Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEORI AKUNTANSI
CASE STUDY 3.1

Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
EVITA SRI WAHYUNI 20164112026
NOVI DWI PRASETYA 20174112016
RIDWAN ARIF DWI KURNIA 20181222010
SHIVA FAUZIA AZAHRA 20174112012
YUSUFI MARINI 20174112005

JURUSAN AKUNTANSI
INDONESIA BANKING SCHOOL
2019

Accounting Theory 1
KATA PENGANTAR

Pertama-tama, marilah senantiasa kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah Makalah ini dapat diselesaikan
dengan baik. Makalah ini membahas mengenai Teori Perilaku Akuntan.
Pada kesempatan ini, tak lupa pula penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini,
yaitu:
1. Allah SWT berkat rahmat-Nyalah, penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
2. Orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun material
kepada penulis.
3. Dr. Wiwi Idawati.,SE.,M, selaku dosen koordinator dalam makalah ini.
4. Teman-teman, serta pihak-pihak lain yang telah banyak membantu penulis dalam
proses penulisan makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis sadar sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, masih banyak
kekurangan yang terdapat pada makalah ini. Oleh sebab itu, penulis memohon maaf yang
sebesar-besarnya atas kesalahan yang penulis lakukan, baik sengaja maupun yang tidak
disengaja. Tak lupa, penulis juga mengharapkan dan mengucapkan banyak terima kasih
terhadap kritik dan saran yang membangun terhadap makalah ini.

Jakarta, Oktober 2019

Penyusun

Accounting Theory 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penulisan 4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Teori regulasi yang relevan dengan akuntansi keuangan dan auditing
2.1.1 Teori efesiensi pasar 5
2.1.2 Teori Agensi 5
2.1.3 Teori Regulasi 5
2.2 Teori - Teori Peraturan Diterapkan pada Praktek Akuntansi dan Auditing
2.2.1 Penerapan teori kepentingan umum 6
2.2.2 Penerapan teori pembuatan peraturan 6
2.2.3 Penerapan Teori Kepentingan Individu 6
2.3 Kerangka Peraturan Untuk Pelaporan Keuangan
2.3.1 Persyaratan Wajib 7
2.3.2 Tata Pengelolaan Perusahaan 7
2.3.3 Auditor dan Pengawasan 7
2.3.4 Badan Pelaksana Independen 7
2.4 Struktur Kelembagaan Untuk Menetapkan Standar Akuntansi Dan Audit
2.4.1 Program konvergensi IASB dan FASB 7
2.4.2 Standar Akuntansi Untuk Sektor Publik 7
2.4.3 Standar Auditing Internasional 7

BAB III KASUS


3.1 Soal Kasus 8
3.2 Penyelesaian 9

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 12

DAFTAR PUSTAKA 13

Accounting Theory 3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya akuntansi memiliki kerangka teori konseptual yang menjadi dasar
pelaksanaan teknik-tekniknya, kerangka dasar konseptual ini terdiri dari standar (teknik,
prinsip) dan praktik yang sudah diterima oleh umum karena kegunaannya dan
kelogisannya. Standar akuntansi ini merupakan masalah penting dalam profesi dan
semua pemakai laporan yang memiliki kepentingan terhadapnya. Oleh karena itu,
mekanisme penyusunan standar standar akuntansi harus diatur sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan kepuasan kepada semua pihak yang berkepentingan terhadap laporan
keuangan.
Standar akuntansi ini akan terus–menerus berubah dan berkembang sesuai
perkembangan dan tuntutan masyarakat. Belkaoui (1985) mengemukakan alasan
pentingnya standar akuntansi yang baku sebagai berikut:
1. Dapat menyajikan informasi tentang informasi keuangan, prestasi, dan kegiatan
perusahaan. Informasi yang disusun berdasarkan standar akuntansi yang lazim
diharapkan mempunyai sifat yang jelas, konsisten, terpercaya dan dapat
diperbandingkan.
2. Memberi pedoman dan peraturan bekerja bagi akuntan agar mereka dapat
melaksanakan tugas dengan hati–hati, independen, dan dapat mengabdikan
keahliannya dan kejujurannya melalui penyusunan laporan akuntansi setelah melalui
pemeriksaan akuntan.
3. Memberikan data base kepada pemerintah tentang berbagai informasi yang dianggap
penting dalam perhitungan pajak, peraturan tentang perusahaan, perencanaan dan
peraturan ekonomi, dan peningkatan efesiensi ekonomi dan tujuan–tujuan makro
lainnya.
4. Dapat menarik parah ahli dan praktisi di bidang teori dan standar akuntansi. Semakin
banyak standar yang dikeluarkan, semakin banyak kontroversi dan semakin bergairah
untuk berdebat, berpolemik dan melakukan penelitian.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud teori regulasi yang relevan dengan akuntansi keuangan dan
auditing?
2. Bagaimana Teori - Teori Peraturan Diterapkan pada Praktek Akuntansi dan
Auditing?
3. Apakah itu Kerangka Peraturan Untuk Pelaporan Keuangan ?
4. Apa itu Struktur Kelembagaan Untuk Menetapkan Standar Akuntansi Dan Audit ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui teori regulasi yang relevan dengan akuntansi keuangan dan
auditing.
2. Untuk mengetahuiTeori - Teori Peraturan Diterapkan pada Praktek Akuntansi dan
Auditing.

Accounting Theory 4
3. Untuk mengetahuiKerangka Peraturan Untuk Pelaporan Keuangan.
4. Untuk mengetahuiStruktur Kelembagaan Untuk Menetapkan Standar Akuntansi
Dan Audit.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori regulasi yang relevan dengan akuntansi keuangan dan auditing
Teori pasar capital menganjurkan bahwa manajemen akan mendapatkan insentif jika
sukarela menyediakan informasi akuntansi kepada pihak diluar perusahaan dan membuat
informasi tersebut diverivikasi oleh auditor independen. Terdapat beberapa teori yang
relevan untuk memahami regulasi dari laporan keuangan antara lain.
2.1.1 Teori efesiensi pasar
Ekonom pasar bebas akan berargumen bahwa fungsi pasar beroperasi baik tanpa
intervensi pemerintah. Dan dengan efesiensi yang maksimum akan dicapai dengan
dorongan permintaan dan penawaran yang diatur oleh pasar.. Akuntansi dapat juga
dilihat sebagai industri informasi dengan itu bisnis dari akuntansi adalah
memproduksi informasi. Pembela dari penganjur pasar bebas berargumen “seperti
produk lainnya kekuatan permintaan dan penawaran harus beroperasi, terdapat
permintaan untuk informasi akuntansi oleh pengguna dan penawaran informasi
tersebut dari perusahaan yang membuat laporan keuangan. Sebuah titik keseimbangan
harga terbentuk secara teori pada informasi akuntansi” .
2.1.2 Teori Agensi
Permintaan dari informasi keuangan dapat dikategorikan sebagai keinginan untuk
melakukan pengambilan keputusan. Atkinson dan Feltham berargumen bahwa bahwa
teori agensi mengingatkan tentang permintaan tentang informasi keuangan. Teori
agensi berkonsentrasi pada hubungan antara pemilik modal dan seseorang manajer.
Atkinson dan feltham menjelaskan permintaan informasi berkaitan tentang keinginan
untuk:

 Motivasi agen (manajer)


 Mendistribusikan resiko secara efisien

2.1.3 Teori Regulasi

a. Public Interest Theory


Public interest theory percaya bahwa peraturan itu disediakan sebagai
jawaban atas permintaan dari publik untuk koreksi atas praktek pasar yang
tidak adil atau tidak efisien. Oleh karena itu, peraturan pada awalnya diberikan
agar bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan dan badan pengatur
dipercaya untuk mewakili kepentingan dari masyarakat di mana badan
pengatur beroperasi.

Accounting Theory 5
b. Capture Theory
Tidak seperti private interest theory, capture theory mengakui
kemungkinan bahwa peraturan pada awalnya diberikan untuk kepentingan
publik. Namun, teori ini membantah bahwa peraturan akhirnya akan
dikendalikan oleh pihak yang seharusnya dikendalikan oleh regulasi tersebut.
Di bawah perspektif ini, pihak yang menginginkan tanggung jawab atas
(menangkap) pengatur dengan niat bahwa aturan yang akan dikeluarkan (post-
capture) akan menguntungkan bagi kebutuhan pihak tersebut.

c. Regulasi Teori Kelompok Kepentingan Ekonomi


Regulasi teori kelompok kepentingan ekonomi (regulasi teori kepentingan
pribadi) berasumsi bahwa kelompok akan dibentuk untuk melindungi
kepentingan ekonomi tertentu. Kelompok berbeda dipandang sering tidak
sesuai satu sama lain dan kelompok yang berbeda akan melobi pemerintah
untuk memberikan perundang-undangan yang secara ekonomis bermanfaat
bagi mereka (atas biaya yang lain).

2.2 Teori - Teori Peraturan Diterapkan pada Praktek Akuntansi dan Auditing

2.2.1 Penerapan teori kepentingan umum (Public interest theory)


Teori ini menghiraukan studi penelitian yang mengindikasikan bahwa
manajer suatu entitas bisnis memiliki dorongan yang kuat untuk membenarkan
anggapan pasar yang salah mengenai aktivitas bisnis mereka.

2.2.2 Penerapan teori pembuatan peraturan (capture theory)


Dalam hal ini pada dasarnya profesi akuntansi membutuhkan pengesahan
standard akutansi yang bisa dicapai hanya dengan standard yang dimilikinya
mempunyai kekuatan hukum yang didukung oleh legislative. Pada hal ini
dapat dilihat bahwa campur tangan dalam perturan dalam penetapan susunan
standard akuntansi di desain sama dengan kerangka teori kepentingan umum.

2.2.3 Penerapan Teori Kepentingan Individu.

Batasan pada teori peraturan ini adalah tidak terdapat hubungan mutual
secara ekslusif, suatu kejadian yang diterangkan dengan satu teori mungkin
bisa diterangkan sama baiknya menggunakan teori yang lain. Pada hal ini
tidak jelas satu penjelasan dapat di pertahankan. Cotoh Sarbox yang muncul
karena tindakan pemerintah amerika mengikuti bangkrutnya enron yang
dimaksudkan untuk menjamin tingkat pengusaan perusahaan dalam supervisi
dan audit laporan keuangan. Teori ini menjadi seimbang ketika di observasi
dengan suatu kejadian. Dalam hal ini sangat sesuai jika dilihat dari segi
pandang proses politik.

Accounting Theory 6
2.3 Kerangka Peraturan Untuk Pelaporan Keuangan
Di berbagai negara, terdapat banyak perbedaan mengenai kerangka peraturan
akuntansi keuangan, tetapi ada beberapa unsur yang sama; yaitu

2.3.1 Persyaratan Wajib


Persyaratan wajib berperan sebagai insentif untuk menghasilkan laporan
keuangan untuk diaudit. Di berbagai negara, peraturan perusahaan menyatakan
bahwa direktur harus menyediakan akun yang diaudit. Dengan demikian maka
direktur dan auditor harus memenuhi persyaratan wajib pelaporan seperti yang
terkandung dalam peraturan perusahaan.

2.3.2 Tata Pengelolaan Perusahaan


Tata pengelolaan perusahaan mengacu pada struktur, proses dan lembaga-
lembaga dalam dan di sekitar organisasi yang mengalokasikan kekuasaan dan
kontrol sumber daya di antara mereka.

2.3.3 Auditor dan Pengawasan


Auditor berperan penting dalam menjamin kualitas informasi yang
terkandung dalam laporan keuangan perusahaan.

2.3.4 Badan Pelaksana Independen


Badan pelaksana independen berperan untuk meningkatkan kepatuhan
terhadap peraturan yang mengatur pembuatan laporan keuamgan, sebagaimana
yang terkandung dalam hokum dan standar akuntansi.

2.4 Struktur Kelembagaan Untuk Menetapkan Standar Akuntansi Dan Audit

2.4.1 Program konvergensi IASB dan FASB


Program konvergensi membutuhkan IASB dan FASB untuk
mengidentifikasi perbedaan diantara standar mereka masing-masing untuk
mereview solusi yang ada dan mengambil penanganan yang lebih baik.

2.4.2 Standar Akuntansi Untuk Sektor Publik


IASB menetapkan standar untuk sektor swasta, perbedaan standar dapat
berlaku untuk sector publik. Sebuah negara harus memutuskan standar IASB
yang mana yang akan diikuti oleh entitas sektor public.

2.4.3 Standar Auditing Internasional


Standar auditing internasional atau yang biasa disebut ISA(International
Stamdards on Auditing) dikembangkan oleh IAASB (International Auditing
and Assurance Standards Board). Pemerintah meyakini bahwa kekuatan dari
standar akuntansi dan standar auditing dan keefektifanya dalam pelaksannaya
adalah salah satu factor dari kesuksesan pengembangan keuangan diseluruh
dunia.

Accounting Theory 7
BAB III

KASUS

3.1 Soal Kasus

Jhon Snow dari Amerika Serikat mendesak keseimbangan dalam aturan Sarbanes-
Oxley

Menteri Keuangan AS John Show pada hari Rabu menentang penggunaan aturan
pelaporan keuangan Sarbanes-Oxley dalam cara-cara yang dapat menghambat
pertumbuhan ekonomi, dan dia bersimpati dengan keadaan para eksekutif perusahaan
yang berada di bawah pengawasan peraturan. ‘Kita perlu menjaga keseimbangan dalam
tindakan pelaksanakan ekonomi kita,‘ Jhon Snow mengatakan dalam sambutan yang
disampaikan kepada Pusat Hukum dan Bisnis Universitas New York. ‘Kita perlu
memastikan penekanannya pada substansi dan bukan pada bentuk. Kita perlu
memastikan bahwa kesalahan yang tidak bersalah bukanlah kriminal, ” Tegasnya.
Kongres meloloskan Sarbanes-Oxley pada tahun 2002 sebagai tanggapan atas
serangkaian skandal perusahaan terkenal yang menumbangkan Enron, Worldcom dan
firma akuntansi Arthur Andersen.

Undang-undang tersebut dinamai oleh Rep. Republik Ohio Michael Oxley dan
Senator Demokrat Maryland Paul Sarbanes, menyerukan standar pelaporan keuangan
dan akuntabilitas yang ketat. Komentar Jhon Snow datang di tengah-tengah keluhan yang
meluas oleh bisnis pada Bagian 404 dari undang-undang, yang mengharuskan manajer
untuk menjelaskan kepada publik bagaimana mereka menjaga keuangan perusahaan, itu
terlalu banyak membuang biaya dan memakan waktu.

Dalam sesi tanya jawab dengan audiensi, ia mengatakan bahwa ia bersimpati


dengan 'dunia' di mana para pejabat perusahaan dan pengacara 'dikepung' oleh regulator.
‘itu terlihat berlebihan. Kita harus menemukan cara untuk merasionalisasi seluruh proses
pengaturan tata kelola perusahaan ini, ” tegas Jhon Snow.

Menteri Keuangan AS itu memperingatkan bahwa sementara Sarbanes-Ocley


sangat penting dalam memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap bisnis setelah
skandal, itu berisiko menimbulkan hambatan pada efektivitas perusahaan AS dan
kemauan untuk berinvestasi pada iklim penanaman modal di seluruh aspek ekonomi,
Di mana Sarbanes-Oxley hanya menjadi bagian perubahan dalam pengambilan risiko
dengan telah menimbulkan sikap menolak risiko, ' menurut Jhon Snow dalam
menanggapi pertanyaan dari para hadirin.

Dia menambahkan bahwa rasio belanja modal terhadap arus kas dan laba
perusahaan lebih rendah dari yang diperkirakan karena adanya keengganan di antara
perusahaan-perusahaan AS untuk mengambil risiko. Namun, Jhon Snow menyatakan
bahwa meloloskan Sarbanes-Oxley diperlukan karena tindakan beberapa penjahat
perusahaan dan bahwa memodifikasi hukum pada saat ini akan menjadi keliru.
'Meskipun kita semua tahu ada cara-cara yang dapat Anda lakukan untuk mengubah
(Sarbanes-Oxley) dengan cara ini atau itu, konsekuensi dari mencoba mengubahnya

Accounting Theory 8
untuk menangani masalah-masalah ini pada awal proses ini akan memiliki reaksi politik
yang akan disayangkan dan kontraproduktif, ' tegas Jhon Snow.

Pertanyaan :

1. Berikan alasan mengapa diperkenalkannya Sarbanes-Oxley Act di Amerika


Serikat pada tahun 2002.
2. Mengapa beberapa pihak sekarang menentang UU? Dan Mengapa pandangan
mereka berubah dari saat hukum pertama kali diperkenalkan?
3. Menurut Jhon Snow, kriteria apa yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan aturan pelaporan keuangan?
4. Apakah Anda merekomendasikan pengunduran UU? Mengapa atau mengapa
tidak?

3.2 Penyelesaian
1. Undang-undang Sarbanas-Oxley Act diprakarsai oleh Senator Paul Sarbanes
(Maryland) dan Representative Michael Oxley (Ohio), dan telah ditandatangani oleh
Presiden George W Bush pada tanggal 30 Juli 2002. Undang-undang ini dikeluarkan
sebagai respons dari Kongres Amerika Serikat terhadap berbagai skandal pada
beberapa korporasi besar seperti: Enron, WorldCom (MCI), AOL TimeWarner, yang
juga melibatkan beberapa KAP yang termasuk dalam “the big five” seperti: Arthur
Andersen, KPMG dan PWC. Semua skandal ini merupakan contoh yang tragis dan
menyedihkan bagaimana skema kecurangan (fraud schemes) berdampak sangat buruk
terhadap pemegang saham, pasar, pegawai dan masyarakat dalam arti luas sehingga
menyebabkan mengguncang kepercayaan masyarakat terhadap pasar saham nasional.
Dengan diberlakukannya undang-undang Sarbanes Oxley 2002 yang diharapkan dapat
membawa dampak positif bagi berbagai profesi, antara lain : Akuntan Publik
Bersertifikat (CPA); Kantor Akuntan Publik (KAP); perusahaan yang
memperdagangkan sahamnya (listed di bursa US (termasuk direksi, komisaris,
karyawan, dan pemegang saham); perantara (broker); penyalur (dealer); pengacara
yang berpraktik untuk perusahaan publik; investor perbankan serta para analis
keuangan. Penerapan undang-undang tersebut dilatarbelakangi oleh bangkrutnya
sejumlah korporasi di Amerika Serikat.

2. Kendala yang akan Dihadapi dalam Penerapan Undang‐undang Semacam Sarbanes‐


Oxley Act di Indonesia.
A. Pengaturan mengenai pernyataan direksi mengenai tanggung jawab direksi
terhadap IC dan kondisi IC di perusahaan, Untuk dapat memberikan
pernyataan mengenai kondisi IC di perusahaan, direksi perusahaan tersebut
harus melakukan asesmen terhadap kondisi IC tersebut pada saat laporan
keuangan akan dilaporkan. Tentunya direksi akan berusaha untuk membuat
kondisi IC di perusahaan cukup baik, bahkan sangat baik sebelum dilaporkan.
Apabila kita melihat apa yang terjadi di AS ketika ketentuan mengenai
pernyataan kondisi IC ini diberlakukan, ternyata banyak perusahaan,
termasuk yang sudah go‐public dan berukuran besar yang kondisi ICnya masih

Accounting Theory 9
kurang memadai. Ini menunjukkan bahwa selama ini, sebelum peraturan
tersebut diberlakukan, banyak manajemen perusahaan yang tidak serius dalam
menegembangkan sistem IC di perusahaan mereka. Banyak diantara
perusahaan‐perusahaan semacam ini harus melakukan perbaikan terhadap
sistem, dan bahkan membutuhkan bantuan dari pihak luar perusahaan untuk
melaksanakan hal tersebut karena pengetahuan dan keahlian di dalam
perusahaan ternyata tidak ada.

Gejala lain yangterlihat adalah bahwa untuk memperbaiki sistem IC di


perusahaan‐perushaan tersebut diperlukan juga perbaikan dan
penyempurnaan dari sistem informasi yang dimiliki. Kenyataan inilah yang
membuat proses perbaikan sistem IC menjadi sesuatu yang cukup mahal.

B. Pengaturan mengenai pernyataan direksi mengenai tanggung jawab direksi


terhadap IC dan kondisi IC di perusahaan, Untuk dapat memberikan
pernyataan mengenai kondisi IC di perusahaan, direksi perusahaan tersebut
harus melakukan asesmen terhadap kondisi IC tersebut pada saat laporan
keuangan akan dilaporkan. Tentunya direksi akan berusaha untuk membuat
kondisi IC di perusahaan cukup baik, bahkan sangat baik sebelum dilaporkan.
Apabila kita melihat apa yang terjadi di AS ketika ketentuan mengenai
pernyataan kondisi IC ini diberlakukan, ternyata banyak perusahaan,
termasuk yang sudah go‐public dan berukuran besar yang kondisi ICnya masih
kurang memadai. Ini menunjukkan bahwa selama ini, sebelum peraturan
tersebut diberlakukan, banyak manajemen perusahaan yang tidak serius dalam
menegembangkan sistem IC di perusahaan mereka. Banyak diantara
perusahaan‐perusahaan semacam ini harus melakukan perbaikan terhadap
sistem, dan bahkan membutuhkan bantuan dari pihak luar perusahaan untuk
melaksanakan hal tersebut karena pengetahuan dan keahlian di dalam
perusahaan ternyata tidak ada.
Tidak heran bahwa akibat dari apa yang diuraikan di butir 1 dan 2 di atas,
banyak manajemen perusahaan di AS menyuarakan keberatannya. Namun
karena aturan‐aturan tersebut sudah menjadi undang‐undang, tidak banyak
yang dapat mereka lakukan kecuali menerima kenyatan dan berusaha untuk
melaksanakan peraturan tersebut.

Karena dulu banyak skandal dan dengan adanya desakan dari masyarakat,
Congress cepat untuk bertindak untuk meningkatkan kepercayaan publik
terhadap pasar modal.

3. Terdapat beberapa pihak yang berperan aktif dalam laporan keuangan seperti pembuat
laporan keuangan, auditor eksternal serta pembuat peraturan seperti pemerintah dan
departemennya. Kegiatan berbagai pihak akan terpengaruh oleh dimana laporan
keuangan dibuat. Seperti:
 Hukum
 Sosial Politik
 Ekonomi

Accounting Theory 10
Peraturan yang tidak memberatkan tanpa mengorbankan akuntanbilitas dan
transparansi dalam suatu pelaporan keuangan serta menginginkan adanya
keseimbangan dalam pelaksanaan undang – undang sehinggga perekonomian bisa
tetap stabil.

4. Tidak. Sarbanes – Oxley membantu memulihkan kepercayaan di pasar AS dengan


meningkatkan akuntabilitas, mempercepat pelaporan dan audit sehingga lebih
mandiri.

Manfaat dari undang‐undang semacam Sarbanes‐Oxley dalam jangka panjang tidak


dapat disangkal. Peningkatan transparansi dan pengaturan industri audit yang
mendorong efektifitas dan independensi auiditor diperlukan untuk mempertahankan
dan meningkatkan kepercayaan investor terhadap pasar modal.

Accounting Theory 11
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sarbanes-Oxley Act (SOA) merupakan sebuah produk hukum (Undang-Undang)


di Amerika Serikat (AS) yang mengatur tentang akuntabilitas, praktikakuntansi dan
keterbukaan informasi, termasuk tata cara pengelolaan data di perusahaan publik.
Namun di Indonesia baru sebagian kecil yang baru menerapkan aturan tersebut.

Sarbanes Oxley Act bertujuan untuk mengembalikan kepercayaan investor pasca


skandal akuntansi dan kebangkrutan perusahaan2 besar di Amerika. Secara umum SOA
mengatur tentang Akuntansi, pengungkapan dan pembaharuan governance, yang
mensyaratkan adanya pengungkapan yang lebih banyak mengenai informasi keuangan,
keterangan tentang hasil-hasil yang dicapai manajemen, kode etik bagi pejabat di
bidang keuangan, pembatasan komite audit yang independen, pembatasankompensasi
eksekutif dan lain-lain. Sehingga pada intinya SOA memberikan persyaratan bagi sebuah
perusahaan terhadap pengendalian internalnya.

Sarbanes-Oxley Act mewajibkan semua perusahaan publik untuk membuat


suatu sistem pelaporan yang memungkinkan bagi pegawai atau pengadu untuk
melaporkan terjadinya penyimpangan. Sistem pelaporanini diselenggarakan oleh
komite audit.

Accounting Theory 12
DAFTAR PUSTAKA

1. https://munastidiharjo.wordpress.com/tuugaas-sayya/pelaporan-dan-
pengungkapan-leasing/
2. https://bppk.kemenkeu.go.id/id/berita-medan/12042-perlakuan-akuntansi-
leasing-menurut-psak-30-dan-menurut-peraturan-perpajakan
3. http://tama-anindita.blogspot.com/2014/04/akuntansi-untuk-leasing-sewa-
guna-usaha.html?m=1
4. http://pajak-serta-akuntansi.blogspot.com/2016/08/menerapkan-teori-ke-dalam-
regulasi.html
5. https://mohammadfadlyassagaf.wordpress.com/2016/12/05/pendekatan-regulasi-
dalam-perumusan-teori-akuntansi/
6. http://artikadayu8.blogspot.com/2016/03/teori-dari-peraturan-yang-relevan-
untuk.html
7. http://yuukichan-lovelypink.blogspot.com/2012/03/teori-regulasi-yang-relevan-
untuk.html

Accounting Theory 13

Anda mungkin juga menyukai