Ekonomi Mikro I
Dra. Rusmijati, M.Si.
TeoriEkonomiMikroI|i
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak
Cipta Lingkup Hak Cipta
Pasal 2:
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi
pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan
Pidana Pasal 72:
1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat
(1) atau Pasal 49 ayat (1) dan (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu)
bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum
suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
ii | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
TEORI
Ekonomi Mikro I
Dra. Rusmijati, M.Si.
Graha Cendekia
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | iii
Teori Ekonomi Mikro I
Copyrights © Dra. Rusmijati,
M.Si.
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian
atau isi seluruh buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
17 x 25 cm
iv | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
KATA PENGANTAR
Isi dari buku ini disesuaikan dengan materi dalam diskripsi mata kuliah
TeoriEkonomiMikroI|v
vi | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
DAFTAR ISI
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | vii
Kurve Permintaan dan Kurve Engel 40
BAB VI TEORI PRODUKSI 43
Macam Waktu Dalam Menganalisa Teori 43
Produksi
Cara Dalam Menjelaskan Teori Produksi 45
Tahapan Dalam Fungsi Produksi 49
Ciri-Ciri dari Isoquant Curve 52
Isocost dan Least Cost Combination 52
BAB VII BEAYA PRODUKSI 55
Beaya dan Waktu 55
Kurve Ongkos Jangka Pendek 56
Ongkos Persatuan Dalam Jangka Pendek 57
Kurve-Kurve Ongkos Jangka Panjang 59
BAB VIII PENGGOLONGAN PASAR DAN KURVE 63
PERMINTAAN YANG DIHADAPI OLEH
PERUSAHAAN
Firm 63
Macam-Macam Pasar 63
Equilibrium Jangka Pendek Sebuah 67
Perusahaan Melalui Pendekatan Marginal
Kerugian ataukah Keuntungan Dalam 68
Jangka Pendek
Equilibrium Jangka Panjang Bagi Sebuah 70
Firm
BAB IX PASAR MONOPPOLI 71
Bentuk Pasar Monopoli 71
Penentuan Harga Pada Pasar Monopoli 73
Salah Anggapan Yang Umum Terjadi Di 73
Dalam Monopoli
Diskriminasi Harga 74
BAB X PASAR OLIGOPOLI DAN PASAR 77
MONOPOLISTIS
Bentuk Pasar Oligopoli 77
Pasar Persaingan Monopolistis (Monopolistic 72
Competition)
DAFTAR PUSTAKA 81
viii | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
BAB I
PENDAHULUAN
1. Kebutuhan-kebutuhan manusia
2. Sumber-sumber
3. Teknik-teknik produksi
A. Kebutuhan-kebutuhan manusia
Kebutuhan manusia merupakan pendorong dari kegiatan
dari adanya :
TeoriEkonomiMikroI|1
Kegiatan yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan lain-lain,
B. Sumber-sumber
Sumber-sumber adalah alat yang tersedia untuk menghasilkan
jasa.
suatu barang.
C. Teknik Produksi
Teknik produksi meliputi cara-cara dan alat-alat phisik untuk
proses produksi.
2| TeoriEkonomiMikroI
Teori Ekonomi Makro
Mempelajari ekonomi secara keseluruhan dan berpusat pada Gross Natio-
nal Product (GNP), yaitu jumlah nilai seluruh barang dan jasa dari suatu
produk yang dihasilkan oleh seluruh kegitan dalam suatu negara dalam
periode tertentu.
Teori Ekonomi Mikro juga sering disebut Teori Harga (Price Teory). Hal
ini disebabkan karena setiap barang ekonomis baik itu berupa output
maupun input pasti akan memiliki harga. Seandainya barang itu tidak
input. Input dan output bagi semua perusahaan yang ada tidak sama, ter-
sumen
penting diantaranya :
maksimum,
TeoriEkonomiMikroI|3
dimana syaratnya adalah MC = MR. Kemudian model mana
datang.
ekonomi.
dapat dijalankan.
Penen- tuan tingkat harga baik itu output maupun harga input
Bahwa seorang atau konsumen akan membeli lebih banyak pada suatu
waktu kalau harga itu lebih rendah dengan asumsi cateris paribus (hal-hal
lain tetap).
a) Hukum dari pada permintaan ini terjadi pada suatu waktu tertentu.
suatu periode akan berlainan dengan tindakan pada saat yang lain.
alternatif.
Gambar 2.1
P1 A
P2 B
P3 C
P4 D
Q/UT
0 Q1 Q2 Q3 Q4
TeoriEkonomiMikroI|5
Di dalam seseorang membeli suatu barang akan dipengaruhi oleh
bergeser ke kiri.
Gambar 2.2.
P
P1
D2 Do
D1
0 Q2 QO Q1
dari Do ke D2. Lain halnya apabila kita berhadapan dengan barang inferior.
Dalam hal ini apabila tingkat pendapatan konsumen naik, justru permintaan
6| TeoriEkonomiMikroI
terhadap barang tersebut berkurang, dengan kata lain kurve permintaannya
P1
D2
D1
0 Q1 Q2 Q
barang inferior. Bila tingkat pendapatan (Y) naik maka permintaan terhadap
2) Selera Konsumen
Apabila selera konsumen berubah maka kurve demand akan
berubah pula. Selera konsumen naik maka kurve demand/permintaan
akan bergeser ke kanan dan sebaliknya apabila selera konsumen
TeoriEkonomiMikroI|7
Gambar 2.4. Gambar 2.5.
Selera konsumen naik Selera konsumen menurun
P
A B
P1 P1
D2 D2
D1 D1
Q Q
0 Q1 Q2 0 Q1 Q2
sebaliknya.
4) Jumlah Konsumen
Apabila jumlah konsumen berubah maka permintaan juga akan
8| TeoriEkonomiMikroI
5) Periode Waktu
Apabila periode waktu berubah maka permintaanpun sering
berubah pula. Dari uraian tentang ceteris paribus di atas, maka dapat
Dimana :
berslope negatif.
1. Barang Giffen
TeoriEkonomiMikroI|9
Gambar 2.6
P D
P2
P1
0 Q1 Q2 Q
harganya naik maka jumlah yang diminta juga akan naik. Sebagai
semakin rendah maka semakin sedikit jumlah barang yang penjual mau
10 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Gambar 2.7.
P
S
P2
P1
Po
0 Q/UT
Qo Q1 Q2
Pada gambar ini Nampak bahwa pada harga P 2 penjual mau melepas
barang sebanyak Q2, namun pada harga P 1 hanya bersedia melepas sejumlah
Yang dimaksud ceteris paribus dari pada kurve penawaran/hal-hal lain dalam
1) Teknik Produksi
Dengan adanya teknik produksi yang baru pada suatu perusahaan maka
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 11
Gambar 2.8.
P
S1 S2
P1
0 Q/t
Q1 Q2
Dengan teknik produksi baru akan terjadi efisiensi yang lebih tinggi
P So S1 P So S1
Po Po
Q/t Q/UT
0 Qo Q1 0 Qo Q1
12 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
3) Tingkat Pajak/Subsidi
Gambar 2.11. Gambar 2.12.
Ada pajak : S kekiri dari So ke S1 Ada subsidi : S kekanan dari So ke S1
P P
S1 S1
So So
0 Q/UT 0 Q/UT
4) Jangka Waktu
Dalam jangka waktu yang berbeda maka penawaran akan berubah pula.
akan merupakan fungsi dari harga barang itu sendiri, supply inputnya,
berikut :
QsA = f (PA, Si, T, X, W)
Dimana :
QsA = penawaran barang A
PA = harga barang itu sendiri
Si = Supply input nya
T = Teknologi
X = Pajak
W = Periode waktu
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 13
14 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
BAB III
ELASTISITAS
dari pada suatu permintaan mengukur sampai berapa jauh atau bagaimana
kepekaan jumlah barang yang dibeli terhadap perubahan harga dari suatu
Qoef.El. (E) =
=/
=X
Apabila Elastisitas dihitung antara dua titik yang terpisah pada suatu
Sedangkan elastisita yang dihitung pada suatu titik pada satu kurve untuk
perubahan yang sangat kecil dalam harga adalah “point elasticity”. Dimana
point elasticity ini lebih penting dari pada arc elasticity. Untuk arc elasticity
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 15
Gambar 3.1
P
P1 L
P2 B
0 Q1 Q2 Q/UT
berbagai cara :
antara satu dengan yang lain. Sedangkan untuk point elasticity dimulai dari
Gambar 3.2
P N
M A
Demand
K
O L Q/UT
Besarnya Koefisien Elastisitas
16 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
1. Besarnya E > 1 , maka permintaan disebut elastis
untuk curve demand yang tidak linier (merupakan garis lengkung) maka
Gambar 3.4.
A
D
B
O G Q/UT
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 17
Pada gambar ini, bila akan dihitung besarnya elaastisitas pada titik A
maka dibuat garis singgung BC melalui A, kemudian dibuat garis proyeksi AG,
elastis atau besarnya coefisien elastisitas >1 maka bila harganya diturunkan
Total Revenue nya (TR) akan naik, demikian sebaliknya bila harga dinaikkan
inelastis maka bila harga diturunkan justru akan menurunkan TR dan bila
B E>1
E=1
E<1
O A C Q/UT
E >1 P / TR /
E = 1 TR
E < 1 R TR
18 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Sedangkan bila keadaan kurve permintaan adalah berbentuk
hiperbola dengan kata lain mempunyai elastisitas selalu sama dengan satu di
sepanjang kurve, maka perubahan harga tersebut baik naik maupun turun
tidak akan berpengaruh pada besarnya TR, atau TR nya akan tetap.
Gambar 3.6.
P D
Po A
P1 B
D
O Qo Q1 Q/UT
coefisien elastisitas baik pada titik A maupun B atau pad titik lain sepanjang curve
harganya turun maka quantita terjual akan naik lebih cepat bila
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 19
c. Harga barang dibandingkan dengan tingkat pendapatan konsumen.
Apabila harga daging naik maka quantita daging akan menurun lebih
besar bila disbanding dengan harga tempe naik, maka quantita tempe
berikut :
C.E = / = X
Elastisitas Penawaran
Pengertiannya hampir sama dengan elastisitas permintaan. Hanya saja
20 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Elastisitas Pendapatan (Income Elasticity)
Elastisitas pendapatan adalah ukuran seberapa jauh pengaruh perubahan dari
koefisien elastisitas dari pada pendapatan adalah positif untuk barang normal
EY = = / ∆ Y/Y
=
X
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 21
22 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
BAB IV
TEORI PERMINTAAN KONSUMEN PERSEORANGAN
(MELALUI PENDEKATAN CARDINAL)
permintaan terbentuk demikian. Ada yang berslope negatif dan ada yang
berslope positif.
guna ini didekati/diapproach melalui dua dasar titik tolak yang berbeda, yaitu :
1. Teori utility/kepuasan itu dapat diukur. Teori ini disebut Cardinal Utility.
Teori ini digunakan oleh aliran klasik dan disebut dengan teori klasik.
Ordinal.
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 23
Teori Cardinal
Dalam hal ini akan dibicarakan mengenai teori cardinal/tingkat
kepuasan yang dapat diukur. Dalam teori ini terdapat dua pengertian yaitu
semakin besar pula kepuasaan yang diperoleh, sampai pada suatu titik
tertentu total utility akan mencapai tingkat yang maksimum. Apabila sudah
maka justru tambahan jumlah barang ini akan mengurangi besarnya total
utility yang sudah maksimum tersebut dengan kata lain akan menurunkan
kekenyangan/titik jenuh.
Gambar 4.1.
TUA
Titik Jenuh
30
28
25 TUA
20
18
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 QA
24 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Tabel 4.1.
QA TUA MUA
0 0
1 10 10
2 18 8
3 24 6
4 28 4
5 30 2
6 30 0
7 28 -2
8 24 -4
Gambar 4.2
MUA
10 (a)
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 QA
-2
-3
-4 (b) MUA
MU =
=
T eo ri E ko no mi Mikro I | 25
waktu akan memberikan tambahan yang semakin berkurang pada total utility
rasional dalam arti dia akan berusaha mencapai tingkat kepuasan yang tinggi
yang ada. Batas-batas tersebut terutama harga barang dan tingkat pendapatan
Tabel 4.2.
BARANG A BARANG B
UNIT MUA URUTAN UNIT B MUB URUTAN
A PEMBELIAN PEMBELIAN
1 40 1 1 30 4
2 36 2 2 29 5
3 32 3 3 28 6
4 28 7 4 27 8
5 24 12 5 26 9
6 20 6 25 10
7 12 7 24 11
8 4 8 20
26 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Cara penyelesaian soal di atas adalah :
2). PA QA + PB + QB = Income...................(2)
Dari data tabel di atas dapat dimasukkan kedalam persamaan (1) dan
barang tersebut.
dari urutan prioritas tersebut untuk barang A pembelian sampai pada unit
sebanyak 7 unit.
perubahan di dalam quantita yang diminta. Hal ini disebabkan karena adanya
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 27
Substitution Effect adalah konsumen akan mengganti barang yang
dari konsumen karena adanya kenaikan harga. Jalan yang ditempuh adalah
harus dengan menambah jumlah barang B yang akan dibeli, tergantung pada
menurun dan total outly untuk barang A menurun dan total outly barang B
naik dengan asumsi harga barang B tetap sehingga jumlah barang B yang
barang A naik, tidak akan mengakibatkan perubahan baik pada total outly
untuk barang A maupun total outly untuk pembelian barang B. Namun bila
besarnya ℓ A < 1 atau dengan kata lain barang A mempunyai permintaan yang
inelastis, bila harga barang A naik maka total outly untuk barang A naik
walaupun jumlah yang membeli barang berkurang jumlahnya dan ini berakibat
total outly untuk barang B menurun dan berari jumlahnya barang B yang terbeli
juga menurun.
Biasanya substitution effect lebih kuat dari pada income effect. Sebab
income effect.
Substitution effect dan income effect tidak selalu bergerak dalam arah
yang sama tergantung jenis barangnya. Untuk barang normal, substitution effect
28 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
BAB V
TEORI PERMINTAAN KONSUMEN PERSEORANGAN
MELALUI PENDEKATAN KURVE INDIFERENCE
B1 K IC4
B4 N IC3
B2 L IC2
B3 M
IC1
O A1 A2 A4 A3 A
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 29
Pada gambar ini, tingkat kepuasan pada titik K, L, M adalah sama
karena terletak dalam satu kurve. Sedangkan tingkat kepuasan pada titik N
lebih besar daripada titik K, L, M karena terletak pada I.C yang lebih tinggi.
Gambar 5.2
B/UT
I/PB L
B1 E
IC1
M ICo
Budget Line
0 A1 I/PA QA/UT
Antara I/PB dan I/PA jika dihubungkan akan memperoleh satu garis
30 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Bila indifference curve masih memotong budget line maka tingkat kepuasaan
maksimum belum dapat dicapai yaitu pada titik L & M. Sedangkan apabila
terjadi persinggungan antara IC1 dengan garis anggaran/budget line. Maka pada
ringan garis anggaran tergantung pada harga barang A dan harga barang B.
patan.
Gambar 5.3 Gambar 5.4.
I (Income)
B
Engel Curve
I3/PB
Y3 M
I2/PB
I1/PB ICC
Y2 L
B3 IC3
B2 IC2
B1 IC1 Y1 K
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 31
Apabila income berubah maka B.L akan bergeser. Bila income naik maka
Gambar 5.5
B/UT
I/PB
LP.C.C
R
IC2
IC1
32 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Gambar 5.6.
B/UT
I/PB
B3 M
B1 IC2
K
B2 L IC1
A/UT
0 A! A3 A2 I/PA1 I/PA2
Pada gambar di atas, tingkat kepuasan pada titik K & L adalah sama, namun
ini. Income Effect timbul karena berkurangnya Income Riil dari konsumen
inferior dan barang giffen masing-masing berbeda. Untuk barang normal, baik
Income Effect maupun Substitution Effect positif yang berarti bergerak searah,
melebihi Substitution Effect yang positif sehingga total effectnya masih akan
tetap positif.
Yang terakhir untuk barang giffen Income Effect negatif dan negatif ini
cukup besar sehingga melebihi Substitution Effect yang positif namun relatif
kecil.
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 33
Gambar 5.7
B/UT
I/PB
B1 K
B3 M PCC
B2 L LC2
LC1
SE IE
TE
A/UT
O A1 A2 A3 I/PA1 I/PA2
untuk barang normal, dimana S.E dan I.E berjalan searah dan positif sehingga
S.E = A1 --- A2
I.E = A2 --- A3
+
T.E = A1 --- A3 (positif besar)
Gambar 5.8
B/UT
I/PB
MPCC
B3 K
B1 IC2
L
B2IC1
SE TEIE
34 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Gambar di atas menunjukkan Income Effect dan Susbtitution Effect untuk
barang inferior, dimana S.E positif dan I.E negatif, namun T.E masih positif.
S.E = A1 --- A2
I.E = A2 --- A3
+
T.E = A1 --- A3 (positif)
Gambar 5.9
B/UT
I/PB PCC
M
B3
IC2
B1
L
K IC1
B2
TE
IE
0 SE A/UT
A3 A1 A2 I/PA1 I/PA2
pada barang giffen, dimana S.E positif namun T.E negatif, sehingga T.E
menjadi negatif.
S.E =-----------A2
I.E = A2-----A3
+
T.E = A1-----A3 (negatif)
Dari gambar 5.7, 5.8 dan 5 .9 dapat pula diketahui arah dari pada
mempunyai arah turun dari kiri atas ke kanan bawah. Untuk barang inferior
mempunyai arah dari kiri bawah ke kanan atas atas, dan untuk barang
giffen P.C.C
T eo ri E ko no mi Mikro I | 35
mempunyai arah dari kanan bawah ke kiri atas. Keadaan ini mencerminkan
juga mengenai arah dari pada curve demand masing-masing. P.C.C atau Price
halnya, sebab curve demand sendiri dapat dibuat dengan cara menurunkan
Gambar 5.10
B/UT
I/PB
K
B1 M PCC
B3
B2
O A1 A2 A3 I/PA1 I/PA2
harga barang B tetap, berarti dengan berkurangnya jumlah barang B yang dibeli
36 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Bila PA turun sedangkan TO nya naik berarti barang A mempunyai
permintaan yang elastis ( ℓ >1 ), demikian pula untuk barang inferior dan
permintaannya.
Pertukaran (Exhange)
Untuk pertukaran ini dapat dianalisa dengan menggunakan pendekatan
Gambar 5.11
QA
B 14 12 10 8 6 4 2 0 K
QB
12 2
10 4
6 H 8
G L
4 1 10
3 F 2IC2L
2 12
3 IC1L
Q3 0L 2 3 4 6 8 10 12 14 A
QA
untuk memperoleh satu (1) unit tambahan barang A dari pada yang diperlukan
timbul pertukaran.
akan rugi karena total utilitynya tetap meskipuns dia mengurangi B dan
menambah A. Tetapi bagi K total utility akan naik karena dia berada pada IC
yang lebih tinggi. Pertukaran akan terus dilakukan sampai pada titik G. Bila
pertukaran terus dilakukan maka dari L kepuasannya akan tetap, tetapi bagi K
T eo ri E ko no mi Mikro I | 37
akan berkurang, sehingga K tidak mau hal ini terjadi. Maka pertukaran akan
individu K bila mengikuti I C2 maka analog akan berhenti pada titik H. Jadi
berarti titik G dan H adalah titik akhir dari pada pertukaran antara individu K
dan L, sebab hanya satu pihak saja yang beruntung. Maka akan didapatkan
K.
Gambar 5.12.
M
R
M1
M3 G L IC2
IC
M2
0 A1 A3 A2 A
incomenya pada 0A1 maka uang yang dibelanjakan adalah MM 1 dan yang
dipegang adalah OM1. Missal harga , tetapi diarasa oleh pemerintah bahwa
mempunyai dua pilihan yaitu berupa pemberian subsidi uang atau harga
barang A, caranya:
sebagian harga A.
pada masyarakat.
subsidi harga.
Bila diperhatikan LH > RG. Dari ini dapat dikatakan bahwa subsidi uang
akan lebih murah bila dibandingkan dengan subsidi harga. Berarti lebih
membelinya pada berbagai tingkat income. Terdapat tiga tipe dari pada
Engel Curve.
1. Untuk barang
normal Gambar 5.13
Y E.C
Y3
Y2
Y1
0 A1 A2 A3 A
40 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
2. Untuk barang-barang hiburan/lux
Gambar 5.14
Y
Engel Curve
Y4
Y3
Y2
Y1
0 A/UT
A1 A2 A3 A4
Y EC
Y4
Y3
Y2
Y1
A/UT
0 A1 A2 A3 A4
proporsinya.
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 41
Atau makin lama prosentasenya makin turun dengan semakin
42 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
BAB VI
TEORI PRODUKSI
produksi ekonomi. Dalam banyak hal teori teori produksi sejajar dengan
dimana produsen bertindak rasional, biasanya dikenal tiga waktu yang berbeda
karena jangka waktunya sangat pendek sekali. Dalam waktu ini produsen
tidak
T eo ri E ko no mi Mikro I | 43
sempat merubah variable inputnya. Jangka waktu ini tidak dapat ditetapkan
Karena tidak dapat menambah outputnya maka kurve supply nya pun
tetap dan bersifat inelastis sempurna dan harga ditetapkan sepenuhnya oleh
P S
P3
P2 D3
D2
P1
D1
Q/UT
0 Q1
harganya, jumlah yang ditawarkan tetap pada Q 1. Sebagai contoh keadaan ini
nya karena faktor-faktor produksinya dapat dirubah. Dalam long run ini semua
44 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Cara Dalam Menjelaskan Teori Produksi
1. Fungsi Produksi
A = F (a, b, c,.........................)
A = Output
Dimana :
A, b, c,...........= input
kombinasinya
b. Teknik produksinya
dengan kenaikan yang sama persatuan waktu, maka total product (TP)
akan semakin berkurang. Apabila salah satu faktor produksi ada yang
tetap maka akan berlaku Law of diminishing return/ the law of variable
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 45
Gambar 6.2
TP
TP
0 Labour
keadaan stage yang ada di dalam fungsi produksi dibuat tabel sebagai
berikut :
Tabel 6.1
46 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
MPPL adalah suatu tambahan produksi yang diakibatkan karena tambahan
satu satuan unit input, dalam hal ini adalah tenaga kerja.
= =
TP Total Product
= =
QL Quantita input
Pada tabel di atas terlihat bahwa pada waktu tambahan tenaga kerja
menjadi 3 unit, maka berlaku law of diminishing return. Dari tabel di atas dapat
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 47
Gambar 6.3
TP
22
21 C
20
19
18
17
16
15 B
14 I II III TP
13
12
11
10
9 A
8
7
6
5
4
3
2
1
0 TK/Ha. Tanah
12345678910
6
5
4
3
2
1 APL
0
12345678910TK/Ha
MPPLTanah
48 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Pada OA (gambar 6.3), dimana MPP L masih naik, disebabkan karena
jumlah input variabel yang dipakai adalah sangat kecil bila dibandingkan
dengan input yang tetap (fixed). Dengan input variable yang terus ditambah
maka total product akan terus bertambah dengan tambahan yang semakin
besar. Tetapi lewat titik A dengan pertambahan input variable dengan satuan
ditambah terus maka TP akan semakin berkurang atau MPP L menjadi negatif.
terdapat di sini. Disamping itu nampak pula efisiensi dari pada input
tetap (Land) menaik. Dengan kata lain pada Stage I ini ditandai oleh
kenaikan efisiensi di dua input (dalam hal ini tanah dan tenaga kerja).
2. Stage II. Pada stage ini ditandai oleh effisiensi tenaga kerja yang
terus bertambah.
3. Stage III. Ditandai dengan effisiensi tenaga kerja yang berkurang , MPP L
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 49
Di dalam pembicaraan mengenai stage ini, kita akan menunjukkan stage
mana yang merupakan stage yang terpenting, yaitu stage II yang letaknya antara
Seandainya faktor produksi tanah konstan tidak mempunyai harga, maka dimana
Produksi akan dijalankan sampai dimana facktor tenaga kerja yang tidak
gratis paling efisien, yaitu pada perbatasan antara stage I dan II dimana APL
efisiensi tenaga kerja yang maksimum terletak antara batas stage I dan II.
Bila keadaannya dibalik, yaitu faktor produksi tanah dibeli sedangkan tenaga kerja
Faktor produksi tanah akan digunakan sampai dimana efisiensi tanah itu
paling tinggi. Dalam hal ini efisiensi tanah yang paling tinggi yaitu
perbatasan antara stage II dan III atau dengan kata lain kombinasi labour
dan land yang menimbulkan efisiensi land yang terbesar terletak pada garis
batas.
Perbatasan antara stage I dan III serta stage II dan III disebut efisiensi margin
harga tenaga kerja dan tanah. Apabila harga tenaga kerja relatif mahal daripada
harga tanah maka produksi akan lebih mendekati stage I dan stage II. Apabila
harga tanah relatif lebih mahal dari pada harga tenaga kerja maka produksi
akan mendekati stage II dan stage III. Berarti di sini produksi terjadi pada stage
II.
2. Isoquant Curve
Produksi dengan dua input variable, melalui Isoquant curve dan Isocost
approach. Pendekatan melalui Isoquant curve dan Isocost curve ini pada
Isoquant adalah berbagai macam koordinasi dari dua input dalam suatu
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 51
Ciri-Ciri dari Isoquant Curve
Isoquant curve mempunyai cirri yang identik dengan sifat-sifat yang
daerah relevant atau disebut dengan Ridge line. Kedua garis tersebut masing-
pada saat MPPa dan MPPb masing-masing sama dengan nol dan MRTS ab adalah
tidak terhingga.
berbagai kombinasi dan input a dan b yang dibeli oleh sebuah firm
Isocost identik dengan budget line pada konsumen yang membeli barang
barang konsumsi.
52 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
isoquantnya, yaitu mencapai jumlah produk yang terbesar dari
diperoleh produk sebanyak yang ditunjuk oleh titik D dan pada total
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 53
54 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
BAB VII
BEAYA PRODUKSI
1. Jangka pendek
2. Jangka panjang
ada sumber produksi yang tetap. Jadi di dalam jangka pendek terdapat fixed
T eo ri E ko no mi Mikro I | 55
dan variabel cost. Fixed cost dihubungkan dengan input yang tetap, misalnya
sewa gedung setiap bulan. Sedangkan variabel cost adalah beaya yang
dihubungkan dengan input yang variabel, misalnya bahan mentah, gaji pegawai
dan sebagainya.
(VC). Selanjutnya beaya total (TC) akan sama dengan penjumlahan dari
sumber yang variabel dan beaya ini harus naik apabila output
bertambah.
Tabel 7.1
Q TFC TVC TC
0 60 0 60
1 60 30 90
2 60 40 100
3 60 45 105
4 60 55 115
5 60 75 135
6 60 120 180
56 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Gambar 7.1
80
60
TFC
40
20
0 1 2 3 4 5 6
Q
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 57
Tabel 7.3
1 2 3 4 5 6 7 8
Q TFC TVC TC AFC AVC AC MC
1 60 30 90 60 30 90
2 60 40 100 30 20 50 10
3 60 45 105 20 15 35 5
4 60 55 115 15 13,75 28,75 10
5 60 75 135 12 15 27 20
6 60 120 180 10 20 30 45
Gambar 7.2
Cost
90
80
70
60
50 MC
40
AC
30 AVC AFC
20
10
0 1 2 3 4 5 6 Q
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa minimum AVC terletak pada
quantita output yang lebih kecil bila dibandingkan minimum AC, hal ini
karena VC yang
58 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
semakin menurun, atau dengan kata lain naiknya AVC < dari pada turunnya
tambahan satu unit output. Dari pengertian di atas dapat dituliskan rumus :
MC =
Marginal Cost, mula-mula menurun kemudian lewat titik tertentu akan menaik.
tidak ada Total Fixed Cost (TFC) dan Average Fixed Cost (AFC). Sedangkan
pendek yang memungkinkan firm itu bergerak. Misalnya dalam sebuah firm ada
sebagai berikut :
Tabel 7.4
Dari tabel di atas dapat dibuat diagram SAC dan LAC dalam satu grafik
sebagai berikut :
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 59
Gambar 7.5
Cost
20
SAC4 LAC
18 A SAC1
16
SAC2
14 SAC3
B D
12
C
10
4
ECONOMIES OF DIS ECONOMIES OF
2 SCALE SCALE
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Q
tinggi.
2. Bila akan berproduksi sampai empat unit maka akan lebih efisien bila
maka akan lebih efisien bila menggunakan skala ketiga dengan beaya
60 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
4. Namun bila akan berproduksi sampai pad unit yang ke 12 akan lebih
dihubungkan maka akan menunjukkan keadaan beaya rata-rata per unit untuk
jangka panjang (LAC) setiap titik pada LAC akan memenuhi Least Cost
Combination.
Long Average Cost merupakan kurve amplop (envelope curve) dari pada
sesudah titik tertentu akan menaik kembali. AC yang menurun ini disebabkan
akan menurun. Skala yang besar lebih efisien dari pada skala yang kecil,
terjadi karena :
Sesudah titik tertentu AC akan manaik lagi karena dis economies of scale,
biasanya karena kontrol yang semakin berkurang sehingga ongkos naik.
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 61
62 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
BAB VIII
PENGGOLONGAN PASAR DAN KURVE PERMINTAAN
YANG DIHADAPI OLEH PERUSAHAAN
Firm
Suatu firm adalah suatu individual business concern curve permintaan yang
dihadapi oleh suatu firm akan produknya menunjukkan berbagai jumlah
paribus. Sifat dari pada kurve ini tergantung pada macamnya pasar tempat
1. Persaingan Sempurna
2. Monopoli Murni
3. Oligopoli
4. Persaingan Monopolistis
Persaingan Sempurna
Ciri-ciri dari pada pasar persaingan sempurna :
- Tidak ada batasan dari pemerintah
- Firm bebas keluar masuk
- Banyak penjual dan pembeli, namun masing-masing tidak dapat
mempengaruhi harga sehingga harga akan merupakan datum
- Barangnya homogen
Dari ciri-ciri di atas secara diagram dapat digambarkan kurve permintaan
baik yang dihadapi oleh masing-masing firm maupun industri/pasar.
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 63
a) Kurve permintaan yang dihadapi oleh firm dan pasar.
Gambar 8.1
Firm
P P PasarS
d
P P1
0 Q0 Q
Gambar 8.2
D = P = AR = MR
P1
0 Q
64 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
1). TR = P x Q
P =
P = AR
AR =
maka apabila ada tambahan satu unit penjualan maka tambahan itu
Tabel 8.1
Q P TR TTC TOTAL
PROFIT
0 8 0 800 - 800
100 8 800 2000 - 1200
200 8 1600 2300 - 700
300 8 2400 2400 0
400 8 3200 2525 675
500 8 4000 2775 1225
600 8 4800 3200 1600
650 8 5200 3500 1700
700 8 5600 4000 1600
800 8 6400 6400 0
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 65
Gambar 8.3
Rp
TR
TC
E
6000
5000
4000
D
3000
B
2000
A
800
0
100 300500 700 900 Q
200 400600 800
Rp
D1
1600
800
B E1
100 300 650 800 Q
-800
-1200A1
66 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
Pada gambar 8.3 di atas dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut :
Total Revenue (TR) dan Total Cost (TC), hanya saja di sini penjelasan
melalui Average Cost dan Marginal Cost serta Marginal Revenue. Sebagai
Q P = MR MC AC PROFIT/ TOTAL
UNIT PROFITS
100 8 12 20 - 12 - 1200
200 8 3 11,5 - 3,5 - 700
300 8 1 8 0 0
400 8 1,25 6,31 1,7 680
500 8 2,5 6,55 1,5 750
600 8 4,25 5,33 2,7 1620
650 8 8 5,4 2,6 1690
700 8 8 5,7 2,3 1610
800 8 24 8 0 0
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 67
Gambar 8.4
Rp
MC
12
11
10 AC
9
8 N K d= MR
7 L
6
5
4
3
2
1
0 Q
100 200 300 400 500 600 700 800 900
650
pasar akan
68 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
menurun. Keuntungan akan tergantung dari efisiensi dan teknologi dari
ongkos-ongkos variabel.
Gambar 8.5
Rp
X
MC
AC
M A AVC PX1 = D = AR = MR
L K PX2 = D1 = AR1 = MR1
C PX3 = D” = AR” =
P MR” PX4 = D”’ = AR”’
= MR”’
0 X2 X1 X
2) Bila harga berada pada PX2 berarti firm tidak akan memperoleh laba
tetapi juga tidak mengalami kerugian atau dengan kata lain disebut
dengan normal profit. Dalam keadaan ini firm lebih baik jalan terus
karena masih tetap dapat menutup baik fixed cost maupun variabel
costnya.
3) Bila harga pasar berada pada PX 3 yaitu terjadi pada minimum variabel
cost (pada titik C), dalam keadaan ini firm mengalami kerugian sebesar
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 69
sini firm/perusahaan dapat memilih apakah mau berhenti
atau tidak fixed costnya harus tetap dibeayai. Keadaan ini disebut
4) Bila harga terjadi pada Px4 atau pada keseimbangan MR dan MC pada
titik F, maka firm akan sangat merugi, baik fixed cost maupun variable
cost nya tidak tertutup semuanya. Jelas dalam hal ini bagi firm yang
usahanya saja.
e) Equilibrium jangka panjang bagi sebuah firm
profit normal.
Gambar 8.6
P($)
20 SMC1 SMC3
18 LMC SAC3
16 LAC d1 = MR1
14
12 SAC1 SMC2
10 SAC2
8 d2 = MR2
6
4
2
0
100 200 300 400 500 600 700 800 900 Q
70 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
BAB IX
PASAR MONOPOLI
Bentuk pasar monopoli adalah bentuk pasar dimana hanya satu penjual dari
suatu barang tertentu untuk mana tidak ada barang pengganti yang baik.
Produk yang dijual oleh monopolis harus jelas berbeda dari produk lain yang
dijual dalam pasar oleh lainnya. Berubahnya harga-harga dan output dari
barang lain yang dijual dalam pasar tidak mempengaruhi monopolis atau
apa- apa yang dilakukan monopolis di dalam menentukan harga adalah bebas
dalam industri monopoli. Untuk mencegah masuk firm dalam industri antara
Demand pasar sama dengan demand firm itu sendiri. Demand yang
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 71
Gambar 9.1
$
SMC
12
9
8 A B SAC
7
6
C D = AR
MR
1 L K
Q
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
pangkal. Sifat monopolis yang penting adalah akan terlihat pada hubungan
MR = AR ( 1 - )
TR = P x Q
TR =
U.V
= U.V1 + U1 .V
MR =
=+Q
= p.1 + Q.
=p(1+‘ )
72 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
=p(1–)
Karena P = AR maka MR = AR ( 1 – )
Dalam menentukan harga output tidak ada perbedaan antara bentuk pasar
harga tidak ditentukan sendiri oleh firm tetapi oleh pasar/industri, sedangkan
pembelian input nya, baik itu di dalam pasar monopoli maupun dalam pasar
dapat berproduksi pada optimum scala of plant serta pada output yang
optimum.
Laba adalah merupakan sisa dari Total Revenue (TR) dikurangi dengan
Total Cost (TC). Mungkin seorang monopolis itu akan dapat menguasai
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 73
Monopolis selalu untuk bila menaikkan harga
tetapi tidak akan pernah sama dengan nol, sehingga apabila profit
lebih besar dari satu). Di daerah ini apabila harga dinaikkan maka Total
meningkat.
Diskriminasi Harga
Diskriminasi harga adalah tindakan seorang monopolis untuk mencapai
kwantitas penjualannya.
1. Diskriminasi harga derajat satu, terjadi apabila setiap unit penjualan dikena-
dalam penjualannya :
Bila konsumen membeli 100 unit maka harga per unit Rp 100.000,00
Bila konsumen membeli 500 unit maka harga per unit Rp 125.000,00
150.000,00
Biasanya diskriminasi harga derajat dua ini dijalankan/diterapkan pada tarif
Pada derajat ini perbedaan harga tidak didasarkan pada kuantitas barang,
dijual dalam dua pasar dengan harga berbeda. Diskriminasi harga derajat
tiga ini dapat berjalan apabila terpenuhi dua syarat di bawah ini :
Gambar 9.2
P1 MC
P2 AC
C E
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 75
AR1 & MR1 menunjukkan keadaan pada pasar satu. AR 2 dan MR2 menunjukkan
rata-rata setinggi OC dan harga yang terjadi pada pasar satu setinggi OP 1.
Apabila ternyata beaya produksi besarnya sama dengan nol maka produsen
= 0.
76 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
BAB X
PASAR OLIGOPOLI DAN PERSAINGAN MONOPOLISTIS
penjual dan banyak pembeli di dalam pasar. Karena hanya ada beberapa
pengusaha yang kuat dalam modal dan teknologi menjadi leader atau
dalam kekuatan modal dan juga teknologi akan mengikuti harga jual yang
promosi, misalnya memasang advertensi pada surat kabar, radio, televisi atau
dibagi menjadi dua bagian pada titik harga yang berlaku. Kurve tersebut
T eo ri E ko no mi Mikro I | 77
secara cepat dalam rangka mempertahankan bagian pasarnya dan mengikuti
pasarnya.
Gambar 10.1
P1
P* Klink
P2 Permintaan inelastis
AR
O Q1 Q* Q2 Q
sempurna.
persaingan sempurna, yaitu bahwa produk yang dijual tidak bersifat homogeny,
walaupun perbedaan antara produk yang satu dengan produk yang lain kecil
sekali, tetapi bagi konsumen merasakan adanya perbedaan itu. Seperti adanya
78 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
perbedaan merk, bungkusnya dan mungkin aromanya. Sehingga tidak ada
substitusi yang sempurna antara produk yang dihasilkan oleh pengusaha satu
MC.
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 79
80 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I
DAFTAR PUSTAKA
Richard H Lefwich, The Price System anda Resources Allocation, 7 th Edition, The
Dryden Press Hinsdale, Illinois, 1979.
Boediono & Peter Mc.Cowley, Bunga Rampai Ekonomi Mikro, Gama Press,
Yogyakarta, 1976.
T e o r i E k o n o m i M i k r o I | 81
82 | T e o r i E k o n o m i M i k r o I