Di susun oleh :
Dwi Rori Fajarotin
(202006105)
Mengetahui,
1. Definisi
Serangan otak merupakan istilah kontemporer untuk stroke atau cedera
serebrovaskuler yang mengacu kepada gangguan suplai darah otak secara
mendadak sebagai akibat dari oklusi pembuluh darah parsial atau total, atau akibat
pecahnya pembuluh darah otak (Chang, 2010).
Stroke merupakan gangguan mendadak pada sirkulasi serebral di satu
pembuluh darah atau lebih yang mensuplai otak.Stroke menginterupsi atau
mengurangi suplai oksigen dan umumnya menyebabkan kerusakan serius atau
nekrosis di jaringan otak (Williams, 2008).
Stroke diklasifikasikan menjadi dua, yaitu stroke hemoragik (primary
hemorrhagic strokes) dan stroke non hemoragik (ischemic strokes) .
Menurut Price, (2006) stroke non hemoragik (SNH) merupakan gangguan
sirkulasi cerebri yang dapat timbul sekunder dari proses patologis pada pembuluh
misalnya trombus, embolus atau penyakit vaskuler dasar seperti artero sklerosis dan
arteritis yang mengganggu aliran darah cerebral sehingga suplai nutrisi dan oksigen
ke otak menurun yang menyebabkan terjadinya infark.
Sedangkan menurut Padila, (2012) Stroke Non Haemoragik adalah cedera
otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak terjadi akibat pembentukan
trombus di arteri cerebrum atau embolis yang mengalir ke otak dan tempat lain di
tubuh.
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli
dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur
atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif
Muttaqin, 2008).
2. Klasifikasi
Klasifikasi Stroke Non Haemoragik menurut Padila, (2012) adalah :
1) Transient Ischemic Attack (TIA)
TIA adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia otak
sepintas dan menghilang lagi tanpa sisa dengan cepat dalam waktu tidak lebih
dari 24 jam.
2) Reversible Iscemic Neurological Deficit (RIND)
RIND adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia otak
berlangsung lebih dari 24 jam dan menghilang tanpa sisa dalam waktu 1-3
minggu.
3) Stroke in Evolution (Progressing Stroke)
Stroke in evolution adalah deficit neurologik fokal akut karena gangguan
peredaran darah otak yang berlangsung progresif dan mencapai maksimal
dalam beberapa jam sampe bbrpa hari
4) Stroke in Resolution
Stroke in resolution adalah deficit neurologik fokal akut karena gangguan
peredaran darah otak yang memperlihatkan perbaikan dan mencapai
maksimal dalam beberapa jam sampai bebrapa hari
5) Completed Stroke (infark serebri)
Completed stroke adalah defisit neurologi fokal akut karena oklusi atau
gangguan peredaran darah otak yang secara cepat menjadi stabil tanpa
memburuk lagi.
Sedangkan secara patogenitas menurut Tarwoto dkk, (2007) Stroke
iskemik (Stroke Non Hemoragik) dapat dibagi menjadi :
1) Stroke trombotik, yaitu stroke iskemik yang disebabkan oleh karena
trombosis di arteri karotis interna secara langsung masuk ke arteri serebri
media. Permulaan gejala sering terjadi pada waktu tidur,atau sedang istrirahat
kemudian berkembang dengan cepat,lambat laun atau secara bertahap sampai
mencapai gejala maksimal dalam beberapa jam, kadang-kadang dalam
beberapa hari (2-3 hari), kesadaran biasanya tidak terganggu dan ada
kecendrungan untuk membaik dalam beberapa hari,minggu atau bulan.
2) Stroke embolik, yaitu stroke iskemik yang disebabkan oleh karena emboli
yang pada umunya berasal dari jantung. Permulaan gejala terlihat sangat
mendadak berkembang sangat cepat, kesadaran biasanya tidak terganggu,
kemungkinan juga disertai emboli pada organ dan ada kecenderungan untuk
membaik dalam beberapa hari, minggu atau bulan.
3. Etiologi
1) Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)
Stroke terjadi saat trombus menutup pembuluh darah, menghentikan aliran
darah ke jaringan otak yang disediakan oleh pembuluh dan menyebabkan
kongesti dan radang. Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang
mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat
menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi
pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur.Hal ini dapat terjadi
karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemia serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali
memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
2) Embolisme cerebral
Emboli serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain) merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus
di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli
tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik
3) Iskemia
Suplai darah ke jaringan tubuh berkurang karena penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah
4. Manisfestasi Klinis
Gejala yang paling sering dijumpai pada penderita umumnya dikelompokan atas 4
macam :
1) Dystensia ( gangguan fungsi motorik ) berupa :
a. Kelumpuhan ( hemiplegi atau paraplegi )
b. Paralisis ( kehilangan total dari gangguan kekuatan motoriknya )
c. Paresis ( kehilangan sebagian kekuatan otot motoriknya )
2) Disnestasia ( gangguan fungsi sensorik ) berupa :
a. Hipoarasthesia dan Arasthesia.
b. Gangguan penciuman, penglihatan dan gangguan rasa pada lidah
3) Dyspasia ( gangguan berbicara )
4) Dymentia ( gangguan mental ) dengan manifestasi :
a. Gangguan neurologis.
b. Gangguan psikologis.
c. Keadaan kebingungan.
d. Reaksi depresif.
5. WOC
Patofisiologi
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.Luasnya
infark hergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh
daralidan adekdatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh
darah yang tersumbat.Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat)
pada gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau
karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan pant dan jantung).
Aterosklerosis sering sebagai faktor penyebab infark pad-a otak. Trombus dapat
berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis,
tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi (Muttaqin, 2008).
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam
aliran darah.Trombus mengakihatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh
pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar area.Area
edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri.
Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa
hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan.Oleh karena
trombosis biasanya tidak fatal„ jika tidak terjadi perdarahan masif.Oklusi pada
pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti
trombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah
maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada
pembuluh darah yang tersumbat .menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah.
Hal ini akan menyebabkan perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau ruptur
(Muttaqin, 2008).
Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik clan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering
menyebabkan kematian di bandingkan keseluruhan penyakit serebro vaskulai;
karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan
intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk serebri
atau lewat foramen magnum (Muttaqin, 2008).
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hernisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak.
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di
nukleus kaudatus, talamus, dan pons (Muttaqin, 2008).
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia serebral: Perubahan
yang disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk waktu 4-6 menit.
Perubahan ireversibel jika anoksia lebih dari 10 menit.Anoksia serebral dapat
terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung (Muttaqin,
2008).
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak
akan mengakihatkan peningkatan tekanan intrakranial dan penurunan tekanan
perfusi otak serta gangguan drainase otak. Elernen-elemen vasoaktif darah yang
keluar dan kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan saraf
di area yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi (Muttaqin, 2008).
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Jika volume darah lebih dari 60
cc maka risiko kematian sebesar 93% pada perdarahan dalam dan 71% pada
perdarahan lobar. Sedangkan jika terjadi perdarahan serebelar dengan volume
antara 30-60 cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75%, namun volume
darah 5 cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal (Misbach, 1999 dalam
Muttaqin, 2008).
6. Pemeriksaan Penunjang
2) Lumbal pungsi: Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada
carran lumbal menunjukkan adanya hernoragi pada subaraknoid atau
perdarahan pada intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan
adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai
pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya
warna likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
8. Komplikasi
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi
ini dapat dikelompokan berdasarkan:
1) Berhubungan dengan immobilisasi, infeksi pernafasan, nyeri pada daerah
tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
2) Berhubungan dengan paralisis, nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi,
deformitas dan terjatuh
3) Berhubungan dengan kerusakan otak, epilepsi dan sakit kepala.
4) Hidrocephalus
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon
pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.
KA
A
RY
D
Jl. Soekarno Hatta, Kotak Pos 153, Telp/Fax. (0354) 395203 Pare Kediri A HUSA
Website: www.stikes-khkediri.ac.id
I. DATA UMUM
Nama : Ny.L
No. Register : 20011767
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Bahasa : Indonesia
Alamat : JL.biliton 04/13
Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : -
Status : Menikah
Pendidikan Terakhir : SD
Golongan Darah : -
Tanggal Pengkajian : 15 Oktober 2020 pukul 18.05 wib
Diagnosa Medis : SNH
Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keadaan tidak sadar
Tingkat kesadaran :
GCS : E = 1 V = 1 M = 1
Kesadaran koma
1. Kepala
I : Simetris, tidak ada hematom/ luka pada kepala, mukosa bibir lembab,
konjungtiva pucat (+)
P : Tidak ada benjolan
P : Tidak terkaji
A : Tidak Terkaji
2. Leher
I : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada distensi vena jugularis.
P : tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nyeri telan (-)
P : Tidak terkaji
A: Tidak terkaji
4. Abdomen
I : Supel, tidak ada lesi.
A : Bising usus 10x/menit
P : Tidak terdapat benjolan tidak ada nyeri tekan
P : suara Timpani
5. Tulang Belakang
I : Postur tubuh normal
P : Tidak terdapat benjolan
P : Tidak ada kelainan
A : Tidak ada kelainan
6. Ekstremitas
I : Ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan, turgor kulit baik, oedema (-)
kekuatan otot
1|5
1|5
A:-
P : Akral hangat , CRT<2detik
P : Tidak terkaji
7. Genitallia dan Anus
I : Tidak ada hemoroid
P : Tidak ada benjolan, nyeri tekan (-)
P : Tidak Terkaji
A : Tidak Terkaji
8. Pemeriksaan Neurologis
I : GCS 1-1-1
P : Respon terhadap nyeri +
P : Tidak terkaji
A : Tidak terkaji
2. Radiologi
VI. Terapi
Infus PZ guyur
Infus PZ 14 tpm
Injeksi pirabrain 4x3gr
Injeksi acran 2x1 amp
injeksi novorapid 4 ui
Po: amlodipine 1x10 mg
Diagnosa Keperawatan :
Diagnosa Keperawatan 1:
Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan toleransi gula darah dibuktikan
dengan kadar glukosa dalam darah tinggi
DS : keluarga mengatakan pasien tidak sadarkan diri sejak satu jam yang lalu setelah
makan sore
Keluarga mengatakan pasien mempunyai riwayat penyakit diabetes militus
DO : K/U Lemah, TTV : TD 228/111 mmHg, Nadi 95 x/menit, Suhu 36,5 ºC
SPo2 88 GDA375mg/dl, GCS 111
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 jam diharapkan kestabilan
kadar glukosaa darah meningkat degan kriteria hasil:
- Kesadaran meningkat
- Mengantuk menurun
- Kesuitan bicara menurun
Intervensi Keperawatan :
Pukul 18.10
Manajemen Hiperglikemi
1. Berikan asupan cairan oral
2. Ajarkan pengelolaan diabetes ( penggunaan insulin, obat oral )
3. Kolaborasi pemberian insulin Novorapid 4 ui (IV)
4. Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
5. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
6. Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat
7. Monitor kadar glukosa darah
8. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
9. Monitor keton urine, kadar analisa gas darah, elektrolit, tekanan darah ortostatik
dan frekuensi nadi
10. Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
Implementasi :
Pukul 18.10
1. Berkolaborasi pemberian insulin dan cairan iv
Infus PZ guyur kemudian 14 tpm
Injeksi Novorapid 4 UI iv
Injeksi Acran 1 Amp
2. Menganjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
3. Mengajarkan pengelolaan diabetes ( penggunaan insulin, obat oral )
4. Menganjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
5. Mengobservasi TD 228/111 mmHg, Nadi 95 x/menit, Suhu 36,5 ºC SPo2 88
GDA 375 mg/dl
6. Memonitor tanda dan gejala hiperglikemia
Evaluasi :Pukul 19.00
S : Pasien mengatakan masih lemah
O : K/U Cukup, TTV : TD 180/110 mmHg, Nadi 100 x/menit, Suhu 36
ºC, RR 20 x/menit, GDA ulang 108, GCS 456 mukosa bibir lembab
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan (pasien pindah HCU)
Diagnosa Keperawatan
resiko perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan aliran darah ke
otak terhambat
DS : keluarga mengatakan pasien tidak sadarkan diri sejak satu jam yang lalu setelah
makan sore
Keluarga mengatakan pasien mempunyai riwayat penyakit stroke dan hipertensi
DO : K/U Lemah, TTV : TD 228/111 mmHg, Nadi 95 x/menit, Suhu 36,5 ºC
SPo2 88, GCS 111
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam diharapkan perfusi
serebral meningkat dengn kriteria hasil:
- Kesadaran meningkat
- Tekanan darah sistolik membaik
- Tekanan darah diastolik membaik
KA
A
RY
D
Jl. Soekarno Hatta, Kotak Pos 153, Telp/Fax. (0354) 395203 Pare Kediri A HUSA
Website: www.stikes-khkediri.ac.id
I. DATA UMUM
Nama : ny. y
No. Register : 2011765
Umur : 50 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Bahasa : Jawa
Alamat : Jatiringin-kepuh
Pekerjaan : Tani
Penghasilan : -
Status : Menikah
Pendidikan Terakhir : SD
Golongan Darah : -
Tanggal Pengkajian : 16 Oktober 2020 jam 10.00 WIB
Diagnosa Medis : appendicitis akut
Keluhan Utama :
Nyeri perut kanan bawah
B. Breathing
Bernafas spontan, RR 24x/mnt,sesak (-),pernafasan cuping hidung (-),ronchi (-
),wheezing(-).
C. Circulation
Turgor < 3 detik; demam +;T 124/ 79 mmHg ;S: 38.3 x/menit, CRT < 2”; HR
118 x/mnt,
D. Disability (AVPU)
A: Buka mata spontan
V: Respon verbal baik
P: Reflek ekstremitas baik
U :Respon verbal dan rangsang baik
Tidak ada kelainan, kesadaran compos mentis
Tingkat kesadaran :
GCS : E = 4V = 5M = 6 composmentis
1. Kepala
I : Wajah tampak merah, keringat dingin (-),anemis (-)
P : Tidak ada hematom maupun nyeri tekan, teraba hangat
P:-
A:-
2. Leher
I : Tidak terdapat benjolan maupun pembesaran kelenjar getah bening
P : Benjolan/pembesaran kelenjar getah bening -, kaku kuduk -
P:-
A:-
4. Abdomen
I : Tidak terdapat luka maupun jejas
A : Bising usus+ 10x/mnt
P : Tidak ada benjolan, spasme otot (-)nyeri tekan (+) kanan bawah
P : suara timpani
5. Tulang Belakang
I : Tidak terdapat kelainan, postur normal
P : Tidak terdapat kelainan
P : Tidak terdapat kelainan
A : Tidak terdapat kelainan
6. Ekstremitas
I : Tidak ada kelainan
A:-
P : Akral hangat +, tidak ada oedema ektremitas, turgor kulit baik
P : tidak ada kelainan
8. Pemeriksaan Neurologis
I : Kesadaran composmentis
P :-
P:-
A:-
2. Radiologi
USG: sangat curiga Apendicitis akut
V. Tindakan di IGD :
1) Melakukan identifikasi pasien dan anamnese
2) Menirah baringkan pasien pada tempat tidur
3) Melonggarkan pakaian pasien
4) Melakukan pasang infus
5) Melakukan TTV
6) Kolaborasi pemberian cairan intravena
7) Pengambilan darah untuk sample laborat
8) Memberikan terapi kolaboratif pengobatan
9) Mengajarkan memberikan kompres hangat saat demam dan nyeri
10) Mengobservasi KU dan perkembangan pasien
F. Terapi
- Infus RL 20 tpm
- Inj. Cefotaxm 3x1 gr/IV
- Inj. Antrain 3x1 amp/IV
- Inj. Ranitidine 2x1 amp/IV
Diagnosa Keperawatan :
Dx1. Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi) d.d suhu tubuh diatas nilai normal
DS : pasien mengatakan panas sejak kemarin malam
DO : - Demam +, T 124/ 79 mmHg ;S: 38.3 x/menit, CRT < 2”; HR 118 x/mnt,
Intervensi :
1) Regulasi temperatur
1. Monitor suhu tubuh
2. Monitor frekuensi pernapasan dan nadi
3. Monitor warna dan suhu kulit
4. Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau hipertermia
5. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
6. Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
2) Manajemen Hipertermia
1.Identifikasi penyebab hipertermia
2.Monitor suhu tubuh
3.Monitor kadar elektrolit
4.Monitor haluaran urine
5.Monitor komplikasi akibat hipertermia
6.Sediakan lingkungan yang dingin
7.Longgarkan atau lepaskan pakaian
8.Berikan cairan oral
9.Lakukan pendinginan eksternal (kompres dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
10. Berikan oksigen, jika perlu
11. Anjurkan tirah baring
12. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
Implementasi : jam 10.00
1. Menirah baringkan pasien
2. Melonggarkan pakaian pasien
3. Memberikan minum per oral
4. Memberikan kompres dingin pada area dahi, dan aksila
5. Memonitor TTV pasien
6. Memonitor haluaran urine pasien
7. Memonitor tanda-tanda hipotermia dan hipertermia
8. Melakukan kolaboratif pengobatan medis (inj. Antrain 1 amp)
Intervensi :
Manajemen Nyeri
Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
7. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
8. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
9. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
10. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan
11. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
12. Jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri
13. Jelaskan strategi meredakan nyeri
14. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
15. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
16. Ajarkan teknik non farmakologis secara nyeri
Kolaborasi
17. Kolaborasi pemberian analgetik (jika perlu)
KA
A
RY
D
Jl. Soekarno Hatta, Kotak Pos 153, Telp/Fax. (0354) 395203 Pare Kediri A HUSA
Website: www.stikes-khkediri.ac.id
I. DATA UMUM
Nama : An. A
No. Register : 2010888
Umur : 5 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Bahasa : Jawa
Alamat : Tegalsari-Tulungrejo
Pekerjaan : -
Penghasilan : -
Status : -
Pendidikan Terakhir : -
Golongan Darah : -
Tanggal Pengkajian : 17 oktober 2020 jam 10.00 WIB
Diagnosa Medis : Obs. Febris
Keluhan Utama :
Demam
V. Pemeriksaan Primer
G. Air Way + C Spine Control
Tidak terdapat gangguan jalan napas, tidak ada sumbatan,berbicara lancar tanpa
suara tambahan, kesadaran komposmentis,suara nafas bersih.
H. Breathing
Bernafas spontan, RR 24x/mnt,sesak (-),pernafasan cuping hidung (-),ronchi (-
),wheezing(-).
I. Circulation
Turgor < 3 detik; demam +;T 100/60mmHg ;S: 38x/menit, CRT <2”; HR
124x/mnt, muntah 2x
J. Disability (AVPU)
A: Buka mata spontan
V: Respon verbal baik
P: Reflek ekstremitas baik
U :Respon verbal dan rangsang baik
Tidak ada kelainan, kesadaran compos mentis
9. Kepala
I : Wajah tampak merah, keringat dingin (-),anemis (-)
P : Tidak ada hematom maupun nyeri tekan, teraba hangat
P:-
A:-
10. Leher
I : Tidak terdapat benjolan maupun pembesaran kelenjar getah bening
P : Benjolan/pembesaran kelenjar getah bening -, kaku kuduk -
P:-
A:-
12. Abdomen
I : Tidak terdapat luka maupun jejas
A : Bising usus+ 16x/mnt
P : Tidak ada benjolan, spasme otot (-)nyeri tekan (-)
P : suara timpani
14. Ekstremitas
I : Tidak ada kelainan
A:-
P : Acral hangat +, tidak ada oedema ektremitas,turgor kulit baik
P : tidak ada kelainan
4. Radiologi
-
V. Tindakan di IGD :
1) Melakukan identifikasi pasien dan anamnese
2) Menirah baringkan pasien pada tempat tidur
3) Melonggarkan pakaian pasien
4) Melakukan pasang infus
5) Melakukan TTV
6) Kolaborasi pemberian cairan intravena
7) Pengambilan darah untuk sample laborat
8) Memberikan terapi kolaboratif pengobatan
9) Mengajarkan memberikan kompres saat anak demam
10) Observasi KU dan perkembangan pasien
L. Terapi
- Infus D5 ½ NS 18 tpm
- Inj. Acran 2x20 mg/IV
- Inj. Lapixim 3x300 mg/IV
- Inj. Antrain 3x200 mg/IV
- Inj. Trovensis 3x2mg (K/P)
- PO : Immucea syrp 1x Cth 1½
Diagnosa Keperawatan :
Dx1. Termoregulasi tidak efektif b.d perubahan laju metabolisme
DS : Ibu pasien mengatakan anaknya demam naik turun sudah 5 hari
DO : - Demam +, Suhu 38 C
- HR 124x/mnt
- RR 24x/mnt
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2 jam, maka termoregulasi
membaik dengan kriteria hasil :
- Suhu tubuh membaik
- Kulit merah menurun
- Takikardi menurun
Intervensi :
3) Regulasi temperatur
1. Monitor suhu tubuh
2. Monitor frekuensi pernapasan dan nadi
3. Monitor warna dan suhu kulit
4. Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau hipertermia
5. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
6. Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
4) Manajemen Hipertermia
1. Identifikasi penyebab hipertermia
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor kadar elektrolit
4. Monitor haluaran urine
5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
6. Sediakan lingkungan yang dingin
7. Longgarkan atau lepaskan pakaian
8. Berikan cairan oral
9. Lakukan pendinginan eksternal (kompres dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
10. Berikan oksigen, jika perlu
11. Anjurkan tirah baring
12. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
Implementasi : jam 10.00
1. Menirah baringkan pasien
2. Melonggarkan pakaian pasien
3. Memberikan minum per oral
4. Memberikan kompres dingin pada area dahi, leher, dada, abdomen dan
aksila
5. Memonitor TTV pasien
6. Memonitor haluaran urine pasien
7. Memonitor tanda-tanda hipotermia dan hipertermia
8. Melakukan kolaboratif pengobatan medis (inj. Antrain 200 mg/IV, lapix
3x 300 mg),
Evaluasi :jam 11.00
S : Ibu pasien mengatakan demam anaknya sudah turun
O : Ku cukup; demam -; Suhu 37,2C; HR 110 x/mnt; bak + 1x (25cc); minum +;
A : Masalah teratasi sebagian
P : Rencana dilanjutkan regulasi temperatur diruang rawat inap (no 1 s/d 6)
Intervensi :
1) Manajemen mual
1. Identifikasi penyebab mual
2. Monitor mual
3. Monitor asupan nutrisi dan kalori
4. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
5. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
6. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologisuntuk mengatasi mual
7. Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu
2) Manajemen muntah
1. Identifikasi penyebab muntah
2. Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Atur posisi untuk mencegah aspirasi
4. Berikan kenyamanan selama muntah
5. Anjurkan membawa kantong plastik untuk menampung muntah
6. Anjurkan memperbanyak istirahat
7. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengelola muntah
8. Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka tingkat infeksi
menurun dengan kriteria hasil:
-Demam menurun
-Kemerahan menurun
- Kadar sel darah putih membaik.
Intervensi:
1.Penceghan Infeksi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
3. Batasi jumlah pengunjung.
4. Pertahankan tehnik aseptik pada pasien beriko tinggi
5. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
6. Ajarkan cara memeriksa luka
7. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
8. Kolaborasi pemberian imunisasi,jika perlu
Implementasi: jam 10.00
1. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
3. Membatasi jumlah pengunjung
4. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
5. Menganjurkan meningkatkan asupan cairan
6. Berkolaborasi pemberian antibiotik, lapixim 300 mg
Evaluasi : jam 11.00
S : Ibu pasien mengatakan demam anaknya sudah turun
O : Ku cukup; demam -; Suhu 37,2C; HR 110 x/mnt; bak + 1x (25cc); minum +;
muntah –
A : Masalah teratasi sebagian
P : Rencana dilanjutkan regulasi temperatur diruang rawat inap (no 1 s/d 6)