Anda di halaman 1dari 73

MAKALAH

MATERI EKONOMI INDUSTRI

Mata Kuliah : Ekonomi Industri


Kelas : EP A

Dosen pengampu : Erwin Kurniawan A, S.E., M.Si.

Disusun oleh :
Andrianus Damai
NIM : 2001016128

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur saya limpahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas segala rahmat-Nya yang diberikan kepada saya sehingga saya dapat
menyusun makalah ini hingga selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih
kepada para penulisan jurnal, laporan, buku, materi, dan semua pihak yang pada
kesempatan ini hasil daripada karyanya saya gunakan sebagai referensi tulisan
saya ini.

Saya sangat berharap semoga tulisan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman serta ilmu yang bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Bahkan saya berharap lebih jauh dari itu, semoga kiranya apa yang ada didalam
tulisan ini dapat diterapkan dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Saya sebagai penyusun dari makalah ini sangat menyadari benar bahwa
masih sangat banyak kekurangan dalam penyususannya, hal ini tentunya karena
semata-mata banyaknya kelemahan dan keterbatasan pengetahuan, pengalaman
dan referensi yang saya dapatkan. Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah saya ini diwaktu
yang akan datang.

Samarinda, 23 Desember 2021

Andrianus Damai

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I 1
Pendahuluan 1
Batasan Istilah 1
BAB II 3
Pembahasan 3
Pertemuan 9 3
A. Ilmu Ekonomi dan Definisi Industri 3
B. Industri Manufaktur dan Jasa 14

Pertemuan 10 29
A. UMKM 29
Pertemuan 11 35
A. Industri dan Kebutuhan Barang Industri 35
B. Cabang-Cabang Industri 35
Pertemuan 12 37
A. Klasifikasi Industri 37
Pertemuan 13 41
A. Konsentrasi Industri 41
B. Pengukuran Konsentrasi Industri 42
C. Penyebab Konsentrasi 50
D. Konsentrasi Industri dan Beberapa Implikasi 55
E. Kesimpulan 56
Pertemuan 14 58
A. Merjer 58
B. Jenis-Jenis Merjer 58
C. Tujuan Merjer 59
D. Contoh Perusahaan Merjer 60
Pertemuan 15 62

2
A. Klasifikasi Berdasarkan SK Menteri Perindustrian 62
Pertemuan 16 66
A. Persyaratan dan Perizinan untuk Usaha Industri 66
BAB III 68
Penutup 68
A. Kesimpulan 68
B. Saran 68
DAFTAR PUSTAKA 69

3
BAB I

Pendahuluan

Pada isi dari makalah ini akan membahasa mengenai berbagai macam
materi terkait Ekonomi Industri. Seperti yang kita ketahui bahwa banyak sekali
terjadi permasalahan-permasalahan dalam perekonomian. Secara sempit Ekonomi
Industri ini lebih berfokus terhadap masalah ekonomi dengan skala mikro.

Ada banyak sekali hal-hal yang dibahas dalam Ekonomi Industri misalnya
saja tentang Struktur Persaingan, Integgrasi, Merjer, dan Konglomerasi ,
Konsentrasi Industri, Ketegaran Harga, Industrialisasi, Keunggulan Komparatif,
Regulasi dan Deregulasi dan lain sebagainya. Tetapi pada makalah ini akan
dibahas beberapa fokus bahasan materi mengenai materi dan teori Ekonomi
Industri antara lain yakni, Definisi dari Ekonomi Industri itu sendiri, Sejarah
Industri, Industri Manufaktur dan Jasa serta perbedaannya, Industri dan Prinsip
Ekonomi, Industri dan Kebutuhan Barang, Cabang-Cabang Industri, Klasifikasi
Industri dan Konsentrasi Industri.

Di dalam pembahasan materi Ekonomi Industri yang akan dituliskan pada


makalah ini nantinya akan menggunakan perspektif ekonomi secara mikro agar
contoh-contoh yang diberikan semakin mudah untuk dimengerti dan didapami
juga agar lebih terlihat nyata dalam penerapannya pada kehidupan ekonomi.

Batasan Istilah

Ekonomi Industri pada dasarnya merupakan bagian dari cabang Ilmu


Ekonomi. Ilmu Ekonomi itu sendiri adalah salah satu dari bagian ilmu sosial yang
khusus mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi,
distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa secara umum.

Ekonomi Industri adalah cabang dari Ilmu Ekonomi Mikro yang khusus
mempelajari keterkaitan antara struktur industri, perilaku industri dan kinerja
industri. Dalam makalah ini akan membahas mengenai Sejarah Industri, Industri

1
Manufaktur dan Jasa, Industri dan Prinsip Ekonomi, Industri dan Kebutuhan
Barang, Cabang-Cabang Industri, Klasifikasi Industri dan Konsentrasi Industri
yang mana semuanya akan menggunakan perspektif ekonomi mikro dalam contoh
dan penerapan yang akan dituliskan dalam makalah ini.

2
BAB II

Pembahasan

Pertemuan 9
Dalam Ekonomi Industri terdapat banyak sekali hal-hal yang menjadi
topik pembahasan perekonomian, maka pada penulisan ini akan diuraikan
beberapa materi yang menjadi pokok pembahasan dalam Ekonomi Industri mulai
dari hal mendasar hingga contoh dan topik bahasan yang lebih mendetail.

A. Ilmu Ekonomi dan Definisi Ekonomi Industri

Ekonomi Industri adalah cabang dari Ilmu Ekonomi khususnya Ekonomi


Mikro. Ilmu Ekonomi adalah cabang dari Ilmu Sosial yang mempelajari perilaku
manusia dalam mengelola sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan
yang tidak terbatas dan mencapai kemakmuran dalam hidup.

Kata “Ekonomi” itu sendiri berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani
yakni “oikos” yang artinya adalah rumah tangga atau keluarga dan kata “nomos”
yang artinya adalah aturan, peraturan atau hukum. Oleh sebab itu, secara
sederhana Ilmu Ekonomi itu dapat diartikan sebagai Ilmu Sosial yang
mempelajari mengenai aturan dalam rumah tangga.

Perlu diketahui bahwa ilmu ekonomi merupakan salah satu bidang dari
ilmu pengetahuaan yang memiliki cakupan sangat luas sekali. Pada dasarnya
setiap ekonom dalam mengartikan ilmu ekonomi itu sama di antara satu ekonom
dengan lainnya. Ada tiga hal pokok yang terdapat dalam pengertian ilmu
ekonomi, yaitu: kelangkaan (Scarcity), kemakmuran (prosperity) dan kepuasan
(satisfaction). Ilmu ekonomi sudah ada sejak Aristoteles (350 SM), akan tetapi
baru menjadi suatu disiplin ilmu tersendiri sejak tahun 1776 melalui tokoh
pelopor seorang ekonom Inggris yakni Adam Smith seorang ekonomi yang
dianggap sebagai seorang bapak ilmu ekonomi. Dimana perkembangan tersebut
bermula setelah Adam Smith menuangkan pemikirannya dan menerbitkannya
dalam salah satu bukunya yang mempunyai judul ”An Into The Nature and

3
Causes of the Wealth of Nation”. Bahkan sampai saat ini beberapa pandangan
beliau masih tetap mendapatkan perhatian dari ahli ekonom. Sedangkan teori
ekonomi mikro yang saat ini kita kenal dirintis Alfred Marshal pada tahun 1870-
an dengan judul bukunya yaitu ”Principle of Economics”.

Banyak pemikiran yang mengemukakan permasalahan ekonomi yang


selalu dihadapi oleh negara, bahkan sebelum Adam Smith. Namun sayang sekali
tulisan para ekonom tersebut tidak dapat dikemukakan dengan baik secara
sistematis. Salah satu faktor penyebabnya karena masih sangat terbatasnya topik
yang dibahas oleh mereka. Selain itu juga masih belum ada analisis secara
menyeluruh tentang segala aspek kegiatan ekonomi yang berkembang di
masyarakat. Dengan berbagai keterbatasan tersebut menjadikan pemikiran
ekonomi masih belum bisa dikatakan dapat berdiri sendiri. Analisis ilmu ekonomi
mempunyai tujuan supaya bisa memperoleh jawaban mengenai pertanyaan
tentang bagaimana caranya dalam memanfaatkan pendapatan atau sumber daya
yang dimiliki supaya dalam penggunaan mereka dapat memperoleh kepuasan dan
kemakmuran maksimal. Dengan adanya berbagai pengertian tersebut, kita bisa
memberikan kesimpulan antara lain di bawah ini.

a. Alat pemuas kebutuhan manusia itu sangat terbatas jumlahnya. Padahal


seperti yang kita tahu bahwa jumlah kebutuhan manusia sangatlah tidak
terbatas. Akan tetapi tidak akan pernah ada seorangpun yang dapat
memenuhi kebutuhan mereka sendiri tanpa bantuan dari pihak yang
lain. Ini berkaitan erat dengan manusia yang disebut sebagai makhluk
sosial.

b. Bagaimana menetapkan pikiran untuk melakukan pilihan (choice) dari


berbagai alternatif yang ada dengan cara mengamati segala interaksi
dan aktivitas diantara agen ekonomi (economic agents), antara lain baik
dari sisi produsen, konsumen dan pemerintah.

Sebagai informasi Perlu diketahui bahwa kebutuhan dan keinginan itu


sangat berbeda. Kebutuhan merupakan suatu hal yang harus dipenuhi, apabila
ditunda pemenuhannya dapat mengganggu kehidupan manusia. Sedangkan
keinginan adalah suatu hal yang apabila tidak dipenuhi tidak akan mengancam

4
keberlangsungan kehidupan manusia. Adapun keinginan seseorang dalam
mendapatkan barang ataupun jasa bisa dikelompokkan sebagai berikut.

a. Keinginan seseorang yang diikuti dengan kemampuannya dalam


melakukan pembelian terhadap barang dan jasa yang sangat mereka
inginkan.

b. Keinginan seseorang yang tidak diikuti dengan kemampuannya dalam


melakukan pembelian terhadap barang dan jasa yang sangat mereka
inginkan.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa jenis kebutuhan seseorang


sangatlah banyak dan juga beragam. Demikian pula berkat kecanggihan teknologi
menyebabkan kebutuhan manusia tidak hanya beragam, akan tetapi terus
bertambah tanpa ada habisnya. Oleh sebab itulah fokus dari kajian tentang Ilmu
Ekonomi dibagi menjadi 2 haluan besar antara lain Mikro Ekonomi dan Makro
Ekonomi. Berikut penjelasan masing-masing Teori:

a. Teori Ekonomi Mikro


Teori ekonomi mikro merupakan suatu bidang dalam ilmu ekonomi
yang sifatnya menganalisis mengenai bagian kecil dari keseluruhan
kegiatan perekonomian. Adapun isu pokok yang dianalisis meliputi
bagaimana caranya menggunakan faktor produksi yang ada secara
efisien supaya kemakmuran masyarakat dapat dimaksimalkan. Teori
ekonomi mikro (yang sering juga ditulis sebagai mikroekonomi)
merupakan cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku
individu baik konsumen dan perusahaan serta bagaimana penentuan
harga-harga pasar dan kuantitas input, barang maupun jasa yang
diperjualbelikan di pasar. Ekonomi mikro ini meneliti bagaimana
keputusan dan perilaku tersebut dapat mempengaruhi penawaran dan
permintaan atas barang dan jasa, akan menentukan harga dan
bagaimana harga, pada gilirannya dapat menentukan penawaran dan
permintaan atas barang dan jasa selanjutnya. Individu bersama
individu yang lain melakukan kombinasi kegiatan konsumsi atau
produksi secara optimal di pasar, selanjutnya akan membentuk suatu

5
keseimbangan (equilibrium) dalam skala makro; dengan asumsi bahwa
semua hal lain dianggap tidak berubah (ceteris paribus).
Perlu diketahui bahwa salah satu tujuan dari ekonomi mikro adalah
menganalisa pasar beserta mekanismenya yang dapat membentuk
harga secara relatif kepada produk dan jasa yang ada, dan
mengaalokasikan sumber yang terbatas diantara banyak penggunaan
alternatif pemenuhan kebutuhan. Ekonomi mikro juga dapat
menganalisis kegagalan pasar (market failure), yaitu ketika pasar gagal
dalam melakukan produksi hasil yang efisien dan disamping itu juga
menjelaskan berbagai kondisi yang secara teoritis dibutuhkan bagi
suatu pasar persaingan sempurna. Adapun bidang penelitian yang
penting dalam ekonomi mikro, yaitu pembahasan mengenai
keseimbangan umum (general equilibrium), keadaan pasar dalam
informasi asimetris dan pilihan dalam situasi ketidakpastian. Serta
berbagai aplikasi ekonomi dari teori permainan. Disamping itu juga
yang patut mendapat perhatian ialah mengenai pembahasan mengenai
elastisitas produk dalam sistem pasar.
Teori ekonomi mikro analisisnya dapat dibuat berdasarkan
pemikiran antara lain sebagai berikut.
1) Kebutuhan dan keinginan manusia jumlahnya sangat tidak terbatas.
2) Kemampuan dari faktor produksi dalam menghasilkan barang dan
jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat sifatnya
terbatas.
b. Teori Ekonomi Makro (Makroekonomi)
Merupakan salah satu bidang dalam ilmu ekonomi yang menganalisis
kegiatan perekonomian secara menyeluruh. Analisis yang dilakukan
dalam makroekonomi ini sifatnya umum dan tidak memperhatikan
kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh unit kecil (individu) dalam
perekonomian. Makroekonomi menganalisis ekonomi secara
keseluruhan, terutama mengenai inflasi, pertumbuhan ekonomi,
pengangguran, berbagai kebijakan perekonomian, serta dampak atas
beragam tindakan kebijakan pemerintah (misalnya adanya perubahan

6
tingkat subsidi dan pajak). Dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
sebuah teori ekonomi makro (makroekonomi) meliputi:
1) Menganalisis kegiatan konsumen, di mana yang dianalisis bukan
perilaku dari seorang pembeli, akan tetapi keseluruhan pembeli
yang ada dalam suatu perekonomian.
2) Menganalisis perilaku produsen, hal ini yang dianalisis bukan
perilaku seorang produsen saja melainkan kegiatan keseluruhan
produsen yang ada dalam perekonomian tersebut (Hidayati, 2019).

Untuk pembahasan mengenai Ekonomi Industri itu sendiri akan dibahas


dalam cabang dari ekonomi mikro yang mempelajari keterkaitan antara struktur
industri, perilaku industry dan kinerja industri. Mata kuliah Ekonomi Industri
menjelaskan lebih jauh konsep-konsep dan metode yang dikembangkan untuk
menganalisis perusahaan-perusahaan dalam industri (pasar), dengan
pengembangan dan pembahasan kasus untuk masing-masing topik, baik di
Indonesia maupun di negara lain. Industri adalah bidang yang menggunakan
ketrampilan, dan ketekunan kerja (bahasa Inggris: industrious) dan penggunaan
alat-alat di bidang pengolahan hasil-hasil bumi, dan distribusinya sebagai
dasarnya.

Maka Industri pada umumnya dikenal dikenal sebagai mata rantai


selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan
dengan bumi, yaitu sesudah pertanian, perkebunan, dan pertambangan yang
berhubungan erat dengan tanah. Kedudukan industri semakin jauh dari tanah,
yang merupakan basis ekonomi, budaya, dan politik.
Dalam ekonomi industri barang industri tersebut dibagi dalam dua
kelompok berbeda yaitu:
a. Industri Barang
Merupakan usaha mengolah bahan mentah menjadi barang setengah
jadi atau barang jadi. Kegiatan industri ini menghasilkan berbagai jenis
barang, seperti pakaian, sepatu, mobil, sepeda motor, pupuk, dan obat-
obatan.
b. Industri Jasa

7
Merupakan kegiatan ekonomi yang dengan cara memberikan pelayanan
jasa. Contohnya, jasa transportasi seperti angkutan bus, kereta api,
penerbangan, dan pelayaran. Perusahaan jasa ada juga yang membantu
proses produksi. Contohnya, jasa bank dan pergudangan. Pelayanan
jasa ada yang langsung ditujukan kepada para konsumen. Contohnya
asuransi, kesehatan, penjahit, pengacara, salon kecantikan, dan tukang
cukur.
Berikut akan diuraikan masing-masing mengenai Industri barang dan jasa.
Secara umum, yang dimaksud dengan barang industri adalah barang yang
dikonsumsi untuk tujuan bisnis. Adapun pengertian barang industri menurut para
ahli di antaranya adalah sebagai berikut.

Menurut Fandy Tjiptono (1999) dan Ngadiman dkk (2008) mendefnisikan


barang industri sebagai barang yang dikonsumsi oleh industriawan (konsumen
antara atau konsumen bisnis) untuk  keperluan selain dikonsumsi langsung yaitu
sebagai berikut.

1) Untuk diubah, diproduksi menjadi barang lain kemudian dijual


kembali (oleh produsen).

2) Untuk dijual kembali (oleh pedagang) tanpa dilakukan


transformasi fisik (proses produksi).

Sedangkan Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2016) menyatakan


bahwa barang industri adalah barang yang dapat diklasifikasikan ke dalam
beberapa jenis berdasarkan peranannya dalam proses produksi dan biaya relatif
yaitu materials and parts, capital items, dan supplies and business services.

1) Materials and Parts adalah barang-barang yang seluruhnya


masuk ke dalam produk jadi. Kelompok dari barang-barang ini
terdiri dari bahan baku serta bahan jadi dan suku cadang.

2) Capital items adalah barang-barang tahan lama yang memberi


kemudahan dalam mengembangkan dan/atau mengelola produk

8
jadi. Kelompok barang ini terdiri dari instalasi dan peralatan
tambahan.

3) Supplies and business services  adalah barang-barang tidak tahan


lama dan jasa yang memberi kemudahan dalam mengembangkan
dan/atau mengelola keseluruhan produk jadi. Supplies terdiri dari
perlengkapan operasi dan business service terdiri atas jasa
pemeliharaan dan reparasi serta jasa konsultasi bisnis.

Contoh Barang Industri


Beberapa contoh barang industri di antaranya adalah sebagai berikut.
1) Materials and parts
Yang termasuk materials and parts di antaranya adalah produk-
produk pertanian termasuk produk hewani dan kekayaan alam
serta component materials dan component parts. Produk-produk
pertanian termasuk produk hewani contohnya beras, buah-
buahan, sayur mayur, kapas, susu murni, dan telur. Adapun
produk-produk kekayaan alam contohnya adalah minyak bumi,
bijih besi, ikan, kayu, rotan, dan lain sebagainya. Component
materials contohnya benang, semen, dan kawat. Adapun contoh
component parts di antaranya adalah ban, motor kecil, dan
sebagainya.
2) Capital Items
Yang termasuk capital items adalah bangunan dan peralatan
serta peralatan tambahan. Bangunan dan peralatan contohnya
pabrik dan kantor. Adapun contoh peralatan di antaranya adalah
generator, komputer, tangga berjalan, mesin bor, mesin diesel,
tungku pembakaran, dan lain-lain. Peralatan tambahan
contohnya perkakas tangan, alat pengangkut, mesin ketik, meja
kantor, dan lain sebagainya. 
3) Supplies and business services
Yang termasuk supplies and business services adalah
perlengkapan operasi, bahan pemeliharaan,  reparasi, jasa

9
pemeliharaan dan reparasi serta jasa konsultasi bisnis.
Perlengapan operasi contohnya minyak pelumas, batu bara, pita
mesin ketik, dan pensil. Adapun contoh bahan pemeliharaan dan
reparasi adalah cat, batu, sapu, dan sikat. Jasa pemeliharaan dan
reparasi contohnya reparasi mesin ketik dan pembersih
kaca/ruangan. Adapun contoh jasa konsultasi bisnis adalah
konsultasi manajemen, konsultasi hukum perpajakan, dan
periklanan. 

Sejarah dari Industri

Industri berawal dari pekerjaan tukang atau juru. Sesudah mata


pencaharian hidup berpindah-pindah sebagai pemetik hasil bumi, pemburu, dan
nelayan di zaman purba, manusia tinggal menetap, membangun rumah, dan
mengolah tanah dengan bertani, dan berkebun serta beternak. Kebutuhan mereka
berkembang misalnya untuk mendapatkan alat pemetik hasil bumi, alat berburu,
alat menangkap ikan, alat bertani, berkebun, alat untuk menambang sesuatu,
bahkan alat untuk berperang serta alat-alat rumah tangga. Para tukang, dan juru
timbul sebagai sumber alat-alat, dan barang-barang yang diperlukan itu. Dari situ
mulailah berkembang kerajinan, dan pertukangan yang menghasilkan barang-
barang kebutuhan. Untuk menjadi pengrajin, dan tukang yang baik diadakan pola
pendidikan magang, dan untuk menjaga mutu hasil kerajinan, dan pertukangan di
Eropa dibentuk berbagai gilda (perhimpunan tukang, dan juru sebagai cikal bakal
berbagai asosiasi sekarang).

Pertambangan besi, dan baja mengalami kemajuan pesat pada abad


pertengahan. Selanjutnya pertambangan bahan bakar seperti batubara, minyak
bumi, dan gas maju pesat pula. Kedua hal itu memacu kemajuan teknologi
permesinan, dimulai dengan penemuan mesin uap yang selanjutnya membuka
jalan pada pembuatan, dan perdagangan barang secara besar-besaran, dan massal
pada akhir abad 18, dan awal abad 19. Mulanya timbul pabrik-pabrik tekstil
(Lille, dan Manchester) dan kereta api, lalu industri baja (Essen) dan galangan
kapal, pabrik mobil (Detroit), pabrik alumunium. Dari kebutuhan akan pewarnaan

10
dalam pabrik-pabrik tekstil berkembang industri kimia, dan farmasi. Terjadilah
Revolusi Industri.
Revolusi industri sudah ada sejak abad ke-18, dimana pada saat
itu masyarakat pertanian menjadi lebih maju dan uban. Namun,
semenjak adanya kereta api lintas benua, mesin uap, listrik dan
berbagai penemuan lainnya mampu mengubah masyarakat
secara permanen. Sudah diketahui bahwa revolusi industri ini sendiri yakni
perubahan besar dalam kehidupan manusia saat memproduksi barang maupun
jasa. Hingga saat ini, revolusi industri telah memasuki revolusi industri keempat
atau biasa dikenal dengan istilah Revolusi Industri 4.0. Sampai revolusi industri
keempat ini, sudah banyak perubahan yang terjadi yang berdampak pada seluruh
bidang dalam aspek kehidupan seperti ekonomi, politik, sosial dan budaya.
Pengertian Revolusi industri ini sendiri merupakan suatu keadaan dimana
banyak aspek kehidupan yang terpengaruh oleh perubahan global yang tengah
terjadi. Revolusi industri dapat dilihat pada proses produksi barang atau jasa yang
mulanya sulit, memakan waktu lama dan biaya yang mahal menjadi lebih mudah,
cepat dan lebih murah.
Revolusi industri menjadi salah satu cara untuk mengatasi kelangkaan.
Dengan revolusi industru, maka risiko kelangkaan dapat diminimalisir atau
bahkan dapat dihilangkan sehingga tenaga, waktu dan biaya yang dibutuhkan bisa
dialihkan ke hal yang lebih produktif. Untuk mengetahui perkembangan dari
revolusi industri, mari simak penjelasan berikut.
Sebelum revolusi industri 1.0 ini terjadi, manusia memproduksi barang
dan jasa hanya mengandalkan tenaga otot, air dan tenaga air. Ini menjadi kendala
yang cukup besar mengingat tenaga-tenaga tersebut cukup terbatas misalnya saat
membutuhkan tenaga manusia dalam mengangkat barang berat atau menggunakan
katrol maka manusia membutuhkan istirahat secara berkala sehingga hal ini tidak
efektif dan efisien.
Selain tenaga otot, tenaga lain yang sering digunakan adalah tenaga air dan
angin. Biasanya tenaga ini digunakan untuk penggilingan, untuk memutar
penggilingan tentu sangatlah berat sehingga seringkali manusia menggunakan
kincir air ataupun angin. Yang menjadi kendala dalam tenaga ini adalah manusia

11
tidak bisa menggunakannya dimana saja, hanya dapat menggunakannya di dekat
air terjun dan di daerah dengan angin kencang.
Hingga tahun 1776, James Watt menemukan mesin uap dan mampu mengubah
sejarah. Penemuan mesin uap ini menjadikan proses produksi lebih murah dan
efisien. Tidak ada lagi masalah tempat dan waktu dalam memproduksi sesuatu.
Tidak seterkenal revolusi industri 1.0, pada revolusi industri 2.0 sudah
terjadi di awal abad ke-20. Sebelum adanya revolusi industri 2.0 memang proses
produksi sudah cukup berkembang, dimana tenaga otot tidak banyak diperlukan
karena pabrik sudah menggunakan tenaga mesin uap dan listrik.
Namun, kendala di revolusi industri 2.0 ini adalah proses transportasi.
Untuk memudahkan proses produksi dalam pabrik yang cukup luas, alat
transportasi pengangkutan barang berat sangatlah diperlukan. Sehingga pada
tahun 1913, diciptakan “Lini Produksi” menggunakan ban berjalan dan proses
produksi berubah total.
Pada revolusi industri 3.0, yang digantikan adalah tenaga manusianya.
Dimana pada revolusi industri ini penemuan mesin bergerak yang berpikir
otomatis seperti komputer dan robot. Saat itu dunia bergerak memasuki era
digitalisasi. Sebelumnya aktivitas yang hanya bisa dilakukan manusia seperti
menghitung, menyimpan dokumen dan lain sebagainya kini bisa dilakukan oleh
komputer. Kemajuan teknologi pada revolusi industri 3.0 sangat memudahkan
pekerjaan manusia sehingga potensi terbesar manusia yang sebenarnya dapat lebih
dioptimalkan seperti menciptakan karya, memimpin, dan berpikir.
Revolusi industri 4.0 sudah menerapkan konsep automatisasi yang
dilakukan oleh mesin tanpa memerlukan tenaga manusia dalam
pengaplikasiannya. Hal ini dilakukan untuk efisiensi waktu, tenaga kerja dan
biaya. Selain itu, pada industri 4.0 pertukaran dan pengambilan data dapat
dilakukan on time saat dibutuhkan melalui jaringan internet. Dengan demikian
proses produksi dan pembukuan yang berjalan dapat termotorisasi oleh pihak
berkepentingan kapan saja dan dimana saja selama terhubung dengan internet.
Sejak itu gelombang industrialisasi berupa pendirian pabrik-pabrik
produksi barang secara massal, pemanfaatan tenaga buruh, dengan cepat melanda

12
seluruh dunia, berbenturan dengan upaya tradisional di bidang pertanian
(agrikultur). Sejak itu timbul berbagai penggolongan ragam industri.
Adapun dampak daripada Revolusi Industri dapat dirasakan dalam
berbagai bidang, adapun dampaknya bagi umat manusia sebagai berikut:
1) Munculnya industri dalam skala besar
2) Meningkatnya mutu hidup menjadi lebih dinamis, dan para
manusia dapat menciptakan berbagai produksi dalam
memenuhi kebutuhannya
3) Harga barang menjadi murah karena sudah menggunakan
proses produksi mesin sehingga proses produksi lebih cepat,
mudah dan murah
4) Meningkatnya urbanisasi ke berbagai kota industri
5) Berkembangnya kapitalisme modern
6) Golongan kapitalis mendesak pemerintah untuk menjalankan
imperialisme modern
Dampak revolusi industri tidak selalu positif, adapun dampak negatifnya
yaitu adalah upah buruh menjadi murah sehingga menyebabkan timbulnya
keresahan yang berakibat terjadinya kriminalitas dan tindakan kejahatan.
Banyak dampak lain yang dapat dirasakan baik dalam bidang ekonomi,
politik dan sosial. Adapun dampak revolusi industri di bidang ekonomi yaitu
munculnya pabrik-pabrik, lahirnya pengusaha kaya, biaya produksi lebih murah
sehingga harga barang menjadi rendah. Namun, sayangnya upah buruh menjadi
kecil dan perdagangan dunia menjadi maju sehingga matinya industri rumah
tangga.
Dampak lain dalam bidang sosial yaitu pusat pekerjaan berpindah ke kota,
sehingga terjadinya urbanisasi besar-besaran ke kota. Hal ini terjadi karena para
buruh tani pergi ke kota untuk menjadi buruh pabrik dan kota besar menjadi padat
dan sesak.
Dalam bidang politik, dampak revolusi industri yaitu:
1) Munculnya kaum borjuis karena kemajuan industri melahirkan
orang kaya baru yang menjadi penguasa industri
2) Tumbuhnya demokrasi dan nasionalisme

13
3) Munculnya imperialisme modern
4) Berkembangnya liberalisme
Deskripsi
Kebanyakan orang mengasumsikan bahwa industri hanyalah kegiatan
ekonomi manusia yang mengolah bahan baku/ bahan mentah menjadi barang
setengah jadi atau bahan jadi. Padahal pengertian industri sangatlah luas, proses
industri ini meliputi semua kegiatan manusia dalam suatu bidang tertentu yang
sifatnya produktif dan komersial. Kata industri berasal dari bahasa Francis kuno
yaitu "industrie" yang berarti aktivitas, tetapi kata tersebut dasarnya berasal dari
bahasa latin yaitu "Industria" yang memiliki arti kerajinan dan aktivitas.
Dalam arti luas industri adalah suatu bidang yang bersifat komersial yang
menggunakan keterampilan kerja serta teknologi untuk menghasilkan suatu
produk dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Produk industri tidak hanya
berupa barang (manufaktur) tetapi juga dalam bentuk jasa (pelayanan), contoh
hasil produksi dalam bentuk jasa seperti misalnya perbankan, asuransi,
transportasi, jasa pengiriman barang dan sebagainya.
Suatu Industri identik dengan tempat dimana berlangsungnya suatu
perindustrian yaitu pabrik, dalam arti luas pabrik adalah tempat manusia, mesin
atau teknologi, material, energi, modal dan sumberdaya dikelola bersama-sama
dalam suatu sistem produksi dengan tujuan menghasilkan suatu produk dan jasa
yang efektif, efisien dan aman yang siap digunakan oleh masyarakat umum
maupun dapat diolah lebih lanjut untuk menghasilkan jenis produk yang lainnya.
Pabrik identik dengan pengolahan bahan baku dan menghasilkan produk jadi
dalam bentuk barang.
Industri jasa adalah (Service Industries) adalah industri yang bergerak
dalam bidang pelayanan atau jasa, baik untuk melayani maupun menunjang
aktifitas industri yang lain serta dapat juga memberikan pelayanan langsung
terhadap masyarakat (kosumen). Industri jenis ini biasanya melakukan aktivitas di
dalam suatu gedung (perkantoran).
B. Industri Manufaktur dan Jasa

Istilah manufaktur berasal dari dua kata bahasa latin, yaitu manus dan
factus yang berarti manus adalah tangan dan factus adalah mengerjakan. Jadi

14
manufaktur artinya mengerjakan dengan tangan atau proses pembuatan produk
yang dikerjakan dengan tangan.

Pengertian manufaktur sekarang adalah proses pembuatan produk dengan


bantuan mesin dan pengontrolan bahkan dikerjakan secara automatis penuh, tetapi
tetap melalui pengawasan secara manual oleh manusia. Industri manufaktur
adalah suatu proses yang merupakan bagian dari cabang industri yang
menggunakan sejumlah peralatan modern seperti mesin industri, yang
menggunakan sejumlah peralatan modern seperti mesin industri, program
manajemen yang teratur dan terukur untuk melakukan traspormasi barang mentah
menjadi barang jadi dan layak jual. Tahapan-tahan dalam industri manufaktur
membutuhkan sebuah proses untuk berproduksi dan integrasi dari berbagai
macam komponen yang digunakan.
Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan
industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara
juga dapat di gunakan untuk melihat perkembangan industri secara nasional di
negara itu. Perkembangan ini dapat di lihat baik dari aspek kualitas produk yang
di hasilkan maupun kinerja industri secara keseluruhan. Sejak krisis ekonomi
dunia yang terjadi tahun 1998 dan merontokkan berbagai sendi perekonomian
nasional, perkembangan industri di indonesia secara nasional belum
memperlihatkan perkembangan yang mengembirakan. Bahkan perkembangan
industri nasional, khususnya industri manufaktur, lebih sering terlihat merosot
ketimbang grafik peningkatannya.
Perkembangan industri manufaktur di indonesia juga dapat di lihat dari
konstribusinya terhadap produk domestik bruto atau PBD. Bahkan pada akhir
tahun 2005 dan awal tahun 2006, banyak pengamat ekonomi yang
mengkhawatirkan terjadinya deindustrialisasi di indonesia akibat pertumbuhan
sektor industri manufaktur yang terus merosot. Deindustrialisasi merupakan gejala
menurunnya sektor industri yang di tandai dengan merosotnya pertumbuhan
industri manufaktur yang berlangsung secara terus menerus. Melorotnya faktor
perkembangan sektor industri manufaktur saat itu mirip dengan gejala yang terjadi
menjelang ambruknya rezim oerde baru pada krisis global yang terjadi pada tahun
1998. Selain menurunkan sumbangannya terhadap produk domestik bruto,

15
merosotnya pertumbuhan industri manufaktur juga menurunkan kemampusnnya
dalam penyerapan tenaga kerja.
Sebagai sektor industri yang sangat penting, perkembangan industri
manufaktur memang sangat di andalkan. Penurunan pertumbuhan sektor industri
ini dapat menimbulkan efek domino yang sangat meresahkan. Bukan saja akan
menyebabkan PDB menurun namun yang lebih mengkhawatirkan adalah
terjadinya gelombang pengangguran baru. Apalagi problem pengangguran yang
ada saat ini saja masih belum mampu diatasi dengan baik.
Contoh industri Manufaktur, yaitu : Industri semen, obat-obatan, otomotif,
elektronika, pakaian, makanan & minuman, tekstil, sepatu, barang keperluan
rumah tangga, dan lain lain. Berikut akan diuraikan contoh industrinya;
Industri perusahaan tekstil ini adalah contoh perusahaan manufaktur yang
paling banyak beroprasi di indonesia. Kelebihan yang di miliki perusahaan ini
adalah bisa menyerap banyak tenaga kerja karena merupakan industri padat karya,
dalam melakukan proses produksinya, perusahaan ini mengolah serat kayu, kapas
dan bulu binatang terutama domba yang di olah menjadi benang, kemudian dari
benang lagi di olah lagi menjadi kain. Inilah yang di maksud dengan teknologi
rekayasa yang menggunakan mesin atau alat produksi.
Industri Garmen, contoh perusahaan manufaktur ini bisa di sebut sebagai
perusahaan hilir dari industri tekstil. Sedang industri tekstilnya sendiri di sebut
sebagai industri hulu. Perusahaan garmen ini juga merupakan salah satu industri
padat karya yang banyak membantu banyak program pemerimtah untuk
mengurangi angka pengangguran. Industri ini mengolah atau menjadikan kain
menjadi barang produksi lain berupa baju atau pakaian. Tentu saja alat yang
paling utama di gunakan dalam industri ini adalah mesin jahit.
Industri barang kerajinan, meski sering membentuk usaha kecil atau
menengah, namun contoh perusahaan manufaktur yang satu ini tidak bisa di
pandang sebelah mata begitu saja. Karena nilai devisa yang di hasilkan dari
industri ini juga cukup besar perananya dalam memajukan dunia perekonomian di
indonesia. Kebanyakan hasil produksi ini dalah untuk konsusmsi luar negri atau
ekspor. Proses produksi dari industri jenis ini biasanya di ambil dari bermacam-

16
macam bahan, terutama yang bersifat bekas dan ramah lingkungan menjadi
produk baru dengan nilai lebih pada penampilannya.
Industri otomotif adalah contoh perusahaan manufaktur yang
menggunakan teknologi tinggi. Demikian pula dengan alat atau mesin yang di
gunakan. Namun meski demikian, perusahaan ini juga banyak menyerap tenaga
kerja, mulai dari proses produksinya hingga sampai pada penjualan serta
pelayanan purna jualnya.
Industri elektronika perusahaan manufaktur yang satu ini keadaannya juga
tidak berbeda jauh dengan industri otomotif. Untuk teknologinya masih

mengandalkan teknologi dari luar negeri.


Industri barang keperluan rumah tangga perusahaan manufaktur yang satu
ini banyak sekali jenisnya. Ada yang bersekala kecil namun ada pula yang
berskala besar, misalnya industri pembuatan piring, gelas, sendok dan sebagainya.
Kemudian ada industri mebel dan keperluan interior lainya.
Nilai strategis kebangkitan industri manufaktur bagi Indonesia terletak
pada kemampuan mengubah paradigma ekonomi ekstraktif (yang mengandalkan
SDA) menjadi ekonomi produktif (yang mendayagunakan cipta, rasa, dan karsa).
Tema kebangkitan industri manufaktur adalah hilirisasi industri dimana sumber
daya alam yang selama ini masih diekspor dalam bentuk mentah, harus
dimanfaatkan sebagai bahan baku industri dalam negeri sehingga menghasilkan
komoditi ekspor bernilai tambah tinggi.
Strategi untuk mencapai kebangkitan industri manufaktur nasional adalah
dengan meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam terbarukan untuk
mensubstitusi penggunaan sumber daya alam tidak terbarukan. Teknologi industri
(teknologi proses dan produk) berperan sebagai enabler (wahana untuk
mewujudkan) cita-cita kebangkitan industri manufaktur nasional dengan
mendayagunakan cipta, rasa, karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat Indonesia.
Dalam industri manufaktur Indonesia, terdapat 3 sektor industri yang
memiliki kontribusi terbesar dari tahun 2000-2010 yaitu :
1) Industri makanan, minuman, tembakau : 33,60%
2) Industri Alat Angkut, Mesin, dan Peralatannya : 28,14%

17
3) Industri Pupuk, Kimia & Karet : 12,73%
Industri Pelayanan / Jasa (Service Industries), yaitu industri yang
bergerak dibidang pelayanan atau jasa, baik untuk melayani dan menunjang
aktifitas industri yang lain maupun langsung memberikan pelayanan / jasa kepada
konsumen.
Pengertian dari sektor ini adalah sektor bisnis yang memfokuskan pada
usaha jasa pelayanan di mana yang diperdagangkan tidak ada wujud fisiknya, oleh
karena yang diperdagangkan adalah jasa pelayanannya. Di indonesia seperti
kebanyakan negara-negara berkembang lain sektor jasa memainkan suatu peranan
penting dalam perekonomian.
Produktifitas sektor jasa tumbuh lebih lambat dari pada sektor ekonomi
lainnya, tetapi dalam tahap-tahap awal perkembangan di kebanyakan negara-
negara eropa dan jepang, tenaga kerja dalam sektor jasa jauh lebih produktif
daripada dalam ekonomi secara keseluruhan, karena ekonominya masih di
dominasai oleh sektor pertanian yang rendah produktivitasnya. Jadi jika ada
kecenderungan untuk rasio produktivitas tenaga kerja sektor jasa terhadap
produktifitas ekonomi secara luas, untuk lambat laun menurun hingga mendekati
kesatuan.
Sehubungan dengan produktifitas tenaga kerja dalam sektor jasa di
Indonesia bahwa tenaga kerja dalam setiap bagian dari sektorjasa lebih produktif
daripada rata-rata nasional, dan jauh lbih produktif daripada tenaga kerja dalam
pertanian. Walau sektor perdagangan menyerap proporsi tinggi dari tenaga kerja
non pertanian di indonesia, produktifitas tenaga kerjadalam sektor itu pada tahun
1985 misalnya, adalaha 12% di atas rata-rata nasional.
Di tinjau dari permintaan internasional akan output sektor jasa, secara
tradisional indonesia adalah penginpor banyak jasa, trmasuk traspor dana banyak
ragam jasa profesional. Seperti di kebanyakan negara yang sedang berkembang
sejauh ini ekpor sektor jasa yang terpenting adalah bidang-bidang yang
berhubungan dengan pariwisata. Selama tahun 1970-an pertumbuhan industri
pariwisata indonesia terganggu oleh halangan yang sama-sama mempengaruhi
kebanyakan industri ekspor non minyak dan persaingan import.

18
Apresiasi rill rupiah yang di sebabkan oleh ledaka minyak membuat
indonesia sebuah tunjuan wisata yang berbiaya tinggi di bandingkan dengan
banyak nya negara asia dan pasifik lainnya. Sedangkan peraturan pemerintah
mengenai investasi asing dan domestik serta penerbangan, bersama dengan
pengurusan visa yang berlangsung lama telah menghalangi perkembangan
vasilitas wisatawan standar internasional.
Sektor jasa memiliki bagian yang lebih tinggi dalam pekerjaan non
pertanian di indonesia jika di bandingkandengan kecenderungan historis di
negara-negara yang sekarang sudah maju. Pekerjaan dalam jasa publik telah
tumbuh cepat di indonesia sejak kemerdekaan dan bahwa hal ini merupakan
sebuah faktor yang menyumbang kepada tingginya persentase dari tenaga kerja
non pertanian dalam jasa. Pada hakekatnya hanya kira-kira 30% dari tenaga sektor
jasa di indonesia adalah pegawai dalam pemerintah, masyarakat, domestik,
pelayanan sosial dan tidak semua dalam faktor publik.
Walaupun tidak perlu di ragukan bahwa sektor pemerintahan menyerap
persentase tinggi dari pekerja yang berkualifikasi pasca sekolah menengah di
indonesia, tidaklah benar bahwa pekerjaan pelayaran sipil di perluas semata-mata
untuk menampung suplai lulusan sekolah menengah atas. Ketika output
manufaktur dam jasa komplementer tumbuh dalam tahun 1990-an maka lebih
banyak lagi lulusan sekolah lanjutan pertama dan dan harus di seraap dalam sektor
perindustrian, perbankan, dan keuangan. Industrialisasi yang telah muncul di
indonesia sejak akhir tahun 1960-an menjadi lebih padat modal daripada yang di
benarkan oleh kekayaan sumberdaya indonessia yang utama, dan bahwa hal ini
merupaka alasan penting bagi bagian yang rendah dari tenaga kerja nonpertanian
yang terserap ke dalam pekerjaan industri.
Salah satu sektor yang menjadi harapan untuk tumbuh pesat dan menjadi
salah satu penopang ekonomi di tahun 2011 ini adalah sektor jasa. Sektor jasa
merupakan sektor penyumbang PDB terbesar setelah sektor manufaktur di negara
kita. Sementara itu jika melihat berdasarkan pertumbuhan sektor jasa, sektor yang
mengalami pertumbuhan terbesar (q/q) di kuartal ketiga lalu adalah jasa
pengangkutan dan komunikasi yaitu sebesar 5.12%, di mana jasa perdagangan,
perhotelan dan restoran hanya menempati urutan ketiga dengan pertumbuhan

19
kuartalan sebesar 3.86%. Jasa konstruksi menempati urutan kedua dari segi
pertumbuhan dengan besaran 4.27%. elihat dari sumbangan sektor jasa terhadap
PDB Indonesia yang secara signifikan mengalami kondisi yang stabil dari tahun
ketahun dapat diharapkan bahwa akan terjadi pertubuhan yang kembali positif.
Sektor jasa sebenarnya sangat luas dibandingkan sektor barang. Bila kita
melihat neraca produk domestik bruto (PDB) yang menjadi ukuran perekonomian
suatu negara, sektor barang terdiri dari pertanian, industri dan manufaktur, dan
pertambangan. Di luar ketiganya adalah sektor jasa dan itu mencapai 50% dari
keseluruhan volume perdagangan. Makin maju suatu negara makin besar pula
porsi perdagangan jasanya. Memang agak berbeda karakteristik negara Amerika
Utara atau Eropa Barat dengan negara-negara di Asia, Amerika Serikat dan Eropa,
sektor barangnya tidak pernah begitu tinggi, lain halnya dengan negara-negara di
Asia yang umumnya sektor barangya cukup tinggi. Jenis-jenis jasa ini bermacam-
macam seperti jasa bangunan, listrik, perdagangan, perhotelan, parawisata,
perbankan, dan bahkan jasa tenaga kerja.
Di Indonesia, sektor jasa sudah mencapai 50% dari keseluruhan volume
ekonomi. Namun jenis-jenis jasa tersebut masih didominasi jasa tradisional.
Bukan jasa modern yang terstruktur dalam sebuah perusahaan, masih informal
dan perorangan. Walaupun jumlah uang berputar di sektor jasa di Indonesia
semakin modern seperti jasa asuransi dan perbankan.
Dalam sektor jasa ada empat mode liberalisasi. Yang dua adalah
produknya saja yang bergerak. Dua yang lain adalah orangnya juga turut hadir.
Yang umum dianut adalah mulai dari mode satu dua kemudian ketiga dan
keempat. Namun bila menerapkan mode satu, kita justru tidak mendapatkan apa-
apa sementara ia berdagang disini. Sekarang terpikir untuk mengundang investor
dan kita mendapatkan keuntungan dalam bentuk-bentuk lain seperti pajak. Jadi
beberapa peraturan sudah siap tapi di bidang lainnya belum.
Banyak bidang bila kita baca peraturannya yang dibutuhkan oleh investor
hanya satu saja yaitu Surat Ijin Usaha Perdagangan. Padahal perdagangan bidang
jasa perangkat peraturannnya paling penting. Demikian juga halnya dengan tenaga
kerja. Harusnya sudah ada peraturan tentang mekanisme masuknya tenaga kerja
asing. Ada asosiasi keprofesian, standarisasi, dan sertifikasi.

20
Di banyak profesi kita tidak memilikinya. Hanya beberapa profesi saja
yang sudah punya profesi tersebut seperti akuntan, pengacara/hukum, maupun
dokter. Padahal di bidang tenaga kerja harus ada saling pengakuan akan standar
kualitas tenaga kerjanya. Misalnya akuntan Indonesia diakui sama dengan akuntan
mereka. Di masa depan, untuk membuka atau menutup suatu profesi peraturannya
sangat tersembunyi.
Contoh Industri Jasa, yaitu: Asuransi, Bursa efek, Perbankan,
Transportasi, Pendidikan, Perdagangan, Perawatan kesehatan, Telekomunikasi,
dan lain lain.
Perbedaan Dasar antara Industri Manufaktur dan Jasa
Perbedaan dasar antara kedua jenis industri tersebut, seperti berikut:
1) Industri manufaktur memiliki kemungkinan yang kecil dalam hal
kontak langsung dengan konsumen karena aktifitas industri
tersebut lebih banyak dilakukan dalam suatu pabrik sedangkan
industri jasa memiliki pegawai khusus yang bertugas untuk
melayani para konsumen.
2) Industri manufaktur merupakan industri yang mengolah bahan
mentah menjadi bahan jadi sehingga dapat digunakan oleh para
konsumen dan masyarakat umum, sedangkan industri jasa yang
menyediakan pelayanan jasa kepada konsumen yang
membutuhkan.
3) Produk dari industri manufaktur bersifat tahan lama dan bersifat
fisik (memiliki wujud) sedangkan industri jasa tidak berwujud.
4) Hasil keluaran (produk) dari industri manufaktur dapat disimpan
dengan jangka waktu tertentu sedangkan hasil dari industri jasa
hanya dapat dinikmati.
5) Jangka waktu kerja industri manufaktur relatif lebih lama jika
dibandingkan dengan industri jasa.
Industri dan Prinsip Ekonomi
Pengertian prinsip ekonomi adalah panduan dalam kegiatan ekonomi
untuk mencapai perbandingan rasional antara pengorbanan yang dikeluarkan dan
hasil yang diperoleh. atau Prinsip ekonomi dapat juga diartikan pengorabanan

21
sekecil-kecilnya untuk memperoleh hasil tertentu, atau dengan pengorbanan
tertentu untuk memperoleh hasil semaksimal mungkin.
Ekonomi merupakan sebagian ilmu sosial yang berhubungan dengan
produksi, distribusi, dan konsumsi mengenai barang dan jasa. Istilah ekonomi
berasal dari bahasa Yunani dari kata oikos yang berarti keluarga, rumah, tangga.
dan nomos yang berarti peraturan, aturan, hukum.
Prinsip Ekonomi memberi kita keuntungan yang pertama adalah dapat
memaksimalkan keuntungan dimana mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya,
keuntungan kedua adalah meminimalkan kerugian dimana dengan pengorbanan
yang sekecil-kecilnya. Prinsip ekonomi berlaku dalam tiga kegiatan ekonomi
yaitu produksi, distribusi, dan konsumsi.
Prinsip Ekonomi dalam Kegiatan Produksi
Dalam kegiatan produksi adalah dasar dalam menghasilkan barang dan
jasa sebanyak-banyaknya dengan biaya produksi dan pengorbanan tertentu.
Contoh Penerapannya - Contoh-contoh penerapan prinsip ekonomi pada kegiatan
produksi
1) Mendirikan tempat usaha dekat dengan bahan baku, tenaga kerja
atau daerah pemasaran
2) Menggunakan tenaga kerja yang terampil
3) Memakai bahan baku yang berkualitas terbaik, namun dengan
harga paling murah
4) Memakai sumber daya misalnya modal, tenaga kerja, dan waktu
seefisien mungkin.
5) Memakai mesin modern dengan produktivitas yang tinggi namun
dengan biaya yang rendah
6) Menentukan harga jual yang menguntungkan
7) Menentukan barang dan jasa yang akan dihasilkan
Prinsip Ekonomi dalam Kegiatan Distribusi
Dalam kegiatan distribusi adalah penyaluran barang dan jasa dari produsen
ke konsumen.
Contoh Penerapan - penerapan prinsip ekonomi berdasarkan kegiatan distribusi;
1)Meningkatkan kualitas pelayanan

22
2) Penyaluran barang yang tepat waktu
3) Memakai sarana distribusi yang dengan harga murah
4) Membeli barang dari produsen secara langsung
5) Menyediakan barang dan jasa yang populer bagi konsumen
6) Membeli barang di produsen yang tepat
7) Menentukan lokasi perusahaan yang berada di antara produsen
dan konsumen
Prinsip Ekonomi dalam Kegiatan Konsumsi
Dalam kegiatan konsumsi adalah upaya dalam memperoleh kepuasaan
sebesar-besarnya dari sautu barang atau jasa dengan pengorbanan dan penggunaan
anggaran tertentu.
Contoh Penerapan
Contoh-contoh penerapan prinsip ekonomi berdasarkan kegiatan konsumsi
1) Membeli barang yang berkualiatas
2) Membeli barang dengan harga terjangkau atau murah
3) Membuat daftar barang yang dibutuhkan
4) Memilih barang sebelum membelinya
5) Mengadakan tawar menawar sebelum membeli barang
6) Mampu mengendalikan pengeluaran dengan memperhatikan
pendapatan kita
Tujuan Prinsip Ekonomi
Tujuan Prinsip Ekonomi - Tujuan melakukan tindakan menurut prinsip
ekonomi adalah sebagai berikut
1) Mendapatkan keuntungan yang semaksimal mungkin
2) Memperkecil adanya kerugian akibat dari kesalahn-kesalahan
tertentu
3) Mencegah terjadinya konsumsi yang boros
4) Mempergunakan kemampuan dan modal yang dimiliki
Penerapan Prinsip Ekonomi
Prinsip Ekonomi Menurut Gregory Mankiw diantaranya Orang-orang
menghadapi trade-off, biaya adalah apa yang orang korbankan untuk
mendapatkan sesuatu, orang rasional berpikir pada batas-batas, juga tanggap

23
terhadap insentif. Simak prinsip-prinsip lain beserta penjelasan lengkapnya
berikut ini:
1. Pengorbanan Biaya Dibutuhkan Untuk Mendapatkan Sesuatu
Biaya atau disebut juga dengan opportunity cost adalah
pengorbanan yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau perorangan untuk
mendapatkan sesuatu. Biaya dapat juga berarti pengorbanan yang
bertujuan untuk memperoleh suatu komoditi.
Pengorbanan itu dapat berupa uang, barang, tenaga, waktu maupun
kesempatan. Pengorbanan yang tidak bertujuan sendiri disebut juga
sebagai pemborosan. Berdasarkan tujuan pengambilan, biaya terbagi lagi
menjadi Biaya Relevan “Relevant Cost” (Biaya yang terjadi pada suatu
alternatif tindakan tertentu, tetapi tidak terjadi pada alternatif tindakan lain.
Biaya relevan akan mempengaruhi pengambilan keputusan, oleh
karena itu biaya relevan harus dipertimbangkan dalam pembuatan
keputusan), kedua Biaya Tidak Relevan “Irrelevant Cost” (Biaya tidak
relevan merupakan biaya yang tidak berbeda diantara alternatif tindakan
yang ada.
Irrelevant cost tidak mempengaruhi pengambilan keputusan dan
akan tetap sama jumlahnya tanpa memperhatikan alternatif yang dipilih.
Oleh karena itu biaya tidak relevan tidak harus dipertimbangkan dalam
pembuatan keputusan.
2. Berfikir Rasional
Rasional adalah pengambilan keputusan menurut pikiran dan
pertimbangan yang logis. Senada dengan definisi tersebut, kamus Oxford
menjelaskan rasional memiliki makna berdasarkan atau sesuai dengan
nalar atau logika, mampu berpikir secara bijaksana atau logis, dan
memiliki kemampuan bernalar.
Para ahli mengungkapkan bahwa pemikiran rasional merupakan
kemampuan seseorang untuk menarik kesimpulan yang berdasar dan dapat
dibenarkan atau didukung oleh data, aturan, serta logika. Dari pengertian
di atas, dapat disimpulkan bahwa rasional merupakan kata sifat yang
berkaitan dengan kemampuan seseorang berpikir relevan dan logis,

24
didukung data terpercaya, serta dibenarkan oleh aturan yang berlaku.
Dalam prinsip ekonomi, pembuat keputusan yang rasional akan
menghasilkan marginal benefit.
3. Pasar Sebagai Tempat Terjadinya Kegiatan Ekonomi
Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur,
hubungan sosial dan infrastruktur tempat usaha menjual barang, jasa, dan
tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Pasar dalam ilmu
ekonomi adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan
transaksi ekonomi.
Pasar tidak menunjuk pada lokasi atau tempat tertentu, karena
pasar tidak mempunyai batas geografis. Dalam hal ini, pasar merujuk pada
semua kegiatan penawaran dan permintaan untuk tenaga kerja, modal,
surat berharga, dan uang.
Fungsi pasar diantaranya sebagai Sarana Distribusi atau
memperlancar proses penyaluran barang dan jasa dari produsen ke
konsumen, Menetapkan Nilai Pasar akan menetapkan harga suatu barang
atau jasa tertentu sesuai dengan permintaan dan penawaran yang terjadi di
pasar yang telah disepakati oleh produsen dan konsumen terakhir sebagai
sarana Promosi, artinya Pasar juga dimanfaatkan sebagai tempat bagi
produsen untuk memasarkan hasil produksi mereka kepada calon
konsumen (pembeli).
4. Pemerintah Memiliki Kewenangan untuk Meningkatkan Faktor Produksi
Intervensi di bidang ekonomi biasanya dilakukan oleh pemerintah.
Hal ini dilakukan untuk membantu pedagang-pedagang di pasar sehingga
dapat menguntungkan kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli.
Karenanya, saat ini penjual dapat dengan mudah memaksimalkan
penghasilannya dengan cara menambahkan pemasukan atas barang atau
stok dagang dengan begitu akan memperoleh hasil yang cukup maksimal.
Contoh Prinsip Peningkatan Faktor Produksi yaitu dengan Semakin
bertambahnya perusahaan yang bangkrut mengakibatkan terjadinya
kegagalan pasar.

25
Dalam hal tersebut pemerintah kemudian dapat ikut andil untuk
menyelamatkan semua perusahaan tersebut dari kebangkrutan, dan
menjaga kelancaran setiap produksi. Tidak hanya itu saja pemerintah juga
akan memperkecil angka pengangguran dengan cara but out, atau sebutan
lainnya pengambil alih suatu perusahaan oleh pihak pemerintah.
5. Trade-Off and Opportunity Cost
Pada setiap pengambilan keputusan ekonomi, seseorang akan
dihadapkan pada suatu pilihan, dimana pilihan yang satu akan
mengorbankan pilihan yang lainnya. Trade off yang dialami oleh semua
masyarakat ialah efisiensi dan pemerataan, artinya setiap masyarakat
diharapkan mendapat hasill yang optimal dari sumber daya langka yang
tersedia, juga pembagian hasil dari sumber daya langka secara merata 
kepada seluruh lapisan masyarakat.
6. Standar Hidup Negara Bergantung pada Kemampuan dalam Memproduksi
Barang dan Jasa
Standar kehidupan suatu negara berbanding lurus dengan
kemampuannya menghasilkan barang dan jasa. Apabila kemampuanya
dalam melakukan produksi  barang dan jasa cukup tinggi maka standar
kehidupannya pun tinggi, hal ini berlaku sebaliknya.
Dimana tingkat pertumbuhan dan produktivitas dijadikan sebagai
penentu bagi tingkat pertumbuhan pendapatan rata-rata masyarakat di
negara tersebut. Contoh negara yang sudah maju dalam hal teknologi
adalah negara jepang. Namun, bukan hanya dalam hal teknologi tapi juga
dalam bidang industri jepang masih yang terunggul.
Negara jepang sendiri memiliki kemampuan dalam memproduksi
suatu barang yang berkualitas dengan kuantitas yang banyak, hal ini
dikarenakan negara jepang mempunyai kemampuan yang mumpuni dalam
hal teknologi. Prinsip standar hidup suatu negara juga berpengaruh
terhadap tingkat pengangguran di masyarakat.
7. Perdagangan Menguntungkan Semua Pihak
Perdagangan adalah tatanan kegiatan terkait transaksi Barang dan
atau Jasa di dalam negeri dan melampaui batas wilayah negara dengan

26
tujuan pengalihan hak atas Barang dan Jasa untuk memperoleh imbalan
atau kompensasi.
Kegiatan Perdagangan sendiri merupakan penggerak utama
pembangunan perekonomian nasional yang memberikan daya dukung
dalam meningkatkan produksi, menciptakan lapangan pekerjaan,
meningkatkan Ekspor dan devisa, memeratakan pendapatan, serta
memperkuat daya saing Produk Dalam Negeri demi kepentingan nasional.
8. Harga akan Meningkat Jika Pemerintah Mencetak Uang Dalam Jumlah
Yang Banyak
Tingginya tingkat peredaran uang akibat tingginya produksi uang
itu sendiri, menyebabkan nilai uang menjadi kurang berharga, hal ini
kemudian menyebabkan  harga barang yang naik karena nilai dari uang
tersebut menurun. Contoh Prinsip Regulasi Uang terjadi di negara
Zimbabwe yang mengalami hiperinflasi, yaitu munculnya mata uang
kertas sampai dengan 10 Milyar.
9. Masyarakat Menghadapi Trade-Off Jangka Pendek Antara Inflasi dan
Pengangguran
Trade-off antara inflasi dan pengangguran sifatnya hanyalah
sementara, namun dapat berlangsung bertahun-tahun. Di negara tertentu
meningkatnya inflasi akan mengurangi pengangguran. Namun hal tersebut
tampaknya tidak terjadi di Indonesia.
Inflasi sendiri adalah “Keadaan perekonomian yang ditandai oleh
kenaikan harga secara cepat sehingga berdampak pada menurunnya daya
beli; sering pula diikuti menurunnya tingkat tabungan dan atau investasi
karena meningkatnya konsumsi masyarakat namun hanya sedikit saja
untuk tabungan jangka panjang; menurut ilmu ekonomi modern, terdapat
dua jenis inflasi yang berbeda yaitu inflasi karena dorongan biaya (cost-
push inflation) dan inflasi karena meningkatnya permintaan (demand-pull
inflation).
Berdasarkan kenaikan harga, inflasi dibagi ke dalam 4 jenis, yaitu
Inflasi ringan (kenaikan harga di bawah 10% dalam setahun), Inflasi
sedang (kenaikan harga di antara 10% – 30% dalam setahun), Inflasi berat

27
(kenaikan harga di antara 30% – 100% dalam setahun), Hiperinflasi atau
inflasi tak terkendali (kenaikan harga di atas 100% dalam setahun).
10. Setiap Orang Lebih Tanggap Kepada Insentif
Umumnya orang akan lebih aktif bila ia mendapatkan keuntungan
tambahan dari yang akan ia kerjakan. Hal ini menjadi dasar 10 prinsip
ekonomi dimana orang akan lebih bereaksi jika ada timbal balik yang
didapatkan.
Contohnya seseorang akan bekerja sesuai porsi saat
penghasilannya sama dengan yang sebelumnya, namun saat mendapatkan 
insentif maka ia akan bekerja secara lebih ekstra dibandingkan
sebelumnya.
Ciri-Ciri Orang Yang Menerapkan Prinsip Ekonomi

1) Bertindak rasional, artinya seseorang yang melakukan kegiatan


atau tindakan selalu dengan akan yang sehat bukan berdasarkan
dari emosi dan hawa nafsu
2) Bertindak ekonomis, artinya seseorang melakukan kegiatan
ekonomi dengan segala perhitungan yang cermat dan perencanaan
yang matang
3) Bertindak hemat, artinya seseorang melakukan kegiatan ekonomi
dapat menghindari pemborosan dengan membeli kebutuhan sesuai
dengan yang dibutuhkan
4) Membuat skala prioritas, artinya seseorang memenuhi kebutuhan
dengan membuat urutan kebutuhan menurut tingkat
kepentingannya dari yang mendesak sampai yang dapat ditunda-
tunda
5) Bertindak dengan memakai prinsip cosandbenefit, artinya
seseorang dalam melakukan kegiatan selalu memperhitungkan
biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang diterima dari kegiatna
yang dilakukannya.

28
Pertemuan 10

A. UMKM

Pengertian UMKM

UMKM merupakan singkatan dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.


Pada dasarnya, UMKM adalah arti usaha atau bisnis yang dilakukan oleh
individu, kelompok, badan usaha kecil, maupun rumah tangga. Indonesia sebagai
negara berkembang menjadikan UMKM sebagai pondasi utama sektor
perekonomian masyarakat, hal ini dilakukan untuk mendorong kemampuan
kemandirian dalam berkembang pada masyarakat khsusunya dalam sektor
ekonomi.

Perkembangan UMKM di Indonesia terus meningkat dari segi kualitasnya,


hal ini dikarenakan dukungan kuat dari pemerintah dalam pengembangan yang
dilakukan kepada para pegiat usaha UMKM, yang mana hal tersebut sangat
penting dalam mengantisipasi kondisi perekonomian ke depan serta menjaga dan
memperkuat struktur perekonomian nasional.

Kriteria UMKM
Ada beberapa kriteria-kriteria tertentu supaya sebuah usaha dapat dikatakan
sebagai UMKM, berikut ini adalah penjelasannya:

a. Usaha Mikro
Sebuah usaha bisa dikatakan sebagai UMKM bila memiliki keuntungan
dari usahanya sebesar Rp. 300.000.000, dan memiliki aset atau kekayaan
bersih minimal sebanyak Rp. 50.000.000. Kriteria dalam UMKM adalah
sebuah usaha yang dimiliki oleh suatu lembaga atau badan usaha, atau
perseorangan.
b. Usaha Kecil
Usaha kecil adalah usaha yang memiliki pendapatan atau keuntungan
dengan jumlah yang lebih kecil.  Hasil keuntungan dari penjualan yang
masuk kategori usaha kecil ini berkisar dari angka Rp. 300.000.000
sampai dengan Rp. 2.500.000.000.

29
c. Usaha Menengah
Usaha menengah adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang, lembaga,
atau kelompok yang berpatokan dengan peraturan UU. Untuk dapat
disebut sebagai usaha menengah, terdapat dua ciri-ciri. Pertama, usaha
menengah memiliki keuntungan dari usahanya sebesar Rp. 2.500.000.000
sampai dengan RP. 50.000.000.000 dalam satu tahun. Sementara kekayaan
bersih yang dimiliki oleh usaha menengah adalah sebesar Rp. 500.000.000
dalam satu tahun.

Undang-Undang Yang Mengatur UMKM


Secara lebih jelas, pengertian UMKM diatur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, disebutkan bahwa
pengertian UMKM didefinisikan sesuai dengan jenis usahanya, yaitu:

Usaha Mikro
Usaha Mikro merupakan usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana
diatur dalam UU tersebut.

Usaha Kecil
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha
Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam UU tersebut.
Usaha Menengah
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam UU tersebut.
Usaha Besar

30
Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan
usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih
besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara
atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan
ekonomi di Indonesia.
Dalam Undang-Undang ini juga mengatur beragam aspek terkait UMKM,
seperti asas dan ujuan serta prinsip dan pemberdayaannya. Asas dan tujuannya
yaitu bahwa Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah berasaskan:
1) Kekeluargaan
2) Kemandirian
3) Demokrasi ekonomi
4) Kebersamaan
5) Berkelanjutan
6) Berwawasan lingkungan
7) Keseimbangan kemajuan
8) Efisiensi berkeadilan
9) Kesatuan ekonomi nasional.
Di Indonesia prinsip pemberdayaan dan tujuan pemberdayaan UMKM juga diatur
sebagai berikut:
1) Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan
UMKM untuk berkarya dengan prakarsa sendiri
2) Pengembangan usaha yang berbasis potensi daerah dan berorientasi
pasar
3) Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel dan
berkeadilan
4) Peningkatan daya saing UMKM
5) Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian secara
terpadu

Kelima hal tersebut dijadikan sebagai prinsip dalam pengembangan dan


pemberdayaan UMKM yang dilakukan sebagai tujuan untuk mewujudkan struktur
perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan. Hal lain

31
juga untuk mengembangkan kemampuan UMKM menjadi usaha yang Tangguh
dan mandiri, serta meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, Menengah dalam
pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan,
pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.
Peran UMKM Dalam Perekonomian Indonesia
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagai salah satu sektor ekonomi
terbesar yang ada di Indonesia tentu memiliki peran yang besar dan penting dalam
sektor perekonomian di Indonesia. UMKM dapat dikatakan berperan sebagai
penyedia sarana pemerataan tingkat ekonomi rakyat kecil, hal ini dikarenakan
UMKM berada di berbagai tempat yang juga menjangkau berbagai daerah yang
bisa membantu meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat desa.

Kemudian UMKM juga secara tidak langsung berperan dalam mengatasi


masalah kemiskinan yang belum hilang dari Indonesia. Merupakan hal yang tidak
mudah bagi Indonesia sebagai negara berkembang untuk meningkatkan kualitas
pembangunan sektor ekonomi. Oleh karena itu, UMKM menjadi salah satu
jawaban dalam mengentas kemiskinan karena dapat menyerap tenaga kerja yang
cukup tinggi.

Selain itu, UMKM juga berperan dalam perluasan kesempatan kerja.


Seiring dengan terus meningkatnya angka penduduk di Indonesia, UMKM
menjadi salah satu solusi dalam meningkatkan kualitas individu. Selain dapat
menyerap tenaga kerja, UMKM bisa menjadi pendorong bagi masyarakat lain
untuk ikut bersaing sehingga menciptakan usaha dan peluang baru bagi
masyarakat lain.

Contoh UMKM yang ada Di Indonesia


UMKM yang ada di Indonesia beragam dan memiliki khasnya masing-
masing. Berikut ini adalah beberapa contoh bidang dalam UMKM:

UMKM di Bidang Kuliner

Usaha di bidang kuliner memang tidak ada habisnya, kita bisa berkreasi dengan
berbagai macam ide untuk mengembangkan bisnis tersebut. Begitu pula dengan
UMKM, banyak sekali jenis UMKM dalam bidang kuliner.

32
Meskipun sedang dilanda pandemik, tetapi para wirausaha tidak kehabisan akal.
Makanan-makanan yang biasa dijual di pinggir jalan kini bisa dialihkan menjadi
makanan berupa frozen food atau makanan kering.
Contohnya seperti seblak, mie ayam, sampai lauk-lauk khas nusantara. Kini
makanan-makanan itu bisa kita nikmati tanpa harus keluar rumah di tengah situasi
pandemik seperti ini.
UMKM di Bidang Kecantikan
Kosmetik adalah salah satu yang sangat diperlukan, tidak hanya berkaitan dengan
make up. Namun juga skincare yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Saat ini,
banyak muncul jenis-jenis kosmetik yang merupakan UMKM.
Produk yang dijual pun sangat bervariatif dan berasal dari berbagai negara.
Terutama saat ini banyak sekali produk kosmetik dari Korea Selatan dan
Tiongkok yang sangat digemari oleh masyarakat luas. Namun di samping
masuknya berbagai macam produk luar, banyak juga UMKM yang gencar untuk
memasarkan produk lokal yang juga tidak kalah bagus.
UMKM di Bidang Fashion
Bidang fashion juga selalu berkembang mengikuti trend atau zamannya. Pakaian
adalah barang yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga bisnis jual beli
pakaian selalu ramai. Oleh karena itu, banyak sekali UMKM
yang membuka usaha pakaian rumahan.
Barang yang dijual pun bermacam-macam. Mulai dari pakaian, tas, kerudung,
sepatu, dan lain-lain. Umumnya mereka memang tidak memproduksi secara
langsung, melainkan menjadi seorang reseller atau impor pakaian thrift untuk
dijual kembali.
UMKM di Bidang Agribisnis
Beberapa waktu ini banyak sekali masyarakat yang tertarik dengan bidang
agribisnis. Salah satu contohnya yaitu dengan tanaman hias, banyak sekali
masyarakat yang mulai mencari tanaman hias untuk koleksi. Salah satu tanaman
yang terkenal adalah tanaman “Janda Bolong”, tanaman ini bahkan mencapai
jutaan untuk harganya.

33
Akibatnya, banyak UMKM dalam bidang agribisnis bermunculan. Selain jual beli
tanaman, barang yang dijual dalam bidang agribisnis ini bisa berupa alat-alat
berkebun, pupuk, bibit tanaman, zat untuk tanaman, dan lain sebagainya.
UMKM di Bidang Otomotif
Meskipun terlihat sulit, tetapi kini sudah banyak UMKM yang menjajal dunia
otomotif. Tidak selalu mengenai mesin, usaha-usaha yang banyak dirintis UMKM
di bidang ini seperti bengkel, tempat pencucian motor atau mobil, rental mobil
atau motor, sampai usaha jual beli barang-barang yang dibutuhkan oleh
kendaraan.

34
Pertemuan 11

A. Industri dan Kebutuhan Barang Industri


Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan
baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi
dalam penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan
industri. Dengan demikian, industri merupakan bagian dari proses produksi.
Bahan-bahan industri diambil secara langsung maupun tidak langsung, kemudian
diolah, sehingga menghasilkan barang yang bernilai lebih bagi masyarakat.
Kegiatan proses produksi dalam industri itu disebut dengan perindustrian.
Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur
(manufacturing). Padahal, pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut
semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan
komersial. Karena merupakan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan
macam industri berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah.
Pada umumnya, makin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu
negara atau daerah, makin banyak jumlah dan macam industri, dan makin
kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut. Cara penggolongan atau
pengklasifikasian industri pun berbeda-beda. Tetapi pada dasarnya,
pengklasifikasian industri didasarkan pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku,
tenaga kerja, pangsa pasar, modal, atau jenis teknologi yang digunakan. Selain
faktor-faktor tersebut, perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara
juga turut menentukan keanekaragaman industri negara tersebut, semakin besar
dan kompleks kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, maka semakin
beranekaragam jenis industrinya.
Istilah industrialisasi secara ekonomi juga diartikan sebagai himpunan
perusahaan-perusahaan sejenis dimana kata industri dirangkai dengan kata yang
menerangkan jenis industrinya. Misalnya, industri obat-obatan, industri garmen,
industri perkayuan, dan sebagainya.
B. Cabang-Cabang Industri
Berikut adalah berbagai industri yang ada di Indonesia:

35
1) Makanan, dan minuman
2) Tembakau
3) Tekstil
4) Pakaian jadi
5) Kulit, dan barang dari kulit
6) Kayu, barang dari kayu, dan anyaman
7) Kertas, dan barang dari kertas
8) Penerbitan, percetakan, dan reproduksi
9) Batu bara, minyak, dan gas bumi, dan bahan bakar dari nuklir
10) Kimia, dan barang-barang dari bahan kimia
11) Karet, dan barang-barang dari plastik
12) Barang galian bukan logam
13) Logam dasar
14) Barang-barang dari logam, dan peralatannya
15) Mesin, dan perlengkapannya
16) Peralatan kantor, akuntansi, dan pengolahan data
17) Mesin listrik lainnya, dan perlengkapannya
18) Radio, televisi, dan peralatan komunikasi
19) Peralatan kedokteran, alat ukur, navigasi, optik, dan jam
20) Kendaraan bermotor
21) Alat angkutan lainnya

36
Pertemuan 12

A. Klasifikasi Industri
Istilah klasifikasi industri sering diidentikkan dengan semua kegiatan
ekonomi manusia yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang
setengah jadi atau barang jadi. Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut
sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing). Padahal, pengertian industri
sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi
yang sifatnya produktif.

Karena merupakan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan macam
industri berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah. Pada umumnya, makin maju
tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara atau daerah, makin banyak
jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatan dan usaha
tersebut. Cara penggolongan atau pengklasifikasian industri pun berbeda-beda.
Tetapi pada dasarnya, pengklasifikasian industri didasarkan pada kriteria yaitu
berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa pasar, modal, atau jenis teknologi
yang digunakan. Selain faktor-faktor tersebut, perkembangan dan pertumbuhan
ekonomi suatu negara juga turut menentukan keanekaragaman industri negara
tersebut, semakin besar dan kompleks kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi,
maka semakin beranekaragam jenis industrinya.

Berikut ini adalah pengklasifikasian Industri

a. Berdasarkan tempat bahan baku

Industri ekstraktif yakni sebuah industri yang bahan bakunya langsung


diambil dari suatu alam seperti pertanian, perikanan, kehutanan, dan
pertambangan.
Industri nonekstraktif yakni sebuah industri yang bahan bakunya diambil dari
tempat lain atau dari industri lain. Industri nonekstraktif ini dibedakan
menjadi tiga jenis, yakni :

1) Industri reproduksi
2) Industri manufaktur

37
3) Industri fasilitatif
b. Berdasarkan jumlah tenaga kerjanya
1) Industri besar, yaitu industri yang mempunyai tenaga kerja nya  lebih
dari 100 orang.
2) Industri sedang, yaitu  industri yang mempunyai tenaga kerjanya
antara 20 sampai dengan 99 orang.
3) Industri kecil, yaitu industri yang mempunyai tenaga kerjanya antara 5
sampai dengan 19 orang.
4) Industri rumah tangga, yaitu industri yang mempunyai tenaga
kerjanya antara 1 sampai 4 orang.
c. Berdasarkan departemen perindustrian
1) Kelompok industri kimia dasar. Contohnya : pada industri kertas,
pupuk, semen, ban dan lain sebagainya.
2) Kelompok industri mesin dan logam. Contohnya : pada industri besi
baja, mesin, dan komunikasi.
3) Kelompok aneka industri. Contohnya : pada mak garmen, dan
minuman.
4) Kelompok industri kecil. Contohnya: pada pengaawetan daging, roti,
dan minyak.

d. Berdasarkan produktivitas perorangan


1) Industri primer yakni jenis industri yang menghasilkan barang tanpa
adanya pengolahan lebih lanjut. Contohnya : pada anyaman,
pengeringan ikan dan penggilingan padi.
2) Industri sekunder yakni jenis industri yang menghasilkan suatu
barang-barang yang memerlukan pengolahan lebih lanjut. Contohnya :
pada industri pemintalan benang dan elektronika.
3) Industri tersier  yakni jenis industri yang bergerak dalam bidang jasa.
Contohnya : pariwisata, bank, travel, dan perdagangan.

e. Berdasarkan bahan mentahnya

38
1) Industri agraris, yakni jenis industri yang mengolah bahan suatu bahan
mentah dari pertanian. Contohnya : industri minyak goreng, kopi, teh,
dan gula.
2) Industri nonagraris, yakni jenis industri yang mengolah suatu bahan
mentah dari hasil tambang. Contohnya: industri semen, besi, dan baja.

f. Berdasarkan tahapan proses produksinya


1) Industri hulu, yakni jenis industri dalam tahap produksinya mengolah
bahan mentah atau bahan baku menjadi sebuah barang setengah
jadi. Contohnya : pada industri kayu olahan, baja batangan, plat seng,
lembaran karet, dan lain sebagainya.
2) Industri hilir, yaitu industri yang tahapan produksinya mengolah
barang setengah jadi menjadi bahan jadi (siap pakai). Contoh: industri
garmen, sepatu, dan kendaraan.

g. Berdasarkan hasil produksinya


1) Industri berat yaitu jenis industri yang menghasilkan sebuah mesin-
mesin dan alat-alat produksi. Contohnya : pada industri alat berat,
mesin, dan alat
transportasi.
2) Industri ringan yaitu jenis industri yang menghasilkan sebuah barang
jadi yang langsung dipakai masyarakat. Contohnya : pada industri
makanan, minuman, obat-obatan, dan lain sebagainya.

h. Berdasarkan kemajemukan industri


1) Industri besar (big industries) yaitu jenis industri yang aktivitasnya dalam
skala besar dengan kegiatan dan pengaturan yang majemuk. Ciri-cirinya yakni
:modalnya yang sangat besar
a) Memakai mesin-mesin yang modern
b) Pada jumlah tenaga kerja nya banyak
c) Pada lokasi industri nya menempati lahan yang luas
2) Industri kecil (small industries) yaitu suatu kegiatan industri yang berskala
kecil. Ciri-cirinya yaitu :

39
a) modalnya yang kecil
b) Pada peralatannya yang sederhana
c) Pada jumlah tenaga kerjanya sedikit

i. Berdasarkan daya tampung tenaga kerja


1) Industri padat karya(labour intersive) yaitu jenis industri yang dalam
suatu kegiatannya membutuhkan tenaga kerja nya dalam jumlah
banyak. Contohnya : pada industri garmen dan elektronika.
2) Industri padat modal (Capital intersive) yaitu jenis industri yang
dalam aktivitasnya lebih banyak menggunakan modal baik yang
berupa uang ataupun mesin-mesin modern.

j. Berdasarkan asal modal


1) Industri nasioanal atau PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri)
yaitu jenis industri yang semua modalnya berasal dari dalam negeri.
2) Industri swasta nasional yaitu jenis industri yang modalnya berasal
dari sebuah pengusaha nasional.
3) Industri asing yaitu jenis industri yang modalnya berasal dari
pengusaha asing, yang berdasarkan suatu kebijakan pemerintah.
4) Industri bersama, yaitu biasa dikenal dengan istilah join venture
industry yakni jenis industri yang modalnya hasil kerja sama antara
pengusaha swasta nasional atau modal pemerintah dengan modal dari
negara lain.

40
Pertemuan13

A. Konsentrasi Industri
Konsentrasi industri adalah situasi yang memperlihatkan derajat
penguasaan pasar oleh perusahaan-perusahaan industri yang berada di dalam
pasar. Masing-masing jenis struktur pasar adalah memiliki derajat konsentrasi
penguasaan pasar yang berbeda-beda sesuai dengan jenis struktur pasar yang
mereka miliki.

Konsentrasi (pemusatan) merupakan kombinasi pangsa pasar dari


perusahaan-perusahaan “oligopolis” dan adanya saling ketergantungan. Kelompok
perusahaan ini terdiri dari 2 sampai 8 perusahaan. Kombinasi pangsa pasar ini
akan membentuk suatu tingkat pemusatan dalam pasar. Bain, mengatakan bahwa
antara tingkat konsentrasi dengan penghasilan terdapat tingkat korelasi yang
rendah. Penerimaan rata-rata industri yang terkonsentrasi akan lebih tinggi
daripada penghasilan jenis industri yang kurang terkonsentrasi.

Pengukuran konsentrasi industri pada dasarnya dapat dilakukan dengan


tiga cara yaitu: pertama, dengan menggunakan andil perusahaan. Kedua,
menggunakan kurva-kurva yaitu kurva Lorenz. Ketiga, menggunakan angka-
angka indeks yaitu indeks gini, indeks bain, indeks lerner, indeks herfindahl.

Konsentrasi dari beberapa perusahaan dalam suatu industri sering menjadi


perhatian para ekonom, ahli strategi bisnis, dan agen-agen pemerintah. Tujuan
industri dalam bisnis adalah untuk mencapai keuntungan maksimum, dan agar
keuntungan maksimum dapat tercapai, maka struktur industri yang tercermin
dalam struktur pasar harus kuat. Semakin elastisnya permintaan, maka ada
kecenderungan struktur pasar yang akan semakin terkonsentrasi.

Konsentrasi industri merupakan sebagai suatu ukuran relatif yang


memperhatikan derajat penguasaan pasar oleh beberapa perusahaan dalam suatu
industri yang berada dalam pasar. Tingkat konsentrasi industri merupakan suatu
variabel dalam struktur industri yang dapat diukur. Konsentrasi industri ini
menginformasikan ukuran relatif dari perusahaan-perusahaan yang ada pada suatu
pasar industri. Ada beberapa ukuran dari konsentrasi industri, salah satunya

41
adalah Andil Perusahaan. Hasil dari berbagai ukuran konsentrasi ada yang
meningkat dan ada yang menurun. Jika tingkat konsentrasi dalam keadaan
meningkat, maka tingkat persaingan di pasar antar industri menurun, dan jika
tingkat konsentrasi dalam keadaan menurun, maka kondisi tingkat persaingan
meningkat (Ekonomi et al., 1829)

Konsentrasi industri merupakan suatu variabel, maka variabel ini tentunya


dapat diukur. Pada umumnya pengukuran ini lebih banyak dilakukan untuk
derajat struktur oligopoli yang terjadi. Struktur industri ologopoli ini semakin
penting dipelajari karena merupakan bentuk campuran antara struktur persaingan
sempurna dengan monopoli. Demikian juga ciri-ciri perilakunya. Dalam uraian
tertentu, yakni ologopoli yang menghasilkan barang atau jasa yang
berdiferensiasi, struktur ologopoli dapat menjadi persaingan monopoli, seperti
yang ditemukan Chamberlin pada tahun 1927. Disamping bentuk campuran itu,
ada lagi ciri lain, yakni perilaku yang terkoordinasi (kolusi), sehingga terjadi
struktur monopili yang kolusif, sedangkan dipihak lain mereka (perusahaan-
perusahaan dalam industri oligopoli), dapat bersaing lebih keras (non-kolusif).

Sebelum uraian ini sampai pada penjelasan sebab-sebab terjadinya


konsentrasi industri, dan gambaran tentang perkembangan konsentrasi industri di
beberapa negara, uraian ini terlebih dahulu menjelaskan beberapa cara
pengukuran konsentrasi industri, penyebab konsentrasi industri dan juga
implikasi daripada konsentrasi industri. (Hasibuan, 1993)

B. Pengukuran Konsentrasi Industri


Dengan mengetahui tingkat konsentrasi industri (boleh juga dalam
perdagangan, transpor, dan jasa-jasa lainnya), maka dapat diperkirakan jenis
oligopoli tersebut- Di sinilah mulai diperlukan metode pengukuran, sehingga
dapat diamati perubahannya. Perubahan-perubahan tingkat konsentrasi tentunya
kurang terlihat dalam jangka pendek. Namun demikian, diperlukan ukuran. Dari
ukuran itu akan dapat dikelompokkan, sehingga benar-benar dapat diamati
variasinya. Variasi ini dapat diamati melalui berbagai jenis industri (dengan data
belah-silang), tetapi juga diamati dalam perjalanan waktu (data rangkaian waktu).

Andil Perusahaan

42
Dalam menentukan konsentrasi dan kemudian mengelompokkannya ke
dalam jenis-jenis oligopoli, maka ada beberapa pendapat. Pendapat mana yang
benar, tentu semua mempunyai kebe narannya masing-masing, karena
tergantung tujuan pengukuran itu. Dalam pengalaman itu- masing-masing
mempunyai pandangan dalam praktek-praktek perilaku yang diamati.
Carl Keysan dan Donal F. Turner pada tahun 1959 membu at batasan
jumlah perusahaan yang menguasai sebagian atau seluruh penjualan barang di
suatu pasar. Dia menyusun dua kelompok oligopoli. Pertama, kelompok
oligopoli, di mana delapan perusahaan terbesar setidak-tidaknya menguasai
pasar satu jenis industri. Akan tetapi, bisa juga digunakan ukuran alternatif
yakni 20 perusahaan menguasai pasar sekitar 75%. Kelompok kedua adalah
oligopoli, di mana delapan perusahaan tersebut dapat menguasai sekurang-
kurangnya 33% suatu pasar industri, atau jumlah perusahaan terbesar memegang
andil setidak-tidaknya dari pasaran suatu industri tertentu. Selanjutnya, untuk
delapan terbesar yang menguasai pasar kurang dari 33% disebut tidak
terkonsentrasi.
Penentuan konsentrasi ini tentunya dalam lingkungan pasaran suatu
komoditi industri nasional. Tetapi, bukan pula berarti pengukuran secara
regional tidak berlaku. Kalau diukur konsentrasi industri secara regional,
kemungkinan dapat menjadi monopoli lokal, karena hanya satu perusahaan yang
ada (penjual ataupun produsen) di suatu daerah. Apakah ada perusahaan yang
sejenis di daerah lain? Kalau ada, sedangkan hasil perusahaan ini dipasarkan ke
daerah yang pertama tadi, maka tidak dapat Iagi dikatakan strukturnya
monopoli. Karena ada penjual lain, kemungkinan besar süukturnya menjadi
oligopoli. Kalau demikian, untuk mengukur tingkat konsentrasi ini perlu sikap
yang hati-hati. Untuk suatu negara ataupun daerah perlu diperhitungkan volume
atau nihi impor dan ekspor negara atau daerah tersebut.
Monopoli bisa juga terjadi, bila agen tunggal dari perusahaan yang
berlokasi di luar daerah tadi, hanya satu. Jadi agen tünggal ini di samping
menjual barang yang dihasilkan oleh monopoli lokal, juga menjual barang-
barang sejenis yang berasal dari luar daerah. Dalam hal ini dapat dikatakan
bahwa secara tidak langsung terjadi kolusi. Oligopoli dalam koordinasi

43
(walaupun tidak disengaja), secara tidak langsung. Walaupun tidak ada
perjanjian antara perusahaan di luar daerah itu dengan perusahaan monopoli
lokal, perila- ku agen telah menjadi monopoli.
Tadi telah ditekankan bahwa pada pengukuran tingkat konsentrasi
nasional, perlu diperhitungkan pengaruh barang-barang impor dan ekspor.
Karena itu, nanti akan terlihat pengaruhkebijaksanaan pemerintah dalam arus
barang dari dan ke luar negeri, ataupun dari dan ke daerah lain. Perlindungan
dengan tingkat tarif impor yang tinggi, akan mendorong tíngkat konsentrasi di
dalarn negeri, dan sebaliknya, kalau tingkat tarif relatif rendah. Demikian juga
kalau ada perusahaan yang ditunjuk untuk meng-llnpor barang tertentu.
Pengukuran konsentrasi secara lokal relatif sulit, karena ada barang-barang yang
sejenis atau dapat gantikan fungsinya yang datang dari luar. Arus volume
barangbarang ini perlu diperhitungkan untuk dapat mengetahui tingkat
konsentrasi secara lokal. Barang-txarang saingan itu dapat dari luar daerah
(tetapi masih dalarn satu negara), dapat juga dari luar negeri. Sebagai ilustrasi
adalah Semen Baturaja di Sumatera Selatan. Secara teoritik, pasaran semen di
daerah Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, dan Propinsi Jambi dikuasai
sepenuhnya oleh Semen Baturaja. Tetapi, siapa mampu mengontrol, bahwa tidak
ada sernen Indarung, atau semen Cibinong di daerah tersebut?
Dalam mengukur tingkat konscntrasi tadi Stigler menyarankan bahwa
apabila penisahaan tadi dapat menguasai 60% dari jumlah pcnjualan clalarn
suatu pasar barang, rnaka struktur pasar tadi adaIah oligopoli. Jadi, andil yang
dipegang oleh empat perusahaan terbesar clalarn pendapat Stigler Iebih tinggi.
Ukuran yang diajukan Joe S. Bain lain lagi. Ukuran Bain lebih fleksibel.
Ada beberapa jenis oligopoli. I Ial itu tergantung pada tingkat konsentrasi
industri. Kelompok atau tipe Pertama adalah tipe IA dan IB. Tipe ini,
rnerupakan oligopoli penuh, yakni tiga perusahaan terLesar rnenguasai 87% dari
total penawaran suatu barang ke suatu pasar. Tipe ini pun ada variasinya, yakni
delapan perusahaan terbesar Inernpunyai 99%. Contohnya adalah industri mobil,
baik di Amerika Serikat maupun di Indonesia. Tipe kedua adalah empat
perusahaan terbesar rnenguasai sekitar 72% penawaran, atau delapan perusahaan
mernpunyai andil 88%. Oligopoli tipe ketiga adalah empat perusahaan terbesar

44
menguasai 61% atau delapan pcrusah?san mernpunyai peranan 77%. Tipe
keemPat adalah empat perusahaan terbesar Inenguasai sekitar 38% atau delapan
perusahaan terlrsar menguasai sekitar 45%. Sedangkan tipe kelima, empat
perusahaan menguasai 32% dari penawaran suatu barang industri.
Kalau empat perusahaan terbesar menguasai sekitar 3%, hal ini tidak
termasuk oligopoli, tetapi cenderung pada industri yang tidak terkonsentrasi.
Kelompok ini kemungkinan dapat dikelompokkan ke dalam struktur poli-poli,
banyak sekali penjual, tetapi persaingan sempurna tidak terjadi.
Itulah beberapa ukuran yang sering dikemukakan dan juga digunakan dalam
pengukuran konsentrasi yang dikaitkan dengan Jenis-jenis struktur oligopoli.
Selanjutnya apakah konsentrasi itu hanya mengukur jumlah barang yang
ditawarkan ke pasaran saja? Tentunya tidak. Dapat juga diukur mqlalui nilai
tambah yan diciptakan, jumlah tenaga kerja, modal yang dimiliki perusahaa atau
Iebih luas lagi dengan variabel kekayaan (asset) perusahaan.
Tingkat konsentrasi suatu industri menggambarkan Apakah kesenjangaPula tin
kat kesenjangan dalarn suatu industri dalarn menciptakan nilai tambah, atau
volume barang yang di pasok ke pasar, ataupun tingkat kesenjangan dalam
akurnulasi modal. Karena itu, tingkat konsentrasi ini dapat pula digarnbarkan
dengan menggunakan Kurva Lorenz.

Kurva Lorenz
Tingkat konsentrasi industri dapatjuga diukur dengan angka Gini, karena
dari kurva Lorenz dapat diturunkan angka Cini. Angka ini dapat pula digunakan
sebagai pengukur tingkat kesenjangan struktur pasar industri. Sebagai ilustrasi,
sumbu horizontal merupakan persentase kumulatif andil (proporsi) perusahaan,
sedangkan sumbu vertikal adaIah jumlah kumulatif andil kinerja pasar yang
dikuasai oleh industri.
Sebagai ilustrasi, pada jumlah 40%} perusahaan menguasai sekitar 15%
dari jumlah nilai barang yang dipasarkan. Sisi-sisi bingkai kurva ini adalah bujur
sangkar dengan diagonalnya membuat sudut 45 derajat dengan sisi-sisinya
(dengan sumbu horizontal maupun dengan vertikal). Jumiah kumulatif maksimal
masing-masing adalah pada kurva Lorenz dapat diamati kesenjangan tersebut.

45
Besarnya kesenjangan struktur diwakili oleh luas bidang yang dibatasi oleh
Kurva Lorenz dengan garis diagonal (OC), dan sisi empat persegi panjang OB
dan BC. Garis diagonal merupakan tempat kedudukan titik-titik, di mana semua
perusahaan dalam industri mempunyai pangsa pemasokan yang sama. Atau
variabel yang diukur skalanya sama. Kalau yang diukur tingkat laba, maka
semua perusahaan memperoleh tingkat laba yang sama. Hal ini tentunya sukar
untuk ditemukan dalam kenyataan. Karena itu, keadaan yang lebih realistik
adalah Kurva Lorenz tidak dengan garis diagonal.
Untuk menghitung luas bidang ini relatif mudah dengan menggunakan
diferensial-integral. Namun, untuk menghitung angka Gini mempunyai
bermacam-macam formula. Satu di antara formula tersebut adalah:Variabel X
pada sumbu horizontal mewakili nilai kumulatif jumlah perusahaan, sedangkan
Y mewakili nilai kumulatif kinerja industri yang diukur. Satuannya adalah
proporsional. Kalau satuannya persentase, maka hasilnya dibagi lagi dengan
10.000. Angka Gini dapat juga digunakan untuk mengukur kesenjangan struktur
industri pada suatu wilayah. Misalnya, kesenjangan antara struktur industri
dengan nilai tambah yang dihasilkan industri tersebut antar propinsi di Indonesia
Angka Gini disingkat menjadi G. Secara teoritik, nilai G yang terendah adalah
nol, sedangkan tertinggi adalah satu. Lazimnya nilai itu bervariasi antara nol
dengan satu. Kalau angka Gini sama dengan satu, maka Kurva Lorenz berhimpit
dengan sisi empat Persegi panjang. Hal ini sukar diperoleh dalam kenyataan.
Sebagai ilustrasi, Angka Gini sebagai indeks konsentrasi untuk beberapa
industri dapat dihitung berdasarkan data yang diterbitkan Oleh Biro Pusat
Statistik dalam Statistik Industri. Anda dapat menaksir angka Gini untuk
mengukur kesenjangan dalam penawaran barang, atau penggunaan tenaga kerja
dalam suatu industri.
Dalam perhitungan angka Gini perlu diingat kelemahannya Angka Gini
terlalu umum. Dapat terjadi antara dua jenis industri diperoleh angka yang sama,
tetapi tingkat konsentrasinya be beda. Hal ini dapat terjadi, karena untuk
mengukur angka Gini tidak perlu diketahui andil masing-masing perusahaan.
Data yang diperlukan untuk menghitung angka Gini ini lazirnnya tersedia pada
Kantor Statistik, tetapi untuk mengetahui andil masing-masing perusahaan, Biro

46
Pusat Statistik tidak menerbitkanya untuk keperluan umum, karena Undang-
Undang tidak mengizinkannya.
Untuk Indonesia, bila dilihat dari usaha swasta, maka jenis industri yang
mempunyai konsentrasi tertinggi adalah tepung terigu dan kaca-lembaran,
kemudian menyusul industri bir, mobil, dan sepeda motor. Rokok merupakan
contoh yang spesifik industri Indonesia dengan struktur oligopoli parsial.
Beberapa perusahaan besar menguasai sebagian besar pasaran rokok kretek,
tetapi sebagian besar perusahaan menguasai sebagian kecil pasar. Bahkan pasar
cenderung mengalami segmentasi, karena mereka (yang besar dan yang kecil),
tidak langsung bersaing. Kecuali kalau perusahaan-perusahaan besar itu untuk
perluasan pasar, memproduksi rokok kretek yang kualitasnya sama dengan yang
dihasilkan oleh produsen berskala kecil. Perusahaan kecil dan rumah tangga
mempunyai pasaran sendiri, terutama yang mempunyai pendapatan relatif
rendah. Di antara yang kecil-kecil ini terjadi persaingan secara lokal, dan di
kalangan yang besar terjadi persaingan yang keras.

Indeks Lerner (IL)


Lerner mencoba mengukur kekuatan monopoli. Pengertian monopoli
dalam hal ini agaknya bersifat relatif. Lerner tidak mengukur secara langsung
tingkat konsentrasi industri, tetapi menyusun sebuah formula yang mengacu
pada tingkat laba dalam suatu industri. Ukuran ini tidak langsung rnengukur
laba. Lerner membandingkan antara perbedaan harga yang berlaku dengan
ongkos marjinal terhadap harga tadi. Jadi, forrnulanya adalah:
H−OM
=( IL )
H
Penjelasan notasi: H adalah tingkat harga produk yang dihasilkan, OM adalah
ongkos marjinal dalam memproduksi barang tersebut, dan IL singkatan dari
Indeks Lerner. Dalam hal ini Lerner cenderung mengukur kinerja industri, bukan
struktur paSar industri. Di samping itu, pengertian monopoli bersifat gradual.
Semakin mendekati monopoli, IL semakin tinggł. Itulah hipotesis yang termaktub
dalam formula tersebut. Namun demikian, kalau maksud indeks ini mengukur
tingkat kinerja setiap perusahaan dalam industri, rnaka menjadi pertanyaan,

47
apakah hipotesis itu dapat diukur? Akan tetapi, kalau yang diukur adalah satu
perusahaan dalarn suatu industri, yakni benar-benar monopoli, maka indeks ini
tidak mengantisipasi perkembangan struktur industri. Struktur yang diamati sudah
diketahui. Akan tetapi kalau yang dimaksud adalah derajat monopoli, maka yang
diukur adalah harga rata-rata, dan ongkos marjinal rata-rata dalam setiap industri,
sehingga dapat diamati variasi IL. Timbulnya variasi ini ataupun antara lain
karena bervariasinya struktur yang cenderung monopoli ataupun monopoli murni.
Karena tingkat harga ditetapkan berdasarkan suatu perilaku dan struktur,
IL tentunya berkaitan dengan struktur pasar. Namun, dapat saja terjadi bahwa
dengan skala perusahaan yang berbeda IL nya sama, padahal masing-masing
perusahaan adalah monopoli. Dalarn contoh ini dianggap bahwa masing-masing
perusahaan rnempunyai pasar masing-masing. Jadi, dalam menggunakan formula
ini telah ada anggapan bahwa semakin tinggi konsentrasi (derajat mopolistik)
semakin tinggi nilai IL.

Indeks Bain (IB)


Joe S. Bain adalah salah seorang pelopor dalam membangun teori-teori
organisasi industri modern- Dalam buku yang ditulisnya pada tahun 1856 (Barrier
to New Competition) dimuat formula penghitungan laba. Bila dibandingkan
konsep laba dengan perhitungan laba dalam akuntansi, tidak sama. Berdasarkan
batasan teoritik, laba adalah kelebihan penghasilan dali ongkos total, yang
merupakan bagian dari pendapatan perusahaan. Pengertian pendapatan di sini
berkaitan dengan neraca pendapatan nasional.
Perhitungan laba menurut konsep akuntansi adalah penghasilan (revenue),
dikurangi ongkos dan depresiasi, tetapi Bain menghitung lagi nilai investasi dari
pemilik perusahaan (V), dan tingkat bunga yang berlaku. Jadi batasan laba secara
ekonomis menurut Bain adalah (R - C - D - iV). R adalah revenue; C sama dengan
ongkos pada tahun berjalan dalam memproduksi; i, adalah tingkat bunga yang
berlaku, yang merupakan risiko dalam nilai investasi. Atau kalau dipinjam dari
luar berarti harus membayar bunga.
Selanjutnya, Bain mengukur tingkat keuntungan suatu industri. Tingkat
keuntungan dapat dibandingkan antar industri. Dengan demikian, tingkat laba

48
tidak hanya untuk satu perusahaan, tetapi bersifat agregatif dalam suatu industri
yang diamati. Tingkat laba itu adalah:
R−C−D− ⅈV
I B 1=
R
Sebagai indeks alternatif dapat Juga dihitung berdasarkan besarnya investasi
pemilik perusahaan (equity), yakni:

R−C−D− ⅈV
IB2 =
R
Akan tetapi, untuk lebih sederhana, sering juga tingkat laba menurut konsep
akuntansi adalah (R-C-D) / V). Pada perhitungan ini Bain telah menyusun
formula untuk mengukur salah satu kinerja ter. penting industri, yakni tingkat
laba. Tetapi, dalam hal ini dapatjuga mengukur struktur industri. Bain telah
menguji hubungan kedua variabel tersebut dalam sebuah karangannya yang
berjudul "Relation of Profit Rate to Industry Concentration" (Quarterly Journal of
Economics, 1951). Pada hasil penelitian ini ditemukan hubungan yang positif
antara tingkat konsentrasi dengan tingkat laba.
Bila dihubungkan dengan Indeks Lerner, tampak ada persamaan, kalau
perhitungan laba yang dimaksud adalah perbedaan penghasilan dengan ongkos
rata-rata. Kalau sekiranya ongkos rata-rata sama dengan ongkos marjinal (OTR =
OM), maka kedua formula itu hampir sama. Namun yang diukur oleh Bain bukan
semata-mata kekuatan monopoli, tetapi lebih umum lagi, yakni konsentrasi
industri. Karena itu, prediksi Bain dari tingkat laba terhadap struktur monopoli
dapat saja terjadi. Artinya, kalau tingkat laba itu relatif tinggi, maka strukturnya
diperkirakan adalah monopoli.

Indeks Herfindahl
Dalam disertasinya, Orris C. Herfmdahl mengukur konsentrasi industri
dengan formula sebagai berikut:
n=k

∑ . ( (x)/T ) 2
i=1

Dengan penjelasan notasi: n adalah jumlah perusahaan yang terdapat dalam suatu
industri, sedangkan X adalah besaran absolut dari variabel yang diamati pada

49
perusahaan ke-i; misalnya, nilal tarnbah, atau tenaga kerja, atau modal
perusahaan. Selanjutnya T mewakili jumlah keseluruhan dari nilai variabel yang
diukur. Misalnya, seluruh nilai tambah atau tenaga kerja suatu industri. Nilai IH
dinyatakan dałam persentase, maka nilai ini adalah andil perusahaan pertama
sampai dengan ke-i yang terbesar dałam suatu industri (Hasibuan, 1993)
C. Penyebab Konsentrasi
Lazimnya, jika membicarakan konsentrasi industri, maka secara tidak
langsung yang dibicarakan adalah struktur oligopoli ataupun persaingan monopoli
dan monopoli. Tetapi, karena pada kenyataannya struktur oligopolilah yang sering
ditemukan, sering pula dijumpai bahwa pembicaraan menyangkut industri
oligopoli dan persaingan monopoli. Tentunya yang climaksudkan itu adalah
meliputi struktur oligopoli. Kalau terjadi konsentcasi, tentunya ada sebab-sebab
mengapa terjadi dernikiavyo Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
konsentrasi industri yang meningkat atau menurun? Hal ini telah banyak dikaji,
namun dalam kesempatan ini akan diuraikan beberapa faktor yang penting. Kalau
kita kembali pada teori-teori ekonomi standar, maka ingatan kita kembali pada
bentuk pasar yang mempunyai persaingan sempurna. Kalau demikian, maka tidak
banyak artinya membicarakan konsentrasi industri. Mernbicarakan hal ini akan
membawa teori tadi semakin jauh dari kenyataan ekonomi industri. Karena itu,
perlu diuraikan beberapa sebab terjadinya konsentrasi industri seperti yang telah
dibicarakan sebelumnya.

Douglas F. Greer pada tahun 1984, menjelaskan bahwa ada empat sebab
pokok, yakni pertama, nasib baik (luck); kedua disebabkan teknis; ketiga, karena
kebijaksanaan pemerintah; dan keempat, kebutuhan bisnis, sehingga ada
kebijaksanaan perusahaan untuk mengambil keputusan tertentu. Faktor nasib tidak
akan dibicarakan di sini. Uraian selanjutnya adalah membicarakan faktor-faktor
kedua sampai dengan keempat. Faktor kedua, seperti yang telah dikemukakan tadi
adalah faktor teknis yang dapat dikaitkan dengan kondisi sebelumnya. Beberapa
hai termasuk ke dalam faktor ini adalah luasnya pasar; skala ekonomi; kelangkaan
sumber daya; dan pertumbuhan pasar.

Konsentrasi tergantung pada luasnya pasaran barang-barang atau produk


tertentu. Jika pasarannya luas, maka kemungkinan konsentrasi dapat relatif kecil.

50
Katakanlah pada suatu pasar jumlah pembeli yang potensial adalah 10.000 rumah
tangga, sedangkan kalau pada pasar lain jumlah pembeli potensial adalah 50,000
rumah tangga. Pada pasar yang kedua memungkinkan Perusahaan lebih banyak
untuk memasuki industri daripada luas pasar yang pertama.

Luasnya pasar saja belum memadai, karena itu ada faktor lain, yakni skala
ekonomi perusahaan. Secara teoritik ada skala dengan efisiensi yang optimal.
Contoh yang menarik tentang semen Kupang. Pabrik ini mempunyai skala mini,
sehingga ongkos per sak semen jadi tinggi, bila dibandingkan dengan semen
Gresik atau Tonasa. Dalam hal ini perlu skala yang benar-benar optimal.

Faktor skala ekonomi menentukan pula kemampuan dalam upaya


memenuhi permintaan pasar. perusahaan yang semakin besar, secara teoritik
mempunyai kesempatan mendapatkan efisiensi yang lebih tinggi, seperti membeli
bahan baku yang lebih besar jumlahnya, tentunya dengan mendapat rabat tertentu.
Begitu pula dalam mengangkut bahan baku atau hasil produksinya, ongkos angkut
persatuan akan relatif lebih rendah pula. Kalau biasanya barang-barang itu
diangkut dengan truk, sekarang dengan kereta api dengan jumlah yang lebih besar,
atau dengan kapal laut. Demikian juga halnya dengan menyimpan barang-barang
Ongkos gudang per satuan akan relatif lebih kecil.

Kelangkaan sumber daya ekonomi dapat dikelompokkan atas dua hal.


Pertama secara artifisial jadi langka, karena adanya rintangan untuk
mendapatkannya. Jumlahnya banyak, tetapi ada rintangan, baik oleh pihak
saingan maupun oleh suatu regulasi pemerintah. Hal ini pun dapat berhubungan
dengan skala ekonomi tadi. Pada suatu tempat langka mendapatkan tenaga yang
trampil untuk suatu pekerjaan, atau bahan baku sangat langka, sehingga
perusahaan yang mengusahakan sumber tersebut langsung menjadi monopoli.
Karena langka, maka akan terjadi rintangan masuk. Misalnya, relatif sukar untuk
mendirikan pabrik semen di kota Kupang, tetapi karena pertimbangan
nonekonomi, maka pabrik tersebut berdiri dan dilindungi. Pernah terjadi monopoli
semen di Nusa Tenggara Timur. Pemerintah daerah melindungi Semen Kupang
dengan mengurangi semen dari pabrik lain masuk ke Nusa Tenggara Timur.
Lazimnya pabrik semen cenderung dekat pada sumber bahan baku utama.

51
Jika pertumbuhan pasar semakin tinggi, maka upaya perluasan kapasitas
pun dapat dilakukan. Kesempatan ini tentunya dapat juga digunakan oleh
perusahaan yang akan masuk. Tetapi kalau rintangan masuk relatif tinggi, maka
perluasan pada brik-pabrik yang telah ada akan memperbesar andil perusahaan itu
dalam pasar. Untuk rintangan masuk ini lihat kembali perllaku struktur industri
oligopoli.

Selanjutnya, aspek teknis yang terpenting adalah kemajuan teknologi.


Terjadinya perluasan pasar, adanya penelitian akan pengembangan, secara khusus
dapat dimasukkan sebagai salah satu faktor yang dapat mendorong semakin
meningkatnya kolisentrasi suatu industri. Kemajuan teknologi tidak selalu dapat
dikuasai secara merata oleh perusahaan-perusahaan dalam suatu jenis industri.
Siapa yang cepat dan mampu mengembangkannya, semakin unggullah dia di
dalam pasar. Schumpeter telah mengingatkan kita pada istilah inovasi sebagai
kelanjutan dari adanya invensi.

Perhatikanlah perkembangan industri kimia, dan elektronika. Hanya


beberapa perusahaan yang dapat memproduksi dan masing-masing mempunyai
ciri-ciri yang spesifik, sehingga menimbulkan referensi konsumen, yang akhirnya
cenderung membentuk struktur pasar yang monopolistik atau persaingan
monopolistik.

Tahun 1970-an muncul perusahaan besar yang memonopoli super-mie.


Walaupun banyak produsen mie di Indonesia, pada tahun 1970-an muncul
perusahaan besar yang memproduksi super-mie. Padahal di berbagai pasar lokal
banyak dijual mie basah. Sekarang mie kering yang dikembangkan dengan alat
pengawetan, dan boleh dibawa ke mana saja dan mudah memasaknya, menjadi
praktis bagi konsumen. Akan tetapi, teknologi ini ditiru. Mulai muncul pula mie
kering jenis itu, seperti Indo-mie, dan Sari-mie. Ini berarti konsentrasi menjadi
menurun. Lihat Iagi pada industri kretek di Indonesia, yang sebelum Perang
Dunia II relatif berskala kecil, tetapi dewasa ini terjadi diferensiasi produk kretek
yang sangat luas. Beberapa perusahaan yang padat karya, dengan ongkos tenaga
kerja yang murah, pasarannya dikuasai oleh beberapa perusahaan, sehingga
konsentrasinya semakin tingi. Dalam hal ini ditemukan resep yang cocok untuk

52
konsumen, dan penggunaan filter (yang sebelumnya hanya digunakan rokok
putih) merupakan kemajuan yang besar dalam teknologi kretek. Beberapa pabrik
telah menggunakan mesin untuk membuat rokok kretek. Tetapi kemudian peme
rintah melindungi pabrik-pabrik kretek tanpa mesin.

Ternyata selama tahun 1950-an konsentrasi industri meningkat di berbagai


negeri maju, dan pada tahun 1970-an di berbagai negeri yang sedang berkembang.
Bahkan pada negara-negara maju yang baru, seperti Korea Selatan dan Brasil,
tingkat konsentrasi juga cenderung meningkat. Struktur industri di Indonesia
dengan pengukuran konsentrasi andil empat terbesar terlihat juga meningkat,
walaupun beberapa jenis industri memperlihatkan konsentrasi yang menurun.
Penurunan tingkat konsentrasi beberapa jenis industri di Indonesia berkaitan
dengan adanya perusahaan-perusahaan yang masuk (entry), seperti industri
semen, yang pada tahun 1985 masih berjumlah linca buah Namun perusahaan
demikian, besar, kini sebuah telah perusahaan berjumlah sembilan perusahaan
swasta dewasa ini kalau berproduksi penuh pangsanya dapat mencapai sekitr 50
persen.

Sebaliknya pada industri ban (luar dan dalam) yang pada tahun 1975 baru
berjumlah 34 perusahaan, pada tahun 1984 menjadi 30 buah. Karena pengamatan
yang dilakukan berdasarkan 5-dijit, maka pengertian ban di sini termasuk ban luar
dan ban dalam mobil, sepeda, dan bahkan juga ban traktor. Tentunya, ban mobil
tidak dapat menggantikan fungsi ban sepeda, tetapi industri di sini terbatas pada
pengertian 5-dijit.

Lain dengan industri kaca lembaran, sepuluh tahun yang lalu dan sekarang
jumlahnya tetap, yakni dua perusahaan yang besar yang dimiliki oieh modal
Jepang, Dalarn hal ini terjadi struktur pasar yang duopolistik.

Faktor ketiga, terjadinya konsentrasi industri yang relatif tinggi berkaitan


dengan kebijaksanaan pemerintah. Di negeri-negeri yang telah maju,
kebijaksanaan itu antara lain adanya pembatasan, adanya Undang-Undang yang
anti-monopoli, patent, lisensi, dan berbagai regulasi. Kebijaksanaan ini lazim
berkaitan dengan tujuan suatu negara dalam menguasai kekayaan bangsa dan
memanfaatkannya untuk kepentingan rakyatnya, sehingga muncul monopoli atau

53
Oligopoli. Akan tetapi, kadang-kadang pemerintah melakukan rintangan masuk,
untuk melindungi suatu industri dengan alasan:

(l)Kapasitas sudah cukup dan tidak perlu ada perusahaan balli yang masuk;

(2)Dengan menunjuk hanya perusahaan tertentu saja yang boleh berproduksi;

(3)Memberikan fasilitas tertentu kepada perusahaan tertentu, misalnya keringanan


biaya masuk (impor), subsidi bung-a, memberikan pasar tertentu yang tidak boleh
dimasuki oleh perusahaan lain. Dengan hak-hak mendapatkan fasilitas itu,
sementara per' usahan lain tidak mendapatkannya, maka terjadi penyingkiran
perusahaan lain (terjadi exit, bukan free-exit), karena kalah persaingan tanpa
fasilitas.

(4)Karena menyangkut kebutuhan rakyat banyak, sehingga jadi perlindungan


yang alamiah, pantas untuk dilindungi oleh karena produksinya bersifat public-
goods, seperti air minum, listrik, angkutan, dan telepon.

Narnun demikian kadang-kadang kebijaksanaan itu dapat meragukan


karena di satu pihak, lisensi diberikan kepada swasta untuk monopoli, tetapi di
pihak Iain ada keinginan untuk meniadakan monopoli swastav Pembatasan-
pembatasan tersebut akhirnya, secara ticlak langsung rnemperkuat konsentrasi
pasar yang relatif tingg; seperti adanya tarif, kuota dan lisensi.

Faktor keempat, berkaitan dengan kebijaksanaan perusahaan, seperti


melakukan merjer, diferensiasi produk, dan praktek-praktek bisnis yang
membatasi perusahaan Iain untuk beropcrasi. Jenis/bentuk produk yang bersifat
tahan lama, misalnya barang-barang konsumsi Yang tahan lama, secara empirik
relatif lebih terkonsentrasi daripada barang-barang konsumsi yang tidak tahan
lama.
Leonard W. Weiss melakuan penelitian pada tahun 1963. Ia berkesimpulan
antara lain: antara tahun 1947 dan 1954, di Amerika Serikat, tingkat konsentrasi
barang-barang yang tdak tahan lama serta barang material yang tidak tahan lama
dan tahan lama, cenderung meningkat. Dalam hal ini, penjelasannya berkmtan
dengan penjelasan J.S. Bain. Lazirnnya, alat-alat (equipment) relatif lebih lebih

54
berdiferensiasi. Ciri ini lazimnya muncul pada industri-industri oligopoli atau
persaingan monopolistik.
Diferensiasi produk dapat pula mempengaruhi konsentrasi, dan lazimnya
berkaitan dengan struktur oligopoliy sehingga terjadi persaingan dalam harga,
pengeluaran promosi, persaingati kualitas dan pelayanan, penjualan dengan kredit,
yang cenderung sifatnya pada persaingan non harga, tipe-tipe, dan model barang-
barang tertentu muncul dengan tidak disangka-sangka, karena penelitian dan
pengcmbangan yang maju pesat. Dengan semakin beragamnya produk-produk ini,
semakin sukar pula bagi perusahaan Iain untuk masuk, setiingva konsentrasi dapat
meningkat.
Selanjutnya, adalah terjadinya merjer antara perusahaani Perusahaan yang
memproduksi barang-barang yang sama, atau dalam proses yang berkelanjutan
sehingga terjadi integrasi vertikal. Pada beberapa negara maju, seperti Jerman dan
Inggris merjer tidak mendapat larangan keras, asa) tujuan untuk merjer
dijelaskan. Di Indonesia sampai dewasa ini tidak ada larangan untuk melakukan
merjer.
Salah satu kesukaran untuk melihat dan mengamati perkembangan
konsentrasi industri tersebut adalah tersedianya data yang mempunyai metodologi
yang sama. Dalam jangka panjang lazimnya, beberapa metodologi dalam data
industri (menyajikan dan juga mengumpulkan) berbeda-beda, sehingga
mengandung beberapa kelemahan definisi industri yang disajikan (Hasibuan,
1993)
D. Konsentrasi Industri dan Beberapa Implikasi
Adanya konsentrasi industri sebetulnya tidaklah selalu berakibat jelek bagi
suatu perekonomian, sepanjang industri tersebut dapat bekerja secara efisien dan
tidak memanfaatkan konsentrasi yang tinggi untuk mengeksploitasi konsumen
dengan harga produk yang tinggi. Hal ini umumnya dapat teijadi apabila
konsentrasi tersebut diperoleh melalui suatu proses persaingan alamiah (natural
competition), yang dengan kompetisi yang sehat telah melahirkan hanya satu aiau
beberapa perusahaan saja yang mendominasi pasar. Namun demikian persoalan
yang sering muncul adalah terjadinya suatu konsentrasi yang berbentuk monopoli
ataupun oligopoli karena berbagai perlindungan ataupun fasilitas dari birokrasi

55
serta adanya kolusi bisnis yang mempersempit atau menghalangi masuknya
pesaing-pesaing baru ke dalam pasar. Di samping adanya akibat-akibat yang dapat
menimbulkan kerugian pada konsumen karena tinggi harga, konsentrasi yang
menekan munculnya persaingan banyak menimbulkan inefisiensi dalam
perekonomian. Mereka juga menghindari kapasitas penuh untuk menekan.
Sebagai matarantai adanya keitidakefisienan tersebut maka industri yang
demikian membutuhkan proteksi-proteksi terhadap pesaing dari luar dan sangat
rendah kemampuan ekspornya. Hal ini dapat dilihat pada beberapa kelompok
komoditi yang diproduksikan. yang konsentrasi pada dalam negerinya tinggi
kebanyakan orientasi ke pasar ekspomya rendah.
Dengan kondisi yang demikian dapat dibayangkan bahwa industri yang
demikianan sangat rentan dalam persaingan bebas, atau jika tidak ada proteksi dan
fasilitas yang diberikan oleh pemerintah. Dengan tidak adanya suatu perlindungan
berupa proteksi, kuota dan sejenisnya, maka bukan saja akan sulit menembus
pasar luar negeri, karena dengan adanya AFTA, WTO. dan APEC. industri-
industri kita nantinya harus siap bersaing dengan industri yang berasal dari negara
lain,termasuk dari negara maju, yang sudah sangat terbiasa dengan budaya
persaingan bebas dan berproduksi secara efisien (Edy and Hamid, 1994)
E. Kesimpulan
Konsentrasi industri adalah situasi yang memperlihatkan derajat
penguasaan pasar oleh perusahaan-perusahaan industri yang berada di dalam
pasar. Konsentrasi industri merupakan suatu variabel yang dapat diukur.
Pengukuran konsentrasi industri pada dasarnya dapat dilakukan dengan tiga cara
yaitu: pertama, dengan menggunakan andil perusahaan. Kedua, menggunakan
kurva-kurva yaitu kurva Lorenz. Ketiga, menggunakan angka-angka indeks yaitu
indeks gini, indeks bain, indeks lerner, indeks herfindahl.

Douglas F. Greer pada tahun 1984, menjelaskan bahwa ada empat sebab
pokok terjadinya konsentrasi industri, yakni pertama, nasib baik (luck); kedua
disebabkan teknis; ketiga, karena kebijaksanaan pemerintah; dan keempat,
kebutuhan bisnis. Adanya konsentrasi industri sebetulnya tidaklah selalu berakibat
jelek bagi suatu perekonomian, sepanjang industri tersebut dapat bekerja secara

56
efisien dan tidak memanfaatkan konsentrasi yang tinggi untuk mengeksploitasi
konsumen dengan harga produk yang tinggi.

Dalam kehidupan perekonomian, konsentrasi industri sebaiknnya


dijalankan dengan ketentuan yang telah diatur berdasarkan kondisi yang sesuai
dengan perekonomian agar tidak terjadi kesenjangan perekonomian antara
konsumen dengan produsen.

57
Pertemuan 14

A. Merjer
Merjer adalah suatu proses penggabungan dua perseroan dimana salah satunya
tetap berdiri dan menggunakan nama perseroannya sementara perseroan yang lain
lenyap dan semua kekayaannya dimasukkan ke dalam perseroan yang tetap berdiri
tersebut.

Ada juga yang menjelaskan bahwa pengertian merger adalah penggabungan dua
perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan yang melakukan merger mengambil
alih semua aset dan kewajiban perusahaan yang menerima merger.

Merger adalah salah satu bentuk ekspansi eksternal perusahaan dengan cara
menggabungkan dua perusahaan atau lebih, dimana hanya satu nama perusahaan
yang tetap berdiri sedangkan perusahaan lainnya bubar atas dasar hukum tanpa
likuidasi terlebih dahulu. Proses merger dapat digambarkan sebagai berikut;

Misalnya; PERUSAHAAN A + PERUSAHAAN B = PERUSAHAAN


A

B. Jenis-Jenis Merjer
Secara umum, proses merger dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis.
Adapun jenis-jenis merger adalah sebagai berikut:

1. Merger Horizontal
Ini adalah proses merger yang menggabungkan dua perusahaan atau lebih dimana
jenis usahanya masih sama. Misalnya, merger perusahaan antara perusahaan roti,
merger antara perusahaan jasa keuangan, dan lain-lain.

2. Merger Vertikal
Ini adalah proses merger yang meleburkan beberapa perusahaan yang saling
berhubungan, misalnya dalam alur produksi yang berurutan. Contoh, perusahaan
ban merger dengan perusahaan mobil.

58
3. Konglomerat
Ini adalah proses merger yang menggabungkan beberapa perusahaan yang
menghasilkan produk yang tidak ada kaitanya satu sama lainnya. Misalnya
perusahaan perusahaan makanan merger dengan perusahaan mobil. Tujuan dari
konglomerat adalah untuk meningkatkan pertumbuhan badan usaha dengan cara
saling bertukar saham antara perusahaan yang dileburkan.

4. Merger Non Generik


Ini adalah proses merger yang menggabungkan dua perusahaan atau lebih dimana
bentuk usahanya masih berhubungan namun berbeda produk. Misalnya, merger
antara Bank dengan perusahaan pembiayaan.

C. Tujuan Merjer
Tentunya merger dilakukan karena ada tujuan dan alasan tertentu yang ingin
dicapai. Mengacu pada pengertian merger, adapun beberapa tujuan merger adalah
sebagai berikut:

1. Pertumbuhan atau Diversifikasi


Suatu perusahaan dapat melakukan merger atau akuisisi bila ingin bertumbuh
lebih cepat, baik ukuran, pasar saham, maupun diversifikasi usaha.

2. Meningkatkan Dana
Perusahaan yang ingin melakukan ekspansi internal pasti akan membutuhkan
dana. Kebutuhan dana tersebut dapat diperoleh dengan melakukan ekspansi
eksternal, yaitu menggabungkan diri dengan perusahaan yang mempunyai
likuiditas tinggi.

3. Menciptakan Sinergi
Salah satu tujuan melakukan merger adalah untuk mencapai suatu sinergi, yaitu
menghasilkan tingkat skala ekonomi. Sinergi akan terlihat jelas saat perusahaan
melakukan peleburan dengan bisnis yang bentuk usahanya sama karena dapat
melakukan efisiensi terhadap tenaga kerja dan fungsinya.

59
4. Pertimbangan Pajak
Pengeluaran untuk pajak bisa saja mengakibatkan kerugian bagi suatu perusahaan.
Perusahaan yang mengalami kerugian pajak dapat meleburkan diri dengan
perusahaan yang menghasilkan laba untuk memanfaatkan kerugian pajak. Dalam
hal ini perusahaan yang melakukan akuisisi akan menaikkan kombinasi
pendapatan sesudah pajak dengan mengurangi pendapatan sebelum pajak dari
perusahaan yang telah diakuisisi.

5. Meningkatkan Keterampilan Perusahaan


Suatu perusahaan dapat mengalami kesulitan untuk berkembang karena
kurangnya keterampilan dalam hal manajemen dan teknologi. Agar dapat
mengatasi masalah tersebut, suatu perusahaan dapat bergabung dengan
perusahaan lainnya yang memiliki manajemen dan teknologi yang mumpuni.

6. Melindungi Diri Dari Pengambilalihan


Setiap perusahaan berpotensi menjadi target pengambilalihan yang tidak
bersahabat. Pelaku merger mengakuisisi perusahaan lain, dan membiayai
pengambilalihannya dengan hutang, karena beban hutang ini maka kewajiban
perusahaan menjadi terlalu besar untuk ditanggung oleh bidding firm yang
berminat.

7. Meningkatkan Likuiditas Pemilik


Setiap perusahaan yang melakukan merger berpeluang untuk memiliki likuiditas
yang lebih besar. Ketika perusahaan lebih besar, maka pasar saham akan lebih
luas dan lebih mudah didapatkan sehingga lebih likuid ketimbang perusahaan
kecil.

D. Contoh Perusahaan Merjer


Berikut ini adalah beberapa contoh perusahaan yang melakukan merger atau
penggabungan entitas perusahaan:

Perusahaan yang Merger : Perusahaan Hasil Merger

1. Bank Bumi Daya (BBD),

60
2. PTBank Ekspor Impor Indonesia (EXIM),

3. PTBank Pembangunan
Indonesia (Bapindo),

4. PTBank Dagang Negara


menghasilkan

1. Bank Mandiri Tbk, PT

61
Pertemuan 15

A. Klasifikasi Berdasarkan SK Menteri Perindustrian


Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Indonesia
No.19/M/I/1986, industri dibedakan menjadi:
1. Industri kimia dasar: misalnya industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk,
dsb
2. Industri mesin, dan logam dasar: misalnya industri pesawat terbang,
kendaraan bermotor, tekstil, dll
3. Industri kecil: industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak
goreng curah, dll
4. Aneka industri: industri pakaian, industri makanan, dan minuman, dan
lain-lain.
Klasifikasi berdasarkan tempat bahan baku
1. Industri ekstraktif, yaitu industri yang bahan baku diambil langsung dari
alam sekitar. Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan,
peternakan, pertambangan, dan lain lain.
2. Industri nonekstaktif, yaitu industri yang bahan baku didapat dari tempat
lain selain alam sekitar.
3. Industri fasilitatif, yaitu industri yang produk utamanya adalah berbentuk
jasa yang dijual kepada para konsumennya. Contoh : Asuransi, perbankan,
transportasi, ekspedisi, dan lain sebagainya.
Jenis industri berdasarkan modal
1. Industri padat modal, yaitu industri yang dibangun dengan modal yang
jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya.
2. Industri padat karya, yaitu industri yang lebih dititik beratkan pada
sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta
pengoperasiannya.
Jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerja
1. Industri rumah tangga, adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga
kerja berjumlah antara 1-4 orang.

62
2. Industri kecil, adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja
berjumlah antara 5-19 orang.
3. Industri sedang atau industri menengah, adalah industri yang jumlah
karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.
4. Industri besar, adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja
berjumlah antara 100 orang atau lebih.
Penggolongan industri berdasakan pemilihan lokasi
1. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar
(marketorientedindustry), yaitu industri yang didirikan sesuai dengan
lokasi potensi target konsumen. Industri jenis ini akan mendekati kantong-
kantong di mana konsumen potensial berada. Semakin dekat ke pasar akan
semakin menjadi lebih baik.
2. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja
(manpowerorientedindustry), aAdalah industri yang berada pada lokasi di
pusat pemukiman penduduk karena bisanya jenis industri tersebut
membutuhkan banyak pekerja / pegawai untuk lebih efektif, dan efisien.
3. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku
(supplyorientedindustry), yaitu jenis industri yang mendekati lokasi di
mana bahan baku berada untuk memangkas atau memotong biaya
transportasi yang besar.
4. Industri yang tidak terkait oleh persyaratan yang lain, yaitu industri yang
didirikan tidak terkait oleh syarat-syarat di atas. Industri ini dapat didirikan
di mana saja, karena bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas
serta dapat ditemukan di mana saja. Misalnya : Industri elektronik, Industri
otomotif, dan industri transportasi.
Klasifikasi Industri berdasarkan Proses Produksi
1. Industri Hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi
barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku
untuk kegiatan industri yang lain. Misalnya : Industri kayu lapis, industri
alumunium, industri pemintalan, dan industri baja.
2. Industri Hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi
barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau

63
dinikmati oleh konsumen, misalnya: Industri pesawat terbang, industri
konveksi, industri otomotif, dan industri meubeler.
Jenis industri berdasarkan produktivitas perorangan
Pada level atas, industri seringkali dibagi menjadi tiga bagian, yaitu primer
(ekstraktif), sekunder (manufaktur), dan tersier (jasa). Beberapa penulis
menambahkan sektor kuarterner (pengetahuan) atau bahkan sektor kuinari (kultur,
dan penelitian). Seiring berjalannya waktu, perpecahan industri masyarakat pada
masing-masing sektor mengalami perubahan.
1. Industri primer, adalah industri yang barang-barang produksinya bukan
hasil olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu. Contohnya adalah
hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan
sebagainya.
2. Industri sekunder, adalah industri sekunder adalah industri yang bahan
mentah diolah sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah
kembali. Misalnya pemintalan benang sutra, komponen elektronik, daging
kaleng, dan sebagainya.
3. Industri tersier, adalah industri yang produk atau barangnya berupa
layanan jasa. Contoh seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan
kesehatan, dan masih banyak lagi yang lainnya.
4. Industri kuarterner, adalah industri yang mencakup penelitian
pengetahuan, dan teknologi serta berbagai tugas berlevel tinggi lainnya.
Misalnya adalah para peneliti, dokter, dan pengacara.
5. Industri kuinari, beberapa menganggapnya sebagai salah satu cabang
sektor kuarterner yang meliputi level tertinggi pengambilan keputusan
dalam masyarakat atau ekonomi. Sektor ini meliputi eksekutif atau
pegawai resmi dalam bidang pemerintahan, pengetahuan, universitas, non-
profit, kesehatan, kultur, dan media.
Ada beberapa alasan pokok yang menyebabkan perusahaan perusahaan industri
melakukan merger antara satu perusahaan dengan perusahaan-perusahaan lainnya,
Alasan pertama adalah

1. Berkaitan dengan keuntungan.


2. Mengurangi resiko dalam persaingan.

64
3. Meningkatkan pertumbuhan.
4. Untuk mendominasi pasar,
5. Integrasi,
6. Diversifikasi

65
Pertemuan 16

A. Persyaratan dan Perizinan untuk Usaha Industri


Izin Usaha Industri (IUI) merupakan suatu izin usaha yang diwajibkan
bagi para pelaku usaha industri. Berdasarkan Pasal 60 Peraturan Pemerintah
Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis
Risiko (PP 5/2021), Usaha Industri terdiri atas usaha mengolah bahan baku
sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih
tinggi, dan usaha menyediakan jasa industri.

Jadi IUI ini berlaku bagi semua bidang usaha, yang menghasilkan barang
bernilai lebih tinggi dibanding bahan dasarnya. Contohnya seperti usaha
pembuatan pakaian, pembuatan alat-alat memasak, pembuatan mesin-mesin,
pembuatan pangan olahan, dan lainnya. Berikut penjelasan lengkap mengenai IUI,
mulai dari syarat hingga prosedur memperoleh IUI.

Klasifikasi Industri
Dalam Pasal 60 ayat (4) PP 5/2021, Usaha Industri diklasifikasikan atas:
Industri Kecil; Industri Menengah; dan Industri Besar.

Pasal 2 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2015 tentang
Izin Usaha Industri (PP 107/2015) menetapkan bahwa klasifikasi Usaha Industri
tersebut didasarkan atas jumlah tenaga kerja dan/atau nilai investasi.

Secara lengkap, klasifikasi tersebut dijelaskan dalam Peraturan Menteri


Perindustrian Nomor 64 Tahun 2016 tentang Besaran Jumlah Tenaga Kerja dan
Nilai Investasi untuk Klasifikasi Usaha Industri, yaitu sebagai berikut:

Industri Kecil Tenaga kerja paling banyak 19 orang dan nilai investasi kurang dari
Rp1 Milyar (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha). Tanah dan
bangunan lokasinya menjadi satu dengan lokasi tempat tinggal pemilik usaha.

Industri Menengah Tenaga kerja paling banyak 19 orang dan nilai investasi paling
sedikit Rp1 Milyar; atau tenaga kerja paling sedikit 20 orang dan nilai investasi
paling banyak Rp15 Milyar.

66
Industri Besar Tenaga kerja paling sedikit 20 orang dan nilai investasi lebih dari
Rp15 Milyar.

Lokasi Usaha
Usaha Industri wajib dilakukan di lokasi kawasan industri. Namun, perusahaan
dapat juga melakukan Usaha Industri di luar kawasan industri, apabila (Pasal 65
ayat (2) PP 5/2021):

1. Berlokasi di daerah kabupaten/kota yang belum memiliki kawasan industri


atau telah memiliki kawasan industri tetapi seluruh kavling industri dalam
kawasan industrinya telah habis;
2. Berlokasi di zona industri dalam Kawasan Ekonomi Khusus;
3. Termasuk klasifikasi industri kecil dan industri menengah yang tidak
berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan hidup yang berdampak
luas; atau
4. Industri yang menggunakan bahan baku khusus dan/atau proses
produksinya memerlukan lokasi khusus.

Bagi huruf a dan industri menengah pada huruf c wajib berlokasi di kawasan
peruntukan industri sesuai dengan rencana tata ruang wilayah nasional, rencana
tata ruang wilayah provinsi, atau rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota
(Pasal 65 ayat (3) PP 5/2021).

Syarat-Syarat Administratif
Syarat administratif yang diperlukan untuk mendapatkan IUI adalah sebagai
berikut (Pasal 16 dan 20 PP 107/2015):

1. IUI Kecil Fotokopi identitas pemilik usaha;


Fotokopi NPWP; dan Fotokopi dokumen yang dipersyaratkan sesuai
bidang usahanya.
2. IUI Menengah dan Besar Fotokopi identitas pemilik usaha; Fotokopi

NPWP; Fotokopi akta pendirian perusahaan yang telah disahkan pejabat


berwenang; Fotokopi izin lingkungan;Fotokopi dokumen yang
dipersyaratkan sesuai bidang usahanya.

67
BAB III

Penutup

A. Kesimpulan
Ekonomi industri adalah bagian dari ilmu ekonomi yang secara khusus
dibagai pada bagian mikro. Sebagian besar Ekonomi industri membahas tentang
barang manufaktur dan jasa. Cabang-cabang ekonomi industri juga sangat beragam
sehingga membentuk beberapa klasifikasi.

B. Saran
Menurut saya, ada banyak hal yang menjadi kekurangan dalam penulisan
makalah ini baik itu dari isi materi, penulisan dan juga uraian dari tulisan ini.
Kekurangan ini semata-mata karena kurangnya pemahanan dan referensi serta
informasi yang saya peroleh.

Untuk kedepannya saya berharap makalah ini mendapatkan masukkan dari


berbagai pihak yang membaca agar dapat menjadikan tulisan ini lebih baik lagi.

68
DAFTAR PUSTAKA
Edy, O. and Hamid, S. (1994) ‘l \/ fasalah KonsentrasI Industri dan Dampaknya
pada Perekonomian Indonesia’.

Ekonomi, F. et al. (1829) ‘Ekonomi pembangunan’, pp. 53–59.

Hasibuan (1993) ‘Ekonomi Industri : persaingan, monopoli, dan regulasi’.


Hidayati, S. (2019) Teori Ekonomi Mikro, Beaya Produksi

69

Anda mungkin juga menyukai