Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH KELOMPOK 3

TOPIK-TOPIK KHUSUS DALAM AKUNTANSI

“Theories in Accounting”

Dosen: Dr. Rina Hartanti Ak, ACPA, CMA, MM.

Disusun oleh:

1. Aisyah Rahmadhina Kustianti (023002104002)


2. Alifia Putri Maulidasari (023002104010)
3. Siti Erdayanti (023002104067)

UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM SARJANA AKUNTANSI
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun Makalah Topik-Topik Khusus
dalam Akuntansi dengan topik “Theories in Accounting”. Makalah Topik-topik Khusus
dalam Akuntansi ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Topik-topik Khusus dalam
Akuntansi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan makalah ini terutama Dosen Pengampu Mata Kuliah Topik-topik
Khusus dalam Akuntansi, Ibu Dr. Rina Hartanti Ak, ACPA, CMA, MM yang telah
memberikan arahan kepada penulis.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan sehingga
kritik dan saran masih sangat dibutuhkan.

Jakarta, Oktober 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2
Latar Belakang 1

BAB II 3

TEORI 3
What Value Does Theory Offer? 3
Positive Accounting Theory 4
Institutional Theory 13
Legitimacy Theory (Teori Legitimasi) 16
Stakeholder Theory (Teori Pemangku Kepentingan) 20
Contingency Theory (Teori Kontingensi) 23
Using Theories to Understand Accounting Decisions 25

BAB III 27
Bonus CEO sebesar sepuluh juta dollar Amerika mendorong CEO mengambil keputusan
jangka pendek 27
Penggunaan tenaga kerja anak-anak atau pembayaran upah buruh yang tidak sesuai dapat
merusak nama sebuah merek dagang 27

BAB IV 29

PEMBAHASAN 29
Bonus CEO sebesar sepuluh juta dollar Amerika mendorong CEO mengambil keputusan
jangka pendek 29
Penggunaan tenaga kerja anak-anak atau pembayaran upah buruh yang tidak sesuai dapat
merusak nama sebuah merek dagang 30

BAB V 32

PENUTUP 32
Kesimpulan 32
Saran 32

DAFTAR PUSTAKA 33

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada awal mulanya di tahun 3600 SM (zaman mesopotamia), praktik
akuntansi diwujudkan dalam sistem pencatatan sederhana pada media tulis berupa batu,
kulit kayu dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan para pelaku bisnis dan
ekonomi akan informasi akuntansi. Perekonomian dunia yang semakin
berkembang seturut dengan perkembangan zaman mendorong meningkatnya
kebutuhan akan informasi akuntansi yang andal dan relevan sebagai sarana komunikasi
bisnis di antara para pelaku ekonomi. Pengembangan sistem dan kebijakan akuntansi
pun tidak luput dari perhatian para ahli untuk menciptakan sebuah tatanan praktik
akuntansi yang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan para pemakai (relevan).
Salah satu wujud nyata dari awal perkembangan praktik akuntansi terjadi pada
abad ke-15 yang ditunjukkan dengan munculnya pemikiran baru mengenai sistem
pencatatan akuntansi yang berorientasi pada sistem pembukuan berganda (double entry
system) yang dipopulerkan oleh seorang pemuka agama dan ahli matematika
berkebangsaan Italia Luca Pacioli dalam bukunya yang berjudul Summa de
Arithmatica, Geometrica, Proportioni et Proportionalita yang berisi mengenai pelajaran
pembukuan berganda (debit-kredit) terutama pada salah satu bab yang berjudul
“Tractatus de Cumputis at Scritorio”.
Perkembangan teori akuntansi di dunia telah melalui beberapa tahap
seperti yang dipaparkan oleh Godfrey (1992), pada tahun 1492—1800 yang dikenal
sebagai pre-theory period yaitu masa ketika belum ada satupun teori akuntansi yang
berkembang sampai pada awal abad ke-19, dan kalaupun ada hanya sebatas saran -
saran atau pertanyaan - pertanyaan yang belum dapat digolongkan sebagai teori
atau pernyataan yang sistematis. Periode perkembangan teori akuntansi yang kedua
dikenal sebagai general scientific period pada tahun 1800—1955, yang sudah ada
pengimbangan teori yang penekanannya baru berupa penjelasan terhadap praktik
akuntansi. Pada masa ini sudah ada kerangka kerja untuk menjelaskan dan
mengembangkan praktik akuntansi. Akuntansi dikembangkan berdasarkan metoda
empiris yang mengutamakan pengamatan atas kenyataan sehari - hari atau realitas
bukan didasarkan pada logika. Laporan American Accounting Association (AAA) ”A
Tentative Statement of Accounting Principles Affecting Corporate Reports” pada
tahun 1938 serta laporan American Institute of Certified Public Accountants
(AICPA) tentang “A Statement of Accounting Principle” (Sanders, Hatfield, dan
Moore, ….) merupakan dua contoh perumusan teori akuntansi berdasarkan metoda
empiris atau disebut era general scientific ini. Teori akuntansi muncul sebagai akibat
adanya penalaran - penalaran dari para ahli yang kemudian mewarnai dunia akuntansi
dengan berbagai kontroversi dan kritik yang berkembang.
Masalah praktis memang dapat diatasi atau dipecahkan dengan berdasarkan
pengalaman praktis, tetapi pengalaman praktis saja tidaklah cukup, melainkan
harus dilandasi oleh pemahaman yang kuat terhadap teori akuntansi.

2
BAB II
TEORI

2.1 What Value Does Theory Offer?


Teori dalam akuntansi dapat membantu kita untuk memahami keputusan pembuat
informasi keuangan, serta pengguna output dari sistem akuntansi, termasuk pemegang
saham, pemberi pinjaman, investor dan karyawan.
Akuntansi adalah kegiatan yang mengharuskan akuntan untuk membuat
keputusan tentang informasi apa yang harus disediakan, bagaimana metode akuntansi
akan diterapkan, dan sejauh mana informasi tersebut diungkapkan kepada pengguna.
Akuntansi adalah aktivitas manusia, dan sementara kita tidak pernah bisa sepenuhnya
mengetahui apa yang memotivasi orang untuk membuat keputusan yang mereka
lakukan, teori dapat berguna dalam membantu kita untuk memahami dan menjelaskan
apa yang mungkin telah mempengaruhi proses pengambilan keputusan.

Jenis-jenis teori
A. Teori normatif
Teori normatif memberikan rekomendasi tentang apa yang seharusnya terjadi.
Mereka meresepkan apa yang seharusnya menjadi kasus berdasarkan tujuan atau
sasaran tertentu. Hasil dari teori normatif diperoleh melalui pengembangan logis dan
didasarkan pada tujuan yang dinyatakan. Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan
(Conceptual Framework) merupakan salah satu contoh teori normatif. Dengan tujuan
pelaporan keuangan yang dinyatakan dalam Kerangka Konseptual sebagai dasarnya,
berbagai resep dibuat tentang siapa yang harus melaporkan; kualitas apa yang harus
dimiliki informasi keuangan; bagaimana elemen laporan keuangan, seperti aset dan
kewajiban, harus didefinisikan; kapan informasi tersebut harus diakui dalam laporan
akuntansi; dan bagaimana informasi harus disajikan menjadi bermakna.

B. Teori Positif
Sebuah teori positif menggambarkan, menjelaskan atau memprediksi kegiatan.
Misalnya, teori positif dapat menjelaskan mengapa manajer memilih metode akuntansi
tertentu dalam situasi di mana standar akuntansi memungkinkan pilihan tersebut, dan
memprediksi apa yang mungkin dilakukan organisasi lain ketika dihadapkan dengan

3
keadaan serupa. Teori positif dapat membantu kita memahami apa yang terjadi di
dunia, dan mengapa organisasi bertindak seperti itu. Karena itu mereka mengandalkan
pengamatan dunia nyata. Teori positif dapat membantu kita untuk memahami
keputusan yang dibuat pengguna sehubungan dengan informasi akuntansi, dan ini
kemudian dapat mengarahkan organisasi untuk membuat keputusan yang lebih tepat
tentang bagaimana dan mengapa mereka menyajikan informasi dengan cara yang
mereka lakukan.

2.2 Positive Accounting Theory


Teori akuntansi positif adalah teori positif yang digunakan untuk menjelaskan dan
memprediksi praktik akuntansi. Ini dirancang untuk menjelaskan dan memprediksi
perusahaan mana yang akan dan perusahaan mana yang tidak akan menggunakan
metode tertentu. Teori ini digunakan ketika kita mencoba memahami keputusan
kebijakan akuntansi, termasuk tanggapan terhadap standar akuntansi baru atau
keputusan pengungkapan sukarela. Misalnya, teori akuntansi positif dapat memprediksi
manajer dan entitas mana yang akan bereaksi positif terhadap persyaratan untuk
mencatat instrumen keuangan pada nilai wajar, dan mana yang mungkin ditentang; atau
yang kemungkinan besar akan mengungkapkan informasi tambahan tentang risiko yang
terkait dengan penggunaan instrumen keuangan derivatif sebelum diminta untuk
melakukannya sesuai dengan standar akuntansi.
Teori akuntansi positif meneliti berbagai hubungan, atau kontrak, di tempat antara
entitas dan pemasok modal ekuitas (pemilik), tenaga kerja manajerial (manajemen) dan
modal utang (pemberi pinjaman atau pemegang utang). Hal ini didasarkan pada asumsi
ekonomi yang mendasari yang disebut asumsi orang ekonomi rasional, yang
mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk memaksimalkan utilitas mereka
sendiri. Artinya, mereka bertindak untuk kepentingan mereka sendiri. Asumsi ini
diambil dari teori pilihan rasional. Rasionalitas adalah konsep yang dieksplorasi secara
luas dalam ilmu ekonomi, tetapi tidak ada indikasi yang jelas apa artinya. Sementara
beberapa melihat rasionalitas sebagai memaksimalkan imbalan finansial, yang lain
mengambil pandangan yang lebih luas dari utilitas di luar memaksimalkan kekayaan.
Sementara eksplorasi lebih lanjut dari konsep ini berada di luar cakupan buku ini,
penting untuk memahami apa 'versi' atau rasionalitas diasumsikan oleh teori akuntansi
positif. Teori ini mengambil pandangan bahwa memaksimalkan utilitas berkaitan
dengan memaksimalkan kekayaan finansial, dengan aspek utilitas non-keuangan.

4
Teori kontrak
Teori kontrak menunjukkan bahwa organisasi dicirikan sebagai 'perhubungan kontrak'
yang sah atau sebagai pusat hubungan kontrak, dengan pihak-pihak yang mengadakan
kontrak memiliki hak dan tanggung jawab berdasarkan kontrak ini. Dikatakan bahwa
organisasi adalah cara yang efisien untuk mengatur kegiatan ekonomi dan perusahaan
diatur dengan cara yang paling efisien untuk memaksimalkan peluang mereka untuk
bertahan hidup. Para pihak dalam kontrak ini termasuk pemegang saham, pemberi
pinjaman, manajer, karyawan, pemasok, dan pelanggan. Sementara entitas dapat
memfasilitasi beragam hubungan kontraktual ini, teori akuntansi positif berfokus pada
dua: kontrak manajerial dan kontrak utang. Dengan pemisahan kepemilikan dan kontrol
dalam organisasi modern, manajer ditunjuk oleh pemilik berdasarkan kontrak yang
menguraikan rincian peran mereka dan bagaimana mereka akan dibayar untuk
menjalankan peran itu. Manajer juga membuat kontrak dengan pemberi pinjaman atas
nama pemilik untuk mendapatkan pendanaan utang. Baik kontrak manajerial dan
hutang digunakan untuk mengelola hubungan keagenan ini.

Teori agensi
Teori keagenan digunakan untuk memahami hubungan di mana seseorang atau
sekelompok orang (prinsipal) menggunakan jasa orang lain (agen) untuk melakukan
beberapa aktivitas atas nama mereka. Dengan demikian prinsipal mendelegasikan
wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Ini umumnya dikenal sebagai
hubungan keagenan. Sementara agen memiliki kewajiban hukum dan fidusia untuk
bertindak demi kepentingan terbaik prinsipal, asumsi bahwa kedua belah pihak adalah
pemaksimal utilitas berarti bahwa agen tidak akan selalu bertindak untuk kepentingan
prinsipal, jika ini tidak sesuai dengan kepentingan mereka. kepentingan sendiri. Risiko
bahwa manajer mungkin melakukan tindakan yang merugikan pemilik atau pelaku
lainnya sering disebut moral hazard. Jika kepentingan agen dan prinsipal tidak sejalan,
maka manajer dapat membuat keputusan yang tidak sesuai dengan kepentingan
prinsipal. Jensen dan Meckling mengidentifikasi tiga biaya yang terkait dengan
ketergantungan pada agen untuk membuat keputusan dan menjalankan bisnis, yang
disebut sebagai biaya agensi yaitu :
● Biaya pemantauan
Prinsipal mengeluarkan biaya pemantauan untuk mengukur, mengamati, dan

5
mengendalikan perilaku agen. Ini mungkin termasuk biaya untuk mengaudit
laporan keuangan, untuk menerapkan aturan operasi atau membuat rencana
kompensasi manajemen, yang menguraikan apa yang dibayarkan kepada manajer
(agen) untuk layanan yang mereka berikan. Sementara biaya ini awalnya
dikeluarkan oleh prinsipal, prinsipal akan meneruskan biaya ini ke agen. Biaya ini
cenderung lebih tinggi untuk agen dengan reputasi buruk daripada agen dengan
reputasi baik. Misalnya, dalam hubungan antara pemilik dan manajer, pemilik
sebagai prinsipal yang mengkhawatirkan kinerja manajer akan menerapkan
sistem pemantauan yang lebih ketat, seperti komite audit, dan akan
membebankan biaya ini kepada manajer melalui pengurangan remunerasi.
● Biaya ikatan
Karena perlindungan harga berarti agen benar-benar akan menanggung biaya
pemantauan, melalui mekanisme seperti remunerasi yang lebih rendah atau
tingkat bunga yang lebih tinggi, manajer (agen dalam kedua kontrak ini)
cenderung memberikan jaminan bahwa mereka membuat keputusan untuk
kepentingan terbaik. dari teman-teman kepala sekolah. Salah satu contoh
mungkin menimbulkan waktu dan upaya yang terlibat dalam memproduksi dan
memberikan laporan akuntansi triwulanan kepada pemberi pinjaman. Manajer
mungkin juga setuju untuk tidak memberikan informasi kepada beberapa pihak
eksternal yang mungkin memperoleh keunggulan kompetitif darinya. Aktivitas
ini dikenal sebagai biaya ikatan.
● Kerugian residual
Terlepas dari kontrol ini, terlalu mahal untuk menjamin agen akan membuat
keputusan yang optimal bagi prinsipal setiap saat dan dalam semua keadaan.
Kadang-kadang mungkin lebih mahal untuk memantau agen daripada manfaat
yang diharapkan dari pemantauan itu. Misalnya, mungkin terlalu mahal untuk
memantau penggunaan biaya perjalanan seorang manajer untuk memastikan
bahwa biaya tersebut hanya untuk tujuan bisnis, atau penggunaan alat tulis
bisnisnya untuk penggunaan pribadi. Divergensi tambahan ini disebut sebagai
kerugian residual.

Hubungan agensi pemilik-manajer


Pemisahan kepemilikan dan kontrol berarti bahwa manajer, sebagai agen, cenderung
bertindak untuk kepentingan mereka sendiri dan tindakan ini mungkin tidak selalu

6
sejalan dengan kepentingan prinsipal atau pemilik. Salah satu contohnya adalah
manajer yang menggunakan sumber daya entitas, termasuk alat tulis, fasilitas kantor,
mobil perusahaan, dan waktu selama jam kerja menjalankan bisnis mereka sendiri 'di
samping'. Pemilik menanggung biaya dari perilaku ini. Literatur teori keagenan
mengidentifikasi sejumlah masalah yang dapat terjadi antara manajer dan pemilik
dalam hubungan keagenan. Ini juga menunjukkan bagaimana kontrak dan informasi
akuntansi dapat digunakan untuk 'memantau' manajer dan 'mengikat' kepentingan
pemilik dan manajer untuk mengurangi masalah ini. Masalah-masalah ini meliputi:
● Masalah cakrawala
Manajer dan pemilik (pemegang saham) cenderung memiliki cakrawala waktu
yang berbeda dalam kaitannya dengan entitas. Ini dikenal sebagai masalah
cakrawala. Pemegang saham memiliki kepentingan dalam pertumbuhan jangka
panjang dan nilai entitas. Nilai saham entitas saat ini mencerminkan pendapatan
akuntansi dan nilai sekarang dari arus kas masa depan yang diharapkan.
Akibatnya, pemilik ingin manajer membuat keputusan yang meningkatkan tidak
hanya pendapatan saat ini, tetapi juga arus kas masa depan entitas dalam jangka
panjang. Manajer, di sisi lain, tertarik pada kinerja dan potensi arus kas hanya
selama mereka berharap dipekerjakan oleh entitas. Hal ini terutama menjadi
masalah bagi manajer yang mendekati masa pensiun.
● Penghindaran risiko
Teori ekonomi mengusulkan bahwa risiko yang lebih tinggi memiliki potensi
untuk menghasilkan pengembalian yang lebih tinggi. Pemegang saham, oleh
karena itu, lebih suka manajer berinvestasi dalam proyek berisiko tinggi, yang
cenderung meningkatkan nilai bisnis. Sementara itu, manajer ingin mengambil
risiko yang lebih kecil ketika memutuskan proyek untuk entitas karena mereka
memiliki lebih banyak kerugian. Manajer lebih menghindari risiko daripada
pemegang saham. Untuk mengurangi biaya agensi yang terkait dengan
penghindaran risiko, kontrak remunerasi manajerial dapat mencakup insentif
untuk mendorong manajer berinvestasi dalam proyek yang lebih berisiko.
Misalnya, memberikan bonus kepada manajer yang sebagian terkait dengan
keuntungan, selain gaji tunai, dapat mendorong manajer untuk
mempertimbangkan proyek yang lebih berisiko yang berpotensi meningkatkan
keuntungan dan, sebagai konsekuensinya, gaji manajerial. Demikian pula,
membayar bonus berdasarkan harga saham akan mendorong manajer untuk

7
memiliki fokus jangka panjang yang bertujuan memaksimalkan harga saham,
daripada fokus jangka pendek pada keuntungan. Hal ini kemungkinan akan
mendorong investasi dalam proyek NPV positif dan mengarah pada peningkatan
nilai perusahaan dan akibatnya harga saham.
● Retensi dividen
Manajer, jika dibandingkan dengan pemegang saham, lebih memilih untuk
mempertahankan tingkat dana yang lebih besar dalam entitas, dan membayar
lebih sedikit pendapatan entitas kepada pemegang saham sebagai dividen. Ini
dikenal sebagai dividen kinerja istilah. Karena harga saham mencerminkan nilai
sekarang dari arus kas masa depan, selain potensi pendapatan, ini akan
mendorong manajer untuk fokus pada aktivitas yang akan meningkatkan metrik
ini. masalah retensi. Manajer ingin mempertahankan sumber daya dalam bisnis
untuk memperluas ukuran bisnis yang mereka kendalikan (membangun kerajaan),
untuk membayar gaji dan tunjangan mereka sendiri. Para pemegang saham, pada
sisi lain, ingin memaksimalkan pengembalian investasi mereka sendiri melalui
peningkatan dividen. Hal ini terutama terjadi jika pemegang saham merasa
mereka bisa mendapatkan pengembalian yang lebih tinggi dari menginvestasikan
dividen ini daripada pengembalian yang mungkin tersedia bagi entitas. Penelitian
terbaru berfokus pada sejauh mana hak eksekutif terkait dengan Membayar bonus
yang terkait dengan rasio pembayaran dividen kemungkinan akan mendorong
manajer untuk meningkatkan pembayaran dividen kepada pemegang saham.
Demikian pula, menghubungkan bonus dengan keuntungan juga akan mendorong
manajer untuk mencari keuntungan tambahan, yang pada gilirannya kemungkinan
akan tersedia untuk dividen.

Hubungan agensi manajer-pemberi pinjaman


Ketika pemberi pinjaman setuju untuk menyediakan dana kepada suatu entitas, terdapat
risiko yang ditimbulkan seperti peminjam tidak dapat membayar kembali dana tersebut
kepada pemberi pinjaman. Teori agensi digunakan untuk memahami hubungan antara
pemberi pinjaman dengan manajemen, yang bertindak atas nama entitas dan
pemiliknya dalam kontrak dengan pemberi pinjaman. Yang mana dalam kondisi seperti
ini, pemberi pinjaman adalah prinsipal dan manajer adalah agen yang bertindak atas
nama pemilik.

8
Dalam hal ini, kepentingan manajer sepenuhnya selaras dengan pemilik. Sehingga
masalah keagenan yang dapat muncul meliputi :

● Masalah Pembayaran Dividen yang Berlebihan Kepada Pemilik (Excessive


dividend payments)
Saat memberikan pinjaman dana, pemberi pinjaman telah menetapkan nilai utang
untuk memperhitungkan tingkat pembayaran dividen yang diasumsikan. Jika
manajer mengeluarkan tingkat dividen yang lebih tinggi atau pembayaran
dividen yang berlebihan maka dapat menyebabkan pengurangan basis aset yang
mengamankan utang atau menyebabkan dana tidak mencukupi pada entitas untuk
membayar utangnya.
Sehingga untuk menghindari biaya bunga yang lebih tinggi yang dikenakan oleh
pemberi pinjaman atau ketersediaan dana yang terbatas (perlindungan harga),
manajer memiliki insentif untuk menunjukkan bahwa mereka bertindak dengan
cara yang tidak merugikan pemberi pinjaman. Kontrak utang memiliki batasan
yang dikenal sebagai perjanjian hutang, yang dirancang untuk melindungi
kepentingan pemberi pinjaman. Sebagai hasil dari persetujuan persyaratan
perjanjian ini, manajer dapat meminjam dana dengan tingkat bunga yang lebih
rendah, meminjam dana dengan tingkat yang lebih tinggi atau meminjam untuk
jangka waktu yang lebih lama. Data akuntansi biasanya membentuk dasar dari
perjanjian ini. Untuk mengurangi masalah retensi dividen, manajer dan pemberi
pinjaman menyetujui perjanjian yang menahan kebijakan dividen dan membatasi
pembayaran dividen sebagai fungsi keuntungan. Rasio pembayaran dividen
adalah perjanjian umum dalam kontrak utang Australia. Mempertahankan rasio
modal kerja juga mengurangi pembayaran dividen yang berlebihan.

● Underinvestment
Kurangnya investasi sebagai masalah keagenan muncul ketika manajer, atas nama
pemilik, memiliki insentif untuk tidak melakukan proyek nilai bersih saat ini/net
present value (NPV) positif jika proyek tersebut akan menyebabkan peningkatan
dana yang tersedia bagi pemberi pinjaman. Manajer umumnya hanya akan terlibat
dalam underinvestment ketika entitas berada dalam kesulitan keuangan dan
menghadapi kebangkrutan. Kreditur peringkat di atas pemilik dalam urutan
pembayaran dalam hal entitas melikuidasi dan dana dari proyek NPV positif akan

9
pergi ke pemberi pinjaman, bukan pemilik. Oleh karena itu, sementara pemegang
saham dan manajer sebagai agen, tidak ingin berinvestasi dalam proyek NPV
positif ketika mereka berada dalam kesulitan keuangan, pemberi pinjaman akan
lebih memilih investasi ini karena pendapatan apa pun yang diperoleh akan
diberikan kepada pemberi pinjaman jika terjadi likuidasi. Perjanjian yang merinci
peluang investasi yang dapat digunakan organisasi untuk menggunakan dana
kemungkinan besar akan meringankan masalah ini. Rasio modal kerja juga akan
membantu dengan mengharuskan manajer untuk mempertahankan aset lancar
yang cukup dalam bisnis untuk membayar kewajiban lancar, sehingga lebih
cenderung menggunakan kelebihan apa pun untuk berinvestasi dalam proyek
yang akan memberikan pengembalian kepada pemberi pinjaman.

● Substitusi Aset
Pemegang saham memiliki portofolio yang terdiversifikasi dan kewajiban
terbatas, dan senang jika entitas berinvestasi dalam proyek berisiko. Pemegang
saham mendapatkan keuntungan (benefit) dari keuntungan yang berlebihan
(excessive gains) dari proyek-proyek tersebut. Pemberi pinjaman, menentukan
tingkat bunga dan jangka waktu pinjaman sesuai dengan tingkat risiko aset atau
proyek entitas meminjam dana untuk berinvestasi. Mereka meminjamkan dana ini
dengan asumsi bahwa manajer tidak akan berinvestasi dalam aset atau proyek
dengan tingkat risiko yang lebih tinggi dari yang disepakati. Karena manajer
bekerja atas nama pemilik dan seringkali pemilik sendiri, mereka memiliki
insentif untuk menggunakan pembiayaan utang untuk berinvestasi dalam aset
alternatif yang berisiko lebih tinggi dengan kemungkinan bahwa hal itu akan
menghasilkan pengembalian yang lebih tinggi kepada pemegang saham. Pemberi
pinjaman menanggung risiko dari strategi ini karena mereka tunduk pada risiko
'downside', tetapi tidak ikut serta dalam pengembalian 'upside' apa pun yang
dihasilkan dari keputusan investasi karena mereka menerima tingkat bunga yang
ditetapkan.
Untuk membatasi kontrak utang substitusi aset akan sering membatasi peluang
investasi entitas, termasuk aktivitas merger. Pemberi pinjaman mungkin juga
mengamankan utang terhadap aset tertentu. Rasio utang terhadap aset berwujud
juga dapat membatasi substitusi aset.

10
● Dilusi Klaim (Claim Dilution)
Ketika entitas mengambil hutang dengan prioritas lebih tinggi daripada yang
diterbitkan, ini disebut sebagai dilusi klaim. Sementara mengambil utang
tambahan meningkatkan dana yang tersedia untuk entitas, hal itu mengurangi
keamanan pemberi pinjaman, membuat pinjaman lebih berisiko. Metode paling
umum untuk menghindari dilusi klaim adalah dengan membatasi peminjaman
utang dengan prioritas lebih tinggi, atau utang dengan tanggal jatuh tempo yang
lebih awal.
Penelitian yang meneliti kontrak utang sering mengalami kesulitan mengakses
data, karena sebagian besar, perjanjian pinjaman swasta umumnya dirahasiakan.
Smith and Warner memberikan salah satu studi pertama untuk
mendokumentasikan penggunaan perjanjian dalam kontrak utang publik di
Amerika Serikat. Dalam penelitian ini, penulis harus mengandalkan bentuk
perjanjian standar yang memberikan indikasi jenis perjanjian yang digunakan,
daripada perjanjian utang yang sebenarnya. Perjanjian yang paling umum
termasuk gearing ratios, merger restrictions, pembatasan pelepasan aset (asset
disposal restrictions) dan pembatasan dividen (dividend restrictions). Duke and
Hunt mengkonfirmasi hasil ini ketika mereka memeriksa sampel sebagian besar
kontrak utang publik. Mereka menemukan pembatasan dividen, modal kerja,
rasio lancar dan pembatasan gearing menjadi lazim. Di Australia, Whittred and
Zimmer mencatat penggunaan empat jenis perjanjian utama dalam sekuritas
publik Australia: kewajiban terhadap total aset berwujud, kewajiban dijamin
terhadap total aset berwujud, beban sebelumnya terhadap total aset berwujud dan
rasio cakupan bunga.
Banyak perjanjian berbasis akuntansi bergantung pada ukuran neraca seperti
utang, total aset berwujud dan aset tetap. Para pihak dalam kontrak ini sangat
bergantung pada neraca konservatif, yang memiliki tingkat keterverifikasian yang
tinggi. Namun, adopsi nilai wajar yang lebih luas dalam standar akuntansi secara
global telah meningkatkan penggunaan estimasi untuk nilai aset dan liabilitas dan
kebijaksanaan dalam penentuan waktu perubahan nilai. Akibatnya, Demerjian
mengamati penurunan penggunaan perjanjian yang mengandalkan data neraca.
Namun, penggunaan perjanjian berbasis laporan laba rugi belum menurun.

11
Peran Informasi Akuntansi Dalam Mengurangi Masalah Keagenan
Shivakumar mengusulkan bahwa peran ekonomi utama dari informasi akuntansi yang
dilaporkan adalah dalam penggunaannya untuk tujuan kontrak. Peran ekonomi utama
dari informasi akuntansi dalam laporan keuangan tidak dapat memberikan informasi
baru yang tepat waktu kepada investor karena informasi ini umumnya tersedia di
tempat lain. Seperti sebelumnya dibahas, informasi akuntansi membentuk salah satu
komponen utama dari kedua remunerasi dan kontrak pinjaman. Informasi akuntansi
memainkan dua peran dalam proses kontrak:
1. Untuk menulis persyaratan Kontrak manajerial
2. Untuk menentukan kinerja terhadap persyaratan kontrak

Sebuah kontrak umumnya akan mencakup langkah-langkah akuntansi keuangan yang


ditetapkan dengan jelas untuk menentukan batas garis dan otoritas agen.
Persyaratan ditulis ke dalam kontrak remunerasi manajerial untuk menghubungkan
kinerja manajer dengan kepentingan pemegang saham. Selain gaji pokok, kompensasi
dapat terdiri dari campuran bonus jangka pendek dan jangka panjang. Bonus dapat
dikaitkan dengan ukuran kinerja keuangan entitas atau kinerja saham. Dapat dikatakan
bahwa harga saham akan menjadi ukuran kinerja yang berharga untuk mengurangi
masalah keagenan antara pemegang saham dan manajer, mengingat kekayaan
pemegang saham bergantung langsung pada harga saham yang diperdagangkan dan
mereka kurang rentan terhadap manipulasi. Lebih lanjut, dan seperti yang ditunjukkan
sebelumnya, memberi kompensasi kepada manajer atas harga saham juga
memungkinkan insentif manajerial untuk diselaraskan dalam jangka panjang. Namun,
mengandalkan sepenuhnya pada harga saham merugikan manajer ketika saham
dipegang erat atau harga saham dipengaruhi oleh faktor industri atau pasar yang
tidak dapat mereka kendalikan. Informasi akuntansi memainkan sejumlah peran
dalam kontrak utang. Pada awal kontrak, laporan keuangan memberikan informasi
penting kepada pemberi pinjaman untuk membantu dalam menentukan parameter, atau
persyaratan kontrak. Ketika kontrak utang ditulis, itu akan mencakup perjanjian untuk
membatasi aktivitas perusahaan peminjam (perjanjian restriktif) atau mengharuskan
perusahaan untuk melakukan aktivitas tertentu (perjanjian afirmatif). Misalnya,
pembatasan dapat berhubungan dengan pembatasan pembayaran dividen, atau
melakukan pinjaman lebih lanjut, sementara, perjanjian afirmatif dapat mencakup
mewajibkan laporan keuangan yang diaudit setiap tiga bulan. Perjanjian seringkali

12
mencerminkan ukuran kinerja entitas yang berbeda, seperti leverage, modal kerja,
pembayaran dividen, atau rasio cakupan bunga. Pemberi pinjaman akan melihat
pembaruan keuangan rutin untuk memastikan peminjam mempertahankan persyaratan
perjanjian mereka.

Asimetri Informasi
Asimetri informasi dihasilkan dari manajer yang memiliki keunggulan dibandingkan
investor dan pihak berkepentingan lainnya karena mereka memiliki lebih banyak
informasi tentang prospek entitas saat ini dan masa depan, dan dapat memilih kapan
dan bagaimana menyebarkan informasi ini.
Manajer dapat menggunakan pengungkapan akuntansi, serta bentuk pengungkapan dan
pengumuman lainnya ke pasar, untuk memberi sinyal harapan tentang masa depan.
Sinyal-sinyal ini bisa menggambarkan kabar baik atau buruk. Verrecchia
berpandangan bahwa kecuali informasi tersebut akan memberikan keuntungan kepada
pesaing jika mereka mengetahuinya, manajer memiliki insentif untuk mengungkapkan
kabar baik dan buruk. Jika entitas tidak memberikan informasi ketika entitas lain di
pasar melakukannya, itu akan diasumsikan mereka memiliki berita buruk untuk
dilaporkan dan harga saham mereka akan anjlok sebagai akibatnya. Ini sering disebut
sebagai seleksi yang merugikan. Dalam hal ini, kepentingan terbaik entitas untuk
memberikan berita baik atau buruk ke pasar agar tidak terlihat sebagai investasi yang
buruk.

2.3 Institutional Theory


Teori kelembagaan telah digunakan secara luas dalam literatur manajemen, dan
semakin banyak digunakan dalam penelitian akuntansi untuk memahami pengaruh pada
struktur organisasi. Ini mempertimbangkan bagaimana aturan, norma dan rutinitas
menjadi ditetapkan sebagai pedoman otoritatif, dan mempertimbangkan bagaimana
elemen-elemen ini dibuat, diadopsi dan diadaptasi dari waktu ke waktu. 'Kepatuhan
terjadi dalam banyak keadaan karena jenis perilaku lain tidak dapat dibayangkan;
rutinitas diikuti karena dianggap sebagai "cara kita melakukan hal-hal ini". Sementara
konsep 'lembaga' telah dikonseptualisasikan dengan cara yang berbeda, umumnya
mengacu pada sistem kepercayaan sosial dan praktik yang terorganisir secara sosial di
masyarakat yang dapat mencakup politik, hukum, pendidikan, agama dan peraturan.

13
Analisis kelembagaan secara tradisional telah dieksplorasi oleh para peneliti di tingkat
bidang organisasi (misalnya industri atau perusahaan).

Scott memberikan kerangka kerja, dengan menggunakan tiga tingkat analisis yang
membantu menjelaskan bagaimana lingkungan tingkat yang lebih tinggi mempengaruhi
institusi tingkat yang lebih rendah. Pada tingkat tertinggi, ada institusi sosial dan global
di mana struktur secara formal diusulkan. Ini memberikan konteks kelembagaan yang
menentukan apa yang dapat diterima dan sah, serta memfasilitasi struktur di tingkat
yang lebih rendah. Pada tingkat berikutnya duduk struktur pemerintahan, yang terdiri
dari bidang organisasi. Bidang organisasi dapat mencakup industri, misalnya, sektor
perbankan atau profesi akuntansi. Terakhir, organisasi itu sendiri. Manajer dapat
menggunakan pengungkapan akuntansi, serta bentuk pengungkapan dan pengumuman
lainnya ke pasar, untuk memberi sinyal harapan tentang masa depan. Sinyal-sinyal ini
bisa menggambarkan kabar baik atau buruk.

Setiap tingkat mempengaruhi, atau dipengaruhi oleh norma-norma kelembagaan yang


mungkin telah dipaksakan dan mencari cara-cara baru untuk beroperasi di dalamnya
atau untuk menetapkan norma-norma kelembagaan baru. Asumsi kunci dalam teori
kelembagaan adalah bahwa semua peserta mencari legitimasi dalam lingkungan
kelembagaan. Artinya, untuk bertahan hidup, organisasi perlu menyesuaikan diri
dengan aturan dan sistem kepercayaan yang berlaku di lingkungan dan ini akan
mendapatkan legitimasi organisasi.

Banyak tindakan organisasi mencerminkan pola untuk melakukan hal-hal yang


berkembang dari waktu ke waktu dan menjadi sah dalam suatu organisasi dan
lingkungan. Akibatnya praktik dalam organisasi dapat diprediksi dari persepsi perilaku
yang sah yang berasal dari nilai-nilai budaya, tradisi industri, nilai entitas, dan
sebagainya. Teori kelembagaan mengusulkan tiga bidang pengaruh utama, yang
mengarah pada kesamaan lintas yurisdiksi, bidang organisasi dan organisasi, yang
disebut sebagai isomorfisme. Paksaan isomorfisme atau tekanan institusional,
berkaitan dengan 'tekanan untuk menyesuaikan diri dengan harapan dan tuntutan
publik'. Yang kedua, isomorfisme mimetik, mengacu pada kecenderungan untuk
meniru organisasi lain yang dianggap sukses. Yang terakhir, isomorfisme normatif,
menekankan nilai dan keyakinan kolektif yang mengarah pada kesesuaian tindakan
dalam lingkungan institusional.

14
Perusahaan multinasional cenderung menghadapi lingkungan kelembagaan yang
berbeda di mana mereka beroperasi, dan akibatnya perlu menyesuaikan operasi mereka.
Demikian pula, faktor kelembagaan nasional cenderung memainkan peran dalam proses
penetapan standar dan penting bagi investor, pemerintah, regulator dan profesi
akuntansi untuk memahami pengaruh ini. Semakin banyak penelitian menggunakan
teori institusional untuk menjelaskan adopsi nasional IFRS. Di seluruh sampel 132
negara, termasuk negara berkembang, transisi dan negara maju yang telah mengadopsi
IFRS, Hakim dan rekan menemukan bahwa tekanan institusional yang dihasilkan dari
ketiga bidang isomorfisme dapat menjelaskan mengapa beberapa negara sepenuhnya
menganut atau sebagian mengadopsi IFRS sementara yang lain menolak standar.
Penelitian yang telah meneliti negara-negara di Timur Tengah menemukan bahwa
adopsi IFRS adalah sebagai tanggapan terhadap tekanan terutama dari lembaga
internasional seperti Bank Dunia, Dana Moneter Internasional, Organisasi Perdagangan
Dunia, mitra dagang, perusahaan multinasional dan profesi akuntansi. Eisenhardt
memeriksa kompensasi di sektor ritel dan mengembangkan hipotesis yang berkaitan
dengan faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi kompensasi penjualan ritel di
bawah teori agensi dan institusi. Dia mengusulkan, dari institusional perspektif, bahwa
usia retail store kemungkinan akan mempengaruhi jenis gaji yang diberikan. Toko yang
lebih tua dan lebih tradisional cenderung menggunakan komisi (praktik yang telah
dikembangkan pada 1950-an) sementara toko yang lebih baru, yang beroperasi di
bawah lingkungan kelembagaan yang berubah, lebih cenderung memberikan gaji
kepada staf. Sifat barang dagangan yang dijual juga cenderung mempengaruhi apakah
staf menerima gaji atau komisi. Barang dagangan berharga tinggi, yang berakar pada
department store awal, kemungkinan akan menarik komisi. Campbell mengusulkan
bahwa kinerja sosial perusahaan cenderung berhubungan dengan lingkungan
kelembagaan yang dihadapi entitas, termasuk kekuatan legislatif. Penulis berpendapat
bahwa perusahaan lebih mungkin untuk bertindak dengan cara yang bertanggung jawab
secara sosial jika peraturan negara yang kuat dan ditegakkan dengan baik atau sistem
yang baik. Pengaturan mandiri industri yang terorganisir dan efektif telah ada; atau jika
kinerja dan perilaku mereka dipantau oleh organisasi independen seperti lembaga
swadaya masyarakat, investor institusi atau pers. Demikian pula, jika asosiasi
perdagangan atau pengusaha terorganisir dengan baik dan entitas terus berdialog
dengan asosiasi ini, diharapkan kinerja sosial mereka akan lebih kuat.

15
Faktor kelembagaan juga telah ditemukan mempengaruhi sikap perusahaan terhadap
perubahan iklim. Kolk, Levy, and Pinkse mencatat adanya pergeseran entitas di sektor
energi dan transportasi yang menginvestasikan sejumlah besar teknologi rendah karbon
dan terlibat dalam skema sukarela untuk mengukur, mengurangi, dan
memperdagangkan emisi karbon. Para penulis menunjukkan sejumlah faktor yang
mungkin mempengaruhi perubahan ini; manajer senior telah berinteraksi dengan orang
lain di berbagai asosiasi industri dan negosiasi iklim, yang telah menyebabkan
konvergensi dalam persepsi dan tindakan mereka tentang perubahan iklim. Para penulis
berpendapat bahwa agenda global tentang perubahan iklim telah menjadi pengaruh
yang lebih penting pada strategi perusahaan daripada pengaruh institusional dari negara
asal entitas.

2.4 Legitimacy Theory (Teori Legitimasi)


Teori legitimasi telah digunakan untuk memahami aksi dan aktivitas korporasi,
khususnya yang berkaitan dengan isu isu sosial dan lingkungan. Dengan demikian, ini
adalah 'teori positif'. Ini didasarkan pada apa yang disebut 'kontrak sosial'.

Kontrak Sosial

Ide kontrak sosial diambil dari teori ekonomi politik. Teori ekonomi politik mengkaji
hubungan atau interaksi antara pemerintah, hukum, hak milik dan ekonomi. Legitimasi
organisasi atau 'teori legitimasi', juga berasal dari perspektif ekonomi politik. Ini
berkaitan dengan bagaimana masyarakat, politik, dan ekonomi semuanya berinteraksi,
dan berarti bahwa kita tidak dapat berbicara tentang masalah ekonomi atau bisnis tanpa
mempertimbangkan kerangka sosial dan kelembagaan di mana hal itu terjadi.

Kontrak sosial sering digunakan untuk menggambarkan bagaimana bisnis berinteraksi


dengan masyarakat. Ini terkait dengan ekspektasi eksplisit dan implisit yang dimiliki
masyarakat tentang bagaimana bisnis harus bertindak untuk memastikan mereka
bertahan di masa depan. Kontrak sosial belum tentu merupakan kesepakatan tertulis,
tetapi hal yang diharapkan masyarakat. Beberapa harapan dapat eksplisit dan implisit,
adapun contoh dari harapan eksplisit seperti, undang-undang yang berkaitan dengan
polusi atau kesehatan dan keselamatan karyawan. Sementara, bukti syarat implisit

16
kontrak sosial dapat diperoleh dari tulisan dan komunikasi lain dari masyarakat pada
suatu waktu. Keanggotaan kelompok lingkungan, atau perhatian media yang ditujukan
untuk pembayaran bonus eksekutif yang tinggi ketika harga saham menurun bisa
menjadi contoh tingkat kepentingan publik ditempatkan pada isu-isu ini.

Donaldson mengatakan bahwa bisnis menerima izin mereka untuk beroperasi dari
masyarakat dan pada akhirnya bertanggung jawab kepada masyarakat atas cara mereka
beroperasi dan apa yang mereka lakukan. Artinya, sebuah organisasi perlu
menunjukkan bahwa ia beroperasi sesuai dengan harapan dalam kontrak sosial. Proses
mempertahankan bahwa suatu organisasi memenuhi harapan masyarakat dikenal
sebagai legitimasi organisasi.

Legitimasi Organisasi

Legitimasi organisasi atau 'teori legitimasi', juga berasal dari perspektif ekonomi
politik. Sementara hubungan antara bisnis dan masyarakat dijelaskan oleh kontrak
sosial, teori legitimasi dapat digunakan untuk menjelaskan proses di mana kontrak
sosial ini dipertahankan. Teori tersebut berpendapat bahwa organisasi hanya dapat
terus ada jika masyarakat tempat mereka beroperasi mengakui bahwa mereka
beroperasi dalam sistem nilai yang konsisten dengan sistem nilai masyarakat itu
sendiri. Ini berarti bahwa sebuah organisasi harus tampak mempertimbangkan hak-hak
publik secara luas bukan hanya pemegang sahamnya.

Nilai dan norma yang terlihat dalam kontrak sosial telah berubah dari waktu ke waktu.
Di masa lalu, legitimasi hanya dianggap dalam hal kinerja ekonomi, dengan
satu-satunya harapan bisnis adalah menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. Pada
tahun 1962, Milton Friedman membahas tanggung jawab manajer perusahaan,
menyatakan bahwa:

“ada satu dan hanya satu tanggung jawab sosial bisnis untuk menggunakan sumber
dayanya dan terlibat dalam aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan
keuntungannya selama itu tetap dalam aturan permainan“.
Hal ini telah berubah dan bisnis saat ini diharapkan dapat mempertimbangkan berbagai
masalah, termasuk konsekuensi lingkungan dan sosial dari kegiatan mereka. Misalnya,
karyawan memiliki harapan yang berkaitan dengan berbagai manfaat yang diberikan
atasan mereka, dan masyarakat mungkin khawatir tentang polusi udara atau air yang

17
mempengaruhi lingkungan terdekat dan apa yang dilakukan entitas untuk
meminimalkannya. Pelanggan juga mungkin tertarik dengan potensi penurunan layanan
melalui rasionalisasi bisnis dan pemotongan staf atau penutupan cabang. Westpac
mengakui bahwa ketika menutup cabang bank di daerah pedesaan antara tahun 1990
dan 1998, telah melanggar 'kontrak sosial' dengan masyarakat. Selama periode
persaingan yang tinggi setelah deregulasi sektor perbankan, beberapa bank menutup
cabang dan agen di seluruh negeri sampai daerah pedesaan.

Teori legitimasi menunjukkan bahwa jika sebuah organisasi tidak dapat


membenarkannya untuk mempertahankan operasinya sesuai dengan kontrak sosial,
maka masyarakat dapat mencabut kontrak itu. Pelanggan mungkin mencari sumber
produk atau layanan alternatif, pekerja dapat memilih organisasi lain untuk
menyediakan layanan tenaga kerja atau organisasi mungkin merasa lebih sulit untuk
menarik sumber utang atau modal ekuitas.

Media seringkali menjadi salah satu faktor utama yang menetapkan atau mencerminkan
agenda yang terkandung dalam kontrak sosial. O'Donovan mempertimbangkan
bagaimana eksekutif perusahaan Australia menanggapi perhatian media yang
berpotensi merusak. Dia menemukan bahwa perusahaan memperhatikan dengan
seksama isu-isu yang disorot oleh media, dan pada gilirannya menyajikan
pengungkapan untuk mendukung atau melawan kesalahpahaman yang mungkin muncul
melalui media. Mereka melihat media sebagai faktor penting dalam mempengaruhi
pandangan masyarakat. Pollach mengeksplorasi seberapa erat agenda media dan
agenda lingkungan perusahaan diselaraskan dalam periode 10 tahun. Dia menemukan
bahwa mereka sangat erat mencerminkan satu sama lain tetapi agenda yang ditetapkan
oleh media melalui liputan berita mengenai isu-isu lingkungan mempengaruhi
bagaimana perusahaan memilih untuk menyajikan informasi mereka dalam laporan
lingkungan dan tahunan. Hal ini terutama berlaku untuk isu-isu yang berhubungan
dengan emisi karbon dan jejak karbon. Liputan berita, ketika perusahaan telah terkena
pelanggaran polusi, juga ditemukan mempengaruhi praktik perusahaan dengan
menghentikan aktivitas yang mengarah pada polusi. Hal ini ditemukan terutama di
mana liputan beritanya lebih negatif dan lebih bersifat lokal daripada nasional.

18
Akuntansi pengungkapan dan legitimasi
Legitimasi organisasi adalah proses yang digunakan organisasi untuk memenuhi
harapan masyarakat. Kepentingan terbaik organisasi untuk mengambil langkah guna
memastikan kegiatan perusahaan sah di mata masyarakat sesuai dengan norma dan
hukum yang berlaku. Lindblom mengidentifikasi empat cara organisasi agar dapat
memperoleh atau mempertahankan legitimasi, yaitu:
1. Berusaha untuk mengedukasi dan memberi informasi kepada masyarakat tentang
perubahan yang aktual dalam kinerja dan kegiatan organisasi.
2. Berusaha mengubah persepsi masyarakat, tetapi tidak benar-benar mengubah
keseluruhan perilaku masyarakatnya.
3. Berusaha untuk memanipulasi persepsi dengan mengalihkan perhatian dari masalah
yang menjadi perhatian tersebut kepada hal lainnya.
4. Berusaha mengubah ekspektasi dengan kinerjanya.
Legitimasi dapat terjadi melalui kinerja atau pengungkapan. Perusahaan dapat
mengubah proses atau sistem organisasinya, tetapi bisa sangat mahal. Jika suatu entitas
akan melakukan legitimasi, organisasi tersebut juga harus mengungkapkan informasi
tentang kegiatannya kepada publik. Seperti, mengungkapkan perihal keberlanjutan
perusahaannya di situs webnya, bersamaan dengan informasi tentang sistem
manajemen lingkungan yang telah dilaksanakan. Seperti, bagaimana mengukur emisi
karbon yang merupakan sebuah isu yang penting bagi masyarakat. Strategi yang
diambil akan berbeda tergantung pada, apakah mereka mencoba untuk mendapatkan
legitimasi, mempertahankan tingkat legitimasi saat ini, atau justru untuk memperbaiki
legitimasi yang sudah hilang atau terancam.
Pengungkapan informasi tentang pengaruh organisasi terhadap (atau
hubungannya dengan) masyarakat juga dapat digunakan dalam setiap strategi. Entitas
mungkin memberikan informasi untuk mengimbangi berita negatif yang mungkin
muncul di publik. Selain itu, perusahaan dapat menarik perhatian pada kekuatan dan
keberhasilan perusahaan yang telah dicapai, misalnya penghargaan atas kemenangan
perihal kinerja lingkungan atau pengurangan tingkat kecelakaan, yang dilakukan
bersamaan dengan tim perusahaan yang mengecilkan informasi tentang kegiatan
negatif seperti polusi.
Laporan tahunan yang disajikan untuk publik melalui situs web perusahaan dapat
menjadi alat yang ampuh untuk menunjukkan bahwa perusahaan telah memenuhi

19
harapan masyarakat. Jadi, salah satu fungsi utama laporan perusahaan adalah untuk
melegitimasi operasi perusahaan.
Sebagai contoh, dalam laporan keberlanjutannya, BHP Billiton mengakui
pentingnya ‘lisensi untuk beroperasi’ sesuai dengan kontrak atau norma sosialnya.
Dalam melakukannya, perusahaan berusaha untuk mengedukasi dan menginformasikan
masyarakat tentang kinerja dan kegiatan perusahaannya.
Dalam menguraikan pendekatan keberlanjutan di laporan keberlanjutannya,
perusahaan BHP menyajikan: ‘dalam mempertahankan lisensi kami untuk beroperasi
sebagai perusahaan global bergantung pada perolehan akses ke sumber daya alam dan
memastikan kita membangun hubungan jangka panjang dengan pemegang saham,
karyawan, kontraktor, masyarakat, pelanggan, dan pemasok. Piagam Keberlanjutan
BHP Billiton adalah inti dari strategi kami, memastikan kami dapat mengintegrasikan
faktor kesehatan, keselamatan, lingkungan, sosial, dan ekonomi ke dalam pengambilan
keputusan kita’.
Teori legitimasi telah umum digunakan untuk menjelaskan pengungkapan
keberlanjutan atau sosial perusahaan dan informasi lingkungan, termasuk melobi
pemerintah atau mematuhi aturannya, bekerja sama dengan media, pengungkapan
laporan keberlanjutan perusahaan tahunan, dan berkolaborasi dengan organisasi
non-pemerintah.

2.5 Stakeholder Theory (Teori Pemangku Kepentingan)


Ketika teori legitimasi berkaitan dengan pertimbangan organisasi masyarakat
pada umumnya, teori pemangku kepentingan mempertimbangkan hubungan dengan
pemangku kepentingan daripada masyarakat secara keseluruhan. Pemangku
kepentingan didefinisikan oleh Freeman sebagai 'setiap kelompok atau individu yang
dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian dari tujuan organisasi'.
Teori pemangku kepentingan berkaitan dengan perlakuan etis atau moral dari
pemangku kepentingan organisasi. Hasnas mengidentifikasi karakteristik dari entitas di
mana teori pemangku kepentingan dapat diterapkan, yaitu entitas yang dapat disebut
sebagai 'asosiasi sukarela’. (1) yang dibentuk untuk mewujudkan maksud dan tujuan
tertentu (2) yang memungkinkan anggota untuk keluar dengan bebas, dan bebas
mengeluarkan anggota lain dari asosiasi, dan (3) yang menarik dan mempertahankan
(serta merekrut dan mengevaluasi) anggota berdasarkan minat mereka terhadap tujuan
asosiasi. Oleh karena itu, teori ini tidak terbatas pada entitas yang menghasilkan

20
keuntungan, sebab itu dapat diterapkan pada bisnis nirlaba termasuk amal. Ketika
perusahaan perlu menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham dan pemodal
lainnya, entitas nirlaba tidak.
Pemegang saham mungkin menjual saham mereka di entitas yang menghasilkan
keuntungan, sementara donor dapat memutuskan apakah akan menyumbang atau tidak
kepada entitas nirlaba. Namun, keduanya memungkinkan karyawan untuk bebas pergi
dari perusahaan profit maupun non-profit.
Pemahaman tentang teori pemangku kepentingan telah berubah selama lima
sampai sepuluh tahun terakhir. Literatur sebelumnya menjelaskan bahwa ada tiga
cabang teori:
1. Cabang normatif atau etika
2. Cabang instrumental
3. Cabang deskriptif atau positif, sering disebut sebagai cabang manajerial.

Di cabang etika, dijelaskan bahwa organisasi harus memperlakukan semua


pemangku kepentingan secara adil dan organisasi harus dikelola untuk kepentingan
semua pemangku kepentingannya. Kepentingan pemangku kepentingan tidak
ditentukan oleh banyaknya sumber daya yang diberikan dari pemangku kepentingan
tersebut ke organisasi, berarti bahwa satu pemangku kepentingan tidak dianggap lebih
penting daripada yang lain dan organisasi memiliki kewajiban fidusia untuk semua
pemangku kepentingan. Donaldson dan Preston mencatat bahwa pemangku

21
kepentingan penting ketika mengidentifikasi 'moral' atau pedoman filosofis untuk
operasi dan manajemen korporasi'. Dari cabang instrumental, digunakan untuk
mengidentifikasi hubungan antara manajemen pemangku kepentingan dan pencapaian
tujuan tradisional perusahaan seperti profitabilitas atau pertumbuhan perusahaan.
Cabang manajerial teori pemangku kepentingan, sebagai mekanisme untuk
menjelaskan bagaimana pemangku kepentingan mungkin mempengaruhi tindakan
organisasi. Sejauh mana organisasi akan mempertimbangkan pemangku
kepentingannya berhubungan dengan kekuatan atau pengaruh para pemangku
kepentingan tersebut. Kekuatan pemangku kepentingan dikaitkan dengan tingkat
kontrol yang mereka miliki atas sumber daya yang dibutuhkan oleh organisasi.
Semakin diperlukan sumber daya yang dikendalikan oleh pemangku kepentingan untuk
keberhasilan organisasi, semakin besar pula kemungkinan manajer akan
memperhatikan pemangku kepentingan tersebut.
Teori pemangku kepentingan mengusulkan bahwa organisasi memiliki
kewajiban untuk mempertimbangkan bagaimana kegiatan mereka mempengaruhi
pemangku kepentingan dan tidak boleh hanya berkonsentrasi pada memaksimalkan
keuntungan untuk kepentingan pemilik. Hasnas mencatat bahwa dalam
mempertimbangkan kepentingan semua pemangku kepentingan, pengelola perlu
mengelola bisnis untuk mencapai keseimbangan optimal di antara para pemangku
kepentingan ini. Kadang-kadang akan terjadi konflik kepentingan, sehingga menjadi
tanggung jawab manajemen untuk mengorbankan sebagian kepentingan beberapa
pemegang saham kepada pemangku kepentingan.
Teori pemangku kepentingan konsisten dengan gagasan untuk memaksimalisasi
nilai perusahaan, dengan teori pemangku kepentingan yang berargumen bahwa entitas
yang berusaha melayani kepentingan kelompok pemangku kepentingan yang luas akan
menciptakan nilai lebih. Sementara teori akuntansi positif dan teori keagenan melihat
usaha sebagai hal untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham, teori pemangku
kepentingan mengambil perspektif yang lebih luas dari penciptaan nilai. Freeman
berpendapat, bahwa sebuah kesalahan jika membatasi sebuah usaha hanya pada nilai
finansial. Sebab, nilai dapat mencakup semua hal-hal yang dianggap berharga oleh
pelanggan, karyawan, dan pemangku kepentingan lainnya dan tidak semua tentang
kepentingan pribadi dan memaksimalkan keuntungan pemegang saham. Karena
pemangku kepentingan yang sejahtera juga merupakan modal keberlanjutan
perusahaan.

22
● Peran informasi akuntansi dalam teori pemangku kepentingan
Salah satu cara penting untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pemangku
kepentingan adalah dengan memberikan informasi tentang kegiatan dan kinerja
organisasi. Hal ini mungkin menunjukkan bagaimana tujuan dan misi selaras dengan
harapan pemangku kepentingan, atau bagaimana keuangan perusahaan atau kinerja
lingkungannya telah memenuhi persyaratan pemangku kepentingan. Seperti strategi
legitimasi menurut Lindblom yang dibahas sebelumnya, memberikan informasi kepada
pemangku kepentingan adalah salah satu cara yang sangat penting untuk mendapatkan
dukungan atau persetujuan pemangku kepentingan, atau untuk mengalihkan perhatian
mereka dari kegiatan yang kurang diinginkan.
Freeman melihat bahwa akuntansi memiliki peran penting dalam pandangan
pemangku kepentingan seluruh dunia. Namun, ia berpendapat bahwa model bisnis
perlu diubah untuk memberikan informasi kepada berbagai pihak pemangku
kepentingan tentang bagaimana perusahaan menciptakan nilai. Hal yang mungkin
memenuhi kebutuhan informasi tentang penciptaan nilai adalah pelaporan yang
terintegrasi. Pelaporan terintegrasi dirancang untuk membuat kerangka pelaporan yang
diterima secara global di mana laporan tersebut menyatukan keuangan, lingkungan,
sosial, dan informasi tata kelola, yang bertujuan untuk menyajikan pandangan yang
lebih holistik tentang nilai yang dihasilkan untuk pemangku kepentingan.
Seperti teori legitimasi, teori pemangku kepentingan telah digunakan untuk
menguji pengungkapan informasi sukarela kepada pemangku kepentingan, paling
sering berkaitan dengan sosial dan lingkungan.

2.6 Contingency Theory (Teori Kontingensi)


Teori kontingensi dikembangkan dalam literatur manajemen pada 1960-an dan
1970-an. Pada intinya, teori ini menjelaskan bahwa perusahaan/organisasi dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang berbeda di seluruh organisasi. Sebagai akibatnya, mereka
perlu menyesuaikan struktur mereka untuk mempertimbangkan berbagai faktor seperti
lingkungan eksternal, ukuran organisasi, dan strategi bisnis, jika organisasi ingin
berkinerja baik. Galbraith merumuskan teori untuk mengusulkan bahwa tidak ada satu
pun cara terbaik untuk mengaturnya, karena efektivitas organisasi bergantung pada
konteks. Proposisi sentral dari teori kontingensi adalah bahwa kinerja organisasi
tergantung pada kesesuaian antara konteks dan struktur organisasi. Pada gilirannya,
efektivitas organisasi tercapai dengan mencocokkan karakteristik organisasi dengan

23
kontinjensi. Kontingensi didefinisikan sebagai 'variabel apa pun' yang memoderasi
pengaruh karakteristik organisasi terhadap kinerja organisasi. Sejumlah kontinjensi
telah diidentifikasi dalam literatur yang memeriksa struktur dan kinerja organisasi,
termasuk teknologi, inovasi, perubahan lingkungan, ukuran, dan diversifikasi.
Kerangka kerja kontingensi telah digunakan untuk mengevaluasi informasi
akuntansi manajemen dan sistem pengendalian internal. Pendekatan kontingensi dalam
akuntansi manajemen didasarkan pada proposisi bahwa tidak ada sistem akuntansi yang
sesuai secara universal yang dapat diterapkan pada semua organisasi. Sebaliknya, fitur
sistem akuntansi yang sesuai adalah kontingen pada keadaan khusus yang dihadapi
organisasi.
● Perbandingan dari beberapa teori

24
2.7 Using Theories to Understand Accounting Decisions
Akuntan perlu membuat berbagai keputusan akuntansi setiap hari. Akuntan
diharuskan menggunakan pertimbangan untuk membuat berbagai keputusan termasuk:
•• apakah akan membebankan atau mengkapitalisasi biaya
•• estimasi/perkiraan akuntansi apa yang digunakan
•• apakah akan mengakui suatu item dalam laporan keuangannya, atau
mengungkapkannya hanya dalam catatan
•• apakah akan mengungkapkan informasi tambahan, yang mana tidak diatur
oleh undang-undang.
Teori-teori yang telah dibahas dapat menawarkan beberapa bantuan dalam menjelaskan
keputusan manajer dan akuntan di bidang-bidang tersebut.
● Membebankan dan mengkapitalisasi biaya
Akuntan dan manajer perlu membuat keputusan tentang waktu dan sifat dari
berbagai kegiatan, termasuk perawatan, pemeriksaan mesin, peningkatan modal, dan
perbaikan. Sedangkan standar akuntansi berkaitan dengan transaksi sewa-menyewa
karena perubahan pada saat pencatatan, perusahaan, sebagai penyewa, juga
diharuskan untuk memutuskan apakah mereka telah mengambil risiko dan manfaat
kepemilikan dan dengan demikian diharuskan untuk mengkapitalisasi sewa aset dan
kewajiban yang sesuai. Akuntan sering memiliki keleluasaan atas waktu pencatatan
peristiwa tersebut dan banyak kemungkinan memiliki dampak yang cukup besar pada
posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dengan membebankan transaksi daripada
mengkapitalisasi, kemungkinan akan mengurangi keuntungan jangka pendek.
Demikian pula, kapitalisasi diharapkan dapat meningkatkan basis aset dan oleh karena
itu meningkatkan perhitungan leverage. Teori Keagenan, dengan manajer yang
memiliki pemikiran tentang keuntungan jangka pendek, akan menyatakan lebih
memilih untuk mengkapitalisasi biaya ini, jika mungkin, untuk memaksimalkan
keuntungan. Demikian pula, di mana perusahaan memiliki perjanjian pinjaman,
manajer ingin memastikan nilai aset dimaksimalkan, yang akan mengarah pada
kapitalisasi biaya jika memungkinkan.
Jika manajer memikirkan kinerja perusahaan jangka menengah atau panjang
demi memperpanjang waktu berkarir manajer itu sendiri, kapitalisasi biaya menjadi
kurang penting dan manajer cenderung ingin meratakan pendapatan dalam jangka
menengah hingga jangka panjang. Teori kelembagaan juga akan menjelaskan

25
pengaruh norma dan harapan eksternal terhadap kebijakan kompensasi manajerial.
Perusahaan diharapkan mengikuti apa yang dianggap sebagai praktik 'normal' di
industri dalam menetapkan gaji dan menggunakan gabungan penggunaan uang tunai
dan pembayaran insentif.
● Perkiraan akuntansi
Akuntan dan manajer terus-menerus memperkirakan tingkat ekonomi untuk
diperhitungkan. Seperti, utang macet, provisi untuk garansi, masa manfaat yang
diharapkan, nilai sisa peralatan, penurunan nilai aset dan nilai wajar instrumen
keuangan. Perkiraan ini membutuhkan penilaian dan dapat menyebabkan variasi
substansial dalam laba yang dilaporkan dan saldo aset. Sekali lagi, teori agensi dapat
menjelaskan keputusan manajerial dalam hal ini. Manajer dan akuntan yang bertindak
untuk kepentingan pribadi, cenderung memastikan bonus mereka sendiri dapat
dimaksimalkan dan perusahaan tidak berisiko melanggar kontrak utang.
● Kebijakan dalam pengungkapan
Di luar persyaratan standar hukum dan akuntansi tertentu, manajer dan akuntan
yang memutuskan hal-hal yang akan diungkapkan dalam laporan tahunan. Kebijakan
pengungkapan berkaitan dengan pengungkapan tambahan dalam laporan keuangan
atau catatan atas laporan keuangan, juga dalam hal melaporkan atau meninjau kembali
kegiatan perusahaan, bagian tambahan dari laporan tahunan atau rilis media.
Pengungkapan dapat berhubungan dengan prakiraan keuangan, informasi
tentang kinerja sosial atau lingkungan, rencana investasi modal atau peluang
penelitian dan pengembangan. Teori pemangku kepentingan akan menjelaskan
pengungkapan ini dalam hal memberikan informasi yang relevan untuk menjaga
hubungan yang baik dengan para pemangku kepentingan. Teori legitimasi melihat
pengungkapan sukarela sebagai cara untuk mempertahankan atau mendapatkan
kembali legitimasi dengan menunjukkan bagaimana perusahaan dapat memenuhi
harapan masyarakat. Demikian pula, teori institusional/kelembagaan dan teori
kontingensi akan menjelaskan kebijakan pengungkapan dalam kaitannya terhadap
harapan norma dan lingkungan eksternal.
Asimetri informasi antara pemilik dan manajer kemungkinan akan
mempengaruhi tingkat dan jenis informasi perusahaan yang diungkapkan. Manajer
harus berhati-hati dalam menyajikan berita baik dan buruk tentang perusahaan, atau
bisa mempertaruhkan reputasi perusahaan dan berpotensi mempengaruhi nilai
perusahaan.

26
27
BAB III
ISU TERKINI

3.1 Bonus CEO sebesar sepuluh juta dollar Amerika mendorong CEO mengambil
keputusan jangka pendek
CEO dengan gaji jutaan dolar belum tentu bekerja untuk kepentingan terbaik
pemegang saham dan mungkin ada kasus di mana pemegang saham ingin membatasi
gaji mereka. Penelitian baru mempertanyakan apakah batasan pada gaji eksekutif
merugikan atau menguntungkan pemegang saham dan menemukan dalam memberikan
bonus sepuluh juta dollar kepada CEO justru mendorong mereka untuk membuat
keputusan jangka pendek daripada bekerja sama dengan dewan untuk memenuhi
kepentingan pemegang saham. Hasilnya, penelitian mengusulkan bahwa membatasi
kompensasi eksekutif mungkin lebih bermanfaat untuk pemegang saham.
Selama 30 tahun terakhir, kompensasi CEO telah meningkat berdasarkan
argumen teoritis, bahwa itu menciptakan nilai-nilai pemegang saham. Namun, sistem
saat ini mendorong perusahaan untuk lebih fokus pada transaksional daripada
membangun kekuatan perusahaan dan lebih berinovasi. CEO cenderung mengejar
strategi dengan hasil yang mudah untuk diukur.
Struktur dan pedoman tata kelola perusahaan di Australia independensi direktur.
Namun, berarti bahwa direksi tidak memiliki pemahaman yang mendalam perihal
bisnis. Jika hanya mengandalkan ukuran kinerja keuangan berarti direksi tidak perlu
benar-benar memahami apakah mereka adalah pemimpin yang baik, berwawasan luas,
mengejar strategi yang tepat, dan dapat berkomunikasi dengan baik.
3.2 Penggunaan tenaga kerja anak-anak atau pembayaran upah buruh yang tidak
sesuai dapat merusak nama sebuah merek dagang
Dalam membeli barang, konsumen menjadi semakin sadar anggaran, yang mana
mendorong penjual (pengecer) untuk melakukan efisiensi melalui rantai pasokan
mereka. Hal ini menyebabkan mereka harus mendapatkan stok dari produsen di
negara-negara yang membayar tarif upah rendah. Namun, ini dapat menimbulkan risiko
tambahan.
Investor menyerukan transparansi yang lebih besar dari perusahaan terbuka,
seperti perusahaan pakaian, alas kaki dan tekstil dari Asia, yang memperingatkan
bahwa menggunakan tenaga kerja yang lebih murah untuk mengurangi biaya dapat

28
menjadi bumerang perusahaan dan pada akhirnya dapat merusak merek. Mereka
memberi tekanan pada perusahaan terbuka untuk menyediakan lebih banyak informasi
tentang rantai pasokan mereka, termasuk perincian dari negara mana barang berasal.
Ketika membuat keputusan investasi, penting bagi investor untuk
mempertimbangkan perusahaan mana yang memiliki risiko ini. Namun, pengungkapan
publik seringkali sangat buruk prosesnya dan kurang lengkap, sehingga membuat
investor mencari informasi lebih jauh dari sumber lain. Para investor mencari
transparansi yang lebih besar dan telah menempatkan permasalahan rantai pasokan
yang sesuai dengan norma dan etika ini sebagai isu serius yang wajib disorot.
Kejadian pada April 2013 di mana runtuhnya pabrik garmen di Bangladesh yang
menewaskan 1000 pekerja, mengakibatkan isu tentang tenaga kerja semakin naik ke
permukaan. Buruh/pekerja dan perusahaan diharapkan menandatangani perjanjian
tentang kesejahteraan buruh termasuk urusan upah dan kompensasi.

29
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Bonus CEO sebesar sepuluh juta dollar Amerika mendorong CEO mengambil
keputusan jangka pendek
Dalam hubungan keagenan antara pemegang saham (prinsipal) dan manajer
(agen), dapat menemui permasalahan seperti adanya perbedaan kepentingan antara
pemegang saham dan manajer. Dalam hal kontrak pembayaran atau gaji manajer pun
dapat menimbulkan masalah yang disebut sebagai masalah horizon. Masalah horizon
adalah di mana manajer cenderung lebih fokus pada keuntungan perusahaan jangka
pendek, sementara pemegang saham menginginkan adanya pertumbuhan jangka
panjang dari perusahaan. Manajer yang fokus pada keuntungan perusahaan jangka
pendek disebabkan oleh adanya bonus besar yang dijanjikan di suatu periode jika
berhasil mencapai profit yang ditentukan.
Dengan adanya perbedaan kepentingan di suatu perusahaan tentu akan
menghambat kegiatan perusahaan dan dapat mempertaruhkan kinerja perusahaan
karena ketidak-selarasan keinginan antara dua bagian penting di perusahaan (prinsipal
dan agennya). Hal yang dapat dilakukan adalah meminimalkan konflik kepentingan
antara manajer dan prinsipal dan menyamakan tujuan demi mencapai tujuan
perusahaan.
Manajer yang cenderung lebih memilih bonus besar dalam satu periode tertentu
dibanding pendapatan jangka panjang disebabkan oleh motivasi untuk mendapatkan
uang. Uang tunai yang dapat memenuhi kebutuhan keuangan mereka tentu menerbitkan
motivasi untuk menjalankan tugas dengan baik di satu periode itu tetapi tidak menutup
kemungkinan seorang manajer akan melakukan apapun demi mendapatkan profit
perusahaan yang maksimal karena berkaitan dengan bonus pribadinya tanpa
memikirkan kepentingan pemegang saham. Jika hal ini terjadi terus-menerus tentu
dapat menimbulkan konflik kepentingan antara prinsipal dan agennya secara
berkelanjutan. Hal-hal buruk seperti manajer memberikan informasi yang salah kepada
pemegang saham demi memenuhi kepentingan pribadi bisa saja terjadi sehingga hal ini
harus ditekan demi keberlanjutan perusahaan.
Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang memperhatikan keberlanjutan
usahanya bukan hanya memaksimalkan keuntungan di periode saat ini saja, karena
keuntungan yang maksimal pun belum tentu selaras dengan keseluruhan tujuan

30
perusahaan dan nilai-nilai yang dapat diciptakan perusahaan itu sendiri. Menyangkut
permasalahan teori keagenan di atas, hal yang bisa dilakukan adalah membuat rencana
kompensasi insentif para eksekutif kemudian membuat kontrak kerja yang jelas, sesuai
dengan hukum yang berlaku, dan menguntungkan kedua belah pihak.
Permasalahan bonus yang diberikan sekaligus dalam jumlah besar kepada
manajer, dapat diatasi dengan memberikan bonus berupa lembar saham perusahaan
alih-alih uang tunai berjumlah besar. Hal itu dapat membentuk rasa tanggung jawab
kepada para manajer karena mereka tentu ingin melihat kondisi perusahaan semakin
membaik setiap waktu dan eksis dalam jangka waktu yang lama.

4.2 Penggunaan tenaga kerja anak-anak atau pembayaran upah buruh yang tidak
sesuai dapat merusak nama sebuah merek dagang
Isu ini terkait dengan teori legitimasi di mana selain mendapatkan keuntungan
dari kegiatan usahanya, sebuah perusahaan harus memastikan bahwa mereka
melakukan kegiatan usaha sesuai dengan batasan dan norma-norma masyarakat.
Kesejahteraan masyarakat sekitar masih menjadi sorotan dan merupakan hal penting
yang dilihat oleh para investor sebelum menanam investasi ke suatu perusahaan
terbuka.
Menggunakan tenaga kerja anak-anak dan membayar upah buruh tidak sesuai
dengan sebagaimana mestinya dapat menjadi bumerang bagi perusahaan. Perusahaan
tidak berdiri untuk memaksimalkan profit jangka pendek saja tetapi harus memikirkan
keberlanjutan usahanya untuk jangka waktu yang lama demi pemegang saham dan para
pemangku kepentingan. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan negatif sangat tidak
disarankan bahkan ditentang untuk dilakukan. Penggunaan tenaga kerja anak di bawah
umur dan pembayaran upah yang tidak sesuai adalah bentuk permasalahan yang
menyangkut hak asasi manusia. Selain masalah etika, jika berita tersebut muncul ke
permukaan tentu akan menjadi isu yang panas di masyarakat. Hal yang bisa terjadi
adalah timbulnya kemarahan masyarakat dunia dan organisasi kemanusiaan yang
membuat perusahaan dikecam dan produknya diboikot oleh publik, timbul masalah
lainnya seperti masalah hukum, dan investor tidak akan melirik perusahaan yang
bermasalah.
Perusahaan yang ingin usahanya eksis dalam jangka waktu yang lama, harus
memikirkan isu tersebut sehingga harus hati-hati dalam praktiknya. Perusahaan

31
diperkenankan untuk meminimalkan biaya selama tidak melanggar hukum dan norma
yang berlaku juga harus tetap memikirkan hak asasi manusia.
Hal yang dapat dilakukan perusahaan mengenai isu tersebut, perusahaan harus
menghindari hal-hal negatif yang dapat mempertaruhkan merek perusahaan. Demi
menjauhkan dari gosip-gosip miring, sebuah perusahaan publik juga seharusnya
menginformasikan segala berita perusahaannya di situs web mereka yang dapat diakses
oleh semua pemangku kepentingan termasuk masyarakat. Informasi tersebut dapat
berupa laporan tahunan yang terintegrasi di mana isinya dapat mencakup semua
informasi yang dibutuhkan termasuk laporan keberlanjutan perusahaan.
Perusahaan yang jauh dari isu-isu negatif dan sangat memikirkan kesejahteraan
sosialnya alih-alih hanya masalah laba, tentu akan mendapat nilai positif di masyarakat.
Hal ini membantu perusahaan mendapat legitimasi.

32
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan makalah ini, kita dapat mengambil suatu kesimpulan teori akuntansi
merupakan penalaran logis dalam bentuk seperangkat prinsip luas yang memberikan
kerangka dan acuan umum yang dapat digunakan untuk menilai praktek akuntansi.
Teori akuntansi dapat dikelompokkan berdasarkan teori positif dan normatif. Serta
adanya hubungan antara manajer dan pemilik pada praktik akuntansi yang
dihubungkan dengan teori keagenan dalam praktik dunia nyata terhadap pengambilan
suatu keputusan berdasarkan tujuannya.

5.2 Saran
Di dalam perguruan tinggi, hal yang dikaji berkaitan dengan akuntansi tidak cukup
mencakup kajian akuntansi secara praktik namun juga secara teori. Perguruan tinggi
memiliki peranan yang sangat penting dalam pengembangan akuntansi secara teori.
Sebagai agen pengembangan dan perubahan, perguruan tinggi harus mampu untuk
mengembangkan teori-teori yang telah ada agar akuntansi dapat berkembang menjadi
lebih baik.

33
DAFTAR PUSTAKA

Michaela Rankin, Kimberly Ferlauto, Susan McGowan, Patricia Stanton. (2018).


Contemporary Issues in Accounting. Second Edition. ISBN : 9780730343530.

https://www.youtube.com/watch?v=w4zlpsT2Sp8&ab_channel=VoiceofAmerica

34

Anda mungkin juga menyukai