Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY....DENGAN


PREEKLAMSIA
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Belajar Lapangan
Stase Keperawatan Maternitas

Dosen Pembimbing Mata Kuliah : Rina Nuraeni,S.kep.,Ners.,M.Kes

Disusun Oleh :
Yudhi Rhamanda
NIM : 21149011044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES YPIB MAJALENGKA
TAHUN 2021/2022
1. Definisi
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita
hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein
uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan
berumur 28 minggu atau lebih. (Nanda, 2012)
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2008).
Pre eklamsi adalah timbulanya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan setelah usia 20 minggu atau segera setelah
persalinan (Mansjoer dkk, 2006).
2. Anatomi Fisiologi

a. Perubahan Fisiologi Wanita Hamil


Segala perubahan fisik dialami wanita selama hamil berhubungan
dengan beberapa sistem yang disebabkan oleh efek khusus dari hormon.
Perubahan ini terjadi dalam rangka persiapan perkembangan janin,
menyiapkan tubuh ibu untuk bersalin, perkembangan payudara untuk
pembentukan/produksi air susu selama masa nifas. (Salmah dkk, 2006)
b. Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah
pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat.
Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertrofi otot polos
uterus.Pada bulan-bulan pertama kehamilan bentuk uterus seperti
buah advokat, agak gepeng.Pada kehamilan 4 bulan uterus
berbentuk bulat dan pada akhir kehamilan kembali seperti semula,
lonjong seperti telur. (Wiknjosastro, H, 2006)
Perkiraan umur kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri :
1) Pada kehamilan 4 minggu fundus uteri blum teraba

2) Pada kehamilan 8 minggu, uterus membesar seperti telur bebek


fundus uteri berada di belakang simfisis.
3) Pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur angsa,
fundus uteri 1-2 jari di atas simfisis pubis.

4) ada kehamilan 16 minggu fundus uteri kira-kira pertengahan


simfisis dengan pusat.
5) Kehamilan 20 minggu, fundus uteri 2-3 jari di bawah pusat.

6) Kehamilan 24 minggu, fundus uteri kira-kira setinggi pusat.

7) Kehamilan 28 minggu, fundus uteri 2-3 jari di atas pusat.

Kehamilan 32 minggu, fundus uteri pertengahan umbilicus dan


prosessus xypoideus.

8) Kehamilan 36-38 minggu, fundus uteri kira-kira 1 jari di


bawah prosessus xypoideus.
9) Kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun kembali kira-kira 3
jari di bawah prosessus xypoideus. (Wiknjosastro, H, 2006 dan
Mandriwati, G. A. 2008).
c. Vagina
Vagina dan vulva juga mengalami perubahan akibat hormon
estrogen sehingga tampak lebih merah, agak kebiru-biruan
(livide).Tanda ini disebut tanda

Chadwick. (Wiknjosastro, H. 2006)


d. Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum
graviditatis sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan
16 minggu.Namun akan mengecil setelah plasenta terbentuk,
korpus luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron.
Lambat laun fungsi ini akan diambil alih oleh plasenta.
(Wiknjosastro, H. 2006)
e. Payudara
Payudara akan mengalami perubahan, yaitu mebesar dan
tegang akibat hormon somatomammotropin, estrogen, dan
progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Areola
mammapun tampak lebih hitam karena hiperpigmentasi.
(Wiknjosastro, H. 2006)
f. Sistem Sirkulasi
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya
sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-
pembuluh darah yang membesar pula.Volume darah ibu dalam
kehamilan bertambah secara fisiologik dengan adanya pencairan
darah yang disebut hidremia. Volume darah akan bertambah kira-
kira 25%, dengan puncak kehamilan 32 minggu, diikuti dengan
cardiac output yang meninggi kira-kira 30%. (Wiknjosastro, H.
2006).
g. Sistem Respirasi
Wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang
mengeluh rasa sesak nafas.Hal ini ditemukan pada kehamilan 32
minggu ke atas karena usus tertekan oleh uterus yang membesar ke
arah diafragma sehingga diafragma kurang leluasa bergerak.
(Wiknjosastro, H. 2006.)

h. Traktus Digestivus
Pada bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea)
karena hormon estrogen yang meningkat.Tonus otot traktus
digestivus juga menurun.Pada bulan- bulan pertama kehamilan tidak
jarang dijumpai gejala muntah pada pagi hari yang dikenal sebagai
moorning sickness dan bila terlampau sering dan banyak
dikeluarkan disebut hiperemesis gravidarum. (Wiknjosastro, H.
2006)
i. Traktus Urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan
oleh uterus yang membesar sehingga ibu lebih sering kencing dan
ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan, namun akan timbul
lagi pada akhir kehamilan karena bagian terendah janin mulai turun
memasuki Pintu Atas Panggul. (Wiknjosastro, H. 2006)
j. Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan
hiperpigmentasi karena pengaruh hormon Melanophore Stimulating
Hormone (MSH) yang dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis.
Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, dan
hidung, dikenal sebagai kloasma gravidarum. Namun Pada kulit
perut dijumpai perubahan kulit menjadi kebiru-biruan yang disebut
striae livide.

(Wiknjosastro, H. 2006)
k. Metabolisme dalam Kehamilan
Pada wanita hamil Basal Metabolik Rate (BMR) meningkat
hingga 15-20 %.Kelenjar gondok juga tampak lebih jelas, hal ini
ditemukan pada kehamilan trimester akhir.Protein yang diperlukan
sebanyak 1 gr/kg BB perhari untuk perkembangan badan, alat
kandungan, mammae, dan untuk janin, serta disimpan pula untuk
laktasi nanti.Janin membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk
pembentukan tulang terutama pada trimester ketiga.Dengan
demikian makanan ibu hamil harus mengandung kalsium, paling
tidak 1,5-2,5 gr perharinya sehingga dapat

diperkirakan 0,2-0,7 gr kalsium yang tertahan untuk keperluan janin


sehingga janin tidak akan mengganggu kalsium ibu. Wanita hamil
juga memerlukan tambahan zat besi sebanyak 800 mg untuk
pembentukan haemoglobin dalam darah sebagai persiapan agar
tidak terjadi perdarahan pada waktu persalinan. (Wiknjosastro, H.
2006)
l. Kenaikan Berat Badan
Peningkatan berat badan ibu selama kehamilan menandakan
adaptasi ibu terhadap pertumbuhan janin. Perkiraan peningkatan
berat badan adalah 4 kg dalam kehamilan 20 minggu, dan 8,5 kg
dalam 20 minggu kedua (0,4 kg/minggu dalam trimester akhir) jadi
totalnya 12,5 kg. (Salmah, Hajjah.2006. Hal.60-61)
3. Etiologi
Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum di ketahui secara
pasti,tapi pada penderita yang meninggal karena preeklamsia terdapat
perubahan yang khas pada berbagai alat.Tapi kelainan yang menyertai
penyakit ini adalah spasmus arteriole, retensi Na dan air dan coogulasi
intravaskulaer.
Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab
primer penyakit ini, akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan
berbagai gejala yang menyertai preeklamsi.
Sebab pre eklamasi belum diketahui,
a. Vasospasmus menyebabkan :

- Hypertensi

- Pada otak (sakit kepala, kejang)

- Pada placenta (solution placentae, kematian janin)

- Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)

- Pada hati (icterus)

- Pada retina (amourose)


b. Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab
preeklamsia yaitu :
- Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda,
hidramnion, dan molahidatidosa
- Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan

- Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian


janin dalam uterus
- Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.

c. Factor Perdisposisi Preeklamsi

- Molahidatidosa
- Diabetes mellitus
- Kehamilan ganda

- Hidrocepalus

- Obesitas
- Umur yang lebih dari 35 tahun

4. Klasifikasi

Preeklamsi di bagi menjadi 2 golongan yaitu :


a. Preeklamsi Ringan :

1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada


posisi berbaring terlentang, atau kenaikan diastolic 15 mmHg
atau lebih, kenaikan sistolik 30 mmHg/lebih. Cara pengukuran
sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak
periksa 1 jam, dan sebaiknya 6 jam.
2) Edema umum (kaki, jari tangan dan muka atau BB meningkat)

3) Proteinuri kuwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, sedangkan


kuwalitatif 1+ & 2+ pada urine kateter atau midstream.

b. Preeklamsi Berat
1) TD 160/110 mmHg atau lebih
2) Proteinuria 5gr atau lebih perliter

3) Oliguria (jumlah urine <500cc/24 jam)

4) Adanya gangguan serebri, gangguan visus, dan rasa nyeri pada


efigastrium
5) Terdapat edema paru dan sianosis

5. Manifestasi Klinis

a. Penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg


seminggu beberapa kali.

b. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari


tangan dan muka.

c. Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)

1) TD > 140/90 mmHg

2) Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg

3) Diastolik>15 mmHg
4) Tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut di
curigai sebagai preeklamsi
d. Proteinuria

1) Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau


pemeriksaan kuwalitatif +1 / +2.
2) Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan
kateter atau urine porsi tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6
jam.
6. Patofisiologi
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan
terjadi peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan
perfusi ke organ ,

termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari


timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan
resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial.Vasospasme
dapat diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating
pressors. Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan
organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu
timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat
terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.
7. Pohon Masalah
Pre Eklamsi
l
Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan
l
Ekspansiplasma
l
^ekspansi massa sel darah
l
Anemia fisiologis pada
kehamilan

l
Peningkatan volume plasma darah
l
Vasodilatasi
l
lresistensi vasculer sistemik
/sistemik vasculer resisten
lalbumin serum (SVR)
Itekanan osmotik keloid laliran plasma ginjal
l l
Hemokonsentrasi Laju filtrasi
l glomerulus^
■fhematoksit maternal l
l Hepatoseluler GFR
Perfusi organ maternall endoteliosis
termasuk perfusi ke unit janin glumerulus
uretroplasma l
l
Vasospasme siklik lanjut
menurunkan perfusi organ
dengan menghancurkan sel-sel
darah merah
l
Kapasitas O2 maternall
l
Kontraksi j alan IUFD lahir

1
curah jantung
1
Hipertensi arterial
1
Ketidak efektifan perfusi
jaringan perifer
Edema
1
Intoleransi aktivitas

IUGR
Duka cita
l
Penanganan pre eklamsi
l
Berat
< 36 minggu > 36 minggu Ringan
l l l
Konservatif Konservatif
Membaik Aktif Membaik Memburuk
l Gagal (12-24 l l l
Tunggu Aterm jam) Akhiri Tunggu Akkhiri
l l kehamilan aterm pada > 37
Akhiri Akhiri l minggu
kehamilan kehamilan Partus
biasa
8. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya


meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ),
kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini
meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml

b. USG : untuk mengetahui keadaan janin


c. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

9. Komplikasi
Tergantung derajat pre-eklampsianya, yang termasuk komplikasi
antara lain atonia uteri (uterus couvelaire), sindrom HELLP (Haemolysis
Elevated Liver Enzymes, Low Platelet Cown), ablasi retina, KID (Koagulasi
Intra Vaskular Diseminata), gagal ginjal, perdarahan otal, oedem paru, gagal
jantung, syok dan kematian.
Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut kronisnya

insufisiensi uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan

prematuritas.

10. Penatalaksanaan

a. Prinsip Penatalaksanaan Pre-Eklampsia

1) Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah

2) Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia

3) Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta,


pertumbuhan janin terhambat, hipoksia sampai kematian janin)
4) Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera

mungkin setelah matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko

janin atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.

b. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan

1) Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin

2) Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya,


tidak perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas
aman 140-150/90-100 mmhg).
3) Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang
hari dan minimal 8 jam pada malam hari)
4) Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur

5) Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.


6) Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat
antihipertensi : metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau
nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari,
atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari).
7) Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu

8) Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1


minggu
9) Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun
setelah 2 minggu rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1
kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien menunjukkan tanda-
tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat antihipertensi.
10) Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-
eklampsia berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan
11) Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali
ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio
plasenta, eklampsia, atau indikasi terminasi lainnya. Minimal usia
38 minggu, janin sudah dinyatakan matur.
12) Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau
dengan bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala ii.
c. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat
Dapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti :
kehamilan diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal.
Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan bersama dengan
pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap pemantauan janin dengan klinis,
USG, kardiotokografi.

1) Penanganan aktif.
Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang
khusus di daerah kamar bersalin.Tidak harus ruangan
gelap.Penderita ditangani aktif bila ada satu atau lebih kriteria ini.
- Ada tanda-tanda impending eklampsia

- Ada hellp syndrome

- Ada kegagalan penanganan konservatif

- Ada tanda-tanda gawat janin atau iugr

- Usia kehamilan 35 minggu atau lebih

Pengobatan medisinal : diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam


infus dextrose 5% sebanyak 500 cc tiap 6 jam. Cara pemberian MgSO4 :
dosis awal 2 gram intravena diberikan dalam 10 menit, dilanjutkan dengan
dosis pemeliharaan sebanyak 2 gram per jam drip infus (80 ml/jam atau
15-20 tetes/menit). Syarat pemberian MgSO4 : - frekuensi napas lebih dari
16 kali permenit - tidak ada tanda-tanda gawat napas - diuresis lebih dari
100 ml dalam 4 jam sebelumnya - refleks patella positif. MgSO4
dihentikan bila : - ada tanda-tanda intoksikasi - atau setelah 24 jam pasca
persalinan - atau bila baru 6 jam pasca persalinan sudah terdapat perbaikan
yang nyata. Siapkan antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram
dalam 10 cc NaCl 0.9%, diberikan intravena dalam 3 menit).Obat anti
hipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau
tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg.Obat yang dipakai umumnya
nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2 jam belum turun
dapat diberi tambahan 10 mg lagi. Terminasi kehamilan : bila penderita
belum in partu, dilakukan induksi persalinan dengan amniotomi, oksitosin
drip, kateter Folley, atau prostaglandin E2. Sectio cesarea dilakukan bila
syarat induksi tidak terpenuhi atau ada kontraindikasi partus
pervaginam.Pada persalinan pervaginam kala 2, bila perlu dibantu
ekstraksi vakum atau cunam.
2) Penanganan konservatif
Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai
tanda-tanda impending eclampsia dengan keadaan janin baik,
dilakukan penanganan konservatif.Medisinal : sama dengan
pada penanganan aktif. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah
mencapai tanda-tanda pre-eklampsia ringan, selambatnya
dalam waktu 24 jam. Bila sesudah 24 jam tidak ada perbaikan
maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan dan
harus segera dilakukan terminasi. jangan lupa : oksigen dengan
nasal kanul, 4-6 l / menit, obstetrik : pemantauan ketat keadaan
ibu dan janin. bila ada indikasi, langsung terminasi.
Menjelaskan tentang manfaat istirahat dan diet berguna
dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di
tempat tidur, namun pekerjaan sehari- hari perlu dikurangi, dan
dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring.Diet tinggi
protein, dan rendah lemak, karbohidat, garam dan penambahan
berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan.
Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat
penderita tanpa memberikan diuretika dan obat anthipertensi,
memang merupakan kemajuan yang penting dari pemeriksaan
antenatal yang baik. (Wiknjosastro H,2006).
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian

a. Data Biografi
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun
atau > 35 tahun, Jenis kelamin,
b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama : biasanya klirn dengan preeklamsia mengeluh


demam, sakit kepala,
2) Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi,
oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan
kabur
3) Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia,

vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM

4) Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola


hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre
eklamsia atau eklamsia sebelumnya
5) Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan
pokok maupun selingan
6) Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat
menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril
untuk menghadapi resikonya
c. Riwayat Kehamilan
Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta

riwayat kehamilan dengan eklamsia sebelumnya.

d. Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB
jika ibu pernah ikut KB maka yang ditanyakan adalah jenis
kontrasepsi, efek samping. Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila
tidak memakai lagi) serta lamanya menggunakan kontrasepsi.
e. Pola aktivitas sehari-hari
1) Aktivitas
Gejala: Biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan,
penambahan berat badan

atau penurunan BB, reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/


Tanda: Pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
2) Sirkulasi
Gejala : Biasanya terjadi penurunan oksegen.
3) Abdomen

4) Gejala :
a) Inspeksi : Biasanya Perut membuncit sesuai usia kehamilan
aterm, apakah

adanya sikatrik bekas operasi atau tidak ( - )


b) Palpasi :
Leopold I: Biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah
proc. Xyphoideus teraba massa besar, lunak, noduler
Leopold II: Teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian
- bagian kecil janin di sebelah kanan.
Leopold III: Biasanya teraba masa keras, terfiksir
Leopold IV: Biasanya pada bagian terbawah janin telah
masuk pintu atas panggul

c) Auskultasi : Biasanya terdengar BJA 142 x/1’ regular


5) Eliminasi
Gejala: Biasanya proteinuria + > 5 g/24 jam atau > 3 pada tes
celup, oliguria
6) Makanan / cairan
Gejala: Biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan
, muntah- muntah
Tanda: Biasanya nyeri epigastrium,
7) Integritas ego
Gejala: Perasaan takut.

Tanda: Cemas.
8) Neurosensori
Gejala:Biasanya terjadi hipertensi
Tanda:Biasanya terjadi kejang atau koma
9) Nyeri / kenyamanan
Gejala: Biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala,
ikterus, gangguan penglihatan.
Tanda: Biasanya klien gelisah,
10) Pernafasan
Gejala: Biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki,
Whezing, sonor Tanda:Biasanya ada irama teratur atau tidak,
apakah ada bising atau tidak.
11) Keamanan
Gejala: Apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan
spontan.
12) Seksualitas
Gejala: Status Obstetrikus
f. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum : baik, cukup, lemah


2) Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6)

3) Pemeriksaan Fisik (Persistem)

a) Sistem pernafasan : Pemeriksaan pernapasan, biasanya


pernapasan mungkin kurang, kurang dari 14x/menit, klien
biasanya mengalami sesak sehabis melakukan aktifitas,
krekes mungkin ada, adanya edema paru hiper refleksia
klonus pada kaki.
b) Sistem cardiovaskule
Inspeksi: Apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva
anemis.

Palpasi :
- Tekanan darah : Biasanya pada preeklamsia terjadi
peningkatan TD, melebihi tingkat dasar setetah 20
minggu kehamilan,
- Nadi : Biasanyanadi meningkat atau menurun

- Leher : Apakah ada bendungan atau tidak pada


Pemeriksaan Vena Jugularis, jika ada bendungan
menandakan bahwa jantung ibu mengalami gangguan.
Edema periorbital yang tidak hilang dalam kurun
waktu 24 jam Suhu dingin
Auskultasi : Untuk mendengarkan detak jantung janin
untuk mengetahui adanya fotal distress, bunyi jantung
janin yang tidak teratur gerakan janin melemah.
c) System reproduksi

- Dada yaitu Payudara : Dikaji apakah ada massa


abnormal, nyeri tekan pada payudara.
d) Genetalia

- Inspeksi : adakah pengeluaran pervaginam berupa


lendir bercampur darah, adakah pembesaran kelenjar
bartholini / tidak.
e) Abdomen

- Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak


janin, lokasi edema, periksa bagian uterus biasanya
terdapat kontraksi uterus
f) Sistem integument perkemihan

- Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada


ekstermitas akibat gangguan filtrasi glomelurus yang
meretensi garam dan natrium, (Fungsi ginjal
menurun).
- Oliguria

g) Proteinuria
- Sistem persarafan, Biasanya hiperrefleksi, klonus pada
kaki
- Sistem Pencernaan
Palpasi : Abdomen adanya nyeri tekan daerah
epigastrium (kuadran II kiri atas), anoreksia, mual dan
muntah.
2. Pengelompokan Data

a) Data Subyektif

- Biasanya ibu mengeluh Panas


- Biasanya ibu mengeluh sakit kepala

- Biasanya ibu mengeluh nyeri kepala


- Biasanya ibu mengeluh nyeri perut akibat fotal distress pada
janin

- Biasanya ibu mengeluh tegang pada perutnya

- Biasanya mengeluh nyeri

- Skala nyeri (2-4)

- Klien biasanya mengatakan kurang nafsu makan

- Klien biasanya sering mual muntah

- Klien biasanya sering bertanya

- Klien biasanya sering mengungkapkan kecemasan

b) Data Obyektif
- Biasanya teraba panas
- Biasanya tampak wajah ibu meringis kesakitan

- Biasanya ibu tampak kejang

- Biasanya ibu tampak lemah

- Biasanya penglihatan ibu kabur

- Biasanya klien tampak cemas

- Biasanya klien tampak gelisah

- Biasanya klien tampak kurus,

- biasanya klien tampak lemah, konjungtiva anemis.


- Tonus otot perut tampa tegang
- Biasanya ibu tampak meringis kesakitan

- Biasanya tamapa cemas

- Biasanya DJJ bayi cepat >160

- Bisanya ibu tampak meringis kesakitan

- biasanya ibu tampak cemas


- Bianyasa skala nyeri 4 = nyeri berat (skala nyeri 1-5)
- aktivitas janin menurun

- DJJ meningkat >160

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang bisa didapat dari pengkajian diatas yaitu:
a) Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik

b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan Ketidakmampuan dalam
memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi,
c) Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan Gangguan
mekanisme regulasi.

d) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan


e) Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan
Hambatan Kognitif.
4. Intervensi Keperawatan
a) Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik
Tujuan Setelah dilakukan perawatan tidak terjadi nyeri atau ibu
dapat mengantisipasi nyerinya
Kriteria Hasil
- Ibu mengerti penyebab nyerinya

- Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya


Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien
2. Jelaskan penyebab nyerinya 1. Ambang nyeri setiap orang
berbeda ,dengan demikian akan
3. Aj arkan ibu mengantisipasi nyeri
dapat menentukan tindakan
dengan nafas dalam bila HIS timbul perawatan yang sesuai dengan
4. Bantu ibu dengan respon pasien terhadap nyerinya.
mengusap/massage pada bagian 2. Ibu dapat memahami penyebab
yang nyeri nyerinya sehingga bisa
kooperatif
3. Dengan nafas dalam otot-otot
dapat berelaksasi , terjadi
vasodilatasi pembuluh darah,
expansi paru optimal sehingga
kebutuhan 02 pada jaringan
terpenuhi
4. Untuk mengalihkan perhatian
pasien
b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan
karena faktor biologi. Tujuan : Setelah dilakukan perawatan nafsu
makan meningkat atu normal

Kriteria hasil
- BB meningkat atau normal
- tidal ada tanda-tanda mal nutrisi
- kekuatan menggenggan
Intervensi Rasional
1. 2. Kaji adanya alergi makanan
3. Anjurkan pasien 1. Untuk mengetahui apakah pasien ada
untuk alergi makanan
meningkatkan intake Fe 2. intake fe dapat meningkatkan
4. Berikan substansi gula kekuatan tulang
5. Berikan makanan yang terpilih 3. substansi gula dapat meningkatkan
(sudah dikonsultasikan dengan energi pasien
ahli gizi 4. Untuk memenuhi status gizi pasien
6. Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan 5. Catatan harian makanan dapat
harian
mengetahui asupan nutrisi pasien

c) Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan Gngguan


mekanisme regulasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam
diharapkan volume cairan seimbang.
Kriteria Hasil :
- Tidak terdapat tanda-tanda edema.

- Hasil laboratorium hematokrit dalam batas normal.


- Menggunakan pemahaman tentang kebutuhan akan pemantauan
peningkatan tekanan
- darah, protein dan urine.
____________Intervensi_________________________Rasional_____________
1. Pantau masukan dan pengeluaran cairan 1. Pembatasan dalam pemberian
setiap hari. cairan dapat mengurangi odema.
2. Timbang berat badan secara rutin. 2. Mengetahui peningkatan berat badan yang
3. Pantau tanda-tanda vital, catat waktu berlebih
3. Menjaga peningkatan vital sign berlebih.
pengisian kapiler.
4. Menghindari edema anasarka. Krena cairan
4. Kaji ulang masukan diit dari yang tidakmampu keluar
5. Perhatikan tanda-tanda edema  berlebihan 5. Pembesaran vena jugularis merupakan tanda
atau berlanjut. dari  pembengkakan dri jantung
6. Kaji distensi vena jugularis. pembengkakan dri jantung.
7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
d) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang
atau hilang
Kriteria Hasil :
- Ibu tampak tenang

- Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan

- Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang

Rasional
1. tingkat kecemasan ibu 1. Tingkat kecemasan ringan dan sedang
bisa ditoleransi dengan
pemberianpengertian Sedangkan yang
berat Diperlukan tindakan
medikamentosa

2. Jelaskan mekanisme proses 2. Pengetahuan terhadap proses


persalinan persalinan diharapkan dapat
mengurangi emosional ibu

3. gali dan tingkatkan


mekanisme koping ibu yang 3. Kecemasan akan dapat teratasi jika
efektif mekanisme koping yang dimiliki ibu
efektif
4. Beri support system pada
ibu

4. ibu dapat mempunyai motivasi untuk


menghadapi keadaan yang sekarang
secara lapang dada asehingga dapat
membawa ketenangan hati
e) Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan Hambatan

Kognitif.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x30
menit diharapkan pengetahuan bertambahan
Kriteria hasil : Mengungkapkan pemahaman tentang proses
penyakit, Klien
tidak cemas.

Intervensi Rasional
1. Berikan informasi tentang tanda dan 1. Pemberian informasi dapat mencegah
gejala yang mengindentifikasi kondisi komplikasi
yang memburuk. 2. Kliaen dapat mempertahankan konsumsi
2. Berikan informasi tentang jaminan protein yang adekuat
protein adekuat dalam diit klien dengan 3. Informasi yang diperoleh akan
kemungkinan atau pre- eklamsia ringan. mempertahankan status kesehatan pasien.
3. Pertahankan agar klien dapat informasi
tentang kondisi kesehatan, hasil tes, dan
kesejahteraan janin.
DAFTAR PUSTAKA
Chapman, Vicky. (2006). Asuhan Kebidanan Persalinan &
Kelahiran.Jakarta :EGC

Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI. (2006). Pedoman Pengelolaan


Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia, edisi (2). Kelompok Kerja
Penyusun

Manuaba, Ida Bagus Gede. (2010). Ilmu Penyakit Kandungan dan


KB.Jakarta :EGC

Manjoer, Arif, dkk. (2009). Kapita Selekta Edisi Ketiga Jilid Ketiga.Jakarta :
Media Aesculapius

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed rev, Jakarta:


Rineka Cipta

Prawirohardjo, S. (2008). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta : YBP

Prawirohardjo, S. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP

Robert J. M.(2007). Carl A Hubel Oxydative Stress in Preeclampsia. AJOG, 190:


117 - 8

Sofoewan S.(2007). Preeklampsia - Eklampsia di Beberapa Rumah Sakit di


Indonesia, patogen. Dasar - Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran
danKesehatan esis, dan kemungkinan pencegahannya. MOGI, 27; 141 -
151.

Syaifudin.(2006). Anatomi Fisiologi.EGC. Jakarta.

Yusmardi.(2010). Perbandingan Kadar Asam Folat Serum


MaternalPreeklampsia Berat dengan Kehamilan Normal. Tesis Bagian
Obgyn FK USU : RSUP Haji Adam Malik

Anda mungkin juga menyukai