Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

PRE EKLAMSI BERAT(PEB)

1.  Definisi
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak
menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan
gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih.
(Nanda, 2012)
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2008).
Pre eklamsi adalah timbulanya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer
dkk, 2006).  

2. Anatomi Fisiologi
Perubahan Fisiologi Wanita Hamil
Segala perubahan fisik dialami wanita selama hamil berhubungan dengan
beberapa sistem yang disebabkan oleh efek khusus dari hormon. Perubahan ini
terjadi dalam rangka persiapan perkembangan janin, menyiapkan tubuh ibu untuk
bersalin, perkembangan payudara untuk pembentukan/produksi air susu selama
masa nifas. (Salmah dkk, 2006, hal.47)

a.         Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh estrogen
dan progesteron yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya
disebabkan oleh hipertrofi otot polos uterus.Pada bulan-bulan pertama kehamilan
bentuk uterus seperti buah advokat, agak gepeng.Pada kehamilan 4 bulan uterus
berbentuk bulat dan pada akhir kehamilan kembali seperti semula, lonjong seperti
telur. (Wiknjosastro, H, 2006, hal. 89)
Perkiraan umur kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri :
1)        Pada kehamilan 4 minggu fundus uteri blum teraba
2)        Pada kehamilan 8 minggu, uterus membesar seperti telur bebek
fundus uteri berada di belakang simfisis.
3)        Pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur angsa, fundus uteri
1-2 jari di atas simfisis pubis.
4)        Pada kehamilan 16 minggu fundus uteri kira-kira pertengahan simfisis
dengan pusat.
5)        Kehamilan 20 minggu, fundus uteri 2-3 jari di bawah pusat.
6)        Kehamilan 24 minggu, fundus uteri kira-kira setinggi pusat.
7)        Kehamilan 28 minggu, fundus uteri 2-3 jari di atas pusat.
8)        Kehamilan 32 minggu, fundus uteri pertengahan umbilicus dan
prosessus xypoideus.
9)        Kehamilan 36-38  minggu, fundus uteri kira-kira 1 jari di bawah
prosessus xypoideus.
10)    Kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun kembali kira-kira 3 jari di
bawah prosessus xypoideus. (Wiknjosastro, H, 2006. Hal. 90-91 dan
Mandriwati, G. A. 2008. Hal. 90).
b.         Vagina
Vagina dan vulva juga mengalami perubahan akibat hormon estrogen
sehingga tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide).Tanda ini disebut
tanda Chadwick. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 95)
c.         Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatis
sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu.Namun
akan mengecil setelah plasenta terbentuk, korpus luteum ini mengeluarkan
hormon estrogen dan progesteron. Lambat laun fungsi ini akan diambil alih
oleh plasenta. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal .95)
d.        Payudara
Payudara akan mengalami perubahan, yaitu mebesar dan tegang akibat
hormon somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum
mengeluarkan air susu. Areola mammapun tampak lebih hitam karena
hiperpigmentasi. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 95)
e.         Sistem Sirkulasi
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi
ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang
membesar pula.Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara
fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia. Volume
darah akan bertambah kira-kira 25%, dengan puncak kehamilan 32 minggu,
diikuti dengan cardiac output yang meninggi kira-kira 30%. (Wiknjosastro,
H. 2006. Hal. 96).
f.          Sistem Respirasi
Wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang mengeluh
rasa sesak nafas.Hal ini ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas karena
usus tertekan oleh uterus yang membesar ke arah diafragma sehingga
diafragma kurang leluasa bergerak. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 96)
g.         Traktus Digestivus
Pada bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea) karena
hormon estrogen yang meningkat.Tonus otot traktus digestivus juga
menurun.Pada bulan-bulan pertama kehamilan tidak jarang dijumpai gejala
muntah pada pagi hari yang dikenal sebagai moorning sickness dan bila
terlampau sering dan banyak dikeluarkan disebut hiperemesis gravidarum.
(Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 97)
h.         Traktus Urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh
uterus yang membesar sehingga ibu lebih sering kencing dan ini akan hilang
dengan makin tuanya kehamilan, namun akan timbul lagi pada akhir
kehamilan karena bagian terendah janin mulai turun memasuki Pintu Atas
Panggul. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 97)
i.           Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi
karena pengaruh hormon Melanophore Stimulating Hormone (MSH) yang
dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat deposit
pigmen pada dahi, pipi, dan hidung, dikenal sebagai kloasma gravidarum.
Namun Pada kulit perut dijumpai perubahan kulit menjadi kebiru-biruan
yang disebut striae livide. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 97)
j.           Metabolisme dalam Kehamilan
Pada wanita hamil Basal Metabolik Rate (BMR) meningkat hingga 15-
20 %.Kelenjar gondok juga tampak lebih jelas, hal ini ditemukan pada
kehamilan trimester akhir.Protein yang diperlukan sebanyak 1 gr/kg BB
perhari untuk perkembangan badan, alat kandungan, mammae, dan untuk
janin, serta disimpan pula untuk laktasi nanti.Janin membutuhkan 30-40 gr
kalsium untuk pembentukan tulang terutama pada trimester ketiga.Dengan
demikian makanan ibu hamil harus mengandung kalsium, paling tidak 1,5-
2,5 gr perharinya sehingga dapat diperkirakan 0,2-0,7 gr kalsium yang
tertahan untuk keperluan janin sehingga janin tidak akan mengganggu
kalsium ibu. Wanita hamil juga memerlukan tambahan zat besi sebanyak 800
mg untuk pembentukan haemoglobin dalam darah sebagai persiapan agar
tidak terjadi perdarahan pada waktu persalinan. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal.
98)
k.         Kenaikan Berat Badan
Peningkatan berat badan ibu selama kehamilan menandakan adaptasi
ibu terhadap pertumbuhan janin. Perkiraan peningkatan berat badan adalah 4
kg dalam kehamilan 20 minggu, dan 8,5 kg dalam 20 minggu kedua (0,4
kg/minggu dalam trimester akhir) jadi totalnya 12,5 kg. (Salmah,
Hajjah.2006. Hal.60-61)

3)      Etiologi
Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum di ketahui secara pasti,tapi
pada penderita yang meninggal karena preeklamsia terdapat perubahan yang khas
pada berbagai alat.Tapi kelainan yang menyertai penyakit ini adalah spasmus
arteriole, retensi Na dan air dan coogulasi intravaskulaer.
Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit
ini, akan tetapi vasospasmus  ini yang menimbulkan berbagai gejala yang
menyertai preeklamsi.
Sebab pre eklamasi belum diketahui,
a.         Vasospasmus menyebabkan :
·           Hypertensi
·           Pada otak (sakit kepala, kejang)
·           Pada placenta (solution placentae, kematian janin)
·           Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)
·           Pada hati (icterus)
·           Pada retina (amourose)
b.         Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia
yaitu :
·           Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda,
hidramnion, dan molahidatidosa
·           Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan
·           Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin
dalam uterus
·           Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.
c.         Factor Perdisposisi Preeklamsi
·           Molahidatidosa
·           Diabetes melitus
·           Kehamilan ganda
·           Hidrocepalus
·           Obesitas
·           Umur yang lebih dari 35 tahun

4)      Klasifikasi
Preeklamsi di bagi menjadi 2 golongan yaitu :
a.         Preeklamsi Ringan :
1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi berbaring
terlentang, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih, kenaikan sistolik 30
mmHg/lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan
dengan jarak periksa 1 jam, dan sebaiknya 6 jam.
2) Edema umum (kaki, jari tangan dan muka atau BB meningkat)
3) Proteinuri kuwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, sedangkan kuwalitatif 1+ & 2+
pada urine kateter atau midstream.
b.         Preeklamsi Berat
1)        TD 160/110 mmHg atau lebih
2)        Proteinuria 5gr atau lebih perliter
3)        Oliguria (jumlah urine <500cc/24 jam)
4)        Adanya gangguan serebri, gangguan visus, dan rasa nyeri pada
efigastrium
5)        Terdapat edema paru dan sianosis
5)      Manifestasi Klinis
a.         penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu
beberapa kali.
b.         Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan
dan muka.
c.         Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)
1)        TD > 140/90 mmHg atau
2)        Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg
3)        Diastolik>15 mmHg
4)        tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut di curigai
sebagai preeklamsi
d.        Proteinuria
1)        Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan
kuwalitatif  +1 /  +2.
2)        Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter
atau urine porsi tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam.
6)      Patofisiologi
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan
terjadi peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi
ke organ , termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar
dari timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan
resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial.Vasospasme dapat
diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre
eklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain.
Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan
pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth
Retardation.
8)      Pemeriksaan Penunjang
a.         Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar
hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric
acid biasanya > 7 mg/100 ml
b.         USG : untuk mengetahui keadaan janin
c.         NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

9)      Komplikasi
Tergantung derajat pre-eklampsianya, yang termasuk komplikasi antara
lain atonia uteri (uterus couvelaire), sindrom HELLP (Haemolysis Elevated Liver
Enzymes, Low Platelet Cown), ablasi retina, KID (Koagulasi Intra Vaskular
Diseminata), gagal ginjal, perdarahan otal, oedem paru, gagal jantung, syok dan
kematian.
Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut kronisnya insufisiensi
uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas.

10)       Penatalaksanaan
a.         Prinsip Penatalaksanaan Pre-Eklampsia
1)        Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
2)        Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
3)        Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta,
pertumbuhan janin terhambat, hipoksia sampai kematian janin)
4)        Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera
mungkin setelah matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin
atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.
b.        Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan
1)        Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin
2)        Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya,
tidak perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman
140-150/90-100 mmhg).
3)        Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang
hari dan minimal 8 jam pada malam hari)
4)        Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
5)        Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
6)        Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat
antihipertensi : metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau
nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari,
atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari).
7)        Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu
8)        Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1
minggu
9)        Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun
setelah 2 minggu rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1
kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien menunjukkan tanda-tanda
pre-eklampsia berat. Berikan juga obat antihipertensi.
10)    Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-
eklampsia berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan
11)    Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali
ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta,
eklampsia, atau indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu,
janin sudah dinyatakan matur.
12)    Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau
dengan bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala ii.

c.         Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat
Dapat ditangani secara aktif atau konservatif.  Aktif berarti :
kehamilan diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal.
Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan
medisinal. Prinsip : Tetap pemantauan janin dengan klinis, USG,
kardiotokografi.
1)      Penanganan aktif.
Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang
khusus di daerah kamar bersalin.Tidak harus ruangan gelap.Penderita
ditangani aktif bila ada satu atau lebih kriteria ini.
·           Ada tanda-tanda impending eklampsia
·           Ada hellp syndrome
·           Ada kegagalan penanganan konservatif
·           Ada tanda-tanda gawat janin atau iugr   
·           Usia kehamilan 35 minggu atau lebih
Pengobatan medisinal : diberikan obat anti kejang MgSO4
dalam infus dextrose 5% sebanyak 500 cc tiap 6 jam. Cara pemberian
MgSO4 : dosis awal 2 gram intravena diberikan dalam 10 menit,
dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan sebanyak 2 gram per jam drip
infus (80 ml/jam atau 15-20 tetes/menit). Syarat pemberian MgSO4 : –
frekuensi napas lebih dari 16 kali permenit – tidak ada tanda-tanda
gawat napas – diuresis lebih dari 100 ml dalam 4 jam sebelumnya –
refleks patella positif. MgSO4 dihentikan bila : – ada tanda-tanda
intoksikasi – atau setelah 24 jam pasca persalinan – atau bila baru 6
jam pasca persalinan sudah terdapat perbaikan yang nyata. Siapkan
antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc NaCl
0.9%, diberikan intravena dalam 3 menit).Obat anti hipertensi
diberikan bila tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau tekanan
darah diastolik lebih dari 110 mmHg.Obat yang dipakai umumnya
nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2 jam belum
turun dapat diberi tambahan 10 mg lagi. Terminasi kehamilan : bila
penderita belum in partu, dilakukan induksi persalinan dengan
amniotomi, oksitosin drip, kateter Folley, atau prostaglandin E2. Sectio
cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak terpenuhi atau ada
kontraindikasi partus pervaginam.Pada persalinan pervaginam kala 2,
bila perlu dibantu ekstraksi vakum atau cunam.
2)      Penanganan konservatif
Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-
tanda impending eclampsia dengan keadaan janin baik, dilakukan
penanganan konservatif.Medisinal : sama dengan pada penanganan
aktif. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda pre-
eklampsia ringan, selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah 24
jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan
pengobatan dan harus segera dilakukan terminasi. jangan lupa :
oksigen dengan nasal kanul, 4-6 l / menit, obstetrik : pemantauan ketat
keadaan ibu dan janin. bila ada indikasi, langsung terminasi.
Menjelaskan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam
pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur,
namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih
banyak duduk dan berbaring.Diet tinggi protein, dan rendah lemak,
karbohidat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan
perlu dianjurkan.
Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat
penderita tanpa memberikan diuretika dan obat anthipertensi, memang
merupakan kemajuan yang penting dari pemeriksaan antenatal yang
baik. (Wiknjosastro H,2006).

11)  Konsep Dasar Keperawatan


1.         Pengkajian
1)        Data Biografi
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun atau > 35
tahun, Jenis kelamin,
2)        Riwayat Kesehatan
·           keluhan Utama : biasanya  klirn dengan preeklamsia mengeluh
demam, sakit kepala,
·           Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema,
pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
·           Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia,
vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM
·           Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau
eklamsia sebelumnya
·           Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan
pokok maupun selingan
·           Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat
menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril
untuk menghadapi resikonya
3)        Riwayat Kehamilan
Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta
riwayat kehamilan dengan eklamsia sebelumnya.
4)        Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika
ibu pernah ikut KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek
samping. Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi)
serta lamanya menggunakan kontrasepsi.
5)        Pola aktivitas sehari-hari
a.         Aktivitas
Gejala    :   
Biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan, penambahan
berat badan atau penurunan BB, reflek fisiologis +/+, reflek
patologis -/-.
Tanda    :   
Pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
b.        Sirkulasi
Gejala    :   
Biasanya terjadi penurunan oksegen.
c.         Abdomen
Gejala :
·      Inspeksi :
Biasanya Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm,
apakah adanya sikatrik bekas operasi atau tidak  ( - )
·      Palpasi :
Leopold I :
Biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc.
Xyphoideus teraba massa besar, lunak, noduler
Leopold II :
Teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian
kecil janin di sebelah kanan.
Leopold III :
Biasanya teraba masa keras, terfiksir
Leopold IV :
Biasanya pada  bagian terbawah janin telah masuk pintu
atas panggul
·      Auskultasi :
Biasanya terdengar BJA 142 x/1’ regular
d.        Eliminasi
Gejala :
Biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup,
oliguria
e.         Makanan / cairan
Gejala :
Biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan ,
muntah-muntah
Tanda :
Biasanya nyeri epigastrium,
f.         Integritas ego
Gejala :
Perasaan takut.
Tanda :
 Cemas.
g.        Neurosensori
Gejala :
Biasanya terjadi hipertensi
Tanda :
Biasanya terjadi kejang atau koma
h.        Nyeri / kenyamanan
Gejala :
Biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus,
gangguan penglihatan.
Tanda :
Biasanya klien gelisah,
i.          Pernafasan
Gejala :
Biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki, Whezing,
sonor
Tanda :
Biasanya ada irama teratur atau tidak, apakah ada bising atau
tidak.
j.          Keamanan
Gejala :
Apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan spontan.
k.        Seksualitas
Gejala :
Status Obstetrikus
6)        Pemeriksaan Fisik
a.         Keadaan Umum : baik, cukup, lemah
b.        Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6)
c.         Pemeriksaan Fisik (Persistem)
·         Sistem pernafasan
Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin
kurang, kurang dari 14x/menit, klien biasanya mengalami sesak
sehabis melakukan aktifitas,  krekes mungkin ada, adanya
edema paru hiper refleksia klonus pada kaki.
·         Sistem cardiovaskuler
Inspeksi :

Apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis.

Palpasi  :

o  Tekanan darah :

Biasanya pada preeklamsia terjadi peningkatan TD,


melebihi tingkat dasar setetah 20 minggu kehamilan,

o  Nadi            :
Biasanyanadi meningkat atau menurun

o  Leher           :
Apakah ada bendungan atau tidak  pada Pemeriksaan
Vena Jugularis, jika ada bendungan menandakan bahwa
jantung ibu mengalami gangguan. Edema periorbital yang
tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam Suhu dingin

Auskultasi :
Untuk mendengarkan detak jantung janin untuk
mengetahui adanya fotal distress, bunyi jantung janin yang
tidak teratur gerakan janin melemah.

·         System reproduksi
a.    Dada
Payudara : Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan
pada payudara.
b.    Genetalia
Inspeksi : adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir
bercampur darah, adakah pembesaran kelenjar
bartholini / tidak.
c.    Abdomen
Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin,
lokasi edema, periksa bagian uterus biasanya
terdapat kontraksi uterus
·         Sistem integument perkemihan
a.    Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada
ekstermitas akibat gangguan filtrasi glomelurus yang
meretensi garam dan natrium, (Fungsi ginjal menurun).
b.    Oliguria
c.    Proteinuria
·         Sistem persarafan
Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki
·         Sistem Pencernaan
Palpasi : Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium
(kuadran II kiri atas), anoreksia, mual dan muntah.

·         Pengelompokan Data
a.         Data Subyektif
§  Biasanya ibu mengeluh Panas
§  Biasanya  ibu mengeluh sakit kepala
§  Biasanya ibu mengeluh nyeri kepala
§  Biasanya ibu mengeluh nyeri perut akibat fotal distress
pada janin
§  Biasanya ibu mengeluh tegang pada perutnya
§  Biasanya mengeluh nyeri
§  Skala nyeri (2-4)
§  Klien biasanya mengatakan kurang nafsu makan
§  Klien biasanya  sering mual muntah
§  Klien biasanya sering bertanya
§  Klien biasanya sering mengungkapkan kecemasan
b.        Data Obyektif
§  Biasanya teraba panas
§  Biasanya tampak wajah ibu meringis kesakitan
§  Biasanya ibu tampak kejang
§  Biasanya ibu tampak lemah
§  Biasanya penglihatan ibu kabur
§  Biasanya klien tampak cemas
§  Biasanya klien tampak gelisah
§  Biasanya klien tampak kurus,
§  biasanya klien tampak lemah, konjungtiva anemis.
§  Tonus otot perut tampa tegang
§  Biasanya ibu tampak meringis kesakitan
§  Biasanya tamapa cemas
§  Biasanya DJJ bayi cepat >160
§  Bisanya ibu tampak meringis kesakitan
§  biasanya ibu tampak cemas
§  Bianyasa skala nyeri  4 = nyeri berat (skala nyeri 1-5)
§  aktivitas janin menurun
§  DJJ meningkat >160

2.         Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan protein plasma
2. Penurunan curah jantung b.d hipovolemia
3. Kelebihan volume cairan berhubungn dengan penurunan tekanan osmotic
danpeningkatan permeabilitas vaskule
4.  Resiko tinggi cidera b.d kejang tonik – klonik, penurunan jumlah platelet
5.  Perubahan perfusi jaringan utero-placenta b.d vasospasme arteri spiral
6. Perubahan rasa nyaman: Nyeri
7. Resiko tinggi perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan
tidak adekuat (nausea, vomit

3.         Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
Berhubungan dengan: Fluid balance  Pertahankan catatan intake
-    Kehilangan volume Hydration dan output yang akurat
cairan secara aktif Nutritional Status : Food  Monitor status hidrasi
-    Kegagalan and Fluid Intake ( kelembaban membran
mekanisme Setelah dilakukan mukosa, nadi adekuat,
pengaturan tindakan keperawatan tekanan darah ortostatik ),
selama….. defisit volume jika diperlukan
DS : cairan teratasi dengan  Monitor hasil lab yang
-    Haus kriteria hasil: sesuai dengan retensi cairan
DO:  Mempertahankan (BUN , Hmt , osmolalitas
- Penurunan urine output sesuai urin, albumin, total
turgor dengan usia dan BB, protein )
kulit/lidah BJ urine normal,  Monitor vital sign setiap
- Membran  Tekanan darah, nadi, 15menit – 1 jam
mukosa/kulit suhu tubuh dalam  Kolaborasi pemberian
kering batas normal cairan IV
- Peningkatan  Tidak ada tanda  Monitor status nutrisi
denyut nadi, tanda dehidrasi,  Berikan cairan oral
penurunan Elastisitas turgor  Berikan penggantian
tekanan darah, kulit baik, membran nasogatrik sesuai output
penurunan mukosa lembab, (50 – 100cc/jam)
volume/tekanan tidak ada rasa haus  Dorong keluarga untuk
nadi yang berlebihan membantu pasien makan
- Pengisian vena  Orientasi terhadap  Kolaborasi dokter jika
menurun waktu dan tempat tanda cairan berlebih
- Perubahan baik muncul meburuk
status mental  Jumlah dan irama
- Konsentrasi  Atur kemungkinan tranfusi
pernapasan dalam
urine meningkat  Persiapan untuk tranfusi
batas normal
- Temperatur  Pasang kateter jika perlu
tubuh  Elektrolit, Hb, Hmt  Monitor intake dan urin
meningkat dalam batas normal output setiap 8 jam
- Kehilangan  pH urin dalam batas
berat badan normal
secara tiba-tiba  Intake oral dan
- Penurunan urine intravena adekuat
output
- HMT meningkat
- Kelemahan

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Penurunan curah jantung b/d NOC : NIC :
hipovolemia. ·     Cardiac Pum  Evaluasi adanya
peffectiveness nyeri dada
DO/DS: ·     Circulation Status  Catat adanya
- Aritmia,takikardia, ·     Vital Sign Status disritmia jantung
bradikardia Tissue perfusion: perifer  Catat adanya tanda
- Palpitasi, oedem Setelah dilakukan asuhan dan gejala
- Kelelahan selama………penurunan penurunan cardiac
- Peningkatan/penurunan kardiak output klien putput
JVP teratasi dengan kriteria  Monitor status
- Distensi vena jugularis hasil: pernafasan yang
- Kulit dingin dan  Tanda Vital dalam menandakan gagal
lembab rentang normal jantung
- Penurunan denyut nadi (Tekanan darah, Nadi,  Monitor balance
perifer respirasi) cairan
- Oliguria, kaplari refill   Dapat mentoleransi  Monitor respon
lambat aktivitas, tidak ada pasien terhadap
- Nafas pendek/ sesak kelelahan efek pengobatan
nafas  Tidak ada edema paru, antiaritmia
- Perubahan warna kulit perifer, dan tidak ada  Atur periode
- Batuk, bunyi jantung asites latihan dan istirahat
S3/S4  Tidak ada penurunan untuk menghindari
- Kecemasan kesadaran kelelahan
 AGD dalam batas  Monitor toleransi
normal aktivitas pasien
 Tidak ada distensi  Monitor adanya
vena leher dyspneu, fatigue,
 Warna kulit normal tekipneu dan
ortopneu
 Anjurkan untuk
menurunkan stress
 Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
 Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
 Monitor TD, nadi,
RR, sebelum,
selama, dan setelah
aktivitas
 Monitor jumlah,
bunyi dan irama
jantung
 Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan
 Monitor pola
pernapasan
abnormal
 Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis
perifer
 Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
 Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
 Jelaskan pada
pasien tujuan dari
pemberian oksigen
 Sediakan informasi
untuk mengurangi
stress
 Kelola pemberian
obat anti aritmia,
inotropik,
nitrogliserin dan
vasodilator untuk
mempertahankan
kontraktilitas
jantung
 Kelola pemberian
antikoagulan untuk
mencegah trombus
perifer
 Minimalkan stress
lingkungan

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko Injury NOC : NIC : Environment
Risk Kontrol Management (Manajemen
Faktor-faktor risiko : Immune status lingkungan)
Eksternal Safety Behavior  Sediakan
- Fisik (contoh : Setelah dilakukan tindakan lingkungan yang
rancangan struktur keperawatan aman untuk pasien
dan arahan selama…. Klien tidak  Identifikasi
masyarakat, mengalami injury dengan kebutuhan
bangunan dan atau kriterian hasil: keamanan pasien,
perlengkapan; mode  Klien terbebas dari sesuai dengan
transpor atau cara cedera kondisi fisik dan
perpindahan;  Klien mampu fungsi
Manusia atau menjelaskan kognitif  pasien dan
penyedia pelayanan cara/metode riwayat penyakit
- Biologikal untukmencegah terdahulu pasien
( contoh : tingkat injury/cedera  Menghindarkan
imunisasi dalam  Klien mampu lingkungan yang
masyarakat, menjelaskan factor berbahaya (misalnya
mikroorganisme) risiko dari memindahkan
- Kimia (obat- lingkungan/perilaku perabotan)
obatan:agen personal  Memasang side rail
farmasi, alkohol,  Mampumemodifikasi tempat tidur
kafein, nikotin, gaya hidup  Menyediakan
bahan pengawet, untukmencegah injury tempat tidur yang
kosmetik; nutrien:  Menggunakan fasilitas nyaman dan bersih
vitamin, jenis kesehatan yang ada  Menempatkan
makanan; racun;  Mampu mengenali saklar lampu
polutan) perubahan status ditempat yang
- Psikolgik (orientasi kesehatan mudah dijangkau
afektif) pasien
- Mal nutrisi  Membatasi
- Bentuk darah pengunjung
abnormal, contoh :  Memberikan
leukositosis/leukope penerangan yang
nia cukup
- Perubahan faktor  Menganjurkan
pembekuan, keluarga untuk
- Trombositopeni menemani pasien.
- Sickle cell
 Mengontrol
- Thalassemia,
lingkungan dari
- Penurunan Hb,
kebisingan
- Imun-autoimum
 Memindahkan
tidak
barang-barang yang
berfungsi.Biokimia,
dapat
fungsi regulasi
membahayakan
(contoh : tidak
 Berikan penjelasan
berfungsinya
pada pasien dan
sensoris)
keluarga atau
- Disfugsi gabungan
pengunjung adanya
- Disfungsi efektor
perubahan status
- Hipoksia jaringan
kesehatan dan
- Perkembangan usia
penyebab penyakit.
(fisiologik,
psikososial)
- Fisik (contoh :
kerusakan
kulit/tidak utuh,
berhubungan
dengan mobilitas)
DAFTAR PUSTAKA

Chapman, Vicky. (2006). Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran.Jakarta :EGC


Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI. (2006). Pedoman Pengelolaan
Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia, edisi (2). Kelompok Kerja
Penyusun
Manuaba, Ida Bagus Gede. (2010). Ilmu Penyakit Kandungan dan KB.Jakarta :EGC
Manjoer, Arif, dkk. (2009). Kapita Selekta Edisi Ketiga Jilid Ketiga.Jakarta :Media
Aesculapius
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed rev, Jakarta: Rineka
Cipta
Prawirohardjo, S. (2008). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : YBP
Prawirohardjo, S. (2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP
Robert J. M.(2007). Carl A Hubel Oxydative Stress in Preeclampsia. AJOG, 190:
117 – 8
Sofoewan S.(2007). Preeklampsia – Eklampsia di Beberapa Rumah Sakit
diIndonesia, patogen. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran
danKesehatan esis, dan kemungkinan pencegahannya. MOGI, 27; 141 – 151.
Syaifudin.(2006). Anatomi Fisiologi.EGC. Jakarta.
Yusmardi.(2010). Perbandingan Kadar Asam Folat Serum MaternalPreeklampsia
Berat dengan Kehamilan Normal. Tesis Bagian Obgyn FK USU : RSUP Haji
Adam Malik

Anda mungkin juga menyukai