Anda di halaman 1dari 23

AKUNTANSI UMKM SEKTOR PERDAGANGAN DAN SEKTOR

PENGOLAHAN

Disusun Oleh Kelompok 3 :


1. Jihan Dwi Saputri (C1C021038)
2. Karmila (C1C021039)
3. Labib Hakim Fauzi (C1C021041)
4. Fatmawati (C1C021042)
5. Nourma Nur Hanifah (C1C021046)
6. Mochamad Fajar Arianto (C1C021047)
7. Anisa Amelia (C1C021048)
8. Ardhya Puspita Ningtiyas (C1C021049)
9. Olivia Haliem Sudibjo (C1C021051)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya sehingga pada
kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Akuntansi UMKM Sektor
Perdagangan dan Sektor Pengolahan” sesuai dengan yang direncanakan. Sesuai dengan judulnya,
makalah ini dimaksud untuk digunakan sebagai pegangan dalam memahami dan mengetahui
seputar sektor perdagangan dan sektor pengolahan UMKM.
Makalah yang berjudul “Akuntansi UMKM Sektor Perdagangan dan Sektor Pengolahan”
ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akuntansi KUKM. Selain itu, penulis
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang sektor UMKM
dan koperasi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis
terima demi kesempurnaan makalah ini.

Purwokerto, 9 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II 3
PEMBAHASAN 3
A. Sektor Perdagangan 3
1. Gambaran Umum Bisnis Sektor Perdagangan 3
2. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Pada Bisnis Sektor Perdagangan 4
3. Rantai Nilai Bisnis Sektor Perdagangan 6
4. Potensi Bisnis Sektor Perdagangan 7
5. Profil Finansial Usaha Sektor Perdagangan 8
6. Penyajian Laporan Keuangan 9
B. Sektor Industri Pengolahan 12
1. Gambaran Umum Bisnis Sektor Industri Pengolahan 12
2. Rantai Nilai Bisnis Sektor Industri Pengolahan 13
3. Jalur Pemasaran Hasil Industri Pengolahan 13
4. Profil Finansial Usaha Sektor Industri Pengolahan 14
5. Perhitungan Harga Pokok Produksi 15
BAB III 19
KESIMPULAN 19
DAFTAR PUSTAKA 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan sektor industri produksi dalam pembangunan ekonomi di Indonesia
tidak lepas dari keberadaan dan peranan UMKM. UMKM memberikan kontribusi yang
penting dalam perekonomian yang juga merupakan strategi dalam pembangunan ekonomi
suatu negara. Adanya usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) membuat banyak tersedia
lapangan pekerjaan baru yang dapat meningkatkan kesempatan kerja, mengurangi tingkat
pengangguran dan dapat menurunkan tingkat kemiskinan yang disebabkan oleh angkatan
kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja. Fakta tersebut tentu dapat memberi gambaran
bahwa UMKM sudah dapat membuka tersedianya lapangan pekerjaan bagi masyarakat-
masyarakat di sekitarnya khususnya yang dekat dengan tempat tinggalnya. UMKM terbagi
menjadi beberapa sektor dalam kegiatan produksinya yaitu sektor perdagangan,
pengolahan, pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan industri jasa
Sektor perdagangan merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian
suatu negara, karena kegiatan perdagangan barang dan jasa dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan. Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah (UMKM) juga berperan penting dalam sektor perdagangan. UMKM di
sektor perdagangan dapat memasarkan produk-produk lokal dan mendistribusikan produk-
produk impor, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun ekspor. UMKM
di sektor perdagangan juga dapat menghasilkan produk dengan nilai tambah yang tinggi,
seperti produk-produk kreatif dan inovatif.
Selain sektor perdagangan, sektor pengolahan juga sangat penting dalam
perekonomian suatu negara, karena kegiatan pengolahan bahan mentah menjadi barang
jadi dapat meningkatkan nilai tambah produk domestik. Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) yang bergerak di sektor pengolahan juga memegang peranan penting
dalam menggerakkan sektor ini. UMKM yang bergerak di sektor pengolahan dapat
menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan, dan mendorong pertumbuhan
ekonomi. UMKM di sektor pengolahan juga memiliki potensi untuk menghasilkan produk

1
dengan nilai tambah yang tinggi, sehingga dapat meningkatkan daya saing produk
domestik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran umum bisnis sektor perdagangan?
2. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bisnis sektor industri
perdagangan?
3. Bagaimana potensi bisnis sektor perdagangan?
4. Bagaimana profil finansial usaha sektor perdagangan?
5. Bagaimana penyajian laporan keuangan sektor industri perdagangan?
6. Bagaimana gambaran umum bisnis sektor industri pengolahan?
7. Bagaimana rantai nilai sektor industri pengolahan?
8. Bagaimana pemasaran hasil industri pengolahan?
9. Bagaimana profil finansial usaha sektor industri pengolahan?
10. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi sektor industri pengolahan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui gambaran umum bisnis sektor perdagangan.
2. Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bisnis sektor industri
perdagangan
3. Mengetahui potensi bisnis sektor perdagangan
4. Mengetahui profil finansial usaha sektor industri perdagangan
5. Mengetahui penyajian laporan keuangan sektor perdagangan.
6. Mengetahui gambaran umum bisnis sektor industri pengolahan.
7. Mengetahui rantai nilai sektor industri pengolahan.
8. Mengetahui pemasaran hasil industri pengolahan.
9. Mengetahui profil finansial usaha sektor industri pengolahan.
10. Mengetahui perhitungan harga pokok produksi sektor industri pengolahan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sektor Perdagangan
1. Gambaran Umum Bisnis Sektor Perdagangan
Perdagangan adalah kegiatan penjualan kembali (tanpa perubahan teknis) barang
baru maupun bekas. Perdagangan merupakan urat nadi perekonomian seluruh bangsa.
Negara yang berhasil menguasai perdagangan saat ini merupakan negara-negara yang
memiliki perekonomian kuat, contohnya adalah negara Singapura.
Rangkaian aktivitas bisnis perdagangan dapat dikatakan cukup sederhana, hanya
terdiri dari pembelian, penyimpanan dan penjualan, yang secara skematis dapat
digambarkan sebagaimana diagram di bawah ini :

Dari skema di atas, masing-masing aktivitas perlu mendapatkan perhatian. Misalnya:


● Dalam pembelian barang harus dibuatkan kalkulasi mengenai harga pokok
pembeliannya, karena akan menentukan harga penjualan barang dan margin yang
diharapkan serta daya saing barang tersebut di pasar.
● Aktivitas penyimpanan perlu diperhitungkan besarnya biaya penyimpanan dan
persediaan barang dagangan, karena akan menentukan efisiensi penggunaan modal
kerja dalam persediaan. Untuk itu kualitas fasilitas dan kapasitas pergudangan harus
mendapatkan perhatian.
● Aktivitas penjualan menuntut strategi dan taktik pemasaran yang baik. Khusus untuk
sistem penjualan kredit dituntut collection yang baik, karena akan menentukan
efisiensi penggunaan modal kerja dalam piutang

3
Perdagangan secara umum terbagi menjadi dua yaitu perdagangan umum dan bisnis
penyalur/distributor.
a. Perdagangan Umum
Sesuai barang yang diperdagangkan, jenis kegiatan usaha perdagangan umum antara
lain meliputi :
● Perdagangan sembilan bahan pokok
● Perdagangan kelontong / pracangan
● Perdagangan bahan bangunan
● Perdagangan peralatan elektronika/listrik
● Perdagangan hasil bumi, dll
b. Bisnis Penyalur/ Distributor
Jenis kegiatan usaha bisnis penyalur/distributor adalah melakukan penjualan secara
tunai/kredit suatu produk tertentu secara grosir (dalam jumlah besar). Biasanya satu
perusahaan distributor menangani satu atau lebih produk dari beberapa pabrik
pemegang merek dengan wilayah kerja distribusi yang telah ditentukan. Misalnya
distributor sepeda motor merk Yamaha untuk wilayah Jabodetabek atau distributor
produk keluaran Unilever untuk daerah Indonesia Bagian Timur.
2. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Pada Bisnis Sektor Perdagangan
A. Perdagangan Umum
a. Struktur permodalan dan kebutuhan permodalan.
b. Sifat produk/barang dagangan, apakah mudah rusak, mudah terbakar, dan lainnya
sehingga memerlukan penanganan khusus.
c. Sumber pengadaan barang dagangan, pedagang mendapatkan barang. Dari:
i. Langsung dari produsen;
ii. Distributor
iii. Sub distributor
iv. Agen;
v. Dealer;
vi. Lain-lain.
Hal tersebut akan menentukan tingkat harga yang akan dijual oleh pedagang dan
tingkat persaingan yang akan dimasukinya.

4
d. Kontinuitas pengadaan barang dagangan.
e. Cara pembayaran pengadaan barang, apakah pedagang/nasabah melakukan
pembayaran secara tunai, atau secara utang dagang. Jika utang dagang perlu diteliti
rata-rata umur hutang dagang tersebut.
f. Fasilitas gudang/ruang penyimpanan barang yang dimiliki pedagang, hal ini akan
mempengaruhi kualitas barang yang belum sempat terjual.
g. Strategi pemasaran dan layanan antara lain:
i. Harga yang bersaing dari kompetitor lain.
ii. Diskon atau potongan harga
iii. Tenaga penjual atau media penjualan yang berkembang antara lain media
online.
iv. Layanan purna jual.
h. Bentuk penjualan, apakah semuanya dalam bentuk tunai atau kredit (piutang
dagang). Jika ada piutang dagang perlu diteliti rata-rata umur piutang dagang, dan
bagaimana penanganannya terhadap piutang yang tidak tertagih. Khusus untuk
perdagangan hasil pertanian (hasil bumi), faktor yang harus diperhatikan adalah :
i. Faktor musim, karena sangat berpengaruh dalam pengadaan produk hasil
pertanian.
ii. Kemampuan dalam grading atau pemilihan kualitas produk.
iii. Untuk produk yang mudah rusak (perishable goods) harus didukung fasilitas
cold storage yang memenuhi syarat kualitas maupun kapasitas.
iv. Peraturan atau kebijakan pemerintah
B. Usaha Distributor
Beberapa aspek kritis yang perlu diperhatikan dalam bisnis ini adalah:
1. Kebutuhan Modal Kerja biasanya sebagian besar terkonsentrasi pada bentuk
persediaan, terutama untuk distributor wilayah Indonesia Bagian Timur dimana
sebagian besar barang diperoleh dari pulau Jawa, maka dalam neraca pos yang
mendominasi ialah pos persediaan, hutang dagang dan piutang dagang (apabila
distributor kemudian melakukan penjualan secara kredit kepada pelanggannya).
2. Prinsipal pemegang merek biasanya juga meminta Bank Garansi (BG) Keagenan
guna menjamin pembayaran dan kontinuitas pengiriman barang. BG yang

5
diberikan tidak menunda pembayaran, beberapa waktu setelah barang yang dipesan
sampai, maka harus segera dibayar, sehingga fungsi BG disini menambah
kebutuhan modal kerja dan hanya sebagai jaminan kepastian kontinuitas
pengiriman barang.
3. Mengingat tujuan kebutuhan kredit modal kerja ditujukan untuk membiayai
piutang dan persediaan, maka kenaikan penjualan hanya didasarkan pada kenaikan
persediaan akibat penambahan pelanggan baru atau adanya kenaikan piutang akibat
ada penambahan nilai piutang, akibat bertambahnya jumlah pelanggan yang
melakukan pembayaran dengan cara kredit atau dapat juga terjadi karena terjadinya
kemunduran pembayaran piutang.
3. Rantai Nilai Bisnis Sektor Perdagangan
Rantai nilai bisnis menggambarkan tahapan aktivitas produksi dari awal sampai ke
tangan konsumen akhir. Rantai nilai bisnis sektor perdagangan terdiri atas beberapa unsur,
yaitu:
1. Produsen/pemasok
2. Distributor
Distributor adalah seseorang/perusahaan yang membeli produk dari produsen yang
memproduksinya langsung dan menjual kembali kepada pengecer. Distributor
diperbolehkan untuk mengambil produk-produk dari beberapa produsen untuk dijual
kembali kepada pengecer.
3. Agen
Agen adalah seseorang/perusahaan yang menjual barang dari distributor ke retailer
(pengecer). Terkadang agen juga bisa bersifat sebagai perantara antara distributor dan
retailer. Pendapatan agen adalah komisi penjualan dari distributor atau selisih harga
jual dari harga retailer.
4. Retailer (Pengecer)
Dalam hal kebutuhan untuk adanya pemasok barang tersebut maka perlu adanya
keyakinan dari pengecer untuk bekerjasama dengan agen/distributor yang dapat
diandalkan.
5. Konsumen
Berikut mekanisme dari keseluruhan proses rantai bisnis sektor perdagangan

6
4. Potensi Bisnis Sektor Perdagangan
Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDB merupakan kontribusi yang paling
besar dibanding sektor UMKM lainnya.
Kontribusi UMKM sektor perdagangan terhadap PDB atas dasar harga berlaku
terlihat pada tabel 4.1., menunjukkan tahun 2011 sebesar Rp1.147,6 triliun tumbuh sebesar
35,74% dari tahun 2010 sebesar Rp 854,414 triliun.

Sedangkan kontribusi UMKM sektor perdagangan terhadap PDB atas dasar harga
konstan terlihat pada tabel 4.2., tahun 2010 sebesar Rp 384,575 triliun dan tahun 2011
sebesar Rp 361,706 triliun menurun sebesar 5,95%.

7
Berdasarkan sektor penyaluran kredit UMKM yang diklasifikasikan oleh Bank
Indonesia, sektor perdagangan besar dan eceran menerima kucuran kredit terbanyak
dengan outstanding kredit sebesar Rp 361,743 triliun per Maret 2015. Di mana
pertumbuhan kredit pada sektor perdagangan mencapai 10% secara tahunan dari Rp
327,825 triliun pada bulan Maret 2014.
5. Profil Finansial Usaha Sektor Perdagangan
a. Aset
Aset dalam bisnis sektor perdagangan secara umum terbagi menjadi aset tetap dan aset
tidak tetap. Aset tetap yang utama adalah tempat usaha, selain itu berupa kendaraan
seperti motor, dan peralatan lain yang nilainya sesuai harga pembelian. Sementara aset
tidak tetap berupa persediaan barang dagangan seperti bahan sembako, keperluan
rumah tangga, serta piutang usaha, di mana semakin besar usaha perdagangan yang
dijalankan, maka besaran aset tidak lancar juga akan semakin besar.
b. Perputaran Usaha
Pada usaha perdagangan, perputaran usaha dipengaruhi oleh jenis barang yang
diperdagangkan dan tipe penjualannya, sehingga perlu memperhatikan cash flow dan
distribusinya. Sebagai contoh untuk bisnis eceran, untuk barang dagangan yang laku
terjualnya cepat, stok barang dapat ditambah. Sebaliknya, jika laku terjualnya lambat
dikurangi stok barangnya dengan belanja secara eceran ke distributor/agen. Perputaran
usaha bisnis ini dilakukan secara harian, mingguan atau bulanan tergantung dari jenis
barang yang diperdagangkan.
c. Arus Kas
Usaha perdagangan memiliki pola arus kas yang sederhana yang dimulai dari
pembelian barang dagangan dari distributor secara langsung atau melalui agen, dan
biaya operasional usaha. Pada saat awal usaha, arus kas keluar dipergunakan untuk
kebutuhan investasi dan modal kerja. Sedangkan arus kas masuk diperoleh dari
penjualan barang dagangan.
d. Struktur Biaya dan Pendapatan
Pengeluaran pada usaha perdagangan meliputi biaya investasi dan biaya modal kerja.
Biaya investasi berupa sewa tempat usaha, peralatan, kendaraan dan biaya penyusutan.
Sedangkan biaya modal kerja terdiri dari biaya operasional berupa biaya pembelian

8
barang dagangan dari distributor atau agen, biaya tenaga kerja langsung, biaya
pemasaran, biaya listrik dan biaya telekomunikasi. Sementara untuk pendapatan usaha
berasal dari penjualan barang dagangan langsung ke konsumen. Pendapatan lainnya
bisa berasal dari menjadi semi agen artinya juga menjual barang secara partai/grosir
untuk dijual kembali.
6. Penyajian Laporan Keuangan
1. Laporan Posisi Keuangan

FARHAN CAKES
LAPORAN POSISI KEUANGAN
PER 31 DESEMBER 2017

ASET

Aset Lancar
Kas dan setara kas Rp 200.000.000
Piutang usaha Rp 20.000.000
Perlengkapan Rp 20.500.000
Total Aset Lancar Rp 240.500.000

Aset Tetap
Tanah Rp 200.000.000
Bangunan Rp 250.000.000
Kendaraan Rp 50.000.000
Peralatan Rp 20.000.000
Total Aset Tetap Rp 520.000.000
Akumulasi Penyusutan
Bangunan Rp 25.000.000
Kendaraan Rp 25.000.000
Peralatan Rp 10.000.000
Total Akumulasi Penyusutan Rp 60.000.000
Total Aset Rp 700.500.000

9
LIABILITAS DAN EKUITAS

Kewajiban Jangka Pendek


Utang usaha Rp 200.000.000
Kewajiban Jangka Panjang
Utang bank Rp 240.000.000
Ekuitas
Modal pemilik Rp 50.000.000
Laba tahun berjalan Rp 210.500.000
Total Liabilitas dan Ekuitas Rp 700.500.000

2. Laporan Laba Rugi

FARHAN CAKES
LAPORAN LABA RUGI
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2017

PENDAPATAN
Penjualan Rp 833.500.000
Pendapatan bersih Rp 833.500.000
Harga pokok penjualan
Persediaan barang awal Rp 100.000.000
Pembelian Rp 550.000.000

Barang tersedia untuk dijual Rp 650.000.000


Persediaan barang akhir (Rp 80.500.000)
Harga Pokok Penjualan (Rp 569.500.000)

Laba kotor Rp 264.000.000


BEBAN
Beban gaji Rp 23.000.000

10
Beban telepon Rp 100.000
Beban air Rp 200.000
Beban listrik Rp 1.000.000
Beban perlengkapan Rp 200.000
Jumlah beban (Rp 24.500.000)

Laba sebelum pajak Rp 239.500.000


Pajak (Rp 29.000.000)
Laba setelah pajak Rp 210.500.000

3. Catatan Atas Laporan Keuangan


Kebijakan akuntansi
● Dasar penyusunan laporan keuangan
laporan keuangan ini disajikan sesuai dengan SAK EMKM, disusun berdasarkan
prinsip berkesinambungan serta mengikuti konvensi harga historis. laporan
keuangan ini disusun dengan menggunakan akrual basis.
● Aset tetap
aset tetap dinyatakan berdasarkan biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi
penyusutan, penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus
berdasarkan taksiran umur ekonomis masing-masing aset.

Nama Aset Metode Penyusutan Masa Manfaat

Tanah - -

Bangunan Garis Lurus 50 tahun

Kendaraan Garis Lurus 10 tahun

Peralatan Produksi Garis Lurus 10 tahun


beban penyusutan dibebankan dalam laporan laba rugi pada saat terjadinya, pada
saat aset tetap sudah tidak digunakan lagi atau dilepas maka harga perolehan dan
akumulasi penyusutannya dikeluarkan dari kelompok aset tetap dan laba yang
terjadi dikreditkan atau dibebankan pada usaha tahun berjalan.
● Pengukuran beban dan pendapatan

11
Pendapatan usaha diakui secara proporsional berdasarkan jumlah penjualan selama
satu periode. Beban usaha didasarkan pada pengorbanan sumber ekonomi yang
diukur dalam satuan uang untuk memperoleh pendapatan usaha dalam periode yang
sama. Beban diakui pada saat terjadinya atau sesuai dengan masa manfaatnya
(accrual basis).
1. Kas
Kas merupakan aset yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari, baik untuk operasional perusahaan atau untuk mendapatkan aset
lainnya, selain itu ia tidak dijaminkan dan tidak dibatasi penggunaannya.
2. Aset Tetap
Pada tahun tersebut tidak ada penambahan atau pengurangan aset tetap.
Nilai aset tetap diakui sebesar nilai perolehan dikurangi nilai akumulasi
penyusutan.
3. Utang Usaha
Jumlah kewajiban yang masih dimiliki adalah bersumber dari dana
pinjaman

B. Sektor Industri Pengolahan


1. Gambaran Umum Bisnis Sektor Industri Pengolahan
Industri pengolahan adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan
baku, bahan setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang nilai yang lebih tinggi
untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan
mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi
barang jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi
nilainya, dan sifatnya menjadi lebih dekat kepada pemakai akhir, termasuk jasa industri
dan pekerjaan perakitan (assembling).
Berdasarkan jumlah tenaga kerja, industri pengolahan biasanya dikelompokkan
menjadi:
1. Industri besar, jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih;
2. Industri sedang atau menengah, jumlah tenaga kerja 20 sampai 99 orang,;

12
3. Industri kecil, jumlah tenaga kerja 5 sampai 19 orang, dan;
4. Industri mikro atau rumah tangga, jumlah tenaga kerja 1 sampai 4 orang.
Di samping industri berdasarkan jumlah tenaga kerja, Industri juga dapat
diklasifikasikan menjadi:
1. Industri kimia dasar seperti industri semen, obat-obatan, kertas, dan pupuk.
2. Industri mesin dan logam dasar seperti industri pesawat terbang, kendaraan
bermotor dan tekstil.
3. Industri kecil seperti industri roti, makanan ringan, es, dan minyak goreng curah.
4. Aneka industri seperti industri pakaian, makanan dan minuman.
Industri rumah tangga ini biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Memiliki modal yang sangat terbatas;
2. Tenaga kerja berasal dari anggota keluarga dan atau masyarakat sekitar;
3. Pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau
anggota keluarganya;
Beberapa contoh usaha yang termasuk dalam industri rumah tangga ini adalah
industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/tahu, industri makanan ringan dan
minuman, souvenir, pakaian, peralatan rumah, dan industri bordir.
2. Rantai Nilai Bisnis Sektor Industri Pengolahan

Rantai nilai bisnis sektor industri pengolahan dimulai dari adanya input supply
yang diproses menjadi produksi bahan baku setengah jadi lalu finishing serta
diperdagangkan dalam distribusi hasil yang pada akhirnya untuk industri konsumsi. Input
supply berupa bahan baku, bahan pendukung dan bahan packing yang diperoleh dari
pemasok (supplier), baik diperoleh langsung dari pemasok maupun melalui saluran
distribusi. Kemudian masuk ke proses produksi mulai dari produksi setengah jadi, barang
jadi, dan pengemasan. Setelah itu mulai dipasarkan baik secara langsung maupun melalui
saluran pemasaran kepada pembeli.

13
3. Jalur Pemasaran Hasil Industri Pengolahan

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dari bisnis industri pengolahan antara lain
lokasi usaha, perizinan, asosiasi pelaku usaha industri, fasilitas pengolahan limbah,
standarisasi produk, sifat produksi yang customized atau tidak, status kepemilikan lokasi
usaha, teknologi dan peralatan yang digunakan, sumber daya manusia yang berpotensi,
orientasi usaha dan kompetitor.
4. Profil Finansial Usaha Sektor Industri Pengolahan
Profil Finansial dalam bisnis Industri pengolahan yang perlu diketahui antara lain
aset, perputaran usaha, arus kas, struktur biaya, dan pendapatan usaha.
a. Aset
Aset dalam usaha sektor industri pengolahan secara umum terbagi menjadi aset lancar
dan aset tidak lancar. Aset lancar yang utama berupa produk olahan industri,
sementara aset tidak lancarnya berupa aktiva tetap perusahaan seperti tempat usaha,
peralatan dan perlengkapan, yang tergantung dari kapasitas dan besarnya usaha
pengolahan tersebut.
b. Perputaran Usaha
Usaha sektor industri pengolahan merupakan usaha yang menarik dimana perputaran
usahanya sangat tergantung dari proses produksi produk olahan tersebut sehingga
akan berpengaruh terhadap penjualannya. Sebagai contoh, untuk industri pengolahan
pakaian, perputaran produk usahanya bisa mingguan ataupun bulanan tergantung dari
jenis pakaian yang diproduksi. Selain itu juga dengan adanya perkembangan
teknologi, maka semakin banyak produk yang dihasilkan seperti industri olahan
pangan, tekstil, pakaian jadi, dan lainnya, sehingga menyebabkan perputaran usaha
yang berbeda juga.
c. Arus Kas

14
Usaha sektor industri pengolahan memiliki pola arus kas yang spesifik. Mulai dari
pembelian bahan baku, proses produksi yang dilakukan 2 tahap, pemasaran hingga
penjualan kepada pembeli. Arus kas keluar digunakan untuk kebutuhan investasi dan
modal kerja, sementara dana tersebut berasal dari modal sendiri atau meminjam dari
bank. Sementara arus kas masuk seluruhnya didapatkan dari penjualan produk olahan.
d. Struktur Biaya dan Pendapatan Usaha
Pengeluaran usaha sektor industri olahan memiliki struktur biaya yang bervariasi,
tergantung dari jenis usaha dan kompleksitas proses produksi produk olahan. Namun
secara umum, biaya yang timbul meliputi biaya investasi dan biaya modal kerja.
Sementara biaya investasi antara lain biaya sewa lokasi usaha dan biaya pembelian
peralatan seperti kendaraan, mesin, alat-alat produksi dan lainnya. Sedangkan untuk
biaya modal kerja terdiri dari biaya operasional yang berupa biaya pembelian bahan
baku, biaya tenaga kerja, listrik, telekomunikasi dan biaya pemasaran/promosi.
Sementara untuk pendapatan usaha industri olahan hampir 100% berasal dari hasil
penjualan produk olahan kepada pembeli.
5. Perhitungan Harga Pokok Produksi
Pada perhitungan ini dilakukan identifikasi biaya-biaya produksi menggunakan
data real dari salah satu peserta UMKM, yaitu UMKM Baju Balabear.
1) Identifikasi Biaya Bahan Baku
Pada tahap ini, data yang digunakan adalah data bahan baku produksi baju satu kali
produksi. Bahan baku yang digunakan dikelompokkan menjadi bahan baku langsung
dan bahan baku tidak langsung.

BILL OF MATERIAL BBB345

Kategori
No Material Kebutuhan Harga/satuan Total
Biaya

Kain Katun Bahan baku


1 1,5 meter Rp 24.000 Rp 36.000
Jepang langsung

15
Overhead
2 Renda pom pom 0,5 meter Rp 3.000 Rp 1.500
variabel

Resleting YKK Overhead


3 1 buah Rp 2.500 Rp 2.500
25cm variabel

Kancing sakura Overhead


4 6 buah Rp 200 Rp 1.200
(pada lengan) variabel

2) Identifikasi Biaya Tenaga Kerja


Pada tahap ini, data yang digunakan adalah data upah tenaga kerja baju satu kali
produksi. Berikut ini adalah tabel rancangan identifikasi biaya tenaga kerja.

Upah Tenaga Kerja Upah Upah/potong Kategori

1. Upah pembuat pola kode produk


BBB345. Jumlah produksi 30 Rp 210.000 Rp 7.000 Overhead
potong

2. Upah tukang potong/hari


–> Target: memotong 10 baju per Rp 50.000 Rp 5.000 Direct Labor
hari

3. Upah tukang obras dan jahit


Rp 60.000 Rp 6.000 Direct Labor
–> Target: menjahit 10 baju per hari

4. Upah tukang setrika dan


packaging/hari
Rp 25.000 Rp 2.500 Direct Labor
–> Target: menyetrika 10 baju per
hari

3) Identifikasi Biaya Overhead


Pada tahap ini, data yang digunakan adalah data biaya overhead yang terjadi dalam
satu kali produksi baju. Berikut ini adalah rincian biaya overhead.
a. Daftar Mesin/Peralatan

16
Umur
Ekonomis Penyusuta Penyusutan
No Nama Mesin Harga Beli
(dalam n/tahun per bulan
tahun)

Mesin Juki DDL


1 Rp 4.190.000 5 Rp 838.000 Rp 69.833
8100e

Mesin Obras
SINGER 81A1
2 Rp 1.090.000 5 Rp 218.000 Rp 18.167
+ Dinamo
SINGER

3 Meja potong Rp 1.000.000 10 Rp 100.000 Rp 8.333

Gunting kain
4 Rp 67.000 5 Rp 13.400 Rp 1.117
Butterfly

Setrika Uap
5 Philips GC- Rp 658.000 3 Rp 219.333 Rp 18.278
505/7

Total beban penyusutan per bulan Rp 115.728

b. Daftar Biaya Perlengkapan (Supplies)

No Nama Perlengkapan Harga Beli

1 Sepatu mesin juki Rp 8.000

2 Sepatu mesin obras Rp 12.500

Jarum mesin juki, jarum obras, benang jahit,


3 Rp 25.000
benang obras, sekoci, plastik

Asumsi pemakaian/bulan Rp 45.500

c. Biaya Tidak Langsung Lainnya

No Nama Perlengkapan Harga Beli

1 Biaya listrik Rp 500.000

Sewa toko (walau di rumah sendiri, dianggap


2 Rp 200.000
sebagai sewa)

17
3 Gaji supervisor (Owner) Rp 2.500.000

Asumsi pemakaian/bulan Rp 3.200.000

4) Menghitung Harga Pokok Produksi


Pada tahap terakhir ini terdiri dari penjumlahan biaya bahan baku langsung, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Berikut ini adalah rincian perhitungan harga
pokok produksi.

PERHITUNGAN HARGA POKOK PER UNIT:

Bahan Baku Langsung Rp 36.000

Tenaga Kerja Langsung

a. Upah tukang potong Rp 5.000

b. Upah tukang obras dan jahit Rp 6.000

c. Upah tukang setrika dan packaging Rp 2.500

Total upah TKL per potong baju Rp 13.500

Biaya Overhead

Overhead Variabel

a. Renda pom pom Rp 1.500

b. Resleting YKK Rp 2.500

c. Kancing sakura Rp 1.200

d. Upah desain pola Rp 7.000

Total Biaya Overhead Variabel Rp 12.200

Overhead Tetap Rp 56.020

Harga Pokok Per Unit Rp 117.720

18
BAB III
KESIMPULAN

Menurut kami UMKM Sektor Perdagangan dan Sektor Pengolahan merupakan jenis
UMKM yang cukup berbeda. Hal tersebut dapat terlihat dari mekanisme atau gambaran umum
bisnis. UMKM Sektor Perdagangan perdagangan merupakan kegiatan penjualan kembali (tanpa
perubahan teknis) barang baru maupun bekas, sedangkan UMKM Sektor Pengolahan berfokus
kepada kegiatan mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi, dan/atau barang jadi
menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang
bangun dan perekayasaan industri.
Rantai nilai bisnis di kedua sektor ini juga berbeda. Pada UMKM Sektor Perdagangan
terdiri dari unsur produsen, distributor, agen, retailer, dan konsumen, sedangkan pada bisnis
UMKM Sektor Pengolahan dimulai dari input supply, produksi I, produksi II, perdagangan, dan
konsumsi. Selain itu, perlu diperhatikan bahwa perputaran usaha pada UMKM Sektor
Perdagangan dipengaruhi oleh jenis barang yang diperdagangkan dan tipe penjualannya,
sehingga perlu memperhatikan cash flow dan distribusinya, sedangkan perputaran usaha pada
UMKM Sektor Pengolahan sangat bergantung kepada proses produksi produk olahan tersebut,
sehingga cepat atau lambatnya perputaran usaha sangat bervariasi pada jenis UMKM ini. Hal
terakhir yang menurut kami membedakan adalah adanya harga pokok produksi pada UMKM
Sektor Pengolahan, sedangkan pada UMKM Sektor Perdagangan tidak ada, karena tidak ada
proses produksi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Elistia, SE, MM. Modul Materi 11: Tujuh Sektor Profil Bisnis UMKM. Universitas Esa Unggul.
Handayani, Rizki Asrinda. (2018). SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN SAK EMKM PADA
USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI KAB. LUWU UTARA (STUDI KASUS
UMKM FARHAN CAKE’S). Universitas Muhammadiyah Makassar.
Wahyuni, Ika & Hasnawati, & Nilawati, Yuana. (2023). PENINGKATAN KEAHLIAN
PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN PENYUSUNAN LAPORAN
LABA RUGI SEDERHANA PADA USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DI
KOTA BEKASI. Jurnal AKAL : Abdimas dan Kearifan Lokal. 4. 85-94.
10.25105/akal.v4i1.14746.

20

Anda mungkin juga menyukai