DISUSUN OLEH :
SUHERMAN, S.KEP
NPM. 021.02.1232
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
Tgl :
Bulan :
Tahun :
DISUSUN OLEH :
SUHERMAN, S.Kep
NPM. 021.20.1232
Penguji
.......................................
i
ABSTRAK
Oleh :
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan
tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Peningkatan tekanan darah pada penderita hipertensi
menyebebkan terjadinya nyeri kepala, mulai dari nyeri ringan hingga berat. Nyeri ini jika tidak
dikelola dengan baik dapat menyebabkan timbulnya masalah seperti gangguan jantung dan
gangguan syaraf. Salah satu intervensi keperawatan mandiri untuk mengurangi nyeri kepala
dengan terapi kompres hangat jahe. Studi kasus ini untuk mengatahui pemberian terapi kompres
hangat jahe dalam menurunkan skala nyeri pasien hipertensi. Studi kasus menggunakan desain
deskriptif dengan pendekatan studi kasus penerapan Evidence Based Nursing Practice yaitu terapi
kompres hangat terhadap nyeri kepala.Jumlah sampel sebanyak 1 orang pasien dengan hipertensi
dengan kriteria yang sudah ditentukan yaitu skala nyeri 2-5. Pengukuran yang digunakan hingga
pengukuran skala nyeri menggunakan Numeric Rating Scale (NRS). Hasil studi kasus sebelum dan
sesudah diberikan terapi kompres hangat jahe menunjukkan penurunan. Hal ini dibuktikan
dengan penurunan skala nyeri pasien dari skala 5 menjadi 2. Terapi kompres hangat jahe dapat
menurunkan nyeri kepala pada pasien hipertensi. memberikan informasi dan intervensi
keperawatan secara mandiri sebagai pengobatan non farmakologi untuk membantu mengurangi
nyeri kepala hipertensi menggunakan kompres hangat jahe.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar pengesahan.................................................................................................................. ii
Abstrak ………..................................................................................................................... iii
Daftar isi ………..................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ............................................................................................................... 3
iii
2.2.7 Alat Bantu Menentukan Nyeri
1.7 Konsep Jahe
1.8 Definisi
1.9 Jenis Jenis Jahe
1.10 Kandungan Jahe
1.11 Manfaat Jahe
1.12 Mekanisme Kerja Kompres Hangat Jahe ............................................................................
1.13 Konsep Kompres HangatDefinisi
2.1.16 Manfaat
2.4.3 Prosedur Kompres Hangat................................................................
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan......................................................................................................
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan..............................................................................................
5.2 Saran......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan data rekam medik Puskesmas Penanae Kota Bima, didapatkan jumlah
pasien lansia yang dirawat pada tahun 2020 mencapai 210 orang, tahun 2021 meningkat
menjadi 257 orang yang sebagian besarnya dengan Hipertensi.
Berdasarkan survey awal peneliti di ruang perawatan didapatkan pasien yang dirawat
dengan Hipertensi jarang bahkan tidak dilakukan tindakan kompres baik kompres hangat
maupun kompres hangat jahe. Kompres hangat jahe merupan tindakan yang efektif
dilakukan untuk menurunkan nyeri kepla hipertensi, akan tetapi jarang sekali menjadi
perhatian perawat maupun keluarga karena keterbatasan pengetahuan.
Dengan hal ini, kami termotivasi untuk menyusun Karya Imiah dengan judul “Pengaruh Kompres
Hangat Jahe Terhadap Penurunan Skala Nyeri Kepala Hipertensi Pada Ny. H Kelurahan
Raba Dompu Barat wilayah Kerja Puskesmas Penanae Kota Bima ”
Berdasarkan uraian tersebut, penyusun tertarik untuk membuat Karya Ilmiah Akhir
dengan judul “ Bagaimanakah pengaruh pemberian kompres hangar jahe terhadap
penurunan skala nyeri kepala pada pasien hipertensi”.??
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari efektifitas pemberian kompres
hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri kepala pada pasien hipertensi
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Puskesmas
Hasil penelitaian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang pentingnya tindakan
non farmakologis pada pasien dengan hipertensi dengan pemberian kompres hangat
jahe untuk menurunkan skala nyeri kepala
2
1.4.2 Untuk pasien dan keluarga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pasien dan keluarga tentang
kompres hangar jahe dalam menurunkan skala nyeri kepala akibat hipertensi.
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
4
Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah Sistolik (mmHg) Tekanan Darah Distolik (mmHg)
Optimal <120 < 80
Normal <130-139 85-89
Hipertensi Stadium I 140 -159 90-99
Hipertensi Stasium II 160-179 100-109
Hipertensi Stadium III >180 >110
Sumber : Syamsudin, 2011.
5
informasi oleh petugas kesehatan sehingga berdampak pada perilaku ataupun
hidup sehat (Armilawaty, dkk, 2013).
b. Faktor resiko hipertensi yang dapat di kontrol
1. Obesitas
Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung kurangnya melakukan
aktifitas sehingga asupan kalori mengimbangi kebutuhn energi, sehingga akan
terjadi peningkatan berat badan atau obesitas dan bisa memperburuk kondisi
(Prayitno, 2013).
4. Kurang olahraga
Jika melakukan aktifitas olahraga dengan teratur akan mudah untuk
mengurangi peningkatan tekanan darah yang akan menurunkan tekanan
perifer sehingga melatih otot jantung agar terbiasa melakukan pekerjaan yang
lebih berat karena adanya kondisi tertentu.
5. Kebiasaan merokok
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah, hal ini di karenakan di dalam
kandungan nikotin yang bisa menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
4. Konsumsi garam berlebihan
WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat mengurangi
peningkatan hipertensi. kadar sodium yang di rekomendasikan adalah tidak
lebih dari 100 ml (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram) (Pranaka, 2014
2015).
5. Minum alkohol
Mengkonsumsi alkohol dengan berlebihan akan menyebabkan meningkatnya
tekanan darah yang tergolong parah karna dapat menyebabkan darah di otak
tersumbat dan mengakibatkan stroke.
6. Minum kopi
Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana dalam satu cangkir kopi
dapat meningkatkan tekanan darah 5-10 mmHg.
7. Kecemasan
Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan meningkatkan
frekuensi jatung, curah jantung dan resistensi vaskuler, efek samping ini akan
6
meningkatkan tekanan darah, kecemasan atau pun stres akan meningkatkan
tekanan darah. Jika seseorang merasa cemas pada masalah yang di hadapinya
maka hipertensi akan kembali terjadi pada dirinya, hal ini di sebabkan karana
rasa cemas yang ada pada dirinya dan akan mempengaruhi detak jantung
semakin cepat sehingga jantung memompa darah ke seleluruh tubuh akan
semakin cepat.
2.1.5 Manifestasi Klinis Hipertensi
Manifestasi klinis yang timbul akibat hipertensi tidak sama pada setiap orang bahkan
terkadang timbul tanpa gejala.
Hipertensi sendiri gejalanya sebagai berikut:
a. Sakit kepala
b. Merasa pegal tidak nyaman di tengkuk
c. Merasa berputar serasa ingin jatuh
d. Timbul prasaan berdebar debar atau detak jantung berdebar cepat
Sebagian besar gejala klinis saat orang menderita hipertensi bertahun-tahun berupa:
1. Nyeri kepala saat terbangun dari tidur terkadang di sertai muntah akibat
meningkatnya tekanan darah intracranial
2. Penglihatan penderita kabur di akibatkan oleh rusaknya retina akibat hipertensi
3. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
4. Nampak edema dan pembekakan akibat meningkatnya tekanan kapiler.
Gejala lain yang paling umum terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, sakit kepala,
muka merah, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk berasa kaku (Reni,2010).
7
Baroreseptor dalam komponen tekanan darah, seperti atrium, vena dan sirkulasi
pulmonary, penderita hipertensi dapat di pastikan mengalami peningkatan salah satu
dari kedua komponen ini, yakni resistensi pascular systemic dan curah jantung
(Nugraha, 2016).
Hemodynamic yang has dari penyakit hipertensi yang menetap bergantung pada tinggi
rendah nya tekanan arteri, pembesaran jantung, derajat kontriksi pembuluh darah,
hipertensi sedangkan yang tidak di sertai pembesaran jantung akan memiliki curah
jantung yang normal namun, terjadi peningkatan risestensi vaskular perifer dan
penurunan kecepatan ventrikel kiri (Nugraha, 2016).
Saat hipertensi mulai bertambah berat jantung juga mulai mengalami pembesaran, curah
jantung juga bisa mengalami penurunan secara progresif meskipun belum terdapat
tanda-tanda gagal jantung. Hal tersebut di karnakan resistensi perifer sistemik
semakin tinggi dan kecepatan ejeksi fentrikel kiri semakin menurun.
Penurunan curah jantung ini dapat menyebabkan gangguan perfusi ke berbagai
organ tubuh teruatama ginjal kondisi ini berdampak pada penurunan volume
ekstrasel dan perfusi ginjal yang berhujung dengan iskemik ginjal, perfusi ginjal
yang menurun akan mengaktifasi sistem rennin angiostensin rennin yang di
keluarkan oleh ginjal dapat merangsang angiotensinogen untuk mengeluarkan
angiotensinogen I (AI) yang bersifat faso konstriktor lemah. Adanya angiotensin I
pada peredaran darah akan memicu angiotensin converting enzyme (ACE) di
endothelium pembuluh darah. ACE ini kemudian akan mengubah angiotensin I
menjadi angiotensin II yang merupakan faso konstriktor kuat, A II memiliki efek lain
yang akhirnya dapat meningkatkan tekanan darah ( Nugraha, 2016).
Dampak hipertensi ke jantung jika semakin meningkat maka beban jantung dapat
menimbulkan hipertropi jantung. Kondisi hipertropi ini menyebabkan penyempitan
ruang jantung sehingga menurunkan curah jantung. Jika jantung tidak dapat
konfensasi lagi makan tidak dapat mengkonpensasi lagi. Maka bisa terjadi gagal
jantung. Sedangkan tekanan intra klanial yang berefek pada tekanan intracular akan
mempengruhi penglihatan. Bahkan penanganan tidak cepat di lakukan penderita
hipertensi akan mengalami kebutaan penurunan aliran darah ke ginjal akibat dari
8
resistensi sistemik dapat mengakibatkan kerusakan pada perenkim ginjal jika tidak
cepat di tanganani akan berakhir dengan penyakit gagal ginjal (Nugraha, 2016).
9
2.1.8 Penatalaksaan Hipertensi
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardio vaskuler yang berhubungan dengan pencapaian tekanan darah di
bawah 140/90 mmHg prinsip pengelolaan hipertensi meliputi : (Padila, 2013).
1. Terapi tanpa obat
Biasanya terapi tanpa obat lebih di gunakan pada hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat meliputi :
a. Diet
Diet yang di anjurkan untuk penderita hiprtensi sebagai berikut:
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr menjadi 5 gr
2) Diet rendah kolestrol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Menghentikan merokok
5) Diet tinggi kalium
2. Latihan fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah di anjurkan untuk penderita
hipertensi adalah olah raga yang mempunyai 4 prinsip yaitu :
a. Macam olah raga isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang, dan lain-lain
b. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80% dari kapasitas aerobic atau 72-87
dari denyut nadi maksimal yang di sebut zona latihan
c. Lamanya latihan berkisar 20-25 menit berada pada zona latihan.
d. Frekuensi latihan sebanyak 3 kali per minggu dan paling baik 5 kali perminggu
3. Edukasi psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a. Teknik relaksasi Relaksasi merupakan prosedur atau teknik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot dalam tubuh menjadi rileks.
b. Teknik biofeedback
10
Merupakan teknik yang di pakai untuk menunjukan pada subjek tandatanda
mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subjek yang di anggap normal.
Teknik ini di pakai untuk mengatasi gangguan somatic seperti nyeri kepala dan
migren. Juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan
ketergantungan.
4. Pendidikan kesehatan
Tujuan dari pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya
11
individual karena respon individu terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak bisa
disamakan dengan orang lain. Inilah dasar bagi perawat dalam mengatasi rasa nyeri
pada klien.
Nyeri dapat di artikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik secara sensori
maupun secara mosional yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan
atau faktor lain, sehingga individu merasa tersiksa, Menderita yang pada akhirnya
akan mengganggu aktivits sehri-hari, psikis dan lain-lain (Andina, 2017).
Nyeri merupakan suatu kondisi lebih dari sekedar sensasi tunggal yang di sebabkan oleh
stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Stimulus
dapat berupa stimulus fisik dan stimulus mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi
pada jaringan aktual atau pada fungsi ego seorang individu (Haswita & Sulistyowati,
2017)
Jenis nyeri ada dua macam yaitu:
1. Nyeri akut
Menurut NANDA (2012) nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang
tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial atau di gambarkan dalam hal kerusakan jaringan yang tiba-tiba atau lambat
dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau di
prediksi dan berlangsung < 6 bulan
2. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri
ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang di perkirakan dan sering tidak dapat
di kaitkan dengan penyebab atau cidera spesifik. Nyeri kronis sering di defisinikan
sebagai nyeri yang berlangsung selama enam bulan atau lebih, meskupun enam bulan
merupakan suatu periode yang dapat berubah untuk membedakan nyeri akut dan nyeri
kroni (Bare, 2010).
12
Bagaimana nyeri merambat dan di persepsikan oleh individu masih belum
sepenuhnya di mengerti. Akan tetapi, Bisa tidaknya nyeri di rasakan dan hingga
derajat mana nyeri tersebt mengganggu di pengaruhi oleh interaksi antara sistem
algesia tubuh dan transmisi sistem saraf serta interpretasi stimulus. Sistem saraf perifer
terdiri atas saraf sensorik primer yang khusus bertugas mendeteksi kerusakan jaringan
yang membangkitkan sensasi sentuhan, panas, dingin, nyeri dan tekanan.
Reseptor yang bertugas merambatkan sensasi nyeri yang di sebut nosiseptor.
Nosiseptor merupakan ujung-ujung saraf perifer yang bebas dan tidak bermielin atau
sedikit bermielin. Reseptor nyeri tersebut dapat di rangsang oleh stimulus mekanis,
suhu dan kimiawi. Sedangkan proses fisiologis terkait nyeri disebut noisepsi.
Proses ini terdiri dari empat fase, yaiu :
a. Transduksi
Pada fase ini, stimulus atau rangsangan yang membahayakan (misalnya bahan kimia,
suhu, listrik) memicu pelepasan mediator biokimia yang mensensitisasi
nosiseptor.
b. Transmisi
Fase transmisi nyeri terdiri atas tiga bagian.
Pada bagian pertama, nyeri merambat dari serabut saraf perifer ke medulla spinalis dua
jenis serabut nosiseptor yang terlibat dalam proses tersebut adalah serabut C yang
mentransmisikan nyeri tumpul dan menyakitkan, serta serabut A-Delta yang
mentransmisikan nyeri yang tajam dan terlokalisasi.
Bagian kedua adalah transmisi nyeri dari medulla spinalis menuju batang otak dan
thalamus melalu jaras spinotalamikus (spinoyalamic tract (STT). STT merupakan
sistem deskriminatif yang membawa informasi mengenai sifat dan lokasi stimulus
ke thalamus.
Selanjutnya pada bagian ketiga, signal tersebut di teruskan ke korteks sensorik somatic
tempat nyeri di persepsikan. Impils yang di transmisikan melalui STT
mengktifkan respon otonomi dan limbic.
c. Persepsi
13
Pada fase ini individu mulai menyadari adanya nyeri. Tampaknya persepsi nyeri
tersebut terjadi di struktur korteks sehingga memungkinkan munculnya sebagai
strategi perilaku kognitif untuk mengurangi komponen sensorik dan afektif nyeri.
d. Modulasi
Fase ini di sebut juga “sistem desenden” pada fase ini, neuron di batang otak
mengirimkn sinyal-sinyal kembali ke medulla spinalis. Serabut desenden tersebut
melepaskan substansi seperti opioid, serotonin, dan norepinefrin yang akan
menghambat impils asenden yang membhayakan di bagian dorsal medulla spinalis
(Mubarak & Chayat, 2011)
14
Migrain ini mempunyai sub type mayor yaitu migrain tanpa aura dan migrain
dengan aura. Migrain tanpa aura adalah nyeri kepala berulang dengan
manifestasi serangan selama 4-72 jam. Migrain dengan aura yaitu nyeri
kepala dengan seragan berulang, sepenuhnya unilateral secara reversible
baik itu visual, sensorik, atau gejalah sistem saraf pusat lainnya yang
biasanya berkembang secara bertahap.
b. Nyeri kepala tipe tegang
Nyeri kepala ini sering terjadi dengan prevalensi seumur hidup dalam
populasi umum berkisar 30% dan 78% dalam studi yang berbeda.
c. Nyeri kepala tipe cluster
Nyeri yang serangannya berat dan terjadi mulai dari sekali hari sampai delapan
kali sehari.
15
2. Jenis kelamin
Karakteristik jenis kelamin dan hubungannya dengan sifat keterpaparan dan tingkat
kerentanan memegang peranan tersendiri. Berbagai penyakit tertentu ternyata erat
hubungannya dengan jenis kelamin, dengan berbagai sifat tertentu. Penyakit yang
hanya di jumpai pada jenis kelamin tertentu, terutama yang berhubungan erat
dengan alat reproduksi atau yang secara genetic berperan dalam perbedaan jenis
kelamin. Di beberapa kebudayaan menyebutkan bahwa anak laki-laki harus berani
dan tidak boleh menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam
situasi yang sama. Toleransi nyeri di pengaruhi oleh factor-faktor biokimia dan
merupakan hal yang unik pada setiap individu tanpa memperhatikan jenis
kelamin. Meskipun penelitian tidak menemukan adanya perbedaan antara laki-laki
dan perempuan dalam mengespresikan nyerinya. Pengobatan di temuka lebih
sedikit pada perempuan. Perempuan lebih suka mengkomunikasikan rasa
sakitnya. Sedangkan laki-laki menerima analgesic aploid lebh sering berbagai
pengobatan untuk nyeri (Haswita & Sulistyoati 2017)
3. Kebudayaan
Kebudayaan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri.
Individu mempelajari apa yang di harapkan dan apa yang di terima oleh
kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri. Ada
perbedaan makna dan sikap di kaitkan dengan nyeri di berbagai kelompok budaya
(Haswita & sulistyowati, 2017) Latar belakang etnik dan budaya merupakan
factor yang mempengaruhi reaksi terhadap nyeri dan ekspresi nyeri. Sebagai
contoh, individu dari budaya tertentu cenderung ekspresif dalam mengungkapkan
nyeri, sedangkan individu dari budaya lain justru lebih memilih menahan perasaan
mereka dan tidak ingin merepotkan orang lain (Mubarak & Chayati, 2011)
4. Makna nyeri
individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara yang berbeda-beda. Arti nyeri bagi
seseorang mempengaruhi respon mereka terhadap nyeri. Jika penyebab nyeri di
ketahui, individu mungkin dapat mengintrepetasikan arti nyeri dan bereaksi lebih
baik terkait dengan pengalaman tersebut. Jika penyebabnya tidak di ketahui, maka
banyak factor psikologis negative (seperti kekuatan dan kecemasan) berperan dan
16
meningkatkan derajat nyeri yang di rasakan. Jika pengalaman tersebut di artikan
negatif, maka nyeri yang di rasakan akan terasa lebih intens di bandingkan nyeri
yang di rasakan di situasi dengan hal yang positif (M. Black & Hokanson Hawks,
2014). 4. Perhatian Tingkat seorang pasien menfokuskan perhatiannya pada nyeri
dapat mempengaruhi persepsi nyeri (Haswita & Sulistyowati, 2017)
5. Ansietas
Hubungan anatara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas sering sekali
meningkatka persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan
ansietas. Pola bangkitan otonom adalah sama dalam nyeri dan ansietas. Ansietas
yang tidak berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksikan pasien dan secara
actual dapat menurunkan persepsi nyeri. Secara umum, cara yang efektif untuk
menghilangkan nyeri adalah dengan mengarahkan pengobatan nyeri ketimbang
ansietas (Haswita & Sulistyawati, 2017).
6. Pengalaman terdahulu
Individu yang mempunyai pengalaman yang multiple dan berkepanjangn dengan nyeri
akan lebih sedikit gelisah dan lebih toleran terhadap nyeri di bandingkan dengan
orang yang hanya mengalami sedikit nyeri. Bagi kebanyakan orang,
bagaimanapun, hal ini tidak selalu benar. Sering kali lebih berpengalaman
individu dengan nyeri yang di alami, makin takut individu tersebut terhadap
peristiwa yang menyakitkan yang akan di akibatkan (Haswita & sulistyawati,
2017)
7. Gaya koping
Mekenisme koping individu sangat mempengaruhi cara setiap orang dalam mengatasi
nyeri. Ketika seorang mengalami nyeri dan menjalankan perawatan di rumah sakit
adalah hal yang sangat tak tertahankan. Secara terus-menerus klien kehilangan
kontrol dan tidak mampu untuk mengontrol lingkungan termasuk nyeri. Klien
sering menemukan jalan untuk mengatasi efek nyeri baik fisik maupaun
psikologis. Penting untuk mengerti sumber koping individu selama nyeri (Haswita
& Sulistyawati, 2017)
17
8. Dukungan keluarga dan social
Faktor lain juga mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah kehadiran dari seorang
terdekat. Orang-orang yang sedang dalam keadaan nyeri sering bergantung pada
keluarga untuk mensuport, membantu atau melindungi. Ketidak hadiran keluarga
atau teman terdekat mungkin akan membuat nyeri semakin bertambah. Kehadiran
orang tua juga merupakan hal yang khusus yang penting untuk anak-anak dalam
menghadapi nyeri (Haswita & Sulistyawati, 2017). Lingkungan yang asing,
tingkat kebisingan yang tinggi, pencahayaan, dan aktivitas yang tinggi di
lingkungan tersebut dapat memperberat nyeri. Selain itu, dukungan dari keluarga
dan orang terdekat menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi persepsi
nyeri individu (Mubarak & Chayatin, 2011)
18
B. Terapi nyeri non farmakologis
1. Kompres panas dan dingin
Reseptor panas dan dingin mengaktivasi serat-serat A-beta ketika temperature
mereka berada dalam anatara 4-5 C dari temperature tubuh. Reseptor-reseptor
ini mudah beradaptasi, membutuhkan temperature untuk di sesuaikan pada
interval yang sering berkisar tiap 5-15 menit. Pemberian panas merupakan cara
yang baik dalam menurunkan atau merendahkan nyeri sehingga di setujui
termasuk kedalam otonomi keperawatan. Kompres panas dapat di berikan
dengan menghangatkan peralatan (seperti bantal pemanas, handuk hangat).
Kompres dingin juga dapat menurunkan atau meredahkan nyeri, dan perawat
dapat mempertimbangkan metode ini. Es dapat di gunakan untuk mengurangi
atau mengurangi nyeri dan untuk mencegah atau mengurangi edema dan
inflamasi (Black & Hawks, 2014)
2. Akupresur
Akupresur memungkin kan alur energi yang terkongesti untuk meningkatkan kondisi
yang lebih sehat. Perawat ahli terapi mempelajari alur energi atau meridian
tubuh dan memberikan tekanan pada titik-titik tertentu disepanjang alur.
3. Napas dalam
Napas dalam untuk relaksasi mudah di pelajari dan berkontribusi dalam menurunkan
atau meredahkan nyeri dengan mengurangi tekanan otot dan ansietas (Black &
hawks, 2014)
4. Distraksi
Perhatian di jauhkan dari sensasi nyeri atau rangsangan emosional negative yang di
kaitkan dengan episode nyeri. Penjelsan teoritis yang utama adalah bahwa
seseorang mampu untuk memfokuskan perhatiannya pada jumlah fosi yang
terbatas. Dengan memfokuskan perhatian secara aktif pada tugas kognitif di
anggap dapat membatasi kemampuan seseorang untuk memperhatikan sesnsasi
yang tidak menyenangkan (Black & Hawks, 2014).
5. Hipnotis
19
Reaksi seseorang akan nyeri dapat di ubah dengan signifikan melalui hipnotis.
Hipnotis berbasis pada seugesti, disosiasi, dan proses memfokuska pada
perhatian (Black & Hawls, 2014)
20
2.2.7 Intensitas Nyeri
Nyeri tidak dapat di ukur secara objektif, sehingga intensitas nyeri merupakan karakteristik
yang sangat relative. Oleh karena itu banyak tes, skor, atau tingkatan angka di buat
untuk membantu dalam mengukur intensitas nyeri secara subjektif setetap mungkin
(Asmadi, 2010).
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak nyeri nyeri sedang nyeri sangat hebat
B. Pain Diagram
Diagram ini dapat digunakan untuk membantu menentukan letak posisi nyeri,
seperti tipe nyeri yang dirasakan. Diagram dilengkapi dengan gambar tubuh
manusia dan disertai instruksi mengenai tipe nyeri yang dirasakan.
21
Gambar 2.2 Pain Diagram Sumber : (Asmadi, 2008)
22
C. Face Pain Rating Scale
Skala ini digunakan untuk evaluasi nyeri pada pasien pediatrik. Skala ini
menggambarkan sketsa wajah masing-masing dengan nilai angka, dimulai dengan
ekspresi senang, senyum sampai dengan sedih dan menangis dengan tidak nyeri
sampai dengan nyeri yang sangat parah.
D. Catatan harian
Digunakan untuk mengevaluasi hubungan antar dinamika nyeri yang dirasakan
dengan aktivitas sehari-hari secara continue (Asmadi, 2008).
23
a. Jahe Putih Besar (Gajah)
Jenis jahe putih ini atau Zingiber Officinale var. officinale terbanyak ditanam oleh
penduduk Indonesia. Bentuk bulat, warna hijau muda, sedikit keras serta
diselimuti pepelan daun merupakan ciri dari batang jahe gajah. Pada bagian
bawah daun mmiliki warna hijau tua sedangkan pada atas daun berwarna hijau
muda. Ragam jahe ini biasa dipanen baik saat umur muda atau tua.
b. Jahe putih kecil
Jahe putih kecil memiliki berat sekitar 0,5-0,7 kg/perdu. Warna hijau muda serta bulat
pada batang, permukaan lebih kecil dengan jumlah batang yang berlimpah. Dapat
dipanen ketika sudah 16 berumur, serta jahe ini menyimpan kandungan cairan
atsiri kian tinggi daripada jahe gajah. Mempunyai rasa lebih pedas disamping itu
juga seratnya lebih banyak. Jahe putih kecil ini cocok untuk ramuan obat-
obatan(Alfiana, 2014).
c. Jahe merah atau jahe sunti
Merupakan nama latin dari Zingiber Officinale var.Amarum mempunyai umbi dengan
berat 0,5-0,7 kg/rumpun dengan pangjang 12,33-12,60 cm, tingginya 5,86-7,03,
serta memiliki akar berserat dan agak panjang. Komponen rimpang jahe merah
yaitu mungil berlapis serta daging umbinya mempunyai warna merah jingga
hingga merah. Jahe ini dapat dituai ketika sudah berumur tua, dimana terdapat
kandungan astiri yang lebih besar dari jahe kecil bahkan mampu serta cocok untuk
ramuan misalnya untuk jamu serta banyak lagi kegunaannya. Jahe merah
menyimpan minyak astiri sekitar 2,58-3,90 % dari bobot kering. Jahe merah
memiliki kandungan air sekitar 81%. Selain itu jahe merah juga memiliki
kandungan oleoresin 5-10% khusus untuk jahe merah (Arsyad, 2014).
24
b. Minyak jahe (oleoresin )
Didalam jahe mengandung oleoresin sebanyak 7-10%. Didalam Olerasin juga terdapat
senyawa gingerol, shogaol, zingeron, dan resin yang memiliki kandungan anti
inflamasi, analgetik serta antioksidan yang kuat.
c. Senyawa lain
Didalam jahe merah tidak hanya mengandung astiri serta oleoresin tetapi juga
terkandung 6-gingerdione, gingeron, 1,8- cineole, arginin, β-sistosterol, farnesal,
10-dehydrogingerdione, farnesol, serta unsur pati ibarat tepung kanji dan resin
dalam kadar kecil (Arsyad, 2014).
25
Kompres hangat yaitu pemberian intervensi yang menimbulkan efek fisiologis dari
penggunaan suhu hangat. Dimana dalam intervensinya memanfaatkan larutan atau
peralatan yang mampu memunculkan perasaan hangat untuk tubuh yang
membutuhkan. Dapat meningkatkan aliran darah keseluruh tubuh atau bagian cedera,
membuat otot menjadi rileks, meredakan nyeri yang diakibatkan oleh otot yang kaku,
menaikkan pergerakan zat sisa, serta nutrisi adalah efek yang ditimbulkan dari
pemberia kompres hangat (Agustiningrum, 2015).
2.4.2 Manfaat
Pengobatan kompres hangat termasuk terapi non farmakologis yang memiliki manfaat yang
besar. Adapun manfaat dari kompres hangat menurut (Umaya, 2017) yaitu:
a. Efek fisik
Pada dasarnya energi panas mempunyai sifat antara lain mnyebabkan materi mencair,
memadat serta gas yang mampu memuai disemua arah.
b. Efek kimia
Kelajuan aksi dalam seseorang rata-rata bergantung terhadap suhu, maka melemahnya
reaksi kimia sering ditandai dengan menurunnya suhu tubuh. Kemampuan
membrane sel hendak meninggi serasi dengan peningkatan suhu tubuh, lalu
jaringan akan meningkatkan metabolisme sehingga terjadi perpindahan antara zat
kimia dan larutan.
c. Efek biologis
Panas pencetus pembengkakan pembuluh darah yang konsekuensinya dapat pemicu
naiknya sirkulasi darah. Menurut fisiologis reaksi tubuh akan panas adalah dapat
memicu pembuluh darah merendahkan darah yang pekat , melingsirkan
ketegangan otot, menghasilkan energi yang tinggi. Panas menimbulkan edema
dalam waktu 15-20 menit. Tetapi perlu diperhatikan kompres hangat juga dapat
menyebabkan luka bakar jika dalam intervensinya tidak sesuai deng SOP (Umaya,
2017).
26
Langkah-langkah pemberian kompres hangat menurut Agustiningrum (2015), yaitu: a.
Persiapan instrumen
1.) Kain atau waslap berguna untuk menyerap air
2.) Air hangat dengan suhu 37-400C
b. Tahap kerja
1.) Cuci tangan
2.) Menerangkan terhadap responden terkait langkah-langkah yang akan
diberikan
3.) Ukur suhu air dengan thermometer
4.) Masukkan kain atau waslap pada air hangan lalu diperas
5.) Tempelkan kain atau waslap yang sudah diperas pada daerah yang akan
dikompres.
27
No Outher TahunVolume angka judul Metode Hasil penelitian Data based
29
dan kelompok kompres hangat
berbeda banyak jika dianalisis secara
statistic dengan menggunakan uji
Man Withney hasilnya didapatkan
perbedaan yang bermakna dimana p
value 0,000 dengan taraf signifikan
0,05 maka 0,000 < 0,05 sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa H1
diterima, artinya ada perbedaan
pemberian kompres hangat jahe dan
kompres hangat terhadap penurunan
skala nyeri kepala hipertensi pada
Lansia. Sehingga kompres hangat
jahe lebih efektif menurunkan nyeri
kepala hipertensi karena jahe
mengandung zat gingerol yang dapat
membantu proses penurunan nyeri
daripada dengan kompres hangat
yang hanya menggunakan sensasi
hangat. Kompres hangat jahe dan
kompres hangat menurunkan nyeri
kepala hipertensi dengan
memberikan rasa hangat pada area
tengkuk yang mengalami nyeri.
Kompres hangat jahe menggunakan
rebusan jahe sebagai media
penghangat untuk menurunkan nyeri
dan kompres hangat menggunakan
rebusan air hangat. Selain itu
kompres hangat jahe dan kompres
hangat melakukan penyembuhan
dengan tahapan yang berbeda
meskipun menggunakan media yang
30
sama yaitu hangat. Tetapi pemberian
kompres hangat jahe lebih efektif
karena pada jahe terdapat kandungan
gingerol yang mampu memberikan
efek farmakologi dan fisiologi
sedangkan pada kompres hangat
hanya memberikan sensasi hangat
saja. Hal ini sesuai dengan teori
Syiddatul (2019) jahe mengandung
zat gingerol, shangaol, zingerone,
oleoresin, dan minyak atsiri.
Kandungan dalam jahe seperti
gingerol, shongaol dan zingerone
memberikan efek farmakologi dan
fisiologi seperti antioksidan, anti-
inflamasi, analgesik, anti-
karsinogenik, non-toksik dan non-
mutagenik meskipun pada
konsentrasi tinggi
Arfah May Syara1*,
2021 Vol. 1 No.1PENGARUH True Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil analisaGoogle scolar
Tiurma PEMBERIAN eksperiment skala nyeri pada leher pada pasien
Edisi
Siringoringo1 , KOMPRES desing hipertensi sebelum dilakukan terapi
Afeus Halawa1 Juni HANGAT PADA kompres hangat, dikatakan nyeri
,Kristina LEHER UNTUK dengan sedang 4 orang responden (28,6%),
2021 pendekatan
Sitorus1 MENGURANGI nyeri berat 10 orang responden
NYERI DI (71,4%) dengan standar deviasi
Received: 17 June KEPALA pre test – 0,469.
2021 :: PADAPASIEN post test
Accepted: 22 HIPERTENSI group design
Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil analisa
June 2021 :: skala nyeri pasien hipertensi sesudah
Published: 30 dilakukan terapi kompres hangat,
June 2021 dikatakan sedang 12 orang responden
(85.7%), berat 2 orang responden
31
(14.3%) dengan standar
32
BAB III
PRESENTASI KASUS
3.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 April 2022, Jam 10.00 WITA, hasil
pengkajian pada kasus ini diperoleh melalui wawancara, observasi langsung,
pemeriksaan fisik, menelaah catatan medic maupun catatan perawat. Dari pengkajian
tersebut didapatkan data dan masalah keperawatan pasien.
3.1.1 Identitas Pasien
Nama pasien Ny. H, Umur 60 tahun, Jenis kelamin perempuan, Agama Islam,
Pendidikan terakhir SMA, Suku Bima, Bangsa Indonesia, Pekerjaan Ibu Rumah
Tangga, Alamat Rt 10 Rw 03 Kelurahan Raba Dompu Barat kecamatan Rasanae
Kota Bima.
Penanggung jawab Tn. U, Hubungan dengan pasien sebagai Anak
Kandung,Pekerjaan swasta. Klien rawat jalan pada tanggal 25 April 2022. Klien
berobat di Puskesmas Penanae dengan diagnosa Medik Hipertensi.
3.1.2 Riwayat Kesehatan
3.6 Keluhan Utama : Pasien mengatakan pusing, tengkuk tegang dan nyeri di
bagian belakang kepala seperti ditusuk-tusuk saat beraktivitas.
3.7 Riwayat keluhan utama : Pasien mengatakan keluhan dirasakan sejak2 hari
yang lalu pada waktu pasien beraktivitas. Sifat keluhan hilang timbul,sehingga
pihak keluarga memutuskan untuk memeriksakan diri pasien di Puskesmas
Penanae, lalu pasien mendapatkan perawatan dengan hasil pemeriksaan :
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, GCS 15 (E4M6V5), ekspresi
wajah tampak meringis kesakitan, skala nyeri 5 (sedang), TD 180/100 mmHg,
Suhu 36,5ºC, Nadi 100 x/menit, RR 24 x/menit. Keluhan lain yang menyertai
pasien mengatakan badan lemas. Keluhan bertambah saat pasien emosi, upaya
yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien minum air hangat
dan berobat ke Puskesmas.
3.8 Riwayat penyakit sebelumnya :
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit kronis selain hipertensi,
tidak ada alergi makanan atau alergi obat-obatan, dan tidak pernah melakukan
tindakan operasi.
33
Pasien mengatakan penyakit yang diderita pasien adalah factor keturunan dari
ibu karena sebelum pasien menderita hipertensi, ibu pasien juga pernah
menderita hipertensi, ibu pasien meninggal dengan riwayat penyakit hipertensi.
Genogram:
Keterangan :
Sudah meninggal
34
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
Tanda-Tanda Vital, Tekanan darah : 180/100 mmHg, Pernapasan : 24 x/menit,
Nadi : 100 x/menit, Suhu badan : 36,5ºC. Kepala simetris, ada keluhan sakit kepala
dan pusing, bentuk, ukuran dan posisi normal, tidak ada lesi dan massa, wajah
simetris, penglihatan kabur, konjungtiva merah muda, sclera ikterik, memakai
kacamata, tidak ada nyeri dan peradangan. Pendengaran normal, tidak ada nyeri
dan peradangan. Hidung normal, tidak ada riwayat polip, sinusitis tidak teraba
adanya cairan. Tenggorokan dan mulut, keadaan gigi bersih, tidak ada karies gigi,
tidak memakai gigi palsu, tidak ada gangguan bicara dan menelan, tidak ada
pembesaran kelenjar leher.
Pemeriksaan sistem kardiovaskuler: tidak adan yeri dada, inspeksi kesadaran
composmentis/GCS 15 (E4M6V5), bentuk dada normal, bibir dan kuku warna
merah muda,CapillaryRefill normal (<2 detik),tangan dan kaki bisa digerakkan
dengan normal,sendi normal,Ictus cordis/Apical pulse teraba,Vena jugularis teraba,
perkusi tidak ada pembesaran jantung,auskultasi bunyi jantung 1 dan bunyi jantung
2 normal, murmur tidak ada.
Pemeriksaan sistem respirasi : keluhan tidak ada, inspeksi jejas tidak ada, bentuk
dada normal, jenis pernapasan normal, irama napas teratur, tidak ada retraksi otot
dan penggunaan alat bantu pernapasan, perkusi cairan, udara, dan massa tidak ada,
auskultasi inspirasi dan ekspirasi normal, clubbing finger normal.
Pemeriksaan sistem pencernaan : tidak ada keluhan, inspeksi turgor kulit normal,
keadaan bibir lembab, keadaan rongga mulut : warna mukosa merah muda, tidak
ada luka dan tanda-tanda radang, keadaan gusi normal.
keadaan abdomen : warna kulit sawo matang, tidak ada luka, pembesaran normal,
keadaan rektal : tidak ada luka, perdarahan, hemmoroid dan lecet/tumor/bengkak,
auskultasi bising usus 15 x/menit, perkusi cairan, udara dan massa normal, palpasi
tonus otot, nyeri dan massa normal.
Pemeriksaan sistem persyarafan : keluhan tidak ada, tingkat kesadaran
composmentis, GCS (E4M6V5), pupil isokor, kejang normal, tidak ada
kelumpuhan dan paresteshia, koordinasi gerak, cranial nerves dan reflex normal.
Pemeriksaan sistem musculoskeletal : tidak ada keluhan, kelainan ekstremitas,
nyeri otot dan nyeri sendi tidak ada, refleksi sendi normal, atropi normal, kekuatan
otot
35
Pemeriksaan sistem integument : tidak ada rash dan lesi, turgor kulit baik, warna
kulit sawo matang, kelembaban normal, tidak ada petechie.
Pemeriksaan sistem perkemihan : tidak ada gangguan dan penggunaan alat
bantu, kandung kencing tidak membesar dan tidak ada nyeri tekan, Pemeriksaan
sistem endokrin : tidak ada keluhan dan pembesaran kelenjar.
Pemeriksaan sistem reproduksi : keluhan tidak ada, keadaan payudara normal,
riwayat persalinan normal, abortus tidak ada.
Pola kegiatan sehari-hari (ADL) : nutrisi, kebiasaan pola makan baik, frekuensi
makan 3 kali sehari, nafsu makan baik, makanan pantangan daging, makanan yang
disukasi jagung dan daun sup, banyaknya minum 8 gelas/hari ±2000 cc, BB 66 kg,
TB 165 cm, tidak ada kenaikan atau penurunan BB, perubahan selama sakit tidak
ada.
Eliminasi : kebiasaan buang air kecil (BAK) 4 kali/hari, warna kuning jernih, bau
pesing, perubahan selama sakit tidak ada. Buang air besar (BAB) frekuensi 1-2
kali/hari, warna kuning kecoklatan, konsistensi lembek,
perubahan selama sakit tidak ada. siang jam 13.00 WITA, bangun jam 14.30
WITA, pasien mudah terbangun dan tidak mengetahui apa yang dapat menolong
untuk tidur nyaman.
Pola interaksi sosial : orang yang penting/terdekat adalah anakanak, organisasi
sosial yang diikuti kelompok tidak ada, keadaan rumah dan lingkungan bersih,
status rumah milik sendiri, cukup, tidak bising dan banjir. Jika ada masalah selalu
menceritakan pada anak..
Kegiataan keagamaan/spiritual : ketaatan menjalankan ibadah sesuai ajaran agama
islam.
Keadaan psikologis selama sakit : persepsi klien bahwa ia merasa cemas dengan
penyakitnya dan mengatakan bahwa ia pasti akan sembuh, pola interaksi dengan
tenaga kesehatan dan lingkungannya baik dan komunikatif.
37
3.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan
1 . Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Tujuan (NOC) : Pain Level, Pain control, Comfort level.
Kriteria hasil :
a) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik
non farmakologi untuk mengurangi nyeri,
b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri,
c) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri),
d) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang, tanda vital dalam rentang
normal.
Intervensi (NIC) : Pain Management,
a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif,
b) Observasi tanda-tanda vital,
c) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan,
d) melakukan terapi non Farmakologi dengan kompres hangat jahe ,
e) Evaluasi keefektifan control nyeri,
2. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intracranial
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan organ
Kriteria Hasil :
3.9.1.1 Tekanan Darah dalam batas normal ( 130 – 140/80-95 mmhg
3.9.1.2 Nyeri berkurang
3.9.1.3 Menyatakan rasa nyaman
Intervensi :
a) Pertahankan tekanan darah dalam batas normal
b) Ajarkan teknik relaksasi
c) Melakukan kompres hangat jahe
d) Anjurkan klien untuk membatasi aktivitas yang menyebabkan kepala pusing
38
Tujuan (NOC) : Knowledge : disease process, knowledge : health behaviour,
Kriteria hasil :
1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis
dan program pengobatan,
2) pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar,
3) pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya.
Intervensi (NIC) :
Teaching : disease process,
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang hipertensi,
2) Beri penjelasan kepada pasien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
pencegahan dan penanganan,
3) Beri kesempatan kepada pasien untuk bertanya.
39
3. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intracranial
Implementasi :
Jam 08.30, mengobservasi tanda-tanda vital : tekanan darah 180/100 mmHg, Suhu
36,2ºC, Nadi 100 x/menit, Pernapasan 24 x/menit. Jam 08.40, mengobservasi reaksi
non verbal dari ketidaknyamanan : ekspresi wajah tampak meringis kesakitan, sering
memegang kepala dan tengkuk. Jam 08.45, mengajarkan dan melakukan terapi non
farmakologi, yaitu Kompres hagat jahe dan latihan teknik napas dalam.
40
rasa nyeri dapat dikontrol dengan teknik napas dalam. Dan memgukur skala nyeri
setelah kompres hangat jahe, skala nyeri 3.
41
2. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intracranial
Implementasi :
Jam 08.35, mengobservasi tanda-tanda vital : tekanan darah 150/90 mmHg, Suhu
36,2ºC, Nadi 84 x/menit, Pernapasan 24 x/menit. Jam 08.40, mengobservasi reaksi
non verbal dari ketidaknyamanan : ekspresi wajah tampak tidak meringis kesakitan,
menganjurkan untuk menhindari aktivita yg memicu timbulnya nyeri . Jam 08.45,
mengajarkan dan melakukan terapi non farmakologi, yaitu Kompres hagat
jahe.mengajarkan teknik napas dalam.
42
Kesemutan pada jari. O : Keadaan umum baik, TD : 180/100 mmhg, Nadi 100
x/menit, RR 24 x/menit. A : Masalah belum teratasi. P : Intervensi dilanjutkan.
43
Jam 13.15, S : Pasien mengatakan sudah memahami pengertian dan faktor penyebab
hipertensi, factor resiko, pencegahan dan menatlaksanaan hipertensi. O : Pasien
mampu menjelaskan pengertian hipertensi dan faktor penyebabnya. A : Masalah
teratasi. P : Intervensi dihentikan.
Hari ketiga dilakukan pada tanggal 30 April 2022.
Diagnosa keperawatan
1 :Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Evaluasi : Jam 13.00, S : Pasien mengatakan tengkuk tegang dan nyeri di kepala
berkurang. O : Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, GCS 15 (E4M6V5),
pasien tampak rileks, skala nyeri 2 (ringan), TTV : TD 150/90 mmHg, Suhu 36ºC,
Nadi 84 x/menit, RR 24 x/menit. A : Masalah teratasi sebagian . P : Intervensi
dilanjutkan.
44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Hasil pengkajian ;
Nama Ny. H
Umur 60 Thn
TD 180/100 mmhg
NADI 100x/mnt
RR 24x/menit
Suhu 36,5
Kesadaran Composmentis
Skala nyeri 5
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah Nyeri akut yang berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler serebral
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologi (iskemia). Intervensi pada nyeri akut yaitu manajemen nyeri
antara lain identifikasi nyeri dengan PQRST, kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri, fasilitasi istirahat dan tidur, ajarkan teknik non farmakologis (kompres
hangat jahe), dan kolaborasi pemberian analgetik (DPP PPNI, 2017).
45
Hasil Skala Nyeri Pre dan Post Pemberian Terapi Kompres Hangat Jahe
Ny. H 5 5 4 3 3 2
Berdasarkan tabel 1 didapatkan data hasil studi yang menunjukkan skala nyeri
sebelum dan sesudah pemberian terapi relaksasi otot progresif. Pada responden 1 di
hari pertama sebelum dan sesudah pemberian terapi relaksasi skala nyeri masih tetap
4 tidak ada perubahan. Pada hari kedua sebelum diberikan terapi relaksasi skala nyeri
4, tetapi setelah diberikan terapi relaksasi skala nyeri mengalami penurunan menjadi
3. Kemudian pada hari ketiga sebelum diberikan terapi relaksasi skala nyeri 3, dan
setelah diberikan terapi relaksasi skala nyeri menjadi 2
Syiddatul (2019), jahe mengandung zat gingerol, shangaol, zingerone, oleoresin, dan
minyak atsiri. Kandungan dalam jahe seperti gingerol, shongaol dan zingerone
memberikan efek farmakologi dan fisiologi seperti antioksidan, anti-inflamasi,
analgesik, anti-karsinogenik, non-toksik dan non-mutagenik meskipun pada
konsentrasi tinggi. Gingerol dan rasa hangat yang ditimbulkan oleh jahe tersebut
membuat pembuluh darah terbuka (vasodilatasi) dan memperlancar sirkulasi sehingga
suplai makanan dan oksigen menjadi lebih baik sehingga nyeri akan berkurang dan
juga menghambat COX (Cyclo-oxigenase), dimana COX (Cyclo-oxigenase) berperan
dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah prostaglandin. Mekanisme umum
adalah mengeblok pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim COX
(Cyclo-oxigenase) pada daerah nyeri dengan demikian mengurangi pembentukan
mediator nyeri.
Hasil studi kasus ini menunjukkan bahwa pemberian terapi kompres hangat selama ±
10- 15 menit memiliki pengaruh untuk menurunkan skala nyeri kepala pasien
hipertensi. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh ( Utami,
47
Nisa,2020), yang menyatakan bahwa kompres hangat jahe lebih efektif menurunkan
nyeri kepala hipertensi karena jahe mengandung zat gingerol yang dapat membantu
proses penurunan nyeri.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
5.1.1 Skala nyeri kepala Ny. H sebelum kompres hangat adalah 5 – 4 – 3 ( berturut
turut sela 3 hari )
5.1.2 Skala nyeri kepala Ny. H setelah kompres hangat adalah 5 – 3 - 2 ( berturut
turut selam 3 hari)
5.1.3 Ada pengaruh pemberian kompres hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri
kepala hipertensi pada Ny.H
5.2 SARAN
5.2.1 Bagi Responden
Dari hasil penelitian ini diharapkan responden ( Ny. H )dapat mengaplikasikan
kompres hangat jahe di rumah secara mandiri, untuk menurunkan skala nyeri
kepala pada hipertensi.
5.2.2 Bagi Peneliti
a. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya dalam
mengembangkan penelitian untuk menurunkan skala nyeri kepala hipertensi,
tidak hanya nyeri kepala pada hipertensi tetapi pada nyeri yang lainnya.
b. Bagi peneliti selanjutnya dapat memodifikasi atau membandingkan dengan
menggunakan intervensi yang lain agar lebih efisien dalam mengkompres
nyeri
5.2.3 Bagi puskesmas Penanae
Diharapakan penelitaian ini menjadi referensi terapi non farmakologi dalam
menurunkan nyeri kepala pada hipertensi sehungga dapat dilakukan intervei pada
pasien dengan maslah yang sama di fasilitas pelaynan kesehatan.
48
49
DAFTAR PUSTAKA
Hermani & Winarti (2015). Kandungan Bahan Aktif Jahe dan Pemanfaatannya
Dalam Bidang Kesehatan. http:/balitro.litbang.pertanian.go.id/ diakses pada tanggal
13 November 2015.
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan (Ed.2). Yogyakarta :
Graha Ilmu
Setyawan, D(2014). Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Pada Lansia Terhadap
Penurunan Nyeri Kepala Pada Pasien Hipertensi. Fakultas Kedokteran. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Sutanto, (2010). Cekal Penyakit Modern, Hipertensi, Stroke, Jantung, kolesterol dan
Diabetes. C.V Audi Offset. Yogyakarta.
Utami, Nisa. 2020, Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Jahe Terhadap Skala Nyeri
Kepala Pada Lansia di Dusun Tangar Desa Kedungharjo Widang Tuban.
Yonata, A., Satria, A., & Pratama, P. (2016). Hipertensi sebagai Faktor Pencetus
Terjadinya Stroke. Majority, 5(3), 17.
Merliana, R., Daeli, N. E., Sitanggang, M., Kesehatan, F. I., Katolik, U., & Charitas, M.
(2019). Perbedaan Kompres Air Hangat Dan Jahe Merah Terhadap Tingkat Nyeri Gout
Lansia Differences Of Warm Water Compresses And Red Ginger Against. Kesehatan,
169–175.
LAMPIRAN
LAMPIRAN :
LAMPIRAN :
IMPLEMENTASI KOMPRES HANGAT JAHE
Dilaksanakan
NO Implementasi Keperawatan
Ya tidak
Saya yang bertanda tangan dibawah ini , telah mendapatkan informasi dengan jelas
tentang tugas pengambilan studi kasus, dari mahasiswa yang bernama Suherman, S.Kep.
Saya setuju untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan studi kasus ini dan saya telah
menerima salinan dari form ini. Saya, Ny. Halimah Dengan ini memberikan pernyataan
kesediaan menjadi responden dalam penelitian ini.
Semua data dan informasi dari saya sebagai responden hanya akan digunakan
untuk tujuan dari studi kasus ini.
(Responden) (Suherman,S.Kep)
Dokumentasi Kegiatan
Lampiran Jurnal
Abstract
One of the symptomps of hypertension is headache. Headache occurs due to the atherosclerosis that
causes spasme on the blood vessels (artery) and a decrease of oxygen in the brain. This headache can
be handle by doing non pharmacology one of them is by doing warm compress of ginger. The
research aims to determine the effect of warm compress of ginger on headache scale hypertension to
elderly Posyandu of Elderly Karang Werdha Rambutan Burneh village Bangkalan.The quasi
expreriment design with one group pre-post test design. The population is 40 of elderly in Posyandu
of elderly and the sample is 36 of elderly, used simple random sampling technique sampling. The
independen variable is a warm compres of ginger, the dependent variable is headache scale
hypertension to elderly and the analyze of data using Wilcoxon Sign Ranks Test.The scale before
giving with a warm compress of ginger is a level of madium pain with 20 of elderly (55,6%), and the
level of scale after giving with a warm compress of ginger is a level of mild pain with 27 of elderly
(75%). Used the Wilcoxon sign test of p value of 0,000 (p<α0,05). So it can be conclude there was the
difference scale of headache hypertension to elderly before and after giving with a warm compress of
ginger.The headache can be control if they know the factors of pain likes age lifestyle, food, jobs, and
treat of pain well.
1. Ada pengaruh pemberian kompres hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri kepala hipertensi pada lansia.
2. Pemberian terapi kompres hangat jahe bisa dijadikan terapi alternatifbagi lansia yang mengalami nyeri kepala karena
hipertensi.
4.2 Saran
1. Bagi Responden
Dari hasil penelitian ini diharapkan responden di Posyandu Lansia Karang Werdha Rambutan Desa Burneh Bangkalan dapat
mengaplikasikan kompres hangat jahe di rumah secara mandiri, untuk menurunkan skala nyeri kepala pada hipertensi.
2.Bagi Peneliti
a. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya dalam mengembangkan penelitian untuk
menurunkan skala nyeri kepala hipertensi, tidak hanya nyeri kepala pada hipertensi tetapi pada nyeri yang lainnya.
b. Bagi peneliti selanjutnya dapat memodifikasi atau membandingkan dengan menggunakan intervensi yang lain agar
lebih efisien dalam mengkompres nyeri.
Daftar Pustaka
Pinzon, Rizaldy (2013). Komorbiditas Nyeri Pada pasien Lanjut Usia. Jurnal CDK-226/Vol 42. No. 3 Tahun 2015.
Palmer KT, et al. (2001) Prevalence and Occupational Associations of Neck Pain in the British Population. Scand. J Work
Environ Health 2001; 27: 49-.
Setyawan, D(2014). Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Pada Lansia Terhadap Penurunan Nyeri Kepala Pada Pasien
Hipertensi di RSUD Tugurejo Semarang. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. Semarang.
Astuti, S. (2014) Blok Infraklavikular Kontinyu Sebagai Manajemen Nyeri Akut Pascaoperasi Ekstremitas Atas. Skripsi.
Universitas Udayana. Bali.
Kozier, et.al. (2009). Buku Ajar Fundamental: Konsep, Proses, danPraktek. Jakarta: EGC
Wijayakusuma, A.D. & Putri. (2013). Keperawatan Medikal Bedah (KMB1). Yogyakarta: NuhaMedika
Rohimah (2015). Pengaruh Kompres Hangat Pada Pasien Hipertensi Esensisal di Wilayah Kerja Puskesmas Kahurpian
Kota Tasikmalaya. Jurna lKesehatan Bakti Tunas Husana. Volume 13 Nomor 1 Februari 2015.
Potter & Perry (2005), Fundamental Of Nursing NursingKonsep, Proses, Dan Praktik. Jakarta: EGC
Hermani & Winarti (2015). Kandungan Bahan Aktif Jahe dan Pemanfaatannya Dalam
Bidang Kesehatan. http:/balitro.litbang.pertanian.go.id/ diakses pada tanggal 13 November 2015.
Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Jahe Terhadap Skala Nyeri Kepala Hipertensi Pada
Lansia Di Dusun Tangar Desa Kedungharjo Widang Tuban
Abstract
Utami, Nisa. 2020. Effect of Ginger Warm Compress Giving on Hypertension Head Pain Scale
in the Elderly in Tangar Hamlet, Kedungharjo Village, Widang District, Tuban Regency.
Thesis. University of Muhammadiyah Lamongan. Supervisor (1) Abdul Rokhman, S.Kep.,
Ns., M.Kep, (2) Abdul Majid, SE., M.M
Hypertension is a state of increased systolic blood pressure ≥ 140 mmHg and diastolic ≥ 90
mmHg, according to the World Health Organization (WHO) worldwide, 26.4% of the earth's
inhabitants suffer from hypertension, hypertension headache in the elderly there is an increase
in high blood pressure, caused blockages in the circulatory system both from the heart, a series
of arteries and veins that carry blood. This study aims to determine the effect of Ginger Warm
Compress Giving on the Hypertension Head Pain Scale in the Elderly in Tangar Village,
Kedungharjo Village, Widang District, Tuban Regency. This study uses a True experimental
design with a pre-test post-test control group design with the method of simple random
sampling obtained 36 respondents giving intervention 2x for ± 20 minutes by measuring the
pain relief bourbanis scale with Wilcoxon test data analysis and man whitney test. Pre-test in
the intervention group almost all 83.3% experienced moderate pain and post-test almost all
88.9% experienced mild pain and in the control group almost all 61.1% experienced severe
pain and post-test almost entirely 83.3% experiencing moderate pain. By using the SPSS 16.0
for Windows program using the Wilcoxon Singn Rank Test with α = 0.05, the p-value of the
intervention group = (0,000) and the control group = (0.003) which means that there is an
effect of giving warm ginger compresses to the headache scale hypertension in the elderly in
Tangar Hamlet, Kedungharjo Village, Widang Tuban. In this study, there were differences in
the level of pain before and after giving warm compresses of ginger so that the results of this
study can be as a recommendation to reduce the scale of hypertension headache on.
Keywords: Ginger, Hypertension, Pain, Elderly
1. Pendahuluan
Lansia merupakan suatu bagian dari tahap perjalanan hidup manusia, tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang di tandaidengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Sebagian masyarakat menganggap lansia sebagai manusia yang
tidak mampu, lemah,
Anonim. (2017). Berdamai dengan asam urat. Malanga, G.A., Yan, Ning., and Stark, Jill.
Jakarta: Bumi Medika. (2015). Mekanisms and Efficacy of Heat and
Cold Therapies for Musculoskeletal Injury.
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu USA: Postgraduate Medicine
Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Merliana, R., Daeli, N. E., Sitanggang, M.,
Armilawaty, Amalia H, Amirudin R. 2007. Kesehatan, F. I., Katolik, U., & Charitas, M.
Hipertensi dan Faktor Risikonya dalam (2019). Perbedaan Kompres Air Hangat Dan
Kajian Epidemiologi. Bagian Epidemiologi Jahe Merah Terhadap Tingkat Nyeri Gout
FKM UNHAS. Lansia Differences Of Warm Water
[serialonline].http//www.CerminDunia Compresses And Red Ginger Against.
Kedokteran.com/index.php?option=co Kesehatan, 169–175.
m_content&task=view&id=38&Itemid
=12 [12 November 2019]. Michael et al,. 2014. Tata laksana Terkini
pada Hipertensi, Jurnal Kedokteran Meditek,
Arovah, N. (2016). Fisioterapi Olahraga. 20 (50):1-6.
Jakarta : EGC
Misrah, 2019. Rimpang Sejuta Khasiat.Jakarta:
Aveila G et al. (2018). Kejadian Hipertensi Penerbit Araska
dan Riwayat Keluarga Menderita Hipertensi
di Puskesmas Paudi Kota Bitung. Junal Moniaga, V. (2013). Pengaruh Senam Bugar
KESMAS. 2018:7 (5). Lansia Terhadap Tekanan Darah Penderita
Hipertensi Di Bplu Senja Cerah Paniki Bawah.
Budiharto, W. (2015). Metode Penelitian Ilmu Jurnal E-Biomedik, 1(2), 785–789.
Komputer dengan Komputasi Statistika https://doi.org/10.35790/ebm.1.2.2013
Berbasis. Yogyakarta : Deepublish. .3635
Bustan. (2017). Epidemiologi Penyakit Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian
Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta. Kesehatan. Jakarta: Rineka.
Devi, S. (2017), Pengaruh Kompres Hangat Nugroho, Wahyudi, 2010. Perawatan Lanjut
Terhadap Penurunan Nyeri Rheumatoid. Usia. Jakarta: EGC.
Jurnal Kesehatan, 1-17
Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu
Dwi, Setyaningrum Hesti. (2013). Jahe.
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Jakarta : Penebar Swadaya
E-email : edokurnia5567@gmail.com
ABSTRAK
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dalam arteri, tanda dan gejala yang muncul
dari penyakit hipertensi ini adalah sakit kepala, biasanya terasa di tengkuk, dapat muncul
saat terbangun dan berkurang selama siang hari serta dapat menganggu aktivitas sehari-
hari bagi penderi hipertensi esensial. Salah satu tindakan non farmakologis untuk
mengurangi atau mengatasi rasa nyeri kepala yaitu kompres hangat. Kompres hangat adalah
pemberian rasa hangat/panas di daerah tertentu. Tujuan penerapan ini adalah membantu
menurunkan intensitas nyeri pada pasien Hipertensi melalui kompres hangat di Kota Metro
tahun 2020. Desain dalam karya tulis ilmiah ini menggunakan desain studi kasus ( case
study) dengan 1 subyek penerapan. Analisa data dilakukan menggunakan analisis
deskriptif. Hasil penerapan menunjukkan bahwa sebelum dilakukan penerapan kompres
hangat subyek mengalami nyeri dengan intensitas skala nyeri 4. Kemudian setelah
dilakukan penerapan kompres hangat, intensitas nyeri pada subyek mengalami penurunan
dengan skala nyeri 3. Bagi pasien Hipertensi, hendaknya dapat melakukan kompres hangat
secara rutin dan mandiri di rumah, karena kompres hangat dapat membantu menurunkan
atau mengontrol nyeri.
Kata Kunci : Hipertensi, Nyeri, Kompres Hangat
ABSTRACT
Hypertension is an increase in blood pressure in the arteries, the signs and symptoms that
arise from this hypertension are headaches, usually felt in the neck, can appear when awake
and decrease during the day and can interfere with daily activities for essential hypertension
sufferers. One of the non-pharmacological actions to reduce or treat headaches is a warm
compress. Warm compress is giving a feeling of warmth / heat in certain areas. The purpose
of this application is to help reduce pain intensity in hypertensive patients through warm
compresses in Metro City in 2020. The design in this scientific paper uses a case study
design with 1 application subject. Data analysis was performed using descriptive analysis.
The results of the application show that before the application of warm compresses the
subject experienced pain with the intensity of the pain scale 4. Then after the application of
Gumiwang, Penerapan Kompres….
Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 1, Maret 2021
warm compresses, the pain intensity of the subjects decreased with the pain scale 3.For
hypertension patients, they should be able to do warm compresses regularly and
independently in home, because a warm compress can help reduce or control pain.
responden, membuat janji atau kontrak terapi kompres hangat pada subyek yaitu
waktu untuk melakukan penerapan pada skala 4 dengan kategori nyeri sedang.
penerapan terapi kompres hangat dengan dibandingkan individu lain yang belum
penyakit Hipertensi. pernah mengalaminya5.
sama seperti saat ini. Menurut Mubarak yang diajarkan pada subyek adalah terapi
darah, melancarkan sirkulasi darah dan menstimulasi pembuluh darah, mengurangi rasa sakit
atau nyeri dan peradangan9.
KESIMPULAN
Karakteristik nyeri pada subyek setelah penerapan tentang kompres hangat pada penyakit
hipertensi menunjukkan hasil penurunan nyeri (skala nyeri 4 menjadi skala nyeri 2 yang
dikategorikan nyeri ringan)
DAFTAR PUSTAKA
2. LeMone, P., Burke, K., M., & Bauldoff, G. (2018). Buku ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Gangguan Kardiovaskuler. Diagnosis Keperawatan Nanda Pilihan, NIC NOC. Alih
Bahasa : Subekti, B.N. Jakarta : EGC
6. Sari, R., Purwono, J., Safitri, D., Prahmawati, P., & Hasanah, N. (2020). The warm compress of
clove water (syzygium aromaticum) therapy during bouts of acute gouty arthritis. Malahayati
International Journal of Nursing and Health Science, 3(2), 117-123.
7. Rohimah, S., & Kurniasih, E. (2015). ‘Pengaruh Kompres Hangat Pada Pasien Hipertensi
Esensial Di Wilayah Kerja Puskes Kahurpian Kota Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Bakti
Tunas Husada. Vol. 13. Nomor 1. Februari 2015. Hal. 213-226.
8. Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah, Manajemen Klinis
Untuk Hasil Yang Diharapkan. Edisi Bahasa Indonesia. Edisi 8. Buku 2. Canada :
Elsevier Saubders