Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ANEMIA

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah I

Dosen Pengampu : Ns. Tri Widiyaningsih, M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK:

1. AGLIS TRINOPITA PUTRI (221151004)

2. HARDIANTI DEWI SARTIKA (221151010)

3. KRISDALING (221151015)

4. NADIA RABIATUL AULIA (221151020)

5. YESA MAULIDIA (221151025)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN SINTANG

2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia adalah suatu keadaan jumlah kadar Hb (Hemoglobin),
hematokrit, dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal atau biasanya
atau bisa juga disebut penurunan kuantitas sel-sel darah merah dibawah batas
normal. Anemia merupakan kondisi dimana berkurangnya sel darah merah
dalam sirkulasi darah sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai
pembawa oksigen ke seluruh jaringan (Dwi, 2019 dalam Ana Octhavia (2021)).
Menurut American Society of Hematology (dalam Ana Octhavia 2021),
anemia adalah menurunnya jumlah hemoglobin dari yang biasanya sehingga
tidak dapat memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke dalam jumlah
yang cukup kejaringan perifer. Anemia ditandai dengan beberapa gejala yaitu
lemah, pusing, sering lesu, mata berkunang-kunang serta wajah pucat. Hal ini
berdampak pada penurunan daya tahan tubuh sehingga mudah terserang
penyakit dan mengakibatkan menurunnya aktivitas dan kurang konsentrasi.
Anemia merupakan penyakit yang ditandai dengan berkurangnya kadar
hemoglobin dalam tubuh. Gejala anemia umumnya lemas, dengan tanda
hiperaktif (nadi kuat, cepat, jantung berdebar kencang, dan tinitus).
Anemia merupakan kondisi klinis akibat kurangnya suplai sel darah
merah sehat, volume sel darah merah, dan/atau jumlah hemoglobin. Hipoksia
terjadi karena tubuh kekurangan oksigen. Terlepas dari penyakit itu tersendiri,
anemia mencerminkan beberapa kondisi patogenik yang mengarah pada
abnormalitas jumlah, stukrtur, dan fungsi sel darah merah. Ketika diketahui
terdapat anemia, pemeriksaan lanjutan perlu dilaksanakan untuk mengetahui
penyebabnya.
Salah satu peran perawat dalam penanganan anemia adalah memberikan
informasi kepada penderita anemia untuk menghindari kemungkinan dampak
lebih lanjut. Anemia mempunyai banyak dampak buruk. Anemia merupakan
gejala dan tanda dari sejumlah penyakit yang harus dicari tahu penyebabnya
agar dapat diberikan pengobatan yang tepat. Anemia dapat disebabkan oleh satu
atau lebih mekanisme independen: penurunan produksi sel darah merah,
peningkatan penghancuran sel darah merah, dan kehilangan darah. (Amalia
Oehadian, 2012 dalam Ni Putu Gita Wirani (2022)).

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang gangguan oksigen akibat
patologis sistem kardiovaskuler : Anemia.
2. Memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan Anemia.

C. Manfaat
1. Membantu pembaca untuk mengetahui serta memahami tentang gangguan
oksigen sebagai akibat dari patologis sistem kardiovaskuler salah satunya
yaitu anemia.
2. Membantu pembaca untuk memahami tentang seperti apa asuhan
keperawatan pada pasien dengan anemia.
3. Agar mengetahui dan memahami tentang apa saja penyebab anemia dan
seperti apa penanganan pasien dengan anemia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Anemia adalah suatu keadaan jumlah kadar Hb (Hemoglobin),
hematokrit, dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal atau biasanya
atau bisa juga disebut penurunan kuantitas sel-sel darah merah dibawah batas
normal. Anemia merupakan kondisi dimana berkurangnya sel darah merah
dalam sirkulasi darah sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai
pembawa oksigen ke seluruh jaringan (Dwi, 2019 dalam Annisa Salsabilla
Pratiwi, 2022).
Anemia adalah suatu kondisi klinis yang disebabkan oleh kurangnya
suplai sel darah merah yang sehat, volume sel darah merah, dan/atau konsentrasi
hemoglobin. Hipoksia terjadi karena kekurangan oksigen dalam tubuh. Selain
penyakit itu sendiri, anemia juga mencerminkan sejumlah kondisi patologis yang
menyebabkan kelainan pada jumlah, struktur, dan fungsi sel darah merah. Jika
anemia terdeteksi, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui
penyebabnya. (Black. J. M, Hawks. J. H. 2009)

B. Etiologi
Penyebab anemia menurut Sudoyo dkk dalam penelitian Indartanti dan
Apoina ditahun (2014) dalam Annisa Salsabilla Pratiwi (2022), antara lain
karena gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang belakang,
kehilangan darah (perdarahan), proses penghancuran eritrosit dalam tubuh
sebelum waktunya (hemolisis), kurangnya asupan zat besi, vitamin C, vitamin
B12, dan asam folat.
Menurut Agragawal S dalam Annisa Salsabilla Pratiwi (2022), penyebab
utama anemia yaitu gizi dan infeksi. Masalah gizi yang berkaitan dengan anemia
adalah kekurangan zat besi. Hal tersebut karena mengkonsumsi makanan yang
tidak beragam dan kaya akan zat yang dapat menghambat penyerapan zat besi
(phytates) sehingga zat besi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Kekurangan
zat besi juga bisa diperburuk oleh status gizi yang buruk, terutama yang
berkaitan dengan kekurangan asam folat, vitamin B12 dan vitamin A. Pola
konsumsi sumber penghambat penyerapan zat besi dapat berpengaruh pada
status anemia. Sumber makanan yang mengandung zat penghambat zat besi atau
yang mengandung tanin dan oksalat yaitu terdapat pada kacang-kacangan,
pisang, bayam, kopi, teh, dan coklat.
Berikut ini adalah beberapa kategori etiologi anemia.
1. Menurunnya Produksi Sel Darah Merah
a) Gangguan sintesis DNA
 Kekurangan kobalamin/vitamin B12
 Kekurangan asam folat
b) Berkurangnya sintesis hemoglobin
 Defisiensi zat besi
 Talasemia (menurunnya sintesis hemoglobin)
 Anemia sideoblastik (gagalnya pembentukan gugus
heme)
c) Menurunnya jumlah prekusor sel darah merah (hemolisis)
 Intrinsik
 Hemoglobin abnormal (anemia sel sabit)
 Defisiensi enzim

2. Abnormalitas Membran
a) Ekstrinsik
 Trauma fisik
 Antibodi (autoimun dan isoimun)
 Agen infeksi
 Toksin (bisa ular, kemoterapi)
3. Kehilangan Darah
a) Akut
 Trauma
 Pecahnya pembuluh darah
b) Kronis
 Gastritis
 Hemoroid
 Menstruasi

C. Patofisiologi

Transpor oksigen akan terganggu oleh anemia. Kurangnya hemoglobin


atau rendah nya jumlah sel darah merah, menyebabkan kurangnya pasokan
oksigen ke jaringan dan menyebabkan hipoksia. Tubuh berusaha
mengompensasi hipoksi jaringan dengan meningkatkan kecepatan produksi sel
darah merah, meningkatkan curah jantung dengan meningkatkan volume
sekuncup atau frefekuensi/denyut jantung, distribusi ulang darah dari jaringan
yang membutuhkan banyak oksigen, serta menggeser kurva disosiasi
hemoglobin-oksigen kearah kanan untuk mempermudah pelepasan oksigen ke
jaringan pada tekanan persial oksigen yang sama. (Black. J. M, Hawks. J. H.
2009).

D. Pathway

Source by: https://images.app.goo.gl/iysmz3TpZNeKfSc28


E. Manifestasi Klinis
Manifestasi yang menyertai munculnya anemia adalah sebagai akibat
tubuh yang berekasi terhadap hipoksia. Gejala bervariasi bergantung tingkat
keparahan dan kecepatan hilangnya darah, sudah beberapa lama anemia terjadi,
usia klien, dan adanya kelainan lain. Kadar hemoglobin (Hb) biasanya
digunakan untuk menegakkan tingkat keparahan anemia. Klien dengan anemia
ringan (kadar hb 10 hingga 14 g/dl) biasanya ansitomatis. Jika gejala klinis
muncul, biasanya sebagai akibat kerja terlalu keras. Klien dengan anemia sedang
(kadar Hb 6 hingga 10 g/dl) mungkin akan mengalami dispnea (sesak nafas/
nafas pendek), menggigil, diaphoresis (keringat berlebihan) saat beraktivitas,
dan kelelahan kronis. Beberapa klien dengan anemia berat (kadar Hb kurang dari
6 g/dl, misalnya klien dengan gagal ginjal kronis, dapat saja asimtomatis karena
anemia terjadi secara bertahapsedangkan pada klien lain, gejala klinis muncul
dengan segera dan melibatkan banyak sistem tubuh. Manifestasi lain muncul
bergantung pada etiologi; pemeriksaan secara seksama dapat memberikan
petunjuk mengenai etiologi.

F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut tarworto (2010) dalam Lia Aprilia (2022) pemeriksaan dilakukan
antara lain :
1. Pemeriksaan Labrotarium
- Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan suatu
ukuran kuantitatif tentang beratnya kekurangan zat besi setelah
anemia berkembang. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat
dilakukan dengan menggunakan alat sederhana seperti Hb sachli.
- Penentuan Indeks Eritrosit
Penentuan indeks eritrosit secara tidak langsung dapat dihitung
dengan flowcytometri atau menggunakan rumus:
1) Mean Corpusculer Volume (MCV) adalah volume rata-rata
eritrosit, MCV akanmenurun apabila kekurangan zat besi semakin
parah, dan pada saat anemia mulai berkembang. MCV ini salah
satu indikator kekurangan zat besi yang spesiflk setelah thalasemia
dan anemia penyakit kronis disingkirkan. Dihitung
denganmembagi hematokrit dengan angka sel darah merah. Nilai
normal 70-100 fl, mikrositik < 70 fl dan makrositik > 100 fl.
2) Mean Corpuscle Haemoglobin (MCH) adalah berat hemoglobin
rata-rata dalamsatu sel darah merah. Dihitung dengan membagi
hemoglobin dan angka sel darahmerah. Nilai normal 27-31 pg,
mikrositik hipokrom < 27 pg dan makrositik > 31 pg.
- Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC)
MCHC adalah konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata. Dihitung
dengan membagi hemoglobin dengan hematokrit. Nilai normal 30-
35% dan hipokrom <30%.
- Pemeriksaan apusan darah perifer
Pemeriksaan hapusan darah perifer dilakukan secara manual.
Pemeriksaanini dilakukan dengan memperhatikan ukuran, bentuk inti
dan sitoplasma sel darah merah. Dilakukan dengan menggunakan
flowcytometry hapusan darah yang dapat dilihat pada kolom
morfology flag.
- Luas distribusi sel darah merah (Red Distribution Wide=RDW)
Luas distribusi sel darah merah adalah parameter sel darah merah
yang masih relatif baru, dipakai secara kombinasi dengan parameter
lainnya untuk membuat klasifikasi anemia. RDW merupakan variasi
dalam ukuran sel merah untuk mendeteksi tingkat anisositosis yang
tidak kentara. Kenaikan nilai RDW salah satu manifestasi hematologi
paling awal dari kekurangan zat besi, serta lebih peka dari besi serum,
jenuh transferin, ataupun serum feritin. MCV rendah bersama dengan
naiknya RDW adalah pertanda meyakinkan dari kekurangan zat besi,
dan apabiladisertai dengan eritrosit protoporphirin dianggap menjadi
diagnostik. Nilai normal 15 %.
- Eritrosit protoporfirin (EP)
EP diukur dengan memakai haematofluorometer yang hanya
membutuhkan beberapa tetes darah dan pengalaman tekniknya tidak
terlalu dibutuhkan. EP naik pada tahap lanjut kekurangan besi
eritropoesis, dan naik secara perlahan setelah serangan kekurangan
besi terjadi.
- Besi serum (Serum Iron=SI)
Besi serum ini peka terhadap kekurangan zat besi ringan, serta
menurun setelah cadangan besi habis sebelum tingkat hemoglobin
jatuh. Keterbatasan besiserum karena variasi diurnal yang luas dan
spesitifitasnya yang kurang. Besi serum yang rendah ditemukan
setelah kehilangan darah maupun donor, pada kehamilan, infeksi
kronis, syok, pireksia, rhematoid artritis, dan malignansi. Besi serum
dipakai kombinasi dengan parameter lain, dan bukan ukuran mutlak
status besi yang spesifik.
- Serum Transferin (Tf)
Saturasi transferin adalah rasio antara zat besi serum dan kapasitas
pengikatan zat besi, dan merupakan indikator paling akurat
pengiriman zat besi ke sumsum tulang.
Penurunan saturasi transferin di bawah 10% merupakan indikator
yang dapat diandalkan mengenai kekurangan zat besi selama
perkembangan eritrosit.
Penurunan saturasi transferin dan kadar feritin serum sering digunakan
untuk mengindikasikan kekurangan zat besi.
Saturasi transferin dapat diukur dengan menghitung rasio besi serum
terhadap kapasitas pengikatan besi total (TIBC), yaitu jumlah besi
yang dapat diikat secara spesifik oleh plasma.
- Serum Feritin
Serum feritin adalah suatu parameter yang terpercaya dan sensitif
untuk menentukan cadangan besi orang sehat. Serum feritin secara
luas dipakai dalam praktek klinik dan pengamatan populasi. Serum
feritin < 12 ug/l sangat spesifik untuk kekurangan zat besi, yang
berarti kehabisan semua cadangan besi, sehingga dapat dianggap
sebagai diagnostik untuk kekurangan zat besi.
2. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai jumlah hemosiderin dalam sel-
sel retikulum. Karakteristik dari kekurangan zat besi adalah tidak ada besi
retikuler. Pengujian sumsum tulang adalah suatu teknik invasif, sehingga
sedikit dipakai untuk mengevaluasi cadangan besi dalam populasi umum.

G. Penatalaksanaan
Terapi yang diberikan pada pasien dengan anemia dapat dilakukan
dengan carasebagai berikut (Black J & Hawks J, 2014) dalam Lia Aprilia
(2022):
1. Terapi Oksigen : diberikan kepada klien dengan anemia berat, karena
darahmengalami penurunan mengikuti oksigen. Oksigen dapat
mencegah hipoksia danmengurangi beban jantung karena rendahnya
kadar HB.
2. Eritripoetin : injeksi eritropoetin dari subkutan diberikan kepada
pasien anemiakronik, karena obat ini akan membantu meningkatkan
produksi sel darah merah.supaya terapi ini efektif, pasien
diharuskankan memiliki sumsul tulang yangnormal dan asupan
nutrisi yang memadai.
3. Penggantian zat besi : zat besi ni diberikan per oral pada kebuthan
yang segera atau pada saat kebutuhan tubuh diatas normal (biasanya
pada kehamilan). pemberian per oral ini dilakukan karena mudah dan
harganya yang relatif murah. Biasanyaobat yang digunakan yaitu fero
sulfat (feosol) atau fero glukanat (fergon), 200-325mg dosis dengan
melalui oral ¾ kali pemberian/hari setelah makan. konsumsi zat besi
dengan vitamin C akan membantu penyerapan dari zat besi. pasien
biasanyamenerima suplementasi zat besi selama 6 bulan agar dapat
disimpan dalam tubuh.efek samping dari hal tersebut biasanya terjadi
mual, muntah, konstipasi atau diaredan feses berwarna hitam.
4. Terapi komponen darah: terapai ini digunakan untuk terapi penyakit
hematologidan beberapa prosedur bedah yang bergantung pada
produksi darah. produksi darahyang didapatkan dari orang lain
disebut homolog, sedangkan produksi darah yang diinfuskan kembali
dari tubuh pasien sendiri disebut autolog.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Menurut Annisa Salsabilla Pratiwi (2022)

1. Anamnesa

a. Identitas pasien

Nama pasien, alamat, umur, TTL, pekerjaan, riwayat pendidikan terakhir,


agama, nama ayah/ibu, pekerjaan ayah/ibu.

b. Keluhan utama

Biasanya pasien dengan anemia datang ke rumah sakit dengan keluhan


pusing, lelah, lemas, pucat, akral dingin, mual dan muntah, badan terasa
letih.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Berisikan tentang riwayat kesehatan yang dialami oleh pasien saat ini.

d. Riwayat kesehatan lalu

Riwayat penyakit yang mungkin pernah dialami pasien sebelumnya.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat penyakit yang mungkin dialami oleh keluarga, baik itu ibu, ayah,
ataupun saudara kandung.

2. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum
b. Kesadaran
c. Tinggi Badan dan Berat Badan
d. Tanda-Tanda Vital: Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, Suhu
e. Kepala: kesimetrisan, warna rambut, kebersihan kepala, bentuk rambut.
f. Mata: kesimetrisan, konjungtiva, kondisi sclera, pupil, refleks cahaya.
g. Hidung: kesimetrisan, mukosa hidung, fungsi penciuaman.
h. Telinga: kesimetrisan, fungsi pendengaran, kebersihan telinga.
i. Mulut: kesimetrisan, mukosa mulut, kebersihan mulut, keadaan gigi,
kebersihan gigi.
j. Leher: kesimetrisan, adanya pembesaran getah bening atau tidak, distensi
vena jugularis atau tidak, pembesaran tiroid atau tidak.
k. Dada: pergerakan dinding dada, takipnea, dipsnea, bradipnea, orthopnea,
napas pendek, ada atau tidaknya bunyi napas tambahan.
l. Abdomen: kesimetrisan, ada atau tidaknya pembesaran hati, nyeri, bising
usus
m. Genetalia: pada laki-laki apakah testis turun ke dalam skrotum dan pada
perempuan apakah labia minora tertuntun ke labia mayora.
n. Integumen: akral, pemeriksaan kulit, terdapat odem atau tidak.
o. Ekstremitas atas dan bawah: warna kuku, membrane mukosa, nyeri
ekstremitas, tonus otot.

3. Pemeriksaan diagnostik

a. Pemeriksaan penyaring (terdiri dari pengukuran kadar Hb, indeks eritrosit,


dan apusan darah tepi)
b. Pemeriksaan darah seri anemia ( hitung leukosit, trombosit, retikulosit, dan
laju endapan darah)
c. Pemeriksaan sumsum tulang dan pemeriksaan khusus sesuai jenis anemia.
Diperlukan pula pemeriksaan non hematologic tertentu, seperti pemeriksaan
faal hati, faal ginjal, faal tiroid.

B. Diagnosa Keperawatan
SDKI (2017)

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.


2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin.
3. Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan
4. Pola napas tidak efektif b.d sindrom hipoventilasi

C. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSIS TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


KEPERAWATAN HASIL
1 Intoleransi Aktivitas Toleransi Aktivitas Manajemen energi
b.d kelemahan (L.05047) (I.05178)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3 x 24 jam, Tindakan
diharapkan respons fisiologis Observasi
terhadap aktivitas yang - Identifikasi gangguan
membutuhkan tenaga fungsi tubuh yang
meningkat. mengakibatkan
Dengan kriteria hasil: kelelahan
- Frekuensi nadi - Monitor kelelahan
meningkat fisik dan emosional
- Saturasi oksigen - Monitor pola dan jam
meningkat tidur
- Kemudahan melakukan - Monitor lokasi dan
aktivitas sehari-hari ketidaknyamanan
meningkat selama melakukan
- Kecepatan berjalan aktivitas
meningkat
- Jarak berjalan Terapeutik
meningkat - Sediakan lingkungan
- Kekuatan tubuh bagian nyaman dan rendah
atas meningkat stimulus (mis. cahaya,
- Kekuatan tubuh bagian suara, kunjungan)
bawah meningkat - Lakukan latihan
- Toleransi dalam rentang gerak pasif
menaiki tangga dan atau aktif
meningkat - Berikan aktivitas
- Keluhan lelah menurun distraksi yang
- Dispnea saat aktivitas menenangkan
menurun - Fasilitasi duduk di sisi
- Dipsnea setelah tempat tidur, jika tidak
aktivitas menurun dapat berpindah atau
- Perasaan lemah berjalan
menurun
- Aritmia saat aktivitas Edukasi
menurun - Anjurkan tirah baring
- Aritmia setelah - Anjurkan melakukan
aktivitas menurun aktivitas secara
- Sianosis menurun bertahap
- Warna kulit membaik - Anjurkan
- Tekanan darah menghubungi perawat
membaik jika tanda dan gejala
- Frekuensi napas kelelahan tidak
membaik berkurang
- EKG iskemia membaik - Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi kelelahan

Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
2 Perfusi Perifer Perfusi Perifer (L.02011) Manajemen Sensasi
Tidak Efektif b.d Setelah dilakukan tindakan Perifer (I.06195)
penurunan keperawatan 3 x 24 jam,
konsentrasi diharapkan keadekuatan aliran Tindakan
hemoglobin darah, pembuluh darah distal Observasi
untuk menunjang fungsi - Identifikasi penyebab
jaringan meningkat. perubahan sensasi
Dengan kriteria hasil: - Identifikasi
- Denyut nadi perifer penggunaan alat
meningkat pengikat, prostesis,
- Penyemmbuhan luka sepatu, dan pakaian
meningkat - Periksa perbedaan
- Sensasi meningkat sensasi tajam atau
- Warna kulit pucat tumpul
menurun - Periksa perbedaan
- Edema perifer sensasi panas atau
menurun dingin
- Nyeri ekstremitas - Periksa kemampuan
menurun mengidentifikasi
- Parastesia menurun lokasi dan tekstur
- Kelemahan otot benda
menurun - Monitor terjadinya
- Kram otot menurun parestesia, jika perlu
- Bruit femoralis - Monitor perubahan
menurun kulit
- Nekrosis menurun - Monitor adanya
- Pengisisan kapiler tromboflebitis dan
membaik tromboemboli vena
- Akral membaik
- Turgor kulit membaik Terapeutik
- Tekanan darah sistolik - Hindari pemakaian
membaik benda-benda yang
- Tekanan darah berlebihan suhunya
diastolik membaik (terlalu panas atau
- Tekanan arteri rata-rata dingin)
membaik
- Indeks ankle-brachial Edukasi
membaik - Anjurkan penggunaan
termometer untuk
menguji suhu air
- Anjurkan penggunaan
sarung tangan termal
saat memasak
- Anjurkan memakai
sepatu lembut dan
bertumit rendah

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika
perlu
3 Defisit nutrisi b.d Status Nutrisi (L.06053) Manajemen Nutrisi
kurangnya asupan Setelah dilakukan tindakan (I.03119)
makanan keperawatan 3 x 24 jam,
diharapkan keadekuatan Tindakan
asupan nutrisi untuk Observasi
memenuhi kebutuhan - Identifikasi status
metabolisme membaik. nutrisi
Dengan kriteria hasil: - Identifikasi alergi dan
- Porsi makan yang intoleransi makanan
dihabiskan meningkat - Identifikasi makanan
- Kekuatan otot pengunyah yang disukai
meningkat - Identifikasi
- Kekuatan otot menelan kebutuhan kalori dan
meningkat jenis nutrien
- Serum albumin meningkat - Identifikasi perlunya
- Verbalisasi keinginan penggunaan selang
untuk meningkatkan nutrisi nasogastrik
meningkat - Monitor asupan
- Sikap terhadap makanan
makanan/minuman sesuai - Monitor berat badan
dengan tujuan kesehatan - Monitor hasil
meningkat pemeriksaan
- Perasaan cepat kenyang laboratorium
menurun
- Nyeri abdomen menurun Terapeutik
- Berat badan membaik - Lakukan oral
- Indeks Massa Tubuh (IMT) hygienis sebelum
membaik makan, jika perlu
- Frekuensi makan membaik - Fasilitasi menentukan
- Nafsu makan membaik pedoman diet (mis.
- Bising usus membaik piramida makanan)
- Tebal lipatan kulit trisep - Sajikan makanan
membaik secara menarik dan
- Membran mukosa suhu yang sesuai
membaik - Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berikan suplemen
makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian
makanan melalui
selang nasogastrik
jika asupan oral dapat
ditoleransi

Edukasi
- Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis. pereda
nyeri, antlemetik),
jika perlu
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
4 Pola napas tidak Pola Napas (L.01044) Manajemen Jalan
efektif b.d sindrom Setelah dilakukan tindakan Napas (I.01011)
hipoventilasi keperawatan 3 x 24 jam,
diharapkan inspirasi dan/atau Tindakan
ekspirasi yang memberikan Observasi
ventilasi adekuat membaik. - Monitor pola napas
Dengan kriteria hasil: (frekuensi,
- Ventilasi semenit kedalaman, usaha
meningkat napas)
- Kapasitas vital meningkat - Monitor bunyi napas
- Diameter thoraks anterior- tambahan (mis.
posterior meningkat gurgiling, mengi,
- Tekanan inspirasi wheezing, ronkhi
meningkat kering)
- Tekanan ekspirasi - Monitor sputum
meningkat (jumlah, warna,
- Dispnea menurun aroma)
- Penggunaan otot bantu
napas menurun Terapeutik
- Pemanjangan fase ekspirasi - Pertahanan kepatenan
menurun jalan napas dengan
- Ortopnea menurun head-tift dan chin-lift
- Pernapasan pursed-tip (jaw-thrust jika
menurun curiga trauma
- Pernapasan cuping hidung servikal)
menurun - Posisikan Semi-
- Frekuensi napas membaik Fowler atau Fowler
- Kedalaman napas membaik - Berikan minuman
- Ekskursi dada membaik hangat
- Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
- Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
- Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
proses McGill
- Berikan Oksigen,
Jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari,
Jika tidak
komtraindikasi
- Ajarkan teknik batuk
efektif

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

D. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan rencana keperawatan kegiatan atau tindakan yang diberikan


kepada pasien sesuai dengan rencana keperawatan atau intervensi yang telah
ditetapkan, tetapi tidak menutup kemungkinan akan berbeda dari rencana yang
ditetapkan tergantung pada bagaimana kondisi pasien di lapangan. (Ndun, 2018).

Kalimat yang digunakan pada bagian implementasi merupakan kalimat


kerja yang disesuaikan dengan intervensi keperawatan. Contohnya yaitu dengan
menambahkan kata ‘me-kan’ diawal kalimat pada intervensi.

E. Evaluasi Keperawatan

Dilaksanakan sebagai penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah


dilaksanakan sesuai pada tujuan yang ingin dicapai. Pada bagian evaluasi
keperawatan ditentukan apakah perencanaan sudah tercapai atau belum, dapat
juga tercapai sebagaian atau timbul masalah baru (Supriyati, 2018).

Evaluasi keperawatan juga menggunakan format SOAP, yang dimana S


(subjektif) merupakan data yang diperoleh dari pernyataan klien ataupun
keluarga klien, O (objektif) merupakan data yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan oleh perawat atau tenaga kesehatan lain, A(analisis) merupakan
kesimpulan dari data objektif dan subjektif, dan P (planning) yaitu rencana
tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Anemia adalah suatu kondisi dimana konsentrasi Hb (hemoglobin),
hematokrit, dan jumlah sel darah merah lebih rendah dari nilai normal atau
biasanya.
Penyebab anemia antara lain karena gangguan pembentukan eritrosit
oleh sumsum tulang belakang, kehilangan darah (perdarahan), proses
penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis), kurangnya
asupan zat besi, vitamin C, vitamin B12, dan asam folat.
Manifestasi yang menyertai munculnya anemia adalah sebagai akibat
tubuh yang berekasi terhadap hipoksia.
Pemeriksaan dilakukan antara lain :
Pemeriksaan Labrotarium yang meliputi pemeriksaan Hemoglobin (Hb),
Penentuan Indeks Eritrosit, Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration
(MCHC), Pemeriksaan apusan darah perifer, Luas distribusi sel darah merah
(Red Distribution Wide=RDW), Eritrosit protoporfirin (EP), Besi serum (Serum
Iron=SI), Serum Transferin (Tf), Serum Feritin. Selain itu terdapat juga
pemeriksaan lainnya yaitu pemeriksaan sumsum tulang.
Terapi yang diberikan pada pasien dengan anemia dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut yaitu terapi oksigen, eritripoetin, penggantian zat
besi, terapi komponen darah.
Askep yang dibuat harus sesuai dengan sistematika penulisan yang mana
dimulai dari pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi, serta
evaluasi. Askep dibuat secara lengkap berdasarkan hasil dari pengkajian yang
telah dilakukan. Penegakan diagnosa harus berdasarkan data hasil pengkajian,
baik itu data subjektif maupun data objektif.
Oleh karena itu, penting bagi perawat untuk memahami tentang penyakit
anemia dan tahu tentang bagaimana penanganan pasien yang menderita anemia.
B. Saran
Berdasarkan uraian diatas, maka sangat penting bagi kita untuk tetap
menjaga pola hidup agar tetap sehat. Salah satunya yaitu dengan konsumsi
makanan yang kaya akan zat besi. Selain itu kita juga harus mengurangi bahkan
menghindari sumber makanan yang mengandung zat penghambat zat besi atau
yang mengandung tanin dan oksalat yaitu yang terdapat pada kacang-kacangan,
pisang, bayam, kopi, teh, dan coklat.
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia Lia. (2022). LAPORAN PENDAHULUAN (ANEMIA).


https://id.scribd.com/document/554272656/LP-Anemia , Diakses pada 25
September 2023.
Black. J. M, Hawks. J. H. (2009). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH: Manajemen
Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Mulyanto. J dkk. (2014). Salemba Medika
(PT Salemba Emban Patria). Singapura.
Julia Fitriany, Amelia Intan Saputri. (2018). ANEMIA DEFISIENSI BESI.
https://ojs.unimal.ac.id/averrous/article/view/1033, diakses 25 September 2023.
Octhavia Ana (2021). Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Pasien Anemia.
https://repository.poltekkes-tjk.ac.id/id/eprint/153/6/BAB%20II.pdf, diakses 25
September 2023.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi I. Cetakan III (Revisi). Tim Pokja SDKI DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi Dan Tindakan


Keperawatan. Edisi I. Cetakan II. Tim Pokja SIKI DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi I. Cetakan II. Tim Pokja SLKI DPP PPNI.

Pratiwi Annisa Salsabilla. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN ANEMIA. http://repository.stikeshangtuah-
sby.ac.id/431/3/BAB%202%20TINJAUAN%20PUSTAKA-dikonversi.pdf
Diakes pada 26 September 2023.
Wirani Ni Putu Gita (2022). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
DIAGNOSA MEDIS ANEMIA. http://repository.stikeshangtuah-
sby.ac.id/498/1/2030078_Ni%20Putu%20Gita%20Wirani_KIA_FINAL%20A
CC.pdf, diakses 25 September 2023
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai