Anda di halaman 1dari 100

TEORI

Ekonomi Mikro I
Dra. Rusmijati, M.Si.

TeoriEkonomiMikroI|i
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak
Cipta Lingkup Hak Cipta
Pasal 2:
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi
pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan
Pidana Pasal 72:
1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat
(1) atau Pasal 49 ayat (1) dan (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu)
bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum
suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

ii | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
TEORI
Ekonomi Mikro I
Dra. Rusmijati, M.Si.

Graha Cendekia

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | iii
Teori Ekonomi Mikro I
Copyrights © Dra. Rusmijati,
M.Si.

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian
atau isi seluruh buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

Lay Out : Tim Cendekia


Cetakan 1, September
2017

Penerbit Graha Cendekia


Perum Guwosari Blok XII No.187
Yogyakarta Email:
graha.cendekia@yahoo.com

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam


Terbitan Teori Ekonomi Mikro I/
Dra. Rusmijati, M.Si./
Cetakan 1: Yogyakarta, September 2017

17 x 25 cm

I. Ekonomi III. Rusmijati


II. Judul

iv | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
KATA PENGANTAR

Buku ajar Teori Ekonomi Mikro I ini disusun untuk membantu

mahasiswa dalam mempelajari Teori Ekonomi Mikro secara mudah karena

buku ini dibuat ringkas dan cukup jelas.

Isi dari buku ini disesuaikan dengan materi dalam diskripsi mata kuliah

Teori Ekonomi Mikro I.

Magelang, Agustus 2017

TeoriEkonomiMikroI|v
vi | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR PENYUSUN v


DAFTAR ISI vii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II ANALISA PERMINTAAN DAN PENAWARAN 5
Hukum Permintaan dan Penawaran (Law of 5
Demand)
. Hukum Penawaran (Law of Supply) 10
BAB III ELASTISITAS 15
Besarnya Koefisien Elastisitas 16
Elastisitas dan Total Pengeluaran/Total 18
Penerimaan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi 19
Elastisitas
Cross Elasticity Dari Pada Permintaan 20
Elastisitas Penawaran 20
Elastisitas Pendapatan 20
BAB IV TEORI PERMINTAAN KONSUMEN 23
PERSEORANGAN (MELALUI PENDEKATAN
CARDINAL)
Teori Cardinal 24
Substitution Effect dan Income Effect 27
BAB V TEORI PERMINTAAN KONSUMEN 29
PERSEORANGAN MELALUI PENDEKATAN
KURVE INDIFERENCE
Definisi Indiference Curve 29
Memaksimum Tingkat Kepuasan 30
Income Consumption Curve dan Engel Curve 31
Price Consumption Curve 32
Income Effect dan Substitution Effect 33
Hubungan Antara Bentuk Price Consumption 36
Curve (P.C.C) dengan Elastisitas
Pertukaran (Exhange) 37
Aplikasi 38

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | vii
Kurve Permintaan dan Kurve Engel 40
BAB VI TEORI PRODUKSI 43
Macam Waktu Dalam Menganalisa Teori 43
Produksi
Cara Dalam Menjelaskan Teori Produksi 45
Tahapan Dalam Fungsi Produksi 49
Ciri-Ciri dari Isoquant Curve 52
Isocost dan Least Cost Combination 52
BAB VII BEAYA PRODUKSI 55
Beaya dan Waktu 55
Kurve Ongkos Jangka Pendek 56
Ongkos Persatuan Dalam Jangka Pendek 57
Kurve-Kurve Ongkos Jangka Panjang 59
BAB VIII PENGGOLONGAN PASAR DAN KURVE 63
PERMINTAAN YANG DIHADAPI OLEH
PERUSAHAAN
Firm 63
Macam-Macam Pasar 63
Equilibrium Jangka Pendek Sebuah 67
Perusahaan Melalui Pendekatan Marginal
Kerugian ataukah Keuntungan Dalam 68
Jangka Pendek
Equilibrium Jangka Panjang Bagi Sebuah 70
Firm
BAB IX PASAR MONOPPOLI 71
Bentuk Pasar Monopoli 71
Penentuan Harga Pada Pasar Monopoli 73
Salah Anggapan Yang Umum Terjadi Di 73
Dalam Monopoli
Diskriminasi Harga 74
BAB X PASAR OLIGOPOLI DAN PASAR 77
MONOPOLISTIS
Bentuk Pasar Oligopoli 77
Pasar Persaingan Monopolistis (Monopolistic 72
Competition)
DAFTAR PUSTAKA 81

viii | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
BAB I
PENDAHULUAN

Teori Ekonomi merupakan seperangkat prinsip ekonomi yang diturunkan


dari berbagai model ekonomi yang berkaitan satu sama lain. Setiap

prinsip/hokum ekonomi merupakan keterangan umum tentang perilaku

dan fenomena dari sekelompok unsur tertentu yang merupakan satu

konsep. Unsur-unsur pokok dari kegiatan ekonomi adalah :

1. Kebutuhan-kebutuhan manusia

2. Sumber-sumber

3. Teknik-teknik produksi

A. Kebutuhan-kebutuhan manusia
Kebutuhan manusia merupakan pendorong dari kegiatan

ekonomi. Kebutuhan-kebutuhan manusia mempunyai dua sifat : a.

beraneka macam dan b. tidak terbatas. Kebutuhan itu sendiri berasal

dari adanya :

1. Organisasi manusia yaitu kebutuhan untuk melanjutkan fungsinya,

seperti kebutuhan makanan, perumahan, pakaian dan sebagainya.

Kebutuhan macam ini sering juga disebut kebutuhan biologis.

2. Kebudayaan manusia, kebutuhan ini timbul karena tuntutan sosial

akan adanya kehidupan yang baik. Misalnya mengenai ukuran

perumahan, bahan makanan, merk radio, televisi dan sebagainya.


Kebutuhan semacam ini sering disebut juga kebutuhan cultural.

TeoriEkonomiMikroI|1
Kegiatan yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan lain-lain,

misalnya ingin mengetahui hal-hal yang sama sekali baru, ingin

meningkatkan pengetahuan/intelektual dan sebagainya.

B. Sumber-sumber
Sumber-sumber adalah alat yang tersedia untuk menghasilkan

barang-barang untuk memenuhi kebutuhan. Sumber-sumber digolongkan

menjadi dua macam, yaitu :

a) Human resources/tenaga kerja yaitu kekuatan tenaga kerja atau

kapasitas usaha manusia yang dipakai untuk menghasilkan barang dan

jasa.

b) Non human resources/kapital yaitu semua non human resources

yang digunakan di dalam proses produksi sehingga barang sampai ke

tangan konsumen, diantaranya gedung-gedung/ bangunan-bangunan,

mesin- mesin yang biasanya nilainya diukur dengan uang.

Sumber-sumber di atas mempunyai sifat-sifat khusus diantaranya :

a. Jumlahnya terbatas, sehingga memaksa manusia untuk memilih

kebutuhan mana yang harus dipenuhi lebih dahulu.

b. Dapat dipakai dalam penggunaan alternatif.

c. Dapat saling menggantikan dalam kombinasinya untuk menghasilkan

suatu barang.

C. Teknik Produksi
Teknik produksi meliputi cara-cara dan alat-alat phisik untuk

proses produksi.

Teori Ekonomi pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Teori Ekonomi Makro

2. Teori Ekonomi Mikro

2| TeoriEkonomiMikroI
Teori Ekonomi Makro
Mempelajari ekonomi secara keseluruhan dan berpusat pada Gross Natio-

nal Product (GNP), yaitu jumlah nilai seluruh barang dan jasa dari suatu

produk yang dihasilkan oleh seluruh kegitan dalam suatu negara dalam

periode tertentu.

Teori Ekonomi Mikro


Mempelajari tentang kegiatan-kegiatan ekonomi secara individual.

Teori Ekonomi Mikro juga sering disebut Teori Harga (Price Teory). Hal

ini disebabkan karena setiap barang ekonomis baik itu berupa output

maupun input pasti akan memiliki harga. Seandainya barang itu tidak

memiliki harga(price) maka teori ekonomi pasti tidak akan ada.

Biasanya Teori Ekonomi mempelajari tentang harga output dan

input. Input dan output bagi semua perusahaan yang ada tidak sama, ter-

gantung pada pemakainya.

Perincian mengenai hal-hal yang dipelajari di dalam Teori Ekonomi

Mikro adalah sebagai berikut :

1. Aliran dari barang dan jasa

2. Harga dari pada barang dan jasa

3. Tujuan yang ingin dicapai baik oleh produsen maupun kon-

sumen

4. Model yaitu suatu abstraksi dari pada keadaan riil.

Dengan adanya model ini dapat diketahui beberapa hal yang

penting diantaranya :

a) Dapat diperoleh gambaran ataupun keterangan-keterangan

yang penting dari suatu masalah,

b) Dapat dicara kondisi yang diperlukan untuk mengambil

kepu- tusan. Misalnya apabila ingin mencari keuntungan

maksimum,

TeoriEkonomiMikroI|3
dimana syaratnya adalah MC = MR. Kemudian model mana

yang akan dipakai, apakah model pasar persaingan sempurna

ataukah model pasar monopoli.

c) Berdasar pada keadaan-keadaan yang penting dapat

diadakan perhitungan-perhitungan untuk masa yang akan

datang.

5. Teori Ekonomi Mikro merupakan suatu alat untuk menganalisa

ekonomi.

6. Teori Ekonomi Mikro dapat dipakai dalam

kebijaksanaan/policy. Dengan perhitungan-perhitungan secara

mikro ekonomi maka suatu kebijaksanaan yang bersifat makro

dapat dijalankan.

7. Teori Ekonomi Mikro selalu berhubungan dengan pasar.

Penen- tuan tingkat harga baik itu output maupun harga input

selalu di- anggap melalui pasar. Otomatis itu sendiri

berhubungan erat dengan tipe-tipe pasar. Pasar itu sendiri

mempunyai fungsi penentuan tentang :


a) Apa yang akan diproduksikan

b) Bagaimana cara berproduksi

c) Siapakah yang akan memperoleh hasil produksi


4| TeoriEkonomiMikroI
BAB II
ANALISA PERMINTAAN DAN PENAWARAN

A. Hukum daripada Permintaan (Law of Demand)

Bahwa seorang atau konsumen akan membeli lebih banyak pada suatu
waktu kalau harga itu lebih rendah dengan asumsi cateris paribus (hal-hal
lain tetap).

a) Hukum dari pada permintaan ini terjadi pada suatu waktu tertentu.

Hal ini disebabkan karena kemungkinan tindakan seseorang pada

suatu periode akan berlainan dengan tindakan pada saat yang lain.

b) Kurve permintaan adalah merupakan batas maksimum dari

kesediaan konsumen untuk membeli pada berbagai harga

alternatif.

Gambar 2.1

P1 A
P2 B
P3 C
P4 D

Q/UT
0 Q1 Q2 Q3 Q4

TeoriEkonomiMikroI|5
Di dalam seseorang membeli suatu barang akan dipengaruhi oleh

ceteris paribus, yaitu :

1. Tingkat pendapatan seorang konsumen


2. Selera konsumen
3. Banyaknya konsumen
4. Harga barang lain
5. Periode waktu

1) Tingkat Pendapatan Konsumen


Apabila kita berhubungan dengan barang normal, kalau pada suatu

saat tertentu pendapatan konsumen naik maka kurve demand/permintaan

akan bergeser ke kanan, demikian pula sebaliknya bila pendapatan

seseorang menurun maka permintaan terhadap barang normal tersebut akan

bergeser ke kiri.

Gambar 2.2.
P

P1
D2 Do
D1

0 Q2 QO Q1

Asumsi yang berlaku di sini : tingkat harga tetap pada P 1. Bila Y

(tingkat pendapatan) naik D akan bergeser dari D 0 ke D1. Sedangkan bila

tingkat pendapatan konsumen menurun maka kurve demand akan bergeser

dari Do ke D2. Lain halnya apabila kita berhadapan dengan barang inferior.

Dalam hal ini apabila tingkat pendapatan konsumen naik, justru permintaan

6| TeoriEkonomiMikroI
terhadap barang tersebut berkurang, dengan kata lain kurve permintaannya

akan bergeser ke kiri.


Gambar 2.3.

P1
D2
D1

0 Q1 Q2 Q

Gambar ini menunjukkan keadaan apabila kita berhadapan dengan

barang inferior. Bila tingkat pendapatan (Y) naik maka permintaan terhadap

barang tersebut kan berkurang, berarti kurve demandnya bergeser ke kiri.

2) Selera Konsumen
Apabila selera konsumen berubah maka kurve demand akan
berubah pula. Selera konsumen naik maka kurve demand/permintaan
akan bergeser ke kanan dan sebaliknya apabila selera konsumen

menurun maka kurve demand akan bergeser ke kiri.

TeoriEkonomiMikroI|7
Gambar 2.4. Gambar 2.5.
Selera konsumen naik Selera konsumen menurun

P
A B
P1 P1

D2 D2
D1 D1
Q Q
0 Q1 Q2 0 Q1 Q2

3) Harga Barang Lain


Yang dimaksud harga barang lain di sini terutama adalah barang

yang ada hubungannya dengan barang tersebut. Apakah mempunyai

hubungan substitute atau komplementer. Apabila dua macam barang

merupakan barang substitute maka apabila harga barang lain tersebut

(PB) naik akan berakibat permintaan terhadap barang tertentu (Q A) naik

pula, demikian sebaliknya. Namun bila barang A dan B bersifat

komplementer hubungannya , maka apabila harga barang B naik,

permintaan terhadap barang A akan berkurang, demikian pula

sebaliknya.

4) Jumlah Konsumen
Apabila jumlah konsumen berubah maka permintaan juga akan

berubah. Apabila jumlah konsumen bertambah permintaan akan

bertambah, berarti akan menggeser kurve permintaan ke kanan,

demikian pula sebaliknya.

8| TeoriEkonomiMikroI
5) Periode Waktu
Apabila periode waktu berubah maka permintaanpun sering

berubah pula. Dari uraian tentang ceteris paribus di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa permintaan akan barang tertentu (misalnya barang

A) akan merupakan fungsi dari harga barang itu sendiri, tingkat

pendapatan konsumen bersangkutan, harga barang lain, selera,

banyaknya konsumen, jangka waktu tertentu. Atau dapat dituliskan

dalam rumus sebagai berikut :

QA = f ( PA, Y, T, PB, N, W).

Dimana :

PA = harga barang A itu sendiri


Y = tingkat pendapatan konsumen
T = selera
PB = harga barang lain
N = nation jumlah konsumen
W = jangka waktu

Beberapa pengecualian dari kurve demand yang seharusnya

berslope negatif.

1. Barang Giffen

Barang giffen ini merupakan barang yang biasanya dikonsumsi oleh

mereka yang berpendapatan rendah. Barng giffen mempunyai

kondisi lebih rendah bila dibanding dengan barang inferior. Barang

giffen ini merupakan barng kebutuhan pokok sehingga bila harganya

naik maka konsumen akan mengurangi konsumsi terhadap barang-

barang yang harganya lebih mahal, kemudian menambah pembelian

barang giffen tersebut.

TeoriEkonomiMikroI|9
Gambar 2.6

P D

P2
P1

0 Q1 Q2 Q

Sebagai contoh misalnya gaplek lebih murah bila dibanding dengan

harga jagung dan beras. Dengan naiknya harga gaplek maka

masyarakat yang berpendapatan rendah akan membeli gaplek dalam

jumlah yang lebih banyak, pembelian terhadap jagung atau beras

berkurang dan pendapatannya digunakan untuk membeli gaplek.

2. Barang-barang prestise/barang-barang lux sekali.

Barang-barang macam ini pada umumnya dikonsumir oleh mereka

yang berpendapatan tinggi. Barang lux sekali mempunyai sifat bila

harganya naik maka jumlah yang diminta juga akan naik. Sebagai

contoh misalnya intan/berlian, lukisan.


3. Barang-barang yang diharapkan di masa yang akan datang naik terus
menerus ataupun turun terus. Misalnya harga barang A diharapkan di
masa datang akan naik terus maka jumlah yang diminta akan naik,
demikian sebaliknya sehingga kurve demand akan berslope positif,

B. Hukum Penawaran (Low of Supply)


Semakin tinggi tingkat harga akan semakin banyak pula barang yang

produsen/penjual mau melepaskan, demikian sebaliknya pada harga yang

semakin rendah maka semakin sedikit jumlah barang yang penjual mau

melepaskan dengan ceteris paribus.

10 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Gambar 2.7.
P
S
P2
P1
Po

0 Q/UT
Qo Q1 Q2

Pada gambar ini Nampak bahwa pada harga P 2 penjual mau melepas
barang sebanyak Q2, namun pada harga P 1 hanya bersedia melepas sejumlah

Q1, demikian seterusnya sehingga terbentuk kurve supply yang berslope


positif.

Seperti halnya permintaan (demand), kurve supply/penawaran yang

merupakan batas maksimum yang penjual/produsen mau melepaskan

barangnya pada berbagai tingkat harga juga mempunyai ceteris paribus.

Yang dimaksud ceteris paribus dari pada kurve penawaran/hal-hal lain dalam

penawaran selain tingkat harga adalah :

1. Teknik produksi yang tetap

2. Kurve supply dari pada input yang tetap

3. Tingkat pajak/subsidi yang tetap

4. Jangka waktu yang sama

1) Teknik Produksi
Dengan adanya teknik produksi yang baru pada suatu perusahaan maka

variabel cost nya akan lebih rendah sehingga kurve penawarannya

akan bergeser ke bawah.

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 11
Gambar 2.8.
P

S1 S2

P1

0 Q/t
Q1 Q2

Dengan teknik produksi baru akan terjadi efisiensi yang lebih tinggi

sehingga pada tingkat harga yang sama dapat ditawarkan sejumlah

barang yang lebih banyak.

2) Curve Supply dari pada Input

Gambar 2.9. Gambar 2.10

P So S1 P So S1
Po Po

Q/t Q/UT
0 Qo Q1 0 Qo Q1

12 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
3) Tingkat Pajak/Subsidi
Gambar 2.11. Gambar 2.12.
Ada pajak : S kekiri dari So ke S1 Ada subsidi : S kekanan dari So ke S1

P P

S1 S1

So So

0 Q/UT 0 Q/UT

4) Jangka Waktu
Dalam jangka waktu yang berbeda maka penawaran akan berubah pula.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah yang ditawarkan

akan merupakan fungsi dari harga barang itu sendiri, supply inputnya,

teknologi, pajak/subsidi dan jangka waktu. Atau dapat dituliskan sebagai

berikut :
QsA = f (PA, Si, T, X, W)
Dimana :
QsA = penawaran barang A
PA = harga barang itu sendiri
Si = Supply input nya
T = Teknologi
X = Pajak
W = Periode waktu

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 13
14 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
BAB III
ELASTISITAS

Teori Ekonomi Mikro menerangkan sampai berapa jauh hubungan antara


quantita dan harga, baik untuk demand maupun untuk supply. Salah satu

bagian yang mempelajari adalah apa yang dinamakan elastisitas. Elastisitas

dari pada suatu permintaan mengukur sampai berapa jauh atau bagaimana

kepekaan jumlah barang yang dibeli terhadap perubahan harga dari suatu

Kurve permintaan. Sedangkan pengukuran dari pada perbedaan elastisitas

disebut coefisien elastisitas.

Alfred Marshall mengemukakan rumus Coefisien Elastisitas sebagai


berikut :

Qoef.El. (E) =
=/

=X

Apabila Elastisitas dihitung antara dua titik yang terpisah pada suatu

kurve permintaan, maka konsep tersebut dinamakan “arc elasticity”.

Sedangkan elastisita yang dihitung pada suatu titik pada satu kurve untuk

perubahan yang sangat kecil dalam harga adalah “point elasticity”. Dimana

point elasticity ini lebih penting dari pada arc elasticity. Untuk arc elasticity

terlihat pada gambar berikut :

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 15
Gambar 3.1
P

P1 L
P2 B

0 Q1 Q2 Q/UT

Untuk arc elasticity (elastisitas antara dua) dapat dihitung dengan

berbagai cara :

1. dihitung dari titik A ke B

2. dihitung dari titik B ke A

3. Dengan menggunakan harga tengah.

Dengan menggunakan ketiga cara tersebut, maka hasilnya akan berbeda-beda

antara satu dengan yang lain. Sedangkan untuk point elasticity dimulai dari

rumus elastisitas yaitu :

Gambar 3.2

P N

M A

Demand

K
O L Q/UT
Besarnya Koefisien Elastisitas

Sehubungan dengan besarnya Koefisien Elastisitas, terdapat tiga

kategori penting yaitu :

16 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
1. Besarnya E > 1 , maka permintaan disebut elastis

2. Besarnya E = 1, maka permintaan disebut unitary elasticity

3. Besarnya E < 1, maka permintaan disebut in elastic


Gambar 3.3
P
N
L
K
LM
R
O Q/UT

Pada gambar ini menunjukkan keadaan Elastisitas. Di titik K besarnya E

= 1 karena KN = KR. Di atas titik K sepanjang kurve permintaan sampai dengan

titik N, besarnya E > 1, sedangkan sepanjang curve permintaan di bawah K

sampai dengan titik R, besarnya E < 1.

Apabila kita ingin mengetahui besarnya Elastisitas pada titik tertentu

untuk curve demand yang tidak linier (merupakan garis lengkung) maka

harus dibuat garis singgung melalui titik tersebut.

Gambar 3.4.

A
D
B
O G Q/UT

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 17
Pada gambar ini, bila akan dihitung besarnya elaastisitas pada titik A

maka dibuat garis singgung BC melalui A, kemudian dibuat garis proyeksi AG,

maka besarnya Elastisitas pada titik A = GB/OG.

Elastisitas dan total pengeluaran/total penerimaan


Yang sangat penting di sini bagi penjual/produsen mengenai

elastisitas barang yang dimilikinya. Apakah barangnya termasuk yang

elastis/ataukah inelastis. Hal ini disebabkan karena apabila barangnya

elastis atau besarnya coefisien elastisitas >1 maka bila harganya diturunkan

Total Revenue nya (TR) akan naik, demikian sebaliknya bila harga dinaikkan

justru TR nya menurun. Sedangkan apabila barang yang dimiliki termasuk

inelastis maka bila harga diturunkan justru akan menurunkan TR dan bila

harga dinaikkan maka akan menaikkan TR nya.


Gambar 3.5.

B E>1

E=1

E<1

O A C Q/UT

Pada gambar ini, ditunjukkan keadaan-keadaan seperti yang telah

dijelaskan di atas, yaitu :

E >1  P /  TR /

E = 1  TR

E < 1  R  TR

18 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Sedangkan bila keadaan kurve permintaan adalah berbentuk

hiperbola dengan kata lain mempunyai elastisitas selalu sama dengan satu di

sepanjang kurve, maka perubahan harga tersebut baik naik maupun turun

tidak akan berpengaruh pada besarnya TR, atau TR nya akan tetap.

Gambar 3.6.

P D

Po A

P1 B
D
O Qo Q1 Q/UT

Gambar ini menunjukkan keadaan Equilateral Hyperbola dimana besarnya

coefisien elastisitas baik pada titik A maupun B atau pad titik lain sepanjang curve

demand besarnya = 1, bila P atau P  TR tetap.


Adapun faktor –faktor yang mempengaruhi Elastisitas yakni:
a. Ada tidaknya barang pengganti yang baik, apabila ada maka

permintaan akan suatu barang akan menjadi lebih elastis.

Misalnya : barang A mempunyai substitute yang baik yaitu barang B

maka bila harga barang A naik akan berakibat quantitas A terjual

turun drastis, sehingga TR nya akan turun lebih cepat.

b. Banyaknya penggunaan barang tersebut, semakin luas pemakaiannya

sesuatu barang akan semakin elastis permintaannya. Apabila

harganya turun maka quantita terjual akan naik lebih cepat bila

disbanding dengan barang lain yang kegunaannya lebih sedikit.

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 19
c. Harga barang dibandingkan dengan tingkat pendapatan konsumen.

Permintaan akan barang yang menghabiskan sebagian besar dari pada

pendapatan konsumen, maka permintaan barang tersebut akan lebih

elastis bila dibandingkan dengan barang yang relatif hanya

mengambil sebagian kecil dri pendapatannya.

Daging lebih banyak mengambil tingkat pendapatan dari pada tempe.

Apabila harga daging naik maka quantita daging akan menurun lebih

besar bila disbanding dengan harga tempe naik, maka quantita tempe

akan turun lebih kecil dengan asumsi ceteris paribus.

Cross Elasticity dari pada Permintaan


Cross Elasticity mengukur sejauhmana berbagai barang mempunyai

hubungan satu sama lain. Sedangkan koefisien elastisitasnya ditunjukkan

dengan prosentase perubahan jumlah barang A yang diminta dibagi dengan

prosentase perubahan harga barang B. Bila dituliskan ke dalam rumus, sebagai

berikut :

C.E = / = X

Apabila hasilnya koefiesien cross elasticity adalah positif maka antara

barang A dan barang B mempunyai hubungan substitute. Sedangkan bila

koefisien cross elasticity negatif berarti antara barang A dan B mempunyai

hubungan complementer atau saling melengkapi.

Elastisitas Penawaran
Pengertiannya hampir sama dengan elastisitas permintaan. Hanya saja

untuk elastisitas permintaan koefisiennya negatif, sedangkan elastisitas

penawaran koefisiennya selalu positif, sebab kurve penawaran mempunyai

slope yang positif.

20 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Elastisitas Pendapatan (Income Elasticity)
Elastisitas pendapatan adalah ukuran seberapa jauh pengaruh perubahan dari

pada tingkat pendapatan terhadap jumlah barang yang diminta. Besarnya

koefisien elastisitas dari pada pendapatan adalah positif untuk barang normal

dan negatif untuk barang inferior.

Gambar 3.7. Gambar 3.8.


Barang Normal Barang Inferior
Y Y
Engel
Curve Y2
Y2
Y1
Y1
Yo
Yo
Q/
Q/UT O Q Q Qo UT
O Qo Q1 Q2 2 1

Rumus umum untuk Income Elasticity :

EY = = / ∆ Y/Y

=
X

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 21
22 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
BAB IV
TEORI PERMINTAAN KONSUMEN PERSEORANGAN
(MELALUI PENDEKATAN CARDINAL)

Permintaan konsumen perseorangan atau disebut juga tingkah laku

konsumen di dalam membeli barang-barang konsumsinya. Teori tentang

tingkah laku konsumen ini merupakan latar belakang mengapa curve

permintaan terbentuk demikian. Ada yang berslope negatif dan ada yang

berslope positif.

Teori tentang tingkah laku konsumen ini dijelaskan dengan teori

utility/kegunaan yang menyebabkan seseorang mau membeli barang. Teori

guna ini didekati/diapproach melalui dua dasar titik tolak yang berbeda, yaitu :

1. Teori utility/kepuasan itu dapat diukur. Teori ini disebut Cardinal Utility.

Cardinal Utility adalah pendekatan mengenai tingkat kepuasaan

konsumen yang dapat diukur dengan angka 1,2,3,4 dan seterusnya.

Teori ini digunakan oleh aliran klasik dan disebut dengan teori klasik.

2. Teori kegunaan/ utility yang diukur secara urut-urutan kepuasan/

Ordinal.

Teori Ordinal dalam pendekatan ini hanya membuat daftar urut-urutan

/rangking dari tingkat kepuasan. Tingkat kepuasan di sini tidak dapat

diukur tetapi hanya melalui urut-urutan, misalnya kepuasan I, II dan

seterusnya. Teori Ordinal ini didekati dengan menggunakan indifference

curve dan disebut modern theory.

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 23
Teori Cardinal
Dalam hal ini akan dibicarakan mengenai teori cardinal/tingkat

kepuasan yang dapat diukur. Dalam teori ini terdapat dua pengertian yaitu

Total Utility dan Marginal Utility.

Total utility adalah jumlah kepuasan yang diperoleh konsumen karena

mengkonsumir berbagai jumlah barang.

Semakin banyak barang yang dikonsumir pada suatu persatuan waktu,

semakin besar pula kepuasaan yang diperoleh, sampai pada suatu titik

tertentu total utility akan mencapai tingkat yang maksimum. Apabila sudah

mencapai maksimum masih menambah jumlah barang yang dikonsumir,

maka justru tambahan jumlah barang ini akan mengurangi besarnya total

utility yang sudah maksimum tersebut dengan kata lain akan menurunkan

tingkat kepuasaan yang dicapai. Titik maksimum tersebut dinamakan titik

kekenyangan/titik jenuh.

Gambar 4.1.

TUA
Titik Jenuh
30
28
25 TUA

20
18

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 QA

24 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Tabel 4.1.

QA TUA MUA
0 0
1 10 10
2 18 8
3 24 6
4 28 4
5 30 2
6 30 0
7 28 -2
8 24 -4

Gambar 4.2

MUA
10 (a)

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 QA
-2
-3
-4 (b) MUA

Marginal Utility (MU) adalah tambahan guna total sebagai akibat

tambahan satu satuan unit barang yang dikonsumir persatuan waktu.

MU =
=

Sifat dari pada Marginal Utility adalah semakin berkurang dengan

semakin bertambahnya barang yang dikonsumir persatuan waktu. Atau

dengan kata lain semakin bertambahnya barang yang dikonsumir persatuan

T eo ri E ko no mi Mikro I | 25
waktu akan memberikan tambahan yang semakin berkurang pada total utility

sampai akhirnya tidak menambah apa-apa lagi.

Dari pengertian marginal utility ini memungkinkan kita mengetahui

satu dapat menganalisa tingkah laku konsumen perseorangan di pasar.

Analisa ini menganggap bahwa konsumen bertindak rasional untuk

mencapai tujuan- tujuan tertentu yang dihadapinya. Konsumen bertindak

rasional dalam arti dia akan berusaha mencapai tingkat kepuasan yang tinggi

di dalam mengkonsumir barang, terutama dalam menghadapi batas-batas

yang ada. Batas-batas tersebut terutama harga barang dan tingkat pendapatan

konsumen. Karena konsumen di sini tidak dapat mempengaruhi barang-

barang diterima sebagai kenyataan.

Persoalan yang timbul adalah memutuskan berapa banyak dari masih-

masing barang yang berbeda-beda itu akan dikonsumir sehingga ia akan

dapat mencapai kepuasaan yang maksimum dari tingkat pendapatannya.

Sebagai contoh misalnya seorang konsumen mempunyai pendapatan Rp

120.000,00/ satuan waktu. Apabila ia akan membeli barang A dan B dan

diketahui harga barang A dan B masing-masing Rp 10.000,00/unit maka berapa

barang A dan B supaya tingkat kepuasannya maksimum dengan diketahui

tabel sebagai berikut :

Tabel 4.2.

BARANG A BARANG B
UNIT MUA URUTAN UNIT B MUB URUTAN
A PEMBELIAN PEMBELIAN
1 40 1 1 30 4
2 36 2 2 29 5
3 32 3 3 28 6
4 28 7 4 27 8
5 24 12 5 26 9
6 20 6 25 10
7 12 7 24 11
8 4 8 20

26 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Cara penyelesaian soal di atas adalah :

Syarat untuk mencapai kepuasan maksimum :

1). MUA MUB


-------- = ------- ………………………….. (1)
PA PB

2). PA QA + PB + QB = Income...................(2)

Dari data tabel di atas dapat dimasukkan kedalam persamaan (1) dan

(2) dengan sebelumnya menuliskan urutan prioritas pembelian untuk dua

barang tersebut.

Urutan prioritas pembelian berdasarkan pada besarnya MU. Ternyata

dari urutan prioritas tersebut untuk barang A pembelian sampai pada unit

yang ke 5, sedangkan untuk barang B sampai pada unit ke 7.

Persamaan 1) MUA 24 MUB 24


= = =
PA 10.000 PB 10.000
2) 10.000.5 + 10.000.7 = 120.000

Berarti kedua persyaratan tersebut telah terpenuhi. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai tingkat kepuasan maksimum

konsumen tersebut akan dibeli barang A sebanyak 5 unit dan barang B

sebanyak 7 unit.

Substitution Effect & Income Effect


Apabila terdapat perubahan tingkat harga akan mengakibatkan adanya

perubahan di dalam quantita yang diminta. Hal ini disebabkan karena adanya

substitution effect & income effect.

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 27
Substitution Effect adalah konsumen akan mengganti barang yang

harganya lebih mahal dengan brang-barang yang harganya relative lebih

murah. Sedangkan Income Efffect timbul karena berkurangnya income riil

dari konsumen karena adanya kenaikan harga. Jalan yang ditempuh adalah

menaikkan MUA atau menurunkan MUB dengan jalan menambah pembelian

barang B atau mengurangi barang A. Untuk menurunkan MUB tidak pasti

harus dengan menambah jumlah barang B yang akan dibeli, tergantung pada

elastisitas barang A. Apabila permintaan barang A elastis ( ℓA > 1 ) maka A

menurun dan total outly untuk barang A menurun dan total outly barang B

naik dengan asumsi harga barang B tetap sehingga jumlah barang B yang

terbeli naik (karena ceteris paribus).

Bila barang A permintaannya bersifat unitary ( ℓ A = 1 ) maka bila harga

barang A naik, tidak akan mengakibatkan perubahan baik pada total outly

untuk barang A maupun total outly untuk pembelian barang B. Namun bila

besarnya ℓ A < 1 atau dengan kata lain barang A mempunyai permintaan yang

inelastis, bila harga barang A naik maka total outly untuk barang A naik

walaupun jumlah yang membeli barang berkurang jumlahnya dan ini berakibat

total outly untuk barang B menurun dan berari jumlahnya barang B yang terbeli

juga menurun.

Biasanya substitution effect lebih kuat dari pada income effect. Sebab

dengan adanya barang pengganti yang baik akan mengurangi pentingnya

income effect.

Substitution effect dan income effect tidak selalu bergerak dalam arah

yang sama tergantung jenis barangnya. Untuk barang normal, substitution effect

dan income effect akan bergerak searah.

28 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
BAB V
TEORI PERMINTAAN KONSUMEN PERSEORANGAN
MELALUI PENDEKATAN KURVE INDIFERENCE

Defisini dri Indifirence Curve

Indeference curve adalah kurve yang memberikan gambaran tentang preferensi


konsumsi. Curve indifference dari seorang konsumen didapat dengan meng-
hadapkan sejumlah pilihan diantara berbagai kombinasi barang A dan B.
Anggapan yang menjadi dasar analisa indifference curve adalah bahwa
konsumen dapat mengatakan mana dari berbagai kombinasi itu yang
memberikan kepuasan yang sama baginya, maka yang lebih banyak dan mana
yang lebih sedikit.
Satu indifference curve adalah kurve yang menunjukkan
utility/kepuasaan yang sama yang diperoleh konsumen dengan mengkonsumir
berbagai kombinasi barang A dan B atau dengan kata lain indifference curve
adalah menunjukkan berbagai kombinasi barang A dan B yang memberikan
tingkat kepuasan yang sama dari pada konsumen.
Gambar 5.1

B1 K IC4
B4 N IC3
B2 L IC2
B3 M
IC1

O A1 A2 A4 A3 A

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 29
Pada gambar ini, tingkat kepuasan pada titik K, L, M adalah sama

karena terletak dalam satu kurve. Sedangkan tingkat kepuasan pada titik N

lebih besar daripada titik K, L, M karena terletak pada I.C yang lebih tinggi.

Semakin mendekati titik origin maka tingkat kepuasaan konsumen akan

semakin besar. Kumpulan dari indifference curve disebut indifferencemap. Sifat

khusus daripada Indefference Curve:

1. Berslope negatif/turun miring ke kanan

2. Cembung kearah origin

3. Tidak pernah saling berpotongan

Memaksimum Tingkat Kepuasan


Seorang konsumen akan memaksimum tingkat kepuasannya dibatasi oleh
tingkat pendapatan dan harga barang. Prinsip ekonomi mengatakan bahwa
dengan pengorbanan yang terkecil akan memperoleh tingkat kepuasan tertentu
atau dengan pengorbanan tertentu diharapkan memperoleh tingkat kepuasan
maksimum. Tingkat pendapatan dihubungkan dengan harga barang-barang yang
akan dibeli akan menunjukkan garis anggaran atau budget line.

Gambar 5.2

B/UT

I/PB L

B1 E

IC1
M ICo
Budget Line
0 A1 I/PA QA/UT

Antara I/PB dan I/PA jika dihubungkan akan memperoleh satu garis

yang disebut dengan garis anggaran/budget line.

30 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Bila indifference curve masih memotong budget line maka tingkat kepuasaan

maksimum belum dapat dicapai yaitu pada titik L & M. Sedangkan apabila

indifference curve menyinggung garis anggaran, sebagai contoh pada titik K

terjadi persinggungan antara IC1 dengan garis anggaran/budget line. Maka pada

titik K terjadi tingkat kepuasan maksimum konsumen bersangkutan. Kemi-

ringan garis anggaran tergantung pada harga barang A dan harga barang B.

Slope/kemiringan budget line/garis anggaran = tangent ∂.

Slope B.L = I/PB/I/PA = =


X

Kepuasan maksimum apabila IC persis menyinggung budget line. Pada gambar

5.2. pada titik K : MRSAB = =

Slope I.C = Slope budget line

Income Consumption Curve dan Engel Curve


1. Income Consumption Curve adalah garis yang menghubungkan tingkat

kepuasan maksimum seorang konsumen pada berbagai tingkat penda-

patan.
Gambar 5.3 Gambar 5.4.

I (Income)
B
Engel Curve

I3/PB
Y3 M
I2/PB
I1/PB ICC
Y2 L
B3 IC3
B2 IC2
B1 IC1 Y1 K

0 A1 A2 A3 4/PA 12/PA 13/PA 0 Q1 Q2 Q3


A/UT

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 31
Apabila income berubah maka B.L akan bergeser. Bila income naik maka

budget line akan bergeser kekanan (gambar 5.3).

2. Engel Curve adalah curve yang menunjukkan berbagai jumlah barang

tertentu yang dibeli konsumen pada berbagai tingkat pendapatan pada

periode tertentu (gambar 5.4).

Price Consumption Curve


Price Consumption Curve (P.C.C) adalah garis yang menghubungkan
titik-titik kepuasan maksimum (Equilibrium konsumen) pada beberapa tingkat
harga.

Gambar 5.5
B/UT

I/PB

LP.C.C
R
IC2
IC1

0 I/PA1 I/PA2 A/UT

Apabila harga barang A menurun dari PA 1 menjadi PA2, maka jika

konsumen hanya ingin mendapatkan kepuasan yang tetap seperti semula,

berbari income yang digunakan lebih sedikit.

32 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Gambar 5.6.

B/UT

I/PB

B3 M
B1 IC2
K
B2 L IC1

A/UT
0 A! A3 A2 I/PA1 I/PA2

Pada gambar di atas, tingkat kepuasan pada titik K & L adalah sama, namun

total outlynya berbeda. Pada titik K, TO > TO pada titik L.

Income Effect dan Substitution Effect


Seperti di dalam bab sebelumnya sudah dibahas mengenai I.E dan S.E

ini. Income Effect timbul karena berkurangnya Income Riil dari konsumen

bila harga naik. Sedangkan Substitution Effect (S.E) adalah konsumen

mengganti barang yang harganya relatif lebih murah.

Substituion Effect dan Income Effect untuk barang normal, barang

inferior dan barang giffen masing-masing berbeda. Untuk barang normal, baik

Income Effect maupun Substitution Effect positif yang berarti bergerak searah,

sehingga nanti total effectnya akan positif besar.

Sedangkan untuk barang inferior, Income Effectnya negatiF namun tidak

melebihi Substitution Effect yang positif sehingga total effectnya masih akan

tetap positif.

Yang terakhir untuk barang giffen Income Effect negatif dan negatif ini

cukup besar sehingga melebihi Substitution Effect yang positif namun relatif

kecil.

Dari keterangan di atas dapat digambarkan sebagai berikut :

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 33
Gambar 5.7

B/UT
I/PB

B1 K
B3 M PCC
B2 L LC2
LC1
SE IE
TE
A/UT
O A1 A2 A3 I/PA1 I/PA2

Gambar di atas menunjukkan Income Effect dan Substitution Effect

untuk barang normal, dimana S.E dan I.E berjalan searah dan positif sehingga

T.E akan positif besar.

S.E = A1 --- A2
I.E = A2 --- A3
+
T.E = A1 --- A3 (positif besar)

Gambar 5.8

B/UT

I/PB

MPCC
B3 K
B1 IC2
L
B2IC1
SE TEIE

O A1 A3 A2 I/PA1 1/PA2 A/UT

34 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Gambar di atas menunjukkan Income Effect dan Susbtitution Effect untuk
barang inferior, dimana S.E positif dan I.E negatif, namun T.E masih positif.

S.E = A1 --- A2
I.E = A2 --- A3
+
T.E = A1 --- A3 (positif)

Gambar 5.9

B/UT

I/PB PCC

M
B3
IC2
B1
L
K IC1

B2

TE
IE
0 SE A/UT
A3 A1 A2 I/PA1 I/PA2

Gambar di atas menunjukkan Income Effect dan Substitution Effect

pada barang giffen, dimana S.E positif namun T.E negatif, sehingga T.E

menjadi negatif.

S.E =-----------A2
I.E = A2-----A3
+
T.E = A1-----A3 (negatif)

Dari gambar 5.7, 5.8 dan 5 .9 dapat pula diketahui arah dari pada

Price Consumption Curvenya, dimana untuk barang normal P.C.C nya

mempunyai arah turun dari kiri atas ke kanan bawah. Untuk barang inferior

mempunyai arah dari kiri bawah ke kanan atas atas, dan untuk barang

giffen P.C.C
T eo ri E ko no mi Mikro I | 35
mempunyai arah dari kanan bawah ke kiri atas. Keadaan ini mencerminkan

juga mengenai arah dari pada curve demand masing-masing. P.C.C atau Price

Consumption Curve adalah merupakan garis yang menghubungkan titik-titik

Equilibrium konsumen pada berbagai tingkat harga. Sedangkan curve

demand adalah garis yang menghubungkan titik-titik dimana konsumen mau

membeli pada berbagai jumlah tertentu pada harga-harga alternatif. Sehingga

bila diamati keduanya sangat serta hubungannya dan memang demikian

halnya, sebab curve demand sendiri dapat dibuat dengan cara menurunkan

dari kurve price comsumption.

Hubungan Antara Bentuk Price Consumption Curve (P.C.C) dengan Elastisitas

Gambar 5.10

B/UT

I/PB

K
B1 M PCC
B3
B2

O A1 A2 A3 I/PA1 I/PA2

Pada gambar di atas dapat diamati :

Pembelian barang B berubah dari B 1 -- B3. Karena diasumsikan di sini bahwa

harga barang B tetap, berarti dengan berkurangnya jumlah barang B yang dibeli

berarti juga uang yang dibelikan barang B jumlahnya berkurang,

36 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Bila PA turun sedangkan TO nya naik berarti barang A mempunyai

permintaan yang elastis ( ℓ >1 ), demikian pula untuk barang inferior dan

barang giffen, dengan cara sama (analog) dapat dicari elastisitas

permintaannya.

Pertukaran (Exhange)
Untuk pertukaran ini dapat dianalisa dengan menggunakan pendekatan

Indifference dengan teori Edgeworth box diagram.

Gambar 5.11

QA
B 14 12 10 8 6 4 2 0 K
QB
12 2

10 4

6 H 8
G L
4 1 10
3 F 2IC2L
2 12
3 IC1L
Q3 0L 2 3 4 6 8 10 12 14 A
QA

Oleh karenanya konsumen L mau melepaskan lebih banyak barang B

untuk memperoleh satu (1) unit tambahan barang A dari pada yang diperlukan

K untuk mendorong K melepaskan barang A. dalam keadaan semacam ini akan

timbul pertukaran.

Pada titik F merupakan titik mula, bila L mengikuti IC ke bawah, L tidak

akan rugi karena total utilitynya tetap meskipuns dia mengurangi B dan

menambah A. Tetapi bagi K total utility akan naik karena dia berada pada IC

yang lebih tinggi. Pertukaran akan terus dilakukan sampai pada titik G. Bila

pertukaran terus dilakukan maka dari L kepuasannya akan tetap, tetapi bagi K

T eo ri E ko no mi Mikro I | 37
akan berkurang, sehingga K tidak mau hal ini terjadi. Maka pertukaran akan

berhenti pada titik G dimana MRSAB untuk L = MRSAB untuk K. Bagi

individu K bila mengikuti I C2 maka analog akan berhenti pada titik H. Jadi

titik G dan H adalah kemungkinan berhentinya pertukaran. Namun bukan

berarti titik G dan H adalah titik akhir dari pada pertukaran antara individu K

dan L, sebab hanya satu pihak saja yang beruntung. Maka akan didapatkan

suatu titik dimana K dan L saling mendapatkan keuntungan yang

maksimum. Yaitu pada titik persinggungan antara IC untuk L dan IC untuk

K.

Titik F, G, H bila dhubungkan akan merupakan apa yang disebut

dengan contract curve, yaitu kurve yang menghubungkan titik-titik dimana

MRSAB bagi L = MRSAB bagi K.


Aplikasi

Seseorang akan membelanjakan dan menyimpan uangnya.

Gambar 5.12.

M
R
M1

M3 G L IC2
IC

M2
0 A1 A3 A2 A

Pada gambar di atas, apabila konsumen tersebut membelanjakan

incomenya pada 0A1 maka uang yang dibelanjakan adalah MM 1 dan yang

dipegang adalah OM1. Missal harga , tetapi diarasa oleh pemerintah bahwa

harga setinggi itu terlalu berat untuk masyarakat.


38 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Untuk meringankan beban masyarakat tersebut pemerintah

mempunyai dua pilihan yaitu berupa pemberian subsidi uang atau harga

barang A, caranya:

1. Membuat harga lebih murah, yaitu memberikan subsidi PA

kepada masyarakat yang berarti pemerintah menanggung

sebagian harga A.

2. Subsidi itu berupa uang yaitu dengan jalan memberikan uang

pada masyarakat.

Permasalahan yang ada yaitu mana yang lebih menguntungkan bagi

pemerintah dalam pemberian subsidi tersebut. Dan bagi masyarakat

tingkat kepuasan yang diperoleh akan sama dalam penerimaan subsidi

tersebut, baik berupa uang maupun harga.

1. Misalnya subsidi harga sebesar 50 %, maka konsumen beranggapan

bahwa harga A turun sebesar 50 % maka bergeser menjadi dan

tingkat kepuasan akan berubah juga dan membeli A sebanyak OA 2.

Apabila tidak ada subsidi dari pemerintah, konsumen harus

mengeluarkan uang sebanyak MM2, namun karena ada subsidi maka

uang yang dibelanjakan sebesar MM3.

Dengan pemberian subsidi harga 50 % berarti pemerintah

menanggung setengah dari harga A tersebut, dan bagi konsumen

berarti harga sekarang menjadi setengahnya, dengan demikian budget

line akan bergeser kekanan dan equilibrium baru terjadi di titik L,

dimana pada equilibrium yang baru ini konsumen membeli A

sebanyak OA2. Apabila konsumen tidak disubsidi harga maka

dia/konsumen akan mengeluarkan uang sebesar MM2, tetapi karena

mendapat subsidi harga dia hanya mengeluarkan uang sebesar MM 3.

Jadi subsidi pemerintah sebesar MM2 – MM3 = M3M2 = LH, yang

secara keseluruhan untuk membeli OA2.


T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 39
2. Apabila pemerintah memberikan subsidi berupa uang.

Pemerintah memberi subsidi uang pada konsumen yang tingkat

kepuasannya akan sama dengan apabila konsumen tersebut diberi

subsidi harga.

Subsidi uang sebesar MN.

Subsidi uang akan sebesar MN = RG < LH.

Subsidi harga akan sebesar M2M3 = LH

Bila diperhatikan LH > RG. Dari ini dapat dikatakan bahwa subsidi uang

akan lebih murah bila dibandingkan dengan subsidi harga. Berarti lebih

baik pemerintah memberikan subsidi uang. Dengan cara sama hal di

atas dapat diterapkan pada majikan/pengusaha pada buruhnya.

Kurve Permintaan dan Curve Engel


Kurve permintaan adalah suatu garis yang menghubungkan titik-titik

yang menunjukkan berbagai jumlah suatu barang yang konsumen mau

membeli pada berbagai kemungkinan harga. Sedangkan kurve engel

menunjukkan berbagai jumlah suatu barang yang konsumen mau

membelinya pada berbagai tingkat income. Terdapat tiga tipe dari pada

Engel Curve.

1. Untuk barang
normal Gambar 5.13

Y E.C

Y3
Y2
Y1

0 A1 A2 A3 A

Semakin meningkat pendapatan (Y), maka semakin meningkat pula

jumlah barang A yang dibeli.

40 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
2. Untuk barang-barang hiburan/lux

Gambar 5.14

Y
Engel Curve
Y4
Y3
Y2
Y1

0 A/UT
A1 A2 A3 A4

Semakin meningkat pendapatan seseorang maka kelebihan

untuk hiburan/barang lux semakin meningkat.


3. Untuk barang-barang kebutuhan pokok
Gambar 5.15

Y EC
Y4
Y3
Y2
Y1

A/UT
0 A1 A2 A3 A4

Misalnya untuk bahan pangan. Untuk barang-barang

kebutuhan pokok tertentu, bertambahnya tingkat pendapatan (Y)

mula-mula akan menambah jumlah A, tetapi dengan terus

bertambahnya barang yang dikonsumir (A) akan semakin berkurang

proporsinya.

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 41
Atau makin lama prosentasenya makin turun dengan semakin

bertambahnya tingkat pendapatan. Bahkan mungkin pada suatu titik

tertentu akan menghentikan permintaan terhadap barang A tersebut.

42 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
BAB VI
TEORI PRODUKSI

Teori produksi memberi dasar untuk menganalisa ongkos-ongkos produksi


dan penawaran dari pada barang-barang tertentu. Teori produksi juga

menjadi dasar dari unsur-unsur pokok untuk menganalisa penentuan harga

sumber produksi, tenaga kerja, alokasi sumber-sumber dan pembagian

produksi ekonomi. Dalam banyak hal teori teori produksi sejajar dengan

teori permintaan konsumen. Individual Firm (Perusahaan Perseorangan)

akan menggantikan konsumen individual.

Memaksimum produksi menggantikan memaksimum kepuasan. Pada

dasarnya teori produksi/fungsi produksi adalah menjelaskan hubungan phisik

antara input dan output. Sedangkan produksi adalah

perpindahan/transformasi dari input ke output. Dalam permintaan tersebut

terjadilah proses produksi.

Macam Waktu dalam Menganalisa Teori Produksi

Di dalam masalah tentang teori produksi dari pada sebuah perusahaan

dimana produsen bertindak rasional, biasanya dikenal tiga waktu yang berbeda

untuk menganalisa, yaitu :

1) Very Short Run (Jangka waktu yang pendek sekali)

2) Short Run (Jangka pendek)

3) Long Run (Jangka panjang)


1) Very Short Run
Yaitu jangka waktu dimana produsen tidak dapat merubah outputnya

karena jangka waktunya sangat pendek sekali. Dalam waktu ini produsen

tidak
T eo ri E ko no mi Mikro I | 43
sempat merubah variable inputnya. Jangka waktu ini tidak dapat ditetapkan

seperti waktu sehari-hari, karena tergantung dalam waktu produksi.

Karena tidak dapat menambah outputnya maka kurve supply nya pun

tetap dan bersifat inelastis sempurna dan harga ditetapkan sepenuhnya oleh

permintaan. Dalam keadaan inelastis maka apabila harga barang

bersangkutan naik maka total revenue nya akan naik.


Gambar 6.1

P S

P3

P2 D3
D2
P1
D1

Q/UT
0 Q1

Keadaan supply inelastis sempurna ( E = 0 ) berapapun tingkat

harganya, jumlah yang ditawarkan tetap pada Q 1. Sebagai contoh keadaan ini

misalnya seorang nelayan yang menjual hasilnya ke pasar, walaupun

harganya naik tetapi tidak dapat menambah supply nya.


2) Short Run
Yaitu jangka waktu dimana produsen dapat merubah output nya

karena faktor produksi dapat dirubah walaupun tidak seluruhnya, artinya

masih ada factor produksi yang tetap.


3) Long Run
Yaitu merupakan jangka waktu dimana produsen dapat merubah output

nya karena faktor-faktor produksinya dapat dirubah. Dalam long run ini semua

faktor produksi dapat dirubah (bersifat variabel).

44 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Cara Dalam Menjelaskan Teori Produksi

Teori Produksi dapat dijelaskan melalui dua macam cara :

1. Fungsi Produksi

Fungsi produksi yaitu merupakan suatu hubungan fungsional secara

phisik antara input dengan output pada satuan waktu tertentu.

A = F (a, b, c,.........................)

A = Output

Dimana :

A, b, c,...........= input

Output yang dihasilkan oleh suatu perusahaan akan tergantung pada :

a. Banyaknya sumber-sumber yang dipakai serta perbandingan

kombinasinya

b. Teknik produksinya

Di dalam fungsi produksi apabila salah satu factor produksi dinaikkan

dengan kenaikan yang sama persatuan waktu, maka total product (TP)

akan bertambah, tetapi sampai suatu titik tertentu bertambahnya output

akan semakin berkurang. Apabila salah satu faktor produksi ada yang

tetap maka akan berlaku Law of diminishing return/ the law of variable

proportion. Misalnya A = F (a, b, c,...............). Pada persamaan di atas,

input a diartikan dengan keinginan yang sama persatuan waktu,

sedangkan input lainnya tetap, maka output total (TP) akan

bertambah, tetapi sampai suatu titik tertentu bertambahnya output ini

akan semakin berkurang.

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 45
Gambar 6.2

TP

TP

0 Labour

Kurve di atas adalah merupakan kurve maksimum, yaitu kurve yang

menunjukkan hasil yang maksimum dari kombinasi dua input. Pada

titik A adalah merupakan MPP maksimum. Sedangkan titik B adalah

batas dari MPP yang semakin menurun. Untuk menggambarkan

keadaan stage yang ada di dalam fungsi produksi dibuat tabel sebagai

berikut :
Tabel 6.1

TANAH TENAGA T.PL MPPL APPL STAGE


KERJA
1 0 0 …….. 0
1 1 3 3 3 Stage I
1 2 7 4 3,5
1 3 12 5 4
1 4 16 4 4
1 5 19 3 3,8 Stage II
1 6 21 2 3,67
1 7 22 1 3 1/7
1 8 22 0 2¾
Stage III
1 9 21 -1 2 1/3
1 10 18 -3 1 4/5

46 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
MPPL adalah suatu tambahan produksi yang diakibatkan karena tambahan

satu satuan unit input, dalam hal ini adalah tenaga kerja.

MPPL = marginal physical product of linear.

= =

APPL = Average physical product of labour

TP Total Product

= =

QL Quantita input

Pada tabel di atas terlihat bahwa pada waktu tambahan tenaga kerja
menjadi 3 unit, maka berlaku law of diminishing return. Dari tabel di atas dapat

digambarkan diagram lengkap dengan stage-stagenya sebagai berikut :

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 47
Gambar 6.3

TP

22
21 C
20
19
18
17
16
15 B
14 I II III TP
13
12
11
10
9 A
8
7
6
5
4
3
2
1
0 TK/Ha. Tanah
12345678910

APPL MPPL Gambar 6.4

6
5
4
3
2
1 APL
0
12345678910TK/Ha
MPPLTanah

48 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Pada OA (gambar 6.3), dimana MPP L masih naik, disebabkan karena

jumlah input variabel yang dipakai adalah sangat kecil bila dibandingkan

dengan input yang tetap (fixed). Dengan input variable yang terus ditambah

maka total product akan terus bertambah dengan tambahan yang semakin

besar. Tetapi lewat titik A dengan pertambahan input variable dengan satuan

yang sama mengakibatkan tambahan total product (TP) semakin berkurang.

Apabila input variable terus ditambah, maka TP akan mencapai

maksimum pada titik C dimana MPPL = 0. Di sini akan terjadi pengangguran

yang tidak kentara. Apabila TP sudah maksimum, input variable masih

ditambah terus maka TP akan semakin berkurang atau MPP L menjadi negatif.

Tahapan Dalam Fungsi Produksi

Di dalam fungsi produksi dibagi dalam tiga stage/tahapan. Pembagian

ini didasarkan pada penggunaan input tertentu, sedangkan efisiensi

ditunjukkan/diukur dengan AP.

1. Stage I ditandai dengan AP L yang naik, berarti efisiensi tenaga kerja

terdapat di sini. Disamping itu nampak pula efisiensi dari pada input

tetap (Land) menaik. Dengan kata lain pada Stage I ini ditandai oleh

kenaikan efisiensi di dua input (dalam hal ini tanah dan tenaga kerja).

2. Stage II. Pada stage ini ditandai oleh effisiensi tenaga kerja yang

semakin berkurang ( APPL semakin turun), MPPL berkurang tetapi

masih positif, sehingga TP masih naik dan effisiensi tanah masih

terus bertambah.

3. Stage III. Ditandai dengan effisiensi tenaga kerja yang berkurang , MPP L

berkurang dan sudah negatif, dimana TP akan berkurang. Di sini

effisiensi tanah dan tenaga kerja keduanya berkurang.

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 49
Di dalam pembicaraan mengenai stage ini, kita akan menunjukkan stage

mana yang merupakan stage yang terpenting, yaitu stage II yang letaknya antara

stage I dan III. Stage II dikatakan stage yang terpenting, sebab :

Seandainya faktor produksi tanah konstan tidak mempunyai harga, maka dimana

produksi akan dijalankan ?

Produksi akan dijalankan sampai dimana facktor tenaga kerja yang tidak

gratis paling efisien, yaitu pada perbatasan antara stage I dan II dimana APL

maksimum atau kombinasi tenaga kerja dan tanah yang menimbulkan

efisiensi tenaga kerja yang maksimum terletak antara batas stage I dan II.

Bila keadaannya dibalik, yaitu faktor produksi tanah dibeli sedangkan tenaga kerja

tidak dibeli maka sampai seberapa jauh faktor produksi digunakan ?

Faktor produksi tanah akan digunakan sampai dimana efisiensi tanah itu

paling tinggi. Dalam hal ini efisiensi tanah yang paling tinggi yaitu

perbatasan antara stage II dan III atau dengan kata lain kombinasi labour

dan land yang menimbulkan efisiensi land yang terbesar terletak pada garis

batas.

Perbatasan antara stage I dan III serta stage II dan III disebut efisiensi margin

dan intensif margin, dimana produksi akan dijalankan tergantung perbandingan

harga tenaga kerja dan tanah. Apabila harga tenaga kerja relatif mahal daripada

harga tanah maka produksi akan lebih mendekati stage I dan stage II. Apabila

harga tanah relatif lebih mahal dari pada harga tenaga kerja maka produksi

akan mendekati stage II dan stage III. Berarti di sini produksi terjadi pada stage

II.

2. Isoquant Curve
Produksi dengan dua input variable, melalui Isoquant curve dan Isocost

approach. Pendekatan melalui Isoquant curve dan Isocost curve ini pada

dasarnya hampir sama dengan pendekatan tradisional terdahulu yaitu

menerangkan tentang prinsip yang menjadi dasar bagi ongkos-ongkos,

penentuan harga dan


50 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
penggunaan sumber-sumber serta alokasinya dan pembagian produk. Jadi

pendekatan ini adalah merupakan alternatif bagi pendekatan tradisional.

Isoquant adalah berbagai macam koordinasi dari dua input dalam suatu

perusahaan yang menghasilkan jumlah produk yang sama. Sebagai contoh

dalam penggambaran baiklah di sini dibuat tabel sebagai berikut :


Tabel 2
ISOQUANT I ISOQUANT II ISOQUANT III
a B A b a B
2 11 4 13 6 15
1 8 3 10 5 12
2 5 4 7 6 9
3 3 5 5 7 7
4 2,3 6 4,2 8 6,2
5 1,8 7 3,5 9 5,5
6 1,6 8 3,2 10 5,3
7 1,7 9 3,4 11 5,4

Dari tabel di atas dapat digambarkan Isoquant sebagai berikut :

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 51
Ciri-Ciri dari Isoquant Curve
Isoquant curve mempunyai cirri yang identik dengan sifat-sifat yang

dimiliki oleh indifference curve, diantaranya :

1. Pada daerah yang relevant mempunyai slope yang negative


2. Cembung kearah origin
3. Tidak pernah berpotongan satu sama lain
4. Semakin menjauhi origin, kapasitas produksi makin besar.
Pada gambar 6.5 terlihat garis X dan Y, keduanya merupakan garis batas

daerah relevant atau disebut dengan Ridge line. Kedua garis tersebut masing-

masing menghubungkan titik-titik dimana isoquant-isoquant itu vertical, yaitu

pada saat MPPa dan MPPb masing-masing sama dengan nol dan MRTS ab adalah

tidak terhingga.

Isocost dan Least Cost Combination


1. Isocost menunjukkan besarnya total outly yang akan sama untuk

berbagai kombinasi dan input a dan b yang dibeli oleh sebuah firm

persatuan waktu tertentu.

Slope dari Isocost =

Pada gambar 6.5 ditunjukkan :

Isocost I yaitu sepanjang garis :


--

Isocost II yaitu sepanjang garis :


--

Isocost identik dengan budget line pada konsumen yang membeli barang

barang konsumsi.

2. Least Cost Combination dari faktor-faktor produksi


Persoalan-persoalan yang dihadapi oleh suatu firm yang sedang

mengeluarkan ongkos tertentu adalah bagaimana mencapai isoquant-

isoquant yang tertinggi mungkin yang dimungkinkan oleh curve

52 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
isoquantnya, yaitu mencapai jumlah produk yang terbesar dari

pengeluaran ongkos tertentu untuk membeli sumber-sumber.

Pada gambar 6.5. Dengan biaya yang tersedia sebesar TO 1 dapat

diperoleh produk sebanyak yang ditunjuk oleh titik D dan pada total

pengeluaran sebesar TO2 diperoleh produk sebanyak yang

ditunjukkan oleh titik N dan dengan TO3 produk sebesar yang

ditunjukkan oleh titik K.

Pada titik-titik D, N, K menunjukkan keadaan dimana kombinasi input

a dan b dapat menghasilkan output dengan perhitungan biaya paling

rendah. Bila titik-titik tersebut dihubungkan maka akan merupakan

Expantion Path, yaitu garis yang menghubungkan semua titik

equilibrium (Least Cost Resource Combination).

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 53
54 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
BAB VII
BEAYA PRODUKSI

Di dalam suatu produksi ada berbagai macam beaya produksi, yaitu :


1. Alternative Cost
Alternative cost adalah beaya yang harus ditanggung oleh suatu

perusahaan dimana beaya produksi adalah sama dengan nilai sumber-

sumber produksi yang digunakan dengan cara yang lebih baik.

2. Implicit dan Explicit Cost


Implicit cost adalah biaya dari sumber-sumber produksi yang

dipunyai sendiri oleh perusahaan dan sering beaya ini diabaikan

dalam menghitung biaya produksi. Misalnya gaji dari perusahaan

perseorangan, juga investasi dan peralatan yang dipunyai sendiri.

Explicit Cost adalah pengeluaran-pengeluaran yang benar-benar dikeluar

kan oleh sebuah perusahaan.

Misalnya : pengeluaran untuk bahan mentah, gaji pegawai, bermacam -

macam ongkos tetap dan penyusutan dan sebagainya.

Beaya dan Waktu


Di dalam masalah beaya terdapat pembagian juga, yaitu adanya beaya :

1. Jangka pendek

2. Jangka panjang

Ongkos produksi jangka pendek, apabila sebuah perusahaan dapat

menaikkan output nya dengan perubahan sumber-sumber variabel dan masih

ada sumber produksi yang tetap. Jadi di dalam jangka pendek terdapat fixed

T eo ri E ko no mi Mikro I | 55
dan variabel cost. Fixed cost dihubungkan dengan input yang tetap, misalnya

sewa gedung setiap bulan. Sedangkan variabel cost adalah beaya yang

dihubungkan dengan input yang variabel, misalnya bahan mentah, gaji pegawai

dan sebagainya.

Curve Ongkos Jangka Pendek


Di dalam jangka pendek terdapat beaya tetap (FC) dan beaya variabel

(VC). Selanjutnya beaya total (TC) akan sama dengan penjumlahan dari

keduanya yaitu TC = TVC + TFC.

- TFC adalah beaya-beaya yang dikeluarkan persatuan waktu

tertentu untuk sumber-sumber yang tetap, terlepas dari pada


output atau jumlah produksi dari pada firm.

- TVC adalah ongkos-ongkos yang dikeluarkan untuk sumber-

sumber yang variabel dan beaya ini harus naik apabila output

dari sebuah perusahaan dinaikkan. Hal ini disebabkan karena

apabila output dinaikkan maka membutuhkan sumber-sumber

variabel yang lebih banyak. Ongkos ini mempunyai sifat yang

tertentu yaitu sampai pada suatu tingkat output tertentu

pertambahannya berkurang apabila output bertambah.

Lewat output tertentu tersebut pertambahannya akan semakin

bertambah.
Tabel 7.1

Q TFC TVC TC
0 60 0 60
1 60 30 90
2 60 40 100
3 60 45 105
4 60 55 115
5 60 75 135
6 60 120 180

56 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Gambar 7.1

Cost Skala produksi ditentu-

180 TC kan oleh input yang tetap.


Apabila kapasitas pro-
160
duksi sudah maksimum
140 maka pertambahan input

120 TVC variabel tidak akan me-


nambah output
100

80

60
TFC

40

20
0 1 2 3 4 5 6
Q

Ongkos persatuan dalam jangka pendek


1. Dari TFC untuk ongkos persatuan menjadi AFC =
AFC makin lama makin kecil karena quantita output yang semakin
bertambah, sedangkan TFC besarnya tetap.
2. Dari TVC, bila dicari ongkos persatuan adalah AVC =
3. Dari TC , bila dicari ongkos persatuan adalah AC =

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 57
Tabel 7.3

1 2 3 4 5 6 7 8
Q TFC TVC TC AFC AVC AC MC
1 60 30 90 60 30 90
2 60 40 100 30 20 50 10
3 60 45 105 20 15 35 5
4 60 55 115 15 13,75 28,75 10
5 60 75 135 12 15 27 20
6 60 120 180 10 20 30 45

Gambar 7.2

Cost

90

80

70

60

50 MC

40
AC
30 AVC AFC

20

10

0 1 2 3 4 5 6 Q

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa minimum AVC terletak pada

quantita output yang lebih kecil bila dibandingkan minimum AC, hal ini

disebabkan karena naiknya AVC lebih dahulu jika dibandingkan AC,

karena VC yang

58 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
semakin menurun, atau dengan kata lain naiknya AVC < dari pada turunnya

AFC sehingga AC masih tetap menurun.

4. Marginal Cost (MC) adalah merupakan tambahan TC yang diakibatkan oleh

tambahan satu unit output. Dari pengertian di atas dapat dituliskan rumus :

MC =

Marginal Cost, mula-mula menurun kemudian lewat titik tertentu akan menaik.

Kurve-Kurve Ongkos Jangka Panjang


Di dalam jangka panjang semua input adalah variabel. Oleh karenanya

tidak ada Total Fixed Cost (TFC) dan Average Fixed Cost (AFC). Sedangkan

jangka panjang ini sebenarnya merupakan rentetan dari keadaan-keadaan jangka

pendek yang memungkinkan firm itu bergerak. Misalnya dalam sebuah firm ada

kemungkinan empat skala perusahaan , berarti keadaan ini dapat digambarkan

sebagai berikut :
Tabel 7.4

SAC1 SAC2 SAC3 SAC4


Q AC Q AC Q AC Q AC
1 20 5 16 5 13 9 12
2 17 4 13 6 12 10 11,5
3 15,5 5 12,4 7 11 11 11,6
4 15 6 12 8 10,5 12 12
5 16 7 13 9 10 13 13
6 18 8 14,5 10 11
11 12

Dari tabel di atas dapat dibuat diagram SAC dan LAC dalam satu grafik

sebagai berikut :

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 59
Gambar 7.5

Cost

20
SAC4 LAC
18 A SAC1

16
SAC2
14 SAC3
B D
12
C
10

4
ECONOMIES OF DIS ECONOMIES OF
2 SCALE SCALE

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Q

Dari gambar di atas dapat diberikan penjelasan sebagai berikut :

1. Apabila perusahaan berproduksi sampai dua unit saja maka lebih

efisien apabila menggunakan skala produksi I. Sebab apabila dia

menggunakan skala produksi II justru beaya tiap unitnya akan lebih

tinggi.

2. Bila akan berproduksi sampai empat unit maka akan lebih efisien bila

menggunakan skala II yaitu pada titik B.

3. Selanjutnya bila ingin berproduksi sampai pada unit yang ke delapan

maka akan lebih efisien bila menggunakan skala ketiga dengan beaya

rata-rata per unit ditunjukkan oleh titik C.

60 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
4. Namun bila akan berproduksi sampai pad unit yang ke 12 akan lebih

efisien bila menggunakan skala produksi 4.

Apabila masing-masing titik yang memenuhi syarat efisien tersebut

dihubungkan maka akan menunjukkan keadaan beaya rata-rata per unit untuk

jangka panjang (LAC) setiap titik pada LAC akan memenuhi Least Cost

Combination.

Long Average Cost merupakan kurve amplop (envelope curve) dari pada

SAC yang berbentuk huruf U. Di dalam jangka panjang AC menurun dan

sesudah titik tertentu akan menaik kembali. AC yang menurun ini disebabkan

karena adanya economies of scala yaitu apabila outputnya ditambah maka AC

akan menurun. Skala yang besar lebih efisien dari pada skala yang kecil,

semakin diperbesar skala perusahaan akan semakin efisien. Economies of Scale

terjadi karena :

1) Pembagian kerja dan spesialisasi sehingga efisiensi pekerja lebih tinggi

dan selanjutnya ongkos persatuan lebih rendah.

2) Adanya perkembangan teknologi yang lebih maju, sehingga dapat

menurunkan ongkos persatuan.

Sesudah titik tertentu AC akan manaik lagi karena dis economies of scale,
biasanya karena kontrol yang semakin berkurang sehingga ongkos naik.

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 61
62 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
BAB VIII
PENGGOLONGAN PASAR DAN KURVE PERMINTAAN
YANG DIHADAPI OLEH PERUSAHAAN

Firm

Suatu firm adalah suatu individual business concern curve permintaan yang
dihadapi oleh suatu firm akan produknya menunjukkan berbagai jumlah

yang dapat dijualnya pada berbagai kemungkinan harga dengan ceteris

paribus. Sifat dari pada kurve ini tergantung pada macamnya pasar tempat

menjual barang itu.


Macam-macam pasar

1. Persaingan Sempurna

2. Monopoli Murni

3. Oligopoli

4. Persaingan Monopolistis

Persaingan Sempurna
Ciri-ciri dari pada pasar persaingan sempurna :
- Tidak ada batasan dari pemerintah
- Firm bebas keluar masuk
- Banyak penjual dan pembeli, namun masing-masing tidak dapat
mempengaruhi harga sehingga harga akan merupakan datum
- Barangnya homogen
Dari ciri-ciri di atas secara diagram dapat digambarkan kurve permintaan
baik yang dihadapi oleh masing-masing firm maupun industri/pasar.

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 63
a) Kurve permintaan yang dihadapi oleh firm dan pasar.

Gambar 8.1

Firm
P P PasarS

d
P P1

0 Q0 Q

Demand pasar dalam bentuk persaingan sempurna merupakan jumlah dari


masing-masing penjual. Di dalam pasar persaingan sempurna harga = P = PR =
AR = D.

Gambar 8.2

D = P = AR = MR
P1

0 Q

Pada kurve D (gambar 8.2)  P = MR = AR

Untuk membuktikan hal tersebut dapat digunakan perhitungan secara aljabar


sebagai berikut :

64 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
1). TR = P x Q

P =
P = AR

AR =

2). Karena di dalam persaingan sempurna harga selalu datum/tetap,

maka apabila ada tambahan satu unit penjualan maka tambahan itu

akan sama dengan harga itu sendiri, berarti di sini P = MR.

b) Equilibrium jangka pendek untuk perusahaan, melalui pendekatan total.

Suatu perusahaan yang bekerja dalam pasar persaingan sempurna dapat

memperoleh supernormal profit. Sebagai contoh :

Tabel 8.1

Q P TR TTC TOTAL
PROFIT
0 8 0 800 - 800
100 8 800 2000 - 1200
200 8 1600 2300 - 700
300 8 2400 2400 0
400 8 3200 2525 675
500 8 4000 2775 1225
600 8 4800 3200 1600
650 8 5200 3500 1700
700 8 5600 4000 1600
800 8 6400 6400 0

Dari tabel 8.1 di atas dapat digambarkan grafik sebagai berikut :

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 65
Gambar 8.3

Rp
TR
TC
E
6000

5000

4000
D
3000
B
2000
A
800

0
100 300500 700 900 Q
200 400600 800
Rp

D1
1600

800

B E1
100 300 650 800 Q

-800
-1200A1

66 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Pada gambar 8.3 di atas dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut :

Pada waktu garis singgung TC // TR dimana garis singgung tersebut

berada di sebelah kiri atas TR maka terdapat kerugian maksimum yaitu

pada output 100, kerugian sebesar Rp 1.200,00. Sedangkan pada waktu

TC berpotongan dengan TR baik memotong dari atas maupun dari

bawah, maka bersarnya profit sama dengan nol.

Pada waktu garis singgung TC // TR, dimana TC berada di

kanan bawah TR maka terdapat profit maksimum yaitu terlihat pada

titik D dan D1.

c) Equilibrium jangka pendek sebuah firm melalui pendekatan Marginal

Pendekatan ini sebenarnya hampir sama dengan pendekat dan melalui

Total Revenue (TR) dan Total Cost (TC), hanya saja di sini penjelasan

melalui Average Cost dan Marginal Cost serta Marginal Revenue. Sebagai

contoh dapat diamati tabel 8.2 berikut ini :


Tabel 8.2

Q P = MR MC AC PROFIT/ TOTAL
UNIT PROFITS
100 8 12 20 - 12 - 1200
200 8 3 11,5 - 3,5 - 700
300 8 1 8 0 0
400 8 1,25 6,31 1,7 680
500 8 2,5 6,55 1,5 750
600 8 4,25 5,33 2,7 1620
650 8 8 5,4 2,6 1690
700 8 8 5,7 2,3 1610
800 8 24 8 0 0

Dari tabel di atas dapat dilukiskan grafik sebagai berikut :

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 67
Gambar 8.4

Rp

MC
12
11
10 AC
9
8 N K d= MR
7 L
6
5
4
3
2
1
0 Q
100 200 300 400 500 600 700 800 900
650

Dari gambar 8.4 di atas dapat ditunjukkan keuntungan supernormal yang


diperoleh perusahaan individual yang bekerja pada pasar persaingan
sempurna. Syarat profit maksimum bagai perusahaan adalah MC = MR.
Pada gambar di atas ditunjukkan oleh titik K. Selanjutnya untuk
menunjukkan besarnya keuntungan total, melalui K ditarik garis tegak
lurus ke bawah memotong kurve AC pada titik L dan memotong sumbu
quantita pada unit yang ke 650. Dari titik L ditarik garis ke kiri memotong
sumbu harga pada titik M. Jadi profit maksimum (total) sebesar segi empat
MLKN.

d) Kerugian ataukah keuntungan dalam jangka pendek ?

Dengan adanya supernormal profit, maka banyak firm yang masuk

dalam industri dan selanjutnya akan berakibat supply di pasar akan

naik, kemudian akibat selanjutnya adalah harga barang tersebut di

pasar akan

68 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
menurun. Keuntungan akan tergantung dari efisiensi dan teknologi dari

masing-masing firm dalam berproduksi. Sampai dimana sebuah firm akan

berproduksi ? Perusahaan akan terus ataukah ditutup tergantung dari

ongkos-ongkos variabel.

Gambar 8.5

Rp
X

MC
AC
M A AVC PX1 = D = AR = MR
L K PX2 = D1 = AR1 = MR1
C PX3 = D” = AR” =
P MR” PX4 = D”’ = AR”’
= MR”’

0 X2 X1 X

1) Bila harga pada PX1 berarti terjadi perpotongan antara MC dengan MP


pada titik A, maka akan terdapat profit maximum supernormal sebesar
(seluas) segi empat . Dalam hal ini harga pasar masih berada di atas
AC.

2) Bila harga berada pada PX2 berarti firm tidak akan memperoleh laba

tetapi juga tidak mengalami kerugian atau dengan kata lain disebut

dengan normal profit. Dalam keadaan ini firm lebih baik jalan terus

karena masih tetap dapat menutup baik fixed cost maupun variabel

costnya.

3) Bila harga pasar berada pada PX 3 yaitu terjadi pada minimum variabel

cost (pada titik C), dalam keadaan ini firm mengalami kerugian sebesar

fixed costnya. Berarti TR hanya dapat menutup variabel cost (VC). Di

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 69
sini firm/perusahaan dapat memilih apakah mau berhenti

berproduksi ataukah jalan terus sama saja, karena baik berproduksi

atau tidak fixed costnya harus tetap dibeayai. Keadaan ini disebut

dengan “shut down point”.

4) Bila harga terjadi pada Px4 atau pada keseimbangan MR dan MC pada

titik F, maka firm akan sangat merugi, baik fixed cost maupun variable

cost nya tidak tertutup semuanya. Jelas dalam hal ini bagi firm yang

bekerja pada pasar persaingan sempurna tersebut lebih baik menutup

usahanya saja.
e) Equilibrium jangka panjang bagi sebuah firm

Di dalam jangka panjang equilibrium dalam satau firm adalah pada

profit normal.

Gambar 8.6

P($)
20 SMC1 SMC3
18 LMC SAC3
16 LAC d1 = MR1
14
12 SAC1 SMC2
10 SAC2
8 d2 = MR2
6
4
2
0
100 200 300 400 500 600 700 800 900 Q

70 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
BAB IX
PASAR MONOPOLI

Bentuk Pasar Monopoli

Bentuk pasar monopoli adalah bentuk pasar dimana hanya satu penjual dari
suatu barang tertentu untuk mana tidak ada barang pengganti yang baik.

Produk yang dijual oleh monopolis harus jelas berbeda dari produk lain yang

dijual dalam pasar oleh lainnya. Berubahnya harga-harga dan output dari

barang lain yang dijual dalam pasar tidak mempengaruhi monopolis atau

apa- apa yang dilakukan monopolis di dalam menentukan harga adalah bebas

dan ini tidak akan mempengaruhi harga di luar pasar barang-barangnya. Di

dalam monopoli selalu diusahakan untuk mencegah masuknya firm-firm

dalam industri monopoli. Untuk mencegah masuk firm dalam industri antara

lain dengan cara :


1. Sudah diberikan hak ijin patent oleh pemerintah

2. Pengawasan/control terhadap bahan-bahan mentah yang diperlukan

3. Besarnya ivestasi yang harus dijalankan untuk masuk dalam industri.

Demand pasar sama dengan demand firm itu sendiri. Demand yang

dihadapi oleh seorang monopolis.

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 71
Gambar 9.1

$
SMC
12

9
8 A B SAC
7
6
C D = AR

MR
1 L K
Q
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Di dalam pasar monopoli, MR selalu berada di bawah ar kecuali pada titik

pangkal. Sifat monopolis yang penting adalah akan terlihat pada hubungan

antara AR, MR dan Elastisitas, yaitu bahwa :

MR = AR ( 1 - )

Untuk membuktikan persamaan di atas dapat dicari melalui perhitungan :

TR = P x Q

TR =
U.V
= U.V1 + U1 .V
MR =

=+Q

= p.1 + Q.

=p(1+‘ )
72 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
=p(1–)

Karena P = AR maka MR = AR ( 1 – )

Penentuan Harga Pada Pasar Monopoli

Dalam menentukan harga output tidak ada perbedaan antara bentuk pasar

persaingan sempurna dengan monopoli, yaitu keduanya ingin memaksimum

harga. Dengan semakin tingginya harga maka keuntunganpun akan semakin

tinggi. Namun perlu diketahui bahwa dalam pasar persaingan sempurna

harga tidak ditentukan sendiri oleh firm tetapi oleh pasar/industri, sedangkan

dalam bentuk monopoli, harga jual ditentukan oleh penjual/firm. Tentang

pembelian input nya, baik itu di dalam pasar monopoli maupun dalam pasar

persaingan sempurna adalah sama, sehingga masalah beaya antara keduanya

memiliki analisa yang sama.

Salah Anggapan Yang Umum Terjadi Di Dalam Monopoli

1. Monopoli itu selalu memperoleh laba

2. Monopoli itu selalu untung apabila menaikkan harga

3. Karena monopolis adalah produsen tunggal di dalam industri, maka dia

dapat berproduksi pada optimum scala of plant serta pada output yang

optimum.

Monopoli selalu memperoleh laba

Laba adalah merupakan sisa dari Total Revenue (TR) dikurangi dengan

Total Cost (TC). Mungkin seorang monopolis itu akan dapat menguasai

revenue, tetapi masalah cost adalah sering berada di luar kekuasaannya

sehingga kemungkinan seorang monopolis akan menghadapi kerugian.

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 73
Monopolis selalu untuk bila menaikkan harga

Apabila seorang monopolis ingin memaksimum keuntungan maka

kondisi yang harus dicapai adalah keadaan dimana MC = MR dan

dengan syarat MC memotong MR dari bawah. MC selalu positif,

tetapi tidak akan pernah sama dengan nol, sehingga apabila profit

maximum akan dicapai berarti MR harus positif. Kalau MR harus

positif maka monopolis harus beroperasi pada daerah E > 1 (Elastisitas

lebih besar dari satu). Di daerah ini apabila harga dinaikkan maka Total

Revenue (TR) akan semakin menurun. Jadi dapat disimpulkan bahwa

bila monopolis menaikkan harga, maka belum tentu keuntungan akan

meningkat.

Seorang monopolis dapat beroperasi pada optimum scale of plant dan


optimum rate of output.
Perusahaan yang bekerja kurang dari optimum ini disebabkan karena

terbatasnya permintaan. Dalam hal berproduksi monopolispun harus

menyesuaikan dengan besarnya permintaan konsumen, yang berarti

monopolis kemungkinan berproduksi tidak sampai pada optimal scale

of plant, karena ternyata profit maximum sudah dapat tercapai.

Diskriminasi Harga
Diskriminasi harga adalah tindakan seorang monopolis untuk mencapai

keuntungan maksimum, dengan menentukan P yang berbeda-beda bagi

kwantitas penjualannya.

Di dalam Ekonomi MIkro dikenal tiga jenis diskriminasi harga, yaitu :

1. Diskriminasi harga derajat satu, terjadi apabila setiap unit penjualan dikena-

kan harga yang berbeda. Misalnya monopolis mempunyai barang A, maka

dalam penjualannya :

Unit I dengan harga Rp


100.000,00 Unit II dengan harga Rp
85.000,00 Unti III dengan harga Rp
70.000,00
74 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
2. Diskriminasi harga derajat dua, ini merupakan diskriminasi harga dengan

ukuran tertentu. Sebagai contoh :

Bila konsumen membeli 100 unit maka harga per unit Rp 100.000,00

Bila konsumen membeli 500 unit maka harga per unit Rp 125.000,00

Bila konsumen membeli 1000 unit maka harga per unit Rp

150.000,00
Biasanya diskriminasi harga derajat dua ini dijalankan/diterapkan pada tarif

public service misalnya listrik.

3. Diskriminasi harga derajat ketiga

Pada derajat ini perbedaan harga tidak didasarkan pada kuantitas barang,

tetapi berdasarkan daerah/pasar. Misalnya untuk barang yang sama, tapi

dijual dalam dua pasar dengan harga berbeda. Diskriminasi harga derajat

tiga ini dapat berjalan apabila terpenuhi dua syarat di bawah ini :

1. Pasar harus terpisah antara satu dengan yang lain.

2. Elastisitas permintaan dari masing-masing pasar harus berbeda.

Gambar 9.2

P1 MC

P2 AC

C E

0 X1 MR1 MR2 AR1=D1 AR2=D2

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 75
AR1 & MR1 menunjukkan keadaan pada pasar satu. AR 2 dan MR2 menunjukkan

keadaan pada pasar dua. Sedangkan AC dan MC menunjukkan keadaan beaya

yang dikeluarkan oleh monopolis dalam menghasilkan barang X, dengan beaya

rata-rata setinggi OC dan harga yang terjadi pada pasar satu setinggi OP 1.

Apabila ternyata beaya produksi besarnya sama dengan nol maka produsen

akan menjual pada Elastisitas = 1 (satu) dimana terdapat TR maksimum dan MR

= 0.

76 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
BAB X
PASAR OLIGOPOLI DAN PERSAINGAN MONOPOLISTIS

Bentuk Pasar Oligopoli

Bentuk pasar oligopoli adalah bentuk pasar dimana terdapat beberapa

penjual dan banyak pembeli di dalam pasar. Karena hanya ada beberapa

penjual maka perilaku setiap penjual akan saling mempengaruhi. Untuk

dapat menarik banyak pembeli, umumnya penjual bersaing dalam bentuk

promosi dalam menawarkan barangnya. Barang yang dirtawarkan di pasar

bersifat heterogen tetapi tetap dimungkinkan adanya substitusi, walaupun

substitusinya tidak sempurna. Pada pasar oligopoli, harga ditentukan oleh

produsen. Di dalam pasar oligopoli dimungkinkan adanya seorang

pengusaha yang kuat dalam modal dan teknologi menjadi leader atau

pemimpin dalam menentukan tingkat harga jualnya (price leader).

Selanjutnya oligopolis-oligopolis keadaannya berada di bawahnya

dalam kekuatan modal dan juga teknologi akan mengikuti harga jual yang

ditetapkan oleh pemimpin harga dalam menentukan harga jual produksinya.

Di dalam persaingan di antara penjual dilakukan dengan lebih intensif dalam

promosi, misalnya memasang advertensi pada surat kabar, radio, televisi atau

mungkin dengan jalan memberikan potongan harga untuk pembelian sejumlah

barang tertentu atau dengan memberikan hadiah kepada konsumen.

Kurve demand nya berbentuk Kink/patah yang kurve permintaan yang

dibagi menjadi dua bagian pada titik harga yang berlaku. Kurve tersebut

menggambarkan bahwa rekan perusahaan menanggapi penurunan harga

T eo ri E ko no mi Mikro I | 77
secara cepat dalam rangka mempertahankan bagian pasarnya dan mengikuti

kenaikan harga secara lamban berhubung mereka menginginkan kenaikan

bagian pasarnya, hingga tingkat kepatahan yang terjadi tergantung pada

besar kecilnya produk diferensiasi yang menjadi dasar memelihara bagian

pasarnya.
Gambar 10.1

P1
P* Klink

P2 Permintaan inelastis
AR

O Q1 Q* Q2 Q

Dari gambar di atas, bila permintaan berada di daerah elastis maka

produsen cenderung akan menurunkan harga jualnya yaitu sampai pada P*

untuk menaikkan total pendapatannya (TR). Sebaliknya apabila oligopolis

menghadapi kurve permintaan pada daerah permintaan inelastis, maka dalam

usaha menaikkan total pendapatannya ia akan menaikkan harga jualnya

sampai menuju titik P*. Keuntungan maksimum ditetapkan atas dasar

Marginal Cost dan Marginal Revenue, dimana syarat MR = MC harus

dipenuhi, seperti halnya pada pasar-pasar monopoli dan pasar persaingan

sempurna.

Pasar Persaingan Monopolistis (Monopolistic Competition)


Pasar persaingan monopolistis ditandai dengan terdapat banyaknya

penjual dan pembeli, tetapi didapati unsur-unsur perbedaan dengan pasar

persaingan sempurna, yaitu bahwa produk yang dijual tidak bersifat homogeny,

walaupun perbedaan antara produk yang satu dengan produk yang lain kecil

sekali, tetapi bagi konsumen merasakan adanya perbedaan itu. Seperti adanya
78 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
perbedaan merk, bungkusnya dan mungkin aromanya. Sehingga tidak ada

substitusi yang sempurna antara produk yang dihasilkan oleh pengusaha satu

dengan lainnya. Bentuk kurve permintaan yang dihadapinya sama dengan

yang dihadapi monopolis, sehingga penentuan tingkat harga juga ditentukan

oleh produsen. Demikian pula kondisi keseimbangan pasar harus dipenuhi

sehingga produsen akan memperoleh keuntungan maksimum dimana MR =

MC.

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 79
80 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
DAFTAR PUSTAKA

Dominick Salvatore, Ph.D, Micro Ekonomic Theory. Schaum’s outline Series,


Theory and Problems Mc. Graw Hill Book Company 1974.

Dr. Boediono, Ekonomi Mikro, Seri Sinopsis BPFE Yogyakarta,1984

Drs. Muhmmad Adnan Hadjan, Pengantar Ekonomi Mikro dan Soal-Soal


Latihan, BPFE Yogyakarta, 1985.

Richard H Lefwich, The Price System anda Resources Allocation, 7 th Edition, The
Dryden Press Hinsdale, Illinois, 1979.

Drs. Hartowo, Teori Perilaku Konsumen, 1985.

Boediono & Peter Mc.Cowley, Bunga Rampai Ekonomi Mikro, Gama Press,
Yogyakarta, 1976.

T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 81
82 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I

Anda mungkin juga menyukai