Anda di halaman 1dari 106

MODUL RINGKAS

EKONOMI
Disusun Oleh:

Ammar Bimantara Muhammad


Olympia Gold TV Ekonomi
Daftarkan dirimu menjadi member Olympia Gold TV Ekonomi dan dapatkan fasilitas berupa akses
untuk menonton rekaman video Pembinaan KSN-K Ekonomi SMA sebanyak 72 video dengan
durasi total 56 jam!

Rekaman tersebut berisi penjelasan materi dan pembahasan soal-soal sesuai silabus KSN-K Ekonomi
SMA. Sangat cocok untuk kamu yang sedang mempersiapkan diri mengikuti KSN maupun
lomba/kompetisi/olimpiade lainnya! Juga cocok untuk Bapak/Ibu guru yang ingin membina siswa-
siswinya mengikuti ajang KSN Ekonomi.

Kenapa harus Olympia Gold TV Ekonomi?

Kami menyadari bahwa tidak semua siswa bisa belajar secara otodidak. Selain itu, dengan memiliki
akses rekaman ini, kamu bisa menonton ulang video pembelajaran jika kamu merasa kurang paham
pada penjelasan pertama.

Apa saja cakupan materi yang dibahas dalam Olympia Gold TV Ekonomi?

Berikut adalah judul lengkap semua video di Olympia Gold TV Ekonomi yang telah disusun secara
berurutan dan diberikan nomor serta judul video untuk memudahkan penonton. Mantap!

[1] General Review dan Mekanisme Pasar (Bag. 1)


[2] General Review dan Mekanisme Pasar (Bag. 2)
[3] General Review dan Mekanisme Pasar (Bag. 3)
[4] General Review dan Mekanisme Pasar (Bag. 4)
[5] Finansial dan Elastisitas (Bag. 1)
[6] Finansial dan Elastisitas (Bag. 2)
[7] Finansial dan Elastisitas (Bag. 3)
[8] Finansial dan Elastisitas (Bag. 5)
[9] Perilaku Konsumen dan Produsen (Bag. 1)
[10] Perilaku Konsumen dan Produsen (Bag. 2)
[11] Perilaku Konsumen dan Produsen (Bag. 3)
[12] Perilaku Konsumen dan Produsen (Bag. 4)
[13] Latihan Soal Perilaku Konsumen dan Produsen
[14] Perilaku Produsen dan Konsep Biaya (Bag. 1)
[15] Perilaku Produsen dan Konsep Biaya (Bag. 2)
[16] Perilaku Produsen dan Konsep Biaya (Bag. 3)
[17] Perilaku Produsen dan Konsep Biaya (Bag. 4)
[18] Latihan Soal Perilaku Produsen dan Konsep Biaya
[19] Jenis-Jenis Pasar (Bag. 1)
[20] Jenis-Jenis Pasar (Bag. 2)
[21] Jenis-Jenis Pasar (Bag. 3)
[22] Jenis-Jenis Pasar (Bag. 4)
[23] Latihan Soal Jenis-Jenis Pasar
[24] Pendapatan Nasional (Bag. 1)
[25] Pendapatan Nasional (Bag. 2)
[26] Pendapatan Nasional (Bag. 3)
[27] Pendapatan Nasional (Bag. 4)
[28] Latihan Soal Pendapatan Nasional
[29] Inflasi dan Pengangguran (Bag. 1)
[30] Inflasi dan Pengangguran (Bag. 2)
[31] Inflasi dan Pengangguran (Bag. 3)
[32] Inflasi dan Pengangguran (Bag. 4)
[33] Pasar Faktor Produksi dan Perdagangan Internasional (Bag. 1)
[34] Pasar Faktor Produksi dan Perdagangan Internasional (Bag. 2)
[35] Pasar Faktor Produksi dan Perdagangan Internasional (Bag. 3)
[36] Pasar Faktor Produksi dan Perdagangan Internasional (Bag. 4)
[37] Pasar Faktor Produksi dan Perdagangan Internasional (Bag. 5)
[38] Pasar Faktor Produksi dan Perdagangan Internasional (Bag. 6)
[39] Pajak (Bag. 1)
[40] Pajak (Bag. 2)
[41] Pajak (Bag. 3)
[42] Pajak (Bag. 4)
[43] Pajak (Bag. 5)
[44] Pajak (Bag. 6)
[45] Ekonomi Syariah dan Pengenalan Akuntansi (Bag. 1)
[46] Ekonomi Syariah dan Pengenalan Akuntansi (Bag. 2)
[47] Ekonomi Syariah dan Pengenalan Akuntansi (Bag. 3)
[48] Ekonomi Syariah dan Pengenalan Akuntansi (Bag. 4)
[49] Ekonomi Syariah dan Pengenalan Akuntansi (Bag. 5)
[50] Jurnal Umum, Buku Besar, dan Neraca Saldo (Bag. 1)
[51] Jurnal Umum, Buku Besar, dan Neraca Saldo (Bag. 2)
[52] Jurnal Umum, Buku Besar, dan Neraca Saldo (Bag. 3)
[53] Jurnal Umum, Buku Besar, dan Neraca Saldo (Bag. 4)
[54] Jurnal Umum, Buku Besar, dan Neraca Saldo (Bag. 5)
[55] Jurnal Umum, Buku Besar, dan Neraca Saldo (Bag. 6)
[56] Kertas Kerja (Bag. 1)
[57] Kertas Kerja (Bag. 2)
[58] Kertas Kerja (Bag. 3)
[59] Kertas Kerja (Bag. 4)
[60] Kertas Kerja (Bag. 5)
[61] Teori Investasi (Bag. 1)
[62] Teori Investasi (Bag. 2)
[63] Teori Investasi (Bag. 3)
[64] Teori Investasi (Bag. 4)
[65] Teori Investasi (Bag. 5)
[66] Overall Brief Review (Bag. 1)
[67] Overall Brief Review (Bag. 2)
[68] Pembahasan Simulasi KSN-K (Bag. 1)
[69] Pembahasan Simulasi KSN-K (Bag. 2)
[70] Pembahasan Simulasi KSN-K (Bag. 3)
[71] Pembahasan Simulasi KSN-K (Bag. 4)
[72] Pembahasan Simulasi KSN-K (Bag. 5)

Cuplikan salah satu rekaman dapat dilihat pada: https://www.instagram.com/p/CMjLaWjBj6N/

Rekaman lengkap diposting pada akun instagram terkunci @olympiagold_ekonomi. Untuk


mendapatkan akses, kamu hanya perlu membayar biaya membership 299K. Cukup sekali bayar, akses
seumur hidup.

Hanya member yang akan diberikan akses untuk menonton video. Jadi jika kamu bukan member,
meskipun kamu follow akun IG @olympiagold_ekonomi, TIDAK AKAN dikonfirmasi oleh admin.

Hubungi WA (chat only) 085314573245 untuk


pendaftaran membership.
A. I
n
t
e
r
m
e
z
z
o

1
Daftar Isi

Mekanisme Pasar

M A. Permintaan 9
e B. Faktor Penentu Permintaan 11
k
a C. Penawaran 13
n D. Faktor Penentu Penawaran 14
i
s E. Excess and Shortages 16
m Contoh Soal 17
e
ELASTISITAS 18
P A. Faktor Penentu Elastisitas Permintaan 18
a
s B. Menghitung Elastisitas Permintaan 19
a C. Jenis Kurva Elastisitas Permintaan 19
r
D. Meningkatkan Total Revenue 22
4 E. Income Elasticity of Demand (Elastisitas Pendapatan) 22
Contoh Soal 23
C
o TEORI PERILAKU KONSUMEN 24
n A. Teori Perilaku Konsumen 24
t
o B. Keseimbangan Konsumen 27
h Contoh Soal 31

S TEORI PRODUKSI 32
o A. Teori Produsen 32
a
l B. Model Produksi Satu Faktor Produksi Variabel (Jangka Pendek) 32
C. Model Produksi dengan Dua Faktor Produksi Variabel 34
7
Contoh Soal 37
M A. Jenis-Jenis Biaya 39
E Contoh Soal 42
K
A Memaksimumkan Laba 43
N A. Pengertian Laba atau Profit 43
I
S B. Pendekatan Totalitas 44
M
C. Pendekatan Marjinal 45
E
Contoh Soal 47
P
BENTUK – BENTUK PASAR 48
A
S A. Pasar A. Pasar persaingan Sempurna 48
A
R B. Pasar Monopoli 49
C. Pasar Monopolistik 52
2
D . Intermezzo 56
.
B. Produk Domestik Bruto (PDB) 56
P C. PDB Metode Penerimaan dan PDB Metode Pengeluaran 58
a
D. Komponen Pendapatan Nasional 59
s
a E. Pendapatan Per Kapita 60
r
F. PDB Nominal dan PDB Riil 60
O Contoh Soal 64
l
i FUNGSI TABUNGAN, KONSUMSI, DAN INVESTASI 66
g A. Intermezzo 66
o
p B. Fungsi Konsumsi 66
o C. Fungsi Tabungan 69
l
i D. Fungsi Investasi 70
Contoh Soal 72
5
3 Pertumbuhan Ekonomi 74
B. Faktor Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 75
C C. Teori Pertumbuhan Ekonomi 76
o
n D. Inflasi 76
t E. Pengangguran 80
o
h F. Hubungan Inflasi dengan Pengangguran : Kurva Philips 81
PERPAJAKAN 85
S
o A. Fungsi Pajak serta Hubungannya dengan APBN 85
a B. PUNGUTAN RESMI SELAIN PAJAK 86
l
Contoh Soal 95
5
KEBIJKKEBIJAKAN MAKROEKONOMI 96
5
A. Kebijakan Moneter 96
A B. Kebijakan Fiskal 97

3
BAB I
Mekanisme Pasar
Tahukah kamu? Setiap subjek atau bidang ilmu memiliki terminologi dan fokus
pembelajaran masing-masing. Matematika berfokus pada integral, diferensial,
persamaan vektor, axioma dan beragam bentuk persamaan. Psikologi mempelajari
tentang ego, identitas, dan disonansi kognitif. Lalu, apa yang dipelajari dalam ilmu
ekonomi? Segala sesuatu yang muncul akibat keterbatasan suatu barang dan
kemampuan sehingga memunculkan beragam alternatif.

Akibat keterbatasan atau kelangkaan (scarcity) ini muncullah opportunity cost,


daya penawaran dan permintaan yang memperngaruhi pasar, kesejahteraan yang
hilang, dan sangat banyak hal lain yang tidak kalah penting. Oleh karena itu, pada bab
pertama ini, kita akan sama-sama membahas tentang bagaimana seorang ekonom
harusnya berpikir dan beberapa objek utama yang harus diperhatikan.

KATA KUNCI

 Economics  Economics Model


 Microeconomics  Scarcity
 Macroeconomics  What, How ,and For Whom
 Economics Big Questions
 Economics Way Of thinking

B. Ekonomi

Fakta yang sangat fundamental hidup di sekeliling kita : we want more than we
can get. Kita menginginkan sesuatu melebihi dari apa yang bisa kita dapatkan. Ya,
ketidakmampuan kita untuk mendapatkan segala sesuatu yang kita inginkan inilah yang
disebut kelangkaan atau scarcity. Segala sesuatu yang kita inginkan dibatasi oleh
kemampuan kita. Apa yang kita inginkan dibatasi dengan pendapatan kita serta harga
yang harus kita bayarkan.

Karena kita tidak bisa mendapatkan segala sesuatu yang kita inginkan, kita
harus menentukan pilihan. Kamu memiliki uang sebesar 10 juta, kamu menginginkan
laptop dan smartphone keluaran terbaru, tetapi dengan uang 10 juta kamu tidak bisa
membeli keduanya. Keterbatasan inilah yang memaksa kita harus menentukan pilihan
mau membeli laptop atau smartphone. Pilihan kita haruslah konsisten dengan pilihan
orang lain, misalkan kita memilih untuk membeli laptop, maka harus ada orang yang
mmemilih untuk menjual laptop.

4
Ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari tentang pilihan yang dibuat oleh
individu, bisnis perusahaan, pemerintah dan keseluruhan masyarakat sosial beserta
harga dan pengorbanan yang harus diberikan setelah membuat pilihan. Ilmu ekonomi
terbagi menjadi dua fokus utama yakni ekonomi mikro dan ekonomi makro

Mikroekonomi mempelajari tentang pilihan yang dibuat individu dan oleh


pelaku bisnis maupun investor, interaksi pasar serta pengaruh kebijakan pemerintah.
Konsumen menentukan pilihan untuk menkonsumsi barang dan jasa terkait
keterbatasan pendapatannya. Pekerja menentukan pilihan untuk berapa lama per
minggu mereka harus bekerja terkait keterbatasan waktu yang dimiliki. Pelaku bisnis
menentukan pilihan barang apa yang harus diproduksi terkait kemampun produksi dan
keterbatasan sumber produksi.

Contoh pertanyaan mikroekonomi adalah :” Bagaimana perilaku konsumen ketika


harga BBM naik?”,“ Mengapa banyak orang suka mendownload film ?”

Makroekonomi mempelajari tentang pilihan yang dibuat oleh pemerintah serta


performa ekonomi nasional dan global. Contoh pertanyaan makroekonomi adalah
“Mengapa penyebaran pendapatan di Indonesia masih belum merata ?”

C. Big Economics Questions

Terdapat pertanyaan besar yang merangkum hamper keseluruhan cakupan studi


ilmu ekonomi yakni :

a. Pilihan yang ditentukan oleh pelaku ekonomi berakhir pada what, how, and for
whom suatu barang di produksi?
b. Apakah pilihan seseorang berdasarkan ketertarikannya pribadi (self-interests)
dapat menjadi cakupan yang luas dan berubah menjadi ketertarikan yang
berlaku umum? (social-interest)

What, How, and for Whom ?

Barang dan jasa adalah sesuatu yang diproduksi untuk memuaskan apa yang
diinginkan manusia Barang merupakan objek fisik seperti mobil dan HP, sedangkan
jasa merupakan tugas yang dilakukan atau diselesaikan oleh seseorang seperti jasa
perbaikan telpon dan jasa perbaikan mobil.

What?

Apa yang kita produksi seiring waktu terus mengalami perubahan dimana pun
di seluruh negara. Pada mulanya kita memasuki masa agrikultur dengan menekankan
memproduksi hasil tani kemudian memasuki era baru yang mana industri mulai
mengakar kuat sehingga saat ini memasuki era teknologi informasi yang menjual segala
alat penunjang informasi. Maka, pertanyaan what disini lebih mengarah kepada, apa
yang menentukan pola produksi ini?

5
How?

Pertanyaan ini lebih memberi penekanan terhadap bagaimana cara


memproduksi secara tidak langsung. Pada pertanyaan ini, kita menganalisis faktor
produksi. Faktor produksi ini dkelompokkan ke dalam empat kategori:

 Land (Tanah)

Land dalam hal ini dapat diartikan sebagai “Pemberian alam” yang kita gunakan
untuk memproduksi barang dan jasa .

 Labor (Tenaga Kerja)

Waktu dan yang dikorbankan oleh seseorang untuk memproduksi barang dan
jasa dapat diartikan sebagai labor. Pengorbanan mental dan fisik di semua bidang
kerja seperti pertanian, kosntruksi, pabrik, took maupun kantor dapat
dikategorikan sebagai labor.

 Capital (Modal)

Alat, instrumentasi, gedung, maupun konstruksi lainnya yang digunakan untuk


memproduksi barang dan jasa disebut capital. Dalam bahasa sehari-hari, modal
(capital) sering kita artikan sebagai uang. Akan tetapi, uang tidak dapat
digunakan untuk memproduksi barang dan jasa sehingga tidak begitu produktif.

 Entrepreneurship (Kewirausahaan)

Entrepreneurship merupakan faktor manusia yang mengelola dan


memanfaatkan labor, land, dan capital. Orang-orang ini datang dengan ide baru
tentang bagaimana berproduksi dan apa yang akan diproduksi.

For Whom?

Pertanyaan utuk siapa ini sangat bergantung kepada siapa barang dan jasa
diproduksi, dimana hal ini juga bergantung dari seberapa pendapatan yang dihasilkan
oleh masyarakat.

6
Contoh Soal
Tipe Soal yang sering dikeluarkan

 Tipe soal yang paling sering dikeluarkan dalam materi ini adalah penyebab dan
dampak utama dari scarcity.
 Soal juga seringkali menanyakan penyebab utama adanya ilmu ekonomi
 Opportinity Cost ditanyakan tentang pengertian maupun aplikasinya

Kesalahan yang sering dilakukan

 Siswa seringkali melupakan konsep utama scarcity dan melupakan masalah


utama mengapa ilmu ekonomi ada.
 Siswa seringkali menyepelekan tipe soal seperti ini sehingga dikerjakan dalam
waktu singkat tanpa mengecek kembali.
 Seringkali dalam menjawab soal Opportunity cost, siswa tidak memilih
opportunity hilang dengan jumlah terbesar sebagai biaya peluang melainkan
menjumlahkan seluruh kesempatan yang hilang

Contoh Soal :

1. The most indicating phenomenon that reflects scarcity of a certain good is…
a. the government rations the purchase of the corresponding good
b. the demand for the corresponding good rises
c. people substitute that good with an imitative one
d. the good becomes more and more expensive
e. more companies produce similar goods

(OSP 2016)

Jawab : Indikasi utama telah terjadinya kelangkaan adalah semakin mahalnya harga
suatu barang seiring berjalannya waktu, maka jawaban yang tepat untuk soal
ini adalah (d ) barang akan semakin mahal dan mahal

2. Opportunity cost is…

a. the cost that we have to spend in order to get a job vacation


b. the price that we have to pay in order to compensate a lost job
c. a certain potential income that we release because we do not do the work or
activity
d. a compensation payment that we ask for being committed to a contract
e. the cost that we have to pay someone because we break our contract
(OSN 2012)

Jawab: Opportuinty cost merupakan kesempatan yang tidak kita ambil (kesempatan
yang hilang) akibat memilih pilihan lain, jawaban yang tepat untuk soal ini

7
adalah (c) suatu potensi yang kita lepaskan akibat tidak mengerjakan atau
mengambilnya.

3. The word “economy” comes from the Greek word oikonomos, which means
a. “environment.”
b. “production.”
c. “one who manages a household.”
d. “one who makes decisions.”
e. “consumption”

Jawab : Ekonomi (Economy) berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikonomos yang berarti
seseorang yang mengatur rumah tangganya. Jadi, jawaban c. “one who
manages a household”

4. Fenomena kelangkaan (scarcity) berawal dari fakta bahwa…


a. Banyak metode produksi yang tidak baik
b. Orang kaya mengonsumsi secara berlebihan terhadap barang dan jasa
c. Pemerintah melarang produksi dari terlalu banyaknya barang dan jasa
d. Sumber daya terbatas
e. Metode distribusi yang belum baik

Jawab: Kelangkaan (scarcity) terjadi karena kebutuhan manusia tidak terbatas,


sedangkan sumber dayanya terbatas. Jadi jawaban d. sumber daya terbatas

5. Pepatah “There is no such thing as a free lunch” digunakan untuk menggambarkan


prinsip bahwa….
a. barang-barang mengalami kelangkaangoods are scarce.
b. orang-orang mengalami tradeoffs.
c. harus mendapatkan pendapatan
d. rumah tangga menghadapi banyak keputusan
e. pemerintah harus menyubsidi rakyat

Jawab: Pepatah di atas menggambarkan bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang kita
inginkan, kita biasanya harus mengorbankan keinginan lainnya. Jadi jawaban
b. orang – orang mengalami tradeoff

8
BAB II
MEKANISME PASAR
KATA KUNCI

 Permintaan  Kegagalan Pasar


 Penawaran  Excess Demand (shortage)
 Jumlah Barang yang Dimita  Excess Supply
 Jumlah Barang yang Ditawarkan  Barang Altruisme
 Demand Schedule  Barang Publik
 Hukum Permintaan  Barang Normal
 Hukum Penawaran  Barang Giffen
 Faktor Penentu Permintaan  Barang Inferior
 Fator Penentu Penawaran  Shifting Curve
 Keseimbangan Pasar
 Quantity Demanded
 Quantity Supply
 Movement Along The Demand
Curve

A. Permintaan
Permintaan diartikan secara harfiah sebagai perbuatan meminta, permintaan
merupakan keinginan konsumen untuk membeli atau mengkonsumsi suatu barang pada
periode dan tempat tertentu. Permintaan yang didukung dengan daya beli yang tinggi
dari konsumen disebut dengan permintaan efektif, sedangkan permintaan yang hanya
didasarkan pada kebutuhan disebut dengan permintaan potensial. Quantity Demand
adalah jumlah barang atau jasa yang ingin dan dapat dibeli oleh konsumen (pembeli).

Hukum Permintaan semakin tinggi harga suaru barang maka permintannya


semakin sedikit sehingga hubungan antara harga barang dan permintaan berbanding
terbalik.

9
.

Mari kita ambil contoh Demand Schedule saat terjadi penurunan permintaan dari
permen cinta :

Harga Permen Cinta (Rp.) Permintaan permen Cinta

50 10

100 8

150 6

200 4

250 2

300 0

Hubungan antara harga dan jumlah permintaan itu kemudian disajikan dalam
bentuk grafik, grafik inilah yang dikenal dengan kurva permintaan dengan slope negatif
(turun dari kiri atas ke kanan bawah) yang menunjukkan pengaruh berlawanan saat
terjadi kenaikan harga terhadap jumlah permintaan.

Fungsi permintaan dapat dicari dengan persamaan:


P − P1
= Q − Q1
P2 − P1 Q2 − Q1

10
B. Faktor Penentu Permintaan
a. Movement Along The Demand Curve
Faktor penentu permintaan yang menyebabkan pergerakan di sepanjang
kurva permintaan hanya ada satu faktor yakni perubahan harga barang itu
sendiri. Perubahan harga barang ini berpengaruh negatif terhadap jumlah barang
yang diminta, naiknya harga suatu barang, ceteris paribus, maka permintaannya
akan turun.

Semisal terjadi kenaikan pajak sehingga biaya untuk memproduksi satu


buah permen cinta meningkat. Kenaikan biaya produksi tersebut memaksa
produsen permen cinta harus menaikkan harga dari P1 ke P2, kenaikan harga ini
direspon dengan penurunan permintaan dari pihak konsumen dari Q 1 ke Q2. Pada
akhirnya kenaikan harga permen cinta ini menyebabkan pergerakan di sepanjang
kurva permintaan dari titik A ke titik B. INGAT! Harga Barang itu sendiri -
Movement along the demand curve – negative (-)

b. Shifting the Curve


Faktor penentu permintaan selain harga barang bersangkutan akan
menyebabkan pergeseran kurva permintaan baik ke kiri maupun ke kanan.

11
Faktor-faktor ini dapat berupa:

a. Pendapatan Konsumen
b. Harga Barang Lain yang Terkait
c. Selera
d. Perkiraan Harga di Masa Mendatang
e. Jumlah Pembeli
Faktor penentu permintaan dalam tabel

Pengaruh terhadap Hubungan dengan


Faktor Jumlah Permintaan
Kurva
Movement along the (-)
Harga barang itu sendiri
demand curve
Pendapatan konsumen Shifting Normal(+), Inferior (-)

Substitusi (+)
Harga barang lain yang terkait Shifting Komplementer (-)

Selera Shifting (+)

Perkiraan harga mendatang Shifting (+)

Jumlah pembeli Shifting (+)

Pengecualian Hukum Permintaan :

a. Barang spekulasi
Barang jenis ini akan dibeli saat harganya naik sehingga permintaan justru
meningkat saat harga naik.
Contoh: valuta asing, saham

b. Barang Prestise
Barang prestise merupakan barang yang memiliki kebanggaan, sehingga
pembelinya akan mendapatkan kepuasan dan kebanggaan tersendiri yang mana
permintaan akan meningkat saat harga semakin mahal.
Contoh: Lukisan terkenal

c. Barang inferior dan barang giffen


Barang yang justru permintaannya menurun saat pendapatan riil konsumen
meningkat (penjelasan terdapat pada faktor pendapatan). Barang giffen berlaku
untuk umum, sedangkan barang inferior merupakan barang giffen yang berlaku
pribadi.

12
C. Penawaran

Penawaran (Quantity supplied) merupakan jumlah barang yang ingin dijual produsen
(penjual) pada berbagai tingkat harga serta pada tempat dan periode tertentu.

Hukum penawaran mengatakan bahwa semakin tinggi harga suatu barang,


ceteris paribus, semakin tinggi jumlah barang tersebut yang ditawarkan oleh penjual.
Jika pada permintaan terdapat demand schedule, pada penawaran terdapat supply
schedule yakni hubungan harga suatu barang dengan jumlah barang yang ditawarkan
yang disajikan dalam bentuk tabel.

Mari kita ambil contoh yang sama dengan menggunakan produsen permen cinta

Harga Permen Cinta (Rp.) Jumlah yang Ditawarkan

50 0

100 1

150 2

200 3

250 4

300 5

Fungsi Penawaran dapat dicari dengan cara yang sama seperti Permintaan,
yakni menggunakan persamaan :

P − P1 Q − Q1
=
P2 − P1 Q2 − Q1

13
D. Faktor Penentu Penawaran

Sama halnya seperti faktor penentu permintaan, faktor penentu penawaran ada
yang dapat menyebabkan pergerakan sepanjang kurva penawaran dan ada juga yang
menyebabkan pergeseran kurva.

a. Movement Along the Supply Curve (+)


Faktor penentu penawaran yang menyebabkan pergerakan disepanjang
kurva penawaran hanya ada satu faktor yakni perubahan harga barang itu
sendiri. Perubahan harga barang ini berpengaruh positif terhadap jumlah barang
yang diminta, di mana naiknya harga suatu barang, ceteris paribus, maka
jumlah barang yang ditawarkan juga akan naik.

Semisal terjadi kenaikan harga dari P1 ke P2, maka penjual akan


menawarkan jumlah barang yang lebih banyak dalam rangka untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih besar, terjadi kenaikan jumlah barang dari
Q1 ke Q2. Pada akhirnya kenaikan harga barang akan menyebabkan pergerakan
di sepanjang kurva penawaran dari titik A ke titik C.

b. Shifting the supply curve


Faktor penentu penawaran selain harga barang bersangkutan akan
menyebabkan pergeseran kurva penawaran baik ke kiri maupun ke kanan.

14
Faktor yang menyebabkan pergeseran kurva penawaran antara lain :
a. Harga faktor produksi dan biaya produksi (input)
b. Teknologi produksi
c. Ekspektasi
d. Jumlah penjual

Keseimbangan Disajikan dalam Schedule

Harga Permen Cinta Jumlah yang Harga Permen Permintaan


(Rp.) Ditawarkan Cinta (Rp.) permen Cinta

50 0 50 16

100 1 100 13

150 4 150 10

200 7 200 7

250 10 250 4

300 13 300 1

Pada harga 200, jumlah yang


ditawarkan sama dengan jumlah
yang diminta

Keseimbangan Disajikan dalam Grafik

15
E. Excess and Shortages

Excess merupakan kondisi dimana penjual menawarkan barang di atas harga


keseimbangan. Pada harga di atas harga keseimbangan, jumlah yang ditawarkan akan
jauh melebihi jumlah barang yang diminta sehingga terjadi kelebihan jumlah barang
yang ditawarkan. Peristiwa inilah yang dikenal dengan excess supply.

Terlihat pada gambar di atas bahwa produsen menawarkan barangnya di atas


harga keseimbangan yakni pada harga Rp250. Jumlah barang yang ditawarkan pada
harga Rp250 adalah sebanyak 10 buah, sedangkan jumlah permintaan pada harga
tersebut adalah sebanyak 4 buah. Maka terdapat kelebihan penawaran sebanyak 6 (10-
4) buah.

Shortage atau kekurangan pasokan barang sejatinya tidak lain merupakan


dampak dari excess demand. Excess demand terjadi ketika produsen menjual barangnya
dibawah harga keseimbangan sehingga jumlah permintaan lebih besar dari jumlah
barang yang ditawarkan, akibatnya terjadi shortage.

Terlihat pada gambar di atas bahwa produsen menawarkan barangnya pada


harga di bawah harga keseimbangan yakni sebesar Rp150, akibatnya jumlah permintaan
(quantity demanded) melonjak menjadi 10 buah pada harga tersebut, sedangkan jumlah
barang yang ditawarkan hanya 4 buah, maka terjadi kekurangan (shortage) akibat
terjadinya kelebiahn permintaan (excess demand).

16
Contoh Soal
Tipe soal yang sering dikeluarkan :

 Menentukan apakah terjadi pergeseran kurva atau pergerakan sepanjang kurva


akibat perubahan faktor penentu permintaan dan penawaran
 Pengaruh perubahan pendapatan maupun harga pada barang substitusi,
komplementer, barang normal dan barang giffen
 Menentukan arah pergerakan kurva penawaran maupun permintaan

Kesalahan yang sering dilakukan :


 Sulit membedakan tejadinya pergeseran dengan pergerakan sepanjang kurva
 Terburu-buru sehingga salah saat menentukan pergerakan kurva, karena
seringkali pada tingkatan soal yang lebih tinggi dibutuhkan analisis yang
cermat.

Contoh Soal :

1. When quantity demanded decreases at every possible price, we know that the
demand curve has ...
a. Shifted to the left
b. Shifted to the right
c. Not shifted; rather, we have moved down the demand curve to a new point
on the same curve
d. Not shifted; rather, we have moved up the demand curve to a new point on
the same curve
e. Not shifted, the demand curve has become flatter
(OSN 2014)

Jawab : Seringkali siswa terlalu terburu dan melihat soal sekilas sehingga banyak siswa
akan menjawab kurva permintaan bergeser ke kiri karena di dalam soal
terdapat kata kunci berupa penurunan harga. Jawaban yang tepat sebenarnya
adalah point c. Not shifted; rather, we have moved down the demand
curve to a new point on the same curve , karena pada soal tidak dijelaskan
harga barang lain yang mengalami, namun dikatakan bahwa terjadi penurunan
harga pada setiap kemungkinan yang ada. Statement tersebut dapat diartikan
penurunan harga dialami oleh barang yang bersangkutan, bukan barang lain,
sehingga kurva tidak bergeser melainkan terjadi pergerakan titik yang
menurun di sepanjang kurva.

17
BAB III
ELASTISITAS
KATA KUNCI

 Elastisitas
 Price Elasticity of Demand
 Income Elasticity of Demand
 Price Elasticity of Supply
 Faktor Penentu Elastisitas Permintaan
 Menghitung Elastisitas

a. Price Elasticity of Demand (Elastisitas harga terhadap permintaan)


Price Elasticity of Demand merupakan ukuran seberapa banyak reaksi
perubahan permintaan terhadap perubahan harga.Secara garis besar, demikianlah
gambaran umum tentang elastisitas khususnya elastisitas permintaan. Elastisitas
permintaan sendiri dipengaruhi beberapa faktor berupa:
A. Faktor Penentu Elastisitas Permintaan
Ketersediaan barang subtitusi terdekat

a. Jenis barang, barang pokok ataukah barang mewah


b. Ketahan barang (durable goods dan non-durable goods)
c. Jangka waktu (barang normal)

Suatu barang dikatakan elastis apabila reaksi perubahan presentase permintaan


jauh lebih besar daripada perubahan prsentase harga. Dari faktor-faktor di atas, suatu
Barang akan semakin elastis apabila :

1. Barang merupakan barang mewah

2. Semakin banyak barang substitusi

3. Semakin Lama Periode waktu untuk non-durable goods

4. Semakin singkat periode waktu untuk durable goods

5. Semakin lama periode waktu untuk barang normal

18
B. Menghitung Elastisitas Permintaan

Price elasticity of demand atau elastisitas permintaan dapat dihitung dengan


menggunakan persamaan biasa yakni membandingkan persentase perubahan
permintaan terhadap perubahan harga.

C. Jenis Kurva Elastisitas Permintaan

a. Elastis

Jumlah barang yang diminta merespon sangat kuat terhadap perubahan


harga. Secara kuantitatif besaran elastisitasnya lebih dari satu. (ED>1) Presentase
perubahan permintaan lebih besar dari persentase perubahan harga. Contoh barang
elastis adalah barang mewah seperti handphone.

19
b. Inelastis

Jumlah barang yang diminta tidak merespon tidak cukup kuat terhadap
perubahan harga. Secara kuantitatif besaran elastisitasnya kurang dari satu (ED<1)
Presentase perubahan permintaan lebih kecil dari perubahan harga. Contoh barang
inelastic adalah barang kebutuhan pokok seperti beras (substitusi sedikit)

c. Elastis Sempurna

Jumlah barang yang diminta berubah tak terhingga terhadap perubahan


harga. Secara kuantitatif besaran elastisitasnya tak terhingga (ED= ~)

20
d. Inelastis sempurna

Jumlah barang yang diminta tak berubah terhadap perubahan harga. Secara
kuantitatif besaran elastisitasnya 0 (ED= 0). Contoh barang inelastis sempurna
adalah garam (hampir tidak memiliki substitusi).

e. Elastis Uniter

Jumlah barang yang diminta berubah sama besar dengan perubahan harga.
Secara kuantitatif besaran elastisitasnya satu (ED=1). Presentase perubahan
permintaan sama dngan presentase perubahan harga.

21
D. Meningkatkan Total Revenue
Total revenue merupakan pendapatan total yang didapat dari total harga dari
keseluruhan barang yang terjual. Dengan kata lain, total revenue dirumuskan dengan
harga barang dikalikan jumlah barang.

Perubahan harga suatu barang dapat menimbulkan reaksi perubahan permintaan


atas barang tersebut sehingga total revenue pun akan berubah seiring berubahnya harga
dan permintaan barang. Untuk menaikkan total revenue, kita harus memperhatikan
kecendrungan presentase perubahan permintaan terhadap harga, untuk itu, dalam
meningkatkan total revenue harus memperhatikan jenis elastisitas barang.

a. Meningkatkan TR untuk barang elastis : Menurunkan Harga . Buat Kurvanya!

b. Meningkatkan TR untuk barang inelastis: Naikkan harga. Buat Kurvanya!


E. Income Elasticity of Demand (Elastisitas Pendapatan)

Income Elasticity of Demand mengukur reaksi perubahan permintaan


(Demand) yang dilakukan konsumen akibat perubahan pendapatan. Cara
perhitungannya persis sama dengan elastisitas harga yakni dengan membagi persentase
perubahan permintaan terhadap persentase perubahan pendapatan.

Pada income elasticity ini point penting yang perlu diperhatikan adalah Jenis
barang yakni:

a. Barang Normal vs Barang Inferior


b. Barang Pokok vs Barang Mewah

a. Barang Normal vs Barang Inferior


Kenaikan pendapatan akan menyebabkan kenaikan jumlah barang
normal yang diminta meningkat, sedangkan jumlah barang inferior yang
diminta berkurang. (baca kembali contoh antara nasi dan ubi pada bab
mekanisme pasar).
b. Barang Pokok vs Barang Mewah
Barang pokok seperti makanan, bensin, baju dan kesehatan bersifat
inelastis terhadap pendapatan sedangkan barang mewah akan bersifat elastis
terhadap pendapatan.

22
Contoh :
Meskipun bensin mengalami kenaikan harga, namun kita tetap membeli
bensin dengan jumlah yang relatif sama. Semisal Udin dengan gaji 4 juta
perbulan yang memiliki 3 buah motor cukup membili 15 liter bensin
sebulannya, saat gaji udin naik menjadi 4,3 juta, jumlah bensin yang dibeli
relatif stagnan menjadi 15,5 liter karena jumlah motor dan jarak tempuh udin
yang menjadi kebutuhan pokoknya cenderung sama. Beda halnya dengan
motor, semakin besar pendapatan kita, semakin kita menginginkan motor
dengan spesifikasi terbaik, keluaran terbaru atau yang paling stylish.

Contoh Soal

1. Barang yang proporsi kenaikan permintaan cukup besar terhadap pendapatan


konsumen, kurva permintaannya menurun dari kiri atas ke kanan bawah…
a. Cenderung tegak; agar total revenue (TR)-nya meningkat maka harga
dinaikkan
b. Cenderung tegak; agar TR-nya meningkat maka harganya diturunkan
c. Cenderung landai; agar TR-nya meningkat maka harganya dinaikkan
d. Cenderung landai; agar TR-nya meningkat maka harganya diturunkan
e. Cenderung landai; agar labanya meningkat maka harganya dinaikkan

Jawab :

Jawab : d. cenderung landai; agar TR-nya meningkat maka harganya diturunkan

2. Mobil mempunyai permintaan yang....


a. inelastis, harga naik 10% permintaannya berkurang lebih besar dari 10%
b. inelastis, harga turun 10% permintaannya bertambah lebih kecil dari 10%
c. elastis, harga naik 10% permintaannya bertambah lebih besar dari 10%
d. elastis, harga turun 10% permintaannya bertambah lebih besar dari 10%
e. elastis, harga naik Rp 10 juta, permintaannya berkurang lebih besar
dari 10 unit
(OSK 2009)

23
BAB IV
TEORI PERILAKU KONSUMEN

KATA KUNCI :

 Teori Perilaku Konsumen


 Teori Kardinal
 Teori Ordinal
 Keseimbangan Konsumen
 Perubahan Harga Barang dan Pendapatan serta Reaksinya
A. Teori Perilaku Konsumen

Konsumen adalah orang yang menghabiskan atau mengurangi nilai barang atau jasa. Untuk
memahami hal-hal yang dibutuhkan konsumen serta keputusan yang diambil konsumen,
ekonom mempelajari perilaku konsumen dan mengembangkan alat analisis ekonomi untuk
memudahkan kita dalam mempelajari perilaku konsumen.
Secara umum, teori perilaku konsumen dibedakan menjadi dua, yaitu:

 Teori Kardinal

Teori kardinal menyatakan bahwa tingkat kegunaan suatu barang dapat diukur
secara nominal atau satuan util, contohnya harga sebuah buku yang dibeli X seharga
Rp1.000, harga 10 kg beras yang dibeli Bu Y seharga Rp20.000.

Teori Kardinal didukung oleh dua hukum gossen, yaitu hukum gossen 1 dan
hukum gossen 2. Hukum Gossen 1 dikenal sebagai The Law of Deminishing Return
yaitu hukum yang menyatakan bahwa tambahan konsumsi suatu barang akan
meningkatkan tambahan utilitas, tetapi semakin lama penambahan tersebut
menyebabkan total utilitas semakin menurun bahkan negatif. Hukum ini merupakan
hasil pengamatan seorang ekonom bernama Herman Heinrich Gossen terhadap air dan
berlian yang dikenal sebagai paradox of value (ketika sesuatu yang bernilai tinggi
dihargai rendah dibandingkan sesuatu yang bernilai tinggi) seperti yang telah dibahas
pada materi awal.

Hukum Gossen 2 menyatakan bahwa setiap manusia akan berusaha memenuhi


bermacam-macam kebutuhannya pada sampai tingkat intentitas yang sama. Contohnya,
Pak Y mempunyai uang sebesar Rp10.000. Harga tepung sebesar Rp5.000 dan harga
telur adalah Rp2.000. Sebagai seorang konsumen, Bapak Y akan mengefisienkan
pendapatannya agar dapat membeli kedua barang pada tingkat yang sama.

24
Ada beberapa kondisi yang perlu diperhatikan, yaitu :

a. MU = P

Ketika nilai Marjinal Utility sama dengan harga barang atau jasa yang
dikonsumsi, konsumen akan berhenti mengkonsumsi barang tersebut.

b. MU = 0

Ketika MU = 0, konsumen akan mencapai kepuasan maksimum (TU


maksimum) untuk semua jenis barang.
 Teori Ordinal

Teori Ordinal menyatakan bahwa tingkat kegunaan suatu barang tidak dapat
diukur secara nominal dan hanya bisa dibandingkan. Ada 2 indikator yang digunakan
dalam teori ordinal ini, yaitu kurva indeferensi (indifference curve) dan kurva garis
anggaran (budget line).

25
a. Kurva Indiferensi

Kurva Indiferensi adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi 2


macam barang yang memberikan tingkat kepuasan yang sama. Untuk memudahkan
pemahaman, kurva indiferensi dapat dimasukkan ke dalam persamaan kuantitatif :

U= A,B

U = Tingkat Kepuasan

A = Barang A

B = Barang B

Titik Optimum

A1
IC

B
B1

Ciri – ciri kurva indiferensi adalah

1. Menurun dari kiri atas ke kanan bawah (berslope negatif). Untuk mempertahankan
jumlah kegunaan barang, konsumen harus mengurangi satu barang jika ingin
menambah barang yang lain (marginal rate of subtitusion). Dengan demikian,
kurva indiferensi harus berslope negatif.
2. Cembung ke titik origin. Konsumen dapat menentukan tingkat konsumsi yang
paling efisien di titik origin. Titik origin sendiri menandakan penggunaan yang paling sesuai
dalam konsumsi. Selain itu, disepanjang kurva isokuan jumlah faktor produksi tetap sama,
yang berbeda hanya proporsi penggunaannya.
3. Ketika bergeser ke kanan, kepuasan konsumen semakin meningkat.
4. Kurva indiferensi tidak pernah berpotongan. Ketika terjadi perubahan biaya pada
faktor produksi, kurva isoquan yang baru tidak akan pernah memotong kurva
isoquan yang lama. Mengapa demikian? Secara matematis ketika terjadi
perpotongan, tingkat kepuasan terhadap konsumsi tetap sama, tetapi proporsi
konsumsi tersebut bertambah.

26
c. Kurva Garis Anggaran

Kurva Garis Anggaran adalah kurva yang menunjukkan kombinasi


konsumsi dua barang yang membutuhkan anggaran yang sama. Kurva garis
anggaran dapat dinotasikan sebagai berikut

BL = Pa.Qa + Pb.Qb

Pa = Harga barang A

Qa = Jumlah barang A

Pb = Harga barang B

Qb = Jumlah barang B

Bentuk kurva garis anggaran adalah berbentuk linier dan berslope negatif.

I/Pb.Qb
Budget Line

B
I/Pa.Qa
B. Keseimbangan Konsumen
Keseimbangan konsumen terjadi ketika kurva indiferensi dan kurva garis
anggaran menyinggung. Persinggungan antara kurva indiferensi dan kurva garis anggaran
sekaligus persinggungan antara titik origin (titik paling optimal kombinasi barang yang
paling efektif) dengan anggaran yang dikeluarkan. Artinya, konsumen akan menemukan
tingkat kepuasan yang maksimum dengan anggaran yang ada.
A

Keseimbangan
Konsumen

A1
IC

I = Pa.Qa + Pb.Qb
B
B1

27
 Perubahan Harga Barang dan Pendapatan beserta Reaksinya
a. Kurva Harga Konsumsi / Price-Consumption Curve (PCC)

Ketika harga salah satu barang berubah, rasio harga barang juga berubah.
Perubahan ini menyebabkan pendapatan nyata konsumen berubah walaupun tidak
merubah pendapatan nominal sehingga konsumen akan merubah jumlah barang
yang akan dikonsumsi karena keseimbangan konsumen berubah. Keadaan ini
diimplementasikan ke dalam bentuk Kurva Price-Consumption Curve.

Price-Consumption Curve adalah kurva yang menghubungkan titik-titik


keseimbangan konsumen ketika salah satu harga barang berubah. Konsumsi barang
berubah berotasi terhadap harga barang yang berubah.

A Barang bersifat
Komplementer

PPC
A2
A1 Harga Barang B
naik

B
B2 B1
Harga

P2 Kurva Permintaan
Individu
P1

B
B2 B1
Kurva di atas adalah contoh kurva PCC untuk barang yang bersifat
komplementer dan harga barang B naik. Permintaan barang B menurun karena
harga barang B naik. Karena barang B dan baran A bersifat komplementer atau
saling melengkapi, turunnya permintaan barang B mengakibatkan turunnya
permintaan barang A. Contohnya kopi dan gula. Jika harga kopi naik, permintaan
kopi akan menurun, begitu juga dengan gula. Permintaan gula akan menurun
karena permintaan kopi juga turun. Turunnya gula karena konsumsi kopi juga turun
sehingga gula tidak perlu untuk dibeli. Kesimpulannya, permintaan barang B turun
akan menyebabkan barang A juga turun. Hubungan harga dengan barang B
dilambangkan denga kurva permintaan individu.
28
b. Kurva Permintaan Individu

Kurva PCC dapat diturunkan dan menghasilkan kurva permintaan individu.


Kurva permintaan individu diturunkan 3 asumsi, yaitu :

1. Konsumen berada pada kondisi keseimbangan


2. Pendapatan Nominal tidak berubah
3. Harga nominal barang lain tidak berubah.

c. Kurva Permintaan Pasar

Permintaan pasar adalah jumlah keseluruhan permintaan individu yang ada


di pasar. Permintaan pasar diperoleh dengan cara menjumlahkan secara horizontal
kuantitas barang pada kurva permintaan individu.
P P

P3
P2

B+C
P1

Q Q
D D1
Kurva A Kurva Pasar

Kurva A menunjukkan dua permintaan individu yang dilambangkan


dengan D dan D1. Pada kurva D tidak ada permintaan pada tingkat harga P3 dan P2
hanya permintaan barang sebesar B. Pada kurva D1, tidak ada permintaan pada
tingkat harga P3, tetapi terdapat permintaan barang pada tingkat harga P 2 sebesar
A dan pada tingkat harga P1 sebesar C. Kurva permintaan pasar ditentukan dari
penjumlahan permintaan individu. Karena P3 tidak ada permintaan, harga P3 kurva
pasar = 0. Permintaan pasar sebesar A karena permintaan barang individu (D) tidak
ada. Pada tingkat harga P1, permintaan pasar sebesar B + C karena pada tingkat
harga tersebut kedua individu mempunyai permintaan barang.

29
d. Kurva Pendapatan-Konsumsi (Income-Consumption Curve)

Ketika pendapatan konsumen berubah, konsumen akan mengkonsumsi


barang lebih banyak dari biasanya, begitu juga sebaliknya. Artinya, keseimbangan
konsumen akan berubah jika terjadi perubahan pendapatan konsumen. Perubahan
ini diterjemahkan ke dalam kurva income-consumption curve.

Income-Consumption Curve adalah kurva yang menghubungkan titik-titik


keseimbangan konsumen pada berbagai tingkatan pendapatan. Perubahan
pendapatan akan menggeser kurva garis anggaran ke kiri atau ke kanan.

Kurva ICC

ICC
A2

A1

B
B2 B1
e. Kurva Engel

Kurva Engel diturunkan dari Kurva ICC. Konsumen tidak selamanya akan
membeli suatu barang lebih banyak jika pendapatannya meningkat. Hal ini disebabkan
oleh faktor jenis barang itu. Untuk mengetahui jenis barang (barang pokok, mewah,
atau lainnya), ekonom menggunakan kurva engel. Kurva engel adalah kurva yang
menghubungkan antara jumlah barang yang diminta pada tingkat pendapatan tertentu.
Kurva engel tidak selamanya berslope positif, kadang kurva engel juga bisa berslope
negatif.

30
Contoh Soal

1. Indifference curves graphically represent...


a. an income level sufficient to make an individual happy.
b. the constraints faced by individuals
c. an individual's preferences.
d. the relative price of commodities
e. market’s preferences

Jawab : Kurva indiferensi menunjukkan kombinasi dua macam barang yang dikonsumsi
oleh konsumen untuk mencapai tingkat kepuasan yang sama. Kurva indiferensi
juga menunjukkan jumlah barang yang ingin di konsumsi lebih banyak atau
lebih sedikit sehingga kecenderungan konsumen untuk mengkonsumsi satu
barang yang sama berbeda dengan konsumen lain. Oleh karena itu, kurva
indiverensi juga menunjukkan preferensi satu konsumen dalam mengkonsumsi
barang. Jawaban yang benar adalah c. an individual’s preferences.

2. A good is an inferior good if the consumer buys less of it when


a. his income rises.
b. the price of the good rises.
c. he feels less well off.
d. his income falls.
e. none of the above is correct

Jawab : Sebuah barang dikatakan barang inferior ketika konsumen mengurangi


konsumsi atau membeli barang tersebut ketika pendapatannya naik. Hal ini
disebabkan karena konsumen ingin membeli barang dengan kualitas yang lebih
baik dibandingkan barang sebelumnya. Jawaban yang benar adalah a. his
income rises.

31
BAB V
TEORI PRODUKSI

KATA KUNCI :

 Teori Produsen
 Model Produksi Satu Faktor Produksi Variabel (Jangka Pendek)
 Model Produksi Dua Faktor Produksi Variabel
 Return to Scale
A. Teori Produsen

Teori Produsen Persis dengan konsumen, kita hanya perlu menggeser sudut
pandang. Dalam berproduksi, produsen menggunakan faktor produksi. Berdasarkan
hubungannya dengan tingkat produksi, faktor produksi dibedakan menjadi faktor
produksi jangka tetap dan jangka variabel. Faktor produksi tetap adalah faktor produksi
yang tidak dipengaruhi oleh banyaknya jumlah produksi, seperti gedung, mesin, dan
lainnya. Faktor produksi variabel adalah faktor produksi yang jumlahnya tergantung
oleh banyaknya jumlah produksi, seperti pegawai, modal, dan lainnya. Faktor produksi
variabel akan bertambah apabila produsen menambah jumlah produksi dan sebaliknya.
Namun, faktor produksi tetap akan tetap walaupun produsen memutuskan untuk tidak
berproduksi.
B. Model Produksi Satu Faktor Produksi Variabel (Jangka Pendek)
Output

40

30
TPP
20

10
APP
Tenaga Kerja

MPP

Pada awalnya, total produksi akan meningkat ketika produsen menambah faktor
produksi. Hal ini disebabkan faktor produksi tetap yang masih mampu menampung
faktor produksi variabel. Nah, faktor produksi tetap mempunyai batas penampung
sehingga penambahan ini justru akan mengurangi jumlah produksi (seperti contoh di
atas, batas penampung mesin hanya 5 orang saja, lebih dari 5 orang menyebabkan
jumlah produksi menurun). Total produksi akan mencapai titik puncak ketika produksi
marjinal = 0.
32
Mengapa demikian? Karena pada saat itu faktor produksi tetap telah mencapai
batas maksimal dalam menampung faktor produksi variabel. Jika produsen menambah
faktor produksi variabel lagi, total produksi akan mengalami penurunan karena adanya
faktor produksi variabel yang tidak dapat bekerja maksimal akibat penumpukan faktor
produksi variabel. Contoh lain, satu sawah hanya dapat menampung maksimal 10
petani. Jika terdapat 15 petani dalam sawah tersebut, apakah produktivitas padi akan
lebih baik? Tidak, karena jumlah petani terlalu banyak sehingga tidak bekerja secara
efisien. Begitu juga dengan kasus di atas.

Ketika total produksi meningkat, kurva produksi marjinal akan memotong


kurva produksi rata-rata pada saat produksi rata-rata mencapai titik maksimum
sekaligus menunjukkan bahwa perusahaan akan mencapai total produksi maksimal
karena telah menambah faktor produksi secara efisien. Penambahan faktor produksi
variabel ini sekaligus menunjukkan tahap-tahap produksi yang dihadapi oleh produsen.

Output C

Tenaga Kerja

Output

APP
Tenaga Kerja

MPP

33
Ada 3 tahapan penting dari pergerakan Total Produksi. Ketiga tahapan tersebut antara
lain :

1. Tahap 1, dari 0 hingga MP = AP maksimum. Pada tahap ini, biasanya dialami oleh
perusahaan atau usaha yang baru. Penambahan faktor produksi sangat
direkomendasikan untuk meningkatkan total produksi. Produsen akan mengalami
kerugian jika berhenti berproduksi pada tahap ini karena keuntungan yang diperoleh
tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan untuk menggaji tenaga kerja.
2. Tahap 2, antara MP = AP maksimum sampai MP = 0. Pada tahap ini, biasanya
dialami oleh perusahaan yang memasuki masa puncak. Penambahan faktor
produksi mengakibatkan MP dan AP menurun. Namun, hal ini masih dalam kondisi
baik karena penurunan belum negatif. Pada tahap 2 inilah yang akan menjadi masa
emas perusahaan dan produsen harus mengefisienkan faktor produksinya.
3. Tahap 3, pada saat MP negatif. Pada tahap ini, produsen tidak boleh menambah
faktor produksi lagi. Jika produsen tetap menambah faktor produksi, produsen akan
mengalami kerugian karena biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada
pendapatan yang akan diperoleh. Apa yang harus dilakukan produsen ketika
usahanya memasuki tahap 3 ? Produsen harus mengurangi faktor produksi variabel.
Dalam hal ini, berarti produsen bisa jadi memberlakukan PHK.
Oleh karena itu, perusahaan sebaiknya berproduksi pada tahap 2. Dengan
demikian, perusahaan harus berhenti menambah faktor produksi ketika tambahan biaya
yang harus dibayar sama dengan tambahan pendapatan yang diperoleh.
C. Model Produksi dengan Dua Faktor Produksi Variabel

Pada analisis model kali ini, penulis membahas keterkaitan antara 2 faktor
produksi variabel dalam menghasilkan suatu produk. Dalam model produksi dengan
dua faktor produksi variabel, penulis menggunakan penjelasan grafis dan matematika,
yaitu

a. Kurva Isoquant

Kurva isoquant adalah kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi


penggunaan dua faktor produksi untuk menghasilkan tingkat produksi yang sama.

IQ : (L, K)

L : Labor (Tenaga Kerja)

K : Capital (Modal)

34
Ciri-ciri kurva isoquant antara lain:

1. Berslope negatif dan menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Dengan
bentuk kurva yang berslop negatif, kurva isoquant menandakan bahwa
adanya konveksitas. Artinya, produsen bersedia untuk mengorbankan
faktor produksi yang satu demi menambah penggunaan faktor produksi
yang lain agar tingkat produksi tetap sama. Keadaan ini disebut juga
Marjinal Rate of Technical Subtitution (MRTS).
2. Cembung ke titik origin. Produsen dapat menentukan tingkat penggunaan
faktor produksi yang paling efisien di titik origin. Titik origin sendiri
menandakan penggunaan yang paling sesuai dalam menghasilkan
produksi. Selain itu, disepanjang kurva isokuan jumlah faktor produksi
tetap sama, yang berbeda hanya proporsi penggunaannya.
3. Semakin bergeser ke kanan, produksi semakin banyak.
4. Kurva isoquan tidak akan berpotongan satu dengan yang lainnya. Ketika
terjadi perubahan biaya pada faktor produksi, kurva isoquan yang baru
tidak akan pernah memotong kurva isoquan yang lama. Mengapa
demikian ? Secara matematis ketika terjadi perpotongan, jumlah
penggunaan faktor produksi tetap sama, tetapi proporsi penggunaan
faktor produksi tersebut bertambah.

Penggunaan faktor
produksi
bertambah

L2
L1

K1 K 2

35
b. Kurva Isocost
Kurva isocost adalah kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi
penggunaan dua faktor produksi pada tingkat biaya yang sama. Kesimpulannya
adalah kurva isocost merupakan biaya yang dikeluarkan produsen untuk
membiayai faktor produksinya. Kurva isocost dapat dirumuskan sebagai berikut

I = wL + rK

I = Kurva isocost

w = Biaya Gaji
L = Tenaga Kerja

r = Biaya Sewa

K = Modal

I = wL + rK

L1

K
K1

Selain itu, biaya yang dikeluarkan dapat berubah apabila harga faktor
produksi meningkat. Perubahan biaya ini diimplementasikan terhadap sudut
kemiringan kurva isocost. Jika terjadi perubahan harga faktor produksi, kurva
isocost akan berotasi. Jika anggaran produsen yang berubah, kurva isocost akan
bergeser sejajar. Perubahan jumlah faktor produksi ketika terjadi perubahan
anggaran atau perubahan harga faktor produksi dapat menentukan faktor
produksi tersebut bersifat subtitusi atau komplementer.
L L

Salah satu Terjadi


harga faktor perubahan
produksi anggaran
L2
L1

K
K2 K1

Kurva A Kurva B
36
Kurva A menunjukkan perubahan modal dalam bentuk biaya sewa.
Peningkatan tarif menyebabkan biaya sewa yang harus dikeluarkan semakin
tinggi sehingga produsen mengurani masa waktu penyewaan (K1 ke K2). Gaji
tenaga kerja tidak mengalami perubahan sehingga tidak ada rotasi pada faktor
produksi tenaga kerja. Kurva A menunjukkan rotasi ke dalam pada sumbu Y
(tenaga kerja) karena terjadi perubahan modal.

Kurva B menunjukkan penurunan anggaran (dari Isocost1 ke Isocost2).


Penurunan anggaran ini menyebabkan penggunaan faktor produksi tenaga kerja
dan penyewaan harus disesuaikan dengan anggaran yang tersedia (K 1 ke K2 dan
L1 ke L2). Kurva B menunjukkan bergesernya anggaran ke kiri karena terjadi
penurunan anggaran.

c. Keseimbangan Produsen
Keseimbangan produsen terjadi ketika adanya persinggungan antara
kurva isoquant dan kurva isocost, bukan berpotongan ya!. Mengapa harus
bersinggungan ? Karena bentuk kurva isocost yang berbentuk cembung dan titik
origin merupakan titik optimal, titik origin akan menyentuh kurva isocost
terlebih dahulu. Artinya, titik optimal tersebut akan bersinggungan dengan
biaya yang sanggup dikeluarkan oleh produsen. Perlu diingat, dalam mencapai
keseimbangan, produsen selalu berlandaskan prinsip efisiensi, yaitu
memaksimalkan output (anggaran yang sudah ditentukan harus dicapai output
maksimum) dan meminimalkan biaya (target output yang dicapai harus dicapai
dengan biaya minimum).

Contoh Soal
1. Sumbu vertikal dan horizontal pada kurva produk total (TP) dan kurva produk
marginal (MP) adalah ....
a. harga dan kuantitas barang
b. biaya produksi dan kuantitas barang
c. kuantitas barang dan jumlah tenaga kerja
d. jumlah modal dan jumlah tenaga kerja
e. kuantitas barang X dan barang Y yang diproduksi
(OSK 2017)

Jawab : Jawaban jelas, yaitu d. jumlah modal dan jumlah tenaga kerja. Sumbu
vertikal dan sumbu horiontal kurva TP dan MP berkisar tentang dua faktor
produksi, yaitu modal dan tenaga kerja.
additional unit of labor.

37
2. Dengan sejumlah angaran tertentu, perusahaan akan menghasilkan jumlah
produksi (output) yang maksimum pada……
a. titik singgung antara kurva indiferensi dan kurva garis anggaran
b. perpotongan antara isoquant dengan isocost
c. isoquant menyinggung isocost
d. isoquant yang berada paling kanan
e. isoquant yang maksimum

Jawab: c. isoquant menyinggung isocost. Penjelasan ada di buku ya 



3. Titik singgung antara isoquant dengan isocost dinamakan…
a. titik keseimbangan
b. titik optimal produksi
c. keseimbangan produsen
d. keseimbangan konsumen
e. keseimbangan pasar

Jawab: c. keseimbangan produsen. Persinggungan antara kurva isoquant dan kurva


isocost dinamakan keseimbangan produsen. Penjelasan lebih lanjut ada di buku
ya.

38
BAB VI
KONSEP BIAYA
A. Jenis-Jenis Biaya

a. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh penambahan atau
pengurangan jumlah barang, artinya produsen tidak menambah biaya ketika
produsen menambah produksi barang (dalam jangka pendek). Contohnya adalah
biaya gedung, biaya sewa, pajak, dan lainnya.

Biaya

Fixed Cost

b. Biaya Variabel (Variabel Cost)

Biaya Variabel adalah biaya yang dipengaruhi oleh penambahan atau


pengurangan jumlah barang, artinya produsen akan menambah biaya ketika
menambah produksi barang dan produsen akan mengurangi biaya ketika
mengurangi produksi barang.

Biaya VC

FC

Kuantitas

39
c. Biaya Rata-Rata (Average Cost)

Biaya rata-rata adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi satu


unit produksi. Kurva AC berbentuk huruf U. AC adalah jumlah AFC ditambah
AVC. AFC selalu menurun ketika outputnya meningkat karena biaya tetap
terbagi dengan jumlah output yang besar sehingga nilai AFC semakin kecil.
AVC biasanya naik ketika outputnya meningkat karena the law of deminishing
product (akan dibahas selanjutnya).

Biaya VC

AC

FC

Kuantitas
d. Biaya Rata-Rata Tetap (Average Fixed Cost)

Biaya tetap rata-rata tetap adalah biaya tetap yang dikeluarkan untuk
memproduksi satu unit produksi. Bentuk kurva AFC adalah non linier, berslope
negatif, dan nilainya semakin mengecil, tetapi tidak akan pernah mencapai nol.

Biaya VC

AC

FC

AFC
Kuantitas

40
e. Biaya Rata-Rata Variabel (Average Variabel Cost)

Biaya rata-rata variabel adalah biaya variabel yang dikeluarkan untuk


memproduksi satu unit produksi. Bentuk kurva AVC berbentuk huruf U.

Biaya VC

AC

AVC

FC

AFC
Kuantitas
f. Biaya Marjinal (Marginal Cost)

Biaya marjinal adalah biaya tambahan yang dikeluarkan untuk


menambah faktor produksi sebanyak satu unit.
MC
Biaya VC

AC
AVC

FC

AFC
Kuantitas

Contoh:
Unit Produksi Total Biaya Biaya Marjinal*

1 10 0

2 12 2

3 14 2

4 16 2

5 18 2

6 20 2

Berarti, produsen akan menambah biaya sebesar Rp2 setiap menambah 1 unit produksi.
41
Contoh Soal

1. A total cost curve shows the relationship between the....

a. quantity of an input used and the total cost of production


b. quantity of output produced and the total cost of production
c. quantity of output produced and the total of labor used
d. total cost of production and profit
e. total cost of production and total revenue
(OSK 2017)

Jawab : Kurva Total Biaya menunjukkan hubungan antara jumlah output yang
dihasilkan dengan total biaya produksi. Jawaban yang benar adalah b.
quantity of output produced and the total cost of production.

2. Which of the following is a variabel cost in the short run ?


a. Rent of factory
b. Interest payments of borrowed financial capital
c. Wages paid to factory labour
d. Payment on lease for factory equipment
e. Salaries paid to upper management

(OSK 2015)

Jawab : Jawaban a. Rent of factory atau biaya sewa termasuk biaya tetap karena
produsen harus membayar gedung walaupun tidak berproduksi. Sama seperti
kita harus bayar listrik walaupun tidak menggunakannya. Jawaban b. interest
payments of borrowed financial capital adalah jenis biaya bulanan bunga
yang harus dibayarkan akibat produsen meminjam modal. Jenis biaya ini juga
termasuk biaya tetap. Jawaban c. wages paid to factory labour atau upah kerja
biasanya dikategorikan sebagai biaya variabel karena produsen hanya
memperkejakan buruh jika ingin berproduksi. Jawaban d. Payment on lease
for factory equipment atau pembayaran leasing termasuk biaya tetap juga
karena pembayaran menggunakan sistem leasing yang mewajibkan bagi
yang ingin me-leasing-kan barang untuk membayar sejumlah tertentu kepada
pemilik. Jawaban e. salaries paid to upper management atau gaji juga
termasuk biaya tetap. Dalam hal ini, kita harus membedakan antara upah dan
gaji. Upah adalah bayaran yang diberikan sesuai jam kerja yang telah kita
lakukan sedangkan gaji adalah bayaran atas hasil kerja berdasarkan jabatan,
bukan jam kerja sehingga gaji manajemen termasuk biaya tetap. Jadi,
jawaban yang tepat untuk soal di atas adalah c. wages paid to factory
labour.

42
BAB VII
Memaksimumkan Laba
KATA KUNCI :

 Pengertian Laba atau Profit


 Pendekatan Totalitas
 Pendekatan Marjinal
 Pendekatan Rata – Rata

A. Pengertian Laba atau Profit

Laba adalah selisih antara pendapatan yang diterima oleh produsen dengan
biaya. Laba dibagi menjadi 2, yaitu laba ekonomi dan laba akuntansi. Apakah laba
akuntansi dan laba ekonomi sama ? Jika dilihat oleh masyarakat awam, mungkin kedua
laba itu sama. Namun, kedua laba itu sangat jelas berbeda. Laba ekonomi adalah total
penerimaan perusahaan dikurangi semua biaya kesempatan (opportunity cost) baik
biaya eksplisit maupun implisit dalam memproduksi barang atau jasa. Laba akuntansi
adalah total penerimaan perusahaan dikurangi dengan biaya eksplisit saja. Menurut
pakar ekonomi, harus menutupi biaya implisit dan biaya eksplisit, bukan hanya biaya
eksplisit saja.

Laba akuntansi jelas lebih tinggi daripada laba ekonomi karena laba akuntansi
tidak menyertakan biaya implisit padahal hal itu sangat penting karena bisa mengetahui.total
pendapatan asli perusahaan. Konsep laba ekonomi bisa menjadi motivasi
perusahaan untuk meningkatkan penjualan barang atau jasa.

Pendapatan Pendapatan

Biaya Implisit
Laba
Laba Ekonomi Biaya Eksplisit
Biaya Eksplisit Akuntansi

Laba dapat dinotasikan sebagai berikut.

𝜋 = TR – TC

𝜋 = Laba Produsen
TR = Total Penerimaan

TC = Total Biaya

43
Produsen akan mendapatkan keuntungan ketika TR > TC. TR melambangkan
total pendapatan dan TC melambangkan total biaya. Jika total pendapatan lebih besar
dari total biaya, produsen akan mendapatkan keuntungan. Nah, untuk mendapatkan
laba maksimum (TR>TC), produsen harus tahu kuantitas yang tepat untuk berproduksi.

Oleh karena itu, ada 3 pendekatan yang dapat digunakan dalam menghitung
kuantitas maksimum yang biasanya digunakan untuk mencapai laba maksimum :

1. Pendekatan Totalitas
2. Pendekatan Rata-Rata
3. Pendekatan Marjinal
B. Pendekatan Totalitas
Dalam menggunakan pendekatan totalitas, model yang digunakan
membandingkan antara total biaya dengan total pendekatan. Total biaya adalah seluruh
biaya yang dikeluarkan produsen meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Total
pendapatan adalah seluruh penerimaan yang diterima oleh produsen ketika berhasil
menjual produksinya.

TR =PxQ dan TC = FC + VC

𝜋 = TR – TC atau 𝜋 = P x Q – (FC + VC)


TR = Total Penerimaan
P = Harga Barang
Q = Jumlah Produksi yang Terjual
𝜋 = Laba
FC = Biaya Tetap
VC = Biaya Variabel

Ketika produsen memasuki pasar untuk pertama kalinya, biasanya produsen


akan mengalami kerugian karena total biaya lebih besar dari total pendapatan (dengan
asumsi produk belum dikenal masyarakat). Produsen dapat mengecilkan kerugian
tersebut jika mampu meminimumkan biaya (optimalisasi teknologi) dan
memaksimumkan penjualan melalui iklan atau promosi. Sebelum mencapai
keuntungan, produsen akan melalui tahap yang dinamakan Break Even Point (Titik
Impas). Titik impas sama seperti balik modal, artinya besarnya total pendapatan
seluruhnya digunakan untuk menutupi total biaya yang dikeluarkan.

44
Rp TR

TC
Rugi
Laba
BEP
Q

Bagi produsen muda (produsen yang baru pertama kali masuk pasar), biasanya
berproduksi pada tingkat kuantitas titik impas. Selanjutnya, produsen baru menetapkan
penjualan melebihi batas kuantitas titik impas.

C. Pendekatan Marjinal

Pendekatan marjinal adalah pendekatan yang sering dijumpai di soal-soal


ekonomi. Dalam pendekatan ini, perhitungan laba dilakukan dengan membandingkan
biaya marjinal (MC) dan pendapatan marjinal (MR). Ketika MR = MC, produsen
biasanya akan mendapatkan keuntungan maksimum. Loh kok biasanya ? Berarti belum
pasti ? Belum. Mari kita perhatikan notasi di bawah ini terlebih dahulu.

45
Jadi, terdapat 3 syarat yang harus diingat untuk mencapai laba maksimum :

1. MR=MC
2. DR/DQ > DC/DQ
3. P>AC

MR adalah lambang dari tambahan pendapatan per unit sedangkan MC adalah


lambang dari tambahan biaya per unit. Jika tambahan pendapatan per unit lebih besar
dari tambahan biaya per unit (MR > MC), produsen bisa menambah produksi barang
karena masih bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Jika tambahan
pendapatan per unit lebih kecil dari tambahan biaya per unit (MR < MC), produsen
harus mengurangi produksi barang untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan.

46
Contoh Soal

1. Penerimaan total seorang produsen ditunjukkan oleh persamaan TR = 200Q – 5Q2 dan
biaya total ditunjukkan oleh persamaan TC = 100Q. Berdasarkan persamaan tersebut,
perusahaan memperoleh ….
a. laba maksimum 250
b. rugi minimum 250
c. laba maksimum 500
d. rugi minimum 750
e. laba maksimum 1.000
(OSK 2017)

2. Bu Ani berwiraswasta di bidang pembuatan kue lapis. Untuk menghasilkan 10 cetak


kue lapis diperlukan biaya tetap Rp500.000,00 dan biaya variabel Rp30.000,00 per
cetak. Apabila kue tersebut dijual dengan harga Rp100.000 per cetak, maka bu Wahyu
akan memperoleh.....
a. Laba Rp200.000,00
b. Rugi Rp200.000,00
c. Laba Rp470.000,00
d. Rugi Rp470.000,00
e. Laba Rp800.000,00
(OSK 2015)

3. Laba akan maksimum apabila perusahaan berproduksi pada tingkat output di mana...
a. Biaya total (TC) adalah minimum
b. Biaya per unit (AC) adalah minimum
c. Penerimaan Marginal = Biaya Marginal (MC = MR)
d. Penerimaan Total (MR) adalah maksimal
e. TR lebih besar dari TC
(OSK 2014)

47
BAB VIII
BENTUK – BENTUK PASAR

A. Pasar persaingan Sempurna


Pasar persaingan sempurna memiliki banyak sekali produsen. Pasar persaingan
sempurna merupakan pasar yang paling ideal dalam dunia nyata karena tidak ada
eksploitasi konsumen (P=MC). Kok bagus tidak ada eksploitasi konsumen ? Karena
konsumen tidak membayar barang yang lebih mahal dari biaya produksinya.
Contohnya : harga botol air putih sebesar Rp3.000, padahal biaya produksinya
hanya Rp1.000. Konsumen harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli air
putih sehingga konsumen dalam hal ini ‘dieksploitasi’ sebesar Rp2.000. Namun, tidak
ada satu pun pasar di dunia nyata yang tergolong ke dalam pasar persaingan sempurna,
artinya pasar persaingan sempurna hanya berupa teori yang kita pelajari.
Ciri – ciri dalam pasar persaingan sempurna adalah
1. Terdiri dari banyak sekali produsen. ‘Banyak sekali produsen’ dalam hal ini adalah
jumlahnya lebih dari >15 penjual.
2. Barang yang diproduksi adalah barang homogen (barang sejenis). Mengapa barang
yang ditawarkan adalah barang homogen? Karena pasar persaingan sempurna
memberikan pilihan kepada konsumen untuk memilih barang dari produsen yang
jumlahnya sangat banyak.
3. Pengetahuan sempurna dimiliki oleh produsen dan konsumen. Pengetahuan yang
sempurna meliputi pengetahuan tentang kelemahan dan kekuatan barang serta
informasi secara umum diketahui oleh produsen dan konsumen, seperti harga beras
di pasaran dan berapa lama beras tahan lama.
4. Bebas masuk keluar pasar. Hal ini disebabkan produsen di pasar persaingan
sempurna banyak sekali sehingga produsen dapat masuk dan keluar pasar dengan
leluasa. Ketika produsen keluar dari pasar, jumlah produksi secara keseluruhan
tidak akan terpengaruh. Contohnya: produksi beras dalam pasar jumlahnya 1.000
ton. Lalu, ada satu produsen yang memproduksi 5 kg beras keluar dari pasar karena
rugi terus menerus. Keluarnya produsen tersebut tidak mempengaruhi produksi
pasar keseluruhan secara signifikan. Jadi, tidak ada hambatan produsen untuk
keluar masuk pasar.
5. Harga ditentukan oleh mekanisme pasar dan produsen hanya sebagai penerima
harga (price taker). Contohnya: Banu membeli roti dengan produsen A.
Menurutnya, harganya masih terlalu mahal walaupun telah ditawar sehingga Banu
mencari produsen B untuk membeli roti. Kesimpulannya, konsumen dapat berpindah-
pindah produsen karena banyak produsen yang menjual barang yang sama sehingga
produsen tidak dapat menetapkan harga karena risiko kehilangan konsumen.

1. Permintaan pada Pasar Persaingan Sempurna


Harga ditentukan oleh mekanisme pasar, yaitu berdasarkan permintaan dan
penawaran. Sebanyak apapun seorang produsen berproduksi, tetap tidak sebanding
dengan jumlah keseluruhan produksi yang ada di pasar. Itulah salah satu alasan
harga barang pada pasar persaingan sempurna sulit untuk berubah.

48
Dari sisi penerimaan, total penerimaan pasar persaingan sempurna sama
dengan harga (P) dikali dengan output (Q). Karena harga tetap sama berapa pun
output yang diminta, peneriman rata-rata dan penerimaan marjinal sama dengan
harga sekaligus kurva permintaannya.

Harga Permintaan = Rata-Rata


Pendapatan =
Pendapatan Marjinal

P D = AR = MR

Kuantitas

B. Pasar Monopoli

Pasar monopoli adalah pasar yang hanya memiliki satu produsen. Dalam pasar
monopoli, perusahaan tidak memiliki saingan karena terdapat hambatan untuk masuk
dan adanya perundang-undangan yang menjadikan perusahan menjadi perusahaan
tunggal. Biasanya perusahaan dalam pasar monopoli adalah pemerintah untuk
mengatur sumber daya alam yang berdampak bagi khalayak ramai. Apakah monopoli
adalah hal yang sah ? Ya, jika dikelola oleh pemerintah dan sumber daya yang dikelola
diperlukan oleh masyarakat luas.
Ciri-ciri pasar monopoli :

1. Barang yang dihasilkan adalah barang langka dan bermanfaat. Barang langka dan
bermanfaat paling diinginkan oleh masyarakat (contohnya minyak bumi, listrik, dan
lainnya) sehingga perlu pengelolaan yang tepat agar masyarakat dapat menikmati
proporsi yang tepat sesuai dengan kebutuhan.
2. Perusahaan mempunyai modal yang besar untuk menghasilkan barang. Modal yang
besar didukung oleh pemerintah melalui penerimaan negara. Modal ini digunakan
untuk mengelola barang langka dan bermanfaat agar dapat dialokasikan dengan
baik.
3. Perusahaan dapat menentukan harga (price maker). Karena perusahaan monopoli
hanya ada satu dan tidak ada saingan, perusahaan berhak untuk menentukan harga.

49
Hal ini juga didasari karena hanya perusahaan tersebut yang menjual barang langka
dan bermanfaat sehingga konsumen hanya bisa membeli dari perusahaan tersebut.
4. Adanya hambatan untuk memasuki pasar. Perusahan monopoli dilindungi oleh
perundang-undangan sehingga memaksa perusahaan lain untuk tidak menguasai
sumber daya yang menyangkut khalayak ramai. Hal ini untuk mengantisipasi
adanya eksploitasi yang berlebihan untuk kepentingan pihak swasta.

1. Permintaan dan Penawaran pada Pasar Monopoli


Karena hanya ada satu perusahaan yang berproduksi, konsumen bergantung
pada perusahaan tersebut. Dengan demikian, permintaan konsumen terhadap
perusahaan sama dengan permintaan industri, artinya permintaan output perusahaan
sama dengan permintaan industri.

Bentuk kurva permintaan pada pasar monopoli adalah kurva berbentuk linier
berslope negatif. Perusahaan dapat menetapkan harga di atas biaya marjinal (MC)
berarti dalam pasar monopoli, perusahaan dapat melakukan eksploitasi konsumen.
Karena adanya eksploitasi konsumen, konsumen akan kehilangan kesejahteraannya
(deadweight loss). Kehilangan kesejahteraan (deadweight loss) merupakan salah satu
bentuk hilangnya surplus konsumen karena harus membeli barang dengan harga yang
lebih tinggi dari biaya produksinya.
Contoh : Perusahaan A adalah satu-satunya perusahaan yang menjual botol air
seharga Rp5.000. Perusahaan tersebut mengeluarkan Rp2.000 sebagai biaya
produksinya. Rizky ingin membeli botol tersebut sehingga Rizky harus membayar
botol air seharga Rp5.000. Bagi perusahaan selisih Rp3.000 adalah profit. Namun, bagi
Rizky, selisih Rp3.000 adalah hilangnya surplusnya (bisa jadi surplus tersebut bisa
digunakan untuk membeli barang lain, tetapi digunakan untuk membeli botol tersebut).

Berbeda dengan pasar persaingan sempurna, kurva permintaan dan MR tidak


berada dalam satu kurva. MR pada pasar monopoli sangat berbeda dengan MR pada
pasar persaingan sempurna. Jika produsen monopoli ingin meningkatkan penjualannya,
hal ini kan menyebabkan dua efek pada total penerimaannya (P x Q) :
1. Output Effect : Jumlah kuantitas yang terjual lebih banyak sehingga
meningkatkan total pendapatan.
2. Price Effect : Harga kuantitas turun sehingga menurunkan
pendapatan.
Karena pasar persaingan sempurna bisa menjual output pada harga pasar, price
effect pada pasar persaingan sempurna tidak berlaku. Ketika produsen di pasar
persaingan sempurna menaikkan produksi sebesar 1, harga barang produksi tersebut
akan sama dengan harga pasar. Sebaliknya, ketika produsen di pasar monopoli
meningkatkan produksi sebesar 1 unit, produksi tersebut pasti akan menurunkan harga
barang setiap penjualan dan menurunkan pendapatan setiap penjualan. Oleh karena itu,
MR pada pasar monopoli lebih kecil dari harganya.
Dari sisi penawaran, kurva penawaran perusahaan dalam monopoli sesuai
dengan kurva MC perusahaan di pasar monopoli. Mengapa demikian? Jangan lupa baca
alasannya sama seperti materi yang telah dibahas di atas ya!

50
2. Keseimbangan pada Pasar Monopoli

a. Keseimbangan Jangka Pendek


Keseimbangan perusahaan pada pasar monopoli dalam jangka pendek bisa
mendapatkan profit atau kerugian. Untuk mendapat profit, perusahaan di pasar
monopoli harus berproduksi pada tingkat MR = MC dan dMC/dQ > dMR/dQ. Ketika
perusahaan mengalami kerugian, perusahaan dapat meminimalkan kerugian dengan
cara menggeser kurva permintaan melalui iklan dan menekan biaya rata-rata melalui
penghematan.

Untuk meningkatkan penerimaan, perusahaan harus mengetahui jenis elastisitas pasar.


Jika permintaan pasar inelastis, perusahaan harus menaikkan harga untuk meningkatkan
penerimaan. Jika permintaan pasar elastis, perusahaan harus menurunkan harga untuk
meningkatkan penerimaan.

Karena konsumen memiliki tingkat pendapatan yang berbeda-beda dan jenis


elastisitas pasar yang berbeda, perusahaan monopoli dapat menerapkan harga yang
berbeda di tiap pasar. Keadaan ini disebut diskriminasi harga.
Diskriminasi harga ada tiga derajat, yaitu:
1. Derajat 1 : membedakan harga berdasarkan unit
Contoh : Grosiran
2. Derajat 2 : membedakan harga berdasarkan segmen konsumen
Contoh : PDAM dan Listrik

3. Derajat 3 : membedakan harga jual berdasarkan jenis pasar yang berbeda.


Contoh : Untuk pasar elastis, perusahaan monopoli akan menetapkan
harga yang lebih mahal daripada pasar inelastis.

51
Perusahaan monopoli akan mendapatkan keuntungan lebih besar ketika
perusahaan menerapkan diskriminasi harga dibandingkan tidak menerapkan
diskriminasi harga.

b. Keseimbangan dalam jangka panjang: Laba Super Normal

Apakah perusahaan monopoli dapat digusur oleh perusahaan lain ? Bisa. Jika
terdapat perusahaan lain yang memiliki teknologi yang mampu menghasilkan output
yang sama seperti perusahaan monopoli dengan biaya minimum, perusahaan tersebut
mampu menggantikan posisi perusahaan monopoli tersebut.
Untuk mengetahui daya monopoli, seorang ekonom mengukur tingkat daya
monopoli perusahaan dengan menghitung angka indeks. Abba P. Lerner mengukur
daya monopoli yang dikenal sebagai indeks lerner :

L = (P-MC)/P
L = Indeks Lerner

P = Harga Produk

MC = Biaya Marjinal

Rentang indeks lerner adalah 0-1. Jika hasil indeks lerner mendekati 0, daya
monopoli perusahaan akan semakin sulit untuk dilawan oleh pasar.

C. Pasar Monopolistik

Pasar monopolistik adalah pasar yang terdiri dari banyak produsen. Jumlah
produsennya banyak, tetapi tidak lebih banyak dari produsen dalam pasar persaingan
sempurna. Pasar monopolistik bisa dibilang campuran dari pasar monopoli dan pasar
monopolistik. Dalam dunia nyata, pasar monopolistik memiliki contoh seperti produsen
mie instan, produsen sepeda motor, produsen mobil, dan lainnya.

52
Ciri-ciri pasar monopolistik antara lain :
1. Terdiri dari banyak produsen.
2. Barang yang dihasilkan adalah barang terdiferensiasi. Barang diferensiasi
adalah barang homogen yang memiliki ciri khas di setiap produknya.
Contohnya : mie instan ada yang bermerek indomie, supermie, mie sedap, dan
lainnya. Hakikatnya produknya homogen, tetapi mempunyai ciri khas entah itu
dari kemasan, rasa, atau kualitasnya.
3. Setiap produk yang dihasilkan memiliki ciri khas masing-masing. Untuk apa ?
Karena adanya kompetisi pasar, produsen harus mempunyai keunggulan yang
harus diingat oleh konsumennya. Contohnya : motor mio terkenal karena
murahnya, motor jupiter terkenal karena kecepatannya. Hal ini untuk
‘menanamkan’ dibenak konsumen bahwa setiap produk mempunyai
keunggulan tersendiri.
4. Bebas keluar masuk pasar. Maksudnya gimana ? Di pasar monopolistik, jumlah
produksi pasar berjumlah banyak sehingga konsumen dapat memilih produk
sesuai yang diinginkan. Karena banyak alternatif produk dan produsen, masuk
atau keluarnya produsen tidak akan berpengaruh pada total produksi
keseluruhan pasar. Jadi, produsen bisa keluar masuk pasar dengan bebas.
D. Pasar Oligopoli

Pasar oligopoli adalah pasar yang terdiri dari 2 – 15 produsen. Pasar oligopoli
tetap memiiki daya monopoli, tetapi daya monopolinya sangat kecil bahkan lebih kecil
dari pasar monopolistik. Dalam pasar oligopoli, terjadi persaingan non harga, artinya
produsen akan menaikkan atau menurunkan harga tergantung kompetitornya.Ciri-ciri
pasar oligopoli :
1. Terdiri dari 2 – 15 produsen.
2. Barang yang dihasilkan adalah barang homogen atau barang terdiferensiasi.
Di pasar oligopoli, produsen boleh menjual barang homogen atau barang
diferensiasi. Hal ini disebabkan adanya barang yang tidak bisa
didiferensiasikan. Contohnya perbankan. Setiap bank ‘menjual’ barang yang
sama, yaitu uang. Jadi, setiap bank tidak mungkin membuat ciri khas pada
uang.
3. Harga sulit berubah (price ridigity). Nah, setiap kebijakan harga produsen itu
tergantung kebijakan harga produsen lain. Contoh : Di Klebengan, ada 2
penjual utama, yaitu Farez dan Azzaky. Mereka berdua sama-sama bersaing
satu sama lain. Azzaky ingin mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu, dia
ingin menaikkan harga barangnya, tetapi dia memantau harga barang dari
pesaingnyam yaitu si Farez. Karena Farez tidak menaikkan harganya,
Azzaky batal menaikkan harga barangnya karena takut konsumennya akan
lari ke produk Farez. Di sisi lain, Farez ingin menurunkan harganya. Namun,
Farez takut kalau Azzaky akan menurunkan harga lebih rendah darinya.
Akhirnya Farez dan Azzaky tidak melaksanakan kebijakannya karena saling
menunggu satu sama lain. Nah, oleh karena itu, harga produk sulit untuk
berubah karena produsen saling menunggu.
4. Terjadi aksi-reaksi terhadap keputusan yang diambil produsen. Jika produsen
A menurunkan harga, produsen B, C, dan D tentu melakukan hal yang sama.
Mengapa ? Supaya mereka bisa meraih hati konsumen agar bisa membeli
produknya.
53
1. Permintaan dan Penawaran pada Pasar Oligopoli
Kurva Permintaan pada pasar oligopoli mempunyai bentuk yang berbeda. Karena
pasar oligopoli mempunyai persaingan non harga, terdapat 2 kurva permintaan yang
ada dalam grafik. Kedua kurva tersebut mengindikasikan adanya 2 permintaan yang
dihadapi oleh 2 produsen yang berbeda.

Dengan demikian, kurva permintaan pada pasar oligopoli berbentuk kurva yang
patah (kinked demand). Kurva yang patah tersebut terdapat 2 jenis permintaan, yaitu
permintaan yang elastis dan permintaan yang inelastis. Ketika produsen ingin
menaikkan harga, permintaan akan menjadi elastis sehingga kuantitas akan jauh
berkurang dari kenaikan harga. Misalnya, produsen ingin menaikkan harga sebesar
Rp1, kuantitas akan turun > 1 unit. Kok bisa ? Karena di pasar oligopoli banyak
produsen, artinya banyak produk yang dijual. Dengan kata lain, barang subtitusinya
juga banyak. Kenaikan harga suatu produk langsung berdampak pada kepindahan
konsumen ke produk lain. Oleh sebab itu, permintaan akan menjadi elastis ketika
produsen menaikkan harga.
Jika produsen menurunkan harga, permintaan akan menjadi inelastis sehingga
kuantitas produk yang terjual akan meningkat tapi tidak sebanyak penurunan harga.
Jika produsen menurunkan harga sebesar Rp1, kuantitas produk meningkat < 1 unit.
Kok gitu ? Kembali lagi, karena di pasar oligopoli banyak produsen, jumlah produk
banyak dan barang subtitusi juga banyak. Konsumen akan lebih ‘setia’ pada produk
yang menawarkan harga lebih rendah sehingga kuantitas barang yang terjual akan naik.
Namun, produsen lain juga menurunkan harga sehingga konsumen memiliki alternatif
untuk memilih produk lain karena produsen sama-sama menawarkan produk dengan
harga yang murah.

P
Elastis

Kurva yang
Patah

Inelastis

Q
MR

54
Contoh Soal
1. In the short run a monopolist ....
a. cannot incur any loss because the firm is the only seller
b. produces at minimum average cost to gain maximum profit
c. produces at maximum total revenue to earn maximum profit
d. produces at the level when marginal revenue equals marginal cost to keep
minimum loss
e. produces at the level when marginal revenue exceeds marginal cost to gent
maximum profit.
(OSK 2017)
Jawab : Dalam jangka pendek, perusahaan monopoli berproduksi pada tingkat MR =
MC (Marginal Revenue = Marginal Cost) untuk mendapatkan keuntungan
maksimum. Jadi, jawaban yang benar untuk soal di atas adalah e. produces at
the level when marginal revenue exceeds marginal cost to gent maximum
profit.
2. For a competitive firm,
a. Total revenue = Average revenue.
b. Total revenue = Marginal revenue.
c. Total cost = Marginal revenue.
d. Average revenue = Marginal revenue.
e. Total cost = Price

Jawab : Dalam pasar persaingan sempurna, Marginal Revenue = Average Revenue =


Demand = Price (MR = AR = D = P). Pilihan A salah karena TR tidak sama
dengan AR, pilihan B salah karena MR adalah turunan TR, pilihan C salah
karena TR tidak bisa dihubungkan dengan MR, pilihan E salah karena TR
dan harga tidak berhubungan. Jadi, jawaban yang tepat untuk soal di atas
adalah d. Average Revenue = Marginal Revenue.

3. Compared with a perfectly competitive industry, a monopolist produces....


a. More output at lower price
b. More output at a higher price
c. Less output at a higher price
d. Less output at a lower price
e. The same output at a higher price
(OSK 2008)

Jawab : Pasar monopoli memproduksi barang lebih sedikit pada harga yang lebih
tinggi. Posisi pasar monopoli sebagai price maker mengakibatkan produsen
pasar monopoli berbebas untuk berproduksi barang karena konsumen pasti
membeli barang dari produsen monopoli. Untuk memaksimalkan
keuntungan, produsen monopoli memproduksi barang semakin sedikit pada
harga yang lebih tinggi. Jadi, jawaban yang tepat adalah c. less output at a
higher price.

55
 BAB IX

 PENDAPATAN NASIONAL

A. Intermezzo
Bagaimana caranya kita menilai bahwa si Ali lebih makmur dibanding si Aldo?
Pertama kali tentu kita akan melihat pendapatannya atau pendapatan orangtuanya. Si
Ali yang pendapatannya relatif tinggi tentu dengan mudah memperoleh kehidupan yang
serba cukup bahkan hidup mewah. Dengan pendapatan yang relatif tinggi, maka si Ali
tersebut mampu memenuhi berbagai kebutuhan dan keinginannya, menikmati akses
pendidikan, tempat tinggal dan kesehatan lebih baik atau dengan kata lain standar
hidupnya lebih tinggi. (Enak banget ya)
Begitu jugalah jika kita ingin menilai baik atau buruk, makmur atau tidak
makmur keseluruhan ekonomi suatu negara, yaitu dengan melihat dari pendapatan
nasional suatu negara atau yang sering dikenal dengan istilah Produk Domestik Bruto
(PDB) atau Gross Domestic Product (GDP). Di bab ini, kita akan lebih banyak
membahas konsep agar kita benar-benar memahaminya dari mana asal pendapatan
nasional tersebut. Berikut adalah kata kunci yang harus diperhatikan.

Kata Kunci

 Produk Domestik Bruto (PDB)


 PDB dengan Metode Penerimaan
dan Metode Pengeluaran
 Komponen Pendapatan Nasional
 Pendapatan Per Kapita
 PDB Nominal dan PDB Riil
 Manfaat Perhitungan PDB

B. Produk Domestik Bruto (PDB)

PDB (GDP) adalah keseluruhan nilai barang dan jasa akhir berdasarkan harga
pasar yang diproduksi dalam sebuah perekonomian dalam periode/kurun waktu
tertentu. Mari kita telaah kalimat diatas satu per satu.

“PDB adalah Harga Pasar . . .”


PDB menjumlahkan berbagai macam barang dan jasa yang dihasilkan ke dalam
suatu pengukuran sejenis yaitu berdasarkan harga pasar. Mengapa menggunakan harga
pasar? Karena harga pasar merefleksikan nilai dari barang tersebut. Misal, harga sebuah
mangga ialah dua kali lebih besar dari harga sebuah tomat, maka sebuah mangga yang
dihasilkan memberikan sumbangan dua kali lebih banyak terhadap PDB dibandingkan
tomat berdasarkan harga pasarnya.

56
“. . . Keseluruhan. . .”
PDB menghitung semua barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu
perekonomian dan dijual secara legal di pasar. PDB tidak termasuk barang-barang
illegal seperti narkoba, ganja, dan lainnya. PDB bukan hanya menghitung nilai pasar
dari mangga dan tomat yang dihasilkan saja namun juga termasuk apel, jeruk, pakaian,
beras, dan lainnya. Berarti, PDB dihitung dari total barang dan jasa yang dihasilkan
oleh 9 (Sembilan) lapangan usaha/sektor dalam kurun waktu tertentu (biasanya selama
satu tahun). Kesembilan sektor usaha tersebut ialah:

Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan


Perikanan
Penggalian dan Pertambangan
Industri pengolahan (manufaktur)
Listrik, gas, dan air bersih
Bangunan dan kontruksi
Perdagangan, hotel, dan restoran
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan dan jasa-jasa penyewaan
Jasa - jasa lainnya

“. . .Nilai Barang dan Jasa Akhir . . .”


Yang termasuk di dalam PDB ialah barang-barang dan jasa dengan nilai
akhirnya. Misalnya, kita membeli pakaian baru, dan sepatu baru, maka harga beli/harga
pasar tersebutlah yang dinilai oleh PDB.

“. . . Diproduksi . . .”
Barang-barang dan jasa yang diproduksi. Misalnya, PT. Alfan memproduksi
dan menjual pakaian batik, maka nilai akhir/harga pasar batik tersebut termasuk
kedalam PDB. Bila ada seseorang yang kemudian menjual kembali batik bekas tersebut
ke orang lain maka itu sudah tidak dimasukkan kedalam PDB lagi.

“. . . Didalam sebuah negara . . .”


PDB menghitung jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan di suatu negara
baik warga negara maupun orang asing yang tinggal di suatu negara tersebut.
Contohnya, Stefano warga negara Malaysia memiliki pabrik tekstil berlokasi di
Indonesia maka produk yang dihasilkan tersebut masuk kedalam PDB Indonesia.

“. . .Dalam kurun waktu tertentu.”


Biasanya periode waktu pengukuran PDB ialah setahun atau bisa juga kuartalan
(per 3bulan).

57
Dari pembahasan di atas, maka PDB diukur dengan metode produksi yaitu
menjumlahkan nilai produksi yang dihasilkan seluruh sektor yang ada pada dalam
perekonomian. Tentunya sudah tahu dong ada apa saja sektor-sektor usaha? (ada di atas
ya).

Y = ∑Pqn . Qin
Y = (Pq1 x Q1) + (Pq2 x Q2) + (Pq3 x Q3) +……. (Pq9 x Q9)

Dengan:
Y = pendapatan nasional
Pqn = harga produk dari sektor
Qin = Jumlah produk tiap i sektornya

Nah, untuk masing-masing sektor, nilai produk yang dihitung ialah nilai
akhirnya atau nilai tambah dari tiap sektor yang sama. Hal ini bertujuan untuk tidak
terjadi penghitungan ganda (double counting).

Contoh: produk di sektor industri pakaian


- Kapas dijual Rp1.000/unit, kemudian diolah menjadi benang dan dijual Rp
2.500/unit, lalu diolah menjadi tekstil dan dijual Rp 4.000/unit, dan diolah lagi
menjadi pakaian jadi dan dijual Rp 10.000/unit.
Jadi nilai tambah nya ialah:

NT = Rp1.000 + (Rp2.500-Rp1.000) + (Rp4.000-2.500) + (Rp10.000-4.000)


NT = Rp10.000.
Berarti nilai akhir dari produk jadi tersebut ialah sama dengan nilai tambah dari tiap
sektornya.

C. PDB Metode Penerimaan dan PDB Metode Pengeluaran

Menghitung PDB dengan metode Aggregate income sama dengan


menjumlahkan total nilai balas jasa atas penggunaan faktor produksi dalam proses
produksi. Dalam hal ini upah/gaji (wages), bunga (interest), sewa (rent) dan laba
(profit).

Y=w+i+r+p

Menghitung PDB dengan metode Aggregate expenditure sama dengan


menjumlahkan pengeluaran konsumsi (C), pengeluaran investasi (I), pengeluaran
pemerintah (G) dan ekspor neto (X-M).

Y = C + I + G + X-M 58
Jika diasumsikan bahwa semua rumah tangga konsumen menghabiskan
pendapatan mereka dari hasil kepemilikan faktor produksi guna membeli barang dan
jasa serta perusahaan menggunakan uang yang mereka peroleh dari penjualan barang
dan jasa untuk membayar upah, sewa, bunga, dan laba kepada pemilik maka PDB
dengan pengukuran dua cara di atas akan sama hasilnya atau dengan kata lain PDB
sama dengan Aggregate expenditure sama dengan Aggregate income.

D. Komponen Pendapatan Nasional

Produk Domestik Bruto (PDB) dan Produk Nasional Bruto (PNB) secara umum
mirip tapi tidak sama, ini yang sering kali keliru dan sulit bagi kita untuk
membedakannya, berikut perbedaannya:

Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Nasional Bruto (PNB) atau
Gross Domestic Product (GDP) Gross National Product (GNP)
ialah jumlah nilai akhir seluruh ialah jumlah nilai seluruh produk
produk (barang dan jasa) yang (barang dan jasa) yang
dihasilkan di suatu negara dihasilkan oleh warga negara
dalam setahun. dalam setahun.
PDB = nilai produk warga negara PNB= nilai produk warga negara
sendiri di dalam negeri + nilai sendiri di dalam negeri + nilai
produk warga negara asing di produk warga negara sendiri di
dalam negeri. luar negeri.

o NNP (Net National Product)


Produk Nasional Neto ialah produk nasional bruto (GNP) dikurangi dengan
penyusutan, agar mencerminkan hasil bersih nilai produk nasional.

NNP = GNP - Penyusutan

o NNI (Net National Income)


Pendapatan nasional neto ialah kelanjutan dari produk nasional neto yang mana
didapatkan dari produk nasional neto dikurangi dengan pajak tidak langsung dan
ditambah subsidi. Kedua data tersebut dilibatkan (pajak tidak langsung dan subsidi)
karena ada peran pemerintah di dalamnya.

NNI = NNP – Pajak tidak langsung + Subsidi

59
o PI (Personal Income)
Pendapatan perseorangan ialah bagian dari pendapatan nasional yang telah
menjadi hak individu atas keikutsertaan dalam proses produksi (barang/jasa). Ini
didapat dari mengurangi dengan laba ditahan dan jaminan sosial serta ditambahkan
dengan pendapatan bunga dan transfer payment.

PI = NNI – Laba ditahan – Jaminan sosial + Pendapatan bunga +Trsfr Payment

Transfer Payment ialah penerimaan yang bukan berasal dari proses produksi,
contoh dari transfer payment ialah mendapat hadiah undian, menemukan uang di
jalanan, pemberian dari teman, tunjangan keluarga para pegawai negeri, bonus atlit
nasional, dan lain-lainnya.

o DI (Disposable Income)
Pendapatan Disposibel ialah pendapatan perseorangan yang telah siap
dibelanjakan ataupun ditabung. Ini didapat dari Pendapatan perseorangan dikurangi
dengan paak penghasilan.

DI = PI – Pajak Penghasilan (pajak personal)

E. Pendapatan Per Kapita

Pendapatan per kapita ialah pendapatan nasional dibagi dengan jumlah


penduduk (pendapatan rata-rata per orang). Biasanya, pendapatan per kapita dijadikan
sebagai ukuran tingkat kesejahteraan suatu negara, mengapa? Karena pendapatan per
kapita yang semakin besar menunjukkan bahwa semakin besar kemampuan rata-rata
per orang untuk memenuhi kebutuhannya yang lebih baik. Dalam hal mencari
pendapatan per kapita, kita bisa menggunakan baik PDB maupun PNB.
Pendapatan Per Kapita = PDB / Jumlah Penduduk

atau

Pendapatan Per Kapita = PNB / Jumlah Penduduk

F. PDB Nominal dan PDB Riil

Sebelumnya kita sudah belajar bahwa ada 3 metode untuk menghitung PDB
(metode produksi, metode penerimaan, dan metode pengeluaran). Tahukah kamu
bahwa ada 2 bentuk PDB? Ya, PDB Nominal dan PDB Riil.

60
PDB Nominal adalah nilai akhir pasar barang dan jasa yang dihasilkan dalam
satu tahun dengan menggunakan harga pada tahun tersebut. biasanya ungkapan PDB
sama dengan berarti PDB nominal.
PDB Riil adalah nilai akhir barang dan jasa yang dihasilkan dalam satu tahun
yang nilai harganya memakai harga berlaku pada tahun tertentu (tahun dasar) dan
dijadikan acuan untuk tahun-tahun selanjutnya. Dari PDB riil, kita dapat mengetahui
performa sebuah perekonomian dengan melihat perubahan jumlah produksi dari waktu
ke waktu.
Untuk memudahkan, mari kita lihat tabel ini. Misalkanlah sebuah negara “Jaya-
Selalu” hanya menghasilkan produk berupa apel dan jeruk. Berikut datanya

Tahun Harga Apel Kuantitas Harga Jeruk Kuantitas


Apel Jeruk

2014 Rp1.000 200 Rp2.000 150

2015 Rp2.000 150 Rp3.000 100

2016 Rp2.500 300 Rp2.000 500

61
Mari kita hitung PDB Nominal Negara “Jaya-Selalu”

Menghitung PDB Nominal

2014 (Rp1.000/apel x 200 apel) + (Rp2.000/jeruk x 150 jeruk) =

Rp 500.000

2015 (Rp2.000/apel x 150 apel) + (Rp3.000/jeruk x 100 jeruk) =


Rp600.000

2016 (Rp2.500/apel x 300 apel) + (Rp2.000/jeruk x 500 jeruk) =

Rp 1.750.000

(Ingat, pendapatan nasional didapat dari mengalikan jumlah produk yang


dihasilkan dalam satu tahun dengan harganya).
Apakah PDB 2015 sebesar Rp600.000 sudah pasti menunjukkan kondisi
perekonomian lebih baik dibanding PDB 2014 yang hanya sebesar Rp500.000?
Jawabannya belum tentu! kita lihat bahwa kenaikan PDB 2015 lebih disebabkan karena
kenaikan harga barangnya bukan karena kenaikan produksi (malahan jumlah
produksinya menurun). PDB yang baik ialah PDB yang meningkat karena kenaikan
produksinya. Oleh karena itu lah, kita perlu menggunakan PDB Riil untuk melihat
pertumbuhan ekonomi yang sesungguhnya, dengan mengalikan jumlah produksi pada
tahun tersebut dengan harga tahun dasar.

Menghitung PDB Riil

2014* (Rp1.000/apel x 200 apel) + (Rp2.000/jeruk x 150 jeruk) =

Rp 500.000

2015 (Rp1.000/apel x 150 apel) + (Rp2.000/jeruk x 100 jeruk) =


Rp350.000

2016 (Rp1.000/apel x 300 apel) + (Rp2.000/jeruk x 500 jeruk) =

Rp1.300.000

*menggunakan harga tahun 2014 sebagai tahun dasar

Terlihat bahwa PDB riil tidak menggunakan harga yang berlaku pada tahun
tersebut (guna menghapus unsur inflasi), maka nilai PDB riil 2015 lebih kecil dibanding
nilai PDB riil 2014. Ini artinya bahwa jumlah produksi sedang menurun pada tahun
2015. (silakan bandingkan PDB riil 2015-2016! Apa yang terjadi?)
62
Menghitung PDB Deflator (Indeks Harga Implisit / IHI)

2014 (Rp500.000/Rp500.000) x 100 = 100

2015 (Rp600.000/Rp350.000) x 100 = 171.4

2016 (Rp1.750.000/Rp1.300.000) x 100 = 134.6

Jika kita ingin mendapatkan gambaran laju inflasi yang mewakili


keseluruhan, maka PDB Deflator (Indeks Harga Implisit) lah jawabannya. PDB
Deflator, didapatkan dengan cara membandingkan PDB Nominal dengan PDB riil agar
kita mendapatkan berapa unsur inflasi yang ada pada PDB tahun tersebut. Inilah
rumusnya:

GDP Deflator (IHI) = GDP Nominal x 100%


GDP Rii

Apabila kita ingin membandingkan laju inflasi antar tahun, maka kita gunakan

Inflasit = (IHIt – IHIt-1) x 100%


IHI t-1
Di mana:
Inflasit : Inflasi tahun tertentu
IHIt : PDB Deflator tahun tertentu
IHI t-1 : PDB Deflator tahun sebelum tertentu

Tetap menggunakan data di atas, cobalah lahap cemilan ringan di bawah ini.
(1) Berapa laju inflasi pada tahun 2016 dengan membandingkan tahun 2015?
(2) Berapa laju inflasi pada tahun 2016 sejak tahun 2014 (tahun dasar) ?

63
Contoh Soal
1. Tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara dihitung berdasarkan perubahan…
a. tingkat inflasi
b. nilai ekspor
c. Produk Domestik Bruto riil
d. Produk Domestik Bruto nominal
e. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Jawab : c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Perubahan PDB riil


mencerimkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya karena telah
menghilangkan unsur inflasi di dalamnya.

2. Real GDP is nominal GDP . . . .


a. plus depreciation d. minus taxes
b. minus depreciation e. Minus the inflation rate
c. adjusted for changes in the price level

Jawab : e. Minus the inflation rate.PDB riil sama juga didapat dari PDB Nominal
dikurangi dengan tingkat inflasi karena angka PDB riil telah lepas dari pengaruh
inflasi.
3. Indonesia pada tahun 2015 mempunyai penduduk 226.000.000 orang, jumlah
produksi nasional Rp1.084.802.000.000,00 serta pendapatan nasional pada tahun
2015 sebesar : Rp 1.094.344.000.000,00. Berdasarkan data diatas, besar pendapatan
perkapita tahun 2015 adalah …
a. Rp 4.840,00 d. Rp 4.842,23
b. Rp 4.800,00 e. Rp 4.928,40
c. Rp 4.884,00

Jawab : d. 4.842,23. Pendapatan perkapita = pendapatan nasional /penduduk.

64
65
BAB X
FUNGSI TABUNGAN, KONSUMSI, DAN INVESTASI

A. Intermezzo

Manusia pasti melakukan kegiatan konsumsi, seperti makan, minum,


menggunakan hp, atau melakukan aktivitas lain yang bermanfaat bagi manusia.
Semua hal itu termasuk konsumsi. Konsumsi merupakan hal wajib yang harus
dilakukan oLeh manusia ketika menerima pendapatan atau tidak. Jika manusia tidak
mendapatkan pendapatan, mereka tetap melakukan konsumsi, tetapi tidak ada
kegiatan menabung. Jika mereka mendapatkan pendapatan lebih, mereka bisa
menyimpan uang yang tersisa atau mereka melakukan investasi demi mendapatkan
keuntungan yang lebih besar di masa depan.

Oleh karena itu, pada bagian ini, kita akan membahas fungsi konsumsi, fungsi
tabungan, dan fungsi investasi. Kami juga akan membahas cara untuk
‘membahasakan’ fungsi tersebut secara baik dan benar.
B. Fungsi Konsumsi
Konsumsi adalah kegiatan menghabiskan nilai barang atau jasa. Fungsi
konsumsi adalah fungsi yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
konsumsi di dalam model. Kurva konsumsi bersifat linier dan terdiri dari satu faktor
yang mempengaruhinya, yaitu pendapatan.

C = a + bYd

C = Konsumsi

a = Konsumsi Otonom (besaran taksiran konsumsi yang tidak dipengaruhi


oleh pendapatan, tetapi dipengaruhi oleh faktor di luar model)

b = Konsumsi Marjinal atau MPC (besarnya konsumsi yang berubah


ketika terjadi perubahan pendapatan)

Yd = Pendapatan Disposibel Riil

a. Faktor – faktor yang mempengaruhi konsumsi adalah :

1. Pendapatan Rumah Tangga


Pendapatan rumah tangga berkaitan dengan pendapatan yang diperoleh
setiap bulan. Ketika terjadi perubahan pendapatan rumah tangga
(pendapatannya berkurang atau bertambah), konsumsi juga akan berubah.
Konsumsi adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi pertama kali. Ketika
pendapatan konsumen meningkat, konsumen akan menambah porsi
konsumsinya atau mengubah barang konsumsinya dengan harga yang lebih
66
mahal. Misalnya, sehari-hari Indra mengkonsumsi tempe dan nasi untuk
kebutuhan pangan. Ketika Indra mendapatkan pendapatan lebih, Indra
menambah porsi konsumi tempe dan nasi atau mengubah konsumsinya dengan
membeli ayam dan nasi sebagai penganti tempe dan nasi.

2. Jumlah Penduduk
Semakin banyak jumlah penduduk, tingkat konsumsi akan semakin
meningkat. Kok bisa ? Prinsipnya adalah konsumsi sebagai kebutuhan primer,
semakin banyak penduduk, kebutuhan tersebut semakin banyak harus terpenuhi
sehingga konsumsi akan meningkat, begitu juga sebaliknya apabila jumlah
penduduk semakin menurun.

3. Selera Konsumen
Selera konsumen mempengaruhi tingkat tinggi rendahnya konsumsi. Ketika
konsumen menyukai barang A, konsumen akan membeli barang tersebut lebih
banyak daripada barang yang lain. Dengan kata lain, selera konsumen dapat
‘meniadakan’ pemikiran konsumen tentang harganya karena konsumen
terlanjur suka dengan barang tersebut. Contohnya : Orella penyuka mobil
Ferrari. Setiap kali mobil Ferrari mengeluarkan model terbaru, Orella selalu
membelinya. Namun, seperti yang kita tahu bahwa harga mobil Ferrari tidak
murah, tetapi Orella tetap menambah konsumsi mobil Ferrari.

4. Tingkat bunga
Tingkat bunga bank mempengaruhi konsumsi seseorang. Tingkat bunga
dalam hal ini ada dua, yaitu tingkat suku bunga pinjaman dan tingkat suku
bunga pinjaman. Ketika tingkat suku bunga tabungan dinaikkan oleh bank,
masyarakat dengan pendapatan tinggi akan lebih tertarik untuk menyimpan
uangnya ke bank dalam bentuk tabungan sehingga jumlah uang yang dipegang
lebih sedikit. Walaupun konsumsi adalah kebutuhan primer, tetapi konsumen
juga memiliki motif lain dalam mengendalikan pendapatannya (Motif transaksi,
motif berjaga-jaga, dan motif spekulasi). Dengan jumlah pendapatan yang
dipegang lebih sedikit, konsumen akan menyesuaikan konsumsinya sesuai
dengan pendapatan yang dipegang.

Jika tingkat suku bunga pinjaman dinaikan, konsumen akan kesulitan


untuk meminjam uang dari bank karena utang terhadap bank akan lebih tinggi.
Akibatnya, konsumen dengan pendapatan tetap akan berpikir ulang untuk
meminjam uang untuk meningkatkan konsumsinya.

67
5. Harga Barang
Ketika harga suatu barang naik, konsumen akan mengurangi jumlah
konsumsinya. Jika konsumen tetap mengkonsumsi barang dengan tingkat yang
sama dan harga yang naik, jumlah pendapatan riil akan menurun. Dengan
demikian, konsumen harus mengurangi jumlah konsumsi suatu barang ketika
harga naik untuk mempertahankan tingkat pendapatannya.

6. Inflasi
Ketika terjadi kenaikan harga barang secara umum (inflasi), konsumen
akan mengurangi konsumsinya secara keseluruhan untuk mempertahankan
tingkat pendapatannya. Contohnya : Harga beras naik, harga tempe naik, harga
sayur naik, harga kopi naik, dan kebutuhan pokok lainnya. Ismu tidak
mendapatkan tambahan pendapatan dari perusahaannya. Dengan demikian,
Ismu harus mengurangi jumlah konsumsi beras, tempe, sayur, kopi, dan
kebutuhan lain untuk mempertahankan tingkat pendapatannya.

68
C. Fungsi Tabungan

Simpanan adalah kegiatan menyimpan sisa pendapatan karena pendapatan yang


diterima oleh konsumen masih tersisa dari kegiatan konsumsi. Fungsi simpanan adalah
fungsi yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi simpanan, yaitu
pendapatan. Kurva simpanan berbentuk linier.

S = -a + (1-b)Yd

S = Simpanan

-a = Disaving

(1-b) = MPS atau Simpanan Marjinal

Yd = Pendapatan Riil Disposibel

Contoh grafik:

C,S Y=C
C : Rp400.000 + 0,4Y

BEP

Rp400.000 S : -Rp400.000 + 0,6Y

Y
Rp666.666,67
-Rp400.000

69
D. Fungsi Investasi
Investasi adalah kegiatan menanamkan pendapatan ke dalam bentuk aset setara
kas ataupun aset jangka panjang yang dapat menghasilkan keuntungan ataupun
kerugian di masa yang akan datang. Fungsi Investasi adalah fungsi yan menjelaskan
faktor – faktor yang mempengaruhi investasi di dalam model, yaitu tingkat pendapatan.

I = Io + iY

I = Investasi

Io = Investasi Otonom (besarnya investasi yang tidak dipengaruhi oleh


pendapatan, tetapi dipengaruhi oleh faktor di luar model)

i = Investasi Marjinal

a. Investasi Marjinal
Kecenderungan untuk berinvestasi atau MPI (Marginal Propensity to
Invest) adalah besarnya investasi yang dapat dilakukan ketika terjadi perubahan
pendapatan.
ΔI
MPI =
ΔY

∆I = Perubahan Investasi

∆Y = Perubahan Pendapatan

Contoh :

Pada bulan januari, Amar mendapatkan gaji perdananya sebesar Rp2.000.000


dan menyisihkan 2% dari pendapatannya untuk berinvestasi. Pada bulan berikutnya,
Amar mendapatkan bonus dari bosnya sebesar Rp500.000 karena telah bekerja giat
sehingga Amar berinvestasi sebesar Rp600.000 pada bulan kedua.

a. Tentukanlah fungsi Investasi Amar.


b. Berapakah MPInya dan jelaskan.
Jawab :

a. Tentukanlah fungsi Investasi Amar :


Y1 = Rp2.000.000

I1 = Rp400.000 (20% x Rp2.000.000)

Y2 = Rp2.500.000 (Rp2.000.000 + Rp500.000)

I2 = Rp600.000

70
I = I0 + iY

I = I0 + 0,4Y

Rp400.000 = I0 + 0,4(Rp2.000.000)

Rp400.000 = I0 + 0,4(Rp2.000.000)

Rp400.000 = I0 + Rp800.000

I0 = Rp 800.000 – Rp400.000

I0 = Rp400.000

Jadi, fungsi Investasi Amar adalah I : Rp400.000 + 0,4Y

b. Berapakah MPI dan Jelaskan :


MPI = 0,4

artinya, apabila terjadi kenaikan pendapatan sebesar Rp1, maka investasi Amar
akan naik sebesar Rp0,4

71
Contoh Soal
1. Hasrat mengonsumsi marginal atau marginal propensity to consume (MPC) sebesar
0,75 menunjukkan......
a. Jika pendapatan meningkat sebesar 10 %, konsumsi akan meningkat sebesar 75
%
b. Jika pendapatan meningkat sebesar 10 %, konsumsi akan meningkat sebesar
0,75 %
c. Jika pendapatan meningkat sebesar 10 %, konsumsi akan meningkat sebesar 7,5
%
d. Jika pendapatan meningkat sebesar 10 %, konsumsi akan meningkat sebesar
0,075 %
e. Jika pendapatan meningkat sebesar 10 %, konsumsi akan meningkat sebesar
0,075 %
(OSK 2014)

2. Apabila diketahui persamaan konsumsi C = 20 + 0,90Y, maka konsumsi yang


dilakukan adalah sebanyak......
a. 90 jika pendapatan disposibel 100
b. 100 jika pendapatan disposibel 90
c. 180 jika pendapatan disposibel 200
d. 110 jika pendapatan disposibel 100
e. 200 jika pendapatan disposibel 220
(OSK 2015)

72
C = 218 (pilihan e salah)

3. Pada tingkat pendapatan Rp500.000, besarnya konsumsi Rp400.000 sedangkan pada


tingka pendapatan Rp1.000.000 besarnya konsumsi Rp600.000. Besarnya hasrat
untuk menabung marjinal (MPS) adalah....
a. 0,6
b. 0,5
c. 0,4
d. 0,25
e. 0,15

(OSK 2015)

Jawab : Y1 = Rp500.000 Y2 = Rp1.000.000

C1 = Rp400.000 C2 = Rp600.000

S1 = Rp100.000 S2 = Rp400.000

ΔS Rp400 .000 − Rp100.000 Rp300.000


MPS = = = = 0,6
ΔY Rp1.000.000−Rp500.000 Rp500.000

Jadi, besar MPSnya adalah a. 0,6

73
BAB VII
Pertumbuhan Ekonomi
Pernah gak sih kamu mendengar kata “Pertumbuhan Ekonomi” baik di Televisi
maupun membacanya di Koran? Apa yang terlintas pertama kali ketika mendengar kata
itu? Apa nya yang tumbuh dari ekonomi kita? Ternyata yang dimaksud dengan
Pertumbuhan Ekonomi ialah kenaikan pendapatan nasional, tanpa melihat apakah
kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, dan
apakah terjadi perubahan dalam struktur ekonomi.
Ingat! Pertumbuhan ekonomi berbeda dengan Pembangunan ekonomi, sebab
pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang akan meningkatkan pendapatan
nasional riil suatu perekonomian yang bertambah selama jangka waktu yang panjang.
Kata “pembangunan” disini fokus pada usaha mengubah struktur masyarakat negara
berkembang ke jurusan yang lebih maju, sedangkan pertumbuhan ekonomi mempunyai
perubahan terbatas, yaitu peningkatan output nasional tanpa memperhatikan
pembangunan.
Jadi pembangunan ekonomi mencakup segi-segi yang lebih luas bukan hanya
dari segi pertumbuhan ekonomi saja (kenaikan pendapatan nasional/output nasional),
tetapi juga mencakup segi-segi perubahan sosial, kelembagaan masyarakat, budaya,
serta perubahan struktural.

Pembangunan Ekonomi = Pertumbuhan Ekonomi + Perubahan-perubahan


(Economic Development) = (Economic Growth) + (Changes)

Untuk menghitung pertumbuhan ekonomi dapat dipergunakan rumus sederhana


yaitu metode hitung (metode aritmatik) :

GGNP = GNPn – GNPn-1 x 100%


GNPn-1
GGNP = tingkat pertumbuhan ekonomi (dinyatakan dalam %)
GNPn = GNP dalam tahun n
GNPn-1 = GNP dalam tahun n-1

Setelah mengetahui apa itu pertumbuhan ekonomi, ada beberapa kata kunci
yang perlu dipahami dalam bab ini yaitu

74
Kata Kunci :

 Faktor Penggerak Pertumbuhan


Ekonomi
 Teori Pertumbuhan Ekonomi
 Inflasi
o Pengertian
o Sumber Penyebab
o Indikator
o Biaya sosial
 Pengangguran
o Pengertian
o Jenis
o Biaya sosial
 Hubungan Inflasi dan
Pengangguran (Kurva Phillips)

B. Faktor Penggerak Pertumbuhan Ekonomi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara, yaitu:

1. Sumber Daya Manusia (Human Resources)


Faktor produksi tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja biasa dan tenaga kerja
ber-skill. Banyak ahli ekonomi percaya bahwa kualitas faktor produksi tenaga kerja
itu ialah berasal dari skill, pengetahuan (knowledge), dan disiplin (discipline) – hal-
hal tersebut merupakan elemen penting dalam pertumbuhan ekonomi karena manusia
itu lah yang menciptakan penemuan teknologi-peralatan baru dan mengoperasikan
peralatan canggih tersebut sehingga produktivitas meningkat.

2. Sumber Daya Alam (Natural Resources)


Faktor penggerak kedua dari pertumbuhan ekonomi ialah sumber daya
alam. Misalnya tanah subur, minyak-gas, hutan, air, dan tambang mineral yang
dimiliki suatu negara merupakan faktor penentu dalam pertumbuhan ekonomi
mereka. Tapi perlu diingat! Memiliki sumber daya alam bukan satu-satunya sumber
kesuksesan ekonomi suatu negara bahkan belum tentu juga sebagai faktor kesuksesan
ekonomi suatu negara. Banyak negara maju seperti Jepang, Hongkong, Singapura
bahkan tidak memiliki sumber daya alam yang bisa dibanggakan namun bisa maju
ekonominya (karena lebih pada SDM berkualitas dan modal)

3. Modal (Capital)
Ingat, Jangan sama artikan antara modal dan uang ya! Modal dalam
pengertian ekonomi yaitu bukan serta merta tentang uang saja. Modal meliputi
peralatan barang berwujud yang menunjang kegiatan ekonomi suatu negara seperti
jalan raya, komputer, mesin produksi, dan juga tidak berwujud seperti software
komputer, hak paten, dan merek dagang. Semakin banyak modal yang diakumulasi,
maka ekonomi suatu negara bisa semakin bertumbuh. Oleh karena itu lah, kita
sekarang tahu mengapa pemerintah saat ini sedang gencar nya membangun
pelabuhan, jalan tol, dan infrastruktur lainnya.

75
4. Perubahan Teknologi dan Inovasi
Faktor selanjutnya dari penggerak pertumbuhan ekonomi ialah teknologi
dan inovasi. Perubahan teknologi dan inovasi berarti perubahan dalam proses
produksi dan atau menciptakan produk baru. Proses tersebut tentunya telah
meningkatkan produktivitas suatu negara seperti penemuan mesin uap, mesin
fotokopi, mesin fax, telepon, pesawat, dan komputer. Kecanggihan teknologi dan
inovasi tersebut membuat kita dengan mudahnya bisa melakukan aktivitas dengan
efektif dan efisien begitu juga dengan pelaku ekonomi yang tentunya lebih produktif
dibanding pelaku ekonomi ratusan tahun yang lalu sebelum mengenal teknologi dan
inovasi tersebut.

C. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Faktor- faktor pertumbuhan ekonomi di atas dikemukakan oleh berbagai ahli


ekonom pada masa itu, hal itu ditandai dengan munculnya teori-teori terkait dengan apa
saja sebab perekonomian suatu negara tersebut bisa bertumbuh (pertumbuhan ekonomi)
dari para ahli ekonom, namun bisa dirangkum menjadi bentuk tabel tiga teori
pertumbuhan ekonomi secara garis besar, yaitu:

Teori Pertumbuhan Tokoh-Tokoh Hasil Teori dari Tokoh


Teori Pertumbuhan Klasik Adam Smith, Thomas Pertambahan
(Classical growth theory) Robert Malthus, David Penduduk/SDM
Ricardo
Teori Pertumbuhan neo- Robert Solow Penggunaan teknologi
klasik (Neoclassical modern
growth theory)

Akumulasi Modal
Harrord Domar

Teori Pertumbuhan baru Paul Romer Penemuan produk baru


(New growth theory) atau teknik pembuatan

Pengetahuan dan inovasi


Joseph Schumpeter oleh entrepreneur dalam
menghasilkan laba (profit)

D. Inflasi

1. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus. Penulis
memberi satu contoh kasus, apabila harga satu porsi bakso naik dari Rp 9.000,00
menjadi Rp 10.000,00 sedangkan harga barang lainnya seperti daging sapi, Bahan
Bakar Minyak (BBM), dan lain-lain tidak mengalami kenaikan. Apakah itu disebut
inflasi? Tentu saja tidak. Dikatakan inflasi apabila barang-barang secara umum

76
mengalami kenaikan. Jadi apabila hanya satu barang yang mengalami kenaikan harga
sedangkan barang umum lainnya tidak, maka tidak bisa dikatakan sebagai inflasi.

140
Price level (2006/2007 = 100)

130

f 120

110

100

90

Year
2006 2007 2008 2009 2010

Inflasi juga merupakan sebuah proses yang berkelanjutan, sehingga satu


kali lonjakan harga secara tiba-tiba yang sangat drastis bukan pengertian inflasi.
Gambar di atas mengilustrasikan perbedaan inflasi dan satu kali kenaikan harga secara
drastis. Garis yang menaik menunjukkan tingkat kenaikan harga terus menerus. Garis
yang berbentuk seperti huruf “S” menunjukkan satu kali lompatan dalam tingkat harga,
yang bukan pengertian inflasi.

2. Sumber Penyebab Inflasi

a. Inflasi Tekanan Permintaan (Demand-Pull Inflation)


Inflasi tekanan permintaan (Demand-Pull Inflation) adalah inflasi yang
terjadi karena dominannya tekanan permintaan agregat. Permintaan agregat
(Aggregate Demand/AD) adalah total permintaan barang dan jasa dalam suatu
perekonomian selama satu periode tertentu. (Permintaan agregat ini analoginya
ialah kumpulan dari permintaan individu yang kita pelajari di bagian mikro).
Kenaikan permintaan agregat (Aggregate Demand) didasarkan pada

1. Kebijakan Moneter oleh Pemerintah. Misalnya, kenaikan pada jumlah uang


beredar (Increase in the quantity of money), mengapa bisa meningkatkan
permintaan agregat? Jika pemerintah menambah jumlah uang beredar maka
dapat menambah daya beli secara agregat / makro.

2. Kebijakan Fiskal oleh Pemerintah. Misalnya, kenaikan pada pengeluaran


pemerintah (Increase in government expenditures), mengapa bisa
meningkatkan permintaan agregat? Bila pemerintah menambah pengeluarannya
berarti pemerintah mengurangi pendapatannya (misal dari pajak) guna
meningkatakan daya beli masyarakat (misal dengan pemberian subsidi bantuan
tunai, Kartu Indonesia Pintar, Kartu Kesehatan, dll).

Selain karena dua hal diatas, hal-hal seperti bertambahnya jumlah penduduk
secara keseluruhan, dan makin membaiknya pendapatan per kapita juga mampu
mempengaruhi pergeseran kurva AD sebagaimana yang kita pelajari seperti
pergeseran kurva permintaan individu di bagian awal buku ini.

77
Inflasi Tekanan Permintaan (Demand-Pull Inflation)

P1 Y

P0

0
Y
Y0 Y1 Y

Pada kurva di atas, tekanan permintaan digambarkan dengan


bergesernya kurva AD0 ke AD1 tekanan permintaan ini menyebabkan output
perekonomian bertambah, tetapi disertai inflasi, dilihat dari makin tingginya
tingkat harga umum. Dalam inflasi tekanan permintaan, tidak selalu berarti
penawaran agregat (AS) tidak bertambah. Yang pasti, kalaupun bertambah
penawaran agregat, jumlahnya lebih kecil dibanding peningkatan permintaan
agregat.

b. Inflasi Dorongan Biaya (Cost-Push Inflation)


Inflasi yang terjadi karena kenaikan biaya produksi itulah disebut
inflasi dorongan biaya. Ada dua penyebab utama dari kenaikan biaya produksi
ini yaitu

1. Kenaikan pada tingkat upah (An increase in money wage rates)


2. Kenaikan pada harga input pokok (An increase in the money prices of raw
materials)

Misalnya, kenaikan Upah Minimum Regional dan harga BBM akan


menyebabkan biaya produksi barang-barang output sektor industri menjadi
lebih mahal, mengurangi keinginan perusahan untuk berproduksi, maka
penawaran agregat berkurang. Inflasi jenis ini akan disertai kontraksi ekonomi
yaitu inflasi yang disertai dengan penurunan output, sehingga jumlah output
(PDB) menjadi lebih kecil (Y0 < Y1).

Inflasi Dorongan Biaya (Cost-Push Inflation)

P Y

0Y

P1 Y

P0 Y

Y0 Y
Y1 Y Y Y

149
3. Biaya Sosial dari Inflasi (Cost of Inflation)
Inflasi memang dibutuhkan untuk memicu pertumbuhan penawaran agregat
(AS). Loh, kenapa? Sebab kenaikan harga akan memacu produsen untuk meningkatkan
output-nya. Umumnya inflasi yang aman adalah sekitar 5-10% per tahun. Bagaimana
jika inflasi lebih dari angka 10%? Umumnya sudah mulai dapat menganggu stabilitas
ekonomi apalagi bila yang terjadi adalah hiper-inflasi (hyper-inflation), yaitu inflasi
yang lebih dari 100% per tahun.
Ada beberapa masalah sosial (biaya sosial) yang muncul dari inflasi yang parah.
Penulis merangkumnya menjadi bagian berikut ini:

a. Daya Beli Menurun (A Fall in Purchasing Power)


Ketika harga naik, setiap rupiah pendapatan hanya mampu membeli barang
dan jasa yang lebih sedikit. Dengan demikian, inflasi menurunkan standar hidup
masyarakat karena masyarakat membeli barang dan jasa dengan membayar
lebih untuk apa yang mereka beli atau dengan kata lain daya beli masyarakat
menurun.
b. Shoeleather Cost
Ungkapan di atas merupakan istilah ekonom yang kalau diartikan berarti
biaya kulit sepatu. Akan tetapi makna dari ungkapan di atas ialah inflasi
membuat masyarakat memegang uang lebih sedikit dalam dompetnya
dibandingkan sebelum terjadi kenaikan harga. Hal tersebut dikarenakan nilai riil
(real value) dari uang menjadi turun.

c. Terganggunya Stabilitas Ekonomi


Pengertian sederhana dari stabilitas ekonomi adalah sangat kecilnya
tindakan spekulasi dalam perekonomian. Produsen berproduksi pada kapasitas
penuh (optimal). Konsumen juga memakai barang dan jasa sesuai dengan
kebutuhan mereka. Kondisi stabil ini akan terganggu bila inflasi relatif tinggi
(kronis).
Inflasi menganggu stabilitas ekonomi dengan merusak perkiraan tentang
masa depan para pelaku ekonomi. Inflasi yang kronis membuat perkiraan bahwa
harga-harga barang dan jasa akan terus naik. Bagi konsumen perkiraan ini akan
mendorong pembelian barang dan jasa lebih banyak dari biasanya/seharusnya.
Tujuannya untuk lebih menghemat pengeluaran konsumsi. Akibatnya,
permintaan barang dan jasa justru dapat meningkat.
Bagi produsen perkiraan akan naiknya harga barang dan jasa mendorong
mereka menunda penjualan, dan menjualnya di masa depan untuk mendapat
keuntungan yang lebih besar. Penawaran barang dan jasa berkurang. Akibatnya,
kelebihan permintaan membesar dan mempercepat laju inflasi. Ini akan
membuat kondisi ekonomi memburuk.
Dari pembahasan Shoeleather Cost dan Terganggunya Stabilitas
Ekonomi di atas, bisa kita simpullkan bahwa orang lebih senang memegang
barang dibanding memegang uang pada saat inflasi yang parah!!

79
E. Pengangguran

Seseorang yang tidak bekerja atau tidak mau bekerja belum tentu disebut
sebagai pengangguran! Tetapi pengangguran sudah pasti dikatakan tidak bekerja! Nah
bingung? Oke, mari kita bahas. Orang yang tidak mau bekerja, tidak bisa dikatakan
sebagai pengangguran. Karena memang orang tersebut mungkin tidak mau bekerja,
kenapa? Mungkin karena sudah kaya! Atau sudah menjadi prinsip orang tersebut.
Misalnya, tabungannya atau investasinya sudah mencapai miliaran dan bahkan
triliunan. Sehingga bunga dan return sudah lebih cukup untuk membiayai hidup beliau
dan keluarganya.
Contoh nyata yang ada di Indonesia adalah Bapak Lo Kheng Hong, beliau
seorang investor saham ternama di Indonesia yang dulunya merupakan kepala Bank
Ekonomi akan tetapi di umur 37 tahun mengundurkan diri. Setelah itu, puluhan tahun
beliau hanya fokus membaca buku-buku di taman rumahnya sembari mencari saham-
saham untuk diinvestasikannya. Prinsip beliau “sebagai orang bebas, tidak punya bos,
tidak punya kantor, tidak punya pelanggan, tidak punya karyawan”. Alasan-alasan lain
yang membuat orang tidak (mau) bekerja antara lan adalah ibu-ibu yang harus
mengasuh anak, kaum muda yang harus sekolah/kuliah dahulu. Jadi walaupun penulis
sudah di atas 17 tahun namun karena masih kuliah, maka tidak bisa dikatakan sebagai
pengangguran ya 

1. Jenis-Jenis Pengangguran
Ada beberapa jenis pengangguran yang dikemukakan oleh ekonom.

f. Pengangguran Friksional (Frictional Unemployment)


Pengangguran jenis ini bersifat sementara dan terjadi karena adanya
kesenjangan antara pencari kerja dengan lowongan kerja. Kesenjangan ini dapat
berupa waktu, informasi, ataupun karena kondisi geografis/jarak antara pencari kerja
dan kesempatan (lowongan) kerja. Pada umumnya rela menganggur (voluntary
unemployment) untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik. Beberapa ekonom
menggunakan istilah ini sebagai pengangguran normal atau pengangguran mencari
(search unemployment).

g. Pengangguran Struktural (Structural Unemployment)


Jenis pengangguran ini bersifat mendasar yang terjadi karena pencari kerja
tidak mampu memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk lowongan pekerjaan
yang tersedia. Hal ini biasanya terjadi dalam perekonomian yang berkembang pesat
namun tidak diikuti perkembangan kualitas SDM. Misalnya, perusahaan go public
membutuhkan tenaga kerja accounting, yaitu pendidikan minimal (S1), mampu
mengoperasikan computer dan menguasai minimal bahasa inggris.
Saat ini pasar tenaga kerja sudah mengglobal, sehingga persaingan kerja
kian ketat. Puluhan tahun yang lalu, pencari kerja yang tidak memenuhi persyaratan
yang dibutuhkan masih dapat ditoleransi, selama kekurangannya hanya sedikit.
Sebab penawaran tenaga kerja berkualitas baik masih relatif sedikit dibanding
kebutuhan. Tetapi saat ini yang terjadi adalah kelebihan tenaga kerja berkualitas.
Kalaupun terjadi kekurangan, dapat diatasi dengan mendatangkan tenaga kerja
asing.

80
h. Pengangguran Siklis (Cyclical Unemployment)
Pengangguran jenis ini disebut juga pengangguran konjungtur yaitu
pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan dalam tingkat kegiatan
perekonomian. Misalnya, ketika perekomian sedang lesu, perusahaan harus
mengurangi kegiatan produksinya. Dalam artian, jam kerja dikurangi, pemakaian
mesin dikurangin, dan sebagian tenaga kerja diberhentikan. Dengan demikian,
kemunduran atau kelesuan ekonomi membuat jumlah pengangguran bertambah.

d. Pengangguran Musiman (Seasonal Unemployment)


Sesuai dengan namanya, pengangguran jenis ini berhubungan erat dengan
fluktuasi kegiatan ekonomi jangka pendek. Misalnya, di luar musim tanam dan
panen, petani umumnya menganggur, sampai tiba musim panen dan tanam.

2. Biaya Sosial Dari Pengangguran


Sama seperti inflasi, pengangguran juga memiliki dampak negatif, yaitu:

a. Stablitas Perekonomian Terganggu (Melemahnya Permintaan dan Penawaran


Agregat)
Untuk apa manusia bekerja? Tentunya untuk memperoleh penghasilan guna
membeli barang dan jasa. Bilamana tingkat pengangguran suatu negara tinggi dan
bersifat structural, maka secara umum daya beli menurun, dan pada akhirnya
menurunkan permintaan agregat.
Hal tersebut dilihat dari permintaan agregat, jika kita melihat dari sisi
penawaran agregat maka tingkat pengangguran yang tinggi membuat penawaran
agregat juga lesu sehingga mengalami penurunan. Kenapa demikian? Kita harus ingat,
keseimbangan ekonomi terjadi ketika mekanisme pasar berjalan dengan baik dan
lancar. Walaupun produksi bisa berjalan dengan lancar, tetapi jika permintaan agregat
sangat lesu/lemah, otomatis keseimbangan ekonomi mengikutinya dengan cara
bergeser ke tingkat yang rendah. Hal ini tentunya mau tidak mau harus menurunkan
tingkat/skala produksi dan pada akhirnya terjadi kelesuan penawaran agregat atau
penurunan penawaran agregrat.
Melemahnya permintaan dan penawaran agregat ini pernah terjadi beberapa kali
dalam perekonomian dunia seperti Depresi Besar (1929-1933), yang disebabkan oleh
pelemahan permintaan agregat. Krisis Ekonomi Asia Timur (1998), dan krisis lainnya.

b. Stabilitas Sosial Politik Terganggu


Pengangguran termasuk masalah sosial politik. Kenapa demikian? Karena
pengangguran yang tinggi akan meningkatkan tindakan kriminal, baik berupa kejahatan
perampokan, pencurian, maupun kegiatan ekonomi illegal lainnya.

F. Hubungan Inflasi dengan Pengangguran : Kurva Philips

Ternyata, inflasi dan pengangguran memiliki hubungannya loh… hubungan apa


ya? Apabila inflasi meningkat maka pengangguran menurun, dan bila inflasi menurun
maka pengangguran meningkat (tapi hanya berlaku dalam janga pendek ya), dalam
jangka panjang inflasi dan pengangguran tidak memiliki hubungan. (Lho) Kenapa
semuanya seperti begitu? Mari kita baca dibawah ini (materi ini perlu dibaca berulang-
81
ulang dan dipahami perlahan-lahan karena materi ini bagian dari OSN)

82
1. Kurva Phillips
Kuva phillips adalah kurva yang menghubungkan antara inflasi dan
pengangguran dalam jangka pendek. Ide ini pertama kali dicetuskan pada tahun
1958 oleh Profesor A.W. Phil ips dalam artikelnya yang berjudul “The
Relationship between Unemployment and the Rate of Change of Money Wages
in the United Kingdom, 1861 – 1957”. Pada artikel ini Phillips memperlihatkan
hubungan negatif antara tingkat pengangguran dengan tingkat inflasi.
Dalam jangka panjang, tingkat pengangguran ditentukan oleh pasar
tenaga kerja (ketersediaan lapangan kerja, dan jumlah pencari kerja), aturan
upah minimum, kekuatan pasar dari serikat buruh, keefektifan pencarian kerja.
Sedangkan inflasi lebih ditentukan oleh pertumbuhan jumlah uang beredar.
Jadi, dalam jangka panjang inflasi tidak memiliki hubungan dengan
pengganguran.
Dalam jangka pendek, inflasi memiliki hubungan yang saling
berkebalikan dengan penggangguran. Jika pemerintah membuat kebijakan yang
mengakibatkan kurva permintaan aggregat bergeser ke kanan, maka
pengangguran akan menurun, dan harga akan naik. Dan jika pemerintah
membuat kebijakan yang mengakibatkan kurva permintaan aggregat bergeser
ke kiri, maka inflasi akan menurun sedangkan pengangguran meningkat.

Inflation
rate
(percent
per year)

3 7 Unemployment
Rate (percent)

Jadi, kurva Phillips adalah kurva yang menggambarkan kombinasi


antara inflasi dan pengangguran dalam jangka pendek.

Contoh Soal:

1. Kurva yang menunjukkan hubungan antara inflasi dan pengangguran dalam jangka
pendek ialah…
a. Kurva Lorenz
b. Kurva Phillips
c. Kurva Indifference
d. Kurva Budget Line
e. Kurva PPC

Jawab : b. Kurva Philips

83
2. Pengangguran yang terjadi karena bencana alam, seperti hilangnya pekerjaan karena
banjir, gunung meletus, dan tsunami merupakan bentuk…
a. force unemployment
b. seasonal unemployment
c. cyclical unemployment
d. disguised unemployment
e. frictional unemploymnet
(OSK 2010)
Jawab : a. force unemployment. Pengangguran yang terpaksa karena adanya bencana alam
disebut Force unemployment

3. The”Shoeleather” cost dari inflasi menunjukkan


a. Tindakan kriminal semakin merajalela
b. Dampak buruk inflasi terhadap investasi
c. Masyarakat memegang uang lebih sedikit dari biasanya
d. Sangat kecilnya tindakan spekulasi dalam perekonomian
e. Kesulitan para pelaku ekonomi untuk memband ingkan penerimaan, ongkos dan
keuntungan

Jawab : c. Masyarakat memegang uang lebih sedikit dari biasanya. Buka kembali
mengenai pembahasan the shoeleather cost di buku ini.

84
BAB XII
PERPAJAKAN

A. Fungsi Pajak serta Hubungannya dengan APBN


1. Fungsi Pajak
Fungsi pajak pada umumnya untuk meningkatkan penerimaan negara,
namun selain itu pajak juga digunakan sebagai alat dari kebijakan fiskal serta
menjaga perekonomian nasional agar tercapai tujuan-tujuan tertentu. Ada dua (2)
fungsi pajak, yaitu fungsi anggaran (budgetair) dan fungsi mengatur (regulerend).

a. Fungsi anggaran (budgetair)


Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk
membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan sebagaimana tertuang dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

b. Fungsi mengatur (regulerend)


Pajak dapat digunakan sebagai alat kebijakan pemerintah untuk
mencapai tertentu. Contohnya: pajak dapat difungsikan sebagai alat untuk
menarik Dana orang-orang Indonesia yang ada di luar negeri, alat untuk
memperkuat basis perpajakan Indonesia, alat untuk meningkatkan
penerimaan pajak. Misalnya dengan memberikan fasilitas tax amnesty
sebagaimana yang pemerintah lakukan baru-baru ini.

Fungsi mengatur ini dapat digunakan sebagai alat-alat:


a. Alat Proteksi / Perlindungan
Pemerintah bisa saja melindungi barang-barang industri produk luar
negeri dengan cara mengenakan pajak impor yang tinggi terhadap barang-
barang industry produk luar negeri tertentu tersebut.
b. Alat Stabilisasi
Pemerintah dapat menggunakan pajak sebagai alat untuk menjalankan
kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat
dikendalikan, stabilitas nilai tukar rupiah, bahkan bisa juga stabilitas
keamanan. Misalnya: Dana dari pajak dapat digunakan pemerintah untuk
membeli bahan sembako yang banyak ketika menjelang lebaran agar pasokan
sembako tetap ada sehingga harga sembako tidak naik signifikan (stabilitas
harga).
c. Alat Redistribusi Pendapatan
Pajak juga dapat digunakan sebagai alat untuk membiayai semua
kepentingan umum dan hasilnya dapat dinikmati oleh semua masyarakat
umum, seperti: pembangunan jalan raya, jembatan, dan infrastruktur lainnya.

85
2. Hubungan Pajak Dalam APBN
Tahukah kita bahwa 70-an% Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara
(APBN) kita berasal dari dana pajak. Itulah mengapa negara begitu perhatian dan
sayang terhadap pajak, karena penerimaan pajak merupakan bagian kontribusi
terbesar dari keseluruhan penerimaan negara. Kita bisa melihat kontribusi pajak
terhadap APBN dalam gambar berikut:

B. PUNGUTAN RESMI SELAIN PAJAK

Selain pajak, pemerintah juga melakukan pungutan resmi lainnya yang sering
kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pungutan ini didasarkan pada tujuan dan
manfaat yang ingin dicapai. Jenis pungutan tersebut antara lain adalah:

1. Retribusi
Retribusi merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Nah, sehingga orang yang
membayar retribusi tersebut, dapat langsung mendapatkan manfaat dari
pembayaran retribusi.

2. Bea Ekspor dan Impor


Bea ekspor dan impor merupakan pungutan terhadap harga barang tertentu yang
akan diekspor ke luar negeri (bea ekspor) dan pungutan terhadap harga barang
tertentu yang diimpor dari luar negeri (bea impor) pada waktu barang tersebut
melewati daerah pabean di seluruh wilayah Indonesia.

3. Cukai
Cukai merupakan sejenis iuran yang telah ditetapkan berdasarkan atas peraturan
pemerintah terhadap barang tertentu. Misalnya: cukai tembakau.

86
C. Asas Pemungutan Pajak

Pemungutan pajak harus dilakukan dengan memerhatikan prinsip-prinsip


pemungutan pajak. Kenapa? Agar kita sebagai masyarakat tidak merasa keberatan
dalam membayar pajak. Adam Smith (1723-1790) dalam bukunya “An Inquiry Into The
Nature and Causes Of The Wealth Of Nations” menuliskan mengenai beberapa prinsip
pemungutan pajak yang sering disebut dengan “The Four Maxims”.

Prinsip-prinsip pemungutan tersebut adalah:


1. Prinsip Kesamaan / Keadilan (equality)
Pemungutan pajak harus menggunakan prinsip kesamaan / keadilan yaitu
keseimbangan antara kemampuan penghasilan Wajib Pajak dengan pajak yang
harus dibayarkan sehingga pemungutan pajak yang dilakukan harus adil, serta tidak
membeda-bedakan.

2. Prinsip Kepastian (certainty)


Pemungutan pajak yang harus dibayar harus jelas (certain) dan tidak mengenal
kompromi (not arbitrary). Pemungutan pajak harus mencerminkan kepastian
hukum seperti subjek, objek, besarnya pajak terutang, dan waktu pembayarannya
sehingga Wajib Pajak dapat melaksanakan kewajibannnya.

3. Prinsip Ketepatan Waktu (convenience of payment)


Pemungutan pajak dilakukan pada saat yang paling tepat dan baik bagi Wajib
Pajak, yaitu sesaat setelah menerima penghasilan.

4. Prinsip Ekonomis (economic of collection)


Pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat / seefisien mungkin, agar
biaya pemungutan pajak yang dikeluarkan tidak lebih besar dari penerimaan pajak
itu sendiri.

D. Jenis – Jenis Pajak


Jenis-jenis pajak pada umumnya dapat dikelompokkan menurut pihak yang
menanggung, sifat, dan wewenang pemungutnya.

Jenis Pajak

Menurut pihak Menurut sifat Menurut pemungut


menanggung

Pajak Pajak Tak Pajak Pajak Pajak Pajak


Langsung Langsung Subjektif Objektif Pusat Daerah

87
1. Jenis Pajak Menurut Pihak Yang Menanggung
Ada dua jenis pajak menurut pihak yang menanggung, Apa saja?

a. Pajak Langsung
Pajak langsung yaitu pajak yang dikenakan langsung kepada Wajib Pajak yang
bersangkutan. Contohnya: Pajak Penghasilan (PPh) karena pengenaan pajaknya
langsung kepada pihak yang menerima penghasilan.

b. Pajak Tidak Langsung


Pajak yang pengenaannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh: Bila
kita makan di restaurant, maka ada Pajak Pertambahan Nilai (PPN), kenapa PPN
termasuk dalam Pajak Tidak Langsung? , Karena pengenaan pajaknya dialihkan
dari pihak penjual kepada pihak konsumen akhir, sehingga konsumenlah yang
menanggung PPN tersebut.

2. Jenis Pajak Menurut Sifatnya


Ada dua jenis pajak menurut sifatnya, apa saja?

a. Pajak Subjektif
Pajak subjektif yaitu pajak yang dikenakan berdasarkan keadaan subjeknya.
Contoh: Pajak Penghasilan (PPh) karena PPh melihat keadaan subjek pajak yang
mana apabila telah memenuhi persyaratan tertentu antara lain mempunyai
penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dan ketentuan batas
waktu tinggal selama 183 hari dalam kurun waktu satu tahun bagi orang asing
barulah dikenai Pajak Penghasilan.

b. Pajak Objektif
Pajak yang dikenakan berdasarkan ada tidaknya objek pajak, tanpa
memperhatikan keadaan Wajib Pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Seseorang akan dikenakan PPN apabila
mengonsumsi barang dan atau jasa tertentu dan akan dikenakan PBB bila
memanfaatkan atau memiliki tanah dan atau bangunan tanpa peduli bagaimana
keadaan Wajib Pajak.

3. Jenis Pajak Menurut Lembaga Pemungutnya


Ada dua (2) jenis pajak menurut lembaga pemungutnya, yaitu:

a. Pajak Pusat
Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai
pengeluaran negara. Berikut ini yang termasuk dalam bagian dari pajak pusat:
1. Pajak Penghasilan (PPh)
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
4. Bea Materai
5. Pajak Bumi dan Bangunan (sektor perkebunan, pertambangan, perhutanan)

b. Pajak Daerah
Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai
pengeluaran daerah. Pajak daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun

88
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Pajak daerah dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1. Pajak Provinsi
Pajak Provinsi dipungut untuk membiayai Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Provinsi. Yang termasuk bagian dari Pajak Provinsi ialah:
- Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air;
- Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air;
- Pajak Bahan Baku Kendaraan Bermotor
- Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan.

2. Pajak Kabupaten/Kota
Pajak Kabupaten/Kota dipungut untuk membiayai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota. Yang termasuk bagian
dari Pajak Kabupaten/Kota ialah:
- Pajak Hotel;
- Pajak Restoran;
- Pajak Hiburan;
- Pajak Reklame;
- Pajak Penerangan Jalan;
- Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
- Pajak Parkir;
- Pajak Sarang Burung Walet;
- Pajak Bumi dan Bangunan (sektor perdesaan dan perkotaan);
- Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan;

E. Sistem Pemungutan Pajak

Ada tiga macam sistem pemungutan pajak yang dikenal saat ini, apa saja?

1. Official Assesment System


Sistem ini memberikan kewenangan kepada petugas pajak untuk menentukan
jumlah pajak terutang yang harus dibayar oleh setiap Wajib Pajak. Perhitungan
jumlah pajak terutang ditetapkan dengan penerbitan Surat Ketetapan Pajak.

2. Self Assesment System


Sistem ini memberikan kepercayaan dan wewenang kepada Wajib Pajak untuk
mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP, menghitung, memperhitungkan,
membayar, dan melaporkan pajak terutang dengan ketentuan perundang-undangan.
Pada sistem ini petugas pajak hanya bertugas untuk melakukan pengawasan dan
bimbingan kepada Wajib Pajak selain melakukan penegakan hukum (law
enforcement) terhadap Wajib Pajak.

3. Withholding System
Sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga
yang wajib melakukan pemotongan dan/atau pemungutan pajak atas objek pajak
tertentu. Objek pajak yang dimaksud adalah antara lain: Penghasilan karyawan,
penghasilan atas sewa penggunaan harta, bunga atas deposito, bunga atas tabungan,
dan hadiah undian. Pihak ketiga setelah melakukan pemotongan dan/atau
pemungutan pajak, wajib melakukan penyetoran dan pelaporan pajak sesuai

89
dengan ketentuan yang berlaku. Pada sistem ini, petugas pajak bertugas melakukan
pengawasan dan bimbingan keapda Wajib Pajak selain melakukan penegakan
hukum (law enforcement) terhadap Wajib Pajak.

F. Tarif Pajak

Tarif pajak digunakan untuk menentukan besarnya pajak terutang. Ada empat
jenis tarif pajak, antara lain:

1. Tarif Pajak Proporsional (Sebanding)


Merupakan tarif pengenaan pajak yang tetap atas berapa pun dasar pengenaan
pajaknya. Contoh: PPN akan dikenakan tarif sebesar 10% atas berapa pun
pemakaian atau pembelian barang/jasa kena pajak.

2. Tarif Pajak Tetap


Merupakan jumlah nominal pajak yang tetap sesuai dengan persyaratan tertentu.
Contoh: bea materai.

3. Tarif Pajak Regresif


Merupakan tarif pengenaan pajak yang menurun seiring dengan peningkatan
dasar pengenaan pajaknya. Tarif jenis ini sudah jarang digunakan.

4. Tarif Pajak Progresif


Adalah tarif pengenaan pajak yang bertambah seiring dengan peningkatan dasar
pengenaan pajaknya. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh) Wajib Pajak Orang Pribadi,
kenapa PPh termasuk tarif progresif? Karena setiap terjadi peningkatan
penghasilan sampai dengan tingkatan tertentu maka tarif pajak yang dikenakan
akan meningkat juga.

G. Penghitungan Pajak Berdasarkan Undang – Undang (PPh dan PBB)

1. Penghitungan PPh
Penghitungan PPh dilakukan berdasarkan Undang-Undang tentang Pajak
Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008.

a. Cara Menghitung dan Pengenaan Pajak Penghasilan


Untuk menghitung besarnya Pajak Penghasilan, terlebih dahulu harus
ditentukan besaran Penghasilan Kena Pajak (PKP). Besaran PKP ini dihasilkan
dari pembukuan atau pencatatan yang dilakukan Wajib Pajak selama satu
tahun buku. Pajak Penghasilan dihasilkan dari pengenaan tarif pajak terhadap
Penghasilan Kena Pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Pajak Penghasilan untuk Badan Usaha


Pajak Penghasilan untuk Wajib Pajak Badan tergantung terhadap
penghasilan kotor yang dimiliki oleh badan usaha. Ada tiga klasifikasi dalam
menghitung PPh Badan usaha, yaitu pertama bagi penghasilan kotor nya
kurang dari Rp4.8 Milliar, kedua bagi penghasilan kotor nya lebih dari Rp4.8
Milliar s/d Rp50 Milliar, dan keiga bagi penghasilan kotor nya lebih dari Rp50
Milliar. Ringkasan tabel tarif pajak penghasilan untuk badan usaha yaitu :

90
Sumber tabel: www.putra-putri-indonesia.com/pajak-penghasilan-badan.html

Penghasilan Kena Pajak (PKP) dalam akuntansi sama saja disebut dengan laba bersih,
sehingga PKP atau laba bersih didapat dari:

Peredaran Usaha / Penjualan bersih


Harga Pokok Penjualan (-)

Laba Kotor
Biaya/Beban usaha (-)

Laba Bersih (Penghasilan Kena Pajak)

Mari kita coba kerjakan soal berikut ini :

1. Pada tahun pajak 2017, PT. Wijayando memiliki laba bruto sebesar Rp 82.500.000.000,00
dengan total biaya/beban usaha sebesar Rp 20.500.000.000,00. Berapakah Pajak
Penghasilan terutang untuk tahun pajak 2017?

Jawab: karena Penghasilan Kotornya lebih dari Rp50 Milliar, maka kita gunakan tarif pajak
yang ketiga pada tabel.

Penghasilan Kotor Rp 82.500.000.000,00


Biaya usaha (Rp 20.500.000.000,00)
Penghasilan Kena Pajak Rp 62.000.000.000,00
PPh terutang:
25% x Rp 62.000.000.000,00 = Rp 15.500.000.000,00
Sehinga Pajak terutang PT. Wijayando Tahun 2014 adalah Rp 15.500.000,00

2. PT. Selalu Sayang memperoleh penghasilan kotor di tahun 2017 sebesar Rp15 Miliar,
kemudian memiliki biaya/beban usaha sebesar Rp7 miliar sehingga laba bersihnya
(Penghasilan Kena Pajak) adalah Rp8 Miliar, maka besar pajak PT Selalu Sayang
sebesar…….
Jawab: karena Penghasilan Kotornya diantara 4.8 Milliar – 50 Milliar maka kita
menggunakan tarif pajak yang kedua pada tabel di atas:

= (0.25 - (0.6 Miliar / Penghasilan Kotor)) dikali Penghasilan Kena Pajak.

91
= (0.25 - (0.6 Miliar/15 Miliar)) x 8 Miliar = Rp1.68 Milliar

c. Pajak Penghasilan untuk Orang Pribadi


Perhitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi didasarkan
pada besarnya Penghasilan Kena Pajak atas penghasilan yang diperoleh dari
pekerjaan, usaha dan/atau pekerjaan bebas dalam satu tahun pajak.
Tarif pajak yang ditetapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib
Pajak Orang Pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut:

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp 50 juta 5%

Di atas Rp 50 juta sampai dengan Rp 250 juta 15%

Di atas Rp 250 juta sampai dengan Rp 500 juta 25%

Di atas Rp 500 juta 30%

d. Pajak Penghasilan untuk Orang Pribadi Atas Karyawan


Pajak Penghasilan yang dipotong atas penghasilan Wajib Pajak Orang
Pribadi Karyawan disebut sebagai Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21. PPh
Pasal 21 dipotong oleh bendahara gaji dari pemberi kerja terhadap karyawan
yang dilakukan pada setiap pembayaran penghasilan.

e.Pajak Penghasilan untuk Orang Pribadi yang Menggunakan Pembukuan


Wajib Pajak Orang Pribadi yang wajib menggunakan pembukuan adalah Wajib
Pajak yang memenuhi kriteria usahanya sebagai pekerjaan bebas atau wirausaha
Rp 4.800.000.000,00 (Empat Miliar Delapan Ratus Juta Rupiah)
atau lebih dalam satu tahun pajak.
Wajib Pajak Orang Pribadi yang menyelenggarakan pembukuan selain
memperhitungkan biaya usaha, dalam perhitungan Pajak Penghasilan juga
memperhitungkan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sesuai dengan status
Wajib Pajak. Besarnya PTKP yang berlaku sejak tahun 2016 adalah
sebagai berikut:
1. Rp 54.000.000,- per tahun atau setara dengan Rp 4.500.000,- per bulan
untuk wajib pajak orang pribadi.
2. Rp 4.500.000,- per tahun atau setara dengan Rp 375.000,- per bulan
tambahan untuk wajib pajak yang kawin (tanpa tanggungan).
3. Rp 4.500.000,- per tahun atau setara dengan Rp 375.000,- per bulan
tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda
dalam garis keturunan lurus atau anak angkat, yang menjadi tanggungan
sepenuhnya, paling banyak 3 (orang) untuk setiap keluarga.
Penghitungan PPh Orang Pribadi yang menyelenggarakan pembukuan sehubungan
dengan usahanya dan/atau pekerjaan bebas menggunakan skema yaitu:
Peredaran Usaha / Penjualan Bersih
Harga Pokok Penjualan (-)

Laba Kotor
Biaya Usaha (-)

92
Laba Bersih
Penghasilan Tidak Kena Pajak (-)

Penghasilan Kena Pajak

Contoh soal:
1. Pada tahun pajak 2014, Tn. Fauzi sebagai wiraswasta yaitu pemilik restaurant masakan
Sunda memiliki penghasilan bruto Rp 5.000.000.000,00 dengan total biaya yang
dikeluarkan sebesar Rp 1.500.000.000,00. Tn Fauzi menikah, isteri tidak bekerja dan
memiliki 2 orang anak yang belum dewasa. Berapa Pajak Penghasilan terutang untuk tahun
pajak 2014 ?
Penghasilan Bruto Rp 5.000.000.000,00
Biaya (Rp 1.500.000.000,00)
Penghasilan Bersih Rp 3.500.000.000,00
PTKP (K/2):
Wajib Pajak Rp 54.000.000,00
Isteri Rp 4.500.000,00
Tanggungan 2 orang Rp 9.000.000,00
Jumlah PTKP (K/2) (Rp 67.500.000,00)
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 3.432.500.000,00

PPh terutang :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15% x Rp 200.000.000,00 = Rp 30.000.000,00
25% x Rp 250.000.000,00 = Rp 62.500.0000,00
30% x Rp 2.932.500.000,00 = Rp 879.750.000,00
Rp 974.750.000,00

Jadi, Tn Fauzi harus membayar pajak tahunan 2014 sebesar Rp 974.750.000,00

2. Mas Bambang yang baru saja lulus kuliah langsung bekerja dan memiliki penghasilan
bersih Rp3.000.000,00/bulan atau sama dengan Rp36.000.000/tahun, maka berapa PPh
yang harus dibayarkan oleh mas Bambang?

(jawaban: Tidak perlu membayar PPh, karena penghasilan beliau kurang dari
Rp4.500.000,00/bulan atau Rp54.000.000,00/tahun).

f. Pajak Penghasilan untuk Orang Pribadi yang Menggunakan Norma


Penghitugan
Wajib Pajak Orang Pribadi yang menggunakan norma penghitungan
adalah Wajib Pajak yang penghasilan usaha atas usaha atau pekerjaan
bebasnya kurang dari Rp 4.800.000.000,00 (Empat Miliar Delapan Ratus Juta
Rupiah) dalam satu tahun pajak. Perhitungan Pajak Penghasilan dimulai
dengan menetapkan perkiraan penghasilan neto yang diperoleh dari perhitugan
persentase norma penghitungan dikalikan dengan ikhtisar peredaran usaha dari
usaha dan/atau pekerjaan bebas yang dilakukan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

93
Penghitungan PPh Orang Pribadi yang menggunakan norma
penghitungan sehubungan dengan usaha dan/atau pekerjaan bebas yang
dilakukan menggunakan skema sebagai berikut:

Penghasilan Usaha Rp xxx


Perkiraan Penghasilan Neto:
% Norma Penghitungan x Peredaran Usaha Rp xxx
Penghasilan Tidak Kena Pajak Rp xxx (-)
Penghasilan Kena Pajak Rp xxx

Contoh soal:
1. Tn. Rian, seorang pengusaha minimarket di Jogjakarta, memiliki istri tidak bekerja dan
memiliki 3 orang anak yang belum dewasa. Selama tahun pajak 2014, ia memiliki
penghasilan bruto sebesar Rp 850.000.000,00. Jika besarnya tarif norma penghasilan neto
untuk pedagang toko/minimarket di Jogjakarta adalah 30%, maka berapa besarnya Pajak
Penghasilan terutang tahun pajak 2013!
Penghasilan Neto:
30% x Rp 850.000.000,00 = Rp 255.000.000,00

Penghasilan Neto Rp 255.000.000,00


PTKP (K/3):
Wajib Pajak Rp 54.000.000,00
Isteri Rp 4.500.000,00
Tanggungan 3 orang Rp 13.500.000,00
Jumlah PTKP (K/3) (Rp 72.000.000,00)
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 183.000.000,00

PPh terutang :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15% x Rp 133.000.000,00 = Rp 19.950.000,00
Pajak Terutang Tn. Rian tahun pajak 2013 adalah Rp 22.450.000,00

2. Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)


Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan mulai tahun 2014 dibagi menjadi:

a. PBB Sektor Perkebunan, Perhutanan dan Pertambangan (P3)


Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor P3 diatur dan
dikelola oleh Pemerintah Pusat yang mana berdasarkan pada UU No. 12
Tahun 1994.

b. PBB Sektor Perdesaan dan Perkotaan (P2)


Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor P2 dikelola oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang mana berdasarkan UU No. 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD).
Dasar Pengenaan PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Besarnya
NJOP ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun, kecuali untuk objek pajak tertentu dapat
ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan daerahnya. Penetapan
besarnya NJOP dilakukan oleh Kepala Daerah. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara
wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui

94
perbandingan harga dengan objek lain sejenis, atau nilai perolehan baru, atau
Nilai Jual Objek Pajak Pengganti.
Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)
ditetapkan paling rendah Rp 60.000.000,00. Artinya, setiap Wajib Pajak yang
memiliki Objek Pajak (Bumi dan Bangunan) lebih kecil dari sama dengan Rp
60.000.000,00 maka akan dibebaskan dari tarif pajak PBB, dan akan mendapat
potongan sebesar Rp 60.000.000,00 apabila Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
lebih besar dari nilai tersebut. Penyesuaian besarnya NJOPTKP ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
Tarif Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perkotaan dan Perdesaan sesuai
dengan UU No. 28 Tahun 2009 ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3% (nol koma
tiga persen) dan ditetapkan sesuai dengan Peraturan Daerah.

Contoh soal:
1. Pada tahun pajak 2014, Tn. Cristiano memiliki tanah dan rumah dengan luas masing-
masing 700m2 dan 400m2, dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) masing-masing Rp
400.000,00 per m2 untuk tanah dan Rp 450.000.000,00 per m2 untuk bangunan. Besar
NJOPTKP yang telah ditetapkan Pemerintah Daerah setempat adalah Rp 10.000.000,00.
Besarnya PBB tahun pajak 2014 yang terutang adalah.....
Bumi/Tanah = 700 x Rp 400.000,00 = Rp 280. 000.000,00
Rumah = 400 x Rp 450.000,00 = Rp 180. 000.000,00
Total NJOP Bumi dan Bangunan = Rp 460. 000.000,00
NJOPTKP (Rp 60.000.000,00)
Nilai Jual Objek Pajak Kena Pajak Rp 400.000.000,00

Tarif pajak yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah = 0,2%


PBB terutang: 0,2% x Rp 400.000.000,00 = Rp 800.000,00.

Contoh Soal
1. A tax which imposed on the company a fixed amount, does not depend on the fact of
many products is cal ed………
a. LumpSump tax
b. Progresif tax
c. Proportional tax
d. Tax per unit
e. Income tax
Jawab : a. lumpsump tax. Pajak Lumpsum adalah istilah pajak yang besar jumlahnya
sama/tetap, tidak tergantung dengan pendapatan.

2. Berikut ini adalah prinsip-prinsip pemungutan pajak yang dikemukakan oleh Adam
Smith (1723-1790) dengan dikenal sebutan The Four Maxims ialah kecuali…
a. Prinsip kesamaan
b. Prinsip ekonomis
c. Prinsip ketepatan waktu
d. Prinsip kepastian
e. Prinsip kepercayaan

Jawab : e. Prinsip kepercayaan. Yang termasuk dalam prinsip pemungutan pajak ialah
prinsip kesamaan/keadilan, ekonomis, ketepatan waktu, dan kepastian.
95
BAB XIII
KEBIJAKAN MAKROEKONOMI

A. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter merupakan segala bentuk kebijakan yang berhubungan dengan


perbankan serta keuangan yang pada hakikatnya bertujuan untuk mengendalikan
jumlah uang beredar di masyarakat. Kebijakan makro bertujuan untuk membawa
ekonomi nasional secara makro ke arah yang diinginkan.

Tujuan inti dari kebijakan ini adalah mengendalikan kestabilan ekonomi. Bank
Indonesia merupakan pihak yang merumuskan kebijakan moneter di Indonesia
Bentuk kebijakan moneter yang dapat dirumuskan adalah:

A. Kebijakan Pasar Terbuka

B. Merubah Reserve Requirements Ratio

C. Mengatur Tingkat Suku Bunga

Berdasarkan tujuannya, kebijakan yang ditempuh pemerintah (baik dari moneter


maupun fiskal) terbagi menjadi dua macam yakni easy money police dan tight money
police. Easy money police merupakan kebijakan yang ditempuh dengan tujuan untuk
menambah uang beredar (ingat easy berarti mudah, ringan), sedangkan tight money
police merupakan kebijakan yang ditempuh dengan tujuan untuk mengurangi jumlah
uang yang beredar di masyarakat (ingat tight berarti ketat, susah).

a. Kebijakan Pasar Terbuka

Kebijakan pasar terbuka merupakan kebijakan yang menjual atau membeli


surat berharga pemerintah dengan tujuan mengatur tingkat uang beredar

 Saat dilakukan pembelian surat berharga oleh Bank Indonesia , maka jumlah
uang beredar bertambah karena bank Indonesia mengeluarkan uang untuk
membeli surat berharga yang ada di masyarakat .
 Saat dilakukan penjualan surat berharga oleh Bank Indonesia , maka jumlah
uang beredar berkurang dikarenakan uang masyarakat masuk ke bank untuk
membeli surat berharga yang dijual bank.

b. Merubah Reserve Requirement Ratio


Reserve requirement ratio merupakan kebijakan Bank Indonesia untuk
menetapkan cadangan wajib yang harus disetorkan bank umum kepada Bank
Indonesia. Semakin tinggi cadangan wajib yang ditetapkan bank Indonesia maka
semakin sedikit jumlah uang yang tersimpan di bank umum sehingga kemampuan
bank untuk memberikan kredit kepada masyarakat menurun.
Sebaliknya jika cadangan wajib yang ditetapkan oleh bank Indonesia
rendah, maka jumlah uang yang tersimpan di bank umum akan meningkat sehingga
96
kemampuan bank untuk memberikan kredit menjadi bertambah dan uang yang
beredar di masyarakat meningkat . Contohnya , apabila Bank Indonesia menetapkan
jumlah cadangan wajib sebesar 10%, artinya bank umum wajib menyetorkan 10%
dari tiap unit tabungan maupun deposito (dana dari masyarakat) dan hanya boleh
menyalurkan dalam bentuk kredit sebesar 90%.

c. Mengatur tingkat suku bunga (Diskonto)

Kebijakan dengan mengatur tingkat suku bunga mengambil sisi psikologis


masyarakat untuk mengatur jumlah uang yang akan ditabung atau tidak. Suku
bunga yang tinggi akan menyebabkan keinginan masyarakat untuk menabung
bertambah sehingga uang beredar akan berkurang, sebaliknya jika tingkat suku
Bunga bank diturunkan, maka akan menyebabkan minat masyarakat untuk
menabung berkurang dan mengakibatkan jumlah uang beredar di masyarakat
bertambah.

Secara umum kebijakan moneter dirangkum dalam tabel berikut:

Dampak kebijakan terhadap


jumlah uang beredar
Jenis Kebijakan Moneter Cara yang ditempuh
- (tight)

+(easy)

Menjual surat berharga -


Kebijakan Pasar Terbuka
Membeli surat berharga +

Menaikkan suku bunga -


Kebijakan diskonto
Menurunkan suku bunga +

Menaikkan cadangan wajib -


Kebijakan cadangan wajib
Menurunkan cadangan wajib +

B. Kebijakan Fiskal

Hakikatnya kebijakan fiskal memiliki tujuan yang sama dengan kebijakan moneter
yakni untuk membawa ekonomi nasional ke arah yang diinginkan, akan tetapi kebijakan
fiskal menempuh cara yang berebeda yakni dengan mengatur pengeluaran dan
penerimaan pemerintah. Kebijakan fiskal yang akan dibahas disini adalah tentang
pengaturan pajak dan dampaknya dilihat dari multiplier effect.

a. Pajak

Pajak dibahas cukup mendalam dalam berbagai tinjauan fiskal dikarenakan


pajak dapat diasumsikan sebagai penerimaan utama pemerintah. Lalu kenapa yang
97
ditinjau hanya penerimaannya saja? Mengapa tidak meninjau pengeluarannya
juga? . Hal ini dikarenakan pengeluaran pemerintah cenderung bersifat konstanta,
artinya besarannya cenderung tetap dan susah untuk diubah, sedangkan pajak
sebagai penerimaan bersifat variable yang besarnya berubah-ubah sebagai fungsi
pendapatan individu.

Pajak juga berpengaruh secara tidak langsung ke perilaku dan pola


konsumsi maupun produksi sehingga meninjau dan mengubah pajak dapat berarti
mengatur masyarakat. Tight money policy melalui pajak dapat ditempuh dengan
menaikkan pajak yang ditetapkan pada masyarakat, sedangkan easy money policy
dapat ditempuh dengan cara sebaliknya yakni dengan mengurangi besarnya pajak.
Adapun jenis-jenis pajak baik yang dipungut pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah dijabarkan pada pembahasan dibawah.Pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat, antara lain :
a. Pajak Penghasilan (PPh)
PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak. Yang dimaksud
dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang berasal
baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat digunakan untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Dengan demikian, penghasilan itu dapat berupa keuntungan usaha, gaji,
honorarium, hadiah, dan lain sebagainya.

b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa
Kena Pajak di dalam Daerah Pabean. Orang Pribadi, perusahaan, maupun
pemerintah yang mengkonsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
dikenakan PPN. Pada dasarnya, setiap barang dan jasa adalah Barang Kena Pajak
atau Jasa Kena Pajak, kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang PPN. Tarif PPN
adalah tunggal yaitu sebesar 10%. Dalam hal ekspor, tarif PPN adalah 0%. Yang
dimaksud Dengan Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi
wilayah darat, peraian, dan ruang udara diatasnya.

c. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM)

Selain dikenakan PPN, atas barang-barang kena pajak tertentu yang tergolong
mewah, juga dikenakan PPn BM. Yang dimaksud dengan Barang Kena Pajak yang
tergolong mewah adalah :

• Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok; atau


• Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu; atau
• Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan
tinggi; atau
• Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status; atau
• Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat

98
d. Bea Meterai

Bea Meterai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen, seperti surat
perjanjian, akta notaris, serta kwitansi pembayaran, surat berharga, dan efek, yang
memuat jumlah uang atau nominal diatas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan.

e. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

PBB adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau pemanfaatan tanah dan
atau bangunan. PBB merupakan Pajak Pusat yang hampir seluruh realisasi
penerimaan PBB diserahkan kepada Pemerintah Daerah baik Provinsi maupun
Kabupaten/Kota

f. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan. Seperti halnya PBB, BPHTB dikelola oleh Pemerintah Pusat namun
realisasi penerimaan BPHTB seluruhnya diserahkan kepada Pemerintah Daerah
baik Propinsi maupun Kabupaten/Kota.

Pajak yang dipungut daerah berupa :

a. Pajak Propinsi
1. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air;
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air;
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bemotor;
4. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan

b. Pajak Kabupaten/Kota
1. Pajak Hotel;
2. Pajak Restoran;
3. Pajak Hiburan;
4. Pajak Reklame;
5. Pajak Penerangan Jalan;
6. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C;
7. Pajak Parkir.

C. Multiplier Effect

Jika pengeluaran pemerintah (government expenditure) bertambah akan


menyebabkan kenaikan pada total spending maupun GDP (ingat Y=C+I+G+X-M, G
merupakan government expenditure), kenaikan pajak (dalam hal ini penerimaan
pemerintah) justru akan menyebabkan penurunan GDP.

Hal ini dikarenakan naiknya pajak akan mengurangi jumlah pendapatan


masyarakat yang dapat dibelanjakan sehingga nilai variabel “C” akan menurun. Lalu
apakah yang terjadi jika kita meningkatkan pengeluaran pemerintah sekaligus

99
penerimaannya (pajak) secara bersamaan? Hal ini lah yang disebut multiplier effect.
J.M. Keynes mengatakan bahwa secara keseluruhan, efek penurunan GDP akibat
naiknya pajak tidak sebesar efek kenaikan GDP akibat kenaikan pengeluaran
pemerintah.
𝑀𝑃𝐶
Multiplier effect akibat naiknya pajak dapat dihitung dengan : − x (∆T)
1−𝑀𝑃𝐶
1
Multiplier effect akibat turunnya government expenditures : x (∆G)
1−𝑀𝑃𝐶

Perubahan GDP akibat naiknya pajak sekaligus pengeluaran pemerintah dapat


diperoleh dengan :
1
x (∆G) - 𝑀𝑃𝐶 x (∆T)
1−𝑀𝑃𝐶 1−𝑀𝑃𝐶

Jika pemerintah menaikkan pajak sebesar $1000 sekaligus menaikkan pengeluaran


sebesar $1000 , serta MPC Negara tersebut sebesar 80% berapakah perubahan GDP?

Menghitung multiplier untuk pajak : − 𝑀𝑃𝐶 = − 0.8 = -4


1−𝑀𝑃𝐶 1−0.8

Perubahan akibat kenaikan pajak : - 4 x 1000 = - 4000

Menghitung multiplier untuk kenaikan pengeluaran pmerintah : 1 = 1 =5


1−𝑀𝑃𝐶 1−0.8

Perubahan akibat kenaikan pengeluaran pemerintah : 5 x 1000 = 5000

Maka total perubahan GDP adalah : 5000 – 4000 = 1000

Contoh Soal :

1. Apabila diketahui fungsi konsumsi: C = 500 + 0.80Yd, dan MPC = marginal


propensity to consume, maka koefisien balanced budget multiplier adalah ….
a. Sebesar 1
b. Sebesar 4
c. 1/(1-MPC)
d. MPC/(1-MPC)-MPC/(1-MPC)

(OSP 2016)

100
Jawab : a. sebesar 1 . perlu diingat bahwa blanced multiplier selalu berjumlah Satu
1
Perhitungan : - 𝑀𝑃𝐶 , misalkan MPC 0.8 , maka
1−𝑀𝑃𝐶 1−𝑀𝑃𝐶

1 0.8
:
1−0.8 1−0.8

: 5-4 = 1

Silahkan masukkan berapapun nilai MPC lalu gunakan cara yang sama , akan
diperoleh nilai Multiplier sebesar 1

2. A macro-economic policy which is launched by increasing subsidy or/and


lowering tax is classified…
a. expansive policy
b. counteractive policy
c. tight Money policy
d. balanced budget policy
e. déficit budget policy

Jawab : a. expansive police

101
DAFTAR PUSTAKA

, 2009. Macroeconomics, 7th edition. United States of America: Worth Publisher.


, 2010. Microeconomics, 10th edition. Boston: Pearson Education.
, 2011. Principles of Microeconomics, 6th edition. United States of America: South
Western Cengage Learning.
Mankiw, Gregory N. 2008. Principles of Macroeconomics, 6th edition. United States of
America: South Western Cengage Learning.
Parkin, Michael. 2010. Macroeconomics, 10th edition. Boston: Pearson Education.
Purwanta, Wiji. et al 2014. Kiat Sukses OSN Bidang Ekonomi dan Olimpiade Pasar
Modal Nasional. Jakarta: Asosiasi Guru Ekonomi Indonesia.
Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi
(Mikroekonomi dan Makroekonomi), Edisi Ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit
FEUI.
Samuelson P.A. and Nordhaus W.D. 2005. Economics, 8th edition, MC. Graw - Hill
Companies, Inc.
Tim LOPI. 2007. Langkah Sukses Menuju Olimpiade Ekonomi, Edisi 2. Jakarta:
Lembaga Olimpiade Pendidikan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai