Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.

W
DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELITUS
DI RUANG TERATAI RS AMELIA PARE

Di susun oleh :
Dwi Rori Fajarotin
(202006105)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU


KEPERAWATAN KARYA HUSADA KEDIRI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. W


DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELITUS
DI RUANG TERATAI RS AMELIA PARE

Mengetahui,

Dwi Rori Fajarotin


(202006105)

Pembimbing Klinik, Pembimbing Akademik

(Mardiani, S.Kep., Ns) (., S.Kep., Ns., M.Kep)


LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,
dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya
gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di
dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang
biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein (Askandar, 2000).
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2009, Diabetes Melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Diabetes
melitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat peningkatan
kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolutemaupun
relative (Suyono, 2003)
Absolut terjadi apabila sel beta pankreas tidak dapat menghasilkan insulin dalam
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan sehingga penderita membutuhkan suntikan
insulin. Relatif apabila sel beta pankreas masih mampu memproduksi insulin yang
dibutuhkan tetapi hormon yang dihasilkan tersebut tidak dapat bekerja secara
optimal.
2. Klasifikasi
Menurut American Diabetes Association (2009), klasifikasi Diabetes Melitus
terbagi menjadi empat kelompok:
1) DM Tipe I (Insulin Dependent Diabetes Melitus/IDDM)
Penderita sangat bergantung terhadap insulin karena terjadi proses autoimun
yang menyerang insulinnya. DM tipe 1 muncul ketika pankreas sebagai
penghasil insulin tidak dapat atau memproduksi insulin dalam jumlah yang
sedikit. Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada sama sekali. Glukosa
menjadi menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke
dalam sel. DM tipe ini dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
DM tipe 1 juga disebut Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) karena
pasien sangat bergantung terhadap insulin dan hanya dapat diobati dengan
menggunakan insulin. Penderita memerlukan suntikan setiap hari untuk
mencukupi kebutuhan insulin dalam tubuh (Karam, 2002).
2) DM Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus/NIDDM)
Jenis DM ini dipengaruhi baik oleh keturunan maupun factor lingkungan.
Seseorang mempunyai risiko yang besar untuk menderita NIDDM jika orang
tuanya adalah penderita DM dan menganut gaya hidup yang salah. Diabetes
Melitus tipe 2 paling umum terjadi sekitar 85 persen dari seluruh kasus
Diabetes Melitus, Keadaan ini ditndai oleh resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relative. Pankreas masih bisa menghasilkan insulin, tetapi
kualitasnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk
memasukkan glukosa dalam sel. Akibatnya glukosa dalam darah meningkat.
Pasien tidak perlu tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya, tetapi
memerlukan obat yang bekerja untuk memperbaiki fungsi insulin dan
menurunkan kadar gula darah (Corwin, 2001).
3) DM Gestasional
DM ini terjadi akibat kenaikan kadar gula darah pada kehamilan (WHO,
2008). Wanita hamil yang belum pernah mengalami DM sebelumnya namun
memiliki kadar gula yang tinggi ketika hamil dikatakan menderita DM
gestational. DM gestational biasanya terdeteksi pertama kali pada usia
kehamilan trimester II atau III (setelah usia kehamilan 3 atau 6 bulan) dan
umumnya hilang dengan sendirinya setelah melahirkan. Diabetes gestational
terjadi pada 3‐5% wanita hamil. Mekanisme DM gestational kemungkinan
besar terjadi akibat hambatan kerja insulin oleh hormon plasenta sehingga
terjadi resistensi insulin. Resistensi insulin ini membuat tubuh bekerja keras
untuk menghasilkan insulin sebanyak 3 kali dari normal.. Faktor risikonya
adalah kegemukan atau obesitas. Jika perubahan pola makan dan gaya hidup
tidak dijalankan setelah kehamilan, maka sebagian besar (75%) wanita
dengan diabetes gestasional akan mendrita diabetes mellitus tipe 2 di masa
depan (Greenstein dan Wood, 2007).
4) Pra-Diabetes
Pra‐diabetes merupakan DM yang terjadi sebelum berkembang menjadi DM tipe 2.
Penyakit ini ditandai dengan naiknya KGD melebihi normal tetapi belum cukup
tinggi untuk dikatakan DM. Untuk mencegahnya dapat dilakukan dengan diet nutrisi
dan latihan fisik.
Kadar gula darah

Normal Pra DM DM
Puasa <110 110 – 125 >126
Tidak puasa <110 110 – 199 > 200

3. Etiologi
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat menyebabkan
insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan penting
pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM
yaitu :
1) Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan
sel beta melepas insulin.
2) Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen
yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan
gula yangdiproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3) Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang
disertai pembentukan sel-sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan
kerusakan sel - sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel
beta oleh virus.
4) Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan
terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada
membrane sel yang responsir terhadap insulin.

Faktor-faktor risiko tertentu yang berhubungan dengan diabetes mellitus dibagi


menjadi 2 yaitu:
1) Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
a. Riwayat keluarga dengan DM
Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DM orang tua DM tipe 2
lebih terkait dengan faktor riwayat keluarga bila dibandingkan tipe 1.
Anak dengan ayah penderita Dm tipe 1 memiliki kemungkinan terkena
diabetes 1:17. Namun bila kedua orang tua menderita DM tipe 1 maka
kemungkinan menderita DM 1:4-10. Pada Dm tipe 2, kemungkinan 1:7
bila salah satu orang tua kena DM pada usia <50 tahun dan 1:13 bila >
50 tahun. Namun bila kedua orang tuanya menderita DM tipe 2
kemungkinan anaknya menderita DM 1:2.
b. Umur
Risiko untuk prediabetes meningkat seiring dengan meningkatnya usia.
DM tipe 1 biasanya terjadi pada usia muda yaitu pada usia <40 tahun,
sedangkan Dm tipe 2 biasanya terjadi pada usia >40 tahun.
c. Riwayat pernah menderita diabetes gestasional Mendapat diabetes
selama kehamilan atau melahirkan bayi lebih dari 4,5 kg dapat
meningkatkan risiko diabetes mellitus tipe 2.
d. Riwayat berat badan lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2500
gram.
e. Ras/ latar belakang etnis Risiko DM tipe 2 lebih besar pada hispanik,
kulit hitam, penduduk asli amerika, dan asia.
2) Faktor resiko dapat dimodifikasi
a. Berat badan lebih/ obesitas (BB> 120% BB idaman/ IMT> 23 kg/m2)
dan ratio lingkar pinggang pinggul laki-laki 0,9 dan perempuas 0,8
lingkar pinggang pria = wanita 90cm, HDL dibawah 35 mg/dl dan /
tingkat trigliserida >250 mg/dl dapat meningkatkan risiko DM tipe 2.
Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat
diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah.
b. Kurang aktivitas fisik
Glukosa darah dibakar menjadi energy dan sel-sel tubuh menjadi lebih
sensitive terhadap insulin. Peredaran darah lebih baik dan risiko Dm
tipe 2 turun 50%.
c. Hipertensi, tekanan darah diatas 140/90 mmHg
Tekanan darah >140/90 mmHg dapat menimbulkan risiko Dm tipe 2
Memiliki riwayat penyakit kardiovaskular Diet tidak sehat, dengan
tinggi gula dan rendah serat (Depkes, 2008)
d. Stres
Kondisi stres kronik cenderung membuat seseorang mencari makanan
yang manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar
serotonin pada otak. Serotonin mempunyai efek penenang sementara
untuk meredakan stresnya. Tetapi efek mengkonsumsi makanan yang
manismanis dan berlemak tinggi terlalu banyak berbahaya bagi mereka
yang berisiko terkena diabetes mellitus.
e. Alkohol
Alkohol dapat menyebabkan terjadinya inflamasi kronis pada pankreas
yang dikenal dengan istilah pankreatitis. Penyakit tersebut dapat
menimbulkan gangguan produksi insulin dan akhirnya dapat
menyebabkan diabetes mellitus.
f. Riwayat
a) Diabetes dalam keluarga
b) Diabetes gestasional
c) Melahirkan bayi dengan berat badan >4kg
d) Kista ovarium (Polycystic Ovary Sindrome)
e) IFC atau IGT
g. Obesitas >120% berat badan ideal
Obesitas dapat menurunkan jumlah reseptor insulin dari dalam sel
target insulin diseluruh tubuh. Jadi membuat insulin yang tersedia
kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolik yang biasa.
h. Umur : 20-59 th (8,7%) dan >65 th (18%)
i. Etnik/ras : ras kulit hitam risiko naik
j. Hipertensi >140/90mmHg
k. Hiperlipidemia : kadar HDL rendah <35mg/dl, kadar lipid darah tinggi
>250mg/dl
l. Faktor-faktor lain :
a) kurang olahraga dan pola makan rendah serat, tinggi lemak,
rendah karbohidrat
b) pernah mengalami gangguan toleransi glukosa kemudian normal
kembali
c) riwayat terkena penyakit infeksi virus, misalnya virus rubella,
morbili
d) riwayat lama mengkonsumsi obat-obatan atau suntikan golongan
kortikosteroid

Diabetes Mellitus tipe 1 atau IDDM disebabkan karena kurangnya kemampuan atau
hilangnya kemampuan sel ß pankreas yang menyebabkan defisiensi insulin.
kombinasi faktor genetik, imunologi dan kemungkinan faktor lingkungan (infeksi
virus) diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel ß (Smletzer & Bare, 2002)
4. Manisfestasi Klinis
1) Gejala akut penyakit DM
a. Pada permulaam gejala yang ditunjukkan meliputi:
a) Polidipsi (meningkatnya rasa haus) Rasa haus terjadi seiring
dikeluarkannya glukosa dari dalam tubuh, diperlukan banyak air
untuk mempermudah pengalirannya kaluar dari tubuh dan
meningkatnya air di dalam urin meningkatkan pola frekuensi
BAK yang pada akhirnya mengakibatkan meningkatnya rasa
haus. Pada keadaan dehidrasi (hiperosmolaritas) biasanya turgor
kulit buruk, takikardia dan hipotensi.
b) Polifagia (meningkatnya rasa lapar) Terjadi karena insulin yang
tiidak melekat pada reseptor, sel-sel tubuh tidak memperoleh
energy apapun.
c) Poliuria (meningkatnya frekuensi BAK) Terjadi karena darah
terlalu banyak mengandung glukosa dan tidak bias diserap lagi
oleh ginjal yang kemudian glukosa dikeluarkan melelui urin.
b. Bila tidak segera diobati keadaan tersebut akan menimbulkan gejala:
a) Banyak minum
b) Banyak kencing
c) Nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun dengan
cepat (turun 5- 10kg dalam waktu 2-4 minggu).
d) Mudah lelah
e) Bila tidak lekas diobati akan menimbulkan rasa mual, bahkan
penderita akan jautuh koma yang disebut koma diabetic.
2) Gejala kronis penyakit DM
a. Kesemutan
b. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum
c. Rasa tebal di kulit, sehingga kalu berjalan seperti bantal
d. Kram
e. Capek
f. Mudah mengantuk
g. Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata
h. Gatal disekitar kemaluan terutama wanita
i. Gigi mudah goyah dan mudah lepas
j. Kemampuan seksual menurun, bahkan impotensi
k. Pada ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematia janin dalam
kandungan atau dengan bayi berat badan lebih dari 4kg.
3) Gejala lain
Gejala lain: penurunan BB dan rasa lemah yang hebat akibat glukosa dalam
darah yang tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga sel kekurangan bahan
bakar untuk menghasilkan tenaga untuk kelangsungan hidup. Sumber tenaga
terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya,
penderita kehilangan jaringan lemak dan otot, sehingga menjadi kurus .
5. WOC
Patofisiologi
Pada DM tipe 1 terdapat ketidak mampuan menghasikan insulin karena sel-sel beta
telah dihancurkan oleh proses autoimun. Akibat produksi glukosa tidak terukur oleh
hati, maka terjadi hiperglikemia. Jika konsentrasi klokosa dalam darah tinggi, ginjal
tidak dapat menyerap semua glukosa, akibatnya glukosa muncul dalam urine
(glukosuria). Ketika glukosa berlebihan diekskresikan dalam urine disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit (diuresis osmotik). Akibat kehilangan cairan
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan berkemih (poli uri) dan rasa haus
(polidipsi). Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan . pasien juga mengalami peningkatan
selera makan (polifagi) akibat penurunan simpanan kalori.gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan
Pada DM tipe 2 terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu
resistensi insulin dan ganguan sekresi insulin. Resistensi insulin ini disertai dengan
penurunan reaksi intra sel sehingga insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Pada gangguan sekresi insulin
berlebihan, kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat normal atau sedikit
meningkat. Namun jika sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan
insulin maka kadar glukosa darah meningkat. Akibat intoleransi glukosa yang
berlangsung lambat dan progresif maka awitan DM tipe 2 dapat berjalan tanpa
terdeteksi. Gejala yang dialami sering bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas,
poliuri, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan
yang kabur ( jika kadar glukosanya sangat tinggi)

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Glukosa darah: gula darah puasa> 130 ml / dl, tes toleransi glukosa> 200 mg /
dl, 2 jam setelah mempersembahkan glukosa.
b. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
c. Asam lemak meningkat: kadar lipid dan kolesterol
d. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya <330 mOsm / I
e. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
f. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
g. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
merupakan respons terhadap stres atau infeksi.
h. Ureum / kreatinin: mungkin meningkat atau normal
i. Insulin darah: mungkin menurun / tidak ada (Tipe I) atau normal sampai
tinggi (Tipe II)
j. Urine: gula dan aseton positif
k. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan
infeksi luka

7. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan diet
a. Prinsip umum :diet dan pengndalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan DM.
b. Tujuan penatalaksanaan nutrisi :
a) Memberikan semua unsur makanan esensial missal vitamin,
mineral
b) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c) Memenuhi kebutuhan energi
d) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap haridengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui
cara-cara yang aman dan praktis.
e) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
2) Latihan fisik
Latihan penting dalam penatalaksanaan DM karena dapat menurunkan kadar
glikosa darah dan mengurangi factor resiko kardiovaskuler. Latihan akan
menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa
oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot
juga diperbaiki dengan olahraga.
3) Pemantauan
Pemantauan glukosa dan keton secara mandiri untuk deteksi dan pencegahan
hipoglikemi serta hiperglikemia
4) Terapi
a. Insulin
Dosis yang diperlukan ditentukan oleh kadar glukosa darah
b. Obat oral anti diabetik
a) Sulfonaria
b) Asetoheksamid ( 250 mg, 500 mg )
c) Clorpopamid(100 mg, 250 mg )
d) Glipizid ( 5 mg, 10 mg )
e) Glyburid ( 1,25 mg ; 2,5 mg ; 5 mg )
f) Totazamid ( 100 mg ; 250 mg; 500 mg )
g) Tolbutamid (250 mg, 500 mg )
c. Biguanid
a) Metformin 500 mg
5) Pendidikan kesehatan
Informasi yang harus diajarkan pada pasien antara lain :
a. Patofisiologi DM sederhana, cara terapi termasuk efek samping obat,
pengenalan dan pencegahan hipoglikemi / hiperglikemi
b. Tindakan preventif(perawatan kaki, perawatan mata , hygiene umum )
c. Meningkatkan kepatuhan progranm diet dan obat
8. Komplikasi
1) Akut
a. Ketoasidosis diabetik
b. Hipoglikemi
c. Koma non ketotik hiperglikemi hiperosmolar
d. Efek Somogyi ( penurunan kadar glukosa darah pada malam hari diikuti
peningkatan rebound pada pagi hari )
e. Fenomena fajar / down phenomenon ( hiperglikemi pada pagi hari
antara jam 5-9 pagi yang tampaknya disebabkan peningkatan sikardian
kadar glukosa pada pagi hari )
2) Komplikasi jangka panjang
a. Makroangiopati
a) Penyakit arteri koroner ( aterosklerosis )
b) Penyakit vaskuler perifer
c) Stroke
b. Mikroangiopati
a) Retinopati
b) Nefropati
c) Neuropati diabetic
9. Konsep Asuhan Keperawatan
1) Identitas
Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada seorang yang anggota keluarganya
memiliki riwayat diabetes. Diabetes tipe 1 ini biasa mulai terdeteksi pada usia
kurang dari 30 tahun. Diabetes tipe 2 adalah tipe DM paling umum yang
biasanya terdiagnosis setelah usia 40 tahun dan lebih umum diantara dewasa
tua dan biasanya disertai obesitas. Diabetes gestasional merupakan yang
menerapkan untuk perempuan dengan intoleransi glukosa atau ditemukan
pertama kali selama kehamilan.
2) Status kesehatan saat ini
a. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki/ tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya
nyeri pada luka.
b. Alasan Masuk Rumah Sakit
Penderita dengan diabetes millitus mengalami kehausan yang sangat
berlebihan, badan lemas dan penurunan berat badan sekitar 10% sampai
20%.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta
upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
3) Riwayat Kesehatan Terdahulu
a. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pancreas.
Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,
tindakan medis yang pernah didapat maupun obat – obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.
b. Riwayat Penyakit Keluarga
Dari keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga
menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan
terjadinya defisiensi insulin misalkan hipertensi, jantung.
c. Riwayat Pengobatan
Pengobatan pasien dengan diabetes mellitus tipe 1 menggunakan terapi
injeksi insulin eksogen harian untuk kontrol kadar gula darah.
Sedangakan pasien dengan diabetes mellitus biasanya menggunakan
OAD (Obat Anti Diabetes) oral seperti sulfonilurea, biguanid,
meglitinid, inkretin, amylonomimetik, dll
4) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
a) Kesadaran
Pasien dengan DM biasanya datang ke RS dalam keadaan
komposmentis dan mengalami hipoglikemi akibat reaksi
pengguanaan insulin yang kurang tepat. Biasanya pasien
mengeluh gemetaran, gelisah, takikardia (60-100 x per menit),
tremor, dan pucat
b) Tanda – tanda vital
Pemeriksaan tanda vital yang terkait dengan tekanan darah, nadi,
suhu, turgor kulit, dan frekuensi pernafasan.
b. Body system
a) Sistem pernapasan
Inspeksi : lihat apakah pasien mengalami sesak napas
Palpasi : mengetahui vocal premitus dan mengetahui adanya
massa, lesi atau bengkak.
Auskultasi : mendengarkan suara napas normal dan napas
tambahan (abnormal : weheezing, ronchi, pleural friction rub)
b) Sistem cardiovascular
Inspeksi: amati ictus kordis terlihat atau tidak
Palpasi: takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, nadi perifer
melemah atau berkurang.
Perkusi: Mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar,
kardiomegali.
Auskultasi: Mendengar detak jantung, bunyi jantung dapat
didiskripsikan dengan S1, S2 tunggal
c) Sistem Persyarafan
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflex lambat, kacau mental, disorientasi. Pasien
dengan kadar glukosa darah tinggi sering mengalami nyeri saraf.
Nyeri saraf sering dirasakan seperti mati rasa, menusuk,
kesemutan, atau sensasi terbakar yang membuat pasien terjaga
waktu malam atau berhenti melakukan tugas harian.
d) Sistem Perkemihan
Poliuri, retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat proses miksi.
e) Sistem Pencernaan
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen.
Neuropati aoutonomi sering mempengaruhi Gl. Pasien mungkin
dysphagia, nyeri perut, mual, muntah, penyerapan terganggu,
hipoglikemi setelah makan, diare, konstipasi dan inkontinensia
alvi.
f) Sistem Integumen
Inspeksi: Melihat warna kulit, kuku, cacat warna, bentuk,
memperhatikan jumlah rambut, distribusi dan teksturnya.
Parpasi: Meraba suhu kulit, tekstur (kasar atau halus), mobilitas,
meraba tekstur rambut .
g) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran massa otot, perubahan tinggi
badan, cepat lelah, lemah dan nyeri.
h) Sistem endokrin
Autoimun aktif menyerang sel beta pancreas dan produknya
mengakibatkan produksi insulin yang tidak adekuat yang
menyebabkan DM tipe1. Respon sel beta pancreas terpapar secara
kronis terhadap kadar glukosa darah yang tingai menjadi progresif
kurang efisien yang menyababkan DM tipe2 .
i) Sistem Reporduksi
Anginopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seks,
gangguan kualitas, maupun ereksi, serta member dampak pada
proses ejakulasi.
j) Sistem Penglihatan
Retinopati diabetic merupakan penyebab utama kebutan pada
pasien diabetes mellitus .
k) Sistem Imun
Klien dengan DM rentan terhadap infeksi. Sejak terjadi infeksi,
infeksi sangat sulit untuk pengobatan. Area terinfeksi sembuh
secara perlahan karena kerusakan pembuluh darah tidak
membawa cukup oksigen, sel darah putih, zat gizi dan antibody
ke tempat luka. Infeksi meningkatkan kebutuhan insulin dan
mempertinggi kemungkinan ketoasidosis

10. Diagnosa Keperawatan


1) Ketidakstabilan kadar gula darah
2) Nyeri
3) Resiko Infeksi

11. Intervensi Keperawatan


No Dx Kep Intervensi
1 Ketidakstabilan Manajemen Hiperglikemia (I.06171)
kadar gula darah 1. Observasi
(D.0027)
Identifkasi kemungkinan penyebab
hiperglikemia
Identifikasi situasi yang menyebabkan
kebutuhan insulin meningkat (mis.
penyakit kambuhan)
Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
(mis. poliuri, polidipsia, polivagia,
kelemahan, malaise, pandangan kabur,
sakit kepala)
Monitor intake dan output cairan
 Monitor keton urine, kadar analisa gas
darah, elektrolit, tekanan darah
ortostatik dan frekuensi nadi
2. Terapeutik
 Berikan asupan cairan oral
 Konsultasi dengan medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
 Fasilitasi ambulasi jika ada
hipotensi ortostatik
3. Edukasi
 Anjurkan olahraga saat kadar
glukosa darah lebih dari 250 mg/dL
 Anjurkan monitor kadar glukosa darah
secara mandiri
 Anjurkan kepatuhan terhadap diet
dan olahraga
 Ajarkan indikasi dan pentingnya
pengujian keton urine, jika perlu
 Ajarkan pengelolaan diabetes (mis.
penggunaan insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, penggantian karbohidrat,
dan bantuan professional kesehatan)
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
 Kolaborasi pemberian cairan IV,
jika perlu
 Kolaborasipemberian kalium, jika perlu

2 Nyeri Akut (D.0077) Manajemen Nyeri (I. 08238)


1. Observasi
 lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
 Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan
analgetik
7. Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
 Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
8. Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
9. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
YAYASAN KARYA HUSADA KEDIRI AS
Y A YE D I R A N
I
STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
K

Ijin Mendiknas RI No. 164/D/O/2005 Rekomendasi Depkes RI No. HK.03.2.4.1.03862


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

K A

A
R
Jl. Soekarno Hatta, Kotak Pos 153, Telp/Fax. (0354) 395203 Pare Kediri Y A H U S A

D
Website: www.stikes-khkediri.ac.id

FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama : Ny. W
Ruang : Teratai
No. Register : 1906730
Umur : 57 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Bahasa : Jawa, Indonesia
Alamat : plosoklaten
Pekerjaan : Tani
Penghasilan : Tidak terkaji
Status : Menikah
Pendidikan Terakhir : SD
Golongan Darah : Tidak terkaji
Tanggal MRS : 21 Oktober 2020
Tanggal Pengkajian : 22 Oktober 2020
Diagnosa Medis : Diabetes Militus

II. DATA DASAR


Keluhan Utama :
Nyeri perut u hati

Alasan Masuk Rumah Sakit :


Pasien mengatakan nyeri ulu hati dan merasa mual disertai muntah setiap kali makan
dan minum juga pusing berputar

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien mengatakan nyeri ulu hati sudah dua hari ini disertai mual dan muntah setiap
kali makan dan muntah tetapi tetap masih mual dan muntah juga terasa pusing
berputar da akirnya dibawa ke UGD RS Amelia

Upaya yang telah dilakukan:


Sebelum MRS pasien sudah minum obat episan syirup

Terapi yang telah diberikan:


Terapi yang diberikan di UGD :
Inf RL 20 tpm
Inj Omeprazole 1x1
Inj Ondancentron 3x1

Riwayat Kesehatan Dahulu


DM dan Hipertensi

Riwayat Kesehatan Keluarga :


Menurut keluarga, tidak ada keluarga yang mengalami sakit serupa.

III. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Persepsi terhadap Kesehatan – Manajemen Kesehatan
Sebelum dirawat di RS Amelia, pasien dan keluarga mengetahui penyakit yang
diderita oleh pasien. pola koping pasien bagus dibuktikan dengan memeriksakan
keadaanya ke dokter secara rutin ke RS Amelia
2. Pola Aktivitas dan Latihan
 Kemampuan Perawatan Diri
Skor 0 : mandiri, 1 : dibantu sebagian, 2 : perlu bantuan orang lain, 3 : perlu
bantuan orang lain dan alat, 4 : tergantung pada orang lain / tidak mampu.
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi √
Berpakaian √
Eleminasi √
Mobilisasi di tempat tidur √
Pindah √
Ambulasi √
Naik tangga √
Makan dan minum √ √
Gosok gigi √

Keterangan: sesuai table diatas dapat disimpulkan pasien masih perlu sebagian
bantuan orang lain dalam melakukan perawatan diri
3. Pola Istirahat dan Tidur :
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Jumlah Jam Tidur Siang + 2 jam + 1 jam

Jumlah Jam Tidur Malam + 8 jam + 6 jam

Pengantar Tidur Suasana tenang Suasana tenang

Gangguan Tidur Tidak ada Nyeri

Perasaan Waktu Bangun Segar Lemas

4. Pola Nutrisi – Metabolik


KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Frekuensi 3-4 kali sehari 3 kali sehari

Jenis Nasi, lauk, pauk, sayur Bubur kasar 1900k

Porsi 1 porsi habis 1/4 porsi habis

Total Konsumsi 3 porsi per hari 1 1/4 porsi per hari

Keluhan Tidak ada mual

5. Pola Eliminasi
Eliminasi Uri
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Frekuensi 3-4 kali per hari 3-4 kali per hari

Pancaran Kuat Kuat

Jumlah + 400 cc / 8 jam + 400 cc / 8 jam

Bau Khas urin Khas urin

Warna Kekuningan Kekuningan

Perasaan setelah BAK Lega Lega

Total Produksi Urin + 1.200 cc per 24 jam + 2000 per 24 jam


6. Eliminasi Alvi
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Frekuensi 1x per hari 1x perhari

Konsistensi Padat Padat

Bau Khas Feses Khas feses

Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan

6. Pola Kognitif dan Persepsi Sensori


Pasien kooperatif ketika diajak bicara, pendengaran, perabaan, penciumaan,
pengecapan normal
7. Pola Konsep Diri
Pasien ingin cepat pulang dan berasumsi bahwa dirinya dapat kembali sehat
seperti sedia kala. Pasien mengatakan ingin segera pulang ke rumah dan
berkumpul dengan keluarga.
8. Pola Mekanisme Koping
Setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan, diputuskan dan disetujui oleh
anaknya. Pasien dan keluarga mempunyai pola koping yang baik dengan mencari
pertolongan dan obat ketika sakit. Pasien dan keluarga kooperatif terhadap
tindakan keperawatan yang akan diberikan sesuai asuhan keperawatan
9. Pola Fungsi Seksual – Reproduksi
Tidak terkaji
10. Pola Hubungan – Peran
Namun peran terganggu karena kondisi sakit yang dialami.
11. Pola Nilai dan Kepercayaan
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Nilai Khusus Tidak ada Tidak ada

Praktik Ibadah Sholat lima waktu Tidak solat 5 waktu


tetapi bedoa dan
berdzikir

Pengetahuan tentang Pasien mengerti praktek Pasien mengerti tetapi


Praktik Ibadah selama ibadah saat salat tidak dilakukan
sakit
IV. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBYEKTIF)
1. Status Kesehatan Umum
Keadaan/ penampilan umum: pasien tampak meringis kesakitan
Kesadaran : composmentsi GCS: 4-3-6
BB sebelum sakit : 60 kg TB: 157 cm
BB saat ini : 60 kg
BB ideal : 58 kg
Perkembangan BB : Tetap
Status Gizi : BB tidak ideal
Tanda – tanda vital :
TD : 170/67 mmHg
N : 76 kali/menit
Suhu : 36,5 C
RR : 20 kali/menit
Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Tanggal 21 Oktober 2020
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Faal Ginjal
Urea 35.7 mg/dl 10 – 50 mg/dl
Creatinin 0.58 mg/dl L 0,6 mg/dl – 1,3 mg/dl
P 0,5 mg/dl – 0,9 mg/dl
Faal Hati
SGOT 14.9 U/L L <37 U/L
P <31 U/L
SGPT 13.4 U/L L <40 U/L
P <32 U/L
Hematologi
Leukosit 6610 L 4300 – 10.300
P 4.300 – 11.300
Hemoglobin 13.1 gr/d L 13,4 – 17,7 gr/d
P 11,4 – 15,1 gr/d
Hematokrit 37.9 % L45–50%
P35–45%
Trombosit 216.000 sel/Lp 150.000 – 450.000 sel/LP
GULA DARAH
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Gula Darah
2 jpp 327.6 mg/dl <140 mg/dl
BSN 273.3 mg/dl 75 – 115 mg/dl
Cholestrol 197. 0 mg/dl < 200 mg/dl
Trigisrida 213.8 mg/dl < 150 mg/dl
HDL CHOL DIRECT 51.7 mg/dl > 40 mg/dl
LDL CHOL DIRECT 93.7 mg/dl <150 mg/dl
HbA1c 11.5 % < 5.7 %

URINE LENGKAP

Warna Hasil Nilai rujukan


B.D Kuning muda agag keruh 1.010-1.030
PH 1.010 5-7
Protein 6.0 Intermediate
Reduksi Negatif Negatif
Urobilin +1 Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Sedimen 1-3 L/P
Lekosit 8-10 /lp 0-2 /lp
Eritosit 2-3 /lp 1-3 /LP
Ephitel 5-7/lp 1-3 /lp
Cylinder Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Bakteri urine Negatif Negatif
Cylinder granula +1 Negatif

2. Radiologi
-
Terapi
1. Oral
Captopril 3x 25 mg
Amlodipine 1x10 mg
Paracetamol 3x500
Sucralfat syrup 3x1 C
Bisoprolol 1x1
2. Parenteral
RL (20)
Injeksi Omeprazole 1x1 vial
Injeksi j Ondancentron 3x8 mg
Injeksi Ceftriaxone 2x1 vial
Injeksi novorapid 3x8 ui sc
3. Lain - lain
-
OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK {dengan per sistem)
1. Tanda-tanda vital

TD : 170/67 mmHg
N : 76 kali/menit
Suhu : 36,5 C
RR : 20 kali/menit

2. Sistem Pernafasan (B1)


a. Bentuk dada simetris asimetris barrel chest
Funnel chest Pigeons chest
b. Keluhan sesak batuk nyeri waktu napas tidak ada
c. Irama napas teratur tidak teratur
d. Suara napas vesiculer ronchi D/S wheezing D/S rales D/S

3. Sistem Kardiovakuler (B2)


a. Keluhan nyeri dada ya tidak
b. Irama jantung teratur tidak teratur
c. CRT < 3 detik > 3 detik
d. Konjungtiva pucat ya tidak
e. JVP normal meningkat menurun
Lain-lain :

4. Sistem Persarafan (B3)


a. Kesadaran composmentis apatis somnolen sopor koma
GCS : 4-5-6
b. Keluhan pusing ya tidak
c. Pupil isokor anisokor
d. Nyeri tidak ya, skala nyeri : 5 lokasi : tungkai kaki kiri
Lain-lain :
Meringis +

5. Sistem Perkemihan (B4)


a. Keluhan : kencing menetes inkontinensia retensi
gross hematuri disuria poliuri
oliguri anuri
b. Alat bantu (kateter, dll) ya tidak
c. Kandung kencing : membesar tidak
nyeri tekan ya tidak
d. Produksi urine : + 1.500ml/hari warna : kuning bau : khas urin
e. Intake cairan : oral : 600 cc/hr parenteral : 1.500 cc/hr
Lain-lain :

6. Sistem Pencernaan (B5)


a. TB : 157 cm BB: 60 kg
b. Mukosa mulut : lembab kering merah stomatitis
c. Tenggorokan nyeri telan sulit menelan
d. Abdomen supel tegang nyeri tekan, lokasi : ulu hati
Luka operasi jejas lokasi :
Pembesaran hepar ya tidak
Pembesaran lien ya tidak
Ascites ya tidak
Mual ya tidak
Muntah ya tidak
Terpasang NGT ya tidak
Bising usus : 20x/mnt
e. BAB : 1x/hr, konsistensi : lunak cair lendir/darah
konstipasi inkontinensia kolostomi
f. Diet padat lunak cair
Frekuensi : 3x/hari jumlah: habis 1/4 porsi jenis : BK 1900k

7. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)

a. Pergerakan sendi bebas terbatas

b. Kelainan ekstremitas ya tidak


c. Kelainan tl. belakang ya tidak
d. Fraktur ya tidak
e. Traksi/spalk/gips ya tidak
f. Kompartemen sindrom ya tidak
g sianosi kemerah
. Kulit ikterik s an Hiperpigmentasi berkeringat dingin
h
. Akral hangat panas dingin
ering basah
i
. Turgor baik kurang jelek
j
. Luka : jenis :-.
Lain-lain :

Kekuatan otot :

5 5

5 5

8. Sistem
Endokrin
a Pembesaran kelenjar y
. tyroid a tidak
b Pembesaran kelenjar getah y
. bening a tidak
Lain-lain :

V. ANALISIS DATA

No Data Etiologi Masalah

1. DS : keluarga mengatakan pasien Diabetes melitus Ketidakstabilan kadar


lemas gula darah (D.0027)
DO:
TTV
TD : 170/67 mmHg
N : 76x/menit
RR : 20x/menit
S:36,5C
Ku cukup
Pasien tampak lemas
Urin output : 2000
ml/hari
Input cairan : 2100
ml/hari
• Asupan makan 3x per
hari
Diet BK 1900k
GDA : 327.6 mg/dl
BSN 273.3 mg/dl

2. DS : pasien mengatakan mual Mual muntah Nausea ( D.0076)


dan muntah setiap kali makan
dan minum
DO: makan habis ¼ porsi
mual +
konjungtiva anemis
3DS: Pasien mengatakan nyeri Peningkatan asam Nyeri Akut (D.0077)
. ulu hati lambung
DO:
Skala nyeri 5
TTV
TD : 170/67 mmHg
N : 76x/menit
RR : 20x/menit
S:36,5C
Meringis +

VI. DIAGNOSIS PRIORITAS


1. Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan hiperglikemia dibutikan dengan
kadar glukosa dalam darah dan urin tinggi
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan asam lambung dibutikan dengan mengeluh
nyeri pada ulu hati
3. Nausea berhubungan dengan gangguan biokimia dibutikan dengan mengeluh mual dan
ingin muntah

VII. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosis Keperawatan SLKI SIKI


1. Ketidakstabilan Setelah dlakukan Manajemen Hiperglikemia
kadar gula darah intervensi keperawatan (I.06171)
(D.0027) selama 1 jam maka Observasi
Kestabilan 1. Monitor kadar gula darah
kadar gula darah 2. Monitor tanda dan gejala
meningkat dengan hiperglikemi
kriteria hasil: 3. Identifikasi penyebab
1. Pusing menurun kemungkinan
2. Berkeringat hiperglikemia
menurun 4. Identifikasi situasi yang
3. Kadar glukosa menyebabkan kebutuhan
dalam darah dan insulin meningkat
urine membaik 5. Monitor input dan output
(L..03022) cairan, keton urin, kadar
analisa gas darah,
elektrolit, tekanan darah
ortostatik, dan frekuensi
nadi
Terapeutik
1. Berikan asupan cairan
oral
2. Konsultasi medis jika
tanda
3. hiperglikemia tetap ada
atau memburuk
Edukasi
1. Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara
mandiri
2. Ajarkan pengelolalan
diabetes
3. (penggunaan insulin, obat
oral,
4. monitor asupan cairan,
penggantian karbohidrat,
dan kebutuhan
professional kesehatan)
5. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan olahraga
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian IV
2. Kolaborasi pemberian
insulin
2. Nyeri Akut (D.0077) Setelah dlakukan Manajemen Nyeri (1.08238)
intervensi keperawatan Observasi
selama 1 jam maka 1. Identifikasi lokasi,
tingkat nyeri menurun karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas
1. Keluhan nyeri nyeri
menurun 2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis 3. Identifikasi respon nyeri non
menurun verbal
3. Mual menurun 4. Identifikasi faktor yang
4. Muntah memperberat dan
menurun memperingan nyeri
5. Tekanan darah 5. Identifikasi pengetahuan dan
membaik keyakinan tentang nyeri
(L.08066) 6. Identifikasi pengaruh nyeri
terhadap kualitas hidup
7. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
8. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
9. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
10. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan
11. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
12. Jelaskan penyebab
periode dan pemicu nyeri
13. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
14. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
15. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
16. Ajarkan teknik non
farmakologis secara nyeri
Kolaborasi
17. Kolaborasi pemberian
analgetik (jika perlu)
3. Nausea ( D.0076) Setelah dlakukan Managemen mual (1.03117
intervensi keperawatan Observasi
selama 1 jam maka 1. Identifikasi pengalaman
tingat nausea menurun mual
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi factor
1. Nafsu makan penyebab mual
meningkat 3. Identifikasi antemetik
2. Keluhan mual untuk mencegah mual
menurun 4. Monitor mual
3. Perasaan ingin Terapeutik
muntah 5. Kendalikan factor
menurun lingkungan penyebab mual (bau
(L.08065) tidak sedap)
6. Kurangi atau hilangkan
keadaanpenyebab mual
(kecemasan, ketakutan,kelelahan)
7. Berikan makanan dalam
jumlah kecil dan menarik
8. Berikan makanan dingin,
cairan bening, tidak berbau dan
tidak berwarna jika perlu
Edukasi
9. Anjurkan istirahat yang
cukup
10. Ajarkan penggunaan
teknik non farmakologis untuk
mengatasi mual
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian
antiemetik

VIII. EVALUASI

NO TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI TTD


1 22-10-2020 Ketidakstabilan S : pasien mengatakan masih lemas Rori
06.00 kadar gula darah O :Ku cukup, GDP 327, Up : 2000 ml, intake
(D.0027) 1500ml, makan habis, diet BK1900k
A :masalah belum teratasi
P :lanjutkan intervensi
2 22-10-2020 Nyeri Akut S : Pasien mengatakan masih nyeri pada ulu Rori
06.00 (D.0077) hati
O : TD : 140/70 mmHg N : 76 x/mnt S : 36.2
RR: 20x/mnt,- pasien masih sering memegangi
perut
-Skala nyeri 3
A : Masalah nyeri belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
3 22-10-2020 Nausea ( D.0076) S : Pasien mengatakan masih mual setelah Rori
06.00 dikasih suntikan dan minum obat tetapi sudah
tidak muntah
P : TD : 140/70 mmHg N : 76 x/mnt S : 36.2
RR: 20x/mnt, Pasien tampak mual, ingin
muntah + makan minum sedikit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
4 22-10-2020 Ketidakstabilan S : pasien mengatakan masih lemas Rori
11.00 kadar gula darah O : Ku cukup, GD 2 JPP 273.3, Up : 2000 ml,
(D.0027) Intake 1500 ml, makan habis, diet
BK1900k
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
5 23-10-2020 Nyeri Akut S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang Rori
06.00 (D.0077) O : TD : 170/80 mmHg N : 80 x/mnt S : 36.5
RR: 20x/mnt Skala nyeri 2
A : Masalah nyeri belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
6 23-10-2020 Nausea ( D.0076) S : Pasien mengatakan masih mual setelah Rori
06.00 dikasih suntikan dan minum obat tetapi sudah
tidak mual
P : TD : 170/80 mmHg N : 80 x/mnt S : 36.5
RR: 20x/mnt, Pasien tampak mual, ingin
muntah + makan minum sedikit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
7 23-10-2020 Ketidakstabilan S : pasien mengatakan masih mengatakan Rori
13.00 kadar gula darah badan sudah terasa segar
(D.0027) O : Ku cukup, GD 130 hari ini 120 , Up :
2000 ml, intake 2000ml, makan habis
A : intervensi dihentikan
P : Discharge planning
8 23-10-2020 Nyeri Akut S : Pasien mengatakan sudah tidak nyeri Rori
13.00 (D.0077) O : TD : 130/74 mmHg N : 98 x/mnt S : 36.5
RR: 20x/mnt Skala nyeri 0
A : intervensi dihentikan
P : Discharge planning
9 23-10-2020 Nausea ( D.0076) S : Pasien mengatakan sudah tidak mual Rori
13.00 P : TD : 130/74 mmHg N : 98 x/mnt S : 36.5
RR: 20x/mnt
A : intervensi dihentikan
P : Discharge planning

Anda mungkin juga menyukai