menangani nyeri dengan benar dan tepat. kompres hangat dapat memberikan rasa hangat
pada daerah tertentu, karena rasa hangat yang
Selain dari kerusakan sistem neurovaskuler,
diberikan mampu mendilatasi pembuluh darah
timbulnya nyeri pada lansia sebagian besar
dan suplai oksigen menjadi lancar dan
disebabkan dari faktor usia, sebab pada usia
meredakan ketegangan, akibatnya nyeri dapat
lansia kondisi dan kemampuan fungsi
berkurang (Rohimah, 2015).
tubuhnya mengalami penurunan, hal ini
Pilihan terapi basah hangat dan dingin
menyebabkan lansia rentan mengalami nyeri,
bervariasi menurut kondisi penderita, misalnya
penyebab kedua aktivitas kerja atau kegiatan
basah hangat menghilangkan kekakuan pada
yang berlebihan, hal ini karena terdapat
pagi hari, tetapi kompres dingin mengurangi
beberapa lansia yang masih bekerja, sebab
nyeri akut dan sendi yang mengalami
aktivitas yang berlebih mudah mengalami
peradangan. Lokasi
nyeri, penyebab lainnya yaitu makanan yang
pengompresan yang paling efektif berada di
tidak dijaga yang bisa menyebabkan timbulnya
dekat lokasi aktual nyeri, serta memakan waktu
nyeri, contohnya lansia suka makanan asin,
5 sampai 15 menit dalam mengkompres dingin
daging bebek, kacang-kacangan, dan lain-lain.
(Rohimah, 2015).
Meskipun sebagian besar lansia banyak yang Kompres hangat jahe bisa meredakan atau
belum mengetahui penanganan nyeri dengan mengurangi ketegangan, sehingga nyeri yang
benar dan tepat yang dirasakan, namun ada di alami lansia dapat berkurang. Dari hasil
beberapa lansia mengatasi nyerinya dengan penelitian terjadi penurunan skala nyeri pada
membiarkan dengan mengalihkan perhatian, lansia setelah diberikan kompres hangat jahe.
sebagian ada lansia yang mengatasi nyerinya Ini dibuktikan bahwa ada pengaruh dari setelah
dengan memijat bagian yang terasa sakit, dan diberikan kompres hangat jahe dalam
sebagian ada lansia yang meminum obat anti menurunkan skala nyeri lansia, dan respon
nyeri. lansia mengatakan mereka merasa rileks ketika
diberikan kompres hangat jahe.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6 Metode pengobatan dari luar ini biasanya
menunjukkan bahwa skala nyerikepala dengan cara memberi kompres air hangat jahe
hipertensipada lansia mengalami nyeri ringan ini dengan meletakkan waslap lembab dan
sebanyak 29 orang (75%), 9 orang nyeri hangat yang diletakkan pada area leher lansia,
sedang(25%), dan tidak ada orang yang ini dapat memvasodilatasi pembuluh darah
mengalami nyeri berat terkontrol setelah sehingga aliran darah menjadi lancar,
dilakukankompres hangat jahe. Ini mengurangi kaku dan mengurangi nyeri.
menunjukkan bahwa terjadi penurunan skala Kompres hangat jahe menurunkan nyeri
nyeri setelah diberikan kompres hangat jahe. melalui tahap transmisi, dimana pada tahapan
Menurut Sherwood dalam Rohimah (2015) ini sensasi hangat pada kompres hangat jahe
mengungkapkan bahwa pada leher terdapat menghambat mediator inflamasi, sehingga
arteri dan arteriol mempengaruhi kepala dan akan meningkatkan ambang rasa nyeri
otak, arteriol merupakan pembuluh resistensi sehingga terjadi penurunan tingkat nyeri pada
utama pohon Vaskuler. Dinding arteriol hanya lansia.
Pada lansia setelah dilakukan pemberian
kompres hangat jahe, mengalami penurunan
nyeri ringan yaitu sebanyak 27 lansia (75%), perlunya tenaga kader yang ahli khususnya
dan lansia yang mengalami tingkat nyeri dalam bidang kesehatan di posyandu, sebab
sedang tetap yang tidak mengalami penurunan, kesediaan tenaga ahli sangat penting skali,
terdapat 2 lansia. Kemungkinan ada beberapa dimana keadaan lansia perlu mendapatkan
hal yang dapat mempengaruhi penurunan perhatian lebih dengan kondisinya semakain
tingkat nyeri yang dirasakan oleh lansia seperti bertambahnya usia, perlunya mendapatkan
dari usia, perhatian, ansietas, faktor info-info kesehatan dan pelatihan pada lansia
lingkungan, dan keletihan. sangat bagus untuk kesehatan lansia itu sendiri
Kompres hangat merupakan salah satu dan diharapkan lansia bisa mengaplikasikan
penatalaksanaan nyeri dengan memberikan dirumah secara mandiri. Hal ini jika bisa
energi panas melalui konduksi, dimana panas terlaksana tentunya lansia bisa meminimalkan
tersebut dapat menyebabkan vasodilatasi nyeri yang dirasakannya.
(pelebaran pembuluh darah), meningkatkan Nyeri kepala bisa dikontrol jika lansia
relaksasi otot sehingga meningkatkan sirkulasi mengetahui hal-hal yang berpengaruh seperti
dan menambah pemasukan, oksigen, serta faktor usia, pola hidup, pola makan, dan cara
nutrisi kejaringan (Potter,et.al., 2005). menangani nyeri dengan benar dan tepat, cara-
Kompres hangat juga dapat meningkatkan cara sederhana ini jika bisa diaplikasikan
curah jantung, peningkatan tersebut secara mandiri tentunya lansia akan bisa
dikarenakan sebagai hasil vasodilatasi perifer mengontrol nyeri, dan lansia bisa terhindar dari
yang berlebih, yang mengalihkan sejumlah komplikasi yang serius seperti pada hipertensi
besar suplai darah sadari organ dalam dan akut yang menyebabkan penderita mengalami
menghasilkan penurunan tekanan darah koma (ensefalopati hipertensi).
(Kozier,et.al., 2009).
Kandungan di dalam jahe ini cukup banyak Pemberian kompres hangat air hangat jahe
antara lain pada bagian rimpang jahe dalam penelitian ini selama kurang lebih 20
mengandung zat gingerol, shangaol, menit, sesuai dengan waktu yang dapat
zingerone, oleoresin, dan minyak atsiri menunjukkan efek pemberian kompres air
(Hermani,dkk., 2015). Kandungan dalam jahe hangat jahe. Penurunan tingkat nyeri pada
seperti gingerol, shongaol dan zingerone lansia setelah diberikan kompres hangat terjadi
memberikan efek farmakologi dan fisiologi perubahan namun demikian perubahan
seperti antioksidan, anti-inflamasi, analgesik, tergantung pada respon lansia masing-masing
anti-karsinogenik, non-toksik dan non- karena nyeri yang dirasakan individu bersifat
mutagenik meskipun pada konsentrasi tinggi. pribadi yang diartikan antara individu satu
Gingerol dan rasa hangat yang ditimbulkan dengan lainnya mengalami perbedaan.
oleh jahe tersebut membuat pembuluh darah
terbuka (vasodilatasi) dan memperlancar Dengan demikian teori dan hasil penelitian
sirkulasi sehingga suplai makanan dan oksigen dilapangan menunjukkan bahwa ada perbedaan
menjadi lebih baik sehingga nyeri sendi akan skala nyeri kepala hipertensi pada lansia
berkurang dan juga menghambat COX (Cyclo- sebelum dan sesudah pemberian kompres
oxigenase), dimana COX (Cyclo-oxigenase) hangat jahe di Posyandu Lansia Karang
berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah Werdha Rambutan Burneh Desa Burneh
satunya adalah prostaglandin. Mekanisme Bangkalan. Dibuktikan dengan perbedaan
umum adalah mengeblok pembentukan skala nyeri sebelum dan sesudah pemberian
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim kompres hangat. Hal ini dipengaruhi Gingerol
COX (Cyclo-oxigenase) pada darerah terluka dan rasa hangat yang ditimbulkan oleh jahe
dengan demikian mengurangi pembentukan tersebut membuat pembuluh darah terbuka
mediator nyeri. Dalam pengobatan tradisional, (vasodilatasi) dan memperlancar sirkulasi
jahe digunakan untuk mengobati batuk, diare, sehingga suplai makanan dan oksigen menjadi
nyeri sendi, dan penyakit radang sendi dan lebih baik sehingga nyeri akan berkurang.
tekanan darah tinggi (Hermani,dkk., 2015).
Koordinasi antara kader dan pihak kesehatan
sangat diperlukan, dan juga
4. Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan

1. Ada pengaruh pemberian kompres hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri kepala hipertensi pada lansia.
2. Pemberian terapi kompres hangat jahe bisa dijadikan terapi alternatifbagi lansia yang mengalami nyeri kepala karena
hipertensi.

4.2 Saran

1. Bagi Responden
Dari hasil penelitian ini diharapkan responden di Posyandu Lansia Karang Werdha Rambutan Desa Burneh Bangkalan dapat
mengaplikasikan kompres hangat jahe di rumah secara mandiri, untuk menurunkan skala nyeri kepala pada hipertensi.

2.Bagi Peneliti
a. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya dalam mengembangkan penelitian untuk
menurunkan skala nyeri kepala hipertensi, tidak hanya nyeri kepala pada hipertensi tetapi pada nyeri yang lainnya.
b. Bagi peneliti selanjutnya dapat memodifikasi atau membandingkan dengan menggunakan intervensi yang lain agar
lebih efisien dalam mengkompres nyeri.

Daftar Pustaka

Lingga, L. (2012). Bebas Hipertensi Tanpa Obat. Cet. 1. Jakarta: AgromediaPustaka.

Pinzon, Rizaldy (2013). Komorbiditas Nyeri Pada pasien Lanjut Usia. Jurnal CDK-226/Vol 42. No. 3 Tahun 2015.

Palmer KT, et al. (2001) Prevalence and Occupational Associations of Neck Pain in the British Population. Scand. J Work
Environ Health 2001; 27: 49-.
Setyawan, D(2014). Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Pada Lansia Terhadap Penurunan Nyeri Kepala Pada Pasien
Hipertensi di RSUD Tugurejo Semarang. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. Semarang.

Astuti, S. (2014) Blok Infraklavikular Kontinyu Sebagai Manajemen Nyeri Akut Pascaoperasi Ekstremitas Atas. Skripsi.
Universitas Udayana. Bali.

Kozier, et.al. (2009). Buku Ajar Fundamental: Konsep, Proses, danPraktek. Jakarta: EGC

Price S.A, Wilson L.M. (2014). Patofisiologi


:KonsepKlinik Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Wijayakusuma, A.D. & Putri. (2013). Keperawatan Medikal Bedah (KMB1). Yogyakarta: NuhaMedika

Rohimah (2015). Pengaruh Kompres Hangat Pada Pasien Hipertensi Esensisal di Wilayah Kerja Puskesmas Kahurpian
Kota Tasikmalaya. Jurna lKesehatan Bakti Tunas Husana. Volume 13 Nomor 1 Februari 2015.

Potter & Perry (2005), Fundamental Of Nursing NursingKonsep, Proses, Dan Praktik. Jakarta: EGC

Hermani & Winarti (2015). Kandungan Bahan Aktif Jahe dan Pemanfaatannya Dalam
Bidang Kesehatan. http:/balitro.litbang.pertanian.go.id/ diakses pada tanggal 13 November 2015.
Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Jahe Terhadap Skala Nyeri Kepala Hipertensi Pada
Lansia Di Dusun Tangar Desa Kedungharjo Widang Tuban

Abstract
Utami, Nisa. 2020. Effect of Ginger Warm Compress Giving on Hypertension Head Pain Scale
in the Elderly in Tangar Hamlet, Kedungharjo Village, Widang District, Tuban Regency.
Thesis. University of Muhammadiyah Lamongan. Supervisor (1) Abdul Rokhman, S.Kep.,
Ns., M.Kep, (2) Abdul Majid, SE., M.M

Hypertension is a state of increased systolic blood pressure ≥ 140 mmHg and diastolic ≥ 90
mmHg, according to the World Health Organization (WHO) worldwide, 26.4% of the earth's
inhabitants suffer from hypertension, hypertension headache in the elderly there is an increase
in high blood pressure, caused blockages in the circulatory system both from the heart, a series
of arteries and veins that carry blood. This study aims to determine the effect of Ginger Warm
Compress Giving on the Hypertension Head Pain Scale in the Elderly in Tangar Village,
Kedungharjo Village, Widang District, Tuban Regency. This study uses a True experimental
design with a pre-test post-test control group design with the method of simple random
sampling obtained 36 respondents giving intervention 2x for ± 20 minutes by measuring the
pain relief bourbanis scale with Wilcoxon test data analysis and man whitney test. Pre-test in
the intervention group almost all 83.3% experienced moderate pain and post-test almost all
88.9% experienced mild pain and in the control group almost all 61.1% experienced severe
pain and post-test almost entirely 83.3% experiencing moderate pain. By using the SPSS 16.0
for Windows program using the Wilcoxon Singn Rank Test with α = 0.05, the p-value of the
intervention group = (0,000) and the control group = (0.003) which means that there is an
effect of giving warm ginger compresses to the headache scale hypertension in the elderly in
Tangar Hamlet, Kedungharjo Village, Widang Tuban. In this study, there were differences in
the level of pain before and after giving warm compresses of ginger so that the results of this
study can be as a recommendation to reduce the scale of hypertension headache on.
Keywords: Ginger, Hypertension, Pain, Elderly
1. Pendahuluan
Lansia merupakan suatu bagian dari tahap perjalanan hidup manusia, tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang di tandaidengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Sebagian masyarakat menganggap lansia sebagai manusia yang
tidak mampu, lemah,

dan sakit-sakitan, menyebabkan segala Menurut American Heart Association (AHA),


aktivitas sangat dibatasi dan lansia sering Penduduk Amerika penderita hipertensi telah
mengalami peningkatan dan penurunan mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun
tekanan darah (Moniaga, 2013). hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui
Tekanan darah adalah daya yang di perlukan penyebabnya. Diperkirakan sekitar 80%
agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh kenaikan kasus hipertensi terutama terjadi di
darah dan beredar mencapai semua jaringan Negara berkembang pada tahun 2025, jumlah
tubuh manusia. Darah dengan lancar beredar diperkirakan meningkat menjadi 1,15 miliar
ke seluruh bagian tubuh berfungsi sangat kasus. Berdasarkan data Departemen
penting sebagai media pengangkut oksigen Kesehatan Indonesia, prevalensi hipertensi di
serta zat-zat lain yang di perlukan bagi Indonesia mencapai 31,7% . Dan berdasarkan
kehidupan sel-sel, selain itu darah juga survey di Yogyakarta, pada usia lebih dari 60
berfungsi sebagai pengangkut sisa hasil tahun kondisi nyeri kepala hipertensi yang
metabolisme yang tidak berguna lagi dari paling sering dijumpai adalah nyeri tengkuk.
jaringan tubuh (Moniaga, 2013). Proporsi terbesar pasien datang dengan
Hipertensi merupakan suatu keadaan intensitas nyeri sedang (VAS 4-6) yaitu 60%,
meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari dan juga dijelaskan 29% nyeri tengkuk akibat
sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih hipertensi merupakan kondisi medis yang
dari sama dengan 90 mmHg. Hipertensi menjadi alasan untuk berobat. Dari hasil
diklasifikasikan menjadi dua yaitu hipertensi wawancara 40 lansia di RS Bangkalan
primer atau esensial yang penyebabnya tidak didapatkan data memiliki hipertensi disertai
diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat nyeri kepala, diantaranya mengatakan nyeri
disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit hebat bisa dikontrol 7 orang (17,5%), nyeri
endokrin, penyakit jantung, dan gangguan anak sedang 20 orang (50%), dan nyeri ringan 13
ginjal (adrenal) (Yonata et al., 2016). orang (32,5%) (Syiddatul, 2019).
Seseorang yang mengalami hipertensi biasanya Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada
tidak menunjukkan ciri apapun atau hanya tanggal 11 Oktober 2019 di Dusun Tangar
mengalami gejala ringan berupa nyeri kepala, Desa Kedungharjo Widang Tuban, 7 dari 10
penglihatan buram, kelelahan, nyeri dada dan lansia mengalami hipertensi disertai nyeri
mual. Nyeri kepala hipertensi merupakan salah kepala, 3 dari mereka tidak mengalami nyeri
satu kondisi paling umum dijumpai pada kepala. 70% Lansia mengalami nyeri kepala
lansia, dimana pada usia tersebut kemampuan hipertensi. Sehingga dapat disimpulkan
fungsi tubuh mengalami penurunan masalah yang muncul adalah banyaknya lansia
(Syiddatul, 2019). yang mengalami nyeri kepala hipertensi.
Menurut data WHO, di seluruh dunia, sekitar Nyeri kepala hipertensi pada lansia terjadi
972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi adanya peningkatan tekanan darah tinggi,
mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan dimana hal tersebut disebabkan adanya
akan meningkat menjadi 29,2% di tahun penyumbatan pada sistem peredaran darah baik
2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 dari jantung, dan serangkaian pembuluh darah
juta berada di negara maju dan 639 sisanya arteri dan vena yang mengangkut darah. Hal
berada di negara berkembang, termasuk tersebut mengakibatkan aliran darah di
Indonesia (Yonata et al., 2016). sirkulasi terganggu dan menyebakan
tekanan
meningkat. Jaringan yang sudah terganggu Secara umum menajemen nyeri hipertensi pada
akan terjadi penurunan oksigen dan terjadinya lansia ada dua yaitu manajemen farmakologi
peningkatan karbondioksida. Terjadi (obat-obatan) dan manajemen non
metabolisme anaerob dalam tubuh yang farmakologi. Menangani nyeri yang dialami
meningkatkan asam laktak dan menstimulasi pasien melalui intervensi farmakologi adalah
peka terhadap pada otak. Nyeri kepala dengan pemberian obat-obatan. Pada intervensi
hipertensi pada lansia disebabkan oleh non farmakologi menangani pasien nyeri
meningginya tekanan intrakranial, dimana dengan cara bimbingan antisipasi, distraksi,
nyeri kepala merupakan cara tubuh memberi masase kulit, hipnosis kulit, memberikan
penanda bahwa ada sesuatu yang sedang kompres air hangat, mandi air hangat atau
terjadi dengan kesehatan kita. Dampak dari disebut stimulasi kutaneus Manajemen non
nyeri kepala hipertensi yang sangat hebat farmakologi merupakan langkah-langkah
secara tiba-tiba bisa menjadi salah satu tanda sederhana dalam upaya menurunkan skala
adanya penyakit serius (Syiddatul, 2019). nyeri hipertensi pada lansia dengan berisiko
Hipertensi belum diketahui faktor rendah bagi pasien dan tidak membutuhkan
penyebabnya, namun ditemukan beberapa biaya terlalu mahal. Salah satu intervensi non
faktor risiko. Banyak faktor yang dapat farmakologi yang dapat dilakukan perawat
memperbesar risiko atau kecenderungan secara mandiri dalam menurunkan skala nyeri
seseorang menderita hipertensi, diantaranya kepala hipertensi pada lansia yaitu dengan
umur, jenis kelamin, suku, faktor keturunan melakukan kompres hangat jahe pada
serta faktor lingkungan yang meliputi obesitas, penderita untuk menurunkan skala nyeri kepala
stres, konsumsi garam, merokok, konsumsi hipertensi pada lansia (Syiddatul, 2019).
alkohol, dan sebagainya (Yonata et al., Obat farmakologi adalah bentuk pengendalian
2016). nyeri yang paling sering digunakan. Namun
Penanganan nyeri kepala hipertensi pada lansia dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk
perlu diperhatikan karena jika penanganan memberikan terapi non farmakologi karena
benar dan tepat nyeri kepala pada lansia dapat mengingat bahwa terapi farmakologi itu
terkontrol, terhindar dari komplikasi yang sendiri memiliki efek samping yang cukup
serius dan dapat bermanfaat membantu lansia banyak seperti depresi pernafasan, mual dan
dalam mempelajari proses terjadinya nyeri muntah, dan konstipasi. Selain itu, obat
kepala hipertensi. Penanganan nyeri hipertensi farmakologi juga dapat menimbulkan toleransi
pada lansia dapat mengontrol nyeri kepala jika dan ketergantungan.
lansia telah mengetahui faktor-faktor yang Salah satu terapi non farmakologi yang
berpengaruh meningkatkan nyeri kepala digunakan untuk meredakan nyeri yaitu
hipertensi. Namun, saat ini masih banyak kompres hangat. Penggunaan kompres hangat
lansia yang belum mengetahui tentang untuk area yang nyeri dapat menyebabkan
penanganan tersebut. Hal ini disebabkan vasodilatasi pembuluh darah dan
kurangnya pengetahuan pada lansia tentang meningkatkan aliran darah untuk mendapatkan
hal-hal apa saja yang harus diketahui dalam efek analgesik dan relaksasi otot sehingga
penanganan pada nyeri kepala hipertensi proses inflamasi berkurang (Merliana et al.,
(Syiddatul , 2019). 2019).
Manajemen nyeri hipertensi pada lansia Pemberian kompres hangat jahe adalah suatu
bertujuan untuk mengurangi atau mekanisme penghambat rangsangan
menghilangkan rasa sakit dan tidak nyaman.
nyeri pada serabut saraf besar, rangsangan yakni senyawa panas dan pedas, jahe memiliki
yang diberikan menjadikan perubahan sifat anti inflamasi non steroid dimana terdapat
mekanisme dimana dapat merubah sensasi rasa pedas dan panas dari kompres jahe akan
nyeri dan mampu memodifikasi sensasi mengurangi peradangan dan meredakan nyeri.
nyeri yang datang sebelum sampai ke Manfaat yang maksimal akan dicapai dalam
lapisan otak yang bisa menimbulkan perasaan waktu 20 menit sesudah aplikasi panas.
nyeri reseptor otot sehingga nyeri dapat kompres jahe dilakukan sehari 2 kali
berkurang dan jahe juga memiliki efek sebanyak 100 gram (Asri etyaitu pagi dan
al., 2018). Comment [R1]: Pergunakan mendeley
farmakologis dengan menimbulkan rasa panas Berdasarkan uraian diatas sorepenulis tertarik supaya daftar pustaka sesuai. Ni mash blm ada
dan pedas, sehingga dapat meredakan rasa d daftar pustaka.
melakukan penelitian tentang pengaruh
nyeri, kaku, dan spasme otot atau terjadinya pemberian kompres hangat jahe terhadap skala Yg ada d daftar pustka hny yg digunakan pd
vasodilatasi pembuluh darah. Jahe juga bisa nyeri kepala hipertensi. artikel jurnal ini saja. Bukan semua daftar
mengurangi nyeri karena memiliki kandungan pustka yg ada pd skripsi.
senyawa gingerol dan shogoal

Widang Tuban, jumlah lansia


2. Metode
penderita nyeri kepala
Jenis penelitian yang digunakan hipertensi 40 lansia. Dengan
dalam penelitian ini adalah menggunakan simple random
eksperiment dengan rancangan true sampling maka besar sampel
eksperiment design dengan yang diambil sebanyak 36
pendekatan pre test-post test control lansia. Dan Peneliti
group design, dalam2.2 desain ini Data
Metode Analisa
terdapat dua kelompok yang dipilih
secara acak,
kontrol. kemudian diberi Berdasarkan jawaban
2.1 Metode Pengumpulan Data pertanyaan selanjutnya dibuat
tabel distribusi frekuensi
Pada penelitian ini, data untuk mengukur
dikumpulkan dari jawaban perbandingan skala nyeri pada
atas pertanyaan yang lansia sebelum dan sesudah
disediakan melalui pengisian pemberian kompres hangat
kuesioner oleh lansia tentang jahe di Dusun Tangar Desa
nyeri yang dirasakan. Kedungharjo Widang Tuban,
Sebelum dilakukan kompres mengukur perbandingan
hangat jahe (pre-test), skala skala nyeri pada lansia
nyeri lansia diukur, kemudian sebelum dan sesudah
dilakukan kompres hangat pemberian kompres hangat di
jahe oleh peneliti selama ±20 Dusun Tangar Desa Comment [R2]: Narasikan to the point.
menit. Setelah itu diukur Kedungharjo Widang Tuban Cukup judul metode saja. Mtode pngumpulan
data n Analisa data delete. Jadikan 1 dg
kembali (post-test) skala nyeri dan mengukur perbandingan metode namun ringkas n to the point. Lihat
lansia tersebut. Kemudian di jurnal kesehatan pd umumnya.
3. Hasil dan Pembahasan PNS 2 5,5
Swasta 6 16,7
3.1 Data Umum
Tidak 8 22,2
Pada bagian ini akan disajikan data lansia Bekerja Comment [R3]: Penomoran sesuaikan. Lhat
berdasarkan je nis kelamin, umur dan Total 36 100 jurnal pd umumnya.
pekerjaan.
1) Karakteristik Lansia Berdasarkan Jenis
Kelamin
3.2 Data Khusus
Tabel 1 Distribusi Lansia Berdasarkan
Jenis Kelamin Di Dusun Tangar Desa 1) Mengidentifikasi dan Menganalisa
Kedungharjo Widang Tuban Skala Nyeri Kepala Hipertensi Sebelum
dan Sesudah Diberikan Kompres
Hangat Jahe pada Lansia Kelompok
Jenis Frekuensi Persentase Perlakuan Di Dusun Tangar Desa
Kelamin (%) Kedungharjo Kecamatan Widang
Laki-laki 9 27 Kabupaten Tuban
Perempuan 27 75
Jumlah 36 100 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Skala Nyeri
Kepala Hipertensi Sebelum dan Sesudah
2) Karakteristik Lansia Berdasarkan Umur Diberikan Kompres Hangat Jahe Di Dusun
Tabel 2 Distribusi Lansia Berdasarkan Tangar Desa Kedungharjo Widang Tuban
Umur Di Dusun Tangar Desa Kedungharjo
Widang Tuban

Umur Frekuensi Persentase


(%)
50-60 20 55 Pre Post
Tingkat
61-70 14 39 Nyeri ∑ % ∑ %
71-80 2 6
Total 36 100 Tidak 0 0 1 5,6
Nyeri
3) Karakteristik Lansia Berdasarkan Nyeri 1 5,6 16 88,9
Pekerjaan Ringan
Tabel 3 Distribusi Lansia Berdasarkan Nyeri 15 83,3 1 5,6
Pekerjaan Di Dusun Tangar Desa Kedungharjo Sedang
Widang Tuban Nyeri 2 11,1 0 0
Berat
Pekerjaan Frekuensi Persentase Nyeri 0 0 0 0
(%) Sangat
Petani 13 36,2 Berat
Wiraswast 7 19,4 Total 18 100 18 100
a
2) Mengidentifikasi dan Menganalisa
Skala Nyeri Kepala Hipertensi Sebelum
dan Sesudah Diberikan Kompres
Hangat pada Lansia Kelompok Kontrol Di Hangat Hangat
Dusun Tangar Desa Kedungharjo Widang Jahe
Tuban ∑ % ∑ %
Tidak Nyeri 1 5,6 0 0
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Skala Nyeri
Nyeri 16 88,9 1 5,6
Kepala Hipertensi Sebelum dan Sesudah Ringan
Diberikan Kompres Hangat Di Dusun Tangar
Nyeri 1 5,6 15 83,3
Desa Kedungharjo Widang Tuban.
Sedang
Nyeri Berat 0 0 2 11,1
Nyeri 0 0 0 0
Tingkat Pre Post Sangat Berat
Nyeri ∑ % ∑ % Total 18 100 18 100
.
Z= -5,123
3. Hasil Uji Statistik P= 0,000
Tidak 0 0 0 0
Nyeri
Hasil uji statistik Uji Wilcoxon diperoleh nilai
Nyeri 1 5,6 1 5,6
p value 0,000(p < 0,05) berarti Ho ditolak dan
Ringan
H1 diterima. Hal ini menunjukkan ada
Nyeri 6 33,3 15 83,3 pengaruh pemberian kompres hangat jahe
Sedang terhadap skala nyeri kepala hipertensi lansia di
Nyeri 11 61,1 2 11,1 Dusun Tangar Desa Kedungharjo Kecamatan
Berat
Widang Kabupaten Tuban. Hasil uji statistik
Nyeri 0 0 0 0 Uji Wilcoxon diperoleh nilai p value 0,003 (p
Sangat < 0,05) berarti Ho ditolak dan H1 diterima.
Berat Hal ini menunjukkan ada pengaruh pemberian
Total 18 100 18 100 kompres hangat terhadap skala nyeri kepala
Z= -3,000 P= 0,003 hipertensi lansia di Dusun Tangar Desa
3) Menganalisa Perbedaan Sesudah Kedungharjo Kecamatan Widang Kabupaten
Pemberian Kompres Hangat Jahe dan Tuban. Dan Hasil uji statistik Uji Man
Kompres Hangat Terhadap Skala Nyeri Whitney diperoleh nilai p value 0,000(p <
Kepala Hipertensi pada Lansia Di 0,05) berarti Ho ditolak dan H1 diterima. Hal
Dusun Tangar Desa Kedungharjo ini menunjukkan ada perbedaan sesudah
Kecamatan Widang Kabupaten Tuban pemberian kompres hangat jahe dan kompres
hangat terhadap skala nyeri kepala hipertensi
Tabel 6 Nilai Perbandingan Post Pengaruh lansia di Dusun Tangar Desa Kedungharjo
Pemberian Kecamatan Widang Kabupaten Tuban.
Kompres Hangat Jahe dan Kompres Hangat
terhadap Skala Nyeri Kepala Hipertensi pada 4 Pembahasan
Lansia di Dusun Tangar Desa Kedungharjo
Widang Tuban

Tingkat Post Post


Nyeri Kompres Kompres
4.1 Mengidentifikasi dan Menganalisa dapat menurunkan nyeri, mengompres berarti
Skala Nyeri Kepala Hipertensi Sebelum memberikan rasa hangat pada klien dengan
dan Sesudah Diberikan Kompres Hangat menggunakan cairan atau alat yang
Jahe pada Lansia Kelompok Intervensi menimbulkan rasa hangat pada bagian tubuh
Di Dusun Tangar Desa Kedungharjo tertentu yang memerlukannya. Komponen
Kecamatan Widang Kabupaten Tuban utama dari jahe segar adalah senyawa homolog
fenolik keton yang dikenal sebagai gingerol.
Berdasarkan table 4 menunjukkan bahwa pada Pada suhu tinggi gingerol akan berubah
saat sebelum diberikan kompres hangat jahe menjadi shogaol yang memiliki efek panas
(pre test) hampir seluruh atau 83,3% dan pedas dibanding gingerol. Efek panas dan
mengalami nyeri sedang dan sebagian kecil pedas pada jahe inilah yang dapat meredakan
atau 11,1% mengalami nyeri berat dan 65,6% nyeri. Jahe mempunyai efek untuk
mengalami nyeri ringan. Sesudah diberikan menurunkan sensasi nyeri juga meningkatkan
kompres hangat jahe (post test) hampir proses penyembuhan jaringan yang mengalami
seluruh atau 88,9% mengalami nyeri ringan kerusakan, penggunaan panas pada jahe selain
dan sebagian kecil atau 5,6% mengalami nyeri memberikan reaksi fisiologis, antara lain :
sedang dan tidak nyeri. meningkatkan respon anti inflamasi ( Misrah,
2019). Menurut Syiddatul (2019) pemberian
Dari hasil analisis dengan uji wilcoxon yang kompres hangat jahe adalah suatu mekanisme
menggunakan program SPSS PC for Windows penghambat rangsangan nyeri pada serabut
versi 16.0 diperoleh nilai Z= -4,146 dan p= saraf besar, rangsangan yang diberikan
0,000 (p<0,05) dimana H1 diterima artinya menjadikan perubahan mekanisme dimana
terdapat pengaruh pemberian Kompres dapat merubah sensasi nyeri dan mampu
Hangat Jahe terhadap Skala Nyeri Kepala memodifikasi sensasi nyeri yang datang
Hipertensi pada Lansia di Dusun Tangar Desa sebelum sampai ke lapisan otak sehingga nyeri
Kedungharjo Kecamatan Widang Kabupaten dapat berkurang. Kompres hangat jahe bisa
Tuban meredakan atau mengurangi ketegangan,
sehingga nyeri yang di alami lansia dapat
Berdasarkan fakta diatas dengan hasil berkurang.
penelitian yang dilakukan di Dusun Tangar Dari hasil penelitian terjadi penurunan skala
Desa Kedungharjo Kecamatan Widang nyeri pada lansia setelah diberikan kompres
Kabupaten Tuban, dapat disimpulkan bahwa hangat jahe, ini dibuktikan bahwa ada
dengan pemberian kompres hangat jahe pengaruh dari setelah diberikan kompres
banyak berpengaruh terhadap penurunan skala hangat jahe dalam menurunkan skala nyeri
nyeri kepala hipertensi pada Lansia. Hal ini lansia, dan respon lansia mengatakan mereka
dibuktikan setelah pemberian kompres hangat merasa rileks ketika diberikan kompres hangat
jahe hampir seluruh lansia mengalami jahe. Metode pengobatan dengan cara
penurunan skala nyeri. Hal ini sesuai dengan memberi kompres air hangat jahe ini dengan
teori Asri (2018) jahe dapat mengurangi nyeri meletakkan waslap lembab dan hangat yang
karena memiliki kandungan senyawa gingerol diletakkan pada area leher lansia, ini dapat
dan shogoal yakni senyawa panas dan pedas, memvasodilatasi pembuluh darah sehingga
jahe memiliki sifat anti inflamasi non steroid aliran darah menjadi lancar, mengurangi kaku
dimana terdapat rasa pedas dan panas dari dan mengurangi nyeri. Kompres hangat jahe
kompres jahe akan mengurangi peradangan menurunkan nyeri melalui tahap
dan meredakan nyeri. Kompres jahe merah
transmisi, dimana pada tahapan ini sensasi fisiologis, antara lain tidak meningkatkan respon
hangat pada kompres hangat jahe menghambat inflamasi.
mediator inflamasi, sehingga akan
meningkatkan ambang rasa nyeri sehingga
terjadi penurunan tingkat nyeri pada lansia. 4.2 Mengidentifikasi dan Menganalisa
Dan pada penelitian ini, semua lansia tidak ada Skala Nyeri Kepala Hipertensi Sebelum
yang mendapat terapi pemberian obat dan Sesudah Diberikan Kompres Hangat
analgesik baik sebelum diberikan kompres pada Lansia Kelompok Kontrol Di Dusun
hangat jahe maupun saat pemberian kompres Tangar Desa Kedungharjo Kecamatan
hangat jahe, hanya diberikan kompres hangat Widang Kabupaten Tuban
jahe untuk mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan oleh Lansia, pemberian kompres Pada table 5 diatas menunjukkan bahwa pada
hangat jahe dapat menjadi salah satu saat sebelum diberikan kompres hangat (pre
alternative pilihan dalam mengatasi rasa nyeri test) hampir seluruh atau 61,1% mengalami
tersebut karena tidak memiliki efek samping nyeri berat dan sebagian kecil atau 5,6%
yang membahayakan bagi lansia. mengalami nyeri ringan dan 33,3% mengalami
nyeri sedang. Sesudah diberikan kompres
Hal ini dapat disimpulkan bahwa pemberian hangat (post test) hampir seluruh atau 83,3%
kompres hangat jahe dapat menurunkan skala mengalami nyeri sedang dan sebagian kecil
nyeri kepala hipertensi dibuktikan dengan atau 5,6% mengalami nyeri ringan dan 11,1%
pernyataan Lansia yang merasa rileks setelah mengalami nyeri berat.
pemberian kompres hangat jahe. Kondisi
rileks tersebut membuat Lansia dapat Dari hasil analisis dengan uji wilcoxon yang
mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak menggunakan program SPSS PC for Windows
nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada versi 16.0 diperoleh nilai Z= -3,000 dan p=
nyeri. Menurut asumsi peneliti, berdasarkan 0,003 (p<0,05) dimana H1 diterima artinya
data penelitian yang telah diperoleh, kompres terdapat pengaruh pemberian Kompres
jahe memiliki pengaruh dalam mengurangi Hangat terhadap Skala Nyeri Kepala
intensitas nyeri dimana seluruh responden Hipertensi pada Lansia di Dusun Tangar Desa
mengalami penurunan intensitas nyeri setelah Kedungharjo Kecamatan Widang Kabupaten
perlakuan kompres jahe selama 20 menit, Tuban
namun penurunan intensitas nyeri yang dialami
oleh responden berbeda-beda. Hal ini Berdasarkan fakta diatas dengan hasil
kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor penelitian yang dilakukan di Dusun Tangar
resiko antara lain psiko-kultural dan sifat nyeri Desa Kedungharjo Kecamatan Widang
yang merupakan persepsi dan perbedaan Kabupaten Tuban, dapat disimpulkan bahwa
individu dan perasaan subjektif dari setiap dengan pemberian kompres hangat
perasaan nyeri antara dan senyawa gingerol berpengaruh terhadap penurunan skala nyeri
telah terbukti mempunyai aktivitas sebagai kepala hipertensi pada Lansia. Hal ini
antipiretik, antitusif, anti implamasi dan dibuktikan setelah pemberian kompres hangat
analgesik. Jahe mempunyai efek untuk lansia mengungkapkan lebih rileks dari
menurunkan sensasi nyeri juga meningkatkan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan teori
proses penyembuhan jaringan yang mengalami Merliana (2019) Penggunaan kompres hangat
kerusakan, penggunaan panas pada jahe untuk area yang nyeri dapat menyebabkan
selain memberikan reaksi vasodilatasi pembuluh darah dan
meningkatkan aliran darah untuk
mendapatkan efek analgesik dan relaksasi terhadap penurunan skala nyeri kepala
otot sehingga proses inflamasi berkurang. hipertensi pada Lansia.
Pada penelitian ini, semua Lansia tidak ada Sehingga kompres hangat jahe lebih efektif
yang mendapat terapi pemberian obat menurunkan nyeri kepala hipertensi karena
analgesik baik sebelum diberikan kompres jahe mengandung zat gingerol yang dapat
maupun saat pemberian kompres hangat, membantu proses penurunan nyeri daripada
hanya diberikan kompres hangat untuk dengan kompres hangat yang hanya
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh menggunakan sensasi hangat. Kompres hangat
Lansia. jahe dan kompres hangat menurunkan nyeri
4.1.3 Menganalisa Perbedaan Skala Nyeri kepala hipertensi dengan memberikan rasa
Kepala Hipertensi pada Lansia Setelah hangat pada area tengkuk yang mengalami
Pemberian Kompres Hangat Jahe dan nyeri. Kompres hangat jahe menggunakan
Kompres Hangat terhadap Skala Nyeri rebusan jahe sebagai media penghangat untuk
Kepala Hipertensi pada Lansia Di Dusun menurunkan nyeri dan kompres hangat
Tangar Desa Kedungharjo Kecamatan menggunakan rebusan air hangat. Selain itu
Widang Kabupaten Tuban kompres hangat jahe dan kompres hangat
melakukan penyembuhan dengan tahapan yang
Berdasarkan tabel 6 skala nyeri kepala berbeda meskipun menggunakan media yang
hipertensi pada lansia sesudah pemberian sama yaitu hangat. Tetapi pemberian kompres
kompres hangat jahe penurunan skala nyeri hangat jahe lebih efektif karena pada jahe
mencapai kategori tidak nyeri sedangkan pada terdapat kandungan gingerol yang mampu
pemberian kompres hangat mencapai kategori memberikan efek farmakologi dan fisiologi
nyeri ringan. sedangkan pada kompres hangat hanya
memberikan sensasi hangat saja.
Setelah diberikan intervensi pemberian
kompres hangat jahe bahwa seluruhnya atau Hal ini sesuai dengan teori Syiddatul (2019)
100% lansia mengalami penurunan nyeri dan jahe mengandung zat gingerol, shangaol,
tidak satupun atau 0% mengalami nyeri tetap zingerone, oleoresin, dan minyak atsiri.
dan naik. Sedangkan pada kelompok kontrol Kandungan dalam jahe seperti gingerol,
pemberian kompres hangat bahwa sebagian shongaol dan zingerone memberikan efek
besar atau 50% mengalami penurunan nyeri farmakologi dan fisiologi seperti antioksidan,
dan 50% mengalami nyeri tetap. anti-inflamasi, analgesik, anti-karsinogenik,
non-toksik dan non-mutagenik meskipun pada
Hasil terapi berupa penurunan skala nyeri pada konsentrasi tinggi. Gingerol dan rasa hangat
kelompok terapi kompres hangat jahe dan yang ditimbulkan oleh jahe tersebut membuat
kelompok kompres hangat berbeda banyak jika pembuluh darah terbuka (vasodilatasi) dan
dianalisis secara statistic dengan menggunakan memperlancar sirkulasi sehingga suplai
uji Man Withney hasilnya didapatkan makanan dan oksigen menjadi lebih baik
perbedaan yang bermakna dimana p value sehingga nyeri akan berkurang dan juga
0,000 dengan taraf signifikan 0,05 maka menghambat COX (Cyclo-oxigenase), dimana
0,000 < 0,05 sehingga dapat ditarik COX (Cyclo-oxigenase) berperan dalam
kesimpulan bahwa H1 diterima, artinya ada sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah
perbedaan pemberian kompres hangat jahe prostaglandin. Mekanisme umum adalah
dan kompres hangat mengeblok pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim hangat jahe hamper seluruh lansia mengalami
COX (Cyclo-oxigenase) pada daerah nyeri nyeri ringan.
dengan demikian mengurangi pembentukan 2. Skala nyeri kepala hipertensi pada Lansia
mediator nyeri. di Dusun Tangar Desa Kedungharjo
Kecamatan Widang Kabupaten Tuban
Menurut Devi (2017) Senyawa yang sebelum pemberian kompres hangat hampir
terkandung dalam jahe memiliki sifat anti seluruh lansia mengalami nyeri berat dan
inflamasi, ekstrak gingerol mempunyai sesudah pemberian kompres hangat jahe
aktivitas penghambat yang kuat terhadap hamper seluruh lansia mengalami nyeri
pelepasan histamine dan sintesis prostaglandin sedang.
E2 sebagai mediator inflamasi dan ekstrak 3. Terdapat perbedaan setelah pemberian
oleoresin dari jahe juga mempunyai efek kompres hangat jahe dan kompres hangat
meredam nyeri yang terjadi. terhadap skala nyeri kepala hipertensi pada
Perbedaan kompres air biasa hangat dan Lansia di Dusun Tangar Desa Kedungharjo
kompres air rendaman jahe yaitu dimana Kecamatan Widang Kabupaten Tuban.
kompres air biasa hangat hanya efek panas saja Saran
yang didapatkan, sedangkan pada kompres air 1. Bagi Akademis
rendaman jahe terdapat efek panas serta rasa Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
pedas sehingga mampu menurunkan skala memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu
nyeri yang memang jelas berbeda dengan yang pengetahuan sebagai saran pembanding dalam
ditimbulkan oleh kompres air biasa hangat. memperkaya informasi tentang pemberian
Kompres jahe dapat menurunkan nyeri, kompres hangat jahe.
kompres jahe merupakan pengobatan 2. Bagi Praktisi
tradisional atau terapi alternatif untuk 1). Bagi Profesi Keperawatan
mengurangi nyeri. Kompres jahe memiliki Penelitian ini diharapkan bisa menambah
kandungan enzim siklo-oksigenasi yang dapat pengetahuan bagi perawat dan hasil dari
mengurangi peradangan pada penderita asam penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan
urat, selain itu jahe juga memiliki efek dalam mengaplikasikan pemberian kompres
farmakologis yaitu rasa panas dan pedas hangat jahe untuk mengurangi skala nyeri
(zingerol dan oleoresin tinggi), dimana kepala hipertensi.
senyawa ini dapat meredakan rasa nyeri, kaku, 2). Bagi Peneliti
dan spasme otot atau terjadinya vasodilatasi Setelah dilakukan penelitian ini hendaknya
pembuluh darah (Syiddatul, 2019). Durasi dapat memberikan wawasan bagi peneliti
pemberian kompres hangat jahe lebih efektif dalam mengaplikasikan ilmu metodologi
karena menutut respon lansia ada sensasi penelitian yang terkait dengan pengetahuan
hangat dan pedas sehingga lebih cepat ilmu kesehatan, ilmu komunikasi dan biologi.
menyebabkan penurunan skala nyeri kepala 3). Bagi Peneliti Selanjutnya
hipertensi. Penelitian ini di harapkan dapat sebagai
5. Kesimpulan dan Saran referensi bagi peneliti selanjutnya terutama
Kesimpulan penelitian tentang pengaruh pemberian
1. Dusun Tangar Desa Kedungharjo kompres hangat jahe terhadap penurunan skala
Kecamatan Widang Kabupaten Tuban nyeri kepala hipertensi untuk menambahkan
sebelum pemberian kompres hangat jahe variable independen atau instrument
hampir seluruh lansia mengalami nyeri
sedang dan sesudah pemberian kompres
lain agar dapat mendapatkan data yang lebih Kusyani, Asri ; Nuraminudin, AA; Andriyani,
akurat. L. (2018). Pengaruh Kompres Jahe Terhadap
Penurunan Nyeri Artritis Rheumatoid Pada
Daftar Pustaka Lansia Di PSLU Jombang. Kesehatan, 3, 3.

Anonim. (2017). Berdamai dengan asam urat. Malanga, G.A., Yan, Ning., and Stark, Jill.
Jakarta: Bumi Medika. (2015). Mekanisms and Efficacy of Heat and
Cold Therapies for Musculoskeletal Injury.
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu USA: Postgraduate Medicine
Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Merliana, R., Daeli, N. E., Sitanggang, M.,
Armilawaty, Amalia H, Amirudin R. 2007. Kesehatan, F. I., Katolik, U., & Charitas, M.
Hipertensi dan Faktor Risikonya dalam (2019). Perbedaan Kompres Air Hangat Dan
Kajian Epidemiologi. Bagian Epidemiologi Jahe Merah Terhadap Tingkat Nyeri Gout
FKM UNHAS. Lansia Differences Of Warm Water
[serialonline].http//www.CerminDunia Compresses And Red Ginger Against.
Kedokteran.com/index.php?option=co Kesehatan, 169–175.
m_content&task=view&id=38&Itemid
=12 [12 November 2019]. Michael et al,. 2014. Tata laksana Terkini
pada Hipertensi, Jurnal Kedokteran Meditek,
Arovah, N. (2016). Fisioterapi Olahraga. 20 (50):1-6.
Jakarta : EGC
Misrah, 2019. Rimpang Sejuta Khasiat.Jakarta:
Aveila G et al. (2018). Kejadian Hipertensi Penerbit Araska
dan Riwayat Keluarga Menderita Hipertensi
di Puskesmas Paudi Kota Bitung. Junal Moniaga, V. (2013). Pengaruh Senam Bugar
KESMAS. 2018:7 (5). Lansia Terhadap Tekanan Darah Penderita
Hipertensi Di Bplu Senja Cerah Paniki Bawah.
Budiharto, W. (2015). Metode Penelitian Ilmu Jurnal E-Biomedik, 1(2), 785–789.
Komputer dengan Komputasi Statistika https://doi.org/10.35790/ebm.1.2.2013
Berbasis. Yogyakarta : Deepublish. .3635
Bustan. (2017). Epidemiologi Penyakit Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian
Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta. Kesehatan. Jakarta: Rineka.
Devi, S. (2017), Pengaruh Kompres Hangat Nugroho, Wahyudi, 2010. Perawatan Lanjut
Terhadap Penurunan Nyeri Rheumatoid. Usia. Jakarta: EGC.
Jurnal Kesehatan, 1-17
Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu
Dwi, Setyaningrum Hesti. (2013). Jahe.
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Jakarta : Penebar Swadaya

Hidayat, A.A. (2010). Riset Keperawatan


dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta
: Salemba Medika
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktek Penulisan
Riset Keperawatan (Ed.2). Yogyakarta : Graha
Ilmu

Sharma S, et al. 2018. Hypertension. [serial


online] http//:www.emedicine.com [15
November 2019].

Sutanto, (2010). Cekal Penyakit Modern,


Hipertensi, Stroke, Jantung, kolesterol dan
Diabetes. C.V Audi Offset. Yogyakarta.

Syiddatul, B. (2019). Pengaruh Pemberian


Kompres Hangat Jahe Terhadap Skala Nyeri
Kepala Hipertensi Pada Lansia Di Posyandu
Lansia Karang Werdha Rambutan Desa
Burneh Bangkalan. Jurnal Kesehatan, 5(1), 1–
6.

Yepi. (2017). Efekivitas Terapi Kompres


Hangat Rebusan Serai dengan Kompres
Dingin terhadap Tingkat Nyeri Lansia yang
Mengalami Osteoarthritis. Jurnal Kesehatan,
12

Yonata, A., Satria, A., & Pratama, P. (2016).


Hipertensi sebagai Faktor Pencetus
Terjadinya Stroke. Majority, 5(3), 17.
Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 1, Maret 2021

Jurnal Cendikia Muda


Volume 1, Nomor 1, Maret 2021
ISSN : 2807-3469

PENERAPAN KOMPRES HANGAT TERHADAP NYERI PADA


PASIEN HIPERTENSI DI KOTA METRO

THE APPLICATION OF WARM COMPRESS ON PAIN IN


HYPERTENSION PATIENTS IN METRO CITY
Edo Kurnia Adi Gumiwang1, Janu Purwono2, Sapti Ayubbana3

Akper Dharma Wacana Metro


1,2,3

E-email : edokurnia5567@gmail.com

ABSTRAK

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dalam arteri, tanda dan gejala yang muncul
dari penyakit hipertensi ini adalah sakit kepala, biasanya terasa di tengkuk, dapat muncul
saat terbangun dan berkurang selama siang hari serta dapat menganggu aktivitas sehari-
hari bagi penderi hipertensi esensial. Salah satu tindakan non farmakologis untuk
mengurangi atau mengatasi rasa nyeri kepala yaitu kompres hangat. Kompres hangat adalah
pemberian rasa hangat/panas di daerah tertentu. Tujuan penerapan ini adalah membantu
menurunkan intensitas nyeri pada pasien Hipertensi melalui kompres hangat di Kota Metro
tahun 2020. Desain dalam karya tulis ilmiah ini menggunakan desain studi kasus ( case
study) dengan 1 subyek penerapan. Analisa data dilakukan menggunakan analisis
deskriptif. Hasil penerapan menunjukkan bahwa sebelum dilakukan penerapan kompres
hangat subyek mengalami nyeri dengan intensitas skala nyeri 4. Kemudian setelah
dilakukan penerapan kompres hangat, intensitas nyeri pada subyek mengalami penurunan
dengan skala nyeri 3. Bagi pasien Hipertensi, hendaknya dapat melakukan kompres hangat
secara rutin dan mandiri di rumah, karena kompres hangat dapat membantu menurunkan
atau mengontrol nyeri.
Kata Kunci : Hipertensi, Nyeri, Kompres Hangat

ABSTRACT

Hypertension is an increase in blood pressure in the arteries, the signs and symptoms that
arise from this hypertension are headaches, usually felt in the neck, can appear when awake
and decrease during the day and can interfere with daily activities for essential hypertension
sufferers. One of the non-pharmacological actions to reduce or treat headaches is a warm
compress. Warm compress is giving a feeling of warmth / heat in certain areas. The purpose
of this application is to help reduce pain intensity in hypertensive patients through warm
compresses in Metro City in 2020. The design in this scientific paper uses a case study
design with 1 application subject. Data analysis was performed using descriptive analysis.
The results of the application show that before the application of warm compresses the
subject experienced pain with the intensity of the pain scale 4. Then after the application of
Gumiwang, Penerapan Kompres….
Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 1, Maret 2021
warm compresses, the pain intensity of the subjects decreased with the pain scale 3.For
hypertension patients, they should be able to do warm compresses regularly and
independently in home, because a warm compress can help reduce or control pain.

Gumiwang, Penerapan Kompres….

words : Hypertension, Pain, Warm Compress


tekanan darah. Kenaikan tekanan darah pada
LATAR BELAKANG
awalnya bersifat sementara, tetapi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
pada akhirnya akan menjadi permanen.
suatu peningkatab abnormal tekanan darah
Ketika gejala muncul, biasanya samar.
dalam pembuluh darah arteri secara terus-
menerus yang melebihi satu periode. Hal
tersebut di definisikan sebagai tekanan
darah sistolik ≥ 140 mmHg, serta diastolik
≥ 90 mmHg1

Hipertensi adalah isu kesehatan masyarakat


yang penting dimana jarang menyebabkan
gejala dan angka kejadiannya mengalami
peningkatan2,3. Berdasarkan data riset
kesehatan dasar Riskesdas, prevalensi
hipertensi di Indonesia menunjukkan
25,8% dan pada tahun 2018 mengalami
kenaikan menjadi sebanyak 34,1%3,4.
Kasus tertinggi hipertensi adalah provinsi
Sulawesi Utara dengan presentasi sebanyak
13,2 %. Dan Provinsi Papua menjadi
provinsi terendah di Indonesia yaitu
sebanyak 4.4 %. Sedangkan Provinsi
Lampung berada diurutan ke 21 dalam
pravelensi hipertensi berdasarkan diagnosis
dokter3.

Manifestasi klinis pada tahap awal


hipertensi primer adalah asimptomatik,
yaitu hanya ditandai dengan kenaikan
Gumiwang, Penerapan Kompres….
Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 1, Maret 2021
Nyeri kepala, biasanya terasa di tengkuk,
dapat muncul saat terbangun, yang
berkurang selama siang hari2.

Salah satu tindakan keperawatan non


farmakologis untuk meredakan nyeri
adalah dengan penggunan kompres panas
mempunyai keuntungan
untuk meningkatkan
aliran darah ke suatu area dan
kemungkinan dapat turut menurunkan
nyeri dengan mempercepat penyembuhan.
Baik terapi panas kering maupun lembab,
kemungkinan memberikan anlgesik, tetapi
penelitian tambahan diperlukan untuk
memahami mekanisme kerjanya dan
indikasi penggunaanya yang sesuai5,6.

Penelitian Rohimah & Kurniasih


menjelaskan bahwa sebagian besar
responden sebelum perlakuan (pre-test)
mengalami nyeri sedang sebanyak 12
respondeen (60%) dan setelah perlakukan
(post-test) mengalami nyeri ringan yaitu
sebanyak 17 responden (75%). Terdapat
pengaruh yang signifikan skala nyeri
sebelum perlakukan dan sesudah diberikan
kompres hantar dengan p value 0.003.
terdapat perbedaan skala nyeri yang
signifikan pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol dengan p value 0.0007.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis


perlu untuk melakukan penerapan
terapi

Gumiwang, Penerapan Kompres….


Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 1, Maret 2021

kompres hangat untuk menurunkan nyeri mengalami nyeri dan mengevaluasi


pada pasien Hipertensi . kembali hasil penerapan kompres hangat
selama 3 hari.
METODE
Analisa data di peroleh melalui observasi
Desain penerapan munggunakan study
yang terdiri dari 1 (satu) komponen,
kasus, subyek yang digunakan berjumlah 1
pemeriksaan fisik pada subyek. Dari
pasien dengan kriteria mampu
kuesioner tersebut, kemudian didapatkan
berkomunikasi dengan baik, beragama
perolehan data berupa skor yang
islam, skala nyeri 4 – 6 (nyeri sedang),
disesuaikan berdasarkan rentang skala nyeri
bersedia menjadi responden dan melakukan
numerik menurut Bourbanis (NRS).
tindakan intervensi, jenis kelamin laki –laki
Evaluasi dari yang dilakukan setelah
atau perempuan dan fungsi pendengaran
penerapan kompres hangat di peroleh
responden baik. Penerapan dilakukan di
melalui lembar observasi yang didalam nya
Kelurahan Mulyojati, Metro Barat, Kota
terdiri dari skala nyeri (NRS).
Metro pada tanggal 30 Juni – 2 Juli 2020.
HASIL
Pengumpulan data dengan cara meminta Grafik 1.1 Karakteristik nyeri sebelum
dan sesudah terapi murotal pada Tn. A
permohonan izin untuk melakukan
penerapan memperkenalkan diri dan 4
menjalin bina hubungan saling percaya 3
(BHSP) serta menjelaskan tentang 2
penerapan yang di lakukan terhadap 1
responden, memberikan informasi tentang 0
Sebelum Penerapan Setelah Penerapan
penerapan dan meminta kesediaan
responden terlibat dalam penerapan,
Pada grafik di atas dapat di paparkan
memberikan lembar Informed Consent
sebagai bentuk persetujuan kepada bahwa intensitas nyeri sebelum diberikan

responden, membuat janji atau kontrak terapi kompres hangat pada subyek yaitu

waktu untuk melakukan penerapan pada skala 4 dengan kategori nyeri sedang.

kompres hangat, melakukan kesepakatan Sedangkan setelah dilakukan terapi


pemilihan surat, sebelum penerapan murotal, intensitas nyeri pada subyek
berlangsung, penulis mengkaji skala nyeri, berkurang yaitu pada skala nyeri 3 dengan
melakukan terapi kompres hangat, keluhan nyeri ringan. Dari uraian tersebut
menunjukan adanya penurunan intensitas
penerapan dilakukan setiap pasien nyeri pada Tn. A setelah dilakukan
Gumiwang, Penerapan Kompres….
Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 1, Maret 2021

penerapan terapi kompres hangat dengan dibandingkan individu lain yang belum
penyakit Hipertensi. pernah mengalaminya5.

PEMBAHASAN Pekerjaan adalah segala sesuatu yang


Usia pasien dalam penerapan ini yaitu (Tn. dikerjakan oleh manusia dengan berbagai
A) berusia 45 tahun. Mubarak, Indrawati, tujuan. Subyek dalam penerapan ini pernah
mengungkapkan bahwa usia dan tahap memilik pekerjaan sehari-hari sebagai
perkembangan seseorang menjadi salah supir.
satu variabel penting yang akan Etnis dan Budaya
mempengaruhi reaksi nyeri5. Subyek memiliki suku kebudayaan jawa
timur, tetapi subyek lebih memilih untuk
mengungkapkan rasa nyeri yang terjadi,
Pasien dalam penerapan memiliki jenis
agar dapat di ketahui dan di atasi masalah
kelamin laki-laki, Mubarak
yang terjadi. Menurut Black, latar belakang
mengungkapkan bahwa beberapa
etnik dan budaya memiliki peran yang
kebudayaan yang mempengaruhi jenis
mempengaruhi reaksi seseorang terhadap
kelamin, misalnya menganggap bahwa
nyeri dan ekspresi nyeri8.
seorang anak laki-laki harus berani dan
tidak boleh menangis, sedangkan anak Cara yang dapat membantu untuk
perempuan boleh menangis dalam situasi munurunkan nyeri yaitu, menonton
yang sama. Namun secara umum antara televisi, berbincang-bincang dengan orang
laki-laki dan perempuan tidak berbeda lain, mendengarkan musik, melakukan
jauh dalam merespon nyeri5. nafas dalam, melepaskan otot – otot
ekstermitas, mengulangi hal-hal di atas
Pengalaman Nyeri Sebelumnya
dengan konsentrasi, hingga mencapai
Subyek dalam penerapan ini belum pernah keadaan yang tenang dan rileks, masase
di rawat di Rumah Sakit ataupun pada daerah nyeri, menggosok punggung,
mengalami penyakit dan pengalaman nyeri kompres hangat dan dingin. Salah satu cara

sama seperti saat ini. Menurut Mubarak yang diajarkan pada subyek adalah terapi

individu yang pernah mengalami nyeri kompres hangat9.

atau menyaksikan penderitaan orang


Kompres hangat dapat menurunkan nyeri
terdekatnya saat mengalami nyeri dikarenakan dapat memberikan efek
cenderung merasa terancam dengan menurunkan spasme otot pada pembuluh
peristiwa nyeri yang akan terjadi
Gumiwang, Penerapan Kompres….
Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 1, Maret 2021

darah, melancarkan sirkulasi darah dan menstimulasi pembuluh darah, mengurangi rasa sakit
atau nyeri dan peradangan9.

KESIMPULAN
Karakteristik nyeri pada subyek setelah penerapan tentang kompres hangat pada penyakit
hipertensi menunjukkan hasil penurunan nyeri (skala nyeri 4 menjadi skala nyeri 2 yang
dikategorikan nyeri ringan)

DAFTAR PUSTAKA

1. Udjianti, W. J. (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika

2. LeMone, P., Burke, K., M., & Bauldoff, G. (2018). Buku ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Gangguan Kardiovaskuler. Diagnosis Keperawatan Nanda Pilihan, NIC NOC. Alih
Bahasa : Subekti, B.N. Jakarta : EGC

3. RisKesDas .(2018). Kementrian Kesehatan, Badan Penelitian Dan


Pengembangan Kesehatan, Hasil Utama RisKesDas 2018. 14 Mei 2019.
http://www.depkes.go.id/resources/do wnload/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf

4. DepKes, RI. (2019). Hipertensi Membunuh Diam-Diam,


Ketahui Tekanan Darah Anda. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 22 Mei
2019. http://www.depkes.go.id/article/view/1 8051600004/hipertensi-membunuh-diam-
diam-ketahui-tekanan-darah-anda.html

5. Mubarak, W. I., Indrawati, L., &

Gumiwang, Penerapan Kompres….


Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 1, Maret 2021

Keperawatan Dasar. Jakarta : Salemba Medika

6. Sari, R., Purwono, J., Safitri, D., Prahmawati, P., & Hasanah, N. (2020). The warm compress of
clove water (syzygium aromaticum) therapy during bouts of acute gouty arthritis. Malahayati
International Journal of Nursing and Health Science, 3(2), 117-123.

7. Rohimah, S., & Kurniasih, E. (2015). ‘Pengaruh Kompres Hangat Pada Pasien Hipertensi
Esensial Di Wilayah Kerja Puskes Kahurpian Kota Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Bakti
Tunas Husada. Vol. 13. Nomor 1. Februari 2015. Hal. 213-226.
8. Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah, Manajemen Klinis
Untuk Hasil Yang Diharapkan. Edisi Bahasa Indonesia. Edisi 8. Buku 2. Canada :
Elsevier Saubders

9. Setyawan, D. & Kusuma, M. B. (2014). ‘Pengaruh Kompres Hangat Pada Leher


Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Kepala Pada Pasien Hipertensi Di RSUD Tugurejo
Semarang’. Jurnal Keperawatan Dan Kebidanan. Alumni Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang. Vol. 1. No. 1. Hal. 1-9.
Susanto, J. (2015). Buku Ajar Ilmu

Gumiwang, Penerapan Kompres….

Anda mungkin juga menyukai